Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN HIPERTENSI

Dosen : JONATHAN KELABORA,S.ST,M,Kes

DI SUSUN OLEH

LAMBART RENUW

NIM : P07120220180099

RPL ANGGKATAN KE-2

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL

TAHUN AKADEMIK 2019


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang ”HIPERTENSI” dapat
selesai tepat pada waktunya sebagai salah satu tugas dari mata kulia Gerontik
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di dalamnya
masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun isi.Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam penulisan makalah
berikutnya dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua

Tual …………..

Penulis
DAFTRA ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB.1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakan


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan

BAB.2 Tinjauan Teori

2.1. Konsep Hipertensi


2.2. Konsep Asuhan Keperawatan

BAB.3Tinjuan Kasus

3.1. Pembahasan Kasus

BAB.4 PENUTUP

41. Kesimpulan
42. Saran

Daftar Pustaka
BAB. 1
1.1. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan public utama di seluruh dunia dan
merupakan faktor risiko penyakit kardiovskular tersering, serta belum terkontrol optimal
diseluruh dunia.Namun, hipertensi dapat dicegah dan penanganan dengan efektif dapat
menurunkan risiko stroke dan serangan jantung. Hipertensi berdasarkan criteria JNC 2,
didefinisikan sebagai kondisi dimana tekanan darah sistolik lebih dari atau sama 140
mmHg atau tekanan darah diastolic lebih daari atau sama dengan 90 mmHg .
hipertensi mengakbatkan pada ½ penyakit janrung koroner dan sekitar 2/3 penyakit
sarebrovaskular. Banyak masalah penyakit kardiovaskular sekarang terjadi di negara
berpendapatan rendah sampai menangah. Negara-negara ini berjuang menghadapi penyakit
kardiovaskular terkait kemiskinan dan infeksi seperti penyakit jantung rematik, fibrosis
endomiokardial, infeksi human imundeficiency virus (HIV), perikarditis tuberkolosis, dan
penyakit chagas.Kombinasis dan keterbatasan ekonomi, sumber daya, dan tumpang tindih
beberapa penyakit membebani kemampuan untuk menangani faktor risiko tidak menular
dan penyakit terkait.Delapan puluh persen kematian kardiovaskuler seluruh dunia terjadi di
negara penghasilan rendah sampai menengah dan dalam perbandingan dengan negara
penghasilan tinggi, kematian ini (stroke dan infark miokard akut) terjadi diusia lebih muda,
berdampak pada keluarga dan tenaga kerja. Diperkirakan bentuk tidak menular dari
penyakit kardiovaskular akan menjadi penyebab utama kematian dan disabilitas seluruh
dunia pada tahun 2020. Secara signifikan, hipertensi sebagai keadaan yang mendahului
penyakit kardiovaskular yang bisa dimodifikasi menyebab kematian lebih banyak
1.2. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang diambil oleh penulis diantaranya, yaitu :
1. Konsep penyakit hipertermi
2. Konsep askep gerontik
3. Asuhan keperawatan gerontik
1.3. Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Asuhan keperawatan gerontik
BAB. 2
2.1. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Hipertensi
Adalah kondisi abnormal hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan
sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastolic > 90 mmHg ( untuk usia < 60 tahun )
dan tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan atau tekanan diastolic > 95 mmHg (untuk usia >
60 tahun). (Nugroho, 2011, p. 263).
Adalah peningkatan tekanan darah secara terus menerus hinggal melebihi batas
normal. Tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg .Adalah tekanan sistolik lebih
tinggi dari 140 mmHg menetap atau tekanan distoolik lebih tinggi dari 90mmHg
(Manurung, 2016, p. 102)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan hipertensi adalah keadaan dimana
tekanan darah sistolik maupun diastolic meningkat atau lebih dari diatas normal.
