Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SYOK HIPOVOLEMIK
Dosen : NS RAHEL METANFANUAN,S.Kep,M.Kes

Di susun oleh :

LAMBERT RENUW
NIM : PO7120220180099
RPL ANGKATAN KE-2

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah yang membahas
tentang ”SYOK HIPOVOLEMIK” dapat selesai tepat pada waktunya sebagai
salah satu tugas dari mata kulia Gadar
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana
di dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun
isi.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun sehingga dalam penulisan makalah berikutnya dapat diperbaiki serta
ditingkatkan kualitasnya.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua

Tual … Juli 2019

Penulis
DAFTRA ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB.1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakan


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan

BAB.2 Tinjauan Teori

2.1. Konsep Syok Hipolemik


2.2. Konsep Asuhan Keperawatan

BAB.3Tinjuan Kasus

3.1. Pembahasan Kasus

BAB.4 PENUTUP

41. Kesimpulan
42. Saran
Daftar Pustaka
BAB.1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit
tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat, untuk itu perlu adanya
standar dalam memberikan pelayanan gawat darurat sesuai dengan
kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu
penanganan gawat darurat dengan respons time yang cepat dan tepat
(KepMenKes, 2009). Sebagai salah satu penyedia layanan pertolongan,
dokter dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat
agar dapat menangani kasus-kasus kegawatdaruratan (Herkutanto, 2007;
Napitupulu, 2015)
Salah satu kasus kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera
adalah syok.Syok merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan sebagai
tidak adekuatnya transpor oksigen ke jaringan yang disebabkan oleh
gangguan hemodinamik.Gangguan hemodinamik tersebut dapat berupa
penurunan tahanan vaskuler sistemik, berkurangnya darah balik, penurunan
pengisian ventrikel, dan sangat kecilnya curah jantung. Berdasarkan
bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme terjadinya, syok dapat
dikelompokkan menjadi empat macam yaitu syok hipovolemik, syok
distributif, syok obstruktif, dan syok kardiogenik (Hardisman, 2013)
Syok hipovolemik yang disebabkan oleh terjadinya kehilangan darah
secara akut (syok hemoragik) sampai saat ini merupakan salah satu
penyebab kematian tertinggi di negara-negara dengan mobilitas penduduk
yang tinggi.Salah satu penyebab terjadinya syok hemoragik tersebut
diantaranya adalah cedera akibat kecelakaan.Menurut World Health
Organization (WHO) cedera akibat kecelakaan setiap tahunnya
menyebabkan terjadinya 5 juta kematian diseluruh dunia.Angka kematian
pada pasien trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit
dengan tingkat pelayanan yang lengkap mencapai 6%.Sedangkan angka
kematian akibat trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit
dengan peralatan yang kurang memadai mencapai 36% (Diantoro, 2014).

