Anda di halaman 1dari 57

ANALISA GAS DARAH

James Davita Ginting 0915095


Yohana Puspita H 1115112
KESEIMBANGAN ASAM BASA
 Konsentrasi ion Hidrogen dan pH
Keasaman atau kebasaan suatu larutan tergantung dari
ion hidrogen yang dikandungnya.
Terminologi :
 Asam : donor proton (senyawa yang memberikan ion H+)
 Basa : akseptor proton (senyawa yang menerima ion H+)
* Asidemia : kebanyakan ion H + dalam darah.
Proses terjadinya asidemia : ASIDOSIS
* Alkalemia : kekurangan ion H + dalam darah
Proses terjadinya alkalemia : ALKALOSIS
FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI
KONSENTRASI H+
 Pemberian asam melalui makanan
 Penambahan secara endogen dari hasil metabolisme (laktat)
 Penambahan secara endogen yang tidak fisiologis (DM)
 Pengeluaran asam/basa oleh ginjal dan usus
 Pengeluaran CO2 oleh paru
REGULASI ASAM BASA
 Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa diperlukan:
1. Sistem penyangga
2. Sistem respirasi
3. Sistem renal
 SISTEM PENYANGGA (BUFFER)
Ada empat penyangga dalam tubuh :
 Bikarbonat dan asam bikarbonat
sistem buffer di CES untuk asam non-karbonat
 Fosfat
sistem buffer di CIS & CES
 Protein
sistem buffer di eritrosit untuk asam karbonat
 Hemoglobin dalam sel darah merah
sistem dapar di ginjal dan CIS
Keseimbangan ion H+

7 faal_cairan-asam-basa/ikun/2006
8 faal_cairan-asam-basa/ikun/2006
 SISTEM RESPIRASI → CO2
Merupakan hasil metabolisme sel (220 mL/mnt)
Tempat pengeluarannya di paru (ventilasi)
Dampak terhadap pH :
pCO2 ↑ : pH  (Asidosis)
pCO2  : pH ↑ (Alkalosis)
Regulasi Pernapasan dalam
Keseimbangan Asam-Basa
 Kadar CO2 meningkat  pH menurun
 Kadar CO2 menurun  pH meningkat
 Kadar CO2 & pH merangsang kemoreseptor yg kemudian
akan mempengaruhi pusat pernapasan
 hipoventilasi meningkatkan kadar CO2
dlm darah
 hiperventilasi menurunkan kadar CO2
dlm darah
Regulasi Pernapasan dlm
Keseimbangan Asam-Basa

11 faal_cairan-asam-basa/ikun/2006
 PENGATURAN OLEH GINJAL

 The most important renal mechanisms for regulating acid-base


balance are:
 Conserving (reabsorbing) or generating new bicarbonate ions
 Excreting bicarbonate ions
 Losing a bicarbonate ion is the same as gaining a hydrogen ion;
reabsorbing a bicarbonate ion is the same as losing a hydrogen
ion
Regulasi Ginjal dalam
Keseimbangan Asam-Basa
 Sekresi H+ ke dalam filtrat & reabsorpsi HCO3- ke CES
menyebabkan pH ekstrasel meningkat
 HCO3- di dlm filtrat diabsorbsi
 Laju sekresi H+ meningkat akibat penurunan pH cairan
tubuh atau peningkatan kadar aldosteron
 Sekresi H+ dihambat jika pH urin < 4,5
15
Reabsorption of Bicarbonate

16
Hydrogen Ion Excretion

17
Gangguan Keseimbangan
Asam-Basa
1. Asidosis respiratori
hipoventilasi  retensi CO2 H2CO3H+
2. Alkalosis respiratori
hiperventilasi CO2 banyak yg hilang H2CO3   H+ 
3. Asidosis metabolik
Diare, DM HCO3-  PCO2   H+
4. Alkalosis metabolik
muntah  H+  HCO3- PCO2 
KAUSA GANGGUAN KESEIMBANGAN
ASAM BASA
 Alkalosis respiratorik : akibat pengeluaran CO2 berlebihan
pada hiperventilasi, pada keadaan:
- Gangguan emosional
- Demam
- Kelainan serebral
- pemakaian ventilator yang tidak adekuat
 Asidosis Respiratorik : akibat penumpukan CO2 dalam darah
akan meningkatkan H2CO3, pada keadaan :
- Emfiema
- asma (PPOK)
- Pneumonia
 Alkalosis metabolik
akibat kelebihan bikarbonat, pada keadaan :
- Muntah
- Kelebihan pemberian Na-bikarbonat
 Asidosis metabolik
akibat kekurangan HCO3, pada keadaan :
- banyak penimbunan asam : DM tak terkontrol
- penimbunan asam ionganik :pada CKD
- Penimbunan asam laktat
- Intoksikasi alkohol
- pemberian NaCl berlebihan
27 faal_cairan-asam-basa/ikun/2006
28 faal_cairan-asam-basa/ikun/2006
Kompensasi Sistem Pernafasan
terhadap Asidosis Metabolik

