Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEWIRAUSAHAAN

Konsep teoritis praktik keperawatan berbasis bukti (evidence pratice)


Dosen: Ns. R tanlain. S kep.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK XV
TINGKAT III.A
NAMA: Erens s punjanan.
Dahlia b alkatiri.
Desi sedubun.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL
TAHUN AKADEMIK 2018 / 2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
DAFTAR ISI------------------------------------------------------------------------------------ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................iv
a. Latar belakang............................................................................................iv
b. Tujuan penulisan........................................................................................
c. Rumusan masalah......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................
Konsep teoritis penjamin mutu dan praktik keperawatan berbasis bukti
(Evidence based practice).............................................................................
A. Konsep teori penjamin mutu.....................................................................
B. Konsep Teoritis Praktek Keperawatan Berbasis Bukti
(Evidence Based Practice).........................................................................
1. Konsep Evidence Based Practice..........................................................
2. Konsep POA (Plan Of Action)...............................................................
BAB III PENUTUP....................................................................................................
Kesimpulan............................................................................................................
DOKUMENTASI KELOMPOK....................................................................................
Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
penyertaaNya kami boleh menyelesaikan penulisan makalah kami yang
berjudul KONSEP TEORITIS PRAKTEK KEPERAWATAN BERBASIS BUKTI
(EVIDANCE BASE PRACTICE). Kami sadari dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu kami sangat membutuhkan
masukan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah kami ini.
Tak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini baik moril maupun
materil, semoga Tuhan membalas kebaikan bapak ibu.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

penulis

kelompok 10
BAB I

A. Latar belakang
Sejarah evidance di mulai pada tahun 1970 ketika Archie Codrancne
menegaskan perlunya mengevaluasi pelayanan kesehatan berdasarkan
bukti – bukti ilmiah. Sejak itu berbagai itu berbagai istilah digunakan terkait
dengan evidance base. Evidance based practice merupakan upaya
mengambil keputusan klinis berdasarkan sumber yang paling relevan dan
valid. Oleh karena itu EBP merupakan jalan untuk mentransformasikan hasil
penelitian ke dalam praktek sehingga perawat dapat meningkatkan “quality
of care” terhadap pasien. Selain itu implementasi EBP juga akan
menurunkan biaya perawatan yang memberi dampak positif tidak hanya
bagi pasien, perawat, tapi juga bagi institusi pelayanan kesehatan.
Evidance based practice (EBP) merupakan pendekatan, merupakan
pendekatan yang dapat digunakan dalam praktek keperawatan kesehatan,
yang berdasarkan avidance atau fakta. Selama ini, khususnya dalam
keperawatan, seringkali di temui praktik-praktik atau interfensi yang
berdasarkan “ biasanya juga begitu” sebagai contoh, penerapan kompres
dingin dan alkohol bath masih sering digunakan bukan saja masyarakat
awam tetapi juga oleh petugas kesehatan, dengan asumsi dapat
menurunkan suhu tubuh lebih cepat, sedangkan penelitian terbaru
mengungkapakan bahwa penggunaan kompres hangat dan teknik tepi
sponge meningkatkan efektifitas kompres dalam menurunkan suhu tubuh.
Merubah sikap adalah sesuatu yang sulit,bahkan mungkin hal yang sia-sia.

B. Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk menjelaskan da menelaah situasi
tentang Evidance based practice di tatanan klinis keperawatan
C. Rumusan masalah
 Bagaimana Konsep teori penjamin mutu?
 Bagaimana Konsep Teoritis Praktek Keperawatan Berbasis Bukti
 (Evidence Based Practice)?
 Baagaimana Konsep Evidence Based Practice?
 Bagaimana Konsep POA (Plan Of Action)?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Teoritis Penjaminan Mutu


Penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar
mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen,
produsen, dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan.
Khusus Pelayanan Kesehatan Penjaminan mutu pelayanan kesehatan
adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan
pelayanan kesehatan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga
stakeholders memperoleh kepuasan. (Suryadi,2009)

1. Peran Komite Keperawatan dalam Pengawasan Mutu


Komite keperawatan memiliki tujuan untuk mewujudkan profesionalisme
dalam pelayanan keperawatan, memberikan masukan kepada pimpinan
rumah sakit berkaitan dengan profesionalisme perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan, menyelesaikan masalah – masalah terkait dengan
penerapan disiplin dan etik keperawatan serta meningkatakan mutu
pelayanan keperawatan.

