Anda di halaman 1dari 4

a) Lokasi pengambilan darah arteri

Mengidentifikasi arteri untuk pengambilan sampel. Arteri yang paling sering unutk
pengambilan sampel termasuk arteri radialis, arteri brachialis, dan arteri femoralis. Dari
ketiganya, arteri radial adalah area sampling yang paling disukai karena tiga faktor
utama:
(1) Mudah untuk mengakses
(2) Arteri radial adalah arteri dangkal dan karena itu lebih mudah untuk diraba, stabil,
dan mudak ditusuk, 
(3) Memiliki jaminan aliran darah.
(4) Jika kerusakan pada arteri radial terjadi atau menjadi terhambat, arteri ulnaris
akan memasok darah ke jaringan biasanya dipasok oleh arteri radial. Untuk
menilai arteri radial untuk sampling, harus melakukan tes Allen dimodifikasi
untuk menjamin patensi arteri ulnaris.

Adapun cara melakukan tes Allen adalah sebagai berikut:


1) Melenyapkan denyut radial dan ulnar secara bersamaan dengan menekan di kedua
pembuluh darah di pergelangan tangan.
2) Minta pasien untuk mengepalkan tangan dan melepaskannya sampai kulit terlihat
pucat. 
3) Lepaskan tekanan arteri ulnaris sementara mengompresi arteri radial. Perhatikan
kembalinya warna kulit dalam waktu 15 detik.
Jika tes Allen adalah negatif untuk kedua tangan dan arteri radial tidak dapat diakses,
maka arteri brakialis dapat digunakan. Potensi untuk mendapatkan sampel vena lebih
besar bila menggunakan arteri brakialis karena ada pembuluh darah besar terletak di
dekat arteri brakialis. Selain itu, saraf medial terletak sejajar dengan arteri brakialis
dan akan menyebabkan rasa sakit pasien jika Anda secara tidak sengaja mengenainya
dengan jarum.
Arteri femoralis adalah area sampling arteri yang paling tidak disukai karena
merupakan arteri relatif dalam; terletak berdekatan dengan saraf femoralis dan vena,
dan tidak memiliki jaminan aliran darah. Tusukan dari arteri femoralis biasanya
digunakan untuk situasi muncul atau untuk pasien hipotensi parah yang memiliki
perfusi perifer yang buruk.

b) Tujuan
Pengambilan darah arteri dilakukan untuk pemeriksaan analisa gas darah yang digunakan
untuk mendiagnosa dan mengevaluasi penyakit pernafasan serta kondisi yang
mempengaruhi seberapa efektif paru-paru mengirimkan oksigen ke darah dan
mengeleminasikarbondioksida dari darah.
 Tekanan parsial oksigen (PO2) normal : 75-100 mmHg, biasanya
menurun sesuai pertambahan usia
 Tekanan parsial karbondioksida (PCO2) normal : 35-45 mmHg
 pH normal : 7,35-7,45
 Saturasi oksigen (SaO2) :  94-100%
 Kandungan oksigen (O2CT) : 15-23 volume%
 Konsentrasi Bikarbonat (HCO3-)         : 22-26 millimols per liter
(mEq/liter)

Perubahan pH disebabkan oleh:


(1) Fungsi pernafasan abnormal.
(2) Fungsi ginjal abnormal.
(3) Jumlah asam atau basa yang berlebihan.

Indikasi
Pada pasien dengan penyakit paru, bayi prematur dengan penyakit paru, Diabetes
Melitus berhubungan dengan kondisi asidosis diabetik.

