Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila


Dosen Pengampu : Ns. Yesi Luki Nur Cahyani, S.Kep

Oleh :

1. Abdul Azis (01) 9. dina aulia (15)


2. Ainindita Intaniar (02) 10. Ervina Nurvadilah Alfiadi (17)
3. Aqilis Solihin (08) 11. Esa Rama (18)
4. Aulia Eka Safitri (09) 12. Eva Kusuma Indari (19)
5. Camilia (10) 13. Faridatul Munawaroh (21)
6. Dalilah Safina Rohmah (11) 14. Fauzan Ibnu Camali (22)
7. Dian Wulandari (13) 15. Fery Fadli (23)
8. Dias Amalia Putri (14) 16. Habibullah (25)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BHAKTI AL–QODIRI JEMBER
2022
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Makalah : Pancasila Sebagai Sistem Etika


2. Ketua Pembuat Makalah :
a. Nama Lengkap : Ainindita Intaniar
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Alamat Email : Intanb902@gmail.com
3. Anggota Kelompok : 15 orang
4. Dosen Pengampu :
a. Nama Lengkap : Ns. Yesi Luki Nur Cahyani, S.Kep
b. Alamat email : khuluqiyesi@gmail.com

Jember, 3 Juni 2022


Menyetujui,
Dosen Pengampu Ketua Makalah

( Ns. Yesi Luki Nur Cahyani, S.Kep ) ( Ainindita Intaniar )


NIDN : NIM : 2176610002

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. karena
dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ‘’Pancasila Sebagai Sistem Etika’’
Tugas ini kami susun dengan tujuan memenuhi kebutuhan kami sebagai
mahasiswa untuk menambah pengetahuan kami tentang mata kuliah ini.
Dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang relevan, yang
nantinya dapat bermanfaat bagi semua untuk mengatasi kesulitan belajar dalam
mempelajari mata kuliah ini.
Tentunya dalam menyusun tugas ini kami belumlah cukup sempurna.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk menjadikan isi
makalah ini menjadi lebih baik dan menjadi tolak ukur bagi kami untuk
menyusun makalah yang sesuai dengan harapan kita semua yang bermanfaat
untuk sekarang dan masa depan.

Jember, 3 Juni 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
1.4 Manfaat..............................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Pengertian Etika.................................................................................................3
2.2 Etika Pancasila...................................................................................................4
2.3 Pancasila Sebagai Solusi Problem Bangsa.........................................................5
2.3.1 Pancasila Sebagai Solusi Problem Korupsi......................................................5
2.3.2 Pancasila Sebagai Solusi Problem Kerusakan Lingkungan..............................7
2.3.3 Pancasila Sebagai Solusi Problem Dekadensi Moral........................................8
BAB III............................................................................................................................10
PENUTUP.......................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan......................................................................................................10
3.2 Saran................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etika berasal dari bahasa Yunani ethos (kata tunggal) yang berarti
tempat tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, sikap,
cara berpikir. Bentuk jamaknya adalah ta, etha, yang berarti adat istiadat.
Dalam hal ini, kata etika sama pengertiannya dengan moral. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia etika diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik
dan apa yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika
tidak memberikan ajaran, melainkan memeriksa kebiasaan, nilai, norma
dan pandangan moral secara kritis. Etika dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu etika umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi
setiap tindakan manusia dan etika khusus, membahas prinsip-prinsip
tersebut diatas dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan
manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun makhluk sosial
(etika sosial).
Etika Pancasila adalah filsafat moral atau filsafat kesusilaan
pancasila berlandaskan kepribadian, ideologi, jiwa, dan pandangan hidup
bangsa Indonesia. Etika Pancasila adalah etika yang berpedoman pada
norma–norma yang bersumber dari ajaran pancasila. Karena hakikat
pancasila adalah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan sehingga etika pancasila berpedoman pada hakikat tersebut.
Moralitas memegang kunci sangat penting dalam mengatasi krisis.
Jika krisis moral sebagai hulu masalah, maka melalui moralitas pula krisis
dapat diatasi. Moral dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu moralitas
individu, moralitas sosial dan moralitas mondial. Di Indonesia, korupsi
sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pejabat tinggi. Korupsi
melanggar sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal
ini karena korupsi itu menggerogoti kekayaan negara yang ujung-ujungnya
adalah memiskinkan negara dan juga rakyat. Pengaplikasian nilai-nilai
pancasila dalam aspek pembangunan berwawasan lingkungan tidak bisa

