DI SUSUN OLEH
LAMBART RENUW
NIM : P07120220180099
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang ”HIPERTENSI” dapat
selesai tepat pada waktunya sebagai salah satu tugas dari mata kulia Gerontik
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di dalamnya
masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun isi.Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam penulisan makalah
berikutnya dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua
Tual …………..
Penulis
DAFTRA ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB.1. Pendahuluan
BAB.3Tinjuan Kasus
BAB.4 PENUTUP
41. Kesimpulan
42. Saran
Daftar Pustaka
BAB. 1
1.1. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan public utama di seluruh dunia dan
merupakan faktor risiko penyakit kardiovskular tersering, serta belum terkontrol optimal
diseluruh dunia.Namun, hipertensi dapat dicegah dan penanganan dengan efektif dapat
menurunkan risiko stroke dan serangan jantung. Hipertensi berdasarkan criteria JNC 2,
didefinisikan sebagai kondisi dimana tekanan darah sistolik lebih dari atau sama 140
mmHg atau tekanan darah diastolic lebih daari atau sama dengan 90 mmHg .
hipertensi mengakbatkan pada ½ penyakit janrung koroner dan sekitar 2/3 penyakit
sarebrovaskular. Banyak masalah penyakit kardiovaskular sekarang terjadi di negara
berpendapatan rendah sampai menangah. Negara-negara ini berjuang menghadapi penyakit
kardiovaskular terkait kemiskinan dan infeksi seperti penyakit jantung rematik, fibrosis
endomiokardial, infeksi human imundeficiency virus (HIV), perikarditis tuberkolosis, dan
penyakit chagas.Kombinasis dan keterbatasan ekonomi, sumber daya, dan tumpang tindih
beberapa penyakit membebani kemampuan untuk menangani faktor risiko tidak menular
dan penyakit terkait.Delapan puluh persen kematian kardiovaskuler seluruh dunia terjadi di
negara penghasilan rendah sampai menengah dan dalam perbandingan dengan negara
penghasilan tinggi, kematian ini (stroke dan infark miokard akut) terjadi diusia lebih muda,
berdampak pada keluarga dan tenaga kerja. Diperkirakan bentuk tidak menular dari
penyakit kardiovaskular akan menjadi penyebab utama kematian dan disabilitas seluruh
dunia pada tahun 2020. Secara signifikan, hipertensi sebagai keadaan yang mendahului
penyakit kardiovaskular yang bisa dimodifikasi menyebab kematian lebih banyak
1.2. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang diambil oleh penulis diantaranya, yaitu :
1. Konsep penyakit hipertermi
2. Konsep askep gerontik
3. Asuhan keperawatan gerontik
1.3. Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Asuhan keperawatan gerontik
BAB. 2
2.1. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Hipertensi
Adalah kondisi abnormal hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan
sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastolic > 90 mmHg ( untuk usia < 60 tahun )
dan tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan atau tekanan diastolic > 95 mmHg (untuk usia >
60 tahun). (Nugroho, 2011, p. 263).
Adalah peningkatan tekanan darah secara terus menerus hinggal melebihi batas
normal. Tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg .Adalah tekanan sistolik lebih
tinggi dari 140 mmHg menetap atau tekanan distoolik lebih tinggi dari 90mmHg
(Manurung, 2016, p. 102)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan hipertensi adalah keadaan dimana
tekanan darah sistolik maupun diastolic meningkat atau lebih dari diatas normal.