29 faal_cairan-asam-basa/ikun/2006
Kompensasi Ginjal terhadap Asidosis
Respiratorik

30 faal_cairan-asam-basa/ikun/2006
Nomogram Davenport

31 faal_cairan-asam-basa/ikun/2006
Jenis gangguan pH pCO2 HCO3
Murni  ↑ N
Terkompensasi sebag.  ↑ ↑
Asidosis Respiratorik
Terkompensasi penuh N ↑ ↑

Murni  N 
Terkompensasi sebag.   
Asidosis Metabolik
Terkompensasi penuh N  

Asidosis respiratorik +
metabolik  ↑ 
Murni ↑  N
Terkompensasi sebag. ↑  
Alkalosis Respiratorik
Terkompensasi penuh N  

Murni ↑ N ↑
Terkompensasi sebag. ↑ ↑ ↑
Alkalosis Metabolik
Terkompensasi penuh N ↑ ↑

Alkalosis respiratorik +
metabolik ↑↑  ↑
ANALISIS GAS DARAH ARTERI
DEFINISI
 Analisa Gas Darah (AGD) merupakan pemeriksaan untuk
mengukur :
 Keasaman (pH)
 Jumlah oksigen, dan
 Karbondioksida dalam darah
 Analisa gas darah meliputi :
PO2, PCO3, pH, HCO3, dan saturasi O2.
 Pada pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) , cara
pengambilan sampel darah arteri harus diperhatikan, sebab
pada pengambilan darah arteri resiko komplikasi lebih
berbahaya daripada pengambilan darah vena (venipuncture)
maupun skinpuncture. Oleh sebab itu seorang analis
(plebotomis) harus mengerti tentang :
 Indikasi pengambilan darah arteri,
 Kontra indikasi pengambilan darah arteri,
 Persiapan alat yang akan digunakan,
 Alat Perlindungan Diri (APD) bagi plebotomis
 Paling penting adalah mengerti dimana letak pengambilan darah
arteri.
INDIKASI
 Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
 Pasien deangan edema pulmo
 Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
 Infark miokard
 Pneumonia
 Klien syok
 Post pembedahan coronary arteri baypass
 Resusitasi cardiac arrest
 Klien dengan perubahan status respiratori
 Anestesi yang terlalu lama
KONTRAINDIKASI
 Denyut arteri tidak terasa, pada pasien yang mengalami
koma.
 Modifikasi Allen tes negatif , apabila test Allen negative tetapi
tetap dipaksa untuk dilakukan pengambilan darah arteri lewat
arteri radialis, maka akan terjadi thrombosis dan beresiko
mengganggu viabilitas tangan.
 Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh
darah perifer pada tempat yang akan diperiksa.
 Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan
denganantikoagulan dosis sedang dan tinggi merupakan
kontraindikasi relatif.
PERSIAPAN ALAT
 Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pengambilan darah arteri antara lain :
 Disposible Spuit 2,5 cc, jarum ukuran 23 G/ 25 G
 Penutup jarum khusus atau gabus
Mencegah kontaminasi dengan udara bebas. Udara bebas
dapat mempengaruhi nilai O2 dalam AGD arteri.
 Nierbeken/Bengkok
Digunakan untuk membuang kapas bekas pakai.
 Anticoagulant Heparin
Untuk mencegah darah membeku.
 Alcohol swabs ( kapas Alkohol )
Merupakan bahan dari wool atau kapas yang mudah menyerap
dan dibasahi dengan antiseptic berupa etil alkohol. Tujuan
penggunaan kapas alkohol adalah untuk menghilangkan
kotoran yang dapat mengganggu pengamatan letak vena
sekaligus mensterilkan area penusukan agar resiko infeksi
bisa ditekan.
 Plester
Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas plebotomi, sehingga
membantu proses penyembuhan luka dan mencegah adanya infeksi akibat
perlukaan atau trauma akibat penusukan.
 Kain pengalas
Untuk memberi kenyamanan pada pasien saat plebotomis melakukan
pengambilan darah vena.
 Tempat berisi es batu
Bila laboratorium jauh, maka specimen darah arteri harus dimasukkan
kedalam tempat berisi es batu sebab suhu yang rendah akan menurunkan