1.2. Rumusan Masalah


Adapun beberapa rumusan masalah diantaranya yaitu :
1. Konsep Syok Hipovolemik
2. Asuhan keperawatan Syok hipovolomik
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan penulisan makaha ini, sebagai berikut :
1. Mahasiwa mampu menjelaskan tentang syok hipovolomik
2. Mahsiswa mampu mempraktekan asuhan keperawatan di lahan praktek.
BAB.2
TINJAUAN TIORI
1.1. KONSEP TEORI
A. Definisi
Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang
menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan.Syok
hipovolemik disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan
menurunnya volume intravaskuler baik oleh karena perdarahan maupun
oleh karena hilangnya cairan tubuh.Syok hipovolemik merupakan tipe
syok yang paling umum ditandai dengan penurunan volume
intravascular.Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraselular
dan ekstraseluler. Cairan intra seluler menempati hamper 2/3 dari air
tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah
satu kompartemen intravascular dan intersisial.
Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan
intravascular.Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume
intavaskuler 15% sampai 25%.Hal ini akanmenggambarkan
kehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria dgn berat badan 70
kg.Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah
yang cepat (syok hemoragik). 
B. Stadium syok hipovolemik :
Stadium syok hipovolemik ini dapat dibedakan dengan pemeriksaan
klinis tersebut
a. Stadium I Anticipation Stage adalah syok hipovolemik yang terjadi
pada kehilangan darah hingga maksimal 15% dari total volume
darah. Pada stadium ini tubuh mengkompensasi dengan dengan
vasokontriksi perifer sehingga terjadi penurunan refiling kapiler.
Pada saat ini pasien juga menjadi sedikit cemas atau gelisah,
namun tekanan darah dan tekanan nadi rata-rata, frekuensi nadi dan
nafas masih dalam kedaan normal.
b. Stadium II Pre-Shock Slide adalah jika terjadi perdarahan sekitar
15-30%. Pada stadium ini vasokontriksi arteri tidak lagi mampu
menkompensasi fungsi kardiosirkulasi, sehingga terjadi takikardi,
penurunan tekanan darah terutama sistolik dan tekanan nadi,
refiling kapiler yang melambat, peningkatan frekuensi nafas dan
pasien menjadi lebih cemas.
c. Stadium III Compensated Shock : bila terjadi perdarahan sebanyak
30-40%. Gejala-gejala yang muncul pada stadium II menjadi
semakin berat. Frekuensi nadi terus meningkat hingga diatas 120
kali permenit, peningkatan frekuensi nafas hingga diatas 30 kali
permenit, tekanan nadi dan tekanan darah sistolik sangat menurun,
refiling kapiler yang sangat lambat.
d. Stadium IV Decompensated Shock adalah syok hipovolemik pada
kehilangan darah lebih dari 40%. Pada saat ini takikardi lebih dari
140 kali permenit dengan pengisian lemah sampai tidak teraba,
dengan gejala-gejala klinis pada stadium III terus memburuk.
Kehilangan volume sirkulasi lebih dari 40% menyebabkan
terjadinya hipotensi berat, tekanan nadi semakin kecil dan disertai
dengan penurunan kesadaran atau letargik.
C. Etiologi
Menurut Toni Ashadi, 2006, Syok hipovolemik yang dapat disebabkan
oleh hilangnya cairan intravaskuler, misalnya terjadi pada:
1. Kehilangan darah atau syok hemorargik karena perdarahan yang
mengalir keluar tubuh seperti hematotoraks, ruptur limpa, dan
kehamilan ektopik terganggu
2. Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung
kehilangan darah yang besar. Misalnya: fraktur humerus
menghasilkan 500-1000 ml perdarahan atau fraktur femur
menampung 1000-1500 ml perdarahan.
3. Perdarahan internal dari organ dalam perut atau kehamilan ektropik
yang mengalami reptur atau jaringan yang robek
4. Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena
kehilangan protein plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada:
a. Gastrointestinal: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenterit
b. Renal: terapi diuretik, krisis penyakit Addison
c. Luka bakar (kompustio) dan anafilaksis
D. Tanda dan Gejala
1. Pucat
2. Badan lemas dan pusing, keringat keluar secara berlebihan.
3. Tampak dingin dan gelisa
4. Nyeri dada
5. Sesak napas
6. Denyut nadi lemah
7. Produksi urin menurun
8. Kehilangan kesadaran
E. Patofisiologi
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu :
1. Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian
rupa sehingga timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup
untuk menimbulkan gangguan seluler.Mekanisme kompensasi
dilakukan melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke
jantung, otak dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat
yang kurang vital.Faktor humoral dilepaskan untuk menimbulkan
