Anda di halaman 1dari 18

PEMERINTAHAN KABUPATEN LAHAT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAHAT

PEDOMAN PENANGANAN SPESIMEN


INSTALASI LABORATORIUM KLINIK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAHAT


Jl. Harun Sohar I Nomor 28 Lahat, Kode Pos 31414, Provinsi Sumatera Selatan
Telp . (0731) 321785 / Fax. (0731) 323080, Emai : rsud_lahat@yahoo.co.id
BAB I
DEFINISI

A. SYARAT SPESIMEN
Jenis spesimen, kualitas dan penanganannya adalah faktor pra-analitik yang penting karena sangat
mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Spesimen yang layak digunakan untuk pemeriksaan
laboratorium adalah:
1. Jenisnya sesuai dengan keperluan pemeriksaan
2. Pemakaian antikoagulan atau zat pengawet tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan.
3. Volume sampel mencukupi sesuai persyaratan untuk setiap jenis pemeriksaan
4. Kondisi baik, seperti : tidak lisis, tidak beku/mengandung bekuan ( terutama untuk pemeriksaan
Hematologi ), tidak berubah warna
5. Identitas pada label dan penulisan data spesimen / pasien tepat
6. Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat
Oleh karena itu sebelum mengirim spesimen ke laboratorium perlu dipastikan bahwa hal-hal berikut ini
telah dilakukan dengan benar:
1. Pemilihan jenis spesimen sesuai dengan parameter pemeriksaan yang dikehendaki
2. Pemakaian antikoagulan atau zat pengawet
3. Persiapan pasien dan peralatan yang digunakan untuk pengambilan (sampling)
4. Tehnik sampling atau pengumpulan spesimen
5. Pemberian identitas spesimen
6. Penyimpanan dan cara pengiriman ke laboratorium

B. JENIS SPESIMEN
Jenis spesimen untuk pemeriksaan laboratorium klinik dapat berupa :
1. Darah utuh (whole blood)
Spesimen ini berupa darah dengan atau tanpa penambahan zat penghambat pembekuan. Untuk
pemeriksaan-pemeriksaan hematologi seperti seperti darah rutin atau DLO, hemoglobin, jumlah sel,
KED, golongan darah, tes fragilitas osmotik eritrosit/OFT, PPT, APTT, Fibrinogen, dsb. Darah harus
ditambah zat penghambat pembekuan (antikoagulan) seperti Na2EDTA, Heparin, Natrium citrat atau
Natrium oksalat. Sedangkan untuk beberapa pemeriksaan tertentu, seperti retraksi bekuan, masa
jendal (cloting time), biakan gall, sel LE, darah tidak perlu diberi antikoagulan.
2. Plasma
Plasma adalah bagian cair dari spesimen darah yang telah diberi antikoagulan (misalnya Natrium citrat
3,8% atau 3,2%). Spesimen ini biasa dipakai untuk pemeriksaan faal hemostasis, seperti PPT, APTT,
Fibrinogen, D-Dimer, dsb. Plasma dipisahkan dari darah dengan tata cara laboratorium tertentu selama
beberapa menit sebelum dilakukan pemeriksaan.
3. Serum
Serum adalah bagian cair dari spesimen darah beku (tanpa antikoagulan). Serum dipisahkan dari darah
dengan tata cara laboratorium tertentu selama beberapa menit sebelum dilakukan pemeriksaan.
4. Urine
5. Tinja
6. Sputum/dahak
7. LCS (Liquor Cerebro Spinal), c. ascites, c. pleura, c. perikardium, c. peritoneum, dsb.
8. Sumsum tulang
9. Usap tenggorok, usap hidung, usap faring, usap nasofaring, dsb.
10. Pus/nanah
11. Sekret uretra, s. vagina, s. endoservik, s. hidung, s. mata, s. telinga
12. Sperma
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pedoman penanganan spesimen berikut meliputi:


A. Persiapan pasien
B. Pengambilan spesimen
C. Pengiriman spesimen dari ruang perawatan ke ruang laboratorium
D. Penerimaan dan pencatatan spesimen
E. Identifikasi spesimen
F. Pelacakan spesimen
G. Pengolahan spesimen
H. Penyimpanan specimen
I. Pembuangan sisa spesimen
J. Pengiriman spesimen rujukan
BAB III
TATA LAKSANA