1
dipisahkan, sebab pancasila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh yang
keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia, bahwa kebahagiaan hidup
akan tercapai jika didasarkan atas keselarasan, keserasian dan
keseimbangan, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan, dengan
alam, dan manusia sebagai pribadi
Dekadensi moral ialah kemunduran tingkah laku yang
menitikberatkan pada kepribadian dan sifat-sifat seseorang. Dekadensi
moral itu terjadi ketika pengaruh globalisasi tidak sejalan dengan nilai-
nilai pancasila, tetapi justru nilai-nilai dari luar berlaku dominan. Contoh-
contoh dekadensi moral, antara lain : penyalahgunaan narkoba, kebebasan
tanpa batas, rendahnya rasa hormat kepada orang tua. Dekadensi moral
tidak akan terjadi jika masyarakat Indonesia mengaktualisasikan butir-
butir pancasila dalam setiap elemen kehidupannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari etika?
2. Apa yang dimaksud dengan etika pancasila?
3. Bagaimana peran pancasila sebagai solusi dalam mengatasi problem
bangsa?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari etika
2. Untuk mengetahui penjelasan etika pancasila
3. Untuk mengetahui peran pancasila sebagai solusi dalam mengatasi
problem bangsa

1.4 Manfaat
Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca dan juga
khususnya bagi penulis tentang pengertian etika, penjelasan mengenai
etika pancasila serta peran pancasila sebagai solusi dalam mengatasi
berbagai problem bangsa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika


Etika berasal dari bahasa Yunani ethos (kata tunggal) yang berarti
tempat tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, sikap,
cara berpikir. Bentuk jamaknya adalah ta, etha, yang berarti adat istiadat.
Dalam hal ini, kata etika sama pengertiannya dengan moral. Menurut
Bertens ada dua pengertian etika yaitu sebagai praktis, etika berarti nilai-
nilai dan norma moral yang baik yang dipraktikkan atau justru tidak
dipraktikkan, walaupun seharusnya dipraktikkan dan etika sebagai refleksi
berarti pemikiran moral.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa etika
diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika dalam bahasa Arab
disebut akhlak, merupakan jamak dari kata khuluk yang berarti adat
kebiasaan, perangai, tabiat, watak, adab, dan agama. Frans Magnis
mengatakan bahwa etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara
kritis. Etika tidak memberikan ajaran, melainkan memeriksa kebiasaan-
kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma dan pandangan-pandangan moral
secara kritis. Etika menuntut pertanggungjawaban dan mau
menyingkapkan kerancuan. Dari beberapa pengertian, etika merupakan
ilmu dibidang normatif yang menentukan apa yang baik dan yang buruk,
Etika dibagi menjadi dua kelompok, yaitu etika umum dan etika
khusus. Etika umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi
setiap tindakan manusia. Pemikiran etika beragam, tetapi pada prinsipnya
membicarakan asas-asas dari tindakan dan perbuatan manusia, serta sistem
nilai apa yang terkandung di dalamnya. Sedangkan etika khusus,
membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya dengan
berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika
individual) maupun makhluk sosial (etika sosial). Etika khusus dibagi

3
menjadi 2 macam yaitu etika individual dan etika sosial. Etika individual
membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan dengan
kepercayaan agama yang dianutnya serta kewajiban dan tanggung
jawabnya terhadap Tuhannya. Etika sosial membahas norma-norma sosial
yang harus dipatuhi dalam hubungannya dengan manusia, masyarakat,
bangsa dan negara.

