Anda di halaman 1dari 20

Persiapan Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik

● Pengertian Pengumpulan dan pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium


adalah upaya menyediakan bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan laboratorium.
Pengumpulan dan pemeriksaan sampel laboratorium ini dilakukan pada setiap pasien
baru atau pasien lain sesuai dengan kebutuhannya, baik rutin ataupun khusus.
● Tujuan Pengumpulan dan pemeriksaan specimen laboratorium ini berguna untuk
mendapatkan sejumlah informasi yang diperlukan untuk menegakkan diagnostic,
mengetahui perjalanan penyakit, serta sarana untuk mengukur respons pasien
terhadap terapi.
● Bahan Pemeriksaan : Darah, Urine, Feses, Sputum, Apusan genitalia, Apusan
tenggorokan/hidung, Apusan mata, Cairan otak, Cairan lambung, Cairan luka, Hasil
biopsi, Muntahan dll
● Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan dengan bahan atau specimen darah.
Sampel darah yang digunakan bisa menggunakan darah vena, arteri, dan darah perifer
tergantung pada jenis pemeriksaan.
● Pemeriksaan darah vena adalah pemeriksaan dengan menggunakan sampel darah
vena. Tempat /akses vena yang dapat digunakan adalah vena mediana cubuti, vena
cephalika, vena basilika, vena radialis, vena metakarpal dll
● Pemeriksaan menggunakan sampel darah vena: Serum Glutamik Piruvik
Transaminase (SGPT) atau alanin amoniotransferase; Albumin; Asam urat; Bilirubin
(total, direct dan indirect); Estrogen; Gula darah puasa; Gula darah postpadial;
Gonadotropin korionik manusia (human chorionic gonadotropin-HCG); Hematokrit;
Hemoglobin; Trombosit; Kolesterol; Masa tromboplastin parsial (partial
tromboplastin time-PTT), masa tromboplastin parsial teraktivasi (Activation Partial
Tromboplastin Time-APTT); Masa trombin; Progesteron; Prolaktin; Serum kreatinin,
T3, T4 dll
● Persiapan Alat : Spuit 5 atau 10 cc dan jarum steril pada tempatnya; Kapas alkohol
dan kasa steril ukuran 2x2 cm; Tourniket vena; Pengalas; Bengkok; Botol tertutup
yang bersih dan kering untuk tempat spesimen; Kertas untuk etiket dan pulpen; Alat-
alat untuk menyimpan/membawa bahan pemeriksaan; Plester; Surat pengantar
● Persiapan Pasien :
- Pasien diberitahu dan diberi penjelasan mengenai tujuan pengumpulan specimen
dan cara-cara pengumpulannya sesuai dengan spesimen yang akan diambil.
- Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan : bisa duduk atau berbaring dengan tangan
lurus atau berbaring.
- Untuk pemeriksaan gula darah puasa pasien dianjurkan untuk puasa makan dan
minum 12 jam sebelum pemeriksaan.
Pengambilan Sampel

PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI


Adalah Pemeriksaan menggunakan sampel darah arteri. Pemeriksaan Gas Darah Arteri.
Pemeriksaan GDA digunakan untuk mengetahui gangguan keseimbangan asam basa yang
disebabkan oleh gangguan respiratorik dan metabolik. Pemeriksaan GDA meliputi PaO2, PaCO2,
pH, HCO3, BE.
Persiapan Alat : Spuit 2 cc yang dibilas heparin 0,1 cc; Kapas alcohol; Pengalas; Tutup jarum atau
gabus steril; Kasa 2x2 cm; Kantong Es
Persiapan Pasien :
 Pasien diberitahu dan diberi penjelasan mengenai tujuan pengumpulan specimen dan cara-
cara pengumpulannya sesuai dengan spesimen yang akan diambil.
 Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan : bisa duduk atau berbaring dengan tangan lurus
atau berbaring.
● Tidak ada pembatasan makan dan minum

PENGAMBILAN SAMPEL DARAH PERIFER


Pemeriksaan menggunakan sampel darah yang berasal dari darah perifer. Beberapa pemeriksaan
yang menggunakan sampel darah perifer : hB, malaria, filaria, gula darah dll.
Persiapan Alat : Lanset darah/jarum khusus; Kapas alkohol; Alat ukur Hb/kaca objek/botol
pemeriksaan (tergantung jenis pemeriksaan); Bengkok
Persiapan Pasien :
 Pasien diberitahu dan diberi penjelasan mengenai tujuan pengumpulan specimen dan cara-
cara pengumpulannya sesuai dengan spesimen yang akan diambil.
 Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan : bisa duduk atau berbaring dengan tangan lurus
atau berbaring.
 Tidak ada pembatasan makan dan minum

PEMERIKSAAN URINE
Beberapa pemeriksaan yang menggunakan sampel urine adalah urinalisis (warna, penampilan, bau,
pH, berat jenis, protein, glukosa, keton,pemeriksaan mikroskopik : sel darah merah, sel darah
putih, serpihan,), urobilinogen dll.
Persiapan Alat : Botol steril /steril tertutup; Formulir lab; Etiket; Bengkok; Buku ekspedisi.
Persiapan Pasien :
 Pasien diberitahu dan diberi penjelasan mengenai tujuan pengumpulan specimen dan cara-
cara pengumpulannya sesuai dengan spesimen yang akan diambil.
Tidak ada pembatasan makan dan minum
 Apabila pengambilan urine pagi hari dianjurkan sebelum makan pagi. Dan specimen
disimpan dalam lemari es 6-8 jam.
 Untuk pemeriksaan HCG anjurkan pasien untuk puasa cairan 8-12 jam
Pengambilan sampel