Peran komite keperawatan dalam pengawasan mutu adalah sebagai berikut


1. Memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan profesi keperawatan
melalui kegitan terorganisasi.
2. Mempertahankan pelayanan keperawatan berkualitas dan aman bagi
pasien.
3. Menjamin tersedianya perawat yang kompeten, etis sesuai dengan
kewenangannya.
4. Menyelesaikan masalah keperawatan yang terkait dengan disiplin,
etik dan moral perawat.
5. Melakukan kajian berbagai aspek keperawatan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan.
6. Menjamin diterapkannya standar praktik, asuhan dan prosedur
keperawatan.
7. Membangun dan membina hubungan kerja tim di dalam rumah sakit.
8. Merancang, mengimplementasikan serta memantau dan menilai ide
– ide baru.
9. Mengkomunikasikan, mendidik, negosiasi dan merekomendasikan
hasil kinerja perawat untuk pengembangan karir. (Ayun,2014)
Nursalam, (2008) standar pelayanan keperawatan adalah pernyataan
deskriptif mengenai kualitas pelayanan yang diinginkan untuk menilai
pelayanan keperawatan yang telah diberikan pada pasien

Tujuan standar keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan


keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, dan melindungi
perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien
dari tindakan yang tidak terapeutik.
Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan
standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Standar praktek keperawatan telah di jabarkan oleh PPNI (Persatuan
Perawat Nasional Indonesi) (2000) yang mengacu dalam tahapan proses
keperawatan yang meliputi:

(1) Pengkajian;
(2) Diagnosa keperawatan;
(3) Perencanaan;
(4) Implementasi;
(5) Evaluasi.

a. Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan. Kriteria
pengkajian keperawatan, meliputi:
a) Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi,
pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan penunjang.
b) Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim
kesehatan, rekam medis, dan catatan lain.

c) Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi:


- Status kesehatan klien masa lalu
- Status kesehatan klien saat ini
- Status biologis-psikologis-sosial-spiritual
d) Respon terhadap terapi
e) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
f) Resiko-resiko tinggi masalah

b.Diagnosa Keperawatan
Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan dignosa
keperawatan. Adapun kriteria proses:
a) Proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identifikasi
masalah klien, dan perumusan diagnosa keperawatan.
b) Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), Penyebab (E), dan tanda
atau gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).
c) Bekerjasama dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk
memvalidasi diagnosa keperawatan.
d) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data
terbaru.

c. Perencanaan Keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah dan meningkatkan kesehatan klien. Kriteria prosesnya, meliputi:
a) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan, dan
rencana tindakan keperawatan.
b) Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan.
c) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan
klien.
d) Mendokumentasi rencana keperawatan.
d. Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam
rencana asuhan keperawatan. Kriteria proses, meliputi:
a) Bekerja sama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
b) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
c) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien.
d) Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep
keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan
yang digunakan.
e) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan
berdasarkan respon klien.

e. Evaluasi Keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan
dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.
Adapun kriteria prosesnya:
a) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.
b) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukut
perkembangan ke arah pencapaian tujuan.
c) Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat.
d) Bekerja sama dengan klien keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
e) Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

B. Konsep Teoritis Praktek Keperawatan Berbasis Bukti (Evidence Based


Practice)
1. Konsep Evidence Based Practice
Evidence Based Practice (EBP) adalah proses penggunaan bukti-bukti
terbaik yang jelas, tegas dan berkesinambungan guna pembuatan
keputusan klinik dalam merawat individu pasien. Dalam penerapan EBP
harus memenuhi tiga kriteria yaitu berdasar bukti empiris, sesuai keinginan
pasien, dan adanya keahlian dari praktisi.