metabolism sel darah yang mungkin merubah nilai pH, PCO2, PO2, HCO3-.
 Tempat sampah khusus needle
Tempat untuk membuang needle yang sudah dipakai untuk mengurangi
kontaminasi pasien satu dengan pasien yang lain.
ALAT PERLINDUNGAN DIRI
 Jas Laboratorium
 Sarung Tangan (Handscoon)
 Masker
 Sepatu Laboratorium
 Kap (penutup rambut)
 Pelindung Mata
LOKASI PENGAMBILAN DARAH ARTERI
 Arteri Radialis dan Arteri Ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s
test)
 Arteri Dorsalis pedis
 Arteri Brakialis
 Arteri Femoralis
PROSEDUR TINDAKAN
1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan sebelum memasuki ruangan pasien.
2. Cuci tangan dengan menggunakan tujuh langkah benar.
3. Bila menggunakan peralatan AGD yang sudah siap, buka peralatan tersebut serta pindahkan
labelcontoh dan tas plastik (plastic bag).
4. Catat label nama pasien, nomor ruangan, temperatur suhu pasien, tanggal dan waktu
pengambilan,metode pemberian oksigen, dan nama perawat yang bertugas pada tindakan
tersebut.
5. Beritahu pasien alasan dalam melakukan tindakan tersebut dan jelaskan prosedur ke pasien
untuk membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kooperatif pasien dalam
melancarkantindakan tersebut.
6. Cuci tangan dan setelah itu gunakan sarung tangan.
7. Lakukan pengkajian melalui metode tes Allen.
8. Bersihkan daerah yang akan di injeksi dengan alkohol atau povidoneiodine pad.
9. Gunakan gerakan memutar (circular) dalam membersihkan area injeksi, dimulai dengan
bagian tengah lalu ke bagian luar.
10. Palpasi arterti dengan jari telunjuk dan tengah satu tangan ketika tangan satunya lagi
memegang syringe.
11. Pegang alat pengukur sudut jarum hingga menunjukkan 30-45 derajat. Ketika area
injeksi arteribrankhial, posisikan jarum 60 derajat.
12. Injeksi kulit dan dinding arterial dalam satu kali langkah.
13. Perhatikan untuk blood backflow di syringe.
14. Setelah mengambil contoh, tekan gauze pad pada area injeksi hingga pedarahan
berhenti yaitusekitar 5 menit.
15. Periksa syringe dari gelembung udara. Jika muncul gelembung udara, pindahkan
gelembung tersebut dengan memegang syringe ke atas dan secara perlahan
mengeluarkan beberapa darah ke gauze pad.
16. Masukan jarum ke dalam penutup jarum atau pindahkan jarum dan tempatkan tutup
jarum pada jarum yang telah digunakan tersebut.
17. Letakkan label pada sampel yang diambil yang sudah diletakkan pada ice-filled
plastic bag
18. Ketika pedarahan berhenti, area yang di injeksi diberikan balutan kecil dan
direkatkan.
19. Pantau tanda vital pasien, dan observasi tanda dari sirkulasi. Pantau atau perhatikan
risiko adanyapedarahan di area injeksi.
Allen Test
 Untuk melakukan test Allen, lakukan penekanan pada kedua
denyutan radialis dan ulnaris dari salah satu pergelangan tangan
pasien sampai denyutannya hilang. Tangan menjadi pucat karena
kurangnya sirkulasi ke tangan. Lepaskan tekanan pada arteri
ulnaris. Jika tangan kembali normal dengan cepat (tangan akan
kemerahan dalam 10 detik), hasil test dinyatakan negatif dan
penusukan arteri dapat dilakukan pada pergelangan tangan
tersebut. Jika setelah dilakukan pelepasan tekanan pada arteri
ulnaris tangan tetap pucat, artinya sirkulasi ulnaris tidak adekuat.
Hasil test dinyatakan positif dan pergelangan tangan yang lain
harus di-test. Bila hasil test pada kedua pergelangan tangan adalah
positif, arteri femoralis harus dieksplorasi.
ANALISA GAS DARAH DAN
INTERPRETASINYA
 Nilai normal gas darah
Arteri Vena