PEMERIKSAAN FESES
Beberapa pemeriksaan yang menggunakan sampel urine adalah urinalisis (warna, penampilan, bau,
pH, berat jenis, protein, glukosa, keton,pemeriksaan mikroskopik : sel darah merah, sel darah
putih, serpihan,), urobilinogen dll.
Persiapan Alat : Alat-alat untuk BAB/BAK; Tempat spesimen untuk pemeriksaan; 2 buah lidi;
Sarung tangan; Vaselin; Kapas lengkap; Bengkok; sampiran
Persiapan Pasien :
 Jelaskan kepada pasien mengenai tujuan pengambilan spesimen.
 Beritahu pasien bahwa sesudah BAK ia harus BAB dalam pispot yang telah disediakan dan
usahakan feses jangan bercampur dengan air.
PEMERIKSAAN SPUTUM
Pemeriksaan dengan bahan secret atau sputum dilakukan untuk mendeteksi adanya tuberkulosis
pulmonal, pneumonia bakteri, bronchitis kronis dan bronkhiektasis.
Persiapan Alat : Tempat sputum yang tertutup; Botol tempat specimen; Formulir dan etiket
Persiapan Pasien :
 Informed consent
 Ajarkan teknik batuk efektif
 Beritahu pasien khusus untuk pemeriksaan BTA pengumpulan sputum dilakukan pada pagi
hari setelah bangun tidur tanpa makan/minum dan selama 3 hari berturut-turut.

PAPANICOLAOU SMEAR (PAP SMEAR)


PAP SMEAR merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi kanker serviks dan jaringan pra-kanker,
mengkaji efek pemberian hormon seks, serta mengkaji respons terhadap kemoterapi dan radiasi.
Persiapan Alat : speculum; Spatula kayu bengkok (pap stick); Kaca objek/kaca mikroskop; Cairan
fiksasi; Sarung tangan steril; etiket
Persiapan Pasien :
 Lakukan informed consent
 Tidak perlu pembatasan makan dan cairan.
 Informasikan kepada pasien bahwa tidak boleh melakukan irigas vagina, memasukkan
obat-obat pervagina atau melakukan hubungan seksual sekurang-kurangnya 24 jam
sebelum pemeriksaan.
 Pakaian dilepas dan diganti dengan gain kertas.
 Atur Posisi pasien : berbaring ditempat tidur/meja pemeriksaan dengan posisi litotomi
 Jelaskan kepada pasien bahwa pemeriksaan akan memerlukan waktu sekitar 10 menit.
 Jelaskan pada klien bahwa hasil pemeriksaan akan tersedia sekitar 3-5 hari.
Pemeriksaan

RONTGEN
Pemeriksaan Rontgen atau sinar X dilakukan bertujuan skrining. Pemeriksaan Rontgen meliputi
rontgen dada, jantung, abdomen, tengkorak, rangka.
Persiapan Alat : Alat-alat untuk BAB/BAK; Tempat spesimen untuk pemeriksaan; 2 buah lidi;
Sarung tangan; Vaselin; Kapas lengkap; Bengkok; sampiran
Persiapan Pasien :
 Informed consent
- Jelaskan pada pasien tidak ada pembatasan untuk makan dan cairan.
- Jelaskan kepada pasien bahwa pemeriksaan sinar x biasanya memerlukan waktu 10-15
menit
- Jelaskan kepada klien bahwa kemungkinan diambil beberapa kali satu atau dua foto.
Dan pasien mungkin menunggu diruang tunggu
 Untuk pasien perempuan, tanyakan apakah sedang hamil. Apabila sedang hamil maka
prosedur tidak dilakukan.
- Untuk pemeriksaan dada, jantung baju diturunkan sampai ke pinggang dan perhiasan
dilepas. Pasien harus menarik nafas dalam dan menahan nafas saat dilakukan
pemeriksaan.
- Untuk pemeriksaan abdomen baju dilepas dan diganti dengan baju kertas, posisi
terlentang .
 Untuk pasien laki-laki testis harus dilindungi
- Untuk pemeriksaan tengkorak Lepaskan jepit rambut, kacamata dan gigi palsu
sebelum pemeriksaan. Berbagai posisi mungkin diperlukan sehingga dapat mengambil
foto sinar x dari berbagai area tulang tengkorak
- Untuk pemeriksaan rangka Imobilisasikan daerah yang dicurigai fraktur.