vasokonstriksi dan menaikkan volume darah dengan konservasi air.
Ventilasi meningkat untuk mengatasi adanya penurunan kadar
oksigen di daerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi
peningkatan detak dan kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan
curah jantung dan peningkatan respirasi untuk memperbaiki ventilasi
alveolar. Walau aliran darah ke ginjal menurun, tetapi karena ginjal
mempunyai cara regulasi sendiri untuk mempertahankan filtrasi
glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah menurun, maka filtrasi
glomeruler juga menurun.
2. Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu
mengkompensasi kebutuhan tubuh.Faktor utama yang berperan
adalah jantung.Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga terjadi
gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri
menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan bertambah nyata,
gangguan seluler, metabolisme terganggu, produk metabolisme
menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel. Dinding pembuluh
darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi
bendungan vena, vena balik (venous return) menurun. Relaksasi
sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi
tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan
trombosis kecil-kecil sehingga dapat terjadi koagulopati intravasa
yang luas (DIC = Disseminated Intravascular Coagulation).
Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat
vasomotor dan respirasi di otak.Keadaan ini menambah hipoksia
jaringan.Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan
bahan lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut
memperjelek syok (vasodilatasi dan memperlemah fungsi
jantung).Iskemia dan anoksia usus menimbulkan penurunan
integritas mukosa usus, pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke
sirkulasi.Invasi bakteri dan penurunan fungsi detoksikasi hepar
memperjelek keadaan.Dapat timbul sepsis, DIC bertambah nyata,
integritas sistim retikuloendotelial rusak, integritas mikro sirkulasi
juga rusak.Hipoksia jaringan juga menyebabkan perubahan
metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik.Akibatnya terjadi
asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat ekstraseluler dan
timbunan asam karbonat di jaringan.
3. Fase Irevesibel
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi sedemikian luas sehingga
tidak dapat diperbaiki.Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya
ireversibilitas syok. Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak
mampu lagi memompa darah yang cukup, paru menjadi kaku, timbul
edema interstisial, daya respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan
hiperkapn
F. Phatawoy
G. Pemeriksaan penunjang
1. Tes kehamilan
2. Pemeriksaan Hb dan Hematorik
3. Pemeriksaan Urin
4. Pemeriksaan gas darah
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan syok hipovolemik meliputi
1. mengembalikan tanda-tanda vital dan hemodinamik kepada kondisi dalam
batas normal. Selanjutnya kondisi tersebut dipertahankan dan dijaga agar tetap
pada kondisi stabil. Penatalaksanaan syok hipovolemik tersebut yang utama
terapi cairan sebagai pengganti cairan tubuh atau darah yang hilang. Jika
ditemukan oleh petugas dokter atau petugas medis, maka penatalaksanaan syok
harus dilakukan secara komprehensif yang meliputi penatalaksanaan sebelum.
dan di tempat pelayanan kesehatan atau rumah sakit.
2. Penatalaksanaan sebelum di tempat pelayanan kesehatan harus memperhatikan
prinsip-prinsip tahapan resusitasi. Selanjutnya bila kondisi jantung, jalan nafas
dan respirasi dapat dipertahankan, tindakan selanjutnya adalah adalah
menghentikan trauma penyebab perdarahan yang terjadi dan mencegah
perdarahan berlanjut. Menghentikan perdarahan sumber perdarahan dan jika
memungkinkan melakukan resusitasi cairan secepat mungkin. Selanjutnya
dibawa ke tempat pelayaan kesehatan, dan yang perlu diperhatikan juga adalah
teknik mobilisai dan pemantauan selama perjalanan. Perlu juga diperhatikan
posisi pasien yang dapat membantu mencegah kondisi syok menjadi lebih
buruk, misalnya posisi pasien trauma agartidak memperberat trauma dan
perdarahan yang terjadi, pada wanita hamil dimiringkan kearah kiri agar
kehamilannya tidak menekan vena cava inferior yang dapat memperburuh
fungsi sirkulasi. Sedangkan saat ini posisi tredelenberg tidak dianjurkan lagi
karenajustru dapat memperburuk fungsi ventilasi paru.
3. Pada pusat layanan kesehatan atau dapat dimulai sebelumnya harus dilakukan
pemasangan infus intravena. Cairan resusitasi yang digunakan adalah cairan
isotonik NaCl 0,9% atau ringer laktat. Pemberian awal adalah dengan tetesan
cepat sekitar 20 ml/KgBB pada anak atau sekitar 1-2 liter pada orang dewasa.