pH 7,35 - 7,45 7,33 – 7,43

PO2 80 -100 mmHg 34 – 49 mmHg

Saturasi O2 > 95 % 70 – 75 %

PCO2 35 – 45 mmHg 41 – 5 mmHg

HCO3 22- 26 mEq/L 24 – 28 mEq/L

BE -2 s/d +2 0 - +4
Keterangan :
 PH : menunjukkan kadar Arti
KONDISI Kadar H+ Ph klinis
ion hidrogen (H+) dalam
tubuh > 100 Bisa
Asidemia mmol <7,0 fatal
 Kadar ion H+ pada
perhatik
beberapa keadaan : Asidemia 50 - 80 7,1 - 7,3 an

Normal 40 ± 2 7,4 ± 0,05 normal

perhatik
Alkalemia 20 - 36 7,45 -7,69 an

Bisa
Alkalemia < 20 > 7,7 fatal
 pO2 : tekanan parsial yang ditimbulkan oleh oksigen dalam
plasma.
 Saturasi O2 : kandungan oksigen yang dibawa hemoglobin
dibanding jumlah maksimal oksigen yg dpt dibawa oleh
hemoglobin.
Ini menunjukkan kemampuan transpor oksigen ke dalam jaringan
 PCO2 : merupakan unsur respirasi
adalah tekanan yang ditimbulkan oleh CO2 yang terlarut dalam
darah.
Menunjukkan kecukupan ventilasi alveolar
pCO2 normal : ventilasi normal
pCO2 tinggi : hipoventilasi
pCO2 rendah : hiperventilasi
 Karena CO2 merupakan unsur respirasi, maka nilai Pco2 akan
menunjukkan kelainan asam basa :
pCO2 tinggi : asidosis respiratori
pCO2 rendah : alkalosis respiratori
 HCO3 : Bikarbonat = parameter metabolik (non
respirasi)
 BE : Base Excess = kelebihan basa
 HCO3 adalah: nilai bikarbonat yang terkandung dalam darah
arteri.
 Digunakan sebagai pedoman adanya kelainan asam basa yg
disebabkan unsur metabolik (bukan karena masalah respirasi)
HCO3 ↑ atau BE ↑ : Alkalosis metabolik
HCO3  atau BE  : Asidosis metabolik
INTERPRETASI AGD
Lihat pH darah

pH < 7,35 pH > 7,45

ASIDOSIS ALKALOSIS

Lihat pCO2 Lihat HCO3-

< 40mmHg > 40 mmHg < 24 mM > 24 mM

METABOLIK RESPIRATORIK RESPIRATORIK METABOLIK


TERKOMPENSASI atau TIDAK?
 Lihat pH kembali
- jika mendekati kadar normal (7,35-7,45)
 terkompensasi
- jika belum mendekati normal
 tidak terkompensasi atau terkompensasi
sebagian
 Jika asidosis respiratorik dgn HCO3- < 24 mM 
terkompensasi sebagian
 Jika asidosis metabolik dgn pCO2 < 40 mmHg 
terkompensasi sebagian
 Jika alkalosis respiratorik dgn HCO3- > 24 mM 
terkompensasi sebagian
 Jika alkalosis metabolik dgn pCO2 > 40 mmHg 
terkompensasi sebagian
LATIHAN
Asidosis metabolik
 pH 7.32, PCO2 40, HCO3 19 tdk terkompensasi
 pH 7.55, PCO2 20, HCO3 22 Alkalosis respiratorik
tdk terkompensasi
 pH 7.55, PCO2 37, HCO3 30 Alkalosis metabolik
 pH 7.49, PCO2 35, HCO3 29 tdk terkompensasi
Alkalosis metabolik
 pH 7.30, PCO2 50, HCO3 29 tdk terkompensasi
 pH 7.43, PCO2 53, HCO3 30 Asidosis respiratorik
terkompensasi sebagian
 pH 7.44, PCO2 38, HCO3 26 Alkalosis metabolik
terkompensasi
 pH 7.43, PCO2 32, HCO3 20
normal

Alkalosis respiratorik
terkompensasi
Thank you.........

Anda mungkin juga menyukai