ULTRASONOGRAFI (USG)
Adalah suatu pemeriksaan diagnostic yang digunakan untuk untuk melihat struktur jaringan
tubuh atau analisa bentuk gelombang dari Doppler
Ultrasound dapat mendeteksi kelainan jaringan jaringan (massa, kista, edema, batu).
Jenis-jenis USG : AORTA ABDOMINAL; OTAK; ARTERI DAN VENA; KANDUNG EMPEDU
DAN DUCTUS EMPEDU; JANTUNG; GINJAL; HEPAR; UTERUS DAN PELVIS.
Persiapan Alat : Mesin USG; Jelly; Tissue; Formulir pemeriksaan

Persiapan Pasien :
 Informed consent
 Untuk pemeriksaan aorta abdomen, kandung empedu, hepar, limfa dan pancreas pasien
dianjurkan puasa 8-12 jam sebelum pemeriksaan.
 Jelaskan kepada pasien bahwa prosedur membutuhkan waktu 10-30 menit.
 Atur posisi pasien : berbaring terlentang
Pemeriksaan Diagnostik

 Untuk pemeriksaan obstetrik (pada kehamilan trimester I dan II, pelvis dan ginjal)
anjurkan pasien untuk minum 4 gelas dan tidak boleh berkemih sampai pemeriksaan
selesai dilakukan.untuk trimester III kandung kemih harus dalam keadaan kosong.

LAPAROSKOPI
Laparoskopi adalah tindakan pemeriksaan dengan alat optic, yang dimasukkan kedalam ruangan
abdomen (perut).
Laparoskop untuk tindakan membantu diagnose (ketepatan) yang masih sulit dilakukan dari luar
artinya dengan pemeriksaan biasa. Kesulitan tersebut dapat dibantu dengan pemeriksaan
laparoskop, sehingga dapat terlibat kelainan atau penyakit yang berada di dalam rahim dan
jaringan sekitarnya. Sedangkan laparoskop untuk tujuan operasi dilakukan dengan dua sampai
empat fungsi, sehingga tindakan operasi dapat dilakukan
Persiapan Pasien :
 Informed consent
• Pasien ditempatkan dalam posisi dorsolitotomi yang rendah dengan kedua kaki pasien
ditaruh pada tempat yang telah disediakan untuk memberikan akses vaginal
• Posisi trendelenbur seharusnya digunakan hanya jika setelah trokar yang utama telah
dimasukkan, karena posisi trendelenburg menyebabkan promontorium turun sehingga
pembuluh darah yang besar (bifurkasio aorta dan vena iliaka kiri) terdapat didalam
aksis pemasukan trokar.

CGT
Cardiotocography adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur DJJ pada saat kontraksi
maupun tidak.
PENGENDALIAN INFEKSI DASAR

KEWASPADAAN STANDAR
- Diterapkan pada semua klien dan orang yang ke fasilitas pelayanan Kesehatan.
- Rancangan untuk mengurangi resiko penularan mikroorganisme dirumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dari sumber infeksi

Komponen Utama
1. Mencuci Tangan
 Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, secret dan barang-barang yang tercemar
 Segera setelah membuka sarung tangan
 Diantara kontak pasien
 Sebelum dan setelah melakukan tindakan invasive
 Setelah menggunakan toilet
2. Handscoon
 Bila kontak dengan darah, cairan dalam tubuh, secret, ekskresi, dan barang yang
tercemar.
 Bila kontak dengan membranmukosa/ selaput lendir dan kulit yang tidak utuh.
3. Gown
 Melindungi kulit dari kemungkinan terkena percikan ketika kontak dengan darah atau
cairan tubuh
 Mencegah kontaminasi pakaian selama melakukan tindakan yang melibatkan kontak
dengan darah dan cairan tubuh
4. Linen
 Tangani linen kotor dengan menjaga jangan terkena kulit atau membran mukosa
 Jangan merendam/ membilas linen kotor diwilayah ruang perawatan
 Jangan mengibaskan linen dan melekatkan linen kotor di lantai
 Segera ganti linen yang tercemar/ terkena darah / cairan tubuh.
5. Benda Tajam
 Hindari menutup kembali jarum yang sudah digunakan
 Menghindari melepas jarum yang telah digunakan dari spuit sekali pakai.
 Hindari membengkokan, menghancurkan, atau memanipulasi jarum dengan tangan.
 Masukan instrument tajam kedalam wadah yang tahan tusukan dan tahan air.

6. Kebersihan Lingkungan
 Bersihkan, Rawat dan Desinfeksi alat dan perlengkapan dalam ruang perawatan pasien
secara rutin setiap hari
7. Resusitasi Pasien
 Gunakan penghubung mulut untuk resusitasi mulut kemulut secara langsung
8. Penempatan Pasien
 Isolasi pasien yang memiliki penyakit menular dalam ruangan terpisah/ khusus ( isolasi )

Hal-Hal yang perlu diperhatikan


 Perlakukan pasien dan petugas sebagai Individu yang potensial menularkan dan rentan
terhadap infeksi
 Cuci tangan adalah prosedur penting untuk mencegah pencemaran silang.
 Gunakan sarung tangan pada kedua tangan
 Gunakan APD ( Alat Pelindung Diri)
 Gunakan anti septic berbasis alcohol untuk membersihkan kulit
 Terapkan prosedur dan cara kerja yang aman
 Proses peralatan, sarung tangan dan alat-alat lain dengan terlebih dahulu melakukan
dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi sesuai prosedur

