Anda di halaman 1dari 28

MODUL 1

Sistem Hemato-Limfopoetik
Skenario 1.
Merah Darahku
Tn B 28 tahun datang ke PMI untuk melakukan donor darah. Laki-laki tersebut melakukan donor darah
secara rutin setiap 3 bulan karena dia merasakan tubuhnya semakin sehat. Petugas PMI kemudian
melakukan pemeriksaan vitalsign dan pemeriksaan darah rutin kepada lelaki tersebut sebelum dilakukan
donor darah. Setelah selesai , petugas PMI kembali melakukan pengambilan darah sebanyak 300cc. Ia
bertekad akan selalu mendonorkan darahnya, karena ia takut mengalami kasus seperti saudara yang lain
jika ada luka, maka darahnya akan lama berhenti dan warna darah yang merah kehitaman, saat ini saudara
nya mengkonsumsi obat, tapi ia lupa nama obatnya Bagaimana anda menjelaskan kasus diatas?

Jump 1: Terminology
1. Sistem hemato-limfopoetik: system yang terdiri dari 2 sistem yaitu system hemato atau system
vascular dan system limfopoetik atau system limfe
2. PMI : Palang merah Indonesia adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yg
bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan.
3. Donor darah: Penyumbang darah atau pendonor darah adalah proses pengambilan darah dari
seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah sebagai stok darah untuk kemudian
digunakan untuk transfusi darah.
4. Vital sign: Pemeriksaan fisik tanda vital adalah pengukuran fungsi tubuh yang paling mendasar.
Empat tanda vital utama yang dipantau secara rutin oleh profesional medis dan penyedia layanan
kesehatan, meliputi suhu tubuh, denyut nadi, laju pernapasan, dan tekanan darah.

Jump 2 dan 3 Rumusan masalah & Hipotesa


1. apa manfaat donor darah? Rajin mendonorkan darah kira-kira mampu menurunkan risiko serangan
jantung hingga 88 persen. Enggak cuma itu, mendonorkan darah juga bisa meminimalkan risiko kanker,
stroke, dan serangan jantung. Menariknya lagi, manfaat donor darah juga bisa membuat kadar zat besi
dalam darah jadi stabil.

2. kenapa saat mendonor darah tubuh terasa makin sehat?


karena saat kita mendonor darah kita mengurangi beberapa resiko yaoti salah satunya :
1. menurunkan penyakit jantung dan pembuluh darah. Donor darah secara rutin diketahui bermanfaat
untuk menurunkan kekentalan darah. Semakin kental darah yang mengalir dalam tubuh, semakin tinggi
pula kemungkinan terjadinya gesekan antara darah dan pembuluh darah. Gesekan yang terjadi pada
pembuluh darah ini dapat merusak sel-sel dinding pembuluh darah yang selanjutnya dapat meningkatkan
risiko terjadinya sumbatan pembuluh darah. Kondisi ini meningkatkan risiko Anda mengalami penyakit
jantung.
2. menurunkan resiko penyakit kanker.Manfaat donor darah selanjutnya adalah mencegah kanker. Ini
juga masih berhubungan dengan jumlah zat besi yang berkurang saat melakukan donor.
Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of National Cancer Institute, kelebihan zat besi
dapat menyebabkan kerusakan radikal bebas yang membuat Anda berisiko terhadap kanker dan penuaan.
3. membantu menurunkan berat badan
Menurut University of California San Diego, mendonorkan darah sebanyak 450 mililiter ternyata dapat
membakar sebanyak 650 kalori. Itu sebabnya, donor darah juga bermanfaat untuk menjaga berat badan
tetap ideal dan menjauhkan Anda dari risiko obesitas.
Meski begitu, jangan menjadikan donor darah sebagai ‘ajang’ menurunkan berat badan. Donor darah
secara berlebihan bisa berbahaya bagi kesehatan Anda.
4. Mendeteksi penyakit serius
Setiap kali hendak mendonorkan darah, Anda akan menjalani pemeriksaan dasar rutin, seperti
pemeriksaan berat badan, suhu tubuh, nadi, tekanan darah, dan kadar hemoglobin.
Anda juga akan diminta menjalani pemeriksaan darah untuk mendeteksi ada tidaknya penyakit menular,
seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C, sifilis, dan malaria. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit melalui transfuse
5. Membantu lebih sehat secara psikologis dan panjang umur
Sebuah penelitian dalam bidang psikologi menunjukkan bahwa orang yang mendonorkan darahnya
dengan tujuan menolong orang lain memiliki risiko kematian yang lebih rendah. Hasil tersebut
dibandingkan dengan mereka yang melakukan donor darah untuk kepentingan sendiri atau bahkan tidak
mendonorkan darahnya sama sekali.

3. apa saja syarat pendonor darah?


Sehat jasmani dan rohani
a. Usia 17 sampai dengan 65 tahun.
b. Berat badan minimal 45 kg.
c. Tekanan darah :
sistole 100 - 170
diastole 70 - 100
d. Kadar haemoglobin 12,5g% s/d 17,0g%
e. Interval donor minimal 12 minggu atau 3 bulan sejak donor darah sebelumnya (maksimal 5 kali dalam
2 tahun)

4. mengapa kegiatan donor darah mempunyai interval donor minimal 12 minggu? Tiga bulan (12
mgg) adalah waktu yang cukup untuk seorang pendonor memproduksi sel-sel darah merah yang baru.
interval ini ditetapkan untuk menghindari efek buruk dari donor darah.

5. Apa yang harus dilakukan setelah donor?


a. Membatasi aktivitas fisik Anda selama setidaknya 5 jam setelah donor, jangan melakukan aktivitas
berat pada hari itu.
b.Melepaskan plester setidaknya 4-5 jam setelah selesai donor darah.
c. Sebaiknya tidak berdiri lama di bawah sinar matahari langsung dan tidak minum minuman panas.
d. Jika Anda merokok, sebaiknya jangan merokok selama dua jam setelah donor darah.
e. Jika Anda minum alkohol, sebaiknya jangan minum alkohol sampai 24 jam setelah donor.
f. Minum banyak cairan untuk menggantikan cairan tubuh Anda yang hilang, setidaknya minumlah lebih
banyak 4 gelas air putih di hari Anda melakukan donor.
g. Makan makanan yang mengandung:
Zat besi tinggi, seperti daging merah tanpa lemak, bayam, ikan, ayam, dan kacang-kacangan.
Vitamin C, seperti jeruk, kiwi, dan jambu biji.
Asam folat, seperti jeruk, sayuran hijau, sereal, dan nasi.
Riboflavin (vitamin B2), seperti telur, yogurt, sayuran hijau, dan kacang-kacangan.
Vitamin B6, seperti kentang, pisang, daging merah, ikan, telur, bayam, dan kacang-kacangan.