1) Model Evidence Based Practice


a. Model Stetler
Model Stetler dikembangkan pertama kali tahun 1976 kemudian diperbaiki
tahun 1994 dan revisi terakhir 2001. Model ini terdiri dari 5 tahapan dalam
menerapkan Evidence Base Practice Nursing.
- Tahap persiapan.
Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah atau isu yang muncul,
kemudian menvalidasi masalah dengan bukti atau landasan alasan yang
kuat.
- Tahap validasi.
Tahap ini dimulai dengan mengkritisi bukti atau jurnal yang ada (baik bukti
empiris, non empiris, sistematik review), kemudian diidentifikasi level
setiap bukti menggunakan table “level of evidence”. Tahapan bisa berhenti
di sini apabila tidak ada bukti atau bukti yang ada tidak mendukung.
- Tahap evaluasi perbandingan/ pengambilan keputusan.
Pada tahap ini dilakukan sintesis temuan yang ada dan pengambilan bukti
yang bisa dipakai. Pada tahap ini bisa muncul keputusan untuk melakukan
penelitian sendiri apabila bukti yang ada tidak bisa dipakai.
- Tahap translasi atau aplikasi.
Tahap ini memutuskan pada level apa kita akan melakukan penelitian
(individu, kelompok,organisasi). Membuat proposal untuk penelitian,
menentukan strategi untuk melakukan diseminasi formal dan memulai
melakukan pilot projek.
- Tahap evaluasi.
Tahap evaluasi bisa dikerjakan secara formal maupun non formal, terdiri
atas evaluasi formatif dan sumatif, yang di dalamnya termasuk evaluasi
biaya.
b. Model IOWA
Model IOWA diawali dengan adanya trigger atau masalah. Trigger bisa
berupa knowledge focus atau problem focus. Jika masalah yang ada
menjadi prioritas organisasi, maka baru dibentuklah tim. Tim terdiri atas
dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain yang tertarik dan paham dalam
penelitian. Langkah berikutnya adalah minsintesis bukti-bukti yang
ada.Apabila bukti yang kuat sudah diperoleh, maka segera dilakukan uji
coba dan hasilnya harus dievaluasi dan didiseminasikan.

c. Model konseptual Rosswurm & Larrabee


Model ini disebut juga dengan model Evidence Based Practice Change yang
terdiri dari 6 langkah yaitu :
Tahap 1 :mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis
Tahap 2 : tentukkan evidence terbaik
Tahap 3 : kritikal analisis evidence
Tahap 4 : design perubahan dalam praktek
Tahap 5 : implementasi dan evaluasi perunbahan
Tahap 6 : integrasikan dan maintain perubahan dalam praktek

Model ini menjelaskan bahwa penerapan Evidence Based Nursing ke lahan


paktek harus memperhatikan latar belakang teori yang ada, kevalidan dan
kereliabilitasan metode yang digunakan, serta penggunaan nomenklatur
yang standar.

2) Pentingnya Evidence Based Practice


Mengapa EBP penting untuk praktik keperawatan :
a. Memberikan hasil asuhan keperawatan yang lebih baik kepada pasien
b. Memberikan kontribusi perkembangan ilmu keperawatan
c. Menjadikan standar praktik saat ini dan relevan
d. Meningkatkan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan
e. Mendukung kebijakan dan rosedur saat ini dan termasuk menjadi
penelitian terbaru
f. Integrasi EBP dan praktik asuhan keperawatan sangat penting untuk
meningkatkan kualitas perawatan pada pasien.
2. Konsep POA (Plan Of Action)
Perencanaan adalah menetapkan hal-hal yang akan datang dan tidak akan
dilakukan pada menit, jam atau waktu yang akan datang. Perencanaan
merupakan jembatan antara dimana kita sekarang dengan dimana kita saat
yang akan datang. Perencanaan merupakan proses intelektual yang
didasarkan pada fakta dan informasi, bukan emosi dan harapan (Douglas,
1992; Gillies, 1994).
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana yang digunakan untuk
mengatasi masalah kesehatan di suatu wilayah tertentu. Suatu
perencanaan kegiatan perlu dilakukan setelah suatu organisasi melakukan
analisis situasi, menetapkan prioritas masalah, merumuskan masalah,
mencari penyebab masalah dengan salah satunya memakai metode
fishbone, baru setelah itu melakukan plan of action.