KEWASPADAAN TERHADAP TRANSMISI


Kewaspadaan berdasarkan transmisi perlu dilakukan sebagai tambahan kewaspadaan standar
1. Kewaspadaan Penularan Melalui Kontak
Kewaspadan ini dirancang untuk mengurangi resiko transmisi organism pathogen melalui
kontak langsung. Kontak langsung dapat terjadi pada kontak kulit dengan kulit dan
berpindahnya organisme selama kegiatan perawatan.
2. Kewaspadaan Penularan Melalui Droplet
Kewaspadaan ini dirancang untuk mengurangi resiko penularan melalui percikan bahan
infeksius. Droplet infection terjadi melalui kontak dengan konjugtiva, membran mukosa,
hidung,mulut, dahak (sputum)
3. Kewaspadaan Penularan Melalui Air Borne (Udara)
Kewaspadaan melalui air borne(udara) dirancang untuk mengurangi resiko penularan melaui
penyebaran partikel kecil ke udara baik secara langsung atau pertikel debu yang
mengandung mikro organisme

Komponen Utama
 Menjaga kebersihan tangan dan pemakaian sarung tangan.
 Menggunakan masker, pelindung pernapasan, pelindung mata, dan pelindung wajah.
 Gaun (apron).
 Pengelolaan linen dan pakaian kotor.
 Penggunaan peralatan makan.
 Pencegahan infeksi untuk pasien yang menderita penyakit yang menular melalui udara.
 Pemrosesan peralatan yang aman
Perawatan Pasien dalam Ruang Isolasi
A. Persiapan dan pemiliharaan ruang isolasi
 Lakukan tindakan pencegahan dengan memberi tanda peringatan pada pintu
 Sediakan lembar catatan pada pintu masuk ruang isolasi, semua petugas dan
pengunjung yang masuk harus mengisi lembar catatan tersebut
 Pastikan bahwa semua yang masuk ruangan memakai APD yang lengkap
 Pindahkan perabot yang tidak penting, sebaiknya perabot yang ada harus mudah
dibersihkan dan tidak menahan kotoran tersembunyi atau basah
 Kumpulkan linen seperlunya
 Lengkap dengan tempat cuci tangan dan kebutuhan untuk cuci tangan yang cukup
 Sediakan kantung sampah yang sesuai dengan ketentuan
 Letakan wadah khusus anti bocor untuk benda tajam dalam ruangan.
 Usahakan untuk tidak menggunakan alat pribadi dan letakan barang dalam
jangkauan pasien.
 Sediakan alat yang diperlukan tersendiri untuk masing-masing pasien. Bila
terbatas, alat yang digunakan oleh pasien lain seluruh alat harus dibersihkan dan
didesinfeksi(sterilkan)sebelum digunakan.
 Diluar pintu masuk ruangan sediakan tempat untuk menyimpan APD.
 Sediakan peralatan kebersihan dan desinfeksi yang dibutuhkan dalam ruangan.
 Bersihkan ruangan secara menyeluruh setiap hari.
 Bersihkan peralatan makan dalam air sabun(panas)
B. Memasuki Ruangan
 Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan.
 Cuci tangan dengan air mengalir atau gunakan handrub berbasis alcohol.
 Gunakan APD.
 Masuk ruangan dan tutup pintu.
C. Meninggalkan Ruangan
 Dipintu keluar, lepaskan APD sesuai urutan yakni sarung tangan, kacamata/
pelindung wajah, gaun.
 Cuci tangan dengan air mengalir atau gunakan handrub berbasis alcohol
 Tinggalkan ruangan
 Lepaskan masker dengan memegang bagian belakang ( bukan bagian depan )
 Petugas membersihkan diri ( mandi ) dan menggunakan pakaian dari luar.
INFEKSI NASOKOMIAL

Infeksi nosokomial  masalah kesehatan masyarakat yang penting:


  angka kesakitan dan kematian.
  lama perawatan.
  biaya kesehatan.
 komplikasi tersering pasien yang dirawat di rumah sakit.
Definisi
 Infeksi yang terjadi pada pasien rawat inap di Rumah Sakit yang tidak terdapat waktu
masuk atau tidak dalam masa inkubasi.
 Arti kata Nosokomial “berhubungan dengan tempat tidur pasien” (bedside associated)
secara praktis juga berarti yang berhubungan dengan tempat perawatan, seperti rumah
Sakit, Rumah Bersalin, Rumah Panti Werda