2.2 Etika Pancasila


Etika pancasila adalah filsafat moral atau filsafat kesusilaan
pancasila berlandaskan kepribadian, ideologi, jiwa, dan pandangan hidup
bangsa Indonesia. Etika pancasila adalah etika yang berpedoman pada
norma–norma yang bersumber dari ajaran pancasila. Karena hakikat
pancasila adalah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan sehingga etika pancasila berpedoman pada hakikat tersebut.
Nilai-nilai pancasila meskipun merupakan kristalisasi nilai yang
hidup dalam realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa
Indonesia, namun sebenarnya nilai-nilai pancasila juga bersifat universal
yaitu dapat diterima oleh siapapun dan kapanpun. Rumusan pancasila yang
otentik dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Dalam
penjelasan UUD 1945 yang disusun oleh PPKI ditegaskan bahwa “pokok-
pokok pikiran yang termuat dalam Pembukaan (ada empat, yaitu
persatuan, keadilan, kerakyatan dan ketuhanan menurut kemanusiaan yang
adildan beradab) dijabarkan ke dalam pasal-pasal batang tubuh. Dan
menurut TAP MPRS No.XX/MPRS/1966 dikatakan bahwa pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum.
Hakikat pancasila pada dasarnya merupakan satu sila yaitu gotong
royong atau cinta kasih dimana sila tersebut melekat pada setiap insan,
maka nilai-nilai pancasila identik dengan kodrat manusia. Oleh sebab itu,
penyelenggaraan negara yang dilakukan oleh pemerintah tidak boleh
bertentangan dengan harkat dan martabat manusia, terutama manusia yang
tinggal di wilayah nusantara. Pancasila merupakan hasil kompromi

4
nasional dan pernyataan resmi bahwa bangsa Indonesia menempatkan
kedudukan setiap warga negara secara sama, tanpa membedakan antara
penganut agama mayoritas maupun minoritas. Selain itu juga tidak
membedakan unsur lain seperti gender, budaya, dan daerah. Nilai-nilai
pancasila bersifat universal yang memperlihatkan napas humanisme,
karenanya pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saja.

2.3 Pancasila Sebagai Solusi Problem Bangsa

2.3.1 Pancasila Sebagai Solusi Problem Korupsi


Moralitas memegang kunci sangat penting dalam mengatasi
krisis. Jika krisis moral sebagai hulu masalah, maka melalui
moralitas pula krisis dapat diatasi. Moral dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu moralitas individu, moralitas sosial dan moralitas
mondial. Moralitas individu merupakan kesadaran tentang prinsip
baik yang bersifat kedalam, tertanam dalam diri manusia yang akan
mempengaruhi cara berfikir dan bertindak. Moralitas mondial
adalah moralitas universal yang berlaku dimanapun dan kapanpun,
moralitas yang terkait dengan keadilan, kemanusain , kemerdekaan.
moralitas individu dan sosial memiliki hubungan yang sangat erat
bahkan tarik menarik dan mempengaruhi. Moralitas individu dapat
mempengaruhi moralitas sosial, demikian pula sebaliknya.
Seseorang yang moralitas individunya baik ketika hidup
dilingkungan masyarakat yang bermoral buruk dapat terpengaruh
menjadi amoral.
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah
penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua
bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Korupsi di
Indonesia kebanyakan dilakukan oleh para pejabat tinggi, seperti
anggota DPR, Bupati, Gubernur. Di Indonesia sendiri, korupsi

5
sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pejabat tinggi. Tidak
tanggung-tanggung, mereka memakai uang rakyat hingga miliaran
rupiah. Di Indonesia sendiri sudah dibentuk Komisi Pemberantasan
Korupsi atau KPK, namun hal itu rupanya tidak membuat jera para
koruptor. Penjara untuk para koruptor juga terbilang cukup mewah,
bahkan bisa keluar masuk penjara dengan mudah. Contohnya Gayus
Tambunan, walaupun sudah dipenjara dia tetap bisa pergi ke Bali.
Korupsi melanggar sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Hal ini karena korupsi itu menggerogoti kekayaan negara
yang ujung-ujungnya adalah memiskinkan negara dan juga rakyat.
Undang-undang yang mengatur korupsi di Indonesia :
1. UU No. 3/1971 tentang Pemberantasan Korupsi
2. UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari KKN
3. UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
4. PP No.71/2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta
Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
5. UU No. 15/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
6. UU No. 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
7. UU No. 7/2006 tentang United Nation Convention Againest
Corruption
8. Instruksi Presiden RI No.5/2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi
Dampak dari korupsi adalah:
1. Merugikan negara maupun kelompok
2. Menghabiskan atau memakan uang atau harta negara atau
kelompok untuk kepentingan pribadi

6
3. Menjadikan negara miskin
4. Menjadikan negara memiliki hutang yang banyak di luar
negeri
5. Menimbulkan ketidakadilan dalam hal pendapatan dan
kekayaan
Upaya pemberantasan korupsi
1. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan
mengutamakan pengabdian pada bangsa dan negara melalui
pendidikan formal, informal dan agama.
2. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip
keterampilan teknis.
3. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup
sederhana dan memiliki tanggung jawab yang tinggi.

2.3.2 Pancasila Sebagai Solusi Problem Kerusakan Lingkungan


Penjabaran, pengamalan atau aplikasi nilai-nilai pancasila
dalam aspek pembangunan berwawasan lingkungan tidak bisa
dipisahkan, sebab pancasila seperti dijelaskan dalam penjelasan
umum Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 di atas, merupakan
kesatuan yang bulat dan utuh yang keyakinan kepada rakyat dan
bangsa Indonesia, bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai jika
didasarkan atas keselarasan, keserasian dan keseimbangan, baik
dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun
manusia dengan alam, dan manusia sebagai pribadi, dalam rangka
mencapai kemajuan lahir dan kemajuan batin.
Pengaplikasian sila pertama dapat dilakukan dengan
melestarikan lingkungan hidup Indonesia agar tetap dapat menjadi
sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia serta
makhluk hidup lainya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas
hidup itu sendiri. Penerapan sila kedua dapat diwujudkan dalam
bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk memperoleh

7
lingkungan hidup yang baik dan sehat misalnya mengadakan
pengendalian tingkat polusi udara agar udara yang dihirup bisa tetap
nyaman, menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan yang ada di
lingkungan sekitar, mengadakan gerakan penghijauan dan
sebagainya. Pengamalan sila ketiga bisa dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain dengan melakukan inventarisasi tata nilai
tradisional yang harus selalu diperhitungkan dalam pengambilan
kebijaksanaan dan pengendalian pembangunan lingkungan di
daerah dan mengembangkannya melalui pendidikan dan latihan
serta penerangan dan penyuluhan dalam pengenalan tata nilai
tradisional dan tata nilai agama yang mendorong perilaku manusia
untuk melindungi sumber daya dan lingkungan. Penerapan sila
keempat dilakukan dengan mewujudkan, menumbuhkan,
mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab
para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Pengamalan sila kelima tampak dalam ketentuan-ketentuan hukum
yang mengatur masalah lingkungan hidup. Sebagai contoh, dalam
Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN), Bagian H yang mengatur aspek-aspek
pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam.
Adanya berbagai kegiatan yang mengarah pada kerusakan
lingkungan hidup hanya akan merugikan masyarakat luas, sehingga
akan menimbulkan keresahan dan berbagai konflik yang dapat
memicu ketidaksenangan masyarakat. Sebagai contohnya adalah
praktik illegal logging yang jelas-jelas merugikan kelestarian hutan
yang ujung-ujungnya bisa menimbulkan bahaya banjir dan tanah
longsor, kasus pencemaran oleh berbagai perusahaan terhadap
lingkungan masyarakat sekitar, juga bisa memicu kemarahan
masyarakat.

8
2.3.3 Pancasila Sebagai Solusi Problem Dekadensi Moral
Dekadensi moral ialah kemunduran tingkah laku yang
menitikberatkan pada kepribadian atau sifat-sifat, Etika dan
Moralitas seseorang. Dekadensi moral yang melanda kehidupan
masyarakat, terutama generasi muda sehingga membahayakan
kelangsungan hidup bernegara. Generasi muda yang tidak mendapat
pendidikan karakter yang memadai dihadapkan pada pluralitas nilai
yang melanda Indonesia sebagai akibat globalisasi sehingga mereka
kehilangan arah. Dekadensi moral itu terjadi ketika pengaruh
globalisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai pancasila, tetapi justru
nilai-nilai dari luar berlaku dominan. Contoh-contoh dekadensi
moral, antara lain: penyalahgunaan narkoba, kebebasan tanpa batas,
rendahnya rasa hormat kepada orang tua, menipisnya rasa kejujuran,
tawuran di kalangan para pelajar. Semua itu menunjukkan lemahnya
tatanan nilai moral dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Dekadensi moral tidak akan terjadi jika masyarakat
Indonesia mengaktualisasikan butir-butir pancasila dalam setiap
elemen kehidupannya. Contohnya jika masyarakat Indonesia
mengaktualisasikan sila kesatu pancasila, ketika dia akan
melakukan hal-hal yang menyimpang, dia akan mengingat bahwa
Tuhan-nya melihat apa yang dia lakukan. Jika masyarakat Indonesia
mengaktualisasikan sila kedua pancasila, tidak akan ada masalah
bullying di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.
Jika masyarakat Indonesia mengaktualisasikan sila ketiga pancasila,
tidak akan ada lagi permasalahan SARA (Suku, Agama, Ras dan
Antargolongan) di Indonesia. Jika masyarakat Indonesia
mengaktualisasikan sila keempat pancasila, tidak akan ada konflik
mengenai perbedaan pendapat pada musyawarah. Jika masyarakat
Indonesia mengaktualisasikan sila kelima pancasila, tidak akan ada
lagi hukum yang berat sebelah.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika Pancasila adalah filsafat
moral atau filsafat kesusilaan pancasila berlandaskan kepribadian,
ideologi, jiwa, dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Karena hakikat
pancasila adalah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan sehingga etika pancasila berpedoman pada hakikat tersebut.
Di Indonesia, korupsi sudah menjadi hal yang wajar di kalangan
pejabat tinggi. Korupsi melanggar sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. korupsi menyebabkan kemiskinan negara dan juga
rakyat. Pengaplikasian nilai-nilai pancasila dalam aspek pembangunan
berwawasan lingkungan tidak bisa dipisahkan, sebab pancasila merupakan
kesatuan yang bulat dan utuh yang keyakinan kepada rakyat dan bangsa
Indonesia, bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai jika didasarkan atas
keselarasan, keserasian dan keseimbangan, baik dalam hubungan manusia
dengan Tuhan, dengan alam, dan manusia sebagai pribadi
Dekadensi moral ialah kemunduran tingkah laku seseorang yang
menitikberatkan pada kepribadian dan sifat-sifat. Dekadensi moral tidak
akan terjadi jika masyarakat Indonesia mengaktualisasikan butir-butir
pancasila dalam setiap elemen kehidupannya.
3.2 Saran
Diharapkan penulis maupun pembaca dapat memahami lebih
mendalam tentang etika, etika pancasila dan juga peran pancasila
dalam mengatasi problem bangsa.
Penulis juga menyadari adanya ketidaksempurnaan dalam
proses penyusunan makalah ini, sehingga penulis mengharapkan
adanya saran dan kritik agar dapat menyusun makalah lebih baik
lagi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alfan, Muhammad. 2011. Filsafat Etika Islam. Bandung : CV. Pustaka


Setia
Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka
Nata, Abuddin. 2012. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta :
Raja Grafindo.
K, Bertens. 1993. Etika. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

11

Anda mungkin juga menyukai