Planning of Action (POA) atau disebut juga Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
merupakan sebuah proses yang ditempuh untuk mencapai sasaran
kegiatan. Rencana kegiatan dapat memiliki beberapa bentuk, antara lain:
1. Rangkaian sasaran yang lebih spesifik dengan jangka waktu lebih pendek,
2. Rangkaian kegiatan yang saling terkait akibat dipilihnya alternatif
pemecahan masalah
3. Rencana kegiatan yang memiliki jangka waktu spesifik, kebutuhan
sumber daya yang spesifik, dan akuntabilitas untuk setiap tahapannya.
Menurut Supriyanto dan Nyoman (2007), Perlu beberapa hal yang
dipertimbangkan sebelum menyusun Plan of Action (POA), yaitu dengan
memperhatikan kemampuan sumber daya organisasi atau komponen
masukan (input), seperti: Informasi, Organisasi atau mekanisme, Teknologi
atau cara, dan Sumber Daya Manusia (SDM).

1) Tujuan planning of action


1. Mengidentifikasi apa saja yang harus dilakukan
2. Menguji dan membuktikan bahwa:
a. Sasaran dapat tercapai sesuai dengan waktu yang telah
dijadualkan
b. Adanya kemampuan untuk mencapai sasaran
c. Sumber daya yang dibutuhkan dapat diperoleh
d. Semua informasi yang diperlukan untuk mencapai sasaran dapat
diperoleh
e. Adanya beberapa alternatif yang harus diperhatikan

3. Berperan sebagai media komunikasi


a. Hal ini menjadi lebih penting apabila berbagai unit dalam
organisasi memiliki peran yang berbeda dalam pencapaian
b. Dapat memotivasi pihak yang berkepentingan dalam pencapaian
sasaran.

2) Kriteria Planning of Action (POA) yang Baik


Dalam penerapannya, Plan of Acton (POA) harus baik dan efektif agar
kegiatan program yang direncanakan dapat dijalankan sesuai dengan
tujuan. Berikut ini beberapa kriteria Plan of Acton (POA) dikatakan baik,
antara lain:
1. Spesific (Spesifik)
Rencana kegiatan harus spesifik dan berkaitan dengan keadaan yang ingin
dirubah. Rencana kegiatan perlu penjelasan secara pasti berapa Sumber
Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan, siapa saja mereka, bagaimana dan
kapan mengkomunikasikannya.
2. Measurable (Terukur)
Rencana kegiatan harus dapat menunjukkan apa yang sesungguhnya telah
dicapai.
3. Attainable/achievable (dapat dicapai)
Rencana kegiatan harus dapat dicapai dengan biaya yang masuk akal. Ini
berarti bahwa rencana tersebut harus sederhana tetapi efektif, tidak harus
membutuhkan anggaran yang besar. Selain itu teknik dan metode yang
digunakan juga harus yang sesuai untuk bisa dilakukan.
4. Relevant (sesuai)
Rencana kegiatan harus sesuai dan bisa diterapkan di suatu organisasi atau
di suatu wilayah yang ingin di intervensi. Harus sesuai dengan pegawai atau
masyarakat di wilayah tersebut.
5. Timely (sesuai waktu)
Rencana kegiatan harus merupakan sesuatu yang dibutuhkan sekarang atau
sesuatu yang segera dibutuhkan. Jadi waktu yang sesuai sangat diperlukan
dalam rencana kegiatan agar kegiatan dapat berjalan efektif.

3) Langkah Planning of Action (POA)


1. Mengidentifikasi masalah dengan pernyataan masalah (Diagram 6 kata:
What, Who, When, Where, Why, How), sebagai berikut:
a. Masalah apa yang terjadi?
b. Dimana masalah tersebut terjadi?
c. Kapan masalah tersebut terjadi?
d. Siapa yang mengalami masalah tersebut?
e. Mengapa msalah tersebut terjadi?
f. Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut?
2. Setelah masalah diidentifikasi, tentukan solusi apa yang bisa dilakukan.
3. Menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK).