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
a. Hipertensi Primer (esensial)/ Idiopatik
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor-faktor
yang meningkatkan risiko antara lain yaitu :
1) Merokok :Rokok menghasilkan nikotin dan karbon monoksida suatu
vasokontriktor poten menyebabkan hipertensi. Merokok meningkatkan tekanan
darah juga mulai peningkatan noreprinefrin plasma dan saraf simpatetik. Efek
sinergistik merokok dan tekanan darah tinggi pada risiko kardiovaskular telah
jelas. Merokok menyebabkan aktivasi simpatetik, stress, oksidatif, dan efek
vasopresor akut yang dihubungkan dengan peningkatan marker inflamasi, yang
akan mengakibatkan difungsi endotel, cedera pembuluh darah, dan
meningkatnya kekakuan pembuluh darah. Setiapbatang rokok dapat
meningkatkan tekanan darah 7/4 mmHg, perokok pasif dapat meningkatkan
30% risiko penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan peningkatan 80%
pada perokok. (Pikir dkk, 2015, p. 8)
2) Obesitas : Obesitas terjadi paada 64% pasien hipertensi. Lemak badan
mepengaruhi kenaikan tekanan darah dan hipertensi. Penurunan berat badan
menurunkan tekanan darah pada pasien obesitas memberikan efek
menguntungkan pada faktor risiko yang terkait, seperti resistensi insulin,
diabetes mellitus, heperlipidemia, dan hipertrofi ventrikel kiri. Penurunan
tekanan darah sistolik dan distolik pada penurunan berat badan 5,1 kg adalah
4,4 dan 3,6 mmHg. Insiden obesitas lebih tinggi pada penurunan 34,4%
dibandingkan pada laki-laki 28,6%. Obesitas ,sebuah masalah kesehatan dunia,
telah diidentifikasi sebuah faktor risiko sangat penting untuk hipertensi.
Individu obesitas mempunyai risikolebih tinggi signifikan terjadinya hipertensi.
Obesitas diketahui pada hasil kombinasi disfungsi pusat makan diotak,
ketidakseimbangan asuhan energy dan pengeluaran, variasi
genetic.peningkatan risiko yang sama juga juga telah diidentifikasi untuk
hipertensi, penyakiit vascular sebral dan perifer, hiperlipidemia, penyakit
traktus bilier, osteoarthiritis, dan gout. Pada obesitas, lemak visceral
mengakibatkan resistensi insulin. Akibat lanjut dari hiperinsulimenia, adalah
promosi peningkatan absorbsi Na oleh ginjal sehingga dapat terjadi hipertensi.
(Pikir dkk, 2015, p. 7)
3) Alkoholisme : Konsumsi alcohol akan meningkatkan risiko hipertensi, namun
mekanismenya belum jelas, mungkin akibat meningkatnya transport kalsium
kedalam sel otot polos melalui peningkatan katekolamin plasma.terjadinya
hipertensi lebih tinggi pada peminum alcohol berat akibat dari aktivasi
simpatetik. Peminum alcohol lebiih dari dua gelas sehari akan memiliki risiko
hipertensi dua kali lipat dibandingkan bukan peminum, serta tidak optimalnya
efek dari obat anti hipertensi. Pada pasien hipertensi yang mengonsumsi
alcohol disarankan kurang dari 30 ml per hari atau 40 ml etanol per hari. (Pikir
dkk, 2015, p. 8)
4) Stress :Merangsang sistem saraf simpatis mengeluarkan adrenalin yang
berpengaruh terhadap kerja jantung. Stressor merupakan stimuli instrinsik atau
ekstrinsik yang menyebabkan gangguan fisiologi dan psikologi, dan dapat
membahayakan kesehatan. Walaupun data epidemiologi menunjukkan stress
mental terkait dengan hipertensi, penyakit kardiovaskular, obesitas, dan
sindrom metabolic, efek stress mental pada manusia belum dipahami
sepenuhnya. Prevalensi tinggi dari hipertensi pada individu obesitas terkait
pada faktor psikososial termasuk stress kronik. Aksis hipotalamus – hipofisi –
adrenal merupakan kunci mekanisme yang menghubungkan obesitas,
hipertensi, dan stress kronis. Oleh karena itu, orang seharusnya mengurangi
stress untuk menghindari lingkaran setan stress mental, obesitas, hipertensi,
dan diabetes. (Pikir dkk, 2015, p. 9)
5) Konsumsi garam : Garam memengaruhi viskositas darah dan memperberat
kerja ginjal yang mengeluargkan rennin angiotensin yang dapat meningkatkan
