Anda di halaman 1dari 3

MENKES: MELALUI RAKERKESNAS, SINERGI PERCEPATAN

PENYELESAIAN PERMASALAHAN KESEHATAN


DIPUBLIKASIKAN PADA : SELASA, 06 MARET 2018 00:00:00, DIBACA : 962 KALI Tangerang, 6 Maret 2018

Selasa pagi (5/3), Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K), secara resmi membuka
kegiatan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) tahun 2018 yang digelar pada 4-7 Maret 2018
di International Convention Exhibition (ICE) BSD Tangerang. Momentum ini merupakan forum komunikasi
dan sharing pengalaman antara Pusat dengan Provinsi dan Kabupaten/Kota serta seluruh stakeholders dalam
melaksanakan pembangunan kesehatan.

Dalam acara yang dihadiri lebih kurang sebanyak 1.850 peserta, yang terdiri dari 526 peserta pusat dan 1.274
peserta daerah, secara khusus Menkes menyatakan bahwa Rakerkesnas secara khusus bertujuan untuk
menyusun rencana aksi daerah (RAD) baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang dalam
pembangunan kesehatan di wilayahnya. Hal ini merupakan benang merah dari tema besar yang diusung pada
gelaran Rakerkesnas 2018, yaitu ''Sinergisme Pusat dan Daerah dalam Mewujudkan Universal Health
Coverage (UHC) Melalui Percepatan Eliminasi Tuberkulosis, Penurunan Stunting dan Peningkatan Cakupan
serta Mutu Imunisasi''.

UHC merupakan suatu keadaan di mana setiap orang dapat menerima kebutuhan dasarnya berupa layanan
kesehatan, mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif demi tercapainya status kesehatan
yang lebih baik, tanpa adanya kekhawatiran kesulitan finansial dalam mengaksesnya.

Upaya mewujudkan UHC ini tentu memiliki tantangan yang tidak mudah. Bukan hanya melihat pada angka
cakupan kepesertaan jaminan kesehatan nasional (JKN) melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang terus
mengalami peningkatan. Pada akhir tahun 2014 tercatat kepesertaan sebanyak 133,4 juta jiwa terus meningkat
hingga data per 1 Februari 2018 telah mencapai 192.029.645 jiwa. Lebih dari itu, program JKN mampu
menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia akan pelayanan kesehatan terbukti dari
tingginya angka pemanfaatan JKN oleh pesertanya, yakni  sebesar 219,6 juta kunjungan sampai dengan akhir
2017.
Peningkatan kepesertaan dan tingginya angka pemanfaatan di hilir alur sistem pembangunan kesehatan tentu
perlu diimbangi dengan kecukupan jumlah dan distribusi fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes), baik di
tingkat primer maupun rujukan. Karena itu, penguatan Fasyankes menjadi salah satu komitmen utama
pemerintah untuk menjaga kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Sementara itu di hulunya, kita perlu melihat adanya sebuah peluang besar dari sisi demografi, yakni bahwa
belasan tahun mendatang diprediksikan bahwa jumlah penduduk usia produktif menjadi sangat besar. Saat ini,
merupakan kesempatan emas untuk memperbaiki status kesehatan masyarakat, utamanya mempersiapkan
generasi yang akan lahir di tahun depan dan tahun-tahun mendatang agar status kesehatannya baik, bertumbuh
kembang secara optimal, terhindar dari risiko penyakit tidak menular (PTM), serta terlindungi dari berbagai
penyakit infeksi yang membahayakan atau mengancam jiwanya.

''Terkait tiga prioritas masalah yang diangkat, karena kita perlu mencegah, perlu mendeteksi, dan perlu segera
melakukan respons cepat'', tutur Menkes.

Isu Prioritas I: Tuberkulosis (TBC)


TBC bukanlah persoalan baru di Indonesia, Hingga saat ini, TBC masih menjadi tantangan, mengingat
prevalensi TBC di Indonesia masih menduduki posisi kedua di tingkat dunia, padahal upaya yang keras terus
menerus dilakukan, bahkan dana yang besar telah dialokasikan untuk program penanggulangan.

Secara khusus, Menkes menyatakan bahwa pada pertemuan Global SDGs yang membahas tentang Ending
TBC tingkat Menteri pada bulan November 2017 di Rusia mengungkapkan bahwa berdasarkan sumber data
dari global TB report 2017 menyebutkan bahwa dari 1.020,000 kasus baru di Indonesia baru sepertiga yang
terobati, masih ada yang belum terobati atau sudah terobati namun belum terlaporkan. Untuk itu, perlu
peningkatan sinergitas lintas program dan lintas sektor agar upaya penanganan TBC dapat dilakukan secara
lebih komprehensif dan holistik mulai dari penemuan kasus, deteksi dini, diagnosis sampai dengan terapi.

