Defnisi
Plasenta previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir (pre= di depan; vias=jalan).
Jadi yang dimaksud ialah plasenta yang implantasinya yang tidak normal, rendah sekali
hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Plasenta previa merupakan
suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir untuk bayi (ostium uteri
internum). Plasenta previa artinya “plasenta di depan” (previa=depan), artinya plasenta
berada lebih “depan” daripada janin yang hendak keluar. Angka kejadiannya sekitar 3-
6 dari 1000 (Wahyu P, 2013).
B. Epidemiologi
Plasenta previa terjadi sekitar 1 dalam 200 kelahiran, tetapi hanya 20% termasuk dalam
plasenta previa totalis. Insiden meningkat 20 kali pada grande multipara. Dari seluruh
kasus perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab yang terbanyak.
Oleh karena itu, pada kejadian perdarahan antepartum, kemungkinan plasenta previa
harus dipikirkan lebih dahulu (Miller, 2009).
C. Etiologi
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor yang
meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa misalnya bekas operasi rahim (bekas
sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim (radang panggul), plasenta
kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim. Plasenta previa
meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya kurang baik,
misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua.
Keadaan ini bisa ditemukan pada:
- Mulltipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek
- Mioma uteri
- Koretasi yang berulang
- Umur lanjut
- Bekas seksio sesarea
- Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakai
kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi
dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih
dari 20 batang oper hari) (Wahyu P, 2013).
D. Manifestasi Klinis
Gejala perdarahan awal plasenta previa, pada umumnya hanya berupa perdarahan bercak
atau ringan dan umumnya berhenti secara spontan. Gejala tersebut kadang-kadang
terjadi waktu bangun tidur. Tidak jarang, perdarahan pervaginam baru terjadi pada saat
in partu. Jumlah perdarahan yang terjadi, sangat tergantung dari jenis plasenta previa.
(Saifuddin, A.B et al, 2006)
Gejala klinis:
- Perdarahan tanpa rasa sakit terjadi pada trimester III.
- Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan SBR.
- Perdarahan dapat terjadi sedikit atau banyak sehingga menimbulkan gejala.
- Bagian terendah masih tinggi di atas PAP (kelainan letak) (Manuaba, 2004).
a. Patofisiologi
Letak plasenta secara fisiologis umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak
ke atas arah fundus uteri. Hal ini disebabkan permukaan bagian atas korpus uteri lebih
luas, sehingga tersedia lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Plasenta berimplantasi
pada tempat tertentu di mana terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung
darah kembali. Suatu ruang vena yang luas di bagian pinggir plasenta berfungsi untuk
menampung darah dari ruang intervilier (Abdat,2010).
Usia kehamilan yang bertambah tua menyebabkan segmen bawah uterus melebar dan
serviks mulai membuka. Implantasi plasenta yang abnormal pada segmen bawah uterus
akan mengakibatkan pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks, serta
terjadi pelepasan sebagian plasenta dari dinding uterus. Plasenta yang terlepas
mengakibatkan terjadinya perdarahan. Darah pada kejadian terlepasnya plasenta previa
berwarna merah segar, berbeda dengan darah pada solusio plasenta yang berwarna
kehitaman. Darah yang keluar berasal dari robeknya sinus uterus sebagai akibat
terlepasnya plasenta dari dinding uterus. Perdarahan pada kasus ini tidak dapat dihindari
karena otot segmen bawah uterus tidak mampu berkontraksi cukup kuat untuk
menghentikan perdarahan, sebagaimana otot uterus berkontraksi menghentikan
perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal (Abdat,2010).
Pathway (terlampir)
E. Penatalaksanaan Medis
Bila pasien dalam keadaan syok karena perdarahan yang banyak, harus segera diperbaiki
keadaan umumnya dengan pemberian infus atau transfuse darah. Selanjutnya penanganan
plasenta previa bergantung kepada:
Terminasi kehamilan dilakukan jika janin yang dikandung telah matur, IUFD
atau terdapat anomaly dan kelahiran lain yang dapat mengurangi
kelangsungan hidupnya, pada perdarahan aktif dan banyak. Kriteria
penanganan terminasi kehamilan:
- Umur kehamilan ≥37 minggu, BB janin ≥2500 gram
- Perdarahan banyak 500cc atau lebih
- Ada tanda-tanda persalinan
- Keadaan umum pasien tidak baik, ibu anemis Hb <8 gram%
(Hanafiah, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi jenis persalinan plasenta previa yaitu:
H. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderia plasenta
previa, yaitu:
a) Komplikasi pada ibu
Dapat terjadi anemia bahkan syok
Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh
Infeksi karena perdarahan yang banyak
Perdarahan pasca partum karena perdarahan pada tempat pelekatan
plasenta. Pada tempat tersebut, kontraksi otot uterus kurang efektif
Sindrom Sheehan dan defek pembekuan dapat terjadi, namun lebih sering
terjadi pada abrupsio plasenta
b) Komplikasi pada janin
Kelainan letak janin
Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian (Morgan & Hamilton,
2013)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Inspeksi
Pada saat inspeksi dapat ditemukan perdarahan pervaginam encer sampai
bergumpal. Apabila perdarahan banyak ibu tampak anemis.
b. Palpasi abdomen
Terdapat kelainan letak janin intrauteri yaitu letak sungsang, letak lintang,
bagian terendah miring. Dinding abdomen tidak tegang atau kaku sehingga
mudah melakukan pemeriksaan janin intrauteri dengan palpasi
c. Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi dilakukan mendengarkan detak jantung janin (DJJ).
Hasil pemantauan DJJ, tergantung dari jumlah dan cepatnya kehilangan darah
maternal sehingga dapat memengaruhi sirkulasi retroplasenter yang
selanjutkan akan langsung mempengaruhi nutrisi dan pertukaran O2/CO2
intraplasenta (Manuaba, Manuaba C, Manuaba F, 2012).
2. Diagnosa Keperawatan
a. PK Perdarahan
b.
3. Rencana asuhan keperawatan (terlampir)