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
a. Hipertensi Primer (esensial)/ Idiopatik
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor-faktor
yang meningkatkan risiko antara lain yaitu :
1) Merokok :Rokok menghasilkan nikotin dan karbon monoksida suatu
vasokontriktor poten menyebabkan hipertensi. Merokok meningkatkan tekanan
darah juga mulai peningkatan noreprinefrin plasma dan saraf simpatetik. Efek
sinergistik merokok dan tekanan darah tinggi pada risiko kardiovaskular telah
jelas. Merokok menyebabkan aktivasi simpatetik, stress, oksidatif, dan efek
vasopresor akut yang dihubungkan dengan peningkatan marker inflamasi, yang
akan mengakibatkan difungsi endotel, cedera pembuluh darah, dan
meningkatnya kekakuan pembuluh darah. Setiapbatang rokok dapat
meningkatkan tekanan darah 7/4 mmHg, perokok pasif dapat meningkatkan
30% risiko penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan peningkatan 80%
pada perokok. (Pikir dkk, 2015, p. 8)
2) Obesitas : Obesitas terjadi paada 64% pasien hipertensi. Lemak badan
mepengaruhi kenaikan tekanan darah dan hipertensi. Penurunan berat badan
menurunkan tekanan darah pada pasien obesitas memberikan efek
menguntungkan pada faktor risiko yang terkait, seperti resistensi insulin,
diabetes mellitus, heperlipidemia, dan hipertrofi ventrikel kiri. Penurunan
tekanan darah sistolik dan distolik pada penurunan berat badan 5,1 kg adalah
4,4 dan 3,6 mmHg. Insiden obesitas lebih tinggi pada penurunan 34,4%
dibandingkan pada laki-laki 28,6%. Obesitas ,sebuah masalah kesehatan dunia,
telah diidentifikasi sebuah faktor risiko sangat penting untuk hipertensi.
Individu obesitas mempunyai risikolebih tinggi signifikan terjadinya hipertensi.
Obesitas diketahui pada hasil kombinasi disfungsi pusat makan diotak,
ketidakseimbangan asuhan energy dan pengeluaran, variasi
genetic.peningkatan risiko yang sama juga juga telah diidentifikasi untuk
hipertensi, penyakiit vascular sebral dan perifer, hiperlipidemia, penyakit
traktus bilier, osteoarthiritis, dan gout. Pada obesitas, lemak visceral
mengakibatkan resistensi insulin. Akibat lanjut dari hiperinsulimenia, adalah
promosi peningkatan absorbsi Na oleh ginjal sehingga dapat terjadi hipertensi.
(Pikir dkk, 2015, p. 7)
3) Alkoholisme : Konsumsi alcohol akan meningkatkan risiko hipertensi, namun
mekanismenya belum jelas, mungkin akibat meningkatnya transport kalsium
kedalam sel otot polos melalui peningkatan katekolamin plasma.terjadinya
hipertensi lebih tinggi pada peminum alcohol berat akibat dari aktivasi
simpatetik. Peminum alcohol lebiih dari dua gelas sehari akan memiliki risiko
hipertensi dua kali lipat dibandingkan bukan peminum, serta tidak optimalnya
efek dari obat anti hipertensi. Pada pasien hipertensi yang mengonsumsi
alcohol disarankan kurang dari 30 ml per hari atau 40 ml etanol per hari. (Pikir
dkk, 2015, p. 8)
4) Stress :Merangsang sistem saraf simpatis mengeluarkan adrenalin yang
berpengaruh terhadap kerja jantung. Stressor merupakan stimuli instrinsik atau
ekstrinsik yang menyebabkan gangguan fisiologi dan psikologi, dan dapat
membahayakan kesehatan. Walaupun data epidemiologi menunjukkan stress
mental terkait dengan hipertensi, penyakit kardiovaskular, obesitas, dan
sindrom metabolic, efek stress mental pada manusia belum dipahami
sepenuhnya. Prevalensi tinggi dari hipertensi pada individu obesitas terkait
pada faktor psikososial termasuk stress kronik. Aksis hipotalamus – hipofisi –
adrenal merupakan kunci mekanisme yang menghubungkan obesitas,
hipertensi, dan stress kronis. Oleh karena itu, orang seharusnya mengurangi
stress untuk menghindari lingkaran setan stress mental, obesitas, hipertensi,
dan diabetes. (Pikir dkk, 2015, p. 9)
5) Konsumsi garam : Garam memengaruhi viskositas darah dan memperberat
kerja ginjal yang mengeluargkan rennin angiotensin yang dapat meningkatkan
tekanan darah (Haryanto & Rini, 2015, p. 39)
6) Kopi (kafein) : kopi merupakan minuman stimulant yang dikonsumsi secara
luas diseluruh dunia. Dimana kopi dapat meningkatkan secara akut teknan
darah dengan memblok reseptor vasodilatasi adenosine dan meningkatkan
neropinefrin plasma. Minum dua sampai 3 cangkir kopi akan meningkatkan
tekanan darah secara akut, dengan variasi yang luas antara individu dari ¾
mmHg sampai 15/13 mmHg. Dimana tekanan darah akan mencapai puncak
dalam satu jam dan kembali ketekanan darah dasar setelah 4 jam. (Pikir dkk,
2015, p. 9)
7) Kontrasepsi oral : peningkatan kecil tekanan darah terjadi pada kebanyakan
perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral, tetapi peningkatan besar
kadang teradi. Hal ini disebabkan ekspansi volume karena peningkatan sintesis
hepatic subtran rennin dan aktivasi sistem rennin – angiotensin – aldosteron.
Kontrasepsi esterogen akan meningkat tekanan arah 3-6/ 2-5 mmHg, sekitar
lima persen perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral jangka panjang
menunjukkan peningkatan tekanan darah diatas 140/90 mmHg. Hipertensi
terkait kontrasepsi lebih sering pada perempuan diatas 35 tahun, pada mereka
yang menggunakan kontrasepsi lebih dari 5 tahun, dan individu gemuk. Jarang
terjadi pada mereka yang menggunakan tablet esterogen dosis kesil. Umumnya,
hipertensi reversible setelah penghentian kontrasepsi, tetai mungkin perlu
beberapa minggu. Esterogen pada postmenoupose umumnya tidak
menyebabkan hipertensi, tetapi tentu memelihara vasodilatasi diperantarai
endotel. (Pikir dkk, 2015, p. 7)
b. Hipertensi Sekunder
Penyebabnya yaitu : dipicu oleh obat-obatan, penyakit ginjal, sindrom scushing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan
1) Penyakit ginjal primer : baik penyakit ginjal akut maupun kronis, terutama
dengan kelainan glomelurus atau gangguan pembuluh darah di ginjal
2) Kontrasepsi oral : kontrasepsi oral sering meningkatkan tekanan darah dalam
kisaran normal tetapi juga dapat memicu hipertensi
3) Drug induce hypertension/ hipertensi yang dipicu oleh obat : penggunaan agen
antiinflamasi nonsteroid dan antidepresan kronis dapat menimbulkan
hipertensi. Begitu juga konsumsi alcohol yang kronis maupun
penyalahgunaanalkohol juga dapat meningkatkan tekanan darah
4) Pheochromocytoma : sekitar setengah dari pasien dengan Pheochromocytoma
memiliki hipertensi primer
5) Aldosteronisme primer : terutama adanya kelebihan mineralokortikoid,
terutama aldosteron, harus dicurigai pada setiap pasien dengan trias hipertensi,
hipokalemia yang tidak dapat dijelaskan, dan alkaliosis metabolic. Namun
beberapa pasien memiliki konsentrasi plasma kalium normal. Pravalensi
aldosteronisme primer juga harus dipertimbangkan pada pasien dengan
hipertensi resisten(Pikir dkk, 2015, p. 31).
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidah
terukur
2) Gejala yang lazim
Sering dikatan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepalakarena adanya peningkatan tekanan darah sehingga mengakibatkan hipertensi
dan tekanan intrakarnial naik,dan kelelahan.Dalam kenyataan ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
1) Mengeluh sakit kepala, pusing dikarenakan peningkatan tekanan darah dan
hipertensi sehingga intrakarnial naik
2) Lemas, kelelahan : karena stress sehingga mengakibatkan ketegangan yang
mempengaruhi emosi, pada saat ketegangan emosi terjadi dan aktivitas saraf
simatis sehingga frekuensi dan krontaktilitas jantung naik, aliran darah menurun
sehingga suplei O2 dan nutrisi otot rangka menurun, dan terjadi lemas.