Pemberian cairan terus dilanjutkan bersamaan dengan pemantauan tanda vital
dan hemodinamiknya. Jika terdapat perbaikan hemodinamik, maka pemberian
kristaloid terus dilanjutnya. Pemberian cairan kristaloid sekitar 5 kali lipat
perkiraan volume darah yang hilang dalam waktu satu jam, karena istribusi
cairan koloid lebih cepat berpindah dari intravaskuler ke ruang intersisial. Jika
tidak terjadi perbaikan hemodinamik maka pilihannya adalah dengan
pemberian koloid, dan dipersiapkan pemberian darah segera.
I. KOMPLIKASI
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia jaringan
yang berkepanjangan.
2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler
karena hipoksia.
3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian jaringan
yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi
1.2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SYOK HIPOVOLEMIK
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Identitas klien yang harus dikaji yaitu nama, jenis kelamin, umur, alamat,
pendidikan, dan pekerjaan
2. Pengkajian Primer    
a. Airway, kaji kepatenan jalan nafas klien, adanya sumbatan atau
obstruksi,serta kaji bunyi nafas tambahan     
b. Breathing, kaji pola nafas klien, frekuensi pernafasan, pergerakan
dadaklien, bentuk dada, atau adanya bantuan pernafasan
c. Circulation, kaji tanda-tanda vital klien, adanya akral dingin dan
kajiCapillary Refill Time (CRT)4)      Disability, kaji adanya penurunan
tingkat kesadaran, adanya ganggunverbal, motorik dan sesorik serta refleks
pupil.
d. Disabiliti, pemeriksaan neurologi, sangat untuk menentukan tingkat
kesadaran pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik.
perubahan fungsi sistem saraf sentral tidak terlalu, disebabkan karena
cedera intracranial mungkin mencermikan fungsi otak yang kurang.
e. Expusore, pemeriksaan lengkap setelah menugurus prioritas untuk
menyelematkan jiwanya, jalan napas penderta harus di bebaskan.
f. Dilasi lambung , dikompresi ( gastric cholic ). Dilasi lambung sering terjadi
pada penderita troma.
3. Pengkajian Sekunder (13 Domain NANDA)
a. Promosi Kesehatan, kaji kesehatan umum klien, alasan masuk rumah
sakit,dan riwayat keluhan utama klien, riwayat penyakit masa lalu,
riwayatpengobatan masa lalu, kemampuan mengontrol kesehatan, faktor
sosialekonomi yang berpengaruh terhadap kesehatan, riwayat
pengobatansekarang.
b. Nutrisi, melakukan pengkajian antropometri (Tinggi badan, berat
badan,lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas,Indeks Massa
Tubuh),Biochemical (data laboratorium yang abnormal), Clinical (tanda-
tanda klinisintegumen, anemia), Diet (meliputi jenis, frekuensi, nafsu
terhadapmakanan yang diberikan selama di RS), Energi (kemampuan
beraktivitasselama dirawat), Factor (penyebab masalah), Penilaian Status
Gizi, polaasupan cairan, jumlah intake dan output, penilaian status cairan
(balancecairan), pemeriksaan abdomen.
c. Eliminasi, mengkaji pola pembuangan urine, riwayat kandung kemih,
polaurine, distensi kandung kemih, sistem gastrointestinal (konstipasi dan
faktor penyebab, pola eliminasi).
d. Aktivitas dan Istirahat, mengkaji kebutuhan istirahat/tidur, aktivitas,respons
jantung, pulmonary respon, sirkulasi, riwayat hipertensi, kelainankatup,
bedah jantung, endokarditis, anemia, septik syok, bengkak pada kaki,asites,
takikardi, disritmia, atrial fibrilasi, prematur ventricular contraction,bunyi
S3 gallop, adanya bunyi CA, adanya sistolik atau diastolik,
murmur,peningkatan JVP, adanya nyeri dada, sianosis, pucat,ronchi,
hepatomegali5)      Persepsi dan Kognisi, mengkaji orientasi klien, sensasi
dan persepsi,kemampuan komunikasi
e. Persepsi diri
f. Peranan Hubungan (Role Relationship) mengkaji pola interaksi
denganorang lain atau kedekatan dengan anggota keluarga atau orang
terdekat
g. Seksualitas, mengkaji masalah identitas seksual, masalah atau
disfungsiseksual
h. Mekanisme Koping/ Toleransi Stress
i. Nilai-Nilai Kepercayaan
j. Keamanan, mengkaji adanya alergi, penyakit autoimmune, tanda-
tandainfeksi, gangguan termoregulasi, gangguan/ komplikasi (akibat tirah
baring,proses perawatan, jatuh, obat-obat, penatalaksanaan)
k. Kenyamanan, mengkaji adanya nyeri yang diarasakan (PQRST), rasa
tidaknyaman lainnya serta gejala-gejala yang menyertai
l. Pertumbuhan dan Perkembangan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
asupan makanan tidak adekuat , mual muntah. 
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya eksudat
dialveoli akibat edema paru.
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
kongestisistemik, kerusakan transpor oksigen, hipervolemia, hipoventilasi,
gangguanaliran arteri, gangguan aliran vena
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan perfusi-