I. PERSIAPAN PASIEN
a. Persiapan pasien secara umum
1. Persiapan pasien untuk pengambilan spesimen pada keadaan basal
1) Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 10 – 12 jam sebelum diambil sampel
darah, seperti pemeriksaan glukosa darah, asam urat, profil lipid, Lp(a), Apo A, Apo B.
2) Pengambilan spesimen sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 08.00 s.d. 10.00 WIB
2. Sebaiknya menghindari obat-obatan sebelum diambil spesimen
1) Untuk pemeriksaan dengan spesimen darah, tidak minum obat 4 – 24 jam sebelum
pengambilan spesimen
2) Untuk pemeriksaan dengan spesimen urine, tidak minum obat 48 – 72 jam sebelum
pengambilan spesimen
3) Apabila pemberian pengobatan tidak memungkinkan untuk dihentikan, agar diberi catatan
atau diinformasikan kepada petugas laboratorium. Misalnya sebelum pemeriksaan glukosa
darah 2 jam setelah makan, tetapi pasien minum obat antidiabetes.
3. Tidak melakukan aktifitas fisik atau olah raga sebelum pengambilan spesimen
4. Memperhatikan efek postur
Untuk menormalkan keseiimbangan cairan tubuh dari posisi berdiri ke posisi duduk, dianjurkan
pasien duduk tenang sekurang-kurangnya 5-15 menit sebelum pengambilan spesimen.
5. Memperhatikan variasi diurnal (perubahan kadar analit sepanjang hari)
Pemeriksaan yang dipengaruhi variasi diurnal perlu diperhatikan waktu pengambilan darahnya,
antara lain pemeriksaan ACTH, Renin dan aldosteron.
b. Faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
- Diet.
- Obat-obatan
Obat-obatan yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium dapat dilihat pada table
berikut:
Tabel 1. Daftar obat dan pemeriksaan yang dipengaruhi
Diuretik - Hampir seluruh pemeriksaan substrat dan enzim dalam darah
akan meningkat karena terjadi hemokonsentrasi, terutama
pemeriksaan hemoglobin, hitung jenis lekosit, hematokrit,
elektrolit.
- Pada urine akan terjadi pengenceran
Cafein Sama dengan diuretik
Thiazid Glukosa darah, tes toleransi glukosa, ureum darah
Pil KB (hormon) Kecepatan endap darah, hormone
Morfin Enzim hati (GOT, GPT)
Fenobarbital Gamma GT
Acetosal Uji hemostasis
Vitamin C Reduksi urine (glukosa urine)
Antidiabetika Glukosa darah, glukosa urine
Kortikosteroid Hitung eosinofil, tes toleransi glukosa

- Merokok
Merokok dapat menyebabkan perubahan cepat dan lambat pada kadar zat tertentu yang diperiksa.
Perubahan dapat terjadi dengan cepat hanya dalam 1 jam dengan merokok 1 – 5 batang dan akibat
yang ditimbulkan adalah peningkatan kadar asam lemak, epinefrin, gliserol bebas, aldosteron dan
kortisol.
- Alkohol
- Aktifitas fisik
- Demam
- Trauma
- Variasi Circadian Rhythms
- Umur
- Ras ( ethnic )
- Jenis Kelamin ( gender )
- Kehamilan
7. Pasien diberi penjelasan macam tindakan yang akan dilakukan untuk pengambilan spesimen, seperti
untuk pengambilan sekret uretra, sekret endoservik, sekret vagina, apus rektum, apus orofaring,
usap nasofaring, usapan luka, dll.
8. Apabila spesimen harus diambil sendiri oleh pasien (urine, tinja, dahak), maka pasien harus diberi
penjelasan tentang tata cara pengambilan spesimen. Mialnya :
1. Kapan spesimen harus diambil
2. Harus mencuci tangan sebelum mengambil spesimen
3. Cara membersihkan daerah genitalia sebelum pengambilan spesimen urine
4. Cara menampung sample dalam wadah yang telah disediakan, dsb.

II. PENGAMBILAN SPESIMEN


1. Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari karena umumnya nilai normal
ditetapkan pada keadaan basal tetapi ada juga yang pengambilannya disesuaikan dengan perjalanan
penyakit dan fluktuasi harian. Spesimen untuk pemeriksaan biakan, harus diambil pada tempat yang
sedang mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.
2. Gunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai untuk pengambilan spesimen (sarung tangan, masker,
atau kacamata bila perlu).
3. Darah kapiler
- Bersihkan bagian yang akan ditusuk dengan alkohol 70% dan biarkan sampai kering
- Pegang bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang
- Pada orang dewasa diambil pada ujung jari tengah tangan atau jari manis tangan bagian tepi
- Pada bayi di daerah tumit kaki ± pada 1/3 bagian tepinya atau daun telinga
- Tusuk dengan lancet steril sedalam 2-3 mm dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik jari
sedangkan pada daun telinga tusuklah pinggirnya, jangan sisinya. Jangan menekan-nekan jari
atau daun telinga untuk mendapatkan cukup darah.
- Buang tetes darah pertama yang keluar dengan memakai segumpal kapas kering dan tetesan
berikutnya digunakan untuk pemeriksaan
- Bekas tusukan ditutup dengan kapas alkohol
4. Darah vena (cara plebotomi/menggunakan tabung vacum)
- Letakkan lengan pasien lurus pada meja/alas yang dipakai dan telapak tangan menghadap ke
atas
- Pasien diminta mengepalkan tangan
- Pasang torniquet ±10 cm di atas lipat siku
- Pilih pembuluh darah pada lipat siku /vena mediana cubiti dan pilih yang paling jelas dan besar
- Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan kapas beralkohol 70%, biarkan
sampai kering. (kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi)
- Jika dengan vacutainer, tusuk bagian vena tadi dengan lubang jarum menghadap ke atas
dengan sudut kemiringan jarum dan kulit 15 derajat, tekan tabung vacum sehingga darah
terhisap ke dalam tabung lalu lepaskan torniquet dan pasien diminta membuka kepalan tangan.
Biarkan darah mengalir ke dalam tabung sampai selesai sesuai volume tabung vacum. Darah
yang diambil disesuaikan dengan kebutuhan pemeriksaan.
- Tarik jarum dan letakkan kapas pada bekas tusukan tekan± 2 menit, setelah darah berhenti,
plester bagian ini selama ± 15 menit.
- Jika dengan spuit, tusuk vena dengan jarum spuit, lalu hisap darah sesuai kebutuhan, dan
masukkan ke dalam tabung sesuai volume pada tabung vacum (EDTA/kuning atau tabung lain)
 volume darah tidak boleh melebihi atau sangat kurang dari volume ukuran tabung.
- Tabung vacum yang berisi darah dibolak balik ± 5x agar bercampur dengan antikoagulan.
catatan :

 pada waktu pengambilan spesimen posisi pasien boleh duduk atau berbaring
 tempat yang dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah(pucat,
radang, trauma, cyanosis setempat)
 pengambilan tidak boleh di lengan yang sedang dipasang infus
5. Urin
- Urin pagi : urin pertama yang diambil pada saat pagi hari
- Urin sewaktu : urin yang diambil saat itu
- Urin tampung : urin yang ditampung selama 24 jam
6. Feces
Feces sewaktu : defekasi spontan (tanpa bantuan obat pencahar)

7. Sperma
- Sperma : sperma yang diambil setelah puasa (Abstinensia) selama 2-7 hari
8. Sputum
- Direk sputum : diambil pagi hari setelah bangun tidur
- Sewaktu pagi sewaktu (SPS) :
S = Sewaktu, diambil saat itu

P = Pagi, diambil pagi hari setelah bangun tidur

S = Sewaktu, diambil saat itu

9. Swab vagina
- Bersihkan area vulva dengan kapas yang dibasahi NaCl
- Pasang spekulum bagi pasien yang sudah kawin dan colok dubur bagi pasien yang belum kawin
(dilakukan oleh bidan/dokter)
- Oles bagian dalam vagina dengan lidi kapas steril (usahakan mengenai fornix posterior)
- Masukkan lidi kapas ke dalam media transport/tempat tertutup steril atau langsung buat apusan
pada object glass
10. Swab mata
- Usap bagian luar mata dengan kassa yang dibasahi NaCl
- Buka perlahan kelopak mata dengan jari tangan kiri, lalu oles bagian dalam kelopak mata secara
perlahan dengan lidi kapas steril
- Masukkan lidi kapas ke dalam media transport/tempat tertutup steril atau langsung buat apusan
pada object glass
11. Swab luka
- Bersihkan luka dengan kassa yang dibasahi NaCl
- Oles luka dengan lidi kapas steril
- Masukkan lidi kapas pada media transport atau tempat tertutup atau langsung dibuat apusan pada
object glass
12. Swab dubur (rectal swab)
- Bersihkan dubur dengan kassa yang dibasahi NaCl
- Buka anus dengan tangan kiri, dan usapkan lidi kapas steril dalam lubang anus sedalam ± 2 cm
- Masukkan lidi kapas pada media transport atau tempat tertutup

III. PENGIRIMAN SPESIMEN DARI RUANGAN PERAWATAN KE LABORATORIUM


1) Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah memenuhi persyaratan
seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing pemeriksaan.
2) Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.
3) Pengiriman spesimen disertai blanko permintaan yang diisi data yang lengkap. Pastikan bahwa identitas
pasien pada label sampel dan formulir permintaan sudah sama.
4) Beri jam pengambilan sampel pada label sampel dan blangko permintaan.
5) Pengiriman spesimen/sampel dilakukan oleh petugas laboratorium atau petugas ruang rawat inap
6) Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium.
Penundaan pengiriman spesimen ke laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah
pengambilan spesimen. Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat
menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan, seperti:
- Penurunan kadar natrium (Na+), glukosa darah, angka lekosit, angka trombosit.
- Perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskopik
- PPT / APTT memanjang.
- Peningkatan kadar kalium (K+), phosphate, LDH, SGPT.
- Lisisnya sel pada sampel LCS, transudat, eksudat.
- Perkembangbiakan bakteri
- Penundaan pengiriman sampel urin:
Unsur-unsur yang berbentuk dalam urin (sedimen), terutama sel-sel eritrosit, lekosit, sel
epitel dan silinder mulai rusak dalam waktu 2 jam.

Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga menyulitkan pemeriksaan
mikroskopik atas unsur-unsur lain.

Bilirubin dan urobilinogen teroksidasi bila berkepanjangan terkena sinar matahari.

Bakteri-bakteri akan berkembang biak yang akan menyebabkan terganggunya pemeriksaan


bakteriologis dan pH.

Jamur akan berkembang biak

Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada, zat-zat keton dapat menghilang.

Apabila akan ditunda pengirimannya dalam waktu yang lama spesimen harus disimpan dalam
refrigerator/almari es pada suhu 2 – 8 oC paling lama 8 jam.

9. Pengiriman spesimen/sampel sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak atau tas
khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat ditutup rapat dan mudah
dibawa.

IV. PENERIMAAN SPESIMEN

1. SPESIMEN DARI PASIEN RAWAT INAP DAN INSTALASI GAWAT DARURAT


a. Petugas penerima spesimen
1) Menerima dan memeriksa kelayakan spesimen :
a) jenis spesimen harus sesuai dengan jenis pemeriksaan
b) volume spesimen harus cukup, tidak beku, tidak lisis
2) Jika spesimen tidak layak, maka petugas penerima harus mengembalikan spesimen kepada
pengirim atau meminta spesimen yang baru.
3) Memeriksa kesesuaian identitas spesimen dengan formulir permintaan laboratorium. Jika
identitas tidak sesuai maka petugas penerima harus mengembalikan spesimen kepada
pengirim atau meminta klarifikasi kepada pengirim.
4) Mencatat dalam buku register mengenai: data pasien, jenis pemeriksaan yang diminta dan
jam penerimaan spesimen
5) Memberi nomor register pada wadah spesimen (bila 1 pasien lebih dari 1 spesimen, diberi
tambahan huruf a, b, dst) dan formulir permintaan laboratorium.
b. Petugas pengirim (merangkap penerima)
1) Menempatkan spesimen di atas nampan atau kotak khusus
2) Mengirimkan spesimen ke ruang pemeriksaan
3) Menyerahkan spesimen beserta formulir permintaan laboratorium kepada analis di ruang
pemeriksaan.
c. Analis
1. Memeriksa kelayakan spesimen
2. Memeriksa kesesuaian identitas spesimen
3. Melakukan preparasi dan pemeriksaan spesimen
2. SPESIMEN DARI PASIEN RAWAT JALAN
a. Petugas administrasi pendaftaran pasien
1) Melakukan pendaftaran pasien dan menuliskan nomor register pada formulir permintaan
2) Menyerahkan formulir permintaan laboratorium kepada petugas sampling
b. Petugas sampling
1) Memanggil pasien untuk memasuki ruang sampling
2) Melakukan pengambilan spesimen sesuai dengan pedoman yang berlaku.
3) Jika spesimen harus diambil sendiri oleh pasien, maka petugas sampling :
a) Menerangkan tata cara pengambilan spesimen (lihat standar prosedur operasional
persiapan pasien)
b) Menyerahkan wadah spesimen kepada pasien.
4) Jika pasien sudah membawa spesimen :
a) Memeriksa kelayakan spesimen
b) Memberi identitas spesimen
c. Pengiriman (dilakukan oleh petugas sampling)
a. Menempatkan spesimen di atas nampan atau kotak khusus
b. Mengirimkan spesimen ke ruang-ruang pemeriksaan
c. Menyerahkan spesimen beserta formulir permintaan laboratorium kepada analis di ruang
pemeriksaan masing-masing.
d. Analis
1) Memeriksa kelayakan spesimen
2) Memeriksa kesesuaian identitas spesimen
3) Melakukan preparasi dan pemeriksaan spesimen sesuai lembar permintaan

V. PENYIMPANAN SPESIMEN
1. Perhatikan persyaratan penyimpanan spesimen, jenis spesimen, antikoagulan / pengawet dan wadah serta
stabilitasnya
2. Beberapa cara penyimpanan spesimen bila terdapat penundaan pemeriksaan (lihat lampiran):
a. Disimpan pada suhu kamar
b. Disimpan dalam lemari es dengan suhu 2–80C
c. Dibekukan pada suhu - 200C, - 700C atau - 1200C ( jangan sampai terjadi beku ulang)
d. Dapat diberikan bahan pengawet
3. Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka plasma atau serum
dipisahkan dulu baru kemudian disimpan. Pisahkan serum paling lambat 2 jam setelah pengambilan
spesimen.
4. Simpan semua spesimen sesuai dengan nomor urut, tanggal, dan hari serta bulan penyimpanan.
5. Penyimpanan sampel sisa pemeriksaan:
a. Sampel darah EDTA sisa pemeriksaan hematologi disimpan selama 24 jam pada suhu ruang, lalu
dibuang.
b. Sampel serum/plasma sisa pemeriksaan kimia disimpan pada suhu ±4-80C selama 2 hari lalu
dibuang
c. Sisa sampel darah beku disimpan selama 24 jam pada suhu ruangan (15 – 30℃)
d. Sisa sampel urine disimpan pada suhu kamar (15 – 30℃), sampai dengan pergantian shift kerja,
setelah itu dibuang.
e. Sisa sampel feses disimpan pada suhu kamar (15 – 30℃ ), sampai dengan pergantian shift kerja,
setelah itu dibuang.
f. Sisa sampel cairan tubuh disimpan pada suhu 4-8℃ selama 24 jam, setelah itu dibuang.
Catatan :

Serum yang memenuhi syarat harus tidak terlihat merah (lisis) atau keruh (lipemik)

Tabel. Beberapa Jenis Spesimen Dengan Jenis Antikoagulan/pengawet dan Wadah yang Dipakai
untuk Beberapa Pemeriksaan Laboratorium Dengan Stabilitasnya

Jenis Spesimen Antikoagulan /


Wadah Stabilitas
Pemeriksaan Pengawet
Jenis Volume

Hemoglobin Darah 2 ml Na2EDTA G/P stabil

1-1,5 mg/ml darah

Hematokrit Darah 2 ml Na2EDTA G/P 6 jam suhu kamar

1-1,5 mg/ml darah

KED Darah 2 ml Na2EDTA G/P 2 jam suhu kamar

1-1,5 mg/ml darah

Hitung lekosit Darah 2 ml Na2EDTA G/P 2 jam suhu kamar

1-1,5 mg/ml darah

Htg eritrosit Darah 2 ml Na2EDTA G/P 6 jam suhu kamar

1-1,5 mg/ml darah


Trombosit Darah 2 ml Na2EDTA G/P 2 jam suhu kamar

1-1,5 mg/ml darah

Hemostasis Darah 2 ml Na Citrat 3,8% P 30 menit suhu


(PPT, APTT, Fib, dengan perbandg 1:9 kamar
dsb)
s.d.a.