tekanan darah (Haryanto & Rini, 2015, p. 39)
6) Kopi (kafein) : kopi merupakan minuman stimulant yang dikonsumsi secara
luas diseluruh dunia. Dimana kopi dapat meningkatkan secara akut teknan
darah dengan memblok reseptor vasodilatasi adenosine dan meningkatkan
neropinefrin plasma. Minum dua sampai 3 cangkir kopi akan meningkatkan
tekanan darah secara akut, dengan variasi yang luas antara individu dari ¾
mmHg sampai 15/13 mmHg. Dimana tekanan darah akan mencapai puncak
dalam satu jam dan kembali ketekanan darah dasar setelah 4 jam. (Pikir dkk,
2015, p. 9)
7) Kontrasepsi oral : peningkatan kecil tekanan darah terjadi pada kebanyakan
perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral, tetapi peningkatan besar
kadang teradi. Hal ini disebabkan ekspansi volume karena peningkatan sintesis
hepatic subtran rennin dan aktivasi sistem rennin – angiotensin – aldosteron.
Kontrasepsi esterogen akan meningkat tekanan arah 3-6/ 2-5 mmHg, sekitar
lima persen perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral jangka panjang
menunjukkan peningkatan tekanan darah diatas 140/90 mmHg. Hipertensi
terkait kontrasepsi lebih sering pada perempuan diatas 35 tahun, pada mereka
yang menggunakan kontrasepsi lebih dari 5 tahun, dan individu gemuk. Jarang
terjadi pada mereka yang menggunakan tablet esterogen dosis kesil. Umumnya,
hipertensi reversible setelah penghentian kontrasepsi, tetai mungkin perlu
beberapa minggu. Esterogen pada postmenoupose umumnya tidak
menyebabkan hipertensi, tetapi tentu memelihara vasodilatasi diperantarai
endotel. (Pikir dkk, 2015, p. 7)
b. Hipertensi Sekunder
Penyebabnya yaitu : dipicu oleh obat-obatan, penyakit ginjal, sindrom scushing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan
1) Penyakit ginjal primer : baik penyakit ginjal akut maupun kronis, terutama
dengan kelainan glomelurus atau gangguan pembuluh darah di ginjal
2) Kontrasepsi oral : kontrasepsi oral sering meningkatkan tekanan darah dalam
kisaran normal tetapi juga dapat memicu hipertensi
3) Drug induce hypertension/ hipertensi yang dipicu oleh obat : penggunaan agen
antiinflamasi nonsteroid dan antidepresan kronis dapat menimbulkan
hipertensi. Begitu juga konsumsi alcohol yang kronis maupun
penyalahgunaanalkohol juga dapat meningkatkan tekanan darah
4) Pheochromocytoma : sekitar setengah dari pasien dengan Pheochromocytoma
memiliki hipertensi primer
5) Aldosteronisme primer : terutama adanya kelebihan mineralokortikoid,
terutama aldosteron, harus dicurigai pada setiap pasien dengan trias hipertensi,
hipokalemia yang tidak dapat dijelaskan, dan alkaliosis metabolic. Namun
beberapa pasien memiliki konsentrasi plasma kalium normal. Pravalensi
aldosteronisme primer juga harus dipertimbangkan pada pasien dengan
hipertensi resisten(Pikir dkk, 2015, p. 31).
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidah
terukur
2) Gejala yang lazim
Sering dikatan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepalakarena adanya peningkatan tekanan darah sehingga mengakibatkan hipertensi
dan tekanan intrakarnial naik,dan kelelahan.Dalam kenyataan ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
1) Mengeluh sakit kepala, pusing dikarenakan peningkatan tekanan darah dan
hipertensi sehingga intrakarnial naik
2) Lemas, kelelahan : karena stress sehingga mengakibatkan ketegangan yang
mempengaruhi emosi, pada saat ketegangan emosi terjadi dan aktivitas saraf
simatis sehingga frekuensi dan krontaktilitas jantung naik, aliran darah menurun
sehingga suplei O2 dan nutrisi otot rangka menurun, dan terjadi lemas.
3) Susah nafas, kesadaran menurun : karena terjadinya peningkatan krontaktilitas
jantung
4) palpitasi (berdebar-debar): karena jantung memompa terlalu cepat sehingga dapat
menyebabkan berdebar-debar, Gampang marah (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 103)