Menurut Supriyanto dan Nyoman (2007), beberapa hal yang perlu


diperhatikan dalam menyusun Plan of Action atau Rencana Usulan Kegiatan
(RUK), antara lain:
a. Pembahasan Ulang Masalah
Setelah menentukan masalah dan melakukan analisis penyebab masalah,
dapat dilihat keadaan atau situasi yang ada saat ini dan mencoba
menggambarkan keadaan tersebut nantinya sesuai dengan yang
diharapkan.
b. Perumusan Tujuan Umum
Dengan melihat situasi yang ada saat ini dengan gambaran situasi yang
diharapkan nantinya dan juga atas dasar tujan umum pembangunan
kesehatan, maka dapat dirumuskan tujuan umum program atau kegiatan
yang akan dilaksanakan.
Tujuan umum adalah suatu pernyataan yang bersifat umum dan luas yang
menggambarkan hasil akhir (outcome atau dampak) yang diharapkan.
c. Perumusan Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan pernyataan yang bersifat spesifik, dapat diukur
(kuantitatif) dengan batas waktu pencapaian untuk mencapai tujuan
umum. Bentuk pernyataan dalam tujuan khusus sifatnya positif, merupakan
keadaan yang diinginkan. Penentuan indikator tujuan khusus program
dapat menggunakan kriteria SMARTS (Smart, Measurable, Attainable,
Realistic, Time-bound, Sustainable)
d. Penentuan Kriteria Keberhasilan
Penentuan kriteria keberhasilan atau biasa disebut indikator keberhasilan
dari suatu rencana kegiatan, perlu dilakukan agar organisasi tahu seberapa
jauh program atau kegiatan yang direncanakan tersebut berhasil atau
tercapai. Menentukan kriteria atau indikator keberhasilan disesuaikan
dengan tujuan khusus yang telah ditentukan.
Pada program kegiatan yang diusulkan harus mengandung unsur 5W+1H,
yaitu:
a. Who : Siapa yang harus bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana
kegiatan?
b. What : Pelayanan atau spesifik kegiatan yang akan dilaksanakan
c. How Much : Berapa banyak jumlah pelayanan atau kegiatan yang
spesifik?
d. Whom : Siapa target sasaran atau populasi apa yang terkena program?
e. Where : Dimana lokasi atau daerah dimana aktivitas atau program
dilaksanakan?
f. When : Kapan waktu pelaksanaan kegiatan atau program?

Rencana Usulan Kegiatan (RUK) disusun dalam bentuk matriks (Gantt Chart)
yang berisikan rincian kegiatan, tujuan, sasaran, target, waktu, besaran
kegiatan (volume), dan hasil yang diharapkan. 
4. Langkah keempat, Bersama-sama dengan pihak yang berkepentingan
menguji dan melakukan validasi rencana kegiatan untuk mendapatkan
kesepakatan dan dukungan.
(Yuan,2016)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Evidence Based Practice (EBP) adalah proses penggunaan bukti-bukti
terbaik yang jelas, tegas dan berkesinambungan guna pembuatan
keputusan klinik dalam merawat individu pasien berdasarkan POA sehingga
terjaminlah mutu pelayanan yang baik sesuai dengan standar pelayanan
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

 Ayun, Q., 2014. Peran Komite Keperawatan dalam Pengawasan Mutu dan
Audit Keperawatan. SlideShare, p.24. Available at:
 http://www.slideshare.net/ayunannaim/audit-mutu [Accessed January 12,
2017].
 Nasution, M., 2004. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality
Management), Jak
 Suryadi, T., 2009. Pengertian dan Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pelayanan
Kesehatan.
 https://www.scribd.com/doc/17381263/Pengertian-Dan-Pelaksanaan-Mutu-
Pelayanan-Kesehatan [Accessed January 12, 2017].
DOKUMENTASI KELOMPOK

Anda mungkin juga menyukai