Menindaklanjuti komitmen global tersebut pada bulan Desember 2017 Kementerian Kesehatan dan Pemerintah
Daerah telah menandatangani butir butir komitmen bersama yaitu: 1) Memprioritaskan eliminasi TBC pada
tahun 2030 melalui respon multisektoral (pemerintah, swasta dan komunitas) di pusat, propinsi maupun
kabupaten/kota; 2) Sinkronisasi program melalui komitmen politik dan kepemimpinan yang efektif; 3)
Menyusun dan melaksanakan rencana aksi daerah tentang percepatan eliminasi TBC Provinsi,
Kabupaten/Kota.

Isu Prioritas II: Peningkatan Cakupan dan Mutu Imunisasi

Dengan memberikan penekanan pada penanganan yang seksama terhadap kewaspadaan atas kemungkinan
terjadinya potensi kejadian luar biasa (KLB) yang terjadi di berbagai daerah belakangan ini, maka dari itu
upaya penguatan surveilans, cakupan serta mutu imunisasi merupakan sebuah keharusan yang tidak bisa
ditawar lagi.

Seperti kita ketahui, bahwa kekebalan spesifik dari penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi (PD3I) hanya
bisa didapatkan melalui imunisasi. Karena itu, perlindungan generasi bangsa dari penyakit berbahaya perlu
diperkuat.

Melalui Rakerkesnas, Kemenkes menguatkan seluruh kepala dinas kesehatan baik di tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota bahwa mereka harus mampu memetakan potensi yang kemungkinan timbul di wilayah
kerjanya serta mampu meningkatkan surveilans di daerahnya. Hasil riset telah membuktikan bahwa daerah
yang mampu melakukan surveilans dan imunisasi yang kuat dan efektif, terbukti mampu menahan transmisi
penularan dan peningkatan kasus penyakit menular.

Isu Prioritas III: Gizi Masyarakat yang Berfokus pada Pencegahan Stunting

Amanat Presiden Jokowi pada Rakerkesnas 2017 lalu, telah mengingatkan kita semua bahwa pemenuhan gizi
bagi generasi bangsa merupakan hal yang utama, yang harus disadari setiap keluarga di Indonesia.
Mengemukanya kasus gizi buruk dan campak di Kabupaten Asmat perlu menjadi perhatian besar tidak hanya
bagi wilayah Papua saja, namun menjadi pembelajaran berharga bagi seluruh jajaran kesehatan se-nusantara.

Presiden konsisten dengan arahannya terkait pembangunan kualitas generasi bangsa. Fakta menunjukkan
bahwa pada sidang kabinet November 2017, Presiden secara langsung menyampaikan arahan kepada seluruh
menteri untuk melaksanakan kegiatan padat karya di desa dengan mengarusutamakan pencegahan dan
penanggulangan stunting  sebagai fokus prioritas bersama lintas kementerian.

Jenis intervensi yang dilakukan secara lintas sektor dalam penurunan stunting  yang harus ada di desa telah
ditetapkan oleh Bapak Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS terdiri dari: a) tablet
tambah darah untuk remaja putri, calon pengantin dan ibu hamil, b) pemberian makanan tambahan untuk ibu
hamil kurang energi kronik/KEK, c) kelambu dan obat malaria, d) promosi menyusui (ASI ekslusif), e)
promosi makanan pendamping ASI, d) bina keluarga balita, e) suplemen vitamin A, f) suplementasi vitamin
dan mineral(taburia), g) pemberian makanan  tambahan untuk balita kurus, h) pemberian obat cacing, i)
kegiatan posyandu, j) pendidikan anak usia dini, k) STBM, l) PAMSIMAS, m) SANIMAS, n) kawasan rumah
pangan lestari, dan o) program keluarga harapan.

''Permasalahan stunting ini membutuhkan intervensi yang tepat, karena bila salah penanganan yang tidak tepat
terhadap anak kurang gizi, justru dapat membawa anak pada kondisi obesitas atau gangguang sistem
metabolisma sehingga membawanya pada risiko penyakit tidak menular (PTM) di masa depan. Selain itu,
tidak hanya dari sektor kesehatan saja, sektor lain pun punya peranan yang besar'', jelas Menkes.

Di akhir sambutannya, Menkes menegaskan agar sinergisme pusat dan daerah perlu ditingkatkan melalui
penguatan, penajaman dan pendampingan pelaksanaan program. Hal ini penting dilakukan terutama oleh
daerah guna mencapai standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan yang telah ditetapkan sebagai
indikator keberhasilan daerah.

''Regulasi mengatur cara kerja kita secara konkuren, sehingga berbagai persoalan kesehatan harus kita
selesaikan bersama-sama secara sinergis antara pusat dan daerah baik provinsi maupun Kabupaten/Kota'',
imbuhnya.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,Kementerian Kesehatan RI. Untuk
informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS
081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id.
(myg)

 (6 Maret 2018 http://www.depkes.go.id/article/print/18030700002/menkes-melalui-rakerkesnas-sinergi-


percepatan-penyelesaian-permasalahan-kesehatan.html 09/04/2018/00 : 16wit)

Anda mungkin juga menyukai