hospital-acquired infection”
Infeksi yang didapat ketika penderita dirawat di rumah sakit:
 Saat mulai dirawat  tanda-tanda klinis (-).
 Saat mulai dirawat  tidak dalam MI.
 Tanda-tanda klinis  timbul sekurang-kurangnya 3 kali 24 jam sejak mulai perawatan.
Infeksi yang terjadi di RS,oleh mikoorganisme yang berasal dari RS,dapat terjadi selama
penderita dirawat atau setelah dipulangkan.Dapat terjadi pada penderita,tenaga kesehatan
atau pengunjung
Penyakit infeksi yang sedang dalam masa inkubasi ketika penderita masuk RS,bukan Infeksi
Nosokomial
3 Komponen Pada Infeksi Nasokomial :
 Mikroorganisme penyebab
 Cara penularan
 Daya tahan Tubuh Pasien
Setiap orang dirumah sakit dapat merupakan sumber infeksi karena setiap orang membawa
kuman secara normal (kolonisasi)
Benda-bendapun dapat merupakan sumber infeksi seperti lingkungan, terutama benda yang
terkontaminasi dengaan kuman dari pasien yang terinfeksi atau dari tangan petugas kesehatan.
Kuman yang dapat menimbulkan infeksi kalau :
o Jumlahnya banyak
o Virulensinya tinggi
o Imunitas pasien rendah
Sumber Penyakit dan Cara Penularan
Endogen Lingkungan:
 Transmisi diluar habitat normalnya.  Air, larutan desinfektan
 Kerusakan jaringan. Pseudomonas, Acinetobacter
 Terapi antibiotika   flora normal berkurang.  Alat - alat
Eksogen/infeksi silang  Makanan
 Kontak langsung antar pasien  Udara
 Melalui udara / air  dll
 Petugas kesehatan (carrier)
 Objek yang terkontaminasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi
1. Patogenitas kuman : Kesanggupan kuman untuk timbulkan penyakit
 Staphylococcus aureus patogenitas tinggi
 Streptococcus viridans patogenitas rendah
2. Virulensi kuman : Ukuran derajat penyakit yang ditimbulkan
 Sakit ringan ?, Sakit berat ?, Mati ?
3. Dosis kuman : Dosis infeksi
 Salmonella typhi 103 0 - 10 %
 Salmonella typhi 107 50 %
 Salmonella typhi 109 95 %
4. Daya tahan
Infeksi Nasokomial
1. Infeksi silang (cross infection)
2. Infeksi lingkungan (environmental infection)
3. Infeksi diri sendiri (self infection)
Transmisi
Kerentanan Penderita
 Usia yang ekstrim  bayi atau usia tua.
 Penyakit kronis, radiasi, kemoterapi, trauma.
 Alat invasif
Mikroorganisme Penyebab

1. Bakteri Komensal.
Flora normal  mencegah kolonisasi patogen.
Daya tahan tubuh menurun atau pindah tempat normalnya  infeksi
ex: E.coli (ISK). dll
2. Bakteri Patogen
Staphylococcus aureus
3. Virus: Influenza, Hepatitis B &C, varicella, rubella  penting. HIV?
4. Jamur & parasit  umumnya opotunistik.
Jamur :
 C. albicans  vagina, mulut. dll
 Nocardia sp  paru
 C. neoformans otak, paru
 H. capsulatum  paru
 Aspergilus sp paru
Parasit :
 Toxoplama gondii  tranplantasi jantung
 Pneumocystis carinii  transplantasi ginjal
Diagnosis Bakteriologik
 Diagnosis bakteriologik yang tepat adalah sangat penting untuk menentukan antibiotika
yang tepat .
 Tim PPIRS perlu mengetahui kuman infeksi nosokomial berasal dari mana sumbernya