ventilasi, perubahan membran kapiler alveoli  karena adanya
penumpukancairan di rongga paru    
5. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan/
tahanan
6. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan imobilitas
7. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan
kuranginformasi.     
8. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit, ancaman atau perubahan
padastatus kesehatan
C. Intervensi Keperawatan
1 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
asupan makanan tidak adekuat , mual muntah
Kriteria Hasil :
- Status Gizi : Asupan Gizi : Keadekuatan pola asupan zat gizi yang
biasanya
- Selera Makan : Keinginan untuk makan dalam keadaan sakit atau
sedang menjalani pengobatan
Intervensi :
1 Ketahui makanan kesukaan pasien
Rasional : makanan kesukaan biasanya meningkatkan selera makan
2 Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
Rasional : Kandungan nutrisi yang tepat untuk meningkatkan
energy klien beraktivitas
3 Berikan informasi mengenai kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya
Rasional : agar klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan
energy secara mandiri
4 Kolaborasi dengan ahli gizi (jika perlu) jumlah kalori dan jenis zat
gizi yang dibutuhkan
Rasional : pemenuhan nutrisi klien secara tepat melalui gizi klinik
2 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya eksudat
di alveoli akibat edema paru.
Kriteria Hasil:
- Bernapas dengan mudah dan tanpa dispnea
- Menunjukkan kapasitas ventilasi yang membaik
- Melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
Intervensi:
1. Instruksikan dan/ atau awasi latihan pernapasan dan pernapasan
terkontrol
Rasional : untuk meningkatkan pernapasan disfragmatik yang
tepat, ekspansi sisi, dan perbaikan mobilitas dinding dada.
2. Instruksikan pasien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk
Rasional : Batuk yang tidak terkontrol melelehkan dan in efektif
dapat menimbulkan frustasi
3. Observasi TTV
Rasional : Mengetahui keadaan umum pasien
4. Dorong postur tubuh yang baik untuk ekspansi paru maksimum.
Rasional : Posisi tubuh yang tepat dapat membantu ekspansi paru
maksimum
5. Bantu klien dalam memilih aktivitas yang tepat sesuai kemampuan.
Rasional : Aktivitas yang dapat ditoleransi agar tidak memperberat
kondisi klien
3 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kongesti
sistemik, kerusakan transpor oksigen, hipervolemia, hipoventilasi,
gangguan aliran arteri, gangguan aliran vena
Kriteria Hasil :
- Perfusi jaringan : perifer : keadekuatan aliran darah melalui
pembuluh darah kecil ekstremitas untuk mempertahankan fungsi
jaringan
Intervensi :
1. Kaji secara komprehensif sirkulasi perifer (edema, CFR, warna, suhu,
nadi perifer)
Rasional : untuk membantu penegakan diagnosa dan pemberian
intervensi yang tepat
2. Letakkan ekstremitas pada posisi menggantung, jika perlu
Rasional : untuk mencegah edema pada area luka
3. Pantau parestesia (kebas, kesemutan, hiperestesia, dan hipoestesia)
Rasional : untuk mengetahui tingkat sensasi perifer
4. Lakukan modalitas terapi kompresi, jika perlu
Rasional : untuk memperbaiki aliran darah arteri dan vena
5. Kolaborasi pemberian obat anti trombosit atau antikoagulan, jika
perlu
Rasional : untuk mencegah pembekuan darah atau terbentuknya
emboli
4 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan perfusi-
ventilasi, perubahan membran kapiler alveoli  karena adanya
penumpukan cairan di rongga paru
Kriteria Hasil :
- Terlihat adekuatnya ventilasi dan oksigenasi dari jaringan dimana
dalam batas-batas normal dan bebas dari gejala respiratory distress
- Berpartisipasi dalam pengobatan
Intervensi :
1. Auskultasi suara pernafasan, catat adanya wheezing
Rasional : Menandakan adanya kongestif paru/pengumpulan sekresi
2. Ajarkan klien untuk batuk secara efektif dan bernafas dalam
Rasional : Membersihkan jalan nafas dan memudahkan pertukaran
oksigen
3. Support klien untuk merubah posisi
Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia
4. Atur posisi tidur dengan bagian kepala ditinggikan 200 - 300, semi
fowler, beri bantal pada siku
Rasional : Mengurangi kebutuhan oksigen dan meningkatkan
pengembangan paru secara maksimal
5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai dengan kebutuhan
Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveoli dimana dapat
mengurangi hipoksemia jaringan
5 Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan/tahanan
Kriteria Hasil :
- Klien dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat
paling tinggi yang mungkin dapat mempertahankan posisi fungsional,
meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian
tubuh, menunjukkan tekhnik yang memampukan melakukan aktivitas.
Intervensi:
1. Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, koran,
kunjungan Teman/keluarga) sesuai keadaan klien.
Rasional : Memfokuskan perhatian, meningkatakan rasa kontrol
diri/harga diri, membantu menurunkan isolasi sosial.
2. Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang
sakit maupun yang sehat sesuai keadaan klien.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal,
mempertahankan tonus otot, mempertahakan gerak sendi,
mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah reabsorbsi kalsium karena
imobilisasi.
3. Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan
klien.
Rasional : Mempertahankan posis fungsional ekstremitas.
4. Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien.
Rasional : Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri
sesuai kondisi keterbatasan klien.
5. Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml/hari.
Rasional : Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernapasan
(dekubitus, atelektasis, penumonia) Mempertahankan hidrasi
adekuat, mencegah komplikasi urinarius dan konstipasi.
6. Berikan diet TKTP.
Rasional : Kalori dan protein yang cukup diperlukan untuk proses
penyembuhan dan mem-pertahankan fungsi fisiologis tubuh.
7. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.
Rasional : Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun
program aktivitas fisik secara individual.
6 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan imobilitas
Kriteria Hasil :
- Ketahanan : Kapasitas untuk menyelesaikan aktivitas
- Penghematan energi : tindakan individu untuk mengelola energi
untuk memulai dan menyelesaikan aktivitas
Intervensi :
1. Kaji penyebab kelemahan
Rasional : untuk pemberian intervensi yang tepat mengatasi penyebab
2. Pantau TTV sebelum, selama dan setelah aktivitas
Rasional : untuk melihat aktivitas yang dapat ditoleransi oleh dan tidak
dapat ditoleransi misalnya nyeri dada, pucat, vertigo, dispnea.
3. Anjurkan periode untuk istirahat dan aktivitas secara bergantian.
Rasional : untuk pengaturan energi sehingga energi cukup untuk
beraktivitas
4. Bantu klien melakukan Range of Motion
Rasional : untuk melatih fleksibiltas sendi
5. Kolaborasi pengobatan pereda nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri
merupakan salah satu penyebab
Rasional : agar nyeri tidak mengganggu aktivitas
7 Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurang informasi
Kriteria hasil :
- Pengetahuan tentang proses penyakit : Tingkat pemahaman yang
ditunjukkan tentang proses penyakit
Intervensi :
1. Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya
Rasional : mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.
2. Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien
Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan
penyakitnya.
3. Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada
yang belum dimengerti
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan
keluarga pasien setelah di beri penjelasan tantang penyakitnya.·        
4. Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat
Rasional : memberikan rasa percaya diri pasien dalam
kesembuhan sakitnya
8 Ansietas berhubungan dengan proses penyakit, ancaman atau
perubahan pada status kesehatan
Kriteria hasil:
- Ansietas berkurang
- Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas
Intervensi :
1. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
Rasional : faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap
ancaman diri, potensial siklus ansietas, dan dapat mempengaruhi
upaya medic untuk mengontrol ansietas.
2. Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal
pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas.
Rasional : membantu pasien menurunkan ansietas dan memberikan
kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata.
3. Berikan informasi faktual menyangkut diagnosis, terapi,dan prognosis.
Rasional: menurunkan ansietas sehubungan dengan
ketidaktahuan/harapan yang akan datang dan memberikan dasar
fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan.
4. Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya di alami
selama prosedur.
Rasional: memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat
membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat
meningkatkan kerjasama dalam program terapi, kerjasama penuh
penting untuk keberhasilan hasil setelah prosedur
5. Ajarkan teknik relaksasi misalnya imajinasi terbinbing, visualisasi.
Rasional : memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan
Ansietas  dan meningkatkan proses penyembuhan
BAB.3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M.S A DENGAN SYOK HIPOVOLEMIK