6.apa efek samping yang didapat setelah melakukan donor darah? efek samping donor darah seperti
terdapat memar di daerah bekas suntikan untuk pengambilan darah, pusing dan pingsan, serta nyeri pada
lengan bekas suntikan. Namun, kondisi tersebut biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit saja.

7. Penyakit apa yang darahnya tidak bisa dipakai donor darah?


Mereka yang tidak diperbolehkan menjadi donor darah, di antaranya: Mengidap HIV/AIDS. Memiliki
faktor risiko terkena HIV/AIDS, seperti kaum homoseksual, sering bergonta-ganti pasangan (melakukan
seks bebas), menggunakan obat-obatan terlarang, dan pengguna jarum suntik yang tidak disteril terlebih
dahulu

8.Kenapa harus melakukan pemeriksaan vital sign dan pemeriksaan darah sebelum di lakukan
donor darah?

9.bagaimana kondisi vital sign yang baik untuk melakukan donor darah?
tekanan darah sistolik ≥120 mmHg ,tekanan
darah diastolik 80 mmHg, frekuensi nadi 90
x/menit, frekuensi pernafasan 17 x/menit, dan
suhu tubuh berkisar antara 36,2oC sampai
dengan 37,00C. bagaimana kondisi vital sign yang baik untuk melakukan donor darah?tekanan darah
sistolik ≥120 mmHg ,tekanan
darah diastolik 80 mmHg, frekuensi nadi 90
x/menit, frekuensi pernafasan 17 x/menit, dan
suhu tubuh berkisar antara 36,2oC sampai
dengan 37,00C.

10. mengapa darah yang diambil 300 cc?


syarat untuk pengambilan darah dengan berat badan pendonor adalah 45-60 kilogram, darah dapat
diambil sekitar 300 – 350 cc.Sedangkan untuk pendonor yang memiliki berat badan diatas 60 Kilogram
dapat diambil 400 – 450 cc dengan frekuensi maksimal lima kali dalam satu tahun.

11. apa penyebab darah sukar berhenti?


Tekan luka berdarah
Angkat bagian tubuh yang luka berdarah
Titik tekanan
Jika perlu pasang turniket

12. Apa obat yang baik dikonsumsi untuk darah yang sukar berhenti dan darah kehitaman untuk
saudara Tuan B?
Pengobatan Hemofilia
Hemofilia tidak dapat disembuhkan, namun hemofilia dapat ditangani dengan mencegah timbulnya
perdarahan (profilaksis) dan menangangi perdarahan (on-demand). Berikut adalah penjelasannya:

Pencegahan (profilaksis) perdarahan


Hemofilia berat membutuhkan penanganan profilaksis untuk mencegah perdarahan. Penderita akan
diberikan suntikan faktor pembekuan darah. Suntikan yang diberikan berbeda-beda, tergantung pada jenis
hemofilia yang diderita.

Suntikan yang diberikan untuk penderita hemofilia A adalah octocog alfa yang dirancang untuk
mengontrol jumlah faktor pembekuan VIII (8). Pemberian suntikan ini dianjurkan tiap 48 jam. Efek
samping yang mungkin timbul antara lain gatal, ruam kulit, serta nyeri dan kemerahan pada area yang
disuntik.

Sementara itu, penderita hemofiilia B yang mengalami kekurangan faktor pembekuan IX (9) akan
mendapat suntikan nonacog alfa. Penyuntikan obat ini biasanya dilakukan 2 kali dalam seminggu. Efek
samping yang mungkin timbul berupa mual, pembengkakan pada area yang disuntik, pusing, dan rasa
tidak nyaman.

Suntikan ini akan diberikan seumur hidup dan pasien diwajibkan untuk kontrol sesuai jadwal yang
diberikan oleh dokter.

Penghentian perdarahan
Untuk hemofilia ringan hingga sedang, penanganan akan dilakukan ketika terjadi perdarahan. Tujuan
penanganan adalah untuk menghentikan perdarahan. Obat yang diberikan saat terjadi perdarahan hampir
sama dengan obat yang diberikan untuk mencegah perdarahan.

Untuk menghentikan perdarahan pada kasus hemofilia A, dokter akan memberikan suntikan octocog alfa
atau desmopressin. Sedangkan untuk kasus hemofilia B, dokter akan memberikan suntikan nonacog alfa.

Penderita yang mendapat suntikan ini harus melakukan pemeriksaan kadar inhibitor secara teratur, karena
obat faktor pembekuan darah terkadang dapat memicu pembentukan antibodi, sehingga obat menjadi
kurang efektif setelah beberapa waktu.

Jump 4
Skema
Jump 5
Learning Objektif
1. Anatomi, Histologi,fisiologi,etiologi,homeostasis dan epidemiologi kelainan Hemato-Limfoepoetik
2. Hematopoesis dan hemostasis system hematolimfopoetik
3. Pembentukan cairan limfe dan fungsinya
4. Penyakit hematolimfopoetik (kongenital dan acquired)
5. Penggolongan dan Biokimia darah
6. Indikasi,reaksidan tata laksana transfusi darah
7. Prinsip hermodinamik dan sirkulasi pembuluh darah
8. Terapi farmakologi hematolimfopoetik

Jump 7
Sharing Information
1. Anatomi, Histologi, fisiologi, etiologi, homeostasis dan epidemiologi kelainan Hemato-
Limfoepoetik
Anatomi
PERBEDAAN ARTERI & VENA

NODUS LYMPHATICUS
Nodus Lymphaticus tersebar diseluruh tubuh, disepanjang aliran lymphe. Namun ada
beberapa tempat tertentu yang berkaitan dengan nodus lymphaticus yang ditemukan
berkelompok.