Tindakan Pencegahan
1. Mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Memakai perlengkapan pelindung diri
4. Menggunakan tehnik aseptik
5. Memproses alat bekas pakai dengan baik
6. Menangani peralatan tajam dengan aman
7. Menjaga kebersihan dan kerapihan lingkungan serta pembuangan sampah secara benar
Cuci Tangan Merupakan Aspek yang Penting
Ada 2 kategori organisme yang ada di
1. Organisme residen ( flora normal ): tidak hilang secara permanen
2. Organisme transient : mudah dihilangkan dengan cuci tangan efektif
Mengapa Kita Perlu Mencuci Tangan?
 Penanganan pasien dengan kontak tangan
 Kontaminasi flora normal pasien kontak perubahan tempat flora normal
patogen
Apa yang harus digunakan untuk mencuci tangan :
 Dekontaminasi tangan rutin dengan sabun dan air mengalir
 Desinfeksi kulit ( hibiscrub, handyclean )
Kapan Kita Harus Mencuci Tangan :
 Sebelum dan sesudah melakukan tindakan
 Setelah kontak dengan cairan tubuh
 Setelah memegang alat yang terkontaminasi ( jarum, cucian )
 Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien di ruang isolasi
 Setelah menggunakan kamar mandi
 Sebelum melayani makan dan minum
 Pada saat akan tugas dan akhir tugas
Tindakan Aseptik
 Istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan upaya kombinasi untuk mencegah
masuknya mikroorganisme ke dalam area tubuh manapun yang sering menyebabkan infeksi
 Tujuan asepsis adalah : membasmi jumlah mikroorganisme pada permukaan hidup (kulit dan
jaringan) dan obyek mati (alat-alat bedah dan barang-barang yang lain)
Antisepsis
Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir atau jaringan tubuh lainnya
dengan menggunakan bahan antimikrobial (antiseptik)
Sterilisasi
Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit
dan virus) termasuk endospora bakteri pada benda mati atau instrumen dengan cara uap air
panas tekanan tinggi (otoklaf), panas kering (oven), zat kimia atau radiasi
Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri
pada benda mati dengan cara merebus, mengukus atau penggunaan desinfektan kimiawi
Desinfektam
Adalah bahan kimia yang membunuh atau menginaktivasi mikroorganisme
Contoh larutan desinfektan :
 Klorin pemutih 0,5% : untuk dekontaminasi permukaan yang lebar
 Klorin 0,1% : Untuk DTT kimia
 Glutaraldehida 2% :mahal harganya biasa digunakan untuk DTT kimia atau sterilisasi
kimia
 Fenol, klorin : tidak digunakan untuk peralatan/bahan yang akan dipakaikan pada bayi
baru lahir
Dekontaminasi
 Proses yang membuat objek mati lebih aman ditangani staf sebelum dibersihkan
(menginaktifasi serta menurunkan HBV, HIV tetapi tidak membasmi)
 Peralatan medis dan permukaan harus di dekontaminasi segera setelah terpapar darah
atau cairan tubuh
Pembersihan (Mencuci dan Membilas)
 Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua darah, cairan, tubuh, benda asing
dari kulit atau instrumen.
Parenteral Oral
1. Oral
Indikasi :
- Pasien harus dapat menelan
- obat dapat bertahan dalam lambung
Kontra indikasi:
- muntah-muntah
- Kuras/bilas lambung/usus
- pasien tidak sadar
2. Parenteral
- diabsorbsi  cepat
- tak dapat ditarik/diurungkan bila sdh diinjeksikan  hati-hati
Perlengkapan
 Syringe : - plastik (disposible)
- kaca (re-use)
- Jenis (hypodermia, insulin & tuberkulin)
 Jarum : - disposible/re-use harus tajam
- ukuran/nomer ssi dgn kebutuhan (1 ml : IC, SC)
 Ampul/Vial : Kemasan obat parenteral steril
A. Intra cutan (IC) : Memasukkan obat pada lapisan kulit
- Skin test alergi
- Mantoux tes
- Vaksinasi
- Melalui kapiler diarea penyuntikan
- Tdk boleh di masase
- Diabsorbsi scr lambat
B. Sub cutan (SC) 45 o : Memasukkan obat dibawah kulit
- Vaksin
- Pre operasi medication
- Insulin/heparin
- Lokasi: deltoid, rectus femoris, abdomen bawah
C. Intra muskular (IM) 45 o - 90 o : Dimasukkan sampai ke otot.
- Diabsorbsi cepat daripada Sc karena suplay darah >>besar di otot. Otot dapat
menampung volume obat >>banyak dr pd SC.
- Lokasi : dorso gluteal, ventro gluteal, rectus femoris, vactus lateralis, deltoid,
post tricep
D. Intra Vena (IV)
- bila diperlukan efek yg cepat pada emergency
- bila obat dapat mengiritasi jaringan
- lokasi : Vena, Cephalic, Vena-Vena Accessory Cephalic, Vena radial, Vena Medial
Antebrachial, basilic vein, Vena Medican cubital, Vena Basilic, Vena Cephalic,
vena dorsal metacarpal.
- Karena efeknya cepat : berikan secara perlahan; amati reaksi pasien selama
pemberian obat; stop segera bila tumbuh reaksi yang tdk diinginkan
- Jenis : Continus infusion; Additional container; Intravenaus push/bolus
TERAPI TOPICAL
Keberhasilan Pengobatan Topikal Ditentukan Oleh :
 Diagnosis yang tepat
 Bahan aktif
 Vehikulum
 Cara pemberiannya

Pengaruh Obat Topikal Pada Kulit


a) Pengaruh fisik : Mengeringkan Lubrikasi; Membasahi; Melembutkan; Memanaskan;
Melindungi
b) Pengaruh Kimia : anti jamur. Antibakteri, antivirus, antiinflamasi, antialergi

Vehikulum
Vehikulum : bahan dasar
Guna Vehikulum
1. Membawa bahan aktif obat
2. Mempertinggi penetrasi obat ke kulit
3. Meningkatkan absorbsi obat
4. Efek non spesifik : pendingin, proteksi, emolien, oklusif
Vehikulum yang digunakan sesuaikan
 Stadium penyakit
 Luas atau distribusi
 Kedalaman lesi
 lokasi

KOMPRES TERBUKA
Dasar : penguapan cairan kompres  absorbsi eksudat/ pus  kulit kering
CARA :
Kain kasa
 Non iritasi, absorben
 3 lapis Cairan Kompres :
 Celup ke dalam air kompres, peras balutkan  Jangan terlalu >>
pada kulit (tdk perlu ketat)  Tidak menetes
 Lakukan 3x 15’ -30’ / hari  Jangan terjadi maserasi.
!!! Jangan digunakan kapas
BEDAK
TDD : talcum venetum + oxydum zinzicum INDIKASI
(seng oksida) 1. Dermatosis kering dan superfisial
Efek bedak 2. Mempertahankan bula / vesikel
 Mendinginkan agar tidak pecah. seperti pd
 Antipruritus : lemah varisela & H. zoster
 Antiinflamasi : ringan KONTRA INDIKASI
 Mengurangi gesekan pd kulit yang berlipat dermatitis dengan infeksi sekunder
 Proteksi mekanis / penutup
SALEP
 Bahan berlemak ~ spt lemak
 Suhu kamar = mentega
 Bahan dasar : - vaselin
- lanolin / minyak

Indikasi Kontra indikasi


1. Dermatosis kering dan kronik  Radang akut : eksudaif
2. Dermatosis tebal : likenifikasi, hiperkeratosis  Daerah berambut
3. Dermatosis berskuama tebal / berlapis  Daerah lipatan