1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN

Nama : NY M.S A
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Pelabuhan tual
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
No RM : 114 204
Tanggal MS : 10-05-2019
Tanggal pengkajian : 11—05-2019
Diagnosa Medis : SYOK HIPOVOLEMIK

2. TINDAKAN PRA HOSPITAL : -


3. TRIAGE
a. Diagnosa Medis : SYOK HIPOVOLEMIK
b. Keluhan utama : Lemas
c. Riwayat Keluhan Utama : Menurut Keluarga klien mengalami perdarahan dari
rumah kurang lebih 300 cc sejak lima jam yang lalu yang di sebabkan karena
klien mengkonsumsi obat-obatan untuk menggugurkan kandunganya, kejadian
itu terjadi pada tanggal 10- mei -2019, dan keluarga klien membawah klien ke
rumah sakit 10-mei 2019 jam 5:00,selama perjalanan ke rumah sakit
perdarahan yang di alami oleh klien tidak berhenti sampai klien tiba di rumah
sakit kurang lebih 100 cc dengan riwayat muntah (4 kali),klien merasa
pusing,lemas,dan penurungan kesadaran dan klien selalu berteriak kesakitan ,
tanda tanda vital TD : 8O/75 mmHg, Nadi : 82X/ menit, Suhu : 36’c, Respirasi
: 20X/ menit
4. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway : Jalan napas paten, pernapasan tidak ada obstruksi
2. Briating : klien bernapas bebas dan spontan tidak menggunakan otot- otot bantu,
pernapasan 22/menit tidak ada bunyi napas tambahan
3. Circulation : TD : 101/53 mmHg, N: 82x/ menit, suhu : 36’c, Respirasi : 22X/
menit
4. Disability : GCS 15, E 4, V 5, M 6, klien tampak tenang
5. Expose: Suhu : 36’c, nyeri sedang, skala nyeri 6, ekspresi waja meringis
5. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Kepala
inpeksi : tidak ada benjolan, kulit kepala bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
2. Mata
Inpeksi: conjungtifa pucat, dan skelera putih
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
3. Hidung
Inpeksi: simentris kiri dan kanan, fungsi penciuman baik
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
4. telinga
Inpeksi : semintris kiri dan kanan, tidak ada serumen pada telinga
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
5. leher
Inpeksi: tidak ada pembesaran kelenjar tiroit, atau kelenjar geta bening
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
6. Ekstrimitas atas
Inpeksi : Simetris kiri dan kanan, pergerakan dibatasi, terpasang infus di lengan
kiri RL 28 Tpm
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
7. Ektrimitasi bawah
Inpeksi : Simetris kiri dan kanan, pergerakan baik
Palpasi tidak ada nyeri tekan
8. Dada
Inpeksi : Perkembangan dada merata, simetris kiri dan kanan, pernapasan baik 22
x/m
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
9. Abdomen
Palpasi : perkembangan abdomen merata
Palpasi : ada nyeri tekan bagian perut bawah.
Auskultasi : peristaltik usu baik.
10. Vagina
Palpasi : Perdarahan pervagina 100 cc, vagina tampak lembab
6. Pemeriksaan Penunjang ( 11-05-2019 )
 Hb : 19 % dl
 Leukosit : 22. 400
 Trombosi : 381.000
7. Terapi Medis
 Infus RL 28 Tpm + oksitosin
 Inj ceftriaxon 1 mg/12 jam
 Inj metronidazol 0,5 gr/8 jam
 Terpasang foley cateter no 18 ( tgl : 10-05-2019 )
 Terpasang O2 2 L/M
 Tarfusi darah 3 katung / bek
8. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tindakan / Rasional Evaluasi