3) Susah nafas, kesadaran menurun : karena terjadinya peningkatan krontaktilitas
jantung
4) palpitasi (berdebar-debar): karena jantung memompa terlalu cepat sehingga dapat
menyebabkan berdebar-debar, Gampang marah (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 103)
4. Patofisiologi
Faktor-faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah, pada dasarnya
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rumus dasar: tekanan darah = curah
jantung x resistensi perifer. Tekanan darah dibutuhkan untuk mengalirkan darah
melalui sistem sirkulasi yang merupakan hasil dari aksi pompa jantung atau yang
sering disebut curah jantung (cardiac output) dan tekanan dari arteri perifer atau sering
disebut resistensi perifer.Kedua penentu primer adanya tekanan darah tersebut masing-
masing juga ditentukan oleh berbagai interaksi faktor-faktor serial yang sangat
kompleks.Berdasarkan rumus tersebut, maka peningkatan tekanan darah secara logis
dapat terjadi karena peningkatan curah jantung dan atau peningkatan resistensi
perifer.Peningkatan curah jantung dapat melalui dua mekanisme yaitu melalui
peningkatan volume cairan (preload) atau melalui peningkatan kontraktilitas karena
rangsangan neural jantung.Meskipun faktor peningkatan curah jantung terlibat dalam
pemulaaan timbulnya hipertensi, namun temuan-temuan pada penderita hipertensi
kronis menunjukkan adanya hemodinamik yang khas yaitu adanya peningkatan
resistensi perifer dengan curah jantung yang normal.
Adanya pola peningkatan curah jantung yang menyebabkan peningkatan resistensi
secara persisten, sudah diteliti pada beberapa oraang dan pada banyak hewan coba pada
penelitian-penelitian tentang hipertensi. Pada hewan coba, dengan kondisi jaringan
ginjal yang berkurang, ketika diberi penambahan volume cairan, maka tekaanan darah
pada awalnya akan naik sebagai konsekuensi tinggi curah jantung, namun dalam
beberapa hari, resistensi perifer akan meningkat dan curah jantung akan kembali ke
nilai basal. Perubahan resistensi perifer tersebut menunjukkan adanya perubahan
property instrinsik dari pembuluh darah yang berfungsi untuk mengatur aaliran darah
yang terkait dengan kebutuhan metabolic dari jaringan. (Pikir dkk, 2015, p. 17)
5. Klasifikasi Berat Ringan Hipertensi
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 102)
Distolik
No Kategori Sistolik mmHg mmHg
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
5 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
6 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
7 Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
8
Menurut (Haryanto & Rini, 2015, p. 38)
Nama : Tn M. E Suku :
Ttgl : kebesar 1938 Agama :KP
Jenis kelamin :L Status pernikahan : menika
Pendidikan : SD Pekerjaan : bidan desa
(biang)
Alamat : lodar el Orang yang paling terdekat dihubungi : cucu laki laki
Riwayat klien/ data biografi
Riwayat Hidup
Pasangan :
Riwayat pekerjaan
Status pekerjaan saat ini :bidan desa (biang)
Pekerjaan sebelumya : irt
Sumber pendapatan saat ini : saat ini ny M E mengharapkan penghasilan dari pekerjaanya
sebagai biang untuk kebutuhan sehari hari dengan cucunya
Obat obatan :
Klien mengatakan dalam setahun sebelumnya klien ada mengonsumsi obat, tetapi
sekarang klien tidak mengingat obat yang sudah dikonsumsinya.
Masalah masalah yang berkaitan dengan konsumsi obat : tidak ada
Riwayat alergi : tidak ada
Nutrisi : klien mengatakan pagi minum teh dengan roti, dan siang bubur, malam
bubur, porsi dihabiskan .
Riwayat peningkatan/penurunan berat badan : saat dikaji klien mengatakan tidak tahu
tentang riwayat tentang meningkat/menurunnya berat badan.
Pola konsumsi makanan : klien mengatakan pola makan sehari hari tidak menentu.
Masalah masalah yang mempengaruhi ………..?
Kebiasaan saat,sesuda/sebelum makan :
Sebelum makan berdoa, dan sesuda makan istirahat dan nonton bersama cucu
cucunya.
Riwayat keluarga :
Keterangan :
Laki laki
Perempuan
Meninggal
Pasien
Tinjawan system:
HEMOPETIK YA TIDAK
Perdarahan/memar
Pembengkakan kelenjar linfe
Anemia
Riwayat transfusi darah
KEPALA YA TIDAK
Sakit kepala
Pusing
LEHER YA TIDAK
Kekakuan
MATA YA TIDAK
Perubahan penglihatan
Kacamata /lensa kontak
Nyeri
Air mata berlebihan
Pruritus
Bengkak sekitar mata
Floater
Diplopia
Kabur
Fotofobia
Riwayat infeksi
Tgl pemeriksaan mata terakhir
Dampak pada aktifitas sehari-hari
Gigi palsu
Riwayat infeksi
Tgl pemeriksan gigi terakhir
Frekwensi menggosok gigi terakhir
Masalah kebiasan membersihkan
gigi
TELINGA YA TIDAK
Perubahan pendengaran
Rabas
Timitus
Vertigo
Sensitifitas pendengaran
Alat-alat protesa
Riwayat infeksi
Tgl pemeriksaan terakhir
Kebiasaan perawatan telinga
Dampak pada aktivitas sehari-hari
KARDIOVAKULER YA TIDAK
Nyeri dada
Palpitasi
Sesak nafas
Dispnea pasca aktifitas
Mur- mur
Edema
Varises
Kaki timpang
Parestesia
PERNAPASAN YA TIDAK
Batuk
Sesak napas
Hemoptisis
Sputum
Mengi
Asma / alergi pernapasann
Tgl dan hasil pemeriksaan terakhir
Polifagia
Poliuria
PERKEMIHAN YA TIDAK
Disuria
Menetes
Ragu- ragu
Hematuria
Poliuria
Oliguria
Nokturia
Inkontensia
Nyeri saat berkemih
Batu
Infeksi
MUSKULOSKELETAL YA TIDAK
Nyeri persendian
Kekakuan
Pembengkakan sendi
Deformitas
Spasme
Keram
Kelemahan otot
Masalah cara berjalan
Nyeri pinggang
Protesa
Kebiasan latihan/olaraga
Dampak pada aktivitas sehari – hari
Kejang
Singkopi/serangan jantung
Paralisis
Paresis
Masalah koordinasi
Tie/tremor/spasme
Parestesia
Cedera kepala
Masalah memori
PSIKOLOGI YA TIDAK
Cemas
Depresi
Insomnia
Menangis
Gagap
Takut
Masalah dalam pengambilan
keputusan
Kesulitan berkonsentrsi
Mekanisme koping
Stress sakit ini
Preseopsi tentang kematian
Dampak pada aktifitas sehari-hari
B. ANALISA DATA
1, Diagnosa keperawatan
Penungkatan tekanan darah berhubungan dengan nyeri kepala, pusing, dan leher terasa
tegang serta TD : 160/100,mmhg
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit
1, Penigkatan tekanan darah 1, mengukur TTV, TD, klien (S) : klien mengatakan tdak lagi
berhubungan dengan ngkatan setiap, 2. Hari merasa nyeri kepala, pusing, dan
tekanan darah berhubungan leher terasa tegang, serta klien
dengan nyeri kepala, pusing, 2, melakuakan dan memahami dan mengerti
dan leher terasa tegang serta memberikan pendidikan tentang proses penyakit atu
TD : 160/100,mmhg kesehatan kondisia dan keadan
kesehatanya,dan mampu
2, kurangnya pengertahuan 3, meberikan dan mengajurkan melakukan nya secara mandiri
berhubungan dengan proses klien diet rendah garam,
penyakit lemak, dan (O) : kiln tampak senang karena
hindari stress dgn cara TTV/TD nya sdh kembali
relaksasi napas dalam atau normal
mendegar music atu menonton Yaitu : 130/90,mmhg
TV utk dpt mengontrol
stresornya shingga tekanan (A) : masalah teratasi dan
darah nya tetap intervensi di hentikan
terkontrol/stabil
(P) : klien di anjurkan untuk
4, meberkan obat oral/obat tetap diet rendah garam, lemak,
minum kepada klien yaitu : dan
hindari stress dgn cara relaksasi
Captopril,25,mg 1x1 napas dalam atau mendegar
Ibuprofen,300,mg 2x1 music atu menonton TV utk dpt
saat terasa nyeri mengontrol stresornya shingga
Neurodex 2x1 tekanan darah nya tetap
terkontrol/stabil
DAFTAR PUSTAKA
Budi. (2015). Hipertensi Manajemen Komperhensif. Surabaya: AUP Airlangga University Press.
Haryanto, A., & Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan Intervensi Nanda Nic Noc. Jakarta: EGC.