GEL
 Sediaan hidroklorid / hidrofilik
 Suspensi dr bahan organik
 Bahan-bahan
 karbomer
+ dengan air GEL
 metil selulosa perbandingan ttt
 tragakan

KRIM
Minyak + cairan ( aqua ) Indikasi Krim
 Kelainan agak eksudatif
 Kering, superfisialis
emulgator Kelebihan krim dibandingkan salep :
Krim ada 2 macam :  Nyaman
1. Cold Cream ( W/O ) : Oil >>> daya emolien >>>  Daerah lipatan
2. Vanishing Cream ( O/W ) : Water >>> efek pendinginan >>>  Kulit berambut

BEDAK KOCOK
Campuran bedak + air dan gliserin Indikasi :
 Pemakaian : harus dikocok dulu  Dermatosis yg kering
 Gliserin : bahan pelekat  Superfisial agak luas
 Supaya tidak kental & tidak cepat kering :  Miliaria
 jumlah zat padat max 40 % Kontra indikasi :
 gliserin 10 – 15 %  Dermatitis madidans
 Daerah berambut
BAHAN AKTIF
Sesuai indikasi; Terapi kausal atau simtomatik
Perhatikan : jenis bahan aktif, konsentrasi obat, kelarutan dengan vehikulum, cara aplikasi
frekuensi dan lama pemakaian, efek samping lokal/sistemik
Terapi kausal : Antibiotik, Antijamur, Antivirus, Antiparasit, Kortikosteroid
ANTIBIOTIKA
 Basitrasin,kombinasi dgn neomisin dan polimiksin B, kuman positif-Gram
 Eritromisin 2 %
 Klindamisin konsentrasi 2 %
 Gentamisin sulfat
 Mupirocin Asam fusidat
ANTI JAMUR
 Derivat imidazol : klotrimazol 1%, mikonazol 2%, ketokonazol 2%, ekonazol 1%, tiokonazol
1%, sertakonazol 2%
 Golongan allilamin : naftitin 1%, butenafin 1%, terbinafin 1%
 Golongan polyene : nystatatin
 Golongan lain : tolnaftat 1%, haloprogin 1%, siklopiroksolamin 2%, vioform 3%, selenium
sulfida 2,5 %
Dasar : penguapan cairan kompres  absorbsi eksudat/ pus  kulit kering
CARA :
Kain kasa
 Non iritasi, absorben
 3 lapis
 Celup ke dalam air kompres, peras balutkan
pada kulit (tdk perlu ketat)
 Lakukan 3x 15’ -30’ / hari

KORTIKOSTEROID
Sering digunakan secara topikal. Waspadai penggunaan jangka panjang. Efek samping
Khasiat : - antiinflamasi
- antimitotik
- imunosupresan. talcum venetum + oxydum zinzicum (seng oksida)
Berdasarkan potensi terdapat 4 kategori :
- sangat kuat : betametason
- kuat : fluosinolon asetonid, triamsinolon asetonid
- sedang : hidokortison butirat
- lemah : hidrokortison
Aplikasi Klinis : Cara : pemakaian 2 – 3 x/hr sembuh
Lama Pemakaian :
 Potensi lemah tdk lebih dr 4 – 6 minggu
 Potensi kuat tdk lebih dr 2 minggu
Faktor-Faktor Yang Perlu Diperhatikan : - Daya kerja bahan aktif
- Cara pemberian dan pemakain
- Obat yg menimbulkan sensitisasi
- Sesuaikan dengan ekonomi penderita
- Faktor individu atau kecocokan penderita
- Pilihlah obat yang aman, efektif, bebas atau memiliki
efek samping minimal
MEDIKASI SUPOSITORIA
Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan obat padat yang umumnya dimaksudkan untuk
dimasukkan kedalam rectum, vagina (ovula) dan jarang digunakan untuk uretra.

Suppositoria terdiri dari


 zat aktif (obat)
 basis

Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal dibawah ini Yaitu ;


 Telah mencapai kesetimbangan kristalisasi, dimana sebagian besar komponen mencair pada
temperatur rectal 360 C , tetapi basis dengan kisaran leleh yang lebih tinggi dapat digunakan
untuk campuran eutektikum, penambahan minyak-minyak, balsam-balsam, serta suppositoria
yang digunakan pada iklim tropis.
 Secara keseluruhan basis tidak toksik dan tidak mengiritasi pada jaringan yang peka dan
jaringan yang meradang.
 Dapat bercampur dengan berbagai jenis obat.
 Basis suppositoria tersebut tidak mempunyai bentuk meta stabil.
 Basis suppositoria tersebut menyusut secukupnya pada pendinginan, sehingga dapat
dilepaskan dari cetakan tanpa menggunakan pelumas cetakan
 Basis suppositoria tersebut tidak merangsang
 Basis suppositoria tersebut bersifat membasahi dan mengemulsi.
 “Angka air “ yang tinggi maksudnya jumlah air yang bias masuk kedalam basis tinggi.
 Basis suppositoria tersebut stabil pada penyimpanan, maksudnya warna, bau, dan pola
penglepasan obat tidak berubah.
 Suppositoria dapat dibuat dengan mencetak dengan tangan, mesin, kompressi atau ekstrusi.
 Jika basis tersebut berlemak, basis suppositoria memiliki persyaratan tambahan sebagai
berikut :
 “Angka asam” dibawah 0,2.
 “Angka penyabunan” berkisar dari 200-245
 “Angka iod” kurang dari 7.
 Interval antara titik leleh dan titik memadat kecil