1 Ketidakefektifan perfusi jaringan perfer b/d  Monitor TTV Tanggal : 12 – 05 – 2019


penurungan aliran darah perfer yang ditandai R/ Mengetahui keadaan umum klien S ; klien mengatakan pusing berkurang, dan
dengan :  Kaji secara komprensif sirkulasi perifer ( edema, perdarahan berkurang
warna, TTV ) O : N ; 82 x/m, P : 22 x/m, S : 36 C dan
DS : T/D : 110/80 mmHg
R/ : Untuk membantu menenggakan diagosa dan
 Klien mengatakan merasa pusing dan intervensi yang tepat A : Masalah belum teratasi
lemas  Kolaborasi pemberin obat P : Intervensi di lanjutkan
 Klienmengatakan mengalami R/ ; untuk memberikan rasa aman dan nyaman 1. Monitor TTV
2. Kaji secara komprensif sirkulasi
perdarahanpada
DO : perifer ( edema, warna, TTV )
3. Kolaborasi pemberin obat
 Hb 6,4 % dll
 Tarfusi darah 3 katung /bek
 Wajah klien tampak lemas
 Perdarahan pervagina 100 cc

2
Defisit volume ciaran b/d syok hipovolemi  Memonitori TTV S ; Klien mengatakan perdarahan mulai
DS:  R/ Mengatahui keadaan umum klien berkurang
 Klien menyatakan lemas  Observasi intake dan output yang keluar O : perdarahan perfagina 50 cc, klien
DO :  R/ mengetahui jumlah pemasukan dan pengeluar cairan tampak lemas
 TD : 101/53 mmHg, N: 82x/ menit, suhu  Timbang popok/pembalut jika perlu A ; Malah belum teratasi
: 36’c, Respirasi : 22X/ menit  R/ untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar P : Intervensi dilanjutkan
 Perdarahan pervagina 100 cc  Timbang popok/pembalut jika perlu
 Observasi intake dan output yang keluar
 Memonitori TTV

1
BAB.4.

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Syok hipovolemik disebut juga dengan syok preload yang ditandai
dengan menurunnya volume intravaskuler baik oleh karena perdarahan
maupun oleh karena hilangnya cairan tubuh.Syok hipovolemik merupakan
tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan volume
intravascular.
Tanda dan Gejala
1. Pucat
2. Badan lemas dan pusing, keringat keluar secara berlebihan.
3. Tampak dingin dan gelisa
4. Nyeri dada
5. Sesak napas
6. Denyut nadi lemah
7. Produksi urin menurun
8. Kehilangan kesadaran
4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 3. Jakarta:


EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilyn.E dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:  
EGC

Anda mungkin juga menyukai