1. Nodi Lymphatici Cervicales, sepanjang lintasan vena jugularis.


2. Pericranial ring, di dasar kepala.
3. Nodi Lymphatici Axillares, pada regio axillaris.
4. Nodi Lymphatici Tracheales, berkaitan dengan trachea dan bronchus.
5. Nodi Lymphatici Profundi, berkaitan dengan pembuluh-pembuluh besar seperti aorta,
truncus coeliacus, arteri mesentricus superior dan inferior.
6. Nodi Lymphatici Inguinales, terletak di sepanjang ligamentum inguinalis.
7. Nodi Lymphaticus Femorales, terletak sepanjang vena femoralis.

Pembuluh limfatik akan bersatu membentuk pembuluh yang lebih besar, dikenal sebagai
Truncus Lymphaticus (Lymphatic Trunk). Ada 5 Truncus Lymphaticus dalam tubuh
manusia, yaitu :

1. Truncus Jugularis.
2. Truncus Bronchomediastinalis.
3. Truncus Subclavius.
4. Truncus Intestinalis.
5. Truncus Lumbalis
Ada 2 Ductus Lymphaticus pada tubuh manusia, yaitu :

1. Ductus Lymphaticus Dexter, membawa limfe dari Truncus Jugularis,


Bronchomediastinalis, dan subclavius sebelah kanan.
2. Ductus Thoracicus, membawa limfe dari semua Truncus Lymphaticus dari selain yang
mengalir ke Ductus Lymphaticus Dexter.
TONSIL
1. Tonsil Pharyngea, dikenal juga sebagai adenoid (khususnya saat membesar), terletak
pada garis tengah atap nasopharynx.
2. Tonsil Lingua, terletak pada permukaan 1/3 dorsal dari lingua.
3. Tonsil Palatina, terletak pada pada tiap sisi oropharynx diantara
arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus di posterior dari
isthmus oropharyngeum.
LIMPA (SPLEEN)
1. Ke anterior: Gaster, cauda pancreas, dan flexura coli sinistra. Ren sinister terletak di
sepanjang pinggir medial
2. Ke posterior: Diaphragma, pleura sinistra (recessus costodiaphragmaticus sinistra),
pulmo sinister, dan costa IX, X dan XI
3. Sisi konveksnya (Facies diaphragmatica) berbatasan dengan Diaphragma,
4. Sisi konkafnya (Facies visceralis) menghadap Viscera abdominis, terutama ginjal kiri,
Flexura coli sinistra, dan Gaster.
5. Batas superior (Margo superior) memperlihatkan lekuk-lekukan.
6. Sedangkan batas inf erior (Margo inf erior) lebih halus.
Histologi
Nodus lymphaticus(kelenjar limfe)
Kelenjar limfe terdiri dari masa padat agregat limfosit yang bercampur dengan sinus-sinus
limfe yang lebar yang mengandung limfe dan didukung oleh rangka serat reticular halus.
Tymus
Histologi kelenjar tymus bervariasi sesuai usia individu.Kelenjar tymus mencapai
perkembangan terbesarnya setelah lahir.Pada saat pubertas,kelenjar timus mulai mengecil
atau menunjukkan tanda-tanda regresi dan degenerasi gradual.
Limpa
Limpa ditandai oleh banyak agregat nodulus limfatik.

Tonsil

Sumber:

P.Eroschenko,victor.2014.Atlas Histologi difiore. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC

Etiologi hematolimfopoetik
Limpa
Limpa/lien sebagai penebalan mesenkim di dalam mesenterium dorsale.Tahap paling
awal ,lien terdiri dari sejumlah mesenkim yang kemudian berdifusi.incisurae yang tetap
ada di sepanjang margo anterior menunjukkan bahwa massa mesenkim tidak pernah
berfusi secara lengkap.

Epidemilogi kelainan hematolimfopoetik


1) Lymphedema
Dapat terjadi karena terjadi kerusakan pembuluh getah bening, aliran cairan getah
bening akan tersumbat dan mengakibatkan pembengkakan di bagian tubuh tertentu
terutama di daerah tungkai.  Lymphedema pada ekstremitas atas biasanya terjadi
pada pasien dengan kanker payudara, atau limfoma. Sedangkan, lymphedema
ekstremitas bawah terjadi pada pasien dengan kanker rahim atau prostat.
Pada melanoma, dapat terjadi lymphedema baik pada ekstremitas atas maupun pada
ekstremitas bawah.

Lymphedema primer terjadi pada 1 per 6.000-10.000 kelahiran hidup, dengan rasio
laki-laki dan perempuan sebesar 1:2,5 sampai 1:10. Lymphedema primer tersering
adalah lymphedema prekoks, mencakup hingga 80% dari seluruh kasus lymphedema
primer. Lymphedema primer prekoks dapat terjadi sampai dengan umur 35 tahun.
Lymphedema sekunder lebih banyak terjadi dibanding lymphedema primer. Di
seluruh dunia, penyebab terbanyak lymphedema adalah filariasis limfatik (kaki gajah),
terutama di India, Bangladesh, Indonesia, Nigeria, dan Nepal. Filariasis menginfeksi
sekitar lebih dari 120 juta penduduk dunia.
Mortalitas pada lymphedema tidak disebabkan secara langsung melainkan oleh
etiologi penyebab terjadinya lymphedema. Walau demikian, adanya lymphedema
bisa menjadi prediktor tingkat mortalitas penyakit yang lebih tinggi. Contohnya
adalah studi yang menunjukkan mortalitas pada pasien dengan kanker payudara
disertai lymphedema lebih tinggi (12,9%) dibanding kanker payudara tanpa
lymphedema (5,5%).
Lymphedema akibat kaki gajah sendiri jarang menyebabkan kematian, tetapi
menyebabkan tingkat kecacatan yang tinggi. Data di Indonesia menunjukkan
provinsi paling banyak terjadi kecacatan akibat kaki gajah adalah Nusa Tenggara
Timur (3175 kasus), diikuti dengan Aceh (2375 kasus), dan Papua Barat (1765
kasus).
https://www.alomedika.com/penyakit/dermatovenereologi/lymphedema/epidemiologi