4. Patofisiologi
Faktor-faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah, pada dasarnya
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rumus dasar: tekanan darah = curah
jantung x resistensi perifer. Tekanan darah dibutuhkan untuk mengalirkan darah
melalui sistem sirkulasi yang merupakan hasil dari aksi pompa jantung atau yang
sering disebut curah jantung (cardiac output) dan tekanan dari arteri perifer atau sering
disebut resistensi perifer.Kedua penentu primer adanya tekanan darah tersebut masing-
masing juga ditentukan oleh berbagai interaksi faktor-faktor serial yang sangat
kompleks.Berdasarkan rumus tersebut, maka peningkatan tekanan darah secara logis
dapat terjadi karena peningkatan curah jantung dan atau peningkatan resistensi
perifer.Peningkatan curah jantung dapat melalui dua mekanisme yaitu melalui
peningkatan volume cairan (preload) atau melalui peningkatan kontraktilitas karena
rangsangan neural jantung.Meskipun faktor peningkatan curah jantung terlibat dalam
pemulaaan timbulnya hipertensi, namun temuan-temuan pada penderita hipertensi
kronis menunjukkan adanya hemodinamik yang khas yaitu adanya peningkatan
resistensi perifer dengan curah jantung yang normal.
Adanya pola peningkatan curah jantung yang menyebabkan peningkatan resistensi
secara persisten, sudah diteliti pada beberapa oraang dan pada banyak hewan coba pada
penelitian-penelitian tentang hipertensi. Pada hewan coba, dengan kondisi jaringan
ginjal yang berkurang, ketika diberi penambahan volume cairan, maka tekaanan darah
pada awalnya akan naik sebagai konsekuensi tinggi curah jantung, namun dalam
beberapa hari, resistensi perifer akan meningkat dan curah jantung akan kembali ke
nilai basal. Perubahan resistensi perifer tersebut menunjukkan adanya perubahan
property instrinsik dari pembuluh darah yang berfungsi untuk mengatur aaliran darah
yang terkait dengan kebutuhan metabolic dari jaringan. (Pikir dkk, 2015, p. 17)
5. Klasifikasi Berat Ringan Hipertensi
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 102)