Kontraindikasi
Pada pasien dengan penyakit perdarahan seperti hemofilia dan trombosit rendah.
Alat dan Bahan
 Spuit  2 ml atau 3ml  dengan jarum ukuran 22 atau 25 (untuk anak-anak)
dan nomor 20 atau 21 untuk dewasa
 Heparin
 Yodium-povidin
 Penutup jarum (gabus atau karet)
 Kasa steril
 Kapas alkohol
 Plester dan gunting
 Pengalas 
 Handuk kecil 
 Sarung tangan sekali pakai
 Obat anestesi lokal jika dibutuhkan
 Wadah berisi es
 Kertas label untuk nama
 Bengkok 

Prosedur pelaksanaan
1) Cek alat-alat yang akan digunakan
2) Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya
3) Perkenalkan nama perawat
4) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
5) Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
6) Jaga privasi klien
7) Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
8) Posisikan klien dengan nyaman
9) Cuci tangan dan pakai sarung tangan sekali pakai
10) Pasang pengalas
11) Letakkan handuk kecil di bawah pergelangan tangan
12) Palpasi arteri radialis
13) Lakukan allen’s tes

Tujuan uji allen tes adalah untuk menilai sistem kolateral arteri radialis. Penderita
diminta mengepalkan tangan dengan kencang. Pengambil darah dengan jari menekan
kedua arteri radialis dan ulnaris. Penderita diminta membuka dan mengepalkan
beberapa kali hingga jari-jari pucat, kemudian biarkan telapak tangan terbuka.
Pengambil darah melepaskan tekanan jarinya dari arteri ulnaris, telapak tangan akan
pulih warnanya dalam 15 detik bila darah dari arteri ulnaris mengisi pembuluh kapiler
tangan.

Bila terdapat gangguan kolateralisasi pada arteri ulnaris (uji Allen negative), arteri
radialis tidak boleh digunakan untuk pengambilan darah arteri. Bila tidak terdapat
kolateralisasi arteri radialis dan arteri ulnaris (uji Allen negative), arteri radialis tidak
boleh digunakan.

Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada
arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan
pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus
memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan testallen’s positif. Apabila
tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan testallen’s negatif. Jika
pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.
14) Hiperekstensikan pergelangan tangan klien di atas gulungan handuk
15) Raba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
16) Desinfeksi area yang akan dipungsi menggunakan yodium-povidin, kemudian diusap
dengan kapas alkohol
17) Berikan anestesi lokal jika perlu
18) Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml dan kemudian kosongkan
spuit, biarkan heparin berada dalam jarum dan spuit
19) Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum dengan sudut 45° sambil menstabilkan
arteri klien dengan tangan yang lain
20) Observasi adanya pulsasi (denyutan) aliran darah masuk spuit (apabila darah tidak
bisa naik sendiri, kemungkinan pungsi mengenai vena)
21) Ambil darah 1 sampai 2 ml
22) Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan menggunakan kasa 5-10 menit
23) Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan gabus atau karet
24) Putar-putar spuit sehingga darah bercampur dengan heparin
25) Tempatkan spuit di antara es yang sudah dipecah
26) Beri label pada spesimen yang berisi nama, suhu, konsentrasi oksigen yang
digunakan klien jika kilen menggunakan terapi oksigen
27) Kirim segera darah ke laboratorium
28) Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak mengeluarkan darah (untuk
klien yang mendapat terapi antikoagulan, penekanan membutuhkan waktu yang lama)
29) Bereskan alat yang telah digunakan, lepas sarung tangan
30) Cuci tangan
31) Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
32) Dokumentasikan di dalam catatan keperawatan waktu pemeriksaan AGD, dari
sebelah mana darah diambil dan respon klien

8.    Hal yang perlu diperhatikan


1) Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih
2) Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin
untuk mencegah darah membeku
3) Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri,
berikan anestesi lokal
4) Bila menggunakan arteri radialis, lakukan testallent untuk mengetahui 
kepatenan arteri
5) Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat
darah yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah  arteri
6) Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah
tercampur rata dan tidak membeku
7) Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih
deras daripada vena).
8) Keluarkan  udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup
ujung jarum dengan karet atau gabus.
9) Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil.
10) Segera kirim ke laboratorium (sito).

Anda mungkin juga menyukai