2) Pes
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis yang dibawa oleh kutu yang
tinggal di tikus. Orang terinfeksi penyakit pes melalui gigitan kutu tikus atau gigitan
tikus yang sudah terinfeksi. Penyakit pes ini terbagi menjadi 3 jenis berdasarkan
bagian tubuh yang terinfeksi.Adapun penyakit pes yang menginfeksi sistem limfatik
adalah pes bubonic.
Merupakan penyakit pes yang paling umum dijumpai. Pada pes bubonik bakteri
berjalan melalui sistem limfatik dan berakhir pada kelenjar getah bening. Tanda dan
gejala penderita pes bubonik adalah demam disertai menggigil, badan terasa lemas,
kejang, nyeri otot, sakit kepala, munculnya bengkak sebesar telur ayam pada pangkal
paha, selangkangan, leher atau ketiak.
Penyakit Pes ini pernah menjadi wabah dalam beberapa kurun waktu, diantaranya
adalah:
a. Wabah pes tahun 541 – 542
Dikenal sebagai wabah Justinian. Wabah ini menyerang Kekaisaran Bizantium dan
kota-kota pelabuhan Mediterania. Korban yang tewas akibat penyakit ini mencapao
30-50 juta jiwa atau sekitar 10 persen dari populasi Konstantinopel.
 Wabah pes tahun 1346 – 1353
Wabah ini awal mula terjadi di daratan Eropa dan dikenal sebagai the black
death. Wabah ini menyebabkan 25 jiwa meninggal dan menghancurkan tiga benua
sekaligus yaitu Asia, Afrika, dan Eropa.
http://www.b2p2vrp.litbang.kemkes.go.id/mobile/berita/baca/358/Penyakit-Yang-Pernah-
Menjadi-Wabah-Di-Dunia

2. Hematopoesis dan hemostasis system hematolimfopoetik


Hematopoesis
Proses produksi & perkembangan sel darah mulai dari Stem Cell (sel induk) Hemopoiesis
sampai beredar di aliran darah tepi
Teori pembentukan sel darah :
 Monophyletik / uniphiletik  semua sel darah berasal dari 1 sel induk
 Polyphyletik  masing-2 sel darah mempunyai stem sel sendiri yg tertentu & terpisah
dengan yang lain
 Intermediate
Hemopoesis atau hematopoiesis ialah proses pembentukan darah. Tempat hemopoesis pada
manusia berpindah-pindah sesuai dengan umur :
a) Janin : umur 0-2 bulan (kantung kuning telur)
umur 2-7 bulan (hati, limpa)
umur 5-9 bulan (sumsum tulang)
b) Bayi : Sumsum tulang
c) Dewasa. : vertebra, tulang iga, sternum, tulang tengkorak, sacrum dan pelvis, ujung
proksimal femur.
Pada orang dewasa dalam keadaan fisiologik semua hemopoesis terjadi pada sumsum
tulang. Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan :
1. Sel induk hemopoetik (hematopoietic stem cell)
Sel induk hemopoetik ialah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-sel darah,
termasuk eritrosit, lekosit, trombosit, dan juga beberapa sel dalam sumsum tulang
seperti fibroblast. Sel induk yang paling primitif sebagai pluripotent (totipotent) stem
cell.
2. Lingkungan mikro (microenvirontment) sumsum tulang
Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan sel induk
tumbuh secara kondusif.
Lingkungn mikro sangat penting dalam hemopoesis karena berfungsi untuk :
a. Menyediakan nutrisi dan bahan hemopoesis yang dibawa oleh peredaran darah
mikro dalam sumsum tulang.
b. Komunikasi antar sel (cell to cell communication), terutama ditentukan oleh
adanya adhesion molecule.
c. Menghasilkan zat yang mengatur hemopoesis : hematopoietic growth factor,
cytokine, dan lain-lain.
3. Bahan-bahan pembentuk darah
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembentukan darah adalah :
1. Asam folat dan vitamin B12 : merupakan bahan pokok pembentuk inti sel.
2. Besi : sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin.
3. Cobalt, magnesium, Cu, Zn.
4. Asam amino.
5. Vitamin lain : vitamin C. vitamin B kompleks dan lain-lain
(https://repository.unair.ac.id/)

Hemostasis
Merupakan proses penghentian perdarahan secara spontan dari pembuluh darah yang
mengalami kerusakan atau akibat putusnya atau robeknya pembuluh darah. Apabila terjadi
kerusakan pembuluh darah, maka faal hemostasis secara fisiologi memberikan respon
terhadap kerusakan tersebut yang melibatkan beberapa komponen yaitu sistem vaskuler,
sistem trombosit, sistem koagulasi, dan sistem fibrinolisis.
Ada beberapa sistem yang berperan dalam hemostasis :
b. Sistem Vaskuler
Apabila pembuluh darah mengalami luka, maka akan terjadi vasokonstriksi yang
mula-mula secara reflektoris yang selanjutnya dipertahankan oleh faktor lokal seperti
5-hidroksitriptamin (5-HT, serotonin dan epinefrin) (Setiabudy, 2009). Vasokonstriksi
yaitu proses penyempitan diameter pembuluh darah pada daerah yang mengalami
kerusakan atau luka.
b. Sistem Trombosit
Trombosit berperan penting dalam hemostasis yaitu pembentukan dan stabilisasi
sumbat trombosit. Pembentukan sumbat trombosit terjadi melalui beberapa tahap yaitu
adesi trombosit, agregasi trombosit dan reaksi pelepasan
c. Sistem Pembekuan Darah
Proses pembekuan darah terdiri dari rangkaian reaksi enzimatik yang melibatkan
protein plasma yang disebut sebagai faktor pembekuan darah, fosfolipid dan ion
kalsium. Faktor pembekuan terdiri dari tiga kelompok yaitu kelompok fibrinogen yang
terdiri dari faktor I, V, VIII dan XIII, kelompok prothrombin terdiri dari faktor II, VII,
IX dan X, serta kelompok kontak terdiri dari faktor XI dan XII (Kiswari, 2014). Proses
pembekuan darah dimulai melalui dua jalur yaitu jalur instrinsik dan ekstrinsik yang
kemudian akan bergabung menjadi jalur bersama yang melibatkan F X, F V, PF 3,
protrombin dan fibrinogen

d. Fibrinolisis
Fibrinolisis merupakan mekanisme pecahnya benang fibrin (produk akhir koagulasi).
Darah juga mengandung enzim fibrinolitik yang berguna mencegah pembentukan
gumpalan atau pembekuan darah pada area yang tidak terluka, sehingga tidak akan
menghalangi aliran darah, enzim ini juga akan menghancurkan fibrin bila luka telah
sembuh (Durachim dan Astuti, 2018). Melalui proses fibrinolisis, aliran darah akan
terbuka kembali.
(http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/)