Distolik
No Kategori Sistolik mmHg mmHg
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
5 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
6 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
7 Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
8
Menurut (Haryanto & Rini, 2015, p. 38)

Tekanan darah systole Tekanan darah diastole


Kategori (mmHg) (mmHg)
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 100-119
Stadium 4 (sanga
berat) >210 >120
6. Komplikasi
Hipertensi yang dibiarkan tak tertangani, dapat mengakibatkan : (Haryanto & Rini,
2015, p. 41) :
1) Transien Iskemik Attact
2) Stroke /CVA
3) Gagal jantung
4) Gagal ginjal
5) Infark miokard
6) Disritmia jantung
Komplikasi lainnya yaitu :
1) Pecahnya pembuluh darah serebral : aliran darah keotak tidak mengalami
perubahan masing-masing pada penderita hipertensi kronis dengan mean adrenal
pressure (MAP) 120-160 mmHg dan penderita hipertensi new onset dengan MAP
antara 60-120 mmHg. Pada keadaan hiperkapnia, autoregulasi menjadi sempit
dengan batas tertinggi 125 mmHg sehingga perubahan sedikit saja dari tekanan
darah akan menyebabkan asisdosis otak yang mempercepat timbulnya edema
otak.
2) Penyakit ginjal kronik : mekanisme hipertensi pada PGK melibatkan beban
volume dan vasokontriksi. Beban volume disebabkan oleh gangguan ekskresi
sodium sedangkan vasokonstriksi berkaitan dengan perubahan parenkim ginjal.
3) Penyakit jantungkoroner : ada dua mekanisme yang diajukan mengenai hubungan
hipertensi dengan peningkatan risiko terjadinya gagal jantung. Pertama, hipertensi
merupakan faktor risiko terjadinya infark miokard akut yang dapat menyebabkan
gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri dan gagal jantung. Kedua, hipertensi
menyebabkan terjadi disfungsi diastolic dan meningkatkan risiko gagal jantung.
4) Stroke pendarahan subarachnoid : terjadi ketika terdapat kebocoran pembuluh
darah didekat otak, yang mengakibatkan ekstravasasi drah kedalam celah
subarachnoid. Penyebab tersering SAH adalah rupture mikroaneurisma ini tidak
diketahui dan diduga terkait kelainan bawaan. Pada penderita hipertensi terjadi
penebalan lapisan intima dinding arteri dan selanjutnya dapat meningkatkan
tahanan dan elastisitas dinding pembuluh darah. Ketika terjadi peningkatan
tekanan pada dinding pembuluh darah maka aneurisma akan mengalami rupture.
Aneurisma dengan diameter lebih dari 10 mm akan lebih mudah mengalami
rupture.(Pikir dkk, 2015, p. 127)
2.2. KONSEP PENGKAJIAN GERONTIK PADA PENYAKIT HIPERTERMI
1. Pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
Gejala: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda :
Frekuensi jantung meningkat, Perubahan irama jantung, Takipne
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit serebrovaskular
Tanda : Kenaikan TD, Nadi : denyutan jelas, Frekuensi/irama: takikardi, berbagai
disritmia, Bunyi jantung: murmur, Distensi vena jugularis
Ekstermitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer), pengisian
kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi), Kulit pucat, sianosis, dan
diaforesis (kongesti, hipoksemia); kemerahan (feokromositoma)
3) Integritas ego
Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia, atau marah kronik
(dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stres multiple (hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)
Tanda:
Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang
meledak, Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan
fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara
4) Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal masa yang lalu)
5) Makanan/cairan
Gejala:  makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur); gula-gula yang
berwarna hitam; kandungan tinggi kalori, mual-muntah, perubahan berat badan
akhir-akhir ini (meningkat/menurun), riwayat penggunaan diuretic
Tanda: Berat badan normal atau obesitas, Adanya edema (mungkin umum atau
tertentu); glikosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik)
6) Neurosensori
Gejala: keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam), kelemahan pada satu
sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur), epistaksis
Tanda: Status mental: perubahan orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir, atau
memori (ingatan), Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan dan/atau
refleks tendon dalam, Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/penyempitan
arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema,
eksudat, dan hemorragi terrgantung pada berat/lamanya hipertensi
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada
arteri ekstermitas bawah)
8) Pernapasan
Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea, dispnea
nokturnal paroksimal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok
Tanda: Distres respirasi/penggunaan otot aksesoris pernapasan, Bunyi napas
tambahan (mengi/krakles), Sianosis
2. Prioritas Keperawatan
1) Mempertahankan/meningkatkan fungsi kardiovaskular
2) Mencegah komplikasi
3) Memberikan informasi tentang proses/prognosis dan program pengobatan
4) Mendukung kontrol aktif pasien terhadap kondisi
BAB. 3

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


LANSIA DENGAN HIPERTENSI

Pengkajian keperawatan Tgl pengkajian :

Nama : Tn M. E Suku :
Ttgl : kebesar 1938 Agama :KP
Jenis kelamin :L Status pernikahan : menika
Pendidikan : SD Pekerjaan : bidan desa
(biang)
Alamat : lodar el Orang yang paling terdekat dihubungi : cucu laki laki
 Riwayat klien/ data biografi

 Riwayat Hidup

Pasangan :

Hidup : ALMARHUM ANAK


Status kesehatan : Hidup : hidup
Umur : Nama : nike dimas
Pekerjaan : Alamat : lodar el
Kematian : Kematian :
Tahun meninggal : 2013 Penyebab kematan :
Penyebab kematian : klien tidak tahu

 Riwayat pekerjaan
Status pekerjaan saat ini :bidan desa (biang)
Pekerjaan sebelumya : irt
Sumber pendapatan saat ini : saat ini ny M E mengharapkan penghasilan dari pekerjaanya
sebagai biang untuk kebutuhan sehari hari dengan cucunya

 Riwayat tempat rnngal/dena rumah


Tipe tempat tinngal : semi Jumla tingkat :-
permanen
Jumlah kamar :3 Tetangga terdekat : meki febi
Jumlah orang yang tinggal bersama : 3 orang
Tinggal bersama : cucu cucunya
Derajat prifasi : terjaga
dengan baik
Dena rumah :

 Riwayat aktifitas di waktu luang


Hobi/minat : membuat keranjang
Keanggotaan organsasi : warga senyor gereja
Liburan/perjalanan : liburan ke kampong halaman