Basis suppositoria berdasarkan sifat fisikanya dibagi kedalam 3 kelompok yaitu :


a) Basis berminyak atau berlemak
Basis yang paling sering digunakan adalah lemak coklat karena basis ini tidak toksik, lunak,
tidak reaktif dan meleleh pada suhu tubuh. Akan tetapi lemak coklat memiliki kelamahan
yaitu mudah tengik, meleleh pada udara panas, menjadi cair bila dicampur dengan obat-
obat tertentu dan pemanasan yang lama, trisomerasi dengan titik leleh yang lebih rendah.
Selain lemak coklat basis yang lain yaitu asam-asam lemak yang dihidrogenasi dengan
minyak nabati dan gliserin yang digabungkan dengan asam-asam lemak yang mempunyai
berat molekul tinggi contohnya gliseril monostearat.
b) Basis Larut dalam Air atau Bercampur dengan Air
Basis memiliki supositoria yang sering digunakan yaitu suppositoria gliserin yang berfungsi
sebagai basis sekaligus bahan aktif, ada dua macam formula suppositoria yang terkenal
yaitu :

 Suppositoria yang digunakan untuk katartik yaitu : Gliserin 91 g; Natrium stearate 9 g;


Air murni 5 g
 Formula ini merupakan formula resmi menurut USP XX, sedangkan formula lainnya
yang tidak resmi yaitu : Obat dalam air murni 10 g; Gelatin 20 g; Gliserin 70 g\
 Basis I
- Polietilen glikol 1000 96%
- Polietilen glikol 4000 4%
 Basis II
- Polietilen glikol 1000 75%
- Polietilen glikol 4000 25%
c) Basis yang merupakan campuran basis yang berlemak dan yang bercampur dengan air
Basis ini umumnya berbentuk emulsi dengan tipe minyak dalam air, contohnya yaitu
Polioksil 40 steara. Bahan ini menyerupai lilin, putih, kecokloat-coklatan, padat dan larut
dalam air

FAKTOR PENGGANTIAN DOSIS


Jumlah basis yang diganti oleh bahan aktif dalam formulasi suppositoria dapat dihitung, dengan
menggunakan factor pengganti dimana f dapat dihitung dengan persamaan berikut :
100( E  G )
F 1
(G )( X )
Keterangan : E = bobot basis suppositoria murni
G = bobot suppositoria dengan bahan aktif X%
Contoh perhitungan :
Berat suppositoria yang akan dibuat adalah 3 gr yang mengandung aminofillin 0,5 g akan dibuat
sebanyak 12 buah, hitunglah lemak coklat yang dibutuhkan.
Jawaban :
Diperlukan : 12 x 0,5 g = 6 g aminofillin
Berat suppositoria 12 x 3 g = 36 g.
Nilai tukar aminofilin adalah :
6 g x 0,86 = 5,16 g
Jadi lemak coklat yang diperlukan adalah:
36 g – 5,16 g = 30,84 g

FAKTOR PENGGANTIAN DOSIS


 Empat metode yang digunakan dalam pembuatan suppositoria adalah
◦ mencetak dengan tangan,,
◦ kompressi,
◦ mencetak tuang dan
◦ kompressi pada suatu pres tablet regular
PEMBUATAN SUPPOSITORIA
Empat metode yang digunakan dalam pembuatan suppositoria adalah
◦ mencetak dengan tangan,,
◦ kompressi,
◦ mencetak tuang dan
◦ kompressi pada suatu pres tablet regular

Mencetak dengan Tangan


Yaitu dengan cara menggulung basis suppositoria yang telah dicampur homogen dan mengandung
zat aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki. Mula-mula basis diiris, kemudian diaduk dengan bahn-
bahan aktif dengan menggunakan lumping dan mortar, sampai diperoleh massa akhir yang
homogen dan mudah dibentuk. Kemudian massa digulung menjadi suatu batang silinder dengan
garis tengah dan panjang yang dikehendaki. Amilum atau talk dapat mencegah pelekatan pada
tangan. Batang silinder dipotong dan salah satu ujungnya diruncingkan

Mencetak Kompressi
Hal ini dilakukan dengan mengempa parutan massa dingin menjadi suatu bentuk yang dikehendaki.
Suatu roda tangan berputar menekan suatu piston pada massa suppositoria yang diisikan dalam
sulinder, sehingga massa terdorong kedalam cetakan.

Mesin Pencetak Otomatis


Sama proses diatas tetapi menggunakan mesin secara otomatis melakukan semuanya.

Mencetak Kompressi
Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya diatas penangas air atau penangas uap untuk
menghindari pemanasan setempat yang berlabihan, kemudian bahan-bahan aktif diemulsikan atau
disuspensikan kedalamnya. Akhirnya massa dituang kedalam cetakan logam yang telah
didinginkan, yang umumnya dilapisi krom atau nikel

Anda mungkin juga menyukai