3. Pembentukan cairan limfe dan fungsinya


Proses jalan limfe di mulai dari keluarnya cairan, yang disebut cairan interstisial yang
mengandung zat-zat makanan didalamnya keluar dari kapiler darah. Setelah keluar dari
kapiler darah kemudian masuk ke dalam jaringanjaringan disekelilingnya. Kemudian akan
memberikan zat-zat makanan dari jaringan. Kemudian setelah itu cairan tersebut akan
berkumpul di lekak-lekak jaringan yang kecil sekali. Dari lekak-lekak tersebut limfe
mengalir melalui jalanjalan limfe. Proses masuknya seperti pada susunan jalan darah,
pertama limfe itu masuk kedalam kapiler. terus antara kapiler yang satu dengan yang lain
bertemu dan akhirnya menjadi besar yaitu pembuluh limfe. Pada akhirnya jalan-jalan limfe
akhirnya menjadi dua buah, yaitu ductus thoracicus dan ductus lymphaticus dexter. Ductus
thoracicus ini dimulai dari sebuah perluasan yang dinamakan systerna cycli. Pada ductus
thoracicus ini menerima limfe dari isi badan dari seluruh pasangan belakang dari dinding
dada, dinding perut, daerah bahu sebelah kiri, leher sebelah kiri dan kepala sebelah kiri.
Sedangkan untuk truncus lymphaticus dexter, pangkalnya menreima limfe dari sebagian
besar dinidng dada sebelah kanan, kepala sebelah kanan, leher sebelah kanan dan bahu
sebelah kanan, kelenjar limfe yang ada ditempat semuanya itu berkumpul di kelenjar limfe
sebelah kanan, yang tereltak didekat pintu masuk dada., dari perkumpulan tersebut terdiri
dari 3-4 pangkal, dan akhirnya menjadi satu yaitu ductus lymphaticus dexter.

Pembuluh limfe atau getah bening berperan dalam penyerapan cairan dan makromolekul
dari jaringan dan mengambil lipid pada usus. Bahkan, pembuluh limfe juga mengangkut
antigen dan leukosit diantara jaringan perifer atau jaringan paling luar, kelenjar getah
bening, dan darah. Karena hal itu, pembuluh ini penting dalam induksi dan regulasi respon
sistem imun. Pembuluh limfe merupakan bagian dari sistem limfatik, yang merupakan
sistem pertahanan sekunder. Sistem pertahanan primer dilaksanakan oleh kulit dan
membarana mukosa. Selain pembuluh darah, pembuluh limfe juga berkontribusi dalam
respon inflamasi tubuh. Pembuluh limfe meregulasikan respon inflamasi dengan cara
membawa cairan leukosit dan antigen dari jaringan yang terinfeksi ke noda limfe dan ke
organ limfe sekunder, dengan demikian hal ini berkontribusi dalam menurunkan infeksi
dan memulai inisiasi respon imun spesifik.
Fungsi lain dari pembuluh limfe antara lain:
1. Mengumpulkan dan mengembalikan cairan interstisial, termasuk protein plasma ke
darah, sehinga membantu mempertahankan keseimbangan cairan (fluid balance)
2. Mempertahakan tubuh terhadap penyakit dengan memproduksi limfosit (Anonim,
2009)
3. Menyerap lemak dari intestinum dan membawa ke darah
4. Mengeluarkan zat-zat toksik dan debris seluler dari jaringan setelah infeksi atau
kerusakan jaringan
5. Pembuluh limfe mengendalikan kualitas aliran cairan dengan cara menyaring melalui
nodus-nodus limfe sebelum mengembalikannya ke sirkulasi.
(journal.unair.ac.id)

4. Penyakit hematolimfopoetik (kongenital dan acquired)


Di balik perannya yang sangat besar bagi tubuh, ada kalanya fungsi sistem limfatik
terganggu karena kondisi atau penyakit tertentu. Berikut ini adalah beberapa gangguan atau
penyakit yang dapat menyerang sistem limfatik:

1. Infeksi
Infeksi yang diakibatkan virus, bakteri, kuman, jamur, dan parasit dapat memicu
perlawanan dari sistem kekebalan tubuh, termasuk kelenjar getah bening. Kondisi ini
menyebabkan terjadinya peradangan kelenjar getah bening atau limfadenitis.
Gejala yang timbul akibat limfadenitis bervariasi, tergantung penyebab dan lokasi
terjadinya infeksi. Ketika terjadi infeksi, kelenjar getah bening biasanya akan
mengalami pembengkakan.

2. Kanker
Limfoma merupakan kanker kelenjar getah bening yang terjadi ketika sel limfosit tumbuh
dan berkembang biak secara tidak terkendali. Kanker pada sistem limfatik dapat membuat
sel-sel limfosit tidak berfungsi dengan baik dan mengganggu kelancaran aliran cairan getah
bening pada pembuluh dan kelenjar limfatik.

3. Penyumbatan (obstruksi)
Penyumbatan atau obstruksi dalam sistem limfatik dapat menyebabkan terjadinya
pembengkakan akibat penumpukan cairan getah bening (limfedema).
Kondisi ini dapat disebabkan oleh terbentuknya jaringan parut pada pembuluh getah
bening, misalnya karena cedera, radioterapi, atau operasi pengangkatan kelenjar getah
bening. Penyumbatan saluran limfatik juga dapat disebabkan oleh infeksi, misalnya pada
penyakit filariasis.

4. Penyakit autoimun
Selain berbagai penyakit di atas, sistem limfatik juga bisa terganggu akibat adanya kondisi
autoimun. Contoh penyakit autoimun yang dapat mengganggu kinerja sistem limfatik
adalah autoimmune lymphoproliferative syndrome (ALPS). Penyakit ini dapat
menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah dan trombosit, serta kerusakan sel darah
putih neutrofil.
Selain itu, penyakit autoimun lain, seperti rheumatoid arthritis, skleroderma, dan lupus,
juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem limfatik.
Peran sistem limfatik sangat penting untuk daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit,
seperti kanker dan infeksi. Oleh karena itu, Anda perlu senantiasa menjaga kesehatan
sistem limfatik dengan menjalani gaya hidup sehat dan melakukan pemeriksaan secara
rutin ke dokter.
Jika Anda mengalami gangguan kesehatan yang berkaitan dengan sistem limfatik,
misalnya pembengkakan kelenjar getah bening, demam, atau penurunan berat badan tanpa
sebab yang jelas, segeralah berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan
penanganan yang tepat.

5. Penggolongan dan Biokimia darah


A. Plasma Darah

B. SEL-SEL DARAH
1) Eritrosit
Hemoglobin 95% *HGA pada dewasa
*HGF pada janin
*Hem untuk pewarnaan darah

2) Leukosit
3) Trombosit
Mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan dengan proses koagulasi
darah. Termasuk 13 faktor pembeku darah.

C. Penggolongan Darah
1) Sistem AB0 Dr. Karl Landsteiner (1900)
2) Sistem Rhesus
 Ditemukan pertama kali pada eritrosit kera ( Macacus rhesus) oleh
Landsteiner dan Wiener.
 Seseorang disebut Rh (+) apabila memiliki antigen Rh dalam eritrositnya,
begitupun sebaliknya.

3) Sistem MN
 Dikemukakan oleh Landsteiner dan Lavene pada tahun 1976
 Disebabkan oleh adanya perbedaan salah satu jenis antigen glikoprotein.
Antigen glikoprotein ini terdapat pada membran sel darah merah yang disebut
glikoforin A.
6. Indikasi,reaksi dan tata laksana transfusi darah
Indikasi Tranfusi Darah
Dasar-Dasar Pemberian Transfusi Darah Dasar-dasar pemberian transfusi darah secara
rasional adalah pemilihan bahan transfusi yang tepat, jumlah sesuai dengan kebutuhan,
pada saat yang tepat dan dengan cara yang benar, tepat klien dan waspada efek samping
yang terjadi. Sehubungan dengan hal tersebut petugas kesehatan yang mempunyai
kewenangan pemberian transfusi darah perlu memahami tentang transfusi darah antara lain
berbagai komponen darah, manfaat masing-masing komponen,sirkulasi peredaran đarah,
stabilitas dan umur berbagai komponen darah dalam tubuh serta adanya indikasi transfusi
itu sendiri.
Ada 5 indikasi umum transfusi darah adalah sebagai berikut :
1. Kehilangan darah akut. bila 20-30% total volume darah hilang dan perdarahan masih
terus terjadi.
2. Anemia berat.
3. Syok septik (jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan sirkulasi darah dan
sebagai tambahan dari pemberian ant ibiotik).
4. Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan faktor pembekuan,
5. Tranfusi tukar pada neonatusdengan ikterus berat

Keputusan Transfusi Darah


Keputusan melakukan transfusi harus selalu berdasarkan penilaian yang tepat dari segi
klinis penyakit dan hasil pemeriksaan laboratorium. Seseorang membutuhkan darah bila
jumlah sel komponen darahnya tidak mencukupi untuk repository.unimus.ac.id
menjalankan fungsinya secara normal. Sel darah merah indikatornya adalah kadar
hemoglobin (Hb). Indikasi transfusi secara umum adalah bila kadar Hb menunjukkan
kurang dari 7 g/dl (Hb normal pada pria adalah 13-18 gdl sedangkan pada perempuan
adalah 12-16 g dl).
(http://repository.unimus.ac.id)

Reaksi Tranfusi Darah


a). Reaksi cepat (akut)
• Reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam 24 jam setelah transfusi.
• Reaksi akut dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan, sedang-berat dan
reaksi yang membahayakan nyawa.
• Memiliki tanda-tanda tersendiri, tetapi sering rancu karena proses bisa berjalan
cepat
b). Reaksi akut

• Pada reaksi yang membahayakan nyawa ditemukan gejala gelisah, nyeri dada,
nyeri di sekitar tempat masuknya infus, napas pendek, nyeri punggung, nyeri
kepala, dan dispnea. Terdapat pula tanda-tanda kaku otot, demam, lemah,
hipotensi (turun ≥20% tekanan darah sistolik), takikardia (naik ≥20%),
hemoglobinuria dan perdarahan yang tidak jelas.
• Reaksi ini disebabkan oleh hemolisis intravaskular akut, kontaminasi bakteri, syok
septik, kelebihan cairan, anafilaksis dan gagal paru akut akibat transfuse (TRALI)

c). Reaksi lambat


• Timbul setelah 24 jam pasca tranfusi, bisa sampai 10-12 hari
• Mortalitas tidak sebesar reaksi akut, bahkan jarang menimbulkan kematian
• Dapat diantisipasi
• Berhubungan dengan sistem imunitas humoral dan gangguan mikronutrien

Diakibatkan karena
• Reaksi hemolitik lambat
• Purpura Pasca Transfusi
• Penyakit graft-versus-host
• Kelebihan besi
• Supresi imun

d). Reaksi Transfusi Masif


• Penggantian sejumlah darah yang hilang atau lebih banyak dari total volume darah
pasien dalam waktu
• Seringkali penyebab dasar dan risiko akibat perdarahan mayor yang menyebabkan
komplikasi, dibandingkan dengan transfusi itu sendiri
• Namun, transfusi masif juga dapat meningkatkan risiko komplikasi
Diakibatkan karena
• Asidosis
• Hiperkalemia
• Keracunan sitrat dan hipocalcemia
• Kekurangan fibrinogen dan faktor koagulasi
• Kekurangan trombosit
• DIC
• Hipotermia
• Mikroagregat

Tata Laksana
a). Tatalaksana Reaksi Transfusi Hemolitik
a. Hentikan transfusi segera dan diganti infus NaCi 0,9%
b. Ganti blood set baru
c. Atasi shock dengan dopamine drip intravena 5-10 mg/kgBB per menit sampai
tekanan darah sistolik > 100 mmHg dan perfusi jari-jari terasa hangat
d. Bila urine < 1 cc/kgBB/jam, maka segera berikan furosemide 1-2 mg/kgBB untuk
mempertahankan urine > 100 cc/Jam
e. Atasi demam dengan antipiretik
f. Periksa fad hemostasis untuk mengatasi kemungkinan DlC

b). Tatalaksana Reaksi Transfusi Alergi


a. Transfusi dihentikan dan diganti dengan infus NaCl 0,9%
b. Ganti bloodset baru
c. Antihistamin (IM atau IV)
d. Setelah gejala hilang transfusi dapat dilanjutkan, sebaiknya dengan unit darah
yang lain.
(http://ppds.fk.ub.ac.id/)

7. Prinsip hermodinamik dan sirkulasi pembuluh darah


Beberapa komponen yang menentukan proses hemodinamika dalam tubuh ;
1. Aliran darah
Berarti jumlah darah yang mengalir melalui titik tertentu disirkulasi dalam periode
waktu tertentu.
• Secara keseluruhan aliran darah pada orang dewasa sekitar 5 liter per menit.
Aliran ini sesuai dengan jumlah darah yang masuk dan keluar dari jantung melalui
mekanisme pompa jantung.
Tipe Aliran darah
• Streamline
Aliran dengan kecepatan yang konstan melalui pembuluh darah yang panjang dan
licin.
• Turbulen
Aliran darah melalui pembuluh yang memiliki obstruksi, mengalir melintang dan
biasanya membentuk pusaran dalam darah (pusaran Eddy).
2. Tekanan Darah
Yaitu daya yang dihasilkan darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh.

3. Resistensi Darah
Yaitu Hambatan aliran darah dalam pembuluh.
• Diukur dengan satuan PRU (Peripheral Resistence Unit)
• Dalam keadaan normal resistensinya adalah 1 PRU

Sirkulasi peredaran darah

Sirkulasi sistemik
Sirkulasi sistemik merupakan sirkulasi darah yang mencakup seluruh tubuh. Sirkulasi ini
berlangsung ketika darah bersih yang mengandung oksigen mengisi serambi kiri jantung
melalui vena pulmonalis setelah melepaskan karbon dioksida di paru-paru.
Darah yang sudah berada di serambi kiri, kemudian diteruskan ke bilik kiri jantung untuk
disalurkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah utama (aorta). Darah yang dipompa
melewati aorta akan terus mengalir hingga ke bagian paling ujung di seluruh area tubuh.
Setelah menyalurkan berbagai zat ke sel-sel tubuh, darah akan kembali menuju serambi
kanan jantung untuk mengalami proses pembersihan darah.

Sirkulasi pulmonal
Sirkulasi pulmonal atau sirkulasi paru merupakan sirkulasi darah dari jantung menuju paru-
paru dan sebaliknya. Sirkulasi ini berlangsung saat darah yang mengandung karbon
dioksida dari sisa metabolisme tubuh kembali ke jantung melalui pembuluh vena besar
(vena cava).
Selanjutnya, darah tersebut akan masuk ke serambi kanan dan diteruskan ke bilik kanan
jantung. Darah yang sudah berada di bilik kanan akan dialirkan ke paru-paru melalui arteri
pulmonalis untuk ditukar menjadi oksigen.
Darah bersih yang kaya oksigen kemudian akan masuk ke serambi kiri jantung melalui
vena pulmonalis untuk diedarkan ke seluruh tubuh.

Sirkulasi koroner
Sama seperti organ tubuh lain, jantung juga membutuhkan asupan oksigen dan nutrisi agar
dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Darah yang membawa nutrisi dan oksigen ke
otot-otot jantung akan dialirkan melalui pembuluh arteri koroner.
Ketika pembuluh darah jantung tersumbat (aterosklerosis), aliran darah di jantung akan
mengalami gangguan. Hal ini bisa membuat otot-otot jantung kekurangan oksigen dan
nutrisi, sehingga fungsinya terganggu. Kondisi ini lama-kelamaan bisa menyebabkan
terjadinya serangan jantung.

8. Terapi farmakologi hematolimfopoetik


• ANTITROMBOSIT,
Obat yang menghambat agregasi trombosit terhambatnya pembentukan trombus
yang terutama sering ditemukan pada sistem arteri.
C/: Aspirin, Sulfinpirazon, Dipiridamol dan Dekstran,
Prostaksiklin, PGI2 dan Tiklopidin

- Asam Asetil Salisilat:


 Mekanisme Kerja: 1- 3 g / hari
 Asetilasi protein membran trombosit dan protein plasma , terutama kerja
enzim siklooksigenase sintesis
Tromboksan A2 Postaksiklin , maka diberikan Dosis
rendah
Aspirin : 325 mg – 1 g / hari

Indikasi: Infark miokard akut


 - Mencegah kambuh miokard infark yang fatal / nonfatal
 - Mengurangi kekambuhan Transient ischemic attacks
 - Stroke karena penyumbatan
 - Kematian akibat gangguan pembuluh darah

SULFINPIRAZON:
Mekanisme Kerja: Memperpanjang waktu hidup trombosit (yang diperpendek secara
patologis)
Indikasi:
 Pada prevensi sekunder infark miokard akut , kematian mendadak menurun dan
mengurangi kekambuhan
 Tidak efektif infark miokard akut penderita angina tak stabil
Efek Samping:
 - Gangguan GIT, ruam kulit, diskrasia darah, nefritis
intertisial akut, kolik ginjal, gagal ginjal akut
Interaksi :
Warfarin efek meningkat bersama Sulfinpirazon
Dosis:
Prevensi sekunder setelah infark miokard akut 800 mg/hari
DIPIRIDAMOL
 Mekanisme Kerja:
 Memperkuat kerja penghambatan agregasi yang dimiliki adenosin & prostaglandin E,
disamping itu menghambat fosfodiesterase trombosit pembebasan mediator
trombosit ditekan
 Menghambat ambilan dan metabolisme adenosin oleh eritrosit dan sel endotel
pembuluh darah, dengan demikian meningkatkan kadarnya dalam plasma. Adenosin
menghambat fungsi trombosit dengan merangsang adenilat siklase dan merupakan
vasodilator.
 Memperbesar efek antiagregasi Prostasiklin
 Dosis normal : 10 % mengalami Flushing dan sakit kepala
Maka diberi : Kombinasi Dosis digunakan Kecil
Dipiridamol + Aspirin :
Infark miokard akut untuk Prevensi sekunder dan pasien TIA untuk mencegah
Stroke
Dipiridamol + Antikoagulan Oral
 Efek Samping:
 Sakit kepala
 -Pusing
 Sinkop
 Gangguan TGI
 Farmakokinetik:
Bioavailabilitas bervariasi
90% berikatan dengan Protein Plasma
Mengalami siklus enetro hepatik
t1/2 : 1- 12 jam
 Dosis:
o Profiklaksis Jangka Panjang Katup Jantung buatan : 400 mg/ hari
 bersama Warfarin
o Mencegah aktivasi trombosit selama operasi by pass : 400 mg dimulai 2 hari
sebelum operasi

• TROMBOLITIK,
 Kerja Melarutkan Trombus yang sudah terbentuk
 Digunakan pada saat trombus sudah terbentuk. Obat ini bekerja dengan
cara berdifusi ke dalam bekuan darah dan mengaktifkan plasminogen yang
digunakan untuk menghancurkan gumpalan-gumpalan pada kondisi seperti
trombosis vena, emboli paru, trombosis retina, juga infark miokard.
 Indikasi:
 Infark miokard akut
 -Trombosis Vena
 Emboli Paru
 Tromboemboli Arteri
 Melarutkan bekuan darah pada katup jantung buatan dan
 kateter Vena

STREPTOKINASE:
Pengobatan fase dini emboli paru akut dan infark miokard akut

Mekanisme Kerja:
 Mengaktifasi plasminogen dengan cara tidak langsung yaitu:
 Dengan bergabung terlebih dulu dengan plasminogen untuk membentuk kompleks
aktivator mengkatalisis perubahan plasminogen bebas menjadi plasmin.
 Umumnya Pasein memiliki antibodi terhadap Streptokinase akibat terinfeksi
Streptokokus

Dosis : 1 juta IU tidak efektif tidak digunakan.


Kinetik: t ½ bifasik : Fase cepat 11-13 menit, lambat 23 menit

UROKINASE:
 Diisolasi dari Urin Manusia
 Langsung mengaktifkan Plasminogen

Indikasi:
- Emboli Paru,
- Tromboemboli Vena
- Tromboemboli Arteri
Urokinase + Heparin insidens Perdarahan 45 %
Heparin insiden Perdarahan 27 %

KI:
- Usia >> 50 thn
- Sejarah penyakit kardiopulmonal
Kinetik:
Infus, iv, bersihan cepat oleh hati, t1/2 20 menit,
Ekskresi: Empedu dan Urin
Antidot:
Keracunan Urokinase / perdarahan akibat pemberian trombolitik perlu diberikan
obat antifibrinolitik:
- Asam aminokaproat
- Aprotinin
- Asam Traneksamat dapat melawan aksi trombolitik (namun
keamanan pemberian obat ini secara bersamaan belum
didapatkan).
Asam aminokaproat: Penghambat yang bersaing dengan
aktivator plasminogen dan penghambat plasmin.

• ANTIKOAGULAN
Mencegah pembekuan darah menghambat pembentukan atau menghambat
fungsi beberapa faktor pembekuan darah.
Untuk mencegah terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli, juga mencegah
bekunya darah in vitro pada pemeriksaan laboratorium / tranfusi.
Antikoagulan Oral dan Heparin menghambat pembentukan fibrin sebagai pencegahan
untuk mengurangi insiden tromboemboli terutama pada vena
Juga bermanfaat: Pengobatan trombosis arteri karena mempengaruhi pembentukan
fibrin yang diperlukan untuk mempertahankan gumpalan trombosit.

ANTIKOAGULAN DIKELOMPOKAN
1. Heparin: Antikoagulan yang bekerja langsung
Heparin: satu-satunya antikoagulan diberikan parenteral dan pilihan bila
diperlukan efek cepat pada:
- Emboli paru-paru,
- Trombosis vena dalam
- Infark miokard akut.

Juga digunakan:
- Pencegahan tromboemboli vena selama operasi
- Untuk mempertahankan sirkulasi ekstrakorporal
 selama operasi jantung terbuka.
- Heparin juga diindikasikan untuk wanita hamil yang
 memerlukan antikoagulan.

 Dosis tepat sangat penting,


 Diperlukan monitoring terus-menerus.
 Pemberian parenteral dapat menimbulkan nyeri dan hematome di area infeksi.
 Heparin: molekul besar  sulit menembus plasenta, tidak masuk ke ASI
(tidak mempengaruhi janin dalam kandungan).
 Efek samping:
- Perdarahan.
- Alergi
- Osteoporosis terapi lebih dari 6 bulan
- Trombositopenia
- Rambut rontok
- Raksi anafilaktik , Shock
 KI:
 Peminum alkohol karena mengganggu fungsi hepar.
 Antagonis: Heparin adalah Protamin Sulfat.
 Interaksi:
 Fenilbutazon, Kortikosteroid, Kloramfenikol dapat meningkatkan respon
antikoagulan oral.

2. Antikoagulan oral: Antikoagulan yang bekerja tidak langsung


A. Derivat 4 –Hidroksikumarin: Dikumoral, Warfarin
B. Derivat Indan-1,3-dion: Anisindion;
3. Antikoagulan bekerja mengikat ion Kalsium (faktor pembekuan darah)

Anda mungkin juga menyukai