 System pelayanan yang digunakan :


Rumasakit puskesmas dan pelayanan gereja
 Deskripsi aktfitas selama 24 jam :
Klien mengatakn jika tidak ada pasienya maka klien hanya diruma bersama cucu
cucunya, dank lien sering bertamu di tetangga terdekatnya.
 Riwayat kesehatan :
 Keluhan utama
Klien mengatakan merasa pusing dan leher terasa tegang
 Pengetahuan atau pemahaman terhadap kesehatan saat ini :
Saat dikaji klien mengatakan tidak tahu kenapa dank lien berkata mungkin karena suda
tua
 Pemahaman terhadap proses penuaan :
Sangat kurang
 Status umum selama 5 Thn yang lalu :
Klien mengatakan sering merasa sakit pada lutut dan juga merasa tegang pada
lehernya
 Status kesehatan selama 1 Thn yang lalu :
Klien mengatakan sering merasa pusing, dan pada kedua kakinya biasanya terasa
kesemutan.
 Penyakit pada masa kanak kanak :
klien mengatakan sering panas badan dan demam, batuk pilek,dan sakit perut.
 Penyakit serius/kronik :
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang serius atau kronik.
 Trauma : tidak ada
 Perawatan di Rumah Sakit : tidak ada
 Operasi : tidak ada
Riwayat obsterik : G :8 P :8 A :-

 Obat obatan :
Klien mengatakan dalam setahun sebelumnya klien ada mengonsumsi obat, tetapi
sekarang klien tidak mengingat obat yang sudah dikonsumsinya.
 Masalah masalah yang berkaitan dengan konsumsi obat : tidak ada
 Riwayat alergi : tidak ada
 Nutrisi : klien mengatakan pagi minum teh dengan roti, dan siang bubur, malam
bubur, porsi dihabiskan .
 Riwayat peningkatan/penurunan berat badan : saat dikaji klien mengatakan tidak tahu
tentang riwayat tentang meningkat/menurunnya berat badan.
 Pola konsumsi makanan : klien mengatakan pola makan sehari hari tidak menentu.
 Masalah masalah yang mempengaruhi ………..?
 Kebiasaan saat,sesuda/sebelum makan :
Sebelum makan berdoa, dan sesuda makan istirahat dan nonton bersama cucu
cucunya.
 Riwayat keluarga :

Keterangan :
Laki laki

Perempuan

Meninggal

Pasien

 Tinjawan system:

Tanda-Tanda vital: TD: 160/100,MmHG


N: 80X/m
P:18X/m
S:360,C

HEMOPETIK YA TIDAK
Perdarahan/memar 
Pembengkakan kelenjar linfe 
Anemia 
Riwayat transfusi darah 

KEPALA YA TIDAK
Sakit kepala 

Trauma berarti pada masa lalu 

Pusing 

Gatal kulit kepala 

LEHER YA TIDAK
Kekakuan 

Nyeri /nyeri tekan 


Benjolan /massa 
Keterbatasan gerak 

MATA YA TIDAK
Perubahan penglihatan 
Kacamata /lensa kontak 
Nyeri 
Air mata berlebihan 
Pruritus 
Bengkak sekitar mata 
Floater 
Diplopia 
Kabur 
Fotofobia 
Riwayat infeksi 
Tgl pemeriksaan mata terakhir 
Dampak pada aktifitas sehari-hari 

MULUT DAN TENGOROKAN YA TIDAK


Sakit tengorokan 
Lesi / ulkus 
Serak 
Perubahan suara 
Kesulitan menelan 
Perdarahan gusi 
Karies / sudah tangal 

Gigi palsu 
Riwayat infeksi 
Tgl pemeriksan gigi terakhir 
Frekwensi menggosok gigi terakhir 
Masalah kebiasan membersihkan 
gigi

HIDUNG DAN SINUS YA TIDAK


Rinorea 
Rabas 
Epistaksis 
Obstruksi 
Mendengkur 
Nyeri pada sinus 
Alergi 
Riwayat infeksi 
Penampilan olvaktorius 