2 jam 4oC
Plasma 1 ml P

Retikulosit Darah 2 ml Na2EDTA G/P 6 jam suhu kamar

1-1,5 mg/ml darah

Glukosa 2 ml ---- G/P 12 jam 2-8 oC

Serum

Kolesterol Serum 1 ml ---- G/P 6 jam 20-25 oC

6 hari 4 oC

6 bulan -20 oC

Bilirubin Serum 1 ml ---- G/P Segera mungkin

Amilase Serum 1 ml ---- G/P 5 jam 20-25 oC

5 hari 4 oC

7 hari -20 oC

Asam urat Serum 1 ml ---- G/P 5 jam 20-25 oC

5 hari 4 oC

6 bulan -20 oC

OT Serum 1 ml ---- G/P >3 hari 20-25 oC

aktifitas turun 17%

>3 hari 4 oC

aktifitas turun 10%

7 hari -20 oC
Widal Serum 2 ml ---- G/P 2-3 hari 2-8 oC

1 bulan freezer

6 bulan deep freezer


-20 oC tidak boleh
dengan gelas

TPHA, VDRL Serum 2 ml ---- G/P s.d.a

HBsAg Serum 2 ml ---- G/P s.d.a.

Anti HBs Serum 2 ml ---- G/P s.d.a.

Anti HIV Serum 2 ml ---- G/P s.d.a.

Urine rutin Urine 5 ml ---- G/P 2 jam suhu kamar

24 jam 2-8 oC

Sedimen Urine 10 ml ---- G/P 2 jam suhu kamar

Glukosa Urine 5 ml ---- G/P Suhu kamar


ecepatnya

24 jam 4 oC

Urine 24 jam Urine 5 ml ---- G/P 4 jam suhu kamar

24 jam suhu kamar

Toluene 2-5 ml/ ml G/P


urine

Kehamilan Serum 1 ml ---- G/P Suhu kamar segera

2 hari 4-8 oC

Na, K, Cl Serum 1 ml ---- G/P 14 jam 20-25 oC

14 hari 4 oC

Kreatinin Serum 1 ml ---- G/P 24 jam 4 oC

8 bulan -20 oC
Malaria Darah 3 tetes Na2EDTA G Secepatnya
segar/ kapiler
1-1,5 mg/ml darah
darah (tetes
EDTA tebal –
tetes
tipis)

Filaria Darah 3 tetes Na2EDTA G Secepatnya


segar/ kapiler
1-1,5 mg/ml darah
darah (tetes
EDTA tebal –
tetes
tipis)

Trichomonas Secret Secukup ---- ---- Langsung dikerjakan


vagina/ nya
urethra

Candida Secret Secukup ---- ---- Langsung dikerjakan


vagina/ nya
uretra

GOT Serum 1 ml ---- G/P >3 hari 20-25oC

aktifitas turun 10%

>3 hari 4 oC

aktifitas turun 8%

7 hari -20 oC

VI. PEMBERIAN IDENTITAS DAN PELACAKAN SPESIMEN


Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting, baik pada saat pengisian
surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan, pendaftaran, pengisian label wadah spesimen. Pada surat
pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiknya memuat secara lengkap:
- Tanggal permintaan,
- tanggal dan jam pengambilan spesimen,
- identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk rekam medik,
- identitas pengirim (nama, alamat, nomor telepon),
- nomor laboratorium
- diagnosis/keterangan klinik
- Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian
- Pemeriksaan laboratorium yang diminta
- Jenis spesimen
- Lokasi pengambilan spesimen
- Volume spesimen
- Transpor media/pengawet yang digunakan
- Nama pengambil spesimen
Label wadah spesimen yang akan dikirim atau diambil ke laboratorium harus memuat:
- Tanggal pengambilan spesimen
- Nama dan nomor Pasien
- Jenis spesimen
Pada saat di laboratorium, spesimen dicatat sesuai SPO Pelacakan spesimen, yaitu:
1. Setiap petugas administrasi dan seluruh analis yang menerima spesimen/sampel wajib menuliskan inisial
identitasnya di buku register penerimaan spesimen/blangko permintaan.
2. Petugas penerima spesimen melakukan pencocokan spesimen yang diterima dengan identitas pasien.
3. Setiap melakukan identifikasi spesimen petugas wajib menuliskan jam penerimaan spesimen
4. Setiap petugas penerima spesimen harus :
i. Menerima dan memeriksa kelayakan spesimen :
a) Jenis spesimen harus sesuai dengan jenis pemeriksaan
b) volume spesimen harus cukup
c) spesimen tidak beku (spesimen dengan anti koagulan), spesimen tidak lisis
ii. Jika spesimen tidak layak, maka petugas penerima harus mengembalikan spesimen kepada
pengirim atau meminta spesimen yang baru
5. Memberi identitas spesimen sesuai register pasien
6. Setelah melakukan pemeriksaan, analis wajib meletakkan spesimen sesuai urutan nomor, dan menyimpan
sesuai jenis spesimennya
7. Petugas penerima spesimen dan petugas laboratorium dapat melakukan pelacakan spesimen dengan
mencari riwayat pencocokan spesimen, identitas yang tertera pada spesimen dengan identitas pada buku
register penerimaan spesimen.
PENGELOLAAN SPESIMEN PATOLOGI ANATOMI
TAHAPAN PRAANALITIK
Pada fase praanalitik, petugas medis yang berperan antara lain dokter penanggung jawab pasien (DPJP) dan
perawat. Perlu dibuat langkah-langkah untuk memastikan bahwa spesimen sampai dengan baik di suatu
sentra diagnostik patologi anatomik, sebagai berikut:
1. Dokter pengirim spesimen menuliskan identitas pasien (sedikitnya nama, jenis kelamin, usia dan tanggal
lahir), identitas dokter serta cara mengontak dokter pengirim; lokasi, cara dan waktu pengambilan; jenis cairan
fiksasi; diagnosis klinis; keterangan klinis yang lengkap; dan riwayat pemeriksaan Patologi Anatomik
sebelumnya (jika ada), pada formulir permintaan pemeriksaan tersebut. Contoh formulir permintaan dapat
dilihat pada lampiran.
2. Untuk jaringan histopatologi, spesimen jaringan dimasukkan segera (selambat-lambatnya dalam waktu 30
menit) ke dalam wadah yang besarnya memadai untuk mencakup seluruh spesimen tanpa menyebabkan
manipulasi anatomik.
a. Wadah diisi cairan fiksasi berupa formalin buffer 10% (cara membuat cairan formalin buffer 10% dapat
dilihat pada lampiran). Volume cairan fiksasi harus memenuhi seluruh jaringan, sehingga terendam
sempurna (sedikitnya 10 kali volume jaringan).
b. Jika jaringan berukuran besar, dilakukan irisan sejajar tanpa putus agar cairan fiksasi dapat terserap
merata ke seluruh bagian jaringan.
c. Lama fiksasi bergantung kepada besar dan jenis jaringan. Jika jaringan sudah menunjukkan perubahan
warna (tidak kemerahan lagi, dan menjadi kecoklatan) serta konsistensi (perabaan) menjadi kenyal-
padat, maka fiksasi telah sempurna (sedikitnya selama 8 jam). Jaringan harus terfiksasi sempurna
sebelum masuk ke tahap prosesing merupakan syarat mutlak. Untuk keperluan pemeriksaan lanjutan,
jaringan harus segera diproses sebelum terendam formalin selama 72 jam. Dengan demikian, waktu
optimal untuk fiksasi adalah 8-72 jam (sesuai panduan College of American Pathologists).
3. Untuk spesimen berupa cairan tubuh, dokter/perawat pada unit pengirim memastikan penanganan sesuai
kaidah sebagai berikut:
a. Menempatkan spesimen cairan hasil operasi/aspirasi pada wadah sesuai (spuit atau botol), yang telah
ditempeli label pasien yang bersangkutan, dimasukkan ke dalam kantong plastik khusus atau wadah
lain yang tidak bocor, tidak mudah robek, yang tertutup rapat dan disertakan bersama formulir
permintaan pemeriksaan sitologi.
b. Apabila cairan belum dikirim ke laboratorium sitologi, cairan harus disimpan di dalam kulkas dengan
suhu 2-8 derajat celcius (bukan freezer), boleh sampai dengan 3 x 24 jam. Kecuali cairan yang berasal
dari otak (liquor cerebri) SEGERA dikirimkan ke laboratorium Patologi Anatomik untuk diproses.
4. Untuk spesimen smear/apusan pada slaid, dokter/perawat pada unit pengirim memastikan penanganan
sesuai kaidah sebagai berikut: Cara Konvensional:
a. Segera lakukan fiksasi pada sebagian jumlah slaid dengan merendam dalam cairan fiksasi alkohol 96%
selama minimal 30 menit, untuk selanjutnya slaid ini akan diwarnai dengan pulasan Papanicolaou.
b. Slaid lainnya segera keringkan di udara terbuka, untuk selanjutnya akan diwarnai dengan pulasan
Giemsa.
c. Khusus untuk sediaan cervical smear/pap smear hanya dilakukan fiksasi alkohol 96% karena akan hanya
dilanjutkan dengan pulasan Papanicolaou tanpa pulasan Giemsa.
d. Setiap slaid diberikan kode atau tanda agar tidak tertukar bila jumlah pasien lebih dari satu atau bila
lokasi organ lebih dari satu.
e. Sediaan yang dikirim sebaiknya dikemas sedemikian rupa agar tidak menempel satu sama lain
f. Tulis dalam formulir permintaan jumlah slaid yang dikirim dan jenis fiksasinya
Pemeriksaan Pap Smear Berbasis Cairan (Liquid-based cytology)
a. Setelah dilakukan pengambilan sampel serviks, segera masukkan sikat ke dalam cairan fiksasi dan tutup
rapat, sesuai dengan petunjuk produsen, dan dikirim ke layanan sentra diagnostik patologi anatomik.
b. Bila dilakukan rujukan, setiap spesimen dilengkapi dengan identitas dan formulir permintaan.
FIKSASI Proses fiksasi merupakan tahap yang sangat penting dalam rangkaian pemrosesan suatu spesimen.
Fiksasi akan mempertahankan morfologi sel dan/atau jaringan seperti ketika sel/jaringan tersebut berada
dalam tubuh dan masih mendapat suplai nutrisi dan oksigen.

Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi


Tahapan pengecatan sediaan apus FNAB:
• Metanol = 20 celup
• Eosin = 10 celup
• Methylen blue = 10 celup
Cuci dengan air = 10 celup
Proses pemeriksaan dan diagnosa dilakukan selama 1-3 hari kerja

VII. PENGIRIMAN SPESIMEN RUJUKAN


Petugas laboratorium:

1. Mempersiapkan atau membuat kemasan

Kemasan terdiri atas:

a. Wadah kedap air untuk meletakkan spesimen


b. Wadah untuk melindungi wadah kedap air dari pengaruh luar seperti kerusakan fisik dan
terkena air selama pengiriman
2. Mempersiapkan spesimen/sampel sesuai jenis pemeriksaan dan stabilitas sampel

3. Meletakkan spesimen dalam wadah

4. Membuat formulir permintaan rangkap 2 (untuk dikirim dan arsip laboratorium)

5. Memberi tulisan/tanda “BAHAN INFEKSIUS pada kemasan

6. Mengirim kemasan/paket
a. Menghubungi penyedia jasa transportasi dan penerima (laboratorium penerima) melalui
telepon atau fax untuk menjamin agar spesimen dapat diantar dan diperiksa segera, serta
minta pemberitahuan jika sampel sudah diterima.
b. Menyiapkan dokumen pengiriman
c. Mengatur rute pengiriman
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Buku register pasien/spesimen rawat jalan


2. Buku register pasien/spesimen rawat inap
3. Buku register pasien/spesimen IGD/cito
4. Buku catatan sampel rusak/tidak sesuai
5. SPO tentang penanganan spesimen

Anda mungkin juga menyukai