TELINGA YA TIDAK
Perubahan pendengaran 
Rabas 
Timitus 
Vertigo 

Sensitifitas pendengaran 
Alat-alat protesa 
Riwayat infeksi 
Tgl pemeriksaan terakhir 
Kebiasaan perawatan telinga 
Dampak pada aktivitas sehari-hari 

KARDIOVAKULER YA TIDAK
Nyeri dada 
Palpitasi 
Sesak nafas 
Dispnea pasca aktifitas 
Mur- mur 
Edema 
Varises 
Kaki timpang 
Parestesia 

Perubahan warna kaki 

PERNAPASAN YA TIDAK
Batuk 
Sesak napas 
Hemoptisis 
Sputum 
Mengi 
Asma / alergi pernapasann 
Tgl dan hasil pemeriksaan terakhir 

GASTRO INTESTINAL YA TIDAK


Disfagia 
Tidak dapat mencerna 
Nyeri uluh hati 
Mual muntah 
Hematemesis 
Perubahan napsu makan 
Intoleransi makan 
Ulkus 
Nyeri 
Ikterik 
Benjolan / massa 
Perubahan kebiasaan defekasi 
Diare 
Konstipasi 
Melena 
Hemoroid 
Perdarahan rectum 
Pola defekasi biasanya 

SISTEM ENDOKRIN YA TIDAK


Intoleran terhadap panas 
Intoleransi terhadap dingin 
Goiter 
Pigmentasi kulit / tekstur 
Perubahan warna rambut 

Polifagia 
 Poliuria 

PERKEMIHAN YA TIDAK
Disuria 
Menetes 
Ragu- ragu 
Hematuria 
Poliuria 
Oliguria 
Nokturia 
Inkontensia 
Nyeri saat berkemih 
Batu 
Infeksi 

GENITOREPRODUKSI WANITA YA TIDAK


Lesi 
Rabas 
Dispareuria 
Perdarahan pasca sengama 
Nyeri pelvice 
Sistokel/rektokel/prolaps 
Penyakit kelamin 
Infeksi 
Masalah aktivitas seks sual 
Riwayat menopause 
Tgl dan hasil pemeriksaan 

MUSKULOSKELETAL YA TIDAK
Nyeri persendian 
Kekakuan 

Pembengkakan sendi 
Deformitas 
Spasme 
Keram 

Kelemahan otot 
Masalah cara berjalan 
Nyeri pinggang 
Protesa 
Kebiasan latihan/olaraga 
Dampak pada aktivitas sehari – hari 

SISTEM SARAF YA TIDAK


Sakit kepala 

Kejang 
Singkopi/serangan jantung 
Paralisis 
Paresis 

Masalah koordinasi 
Tie/tremor/spasme 
Parestesia 

Cedera kepala 
Masalah memori 
PSIKOLOGI YA TIDAK
Cemas 
Depresi 
Insomnia 
Menangis 
Gagap 
Takut 
Masalah dalam pengambilan 
keputusan
Kesulitan berkonsentrsi 
Mekanisme koping 
Stress sakit ini 
Preseopsi tentang kematian 
Dampak pada aktifitas sehari-hari 

Tingkata kemandirian melakukan aktivitas dasar :


Klien melakukan aktivitas cecara mandiri….
Skala depresi : (4 ) klien mersa nyaman dan tenanag sehinga klien melewati hari-
harinya dgn penuh sukacita

Masalah-masalah kesehatan lainya : kilen merasa keram/kesemutan pada telapak kaki


kiri

B. ANALISA DATA

DATA FOKUS DIAGNOSA KEPERAWATAN


DS : klien mengatakan sering nyeri
kepala,pusing, dan leher terasa tegang Peningkatan tekanan darah berhubungan
dengan nyeri kepala, pusing, dan leher terasa
DO : TTV: tegang serta TD : 160/100,mmhg
TD : 160/100,mmhg
N : 98X/m
P : 18X/m
S : 360,C
DS : klien mengatakan ia tidak
memahami/mengeri terhadap proses Kurangnya pengetahuan berhubungan
penyakitnya atau kondisi dan keaadan dengan proses penyakit
kesehatan nya yaitu ia sering merasa nyeri
kepala, pusing, leher terasa tegang dan
keram/kesemutan pada telapak kaki kiri

DO :klien tampak bingung


C. PRIORITAS MASALAH

1, Diagnosa keperawatan

 Penungkatan tekanan darah berhubungan dengan nyeri kepala, pusing, dan leher terasa
tegang serta TD : 160/100,mmhg
 Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit

D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA INTERVESI RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERI HASIL
1, peningkatann Setelah dilakukan 1, observasi TTV,TD klien Agar tekan darah
tekanan darah tindakan seriap 2,hari dapat terkontol dan
berhubungan keperawatan tetap stabil/normal
dengan nyeri kepal, selama 6x60,menit 2, memberikan pendidikan Serta klien mampu
pusing, dan leher di harapkan klien kesehatan mengatasinya
terasa tegang serta dapat berspon dgn sendiri
TD : 160/100,mmhg Kriteri hasil : klien 3, menganjurkan klien diet
mengatakan tidak rendah garam, lemak, dan
2, kurangnya lagi merasa nyeri hindari stress dgn cara
pengertahuan kepal, pusing, dan relaksasi napas dalam atau
berhubungan leher terasa tegang mendegar music atu
dengan proses serta klien menonton TV utk dpt
penyakit mengatakan ia mengontrol stresornya
memahami dan shingga tekanan darah nya
megerti tentang tetap terkontrol/stabil
proses penyakit atu
kondisia dan 4, konsiltasikan dan
keadan kolaborasi dgn dokter untuk
kesehatanya. pemberian obat- obatan
penurun tekanan darah,obat
yg di berikan adalah
 Captopril,25,mg 1x1
 Ibuprofen,300,mg
2x1 saat terasa nyeri
 Neurodex 2x1
F, IMPLEMENTASI EVALUASI

DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI ( S,O,A,P, I,E,R, )


KEPERAWATAN KEPERAWATAN

1, Penigkatan tekanan darah 1, mengukur TTV, TD, klien (S) : klien mengatakan tdak lagi
berhubungan dengan ngkatan setiap, 2. Hari merasa nyeri kepala, pusing, dan
tekanan darah berhubungan leher terasa tegang, serta klien
dengan nyeri kepala, pusing, 2, melakuakan dan memahami dan mengerti
dan leher terasa tegang serta memberikan pendidikan tentang proses penyakit atu
TD : 160/100,mmhg kesehatan kondisia dan keadan
kesehatanya,dan mampu
2, kurangnya pengertahuan 3, meberikan dan mengajurkan melakukan nya secara mandiri
berhubungan dengan proses klien diet rendah garam,
penyakit lemak, dan (O) : kiln tampak senang karena
hindari stress dgn cara TTV/TD nya sdh kembali
relaksasi napas dalam atau normal
mendegar music atu menonton Yaitu : 130/90,mmhg
TV utk dpt mengontrol
stresornya shingga tekanan (A) : masalah teratasi dan
darah nya tetap intervensi di hentikan
terkontrol/stabil
(P) : klien di anjurkan untuk
4, meberkan obat oral/obat tetap diet rendah garam, lemak,
minum kepada klien yaitu : dan
hindari stress dgn cara relaksasi
 Captopril,25,mg 1x1 napas dalam atau mendegar
 Ibuprofen,300,mg 2x1 music atu menonton TV utk dpt
saat terasa nyeri mengontrol stresornya shingga
 Neurodex 2x1 tekanan darah nya tetap
terkontrol/stabil

klien di anjurkan untuk


mengonrol tekanan darah nya di
piuskesmas secara rutin
kurang lebih 2,mnggu sekali
agar tekanan darah dapat
terkonrol.

(I) : intervensi terlaksana


semuanya dan berhasil di
lakukan

(E) : klien mampu melakukan


nya secara mandiri
: klien mengatakan tdak lagi
merasa nyeri kepala, pusing, dan
leher terasa tegang, serta klien
memahami dan mengerti
tentang proses penyakit atu
kondisia dan keadan
kesehatanya

R : Agar tekan darah dapat


terkontol dan tetap stabil/normal
Serta klien mampu
mengatasinya sendiri
i

DAFTAR PUSTAKA

Budi. (2015). Hipertensi Manajemen Komperhensif. Surabaya: AUP Airlangga University Press.

Haryanto, A., & Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: KDT.

Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Wajan, J. (2013). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan Intervensi Nanda Nic Noc. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai