Anda di halaman 1dari 72

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

H DENGAN DIABETES
MELLITUS TYPE II DI LANTAI V PAVILIUN DARMAWAN
RSPAD GATOT SOEBROTO
JAKARTA

DISUSUN OLEH :

FAIZA JIHAN FIKRIYAH

16040

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

AKPER RSPAD GATOT SUBROTO

JAKARTA

2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. H DENGAN DIABETES
MELLITUS TYPE II DI LANTAI V PAVILIUN DARMAWAN
RSPAD GATOT SOEBROTO
JAKARTA

DISUSUN
OLEH :

FAIZA JIHAN FIKRIYAH

16040

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

AKPER RSPAD GATOT SUBROTO

JAKARTA

2019
LEMBAR PERSETUJUAN
i

Makalah ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. H Dengan Diabetes

Mellitus Tipe 2 Di Lantai V Paviliun Darmawan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta” ini

telah disetujui untuk diujikan pada ujian sidang dihadapan tim penguji.

Jakarta, April 2019

Pembimbing Makalah

Ns. Kristianawati, S. Kep, M. Biomed


NIP. 197012181997032003

Mengetahui

Direktur Akademi Keperawatan

RSPAD Gatot Subroto

Memed Sena Setiawan, SKp, M.Pd


NIDK. 8816690019
ii
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. H Dengan Diabetes

Mellitus Tipe 2 Di Lantai V Paviliun Darmawan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta” ini

telah diujikan dan dinyatakan “LULUS” dalam Ujian Sidang dihadapan Tim Penguji

pada

Tanggal, April 2019

Penguji I

Ns. Kristianawati, S. Kep, M. Biomed


NIP. 197012181997032003

Penguji II

Ns. Desnita Fitri, S. Kep, MARS


NIP. 196812221994022001
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

iii

Nama : Faiza Jihan Fikriyah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat / Tanggal Lahir :

Agama : Islam

Alamat :

Status : Belum Menikah

Nama Ayah :

Nama Ibu :

Nama Saudara :

Pendidikan :

iv
MOTTO

“ keep learning. If you stop today,


think about how many life you
wouldn’t save tomorrow”
(medstories)

ABSTRAK
v
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik kronis yang ditandai dengan kadar glukosa
darah tinggi atau hiperglikemia akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif,
termasuk salah satu penyakit patologik. Pada makalah ini akan dibahas tentang Asuhan
Keperawatan dengan Diabetes Mellitus tipe 2 di lantai V Paviliun Darmawan RSPAD
Gatot Soebroto dengan memberikan asuhan keperawatan selama tiga hari. Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan pada Ny. H dengan Diabetes Mellitus tipe 2. Metode yang
digunakan dalam makalah ini adalah metode deskriptif, tipe studi kasus dan
kepustakaan. Adapun pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan adalah proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi dari seluruh tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan. Dari hasil pengkajian didapatkan empat diagnosa keperawatan
yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurangnya kepatuhan
terhadap rencana manajemen diabetes, nyeri akut berhubungan dengan kerusakan dan
kematian jaringan (luka gangren), risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer
tidak adekuat (luka gangren), ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tindakan yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan diantaranya
memonitor tanda-tanda vital, memonitor kadar gula darah, melakukan perawatan luka,
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, memberikan larutan D5% 20 tpm sampai post
operasi. Dari empat diagnosa keperawatan yang diangkat, tiga diagnosa keperawatan
masalah belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan sedangkan satu diagnosa
keperawatan masalah teratasi sehingga intervensi dihentikan. Dalam melakukan asuhan
keperawatan penulis menemukan beberapa hambatan, namun dapat diatasi karena
beberapa faktor pendukung diantaranya klien dan keluarga yang sangat kooperatif,
dosen pembimbing, clinical instructor (CI), dan perawat ruangan yang selalu
membimbing penulis pada saat kesulitan, mulai dari pengumpulan data, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.

KATA PENGANTAR
vi
Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat rahmat-Nya serta do’a dari keluarga sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah yang berjudul “ASUHAN

KEPERAWATAN PADA NY. H DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI

LANTAI V PAVILIUN DARMAWAN RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA”.

Penulisan makalah ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan di Akademi Keperawatan RSPAD

Gatot Subroto Jakarta. Dalam penyusunan makalah ini penulis menemui beberapa

hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan, arahan, dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, sehingga makalah ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :

1. Letkol CKM Memed Sena Setiawan, S.Kp, M.Pd selaku Direktur Akademi

Keperawatan RSPAD Gatot Subroto.

2. Ns. Kristianawati, S. Kep, M. Biomed selaku pembimbing dan penguji I yang

senantiasa memberikan arahan dalam penyusunan makalah ilmiah ini.

3. Ns. Desnita Fitri, S. Kep, MARS selaku penguji II yang telah memberikan banyak

masukannya serta arahan selama penulis melakukan asuhan keperawatan.

4. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Keperawatan RSPAD Gatot Soebroto yang

memberikan banyak ilmu yang bermanfaat dan bantuan sehingga dapat

menyelesaikan Pendidikan DIII Keperawatan.

vii
5. Untuk orangtua penulis yang selalu memberikan semangat, do’a, dan dukungan baik

moril maupun materil setiap saat kepada penulis dalam menyelesaikan makalah

ilmiah ini.

6. Rekan-rekan seperjuangan di Tim Keperawatan Medikal Bedah (Shelina Chalifah,

Nalita, Nur’Aeni, My, Hamdallahwati, dan Ahmad Mustofa).

7. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

8. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Akademi Keperawatan RSPAD Gatot

Subroto angkatan XXXII atas dukungan dalam penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

memperbaiki penyusunan makalah ilmiah ini.

Jakarta, April 2019

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………..………………………………..……… i

HALAMAN PERSETUJUAN …………………..…………………………...... ii

HALAMAN PENGESAHAN …………………..……………………………… iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………..…………………………….. iv

MOTTO …………………..………………………………..…………................ v

ABSTRAK …………………..………………………………..…………............ vi

KATA PENGANTAR …………………..………………………………..……. vii

DAFTAR ISI ……………………………..…………………………………….. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………….…………………………………. 1


B. Tujuan Penulisan ………………………..…………………………….... 5
C. Ruang Lingkup …………………………………………………………. 5
D. Metode Penulisan ………………………………..……………………… 6
E. Sistematika Penulisan ………………………………..…………………. 6

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian ………………………………………….………………...…. 7
B. Patofisiologi ………………………………………….…..…………….. 8
C. Penatalaksanaan ………………………………………………………... 12
D. Pengkajian ………………………..………………………..………........ 16
E. Diagnosa Keperawatan ……………..…………………..……………..... 18
F. Perencanaan …………………………..…………………...…………….. 18
G. Pelaksanaan ………………………...…………………….……………... 21
H. Evaluasi …………………………………..………………………….….. 21

ix
BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian …………………………………….………………………… 22
B. Diagnosa Keperawatan ……………………….…………………..…….. 35
C. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi ……………………………….. 36

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian ………………………………………………………………. 46
B. Diagnosa Keperawatan …………………………………………………. 47
C. Perencanaan …………………………………………….………………. 48
D. Pelaksanaan ………………………………………….………………….. 49
E. Evaluasi …………………………………………………..…...………… 49

BAB V PENUTUP

Kesimpulan ……………………….……………………….…………………… 50
Saran ……………………………………………………….………...………… 51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang latar belakang, tujuan penulisan, ruang

lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) dikenal oleh masyarakat sebagai penyakit kencing manis atau

penyakit menahun yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula darah sebagai

akibat dari adanya gangguan sistem metabolisme di dalam tubuh. Hal ini dapat

disebabkan oleh gagalnya organ pankreas untuk memproduksi hormon insulin sesuai

kebutuhan (Suiraoka, 2012).

Menurut International Diabetes Federation-7 tahun 2015, dalam metabolisme tubuh

hormon insulin bertanggung jawab dalam mengatur kadar glukosa darah. Hormon ini

diproduksi dalam pankreas kemudian dikeluarkan untuk digunakan sebagai sumber

energi. Apabila di dalam tubuh kekurangan hormon insulin maka dapat menyebabkan

hiperglikemi.

DM merupakan penyakit kronis yang berkaitan dengan defisiensi atau resistansi insulin

relative atau absolut, dan ditandai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein,

dan lemak. Kondisi ini muncul dalam dua bentuk, yaitu tipe 1, ditandai dengan

insufisiensi insulin absolut, dan tipe 2, ditandai resistansi insulin disertai kelainan sekresi

insulin berbagai tingkatan. Serangan tipe 1 biasanya muncul sebelum penderita berusia

1
2

30 tahun (namun bisa muncul pada penderita usia berapapun), biasanya pasien menjadi

kurus dan membutuhkan insulin eksogenosa dan pengaturan makanan untuk

mendapatkan kontrol. Sebaliknya, tipe 2 biasanya muncul pada pasien dewasa yang

berusia lebih dari 40 tahun dan mengalami obesitas, namun tipe ini makin banyak

menyerang pemuda di Amerika Utara. Hampir dua-pertiga penderita diabetes akan

meninggal akibat penyakit kardiovaskular. Diabetes juga merupakan penyakit yang

paling sering menyebabkan gagal ginjal dan kebutaan pada orang yang baru menginjak

masa dewasa.

Penyakit DM merupakan penyakit degeneratif yang dapat dikendalikan dengan empat

pilar penatalaksanaan. Diet menjadi salah satu hal penting dalam empat pilar

penatalaksanaan DM dikarenakan pasien tidak memperhatikan asupan makanan yang

seimbang. Meningkatnya gula darah pada pasien DM berperan sebagai penyebab dari

ketidakseimbangan jumlah insulin, oleh karena itu diet menjadi salah satu pencegahan

agar gula darah tidak meningkat, dengan diet yang tepat dapat membantu mengontrol

gula darah (Soegondo, 2015).

Pola makan yang tidak teratur yang terjadi pada masyarakat saat ini dapat menyebabkan

terjadinya peningkatan jumlah penyakit degeneratif, salah satunya penyakit DM

(Suiraoka, 2012). Penderita DM harus memperhatikan pola makan yang meliputi jadwal,

jumlah, dan jenis makanan yang dikonsumsi. Kadar gula darah meningkat drastis setelah

mengkonsumsi makanan tertentu karena kecenderungan makanan yang dikonsumsi

memiliki kandungan gula darah yang tidak terkontrol (Tandra, 2009).


3

DM tipe 2 merupakan golongan diabetes dengan prevalensi tertinggi. Hal ini disebabkan

karena berbagai faktor diantaranya faktor lingkungan dan faktor keturunan. Faktor

lingkungan disebabkan karena adanya urbanisasi sehingga mengubah gaya hidup

seseorang yang mulanya konsumsi makanan yang sehat dan bergizi dari alam menjadi

konsumsi makanan yang cepat saji. Makanan cepat saji berisiko menimbulkan obesitas

sehingga seseorang berisiko DM tipe 2. Orang dengan obesitas memiliki risiko 4 kali

lebih besar mengalami DM tipe 2 daripada orang dengan status gizi normal (WHO,

2017).

Data dari berbagai studi global menyebutkan bahwa penyakit DM adalah masalah

kesehatan yang besar. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan jumlah penderita diabetes

dari tahun ke tahun, pada tahun 2015 menyebutkan sekitar 415 juta orang dewasa

memiliki diabetes, kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta di tahun 1980an. Apabila tidak ada

tindakan pencegahan maka jumlah ini akan terus meningkat tanpa ada penurunan.

Diperkirakan pad atahun 2040 meningkat menjadi 642 juta penderita (IDF, 2015).

Insidensi DM terbukti meningkat dalam berbagai penelitian. Penelitian di Indonesia

termasuk Jakarta dan kota lainnya menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan

insidensi DM akan memengaruhi peningkatan kejadian komplikasi kronik. Komplikasi

kronik dapat terjadi khususnya pada penderita DM tipe 2 (Waspadji, 2009).

Pada 2015, penderita diabetes melitus di Indonesia dapat di perkirakan mencapai 10 juta

orang dengan rentang usia 20-45 tahun dikutip dari (Federasi Diabetes Internasional).

Namun hanya sekitar separo dari mereka yang menyadari kondisinya. Sementara itu,
4

hasil penelitian Riskesdas (Riset kesehatan dasar) dari Kementrian Kesehatan Indonesia

pada 2013 sekitar 12 juta penduduk Indonesia yang berusia di atas 15 tahun menderita

DM tipe 2. Hal ini berarti 65% dari total penduduk usia di atas 15 tahun, tetapi hanya

26% saja yang sudah terdiagnosis. Sementara itu, sisanya tidak menyadari dirinya

sebagai penderita DM tipe 2 (Anies, 2018)

Menurut catatan register di lantai V Paviliun Darmawan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta

terhitung sejak 3 bulan terakhir yaitu bulan Januari 2019 sampai Maret 2019, jumlah

klien yang dirawat sebanyak 536 orang, yang mengalami masalah DM tipe 2 sebanyak

12 orang atau 2,2 %. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi diabetes mellitus

adalah luka gangren dan hipoglikemi. Dalam kejadian penyakit diabetes mellitus ini

adanya peran perawat sebagai promotif yaitu memberikan serangkaian kegiatan

pelayanan kesehatan yang bersifat promosi kesehatan. Peran perawat sebagai preventif

yaitu sebuah usaha yang dilakukan perawatan untuk mencegah terjadinya sesuatu yang

tidak diinginkan. Peran perawat sebagai kuratif yaitu untuk mengobati klien yang

mengalami diabetes mellitus.. Peran perawat rehabilitatif yaitu upaya untuk memperoleh

perbaikan fisik semaksimal mungkin.

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengetahui bagaimana asuhan keperawatan

pada klien dengan diabetes mellitus tipe 2 dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan.
5

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada

klien dengan diagnosa Diabetes Mellitus tipe 2 di lantai V Paviliun Darmawan RSPAD

Gatot Soebroto Jakarta dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Diharapkan penulis mampu :

a. Melakukan pengkajian pada klien dengan diabetes mellitus.

b. Menganalisa data untuk merumuskan diagnosa keperawatan yang ditemukan

pada klien dengan diabetes mellitus.

c. Membuat rencana keperawatan pada klien dengan diabetes mellitus.

d. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes mellitus.

e. Mengidentifikasi adanya kesenjangan asuhan keperawatan antara teori dan kasus

serta justifikasinya.

f. Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat serta alternatif

penyelesaiannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada setiap langkah proses

keperawatan.

C. Ruang Lingkup

Penulisan makalah ini merupakan pembahasan pemberian asuhan keperawatan pada Ny.

H dengan Diabetes Mellitus tipe 2 di lantai V Paviliun Darmawan RSPAD Gatot

Soebroto Jakarta yang dilaksanakan selama tiga hari mulai tanggal 1 April 2019 sampai

3 April 2019.
6

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ilmiah ini adalah :

1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dimana penulis mengelola salah satu kasus

endokrin dengan diabetes mellitus tipe 2 dan diberikan asuhan keperawatan dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan. Dalam pengumpulan data, teknik yang

digunakan dengan cara wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang

digunakan adalah data primer yang diperoleh langsung dari klien, data sekunder

diperoleh dari keluarga sedangkan data tersier diperoleh dari tenaga kesehatan dengan

melihat dokumentasi keperawatan dan hasil pemeriksaan penunjang.

2. Studi kepustakaan, yaitu penulis mempelajari buku sumber dan jurnal yang

berhubungan tentang penyakit diabetes mellitus tipe 2.

E. Sistematika Penulisan

Penyusunan laporan kegiatan ini terdiri dari lima bab, yaitu :

Bab satu : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,

metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab dua : Tinjauan Teori yang terdiri dari

pengertian, patofisiolgi, penatalaksanaan, pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Bab tiga : Tinjauan Kasus yang terdiri dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Bab empat :

Pembahasan yang terdiri pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi. Bab lima : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
7

BAB II

TINJAUAN TEORI

Pada bab ini penulis akan menguraikan tinjauan teori asuhan keperawatan pada klien

dengan Diabetes Mellitus tipe 2 meliputi pengertian, patofisiologi, penatalaksanaan,

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Teori-teori

ini disusun secara singkat dan jelas, terkait dengan judul dan akan digunakan sebagai

rujukan atau acuan pada waktu pembahasan.

A. Pengertian

Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolik kronis yang ditandai dengan kadar

glukosa darah tinggi, yaitu ketika tubuh tidak dapat memetabolisme karbohidrat, lemak,

dan protein karena kekurangan hormone insulin atau penggunaan hormon insulin yang

tidak efektif (Doenges, 2018).

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Diabetes mellitus adalah suatu

kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya

peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun

relatif, termasuk salah satu penyakit patologik (Hasdianah, 2014).

Diabetes mellitus tipe 2 atau sering juga disebut dengan Non Insuline Dependent

Diabetes Melitus (NIDDM) merupakan penyakit diabetes yang disebabkan oleh

terjadinya resistensi tubuh terhadap efek insulin yang diproduksi oleh sel beta pankreas.

7
8

Keadaan ini akan menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi naik tidak terkendali

(Anies, 2018)

Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus tipe 2 atau

disebut juga Non Insuline Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) adalah gangguan

metabolik yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia

karena penggunaan hormon insulin yang tidak efektif.

B. Patofisiologi

1. Faktor risiko penyebab diabetes mellitus tipe 2

Banyak faktor penyebab terjadinya penyakit diabetes mellitus tipe 2, yaitu usia diatas 45

tahun, memiliki keluarga (ayah, ibu, atau saudara) yang terkena diabetes, kegemukan,

menderita penyakit jantung, kolesterol tinggi (HDL di bawah 35 mg/dL atau trigyceride

di atas 250 mg/dL), ras tertentu termasuk diantaranya Asia, pernah terdiagnosis

prediabetes, jarang berolahraga, menderita diabetes gestasional, pola makan yang tidak

sehat.

2. Perjalanan penyakit diabetes mellitus:

Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel beta yang terdapat dalam pankreas. Pada

keadaan normal, kadar insulin dalam darah akan berubah-ubah tergantung kadar gula

dalam darah. Kadar insulin akan meningkat sesaat setelah makan dan akan menurun

ketika tidak memakan sesuatu. Fungsi utama insulin adalah mendistribusikan glukosa

yang terdapat dalam darah ke seluruh tubuh guna dimetabolisme untuk menghasilkan
9

energi. Bila kadar glukosa yang ada melebihi kebutuhan maka kelebihan itu akan

disimpan dalam hati. Simpanan glukosa ini akan dilepaskan jika diperlukan.

Saat seseorang menderita diabetes mellitus tipe 2 maka ada dua kemungkinan yang

terjadi. Yaitu, sel beta yang terdapat dalam pankreas produksi insulinnya tidak

mencukupi atau produksinya cukup tetapi tubuh resisten terhadap insulin. Kedua

keadaan ini akan menyebabkan kadar glukosa dalam darah akan meningkat (Anies,

2018).

Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar

glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia

yang parah yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160-

180 mg/100 ml), akan timbul glukosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat

menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik

yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat.

Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar

bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat

badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau

kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan

oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan

karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan meyebabkan arterosklerosis,

penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan

terjadinya gangren (Hasdianah, 2014).


10

3. Tanda dan gejala diabetes mellitus menurut (Mary Diglulio, 2014):

a. Serangan lambat karena sedikit insulin diproduksi.

b. Nafsu makan meningkat (palyphagia) karena sel-sel berkurang energi, sinyal

bahwa perlu makan banyak.

c. Haus meningkat (polydipsia) karena tubuh berusaha membuang glukosa.

d. Urinasi meningkat (polyuria) karena tubuh berusaha membuang glukosa.

e. Berat badan turun karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.

f. Sering infeksi karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa.

g. Penyembuhan tertunda lama naiknya kadar glukosa di dalam darah menghalangi

proses kesembuhan.

4. Komplikasi dari diabetes mellitus menurut (Vicynthia Tjahjadi, 2017):

a. Penyakit jantung dan pembuluh darah.

Diabetes meningkatkan secara dramatis berbagai masalah jantung termasuk penyakit

pembuluh darah jantung dengan nyeri dada (angina), serangan jantung, stroke,

penyempitan pembuluh darah (artherosclerosis) dan tekanan darah tinggi.

b. Kerusakan syaraf (neuropati)

Glukosa berlebihan dapat melukai dinding pembuluh darah kecil (kapiler) yang memberi

makan syaraf, terutama kaki. Hal ini dapat menyebabkan kesemutan, kebas, rasa

terbakar dan nyeri. Kerusakan syaraf biasanya terjadi berangsur dalam jangka waktu

lama. Kerusakan syaraf pada kaki atau aliran darah yang buruk ke arah kaki

meningkatan risiko berbagai komplikasi kaki. Apabila tidak ditangani, luka dan lepuh

dapat menjadi infeksi yang serius. Neuropati diabetik perifer merupakan penyakit
11

neuropati yang paling sering terjadi. Gejala dapat berupa hilangnya sensasi distal.

Berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi.

c. Kerusakan ginjal (nefropati).

Diabetes dapat merusak banyak pembuluh darah kecil yang menyaring limbah dari

darah. Kerusakan berat dapat menjurus pada kegagalan ginjal atau penyakit ginjal tahap

akhir, yang tak dapat pulih kembali, yang memerlukan dialisis atau transplatansi ginjal.

Nefropati diabetik adalah penyebab utama penyakit ginjal stadium akhir dan

berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler. Manifestasi klinis

awal adalah mikroalbuminuria. Setelah terdeteksi adanya mikroalbuminuria, laju

perkembangan dari penyakit ginjal stadium akhir dan penyakit kardiovaskuler dapat

ditunda oleh manajemen tekanan darah, glukosa, dan lipid.

Nefropati diabetik ditandai dengan albuminuria menetap > 300 mg/24 jam atau > 200

ig/menit pada minimal 2x pemeriksaan dalam waktu 3-6 bulan. Berlanjut menjadi

proteinuria akibat hiperfiltrasi patogenik kerusakan ginjal pada tingkat glomerulus.

d. Kerusakan mata

Diabetes dapat merusak pembuluh darah retina (diabetic retinopati). Diabetik retinopati

dapat menyebabkan kebutaan. Diabetes dapat juga menjurus pada katarak dan risiko

yang lebih besar terjadinya glaukoma. Pada retinopati diabetik proliferatif terjadi

iskemia retina progresif yang merangsang neovaskularisasi menyebabkan kebocoran

protein-protein serum dalam jumlah besar. Neovaskularisasi yang rapuh ini

berproliferasi ke bagian dalam korpus vitreum, bila tekanan meninggi saat berkontraksi

maka bisa terjadi perdarahan masif yang berakibat penurunan penglihatan mendadak.

Hal tersebut pada penderita DM bisa menyebabkan kebutaan.


12

e. Kondisi kulit

Diabetes dapat membuat penderita DM lebih rentan pada masalah kulit, termasuk infeksi

bakteri, infeksi jamur dan gatal.

f. Osteoporosis

Diabetes dapat menjurus ke densitas mineral tulang lebih rendah dari normal,

meningkatkan risiko osteoporosis setelah dewasa.

C. Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah menormalkan aktivitas insulin dan kadar

glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati.

Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah

normal. Menurut (Vicynthia Tjahjadi, 2017) penatalaksanaan diabetes mellitus adalah

sebagai berikut :

1. Penatalaksanaan Medis

a. Obat antidiabetik oral

1) Sulfonylurea : Bekerja dengan merangsang sel beta di pankreas untuk

melepaskan cadangan insulinnya. Yang termasuk obat jenis ini adalah Glibenklamid dan

Tolbutamid Klorporamid.

2) Biguandia : Bekerja dengan menghambat penyerapan glukosa di usus, misalnya

Metformin dan Glukophage.

b. Pemberian hormon insulin

Pasien dengan DM tipe 1 tidak mampu memproduksi insulin dalam tubuhnya, sehingga

sangat tergantung pada pemberian insulin. Berbeda dengan DM tipe 2 yang tidak
13

tergantung pada insulin, tetapi memerlukannya sebagai pendukung untuk menurunkan

glukosa darah dalam mempertahankan kehidupan. Tujuan pemberian insulin ialah untuk

meningkatkan transport glukosa ke dalam sel dan menghambat konversi glikogen dan

asam amino menjadi glukosa. Berdasarkan daya kerjanya insulin dibedakan menjadi:

1) Rapid-acting insulin : Jenis insulin ini bekerja sangat cepat dalam menurunkan

kadar gula darah tubuh. Oleh karena itu, digunakan 15 menit sebelum makan. Berikut

adalah contoh dari rapid-acting insulin :

a) Insulin lispro (Humalog), jenis ini hanya membutuhkan waktu sekitar 15-30

menit untuk mencapai pembuluh darah dan mampu menurunkan kadar gula darah dalam

30-60 menit. Dapat menjaga gula darah normal selama 3-5 jam

b) Insulin Asprat (Novolog), hanya membutuhkan waktu 10-20 menit untuk masuk

ke pembuluh darah dan dapat menurunkan kadar gula darah 40-50 menit. Selain itu,

jenis insulin ini dapat mempertahankan kadar gula darah normal selama 3-5 jam.

c) Insulin gluisine (Apidra), memerlukan waktu selama 20-30 menit untuk sampai

ke pembuluh darah, mampu menurunkan kadar gula darah dalam waktu 30-90 menit dan

mempertahankannya antara 1-2,5 jam.

2) Short-acting insulin : Jenis insulin ini dapat menurunkan kadar gula darah

dengan cepat, tetapi tidak secepat rapid-acting. Biasanya, insulin ini akan diberikan 30-

60 menit sebelum makan. Contohnnya reguler atau novolin, yang mampu mencapai

pembuluh darah dalam waktu 30-60 menit, bekerja dengan cepat dan mempertahankan

waktu 2-5 jam, serta mempertahankan kadar gula darah hingga 5-8 jam.

3) Long-acting insulin : Jenis insulin ini dapat bekerja selama seharian, oleh karena

itu penggunaan insulin ini lebih banyak digunakan ketika malam hari dan hanya satu kali
14

per hari. Biasanya, insulin long-acting akan dikombinasikan dengan insulin jenis rapid-

acting atau short-acting. Berikut adalah contohnya :

a) Insulin glargine (Lantus, Toujeo), mampu mencapai pembuluh darah dalam 1-1,5

jam dan mempertahankan kadar gula darah selama kurang lebih 20 jam.

b) Insulin detemir (Levemir), mencapai pembuluh darah sekitar 1-2 jam dan bekerja

selama 24 jam.

c) Insulin degludec (Tresiba), masuk ke dalam pembuluh darah dalam waktu 30-90

menit dan bekerja selama 42 jam.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Latihan fisik

Latihan fisik bagi penderita DM sangat dibutuhkan, karena pada saat latihan fisik energi

yang dipakai adalah glukosa dan asam lemak bebas. Latihan fisik bertujuan :

1) Menurunkan gula darah dengan meningkatkan metabolisme karbohidrat.

2) Menurunkan berat badan dan mempertahankan berat badan normal.

3) Meningkatkan sensitifitas insulin.

4) Meningkatkan kadar HDL (High Density Lipoprotein) dan menurunkan kadar

trigliserida.

5) Menurunkan tekanan darah.

Jenis latihan fisik diantaranya adalah olahraga seperti latihan aerobik, jalan, lari,

bersepeda, berenang. Yang perlu diperhatikan dalam latihan fisik pasien DM adalah

frekuensi, intensitas, durasi waktu dan jenis latihan.


15

b. Monitoring glukosa darah

Pasien dengan DM perlu diperkenalkan tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia

serta yang paling penting adalah bagaimana memonitor glukosa darah secara mandiri.

c. Perawatan luka

Prinsip-prinsip umum perawatan luka modern:

1) Untuk meminimalisir penggunaan antibiotik/antiseptik, maka untuk

membersihkan luka dengan perawatan luka modern cara yang terbaik dalam

pembersihannya adalah dengan menggunakan cairan fisiologis seperti normal saline

(NaCl 0,9 %), untuk luka yang sangat kotor dapat menggunakan teknik irigasi/ water

pressure, untuk membersihkan luka dirumah (perawatan di rumah), apanila tidak ada

cairan NaCl 0,9% dapat menggunakan air yang mengalir.

2) Mengenai penggunaan balutan dalam perawatan luka, maka balutan yang

digunakan adalah balutan dalam kondisi lembab merupakan cara yang paling efektif

untuk menyembuhkan luka.

d. Diet

Tujuan diet pada pasein DM adalah untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukosa

darah dalam batas normal, mencapai dan mempertahankan lipid dalam batas normal,

serta meningkatkan kualitas hidup.

Untuk menentukan gizi dipakai rumus body mass index (BMI) atau index masa tubuh

(IMT) yaitu : BMI atau IMT = BB (kg)/(TB (m))2


16

Ketentuan :

1) BB kurang : IMT < 18,5

2) BB normal : IMT 18,5-22,9

3) BB lebih : IMT > 23

4) BB dengan resiko : IMT 23-24,9

5) Obesitas I : IMT 25-29,9

6) Obesitas II : IMT > 30

D. Pengkajian

Menurut (Doenges, 2018) pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat

untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan

sebagai berikut:

1. Eliminasi

a. Perubahan pada pola berkemih biasa

b. Berkemih berlebihan (poliuria)

c. Nokturia

d. Nyeri dan rasa terbakar, sulit berkemih (infeksi kandung kemih neurogenik)

e. Infeksi saluran kemih (ISK) akhir-akhir ini dan berulang

f. Nyeri tekan abdomen, kembung, diare


17

2. Makanan/Cairan

a. Kehilangan selera, mual, dan muntah

b. Tidak mengikuti diet yang ditentukan, peningkatan asupan glukosa dan

karbohidrat

c. Penurunan berat badan selama periode berhari-hari atau berminggu-minggu

d. Haus

e. Penggunaan medikasi yang memperparah dehidrasi, seperti diuretik

3. Neurosensori

a. Mudah pingsan, pusing

b. Sakit kepala

c. Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot

d. Gangguan penglihatan

4. Nyeri/Ketidaknyamanan

Kembung dan nyeri abdomen

5. Pernapasan

a. Lapar udara (stadium akhir KAD)

b. Batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi)

6. Keamanan

a. Kulit kering, gatal, ulserasi kulit

b. Parestesia (neuropati diabetik)


18

7. Seksualitas

a. Rabas vagina (cenderung infeksi)

b. Masalah dengan impotensi (pria), kesulitan orgasme (wanita)

8. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan darah

1) Glukosa serum: Kadar glukosa darah puasa normal berkisar antara 70 dan 110

mg/dL.

2) Keton serum total

3) Osmolalitas serum: Nilai hitungan normal berkisar dari 280-303 mOsm/K

4) Glukagon

5) Hemoglobin A1c (Hb1AC)

6) Insulin serum

7) Elektrolit

8) Gas darah arteri (AGD)

9) Hitung darah lengkap

b. Pemeriksaan urine, kultur dan sensitivitas : Spesimen dapat meliputi urine,

sputum, atau drainase luka.

E. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian yang telah didapat atau terkaji, kemudian data

dikumpulkan maka dilanjutkan dengan analisa data untuk menentukan diagnosa

keperawatan. Menurut (Doenges, 2018) diagnosa yang ditemukan pada diabetes mellitus

sebagai berikut:
19

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, diare,

muntah, diuresis osmotik.

2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurangnya manajemen

diabetes atau kepatuhan terhadap rencana manajemen diabetes, pemantauan glukosa

darah atau manajemen medikasi yang tidak adekuat.

3. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (diabetes mellitus),

leukopenia, prosedur invasif.

4. Keletihan berhubungan dengan kondisi penyakit, kondisi fisik buruk, stress,

perubahan kimia tubuh, peningkatan kebutuhan energi.

F. Perencanaan

Setelah penulis menemukan diagnosa keperawatan pada klien dengan diabetes mellitus,

maka dilanjutkan dengan menyusun perencanaan untuk masing-masing diagnosa yang

meliputi prioritas diagnosa keperawatan, penetapan tujuan dan kriteria evalausi sebagai

berikut :

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,

diare, muntah, diuresis osmotik.

Tujuan : Menunjukkan hidrasi adekuat

Kriteria Hasil :

a. Tanda vital stabil

b. Denyut perifer dapat dipalpasi

c. Turgor kulit dan pengisian kapiler baik

d. Haluaran urine baik yang sesuai untuk individu


20

e. Kadar elektrolit dalam batas normal

Intervensi :

a. Pantau tanda-tanda vital.

b. Kaji denyut perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.

c. Pertahankan asupan cairan

d. Berikan cairan isotonik (0,9%) atau larutan laktat Ringer tanpa tambahan.

e. Pasang dan pertahankan kateter urine menetap.

2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurangnya

manajemen diabetes atau kepatuhan terhadap rencana manajemen diabetes,

pemantauan glukosa darah atau manajemen medikasi yang tidak adekuat.

Tujuan : Gula darah dalam batas normal

Kriteria Hasil : Mempertahankan glukosa dalam batas yang memuaskan

Intervensi :

a. Lakukan pemeriksaan glukosa.

b. Observasi tanda-tanda hipoglikemia (perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin

dan lembap, nadi cepat, lapar, iritabilitas, ansietas, sakit kepala, pusing dan gemetar).

c. Pantau pemeriksaan laboratorium.

d. Kolaborasi dalam terapi komplikasi hiperglikemia.

e. Berikan insulin.

f. Berikan larutan glukosa.


21

3. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (diabetes mellitus),

leukopenia, prosedur invasif.

Tujuan : Tidak terjadi infeksi

Kriteria Hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi

Intervensi :

a. Observasi tanda infeksi dan inflamasi.

b. Pertahankan teknik aseptik.

c. Berikan antibiotik sesuai indikasi.

4. Keletihan berhubungan dengan kondisi penyakit, kondisi fisik buruk,

stress, perubahan kimia tubuh, peningkatan kebutuhan energi.

Tujuan : Keletihan teratasi

Kriteria Hasil :

a. Klien mampu mengungkapkan peningkatan energi.

b. Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk melakukan aktivitas.

Intervensi :

a. Pantau tanda-tanda vital

b. Tingkatkan partisipasi klien dalam aktivitas harian sesuai toleransi.

c. Selingi aktivitas dengan periode istirahat dan tidur tanpa gangguan.

G. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan kegiatan yang dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah

dibuat. Tindakan keperawatan dapat berupa tindakan mandiri dan kolaborasi. Dalam

pelaksanaan tindakan, langkah-langkah yang dilakukan adalah mengkaji keadaan klien,


22

respon klien dalam semua tindakan dan didokumentasikan dalam catatan keperawatan.

Dalam pendokumentasian catatan keperawatan hal yang perlu didokumentasikan adalah

waktu tindakan dilakukan, tindakan, respon klien dan memberikan tanda tangan sebagai

aspek legal.

H. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang mengukur seberapa jauh

tujuan yang telah ditetapkan tercapai, berdasarkan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

Evaluasi merupakan aspek penting dalam proses keperawatan, karena menghasilkan

kesimpulan apakah intervensi dihentikan, ditinjau kembali atau dimodifikasi.

Evaluasi proses keperawatan ada dua, yaitu evaluasi formatif (proses) dan evaluasi

sumatif (hasil). Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan segera setelah tindakan

dilakukan dan didokumentasikan pada catatan keperawatan. Sedangkan evaluasi sumatif

adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana pencapaian tujuan yang

ditetapkan dan dilakukan pada akhir proses keperawatan.


23

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan

Diabetes Mellitus tipe 2 di lantai V Paviliun Darmawan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien tersebut, penulis menggunakan

pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 1 April 2019. Klien masuk ruang perawatan lantai V

Paviliun Darmawan pada tanggal 23 Maret 2019. Nomor register 92-97-73 dengan

diagnose medis Diabetes Mellitus tipe 2.

1. Identitas klien

Klien bernama Ny. H, jenis kelamin perempuan, usia 59 tahun, status perkawinan

menikah, agama Islam, suku bangsa Sunda, pendidikan SD, bahasa yang digunakan

bahasa Sunda dan bahasa Indonesia, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Kp. Parung

Tanjung Rt. 003/012 Kel. Cicadas, Kec. Gunung Putri, Bogor. Sumber biaya BPJS

Mandiri, sumber informasi klien, keluarga, rekam medic, dan perawat ruangan.

2. Resume

Klien bernama Ny. H usia 59 tahun datang ke IGD RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal

22 Maret 2019 pukul 21.13 WIB diantar oleh keluarga. Klien datang dengan keluhan

lemas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk tidak berdahak, mengeluh nyeri

ulu hati dan perut bawah, klien mengeluh nyeri kepala sebelah kanan, nafsu makan

23
24

menurun, terdapat luka di pedis sinistra. Dilakukan tindakan pengukuran tanda-tanda

vital dengan hasil TD: 151/80 mmHg, N: 84x/menit, S: 36,3℃, RR: 18x/menit, TB: 156

cm, BB:55 kg. GCS=14, E:3, M:6, V:5. Dilakukan pemeriksaan GDS One Touch

didapatkan hasil 60 mg/dL, diberikan injeksi D40% 2 flacon, pemasangan infus D10%

10 tpm. Dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil Hb: 7,9; Ht: 25; Eritrosit: 3,0;

leukosit: 14.820; trombosit: 630.000; MCV: 81; MCH: 26, MCHC: 32, ureum: 90;

kreatinin: 6,2; eGFR (formula MDRD): 7,37; GDS: 51; Natrium (Na): 137; Kalium (K):

5,5; Klorida (Cl): 104. Klien dipindahkan ke ruang perawatan lantai V Pavilium

Darmawan RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal 23 Maret 2019 pukul 06.00 untuk

mendapatkan penanganan lebih lanjut. Pada saat di ruangan klien dilakukan pemeriksaan

dengan hasil, kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, BB: 55 kg, TB: 156 cm,

IMT 22.9 kg/m2, TD: 148/82 mmHg, N: 84 x/menit, RR: 18 x/menit, S: 36,4 oC, klien

terpasang D10% 10 tpm.

Masalah keperawatan yang muncul yaitu nyeri, ketidakstabilan kadar glukosa darah,

risiko infeksi. Tindakan yang dilakukan selama di ruangan yaitu memonitor tanda-tanda

vital, tranfusi PRC, memonitor nilai gula darah, melakukan perawatan luka 1x/hari,

mengobservasi intake output klien, cek DC, KGDH senin & kamis, melakukan konsul

untuk rencana debridement amputasi.

3. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan utama klien adalah klien mengatakan terdapat luka di jari kaki yang semakin

melebar, nyeri pada jari kaki kiri, penyebab luka akibat tersandung, nyeri terasa seperti

tertusuk-tusuk, tempat nyeri di jari kaki menyebar sampai pergelangan kaki, skala nyeri

2, nyeri dirasakan jika kaki digerakkan.


25

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Klien mempunyai riwayat penyakit sebelumnya yaitu DM dari tahun 2013, tidak ada

riwayat alergi terhadap obat, makanan, binatang maupun lingkungan, dan riwayat

pemakaan obat metformin.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

DM

58 th
61 th 56 55

59 61 th

DM

35 32 th 27 23 th

Keterangan :

: Perempuan

: Laki-laki

: Klien

: : Meninggal

: tinggal serumah
26

d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor

resiko

Klien mengatakan ibu klien sudah meninggal dan menderita Diabetes Mellitus.

e. Riwayat Psikososial dan Spiritual

Orang yang dekat dengan klien adalah anak klien. Pola komunikasi dua arah, pembuat

keputusan anak klien dengan meminta persetujuan dari klien, dalam mengambil

keputusan klien berunding, kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan oleh klien yaitu

mengikuti pengajian di Mushola. Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah

keluarga cemas tetapi sudah pasrah. Masalah yang mempengaruhi klien saat ini adalah

klien merasa cemas dan takut karena akan di amputasi jari kakinya, mekanisme koping

terhadap stress klien memilih untuk tidur. Hal yang sangat dipikirkan klien saat ini

adalah klien mengatakan takut karena kakinya akan di amputasi. Harapan setelah

menjalani perawatan adalah klien mengatakan ingin cepat sembuh dan bisa kembali

beraktivitas seperti biasa, perubahan yang dirasakan klien setelah jatuh sakit yaitu tubuh

terasa lemas, BB turun ±5 kg dalam 1 bulan. Nilai-nilai yang bertentangan dengan

kesehatan tidak ada, aktivitas agama yang biasa dilakukan adalah sholat dan berdoa,

kondisi lingkungan rumah klien mengatakan kondisi jalan menuju rumah yang berbatu

menyebabkan klien tersandung dan mengakibatkan luka pada jari kaki.

f. Pola kebiasaan

1) Pola nutrisi

Sebelum sakit : klien makan 2x/hari, nafsu makan baik, makan habis 1 porsi, semua

makanan suka terutama makanan yang pedas dan manis, tidak ada makanan yang

membuat alergi, makanan pantangan yaitu makanan yang banyak mengandung gula

tetapi klien tidak mengikuti anjuran, makanan diet nasi merah, brokoli, bayam, susu
27

rendah lemak tetapi klien tidak mengikuti anjuran diet yang diberikan, tidak ada

pengunaan obat sebelum makan dan tidak ada pengunaan alat bantu makan (NGT,dll).

Di rumah sakit : klien makan 3x/hari, klien mengatakan mual, makan habis 1 porsi,

menyukai makanan yang manis, tidak ada makanan yang membuat alergi, makanan

pantangan karbohidrat, glukosa, makanan diet lunak DM RP 1700 kal, pengunaan obat-

obatan sebelum makan yaitu novorapid 10 unit, dan tidak menggunakan alat bantu

makan (NGT,dll).

2) Pola eliminasi

Sebelum sakit : klien mengatakan BAK 6-7 x/24 jam, warna kuning jernih, keluhan

banyak BAK di malam hari, tidak ada penggunaan alat bantu (kateter, dll), klien BAB

1x/hari, waktunya pagi, warna kuning, konsistensi lunak, tidak ada keluhan, tidak ada

peggunaan laxative.

Di rumah sakit : BAK klien tidak terkendali urine 1875 cc/24 jam, warna kuning jernih,

tidak ada keluhan, klien menggunakan kateter. Klien BAB 1x/hari, waktunya pagi,

warna kuning, konsistensi lunak, tidak ada keluhan, tidak ada peggunaan laxative.

3) Pola personal hygiene

Sebelum sakit : klien mandi 2x/hari, pagi dan sore, sikat gigi 2x/hari waktunya pagi dan

sore, cuci rambut 3x/minggu.

Di rumah sakit : klien mandi 1x/hari, pagi hari, oral hygiene 1x/hari, klien belum cuci

rambut.

4) Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit : tidur siang 2 jam/hari, lama tidur malam 5-6 jam/hari, kebiasaan

sebelum tidur adalah berdoa.


28

Di rumah sakit : lama tidur siang 3 jam/hari, lama tidur malam 5 jam/hari, kebiasaan

klien sebelum tidur adalah berdoa.

5) Pola aktivitas dan latihan

Sebelum sakit : klien beraktivitas pada pagi hari, klien berolahraga 1x/minggu, jenis

olahraga yang dilakukkan adalah jalan santai, keluhan saat beraktifitas yaitu klien

tersandung saat melakukan aktivitas sehingga terjadi luka.

Di rumah sakit : klien tidak beraktivitas, keluhan kaki sulit untuk berjalan karena ada

luka gangren di jari kaki kiri.

6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

Sebelum sakit : klien tidak merokok. Klien tidak mengkonsumsi minuman

keras/NAPZA.

Di rumah sakit : klien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman keras/NAPZA.

4. Pengkajian Fisik

a. Pemeriksaan fisik umum

BB klien saat ini : 55 kg, sebelum sakit : 60 kg, TB : 156 cm, keadaan umum lemah,

tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

b. Sistem penglihatan

Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata abnormal, konjungtiva

ananemis, kornea keruh/berkabut, sclera anikterik, pupil isokor, tidak ada kelainan otot-

otot mata, fungsi penglihatan kabur, tidak ada tanda-tanda peradangan, tidak ada

pemakaian kacamata, tidak ada pemakaian kontak lensa, reaksi terhadap cahaya baik,

pupil mengecil +/+.


29

c. Sistem pendengaran

Daun telinga normal, telinga simetris, terdapat serumen berwarna kuning, konsistensi

lunak dengan bau khas, tidak ada cairan dari telinga, tidak ada rasa penuh ditelinga,

tidak ada tinitus, fungsi pendengaran baik, tidak ada gangguan keseimbangan, tidak ada

pemakaian alat bantu dengar.

d. Sistem wicara

Sistem wicara normal

e. Sistem pernafasan

Jalan nafas bersih, pernafasan tidak sesak, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan,

frekuensi 20x/menit, irama teratur, kedalaman pernafasan dalam, jenis pernafasan

spontan, tidak batuk, tidak ada sputum, tidak terdapat darah, suara nafas vesikuler, tidak

nyeri saat bernafas, tidak menggunakan alat bantu nafas.

f. Sistem kardiovaskuler

Sirkulasi peripher : nadi 80x/menit, irama teratur, denyut kuat, TD:130/80mmHg, tidak

ada distensi vena jugularis kanan dan kiri, temperature kulit hangat S:36,5 oC , warna

kulit kemerahan, pengisian kapiler 2 detik, tidak terdapat edema.

Sirkulasi jantung : kecepatan denyut nadi apical 87 x/menit, irama teratur, tidak sakit

dada.

g. Sistem hematologi

Klien tidak pucat dan tidak ada perdarahan.

h. Sistem syaraf pusat

Tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran composmentis, GCS 14, E:3 M:6 V:5,

tidak ada peningkatan TIK, tidak ada gangguan persyarafan, reflek fisiologis normal,

tidak ada reflek patologis.


30

i. Sistem pencernaan

Gigi klien tidak terdapat caries, tidak ada penggunaan gigi palsu, tidak ada stomatitis,

lidah tidak kotor, salifa normal, tidak ada muntah, nyeri di ulu hati, P: nyeri pada saat

terlambat makan, Q: nyeri seperti terbakar, R: nyeri dirasakan pada bagian ulu hati, S:

skala nyeri 2 dari 1-10, T: nyeri berlangsung ±5 menit, lalu berhenti, lalu muncul

kembali, nyeri bertambah hebat jika klien terlambat makan, terdapat nyeri tekan pada

epigastrium, bising usus 8x/menit, tidak ada diare, tidak terjadi konstipasi, hepar tidak

teraba, abdomen lembek.

j. Sistem endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Nafas tidak berbau keton, poliuri, polidipsi,

poliphagi, terdapat luka gangren di jari kaki kiri.

k. Sistem urogenital

Balance cairan. Intake : 2700cc/24 jam, Output : 2700cc/24 jam, balance cairan 0, pola

kemih klien nokturia, bak warna kuning jernih, tidak ada distensi kandung kemih,

keluhan sakit pinggang tidak ada.

l. Sistem integument

Turgor kulit elastic, temperature kulit hangat, warna kulit kemerahan, keadaan kulit

ulkus pada jari kaki kiri dengan kondisi nekrosis, tidak ada kelainan kulit, tidak ada

tanda-tanda infeksi pada lokasi pemasangan infuse, tekstur rambut baik, kebersihan baik.

m. Sistem musculoskeletal

Kesulitan dalam pergerakan, tidak sakit pada tulang, sendi, dan kulit, tidak ada fracture,

tidak ada kelainan struktur tulang belakang, keadaan tonus otot baik, terdapat luka pada

jari kaki kiri dengan kondisi nekrosis. Kekuatan otot 5555 5555

5555 5555
31

Data tambahan (pemahaman tentang penyakitnya)

Klien mengatakan baru mengetahui mempunyai penyakit DM pada tahun 2013, sebelum

itu belum mengetahui. Klien mengatakan Ibu nya sudah meninggal dan juga mengidap

penyakit DM. Klien mengatakan awal mula terjadi luka karena tersandung.

5. Data pengkajian spesifik

a. Skirining Gizi: Ada penurunan berat badan sebanyak 5 kg selama 6 bulan terakhir

total skor 2.

b. Pengkajian nyeri dengan skor 2.

c. Risiko tinggi jatuh: cedera sedang.

d. Barthel Index : 15 (ketergantungan ringan).

Keterangan:

Mengendalikan rangsangan defekasi (BAB) terkendali teratur dengan skor 2,

mengendalikan rangsangan berkemih (BAK) pakai kateter dengan skor 0, membersihkan

diri (seka muka, sikat gigi, sisir rambut) mandiri skor 1, penggunaan jamban, masuk dan

keluar (melepaskan, memakai celana, membersihkan, menyiram) perlu pertolongan pada

beberapa kegiatan tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa kegiatan yang lain dengan

skor 1, makan mandiri skor 2, berubah sikap dari berbaring ke duduk bantuan minimal 1

orang skor 2, berpindah/berjalan berjalan dengan bantuan minimal 1 orang skor 2,

memakai baju mandiri skor 2, naik turun tangga butuh pertolongan skor 2, mandi

mandiri skor 1.
32

6. Data Penunjang

Pemeriksaan laboratorium tanggal 31 Maret 2019

Hb : 12,4 (12,0-16,0 gr/dL)

Ht : 36* (37-47%)

Eritrosit : 4,6 (4.3-6,0 juta/uL)

Leukosit : 10.610 (4.800-10.800/uL)

Trombosit : 529.000 (150.000-400.000/uL)

Hitung jenis :

Basofil : 0 (0-1 %)

Eosinofil : 0* (1-3%)

Neutrofil : 89* (50-70%)

Limfosit : 10 * (20-40%)

Monosit : 1* (2-8 %)

MCV : 80 (80-96 fL)

MCH : 27 (27-32 pg)

MCHC : 34 (32-36 pg)

RDW : 14,30 (11,5-14,5 %)

Albumin : 2,7* (3,5-5,0g/dL)

Ureum : 120* (20-50 mg/dL)

Kreatinin : 3,4** (0,5-1,5 mg/dL)

eGFR (formula MDRD) : 14,74 (mL/mnt/1.73 m2)

Glukosa darah sewaktu : 303* (<140 mg/dL)


33

Pemeriksaan radiologi foto thorax tanggal 28 Maret 2019

Kesan :

- Kardiomegali ringan

- Suspek proses spesifik paru, DD/ pneumonia

7. Penatalaksanaan (therapy/pengobatan termasuk diet)

Terapi tanggal 1 April 2019

Asam folat 3 x 5 mg (PO) (Pukul 05.00, 13.00, 21.00)

Bicnat 3 x 500 mg (PO) (Pukul 05.00, 13.00, 21.00)

B12 3 x 50 mg (PO) (Pukul 05.00, 13.00, 21.00)

Ceftriaxone 1 x 2 gr (IV) (Pukul 12.00)

Omeprazole 1 x 1 gr (IV) (Pukul12.00)

Novorapid 3 x 10 unit (SC) (Pukul 05.00, 13.00, 21.00)

Levemir 1 x 10 unit (SC) (Pukul 22.00)

Vip Albumin 3 x 1 gr (PO) (Pukul 05.00, 13.00, 21.00)

IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm

Salep Sulfadiazine Silver 10 mg

Diet makan lunak DM RP 1600 kalori frekuensi 3x makan utama, 2x selingan perhari

8. Data focus

Data subjektif : Klien mengatakan terdapat luka di jari kaki yang semakin melebar,

nyeri pada jari kaki kiri, penyebab luka akibat tersandung, nyeri terasa seperti tertusuk-

tusuk, tempat nyeri di jari kaki menyebar sampai pergelangan kaki, skala nyeri 2, nyeri

dirasakan jika kaki digerakkan, nyeri di ulu hati, P: nyeri pada saat terlambat makan, Q:
34

nyeri seperti terbakar, R: nyeri dirasakan pada bagian ulu hati, S: skala nyeri 2 dari 1-

10, T: nyeri berlangsung ±5 menit, lalu berhenti, lalu muncul kembali, nyeri bertambah

hebat jika klien terlambat makan. Klien menyukai makanan yang pedas dan manis.

Klien memiliki makanan pantangan dan makanan yang harus di makan tetapi klien tidak

mematuhi anjuran. Klien merasa cemas dan takut karena kakinya akan di amputasi. BB

turun ±5 kg dalam 1 bulan terakhir. Sulit tidur di malam hari, mual, mudah haus, banyak

BAK terutama dimalam hari dan mudah lapar.

Data objektif : Klien tampak gelisah, meringis, lemas, terdapat luka gangren di jari kaki

kiri dengan kondisi nekrosis, terdapat nyeri tekan pada epigastrium, mengantuk, TD:

130/80 mmHg, N: 80 x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20 x/menit, TB: 156 cm, BB saat ini: 55

kg, BB sebelum sakit: 60 kg, GCS 14 E3 M6 V5, input: 2700cc, output: 2700cc, balance

cairan: 0, Hb: 12,4 (12,0-16,0 gr/dL), Ht : 36 (37-47%), Leukosit: 10.610 (4.800-

10.800/uL), Trombosit: 529.000(150.000-400.000/uL), Albumin: 2,7 (3,5-5,0 g/dL),

Ureum: 120 (20-50 mg/dL), GDS: 303 (<140 mg/dL).

9. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


1. DS: Nyeri akut Kerusakan dan

Klien mengatakan terdapat kematian jaringan

luka di jari kaki yang semakin (luka gangren)

melebar, nyeri pada jari kaki

kiri, penyebab luka akibat

tersandung, nyeri terasa

seperti tertusuk-tusuk, tempat

nyeri di jari kaki menyebar


35

sampai pergelangan kaki,

skala nyeri 2, nyeri dirasakan

jika kaki digerakkan.

DO:

Klien tampak gelisah,

meringis dan lemas.

TD: 130/80 mmHg

N: 80 x/menit

S: 36,5 ℃

RR: 20 x/menit
2. DS: Risiko Infeksi Pertahanan primer

Klien mengatakan terdapat tidak adekuat (luka

luka di jari kaki yang semakin gangren)

melebar, luka terjadi akibat

tersandung

DO:

Tampak terdapat luka gangren

di jari kaki kiri dengan kondisi

nekrosis

TD: 130/80 mmHg

N: 80 x/menit

S: 36,5 ℃

RR: 20 x/menit

Leukosit: 10.610/uL
36

3. DS: Ansietas Perubahan status

Klien mengatakan cemas dan kesehatan

takut karena kakinya akan di

amputasi, klien sulit tidur di

malam hari

DO:

Klien tampak lemas dan

gelisah

TD: 130/80 mmHg

N: 80 x/menit

S: 36,5 ℃

RR: 20 x/menit
4. DS: Ketidakstabilan Kurangnya

Klien mengatakan memiliki kadar glukosa kepatuhan terhadap

makanan pantangan dan darah rencana manajemen

makanan yang harus di makan diabetes

tetapi klien tidak mematuhi

anjuran, klien mudah haus,

banyak BAK terutama

dimalam hari dan mudah

lapar.

DO:

Klien tampak mengantuk

TD: 130/80 mmHg


37

N: 80 x/menit

S: 36,5 ℃

RR: 20 x/menit

GCS 14 E:3 M:6 V:5

Input: 2700cc, output: 2700

cc, balance cairan: 0,

GDS: 303 mg/dL

B. Diagnosa Keperawatan

Setelah dianalisa data diagnosa keperawatan yang sesuai prioritas sebagai berikut:

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurangnya kepatuhan

terhadap rencana manajemen diabetes.

2. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan dan kematian jaringan (luka gangren).

3. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (luka gangren).

4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

C. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi

Setelah diagnosa keperawatan ditetapkan, selanjutnya penulis membuat perencanaan,

dilanjutkan dengan pelaksanaan dan evaluasi untuk setiap diagnosa sesuai dengan

prioritas masalah sebagai berikut :

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurangnya

kepatuhan terhadap rencana manajemen diabetes.


38

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

kadar glukosa darah stabil

Kriteria Hasil : Kadar glukosa darah dalam batas normal (70-140 mg/dl)

Perencanaan :

a. Kaji keadaan umum klien

b. Ukur tanda-tanda vital tiap 8 jam

c. Observasi tingkat kesadaran

d. Lakukan pemeriksaan glukosa darah per hari

e. Berikan insulin novorapid 3x10 unit dan levemir 1x10 unit

f. Berikan larutan glukosa bila kadar glukosa kurang dari 70 mg/dL

g. Berikan diet makan lunak DM RP 1600 kal

Pelaksanaan :

Tanggal 1 April 2019

Pukul 08.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 130/80

mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 09.00

WIB melakukan pemeriksaan glukosa darah, hasil: 236 mg/dL. Pukul 11.00 WIB

mengobservasi tingkat kesadaran, hasil: GCS 14 E3M6V5, klien membuka mata jika

diberi rangsangan suara atau dipanggil namanya. Pukul 13.00 WIB memberikan injeksi

novorapid 10 unit, hasil: insulin masuk 10 unit via SC tiga jari di bawah deltoid. Pukul

13.15 memberikan makan lunak DM RP 1600 kal, hasil: klien makan habis 1 porsi.

Pukul 14.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 120/80

mmHg, N: 78x/menit, S: 36,3 ℃, RR: 18x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 18.00

memberikan makan lunak DM RP 1600 kal, hasil: klien makan habis 1 porsi. Pukul

20.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 130/80
39

mmHg, N: 82x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 18x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 21.00

WIB memberikan injeksi novorapid 10 unit, hasil: insulin masuk 10 unit via SC tiga jari

di bawah deltoid. Pukul 22.00 memberikan injeksi levemir 10 unit, hasil: insulin masuk

10 unit via SC tiga jari di bawah deltoid.

Tanggal 2 April 2019

Pukul 05.00 WIB memberikan injeksi novorapid 10 unit, hasil: insulin masuk 10 unit via

SC tiga jari di bawah deltoid. Pukul 08.00 WIB mengukur TTV, hasil TD: 130/70

mmHg, N: 85x/menit, S: 36,2 ℃, RR: 19x/menit, pukul 09.00 WIB melakukan

pemeriksaan glukosa darah, hasil: 153 mg/dL, pukul 10.00 mengobservasi tingkat

kesadaran, hasil: GCS 14 E3M6V5, klien membuka mata jika diberi rangsangan suara

atau dipanggil namanya. Pukul 13.00 memberikan injeksi novorapid 10 unit via SC,

hasil: insulin masuk 10 unit via SC tiga jari di bawah deltoid. Pukul 14.00 WIB

mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 140/80 mmHg, N:

85x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 17.00 memberikan

larutan D5% 20 tpm, hasil: infus D5% (sampai post operasi) paralel dengan NaCl 0,9%

20 tpm. Pukul 20.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD:

130/70 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah. Pukul

21.00 WIB memberikan injeksi novorapid 10 unit, hasil: insulin masuk 10 unit via SC

tiga jari di bawah deltoid. Pukul 22.00 memberikan injeksi levemir 10 unit, hasil: insulin

masuk 10 unit via SC tiga jari di bawah deltoid.

Tanggal 3 April 2019


40

Pukul 01.00 memberikan larutan D5% 20 tpm, hasil: infus D5% (sampai post operasi)

paralel dengan NaCl 0,9% 20 tpm Pukul 05.00 WIB memberikan injeksi novorapid 10

unit, hasil: insulin masuk 10 unit via SC tiga jari di bawah deltoid. Pukul 08.00 WIB

mengukur TTV, hasil TD: 120/70 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit,

pukul 09.00 WIB melakukan pemeriksaan glukosa darah, hasil: 141 mg/dL, pukul 11.00

mengobservasi tingkat kesadaran, hasil: GCS 14 E3M6V5, klien membuka mata jika

diberi rangsangan suara atau dipanggil namanya. Pukul 13.00 memberikan injeksi

novorapid 10 unit via SC, hasil: insulin masuk 10 unit via SC tiga jari di bawah deltoid.

Pukul 14.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 130/70

mmHg, N: 84x/menit, S: 36,4 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 17.00

memberikan larutan D5% 20 tpm, hasil: infus D5% (sampai post operasi) paralel dengan

NaCl 0,9% 20 tpm. Pukul 20.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum

klien, hasil TD: 130/80 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan

umum lemah. Pukul 21.00 WIB memberikan injeksi novorapid 10 unit, hasil: insulin

masuk 10 unit via SC tiga jari di bawah deltoid. Pukul 22.00 memberikan injeksi

levemir 10 unit, hasil: insulin masuk 10 unit via SC tiga jari di bawah deltoid.

Evaluasi tanggal 4 April 2019

S : Klien mengatakan mengantuk, tidak merasa pusing

O : Klien terpasang IVFD NaCl 0,9 % paralel D5 % 20 tpm, GDS: 150 mg/dL, TD:

130/90 mmHg, N: 90x/menit, S: 36,6 ℃, RR: 20x/menit

A : Tujuan tercapai sebagian, masalah belum teratasi

P : Tindakan keperawatan dilanjutkan.


41

2. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan dan kematian jaringan (luka

gangren).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil:

a. Klien tampak rileks

b. TTV dalam batas normal

c. Nyeri berkurang atau hilang

Perencanaan :

a. Kaji keadaan umum klien

b. Ukur tanda-tanda vital tiap 8 jam

c. Kaji status nyeri

d. Anjurkan klien untuk tarik nafas dalam bila terasa nyeri

Pelaksanaan :

Tanggal 1 April 2019

Pukul 08.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 130/80

mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah, pukul 08.15

WIB mengkaji status nyeri, hasil : klien mengatakan masih nyeri dengan skala nyeri 2,

pukul 08.20 WIB mengajarkan klien untuk tarik nafas dalam bila terasa nyeri, hasil :

klien memahami yang diajarkan. Pukul 14.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji

keadaan umum klien, hasil TD: 120/80 mmHg, N: 78x/menit, S: 36,3 ℃, RR:

18x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 20.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji

keadaan umum klien, hasil TD: 130/80 mmHg, N: 82x/menit, S: 36,5 ℃, RR:

18x/menit, keadaan umum lemah.


42

Tanggal 2 April 2019

Pukul 08.00 WIB mengukur TTV, hasil TD: 130/70 mmHg, N: 85x/menit, S: 36,2 ℃,

RR: 19x/menit, pukul 09.30 mengkaji status nyeri dan menganjurkan klien

menggunakan teknik relaksasi jika nyeri, hasil: nyeri masih terasa dengan skala 2 dan

klien mengikuti anjuran. Pukul 14.00 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil TD: 140/80

mmHg, S:36,5 ℃, N: 85x/menit, RR: 20x/menit. Pukul 20.00 WIB mengukur TTV dan

mengkaji keadaan umum: hasil TD: 140/80 mmHg, S:36,5 ℃, N: 80x/menit, RR:

20x/menit, keadaan umum lemah.

Tanggal 3 April 2019

Pukul 08.00 WIB mengukur TTV, hasil TD: 160/90 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,6 ℃,

RR: 20x/menit. Pukul 11.00 WIB mengkaji status nyeri dan menganjurkan klien untuk

tarik nafas dalam bila terasa nyeri, hasil : klien mengatakan nyeri berkurang dengan

skala 1 dan klien mengikuti anjuran. Pukul 14.00 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil

TD: 130/70 mmHg, S:36,4 ℃, N: 80x/menit, RR: 22x/menit. Pukul 21.00 WIB

mengukur TTV: hasil TD: 130/80 mmHg, S:36,5 ℃, N: 80x/menit, RR: 20x/menit.

Evaluasi tanggal 4 April 2019

S : Klien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 1

O : Klien tampak rileks, TD: 130/90 mmHg, N: 90x/menit, S: 36,6 ℃, RR: 20x/menit

A : Tujuan tercapai sebagian, masalah belum teratasi

P : Tindakan keperawatan dilanjutkan


43

3. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (luka

gangren)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

masalah teratasi

Kriteria Hasil:

a. Tidak ada tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, dolor, kalor, fungsio laesa)

b. TTV dalam batas normal

c. Leukosit dalam batas normal (4.800-10.800/ul)

Perencanaan :

a. Kaji keadaan umum klien

b. Ukur tanda-tanda vital tiap 8 jam

c. Kaji tanda-tanda infeksi

d. Lakukan perawatan luka dengan menggunakan salep sulfadiazine silver 10mg setiap

hari

e. Berikan antibiotik Ceftriaxone 2 gr/ 24 jam (pukul 12.00)

Pelaksanaan :

Tanggal 1 April 2019

Pukul 08.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 130/80

mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah, pukul 09.30

WIB melakukan perawatan luka dengan menggunakan salep sulfadiazine silver 10 mg,

mengkaji tanda-tanda infeksi, hasil: luka tampak nekrosis, luka dibalut kassa, terdapat

tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, dan fungsio laesa). Pukul 12.00 memberikan injeksi

ceftriaxone 2 gr, hasil: obat masuk via bolus, tidak ada reaksi alergi. Pukul 14.00 WIB
44

mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 120/80 mmHg, N:

78x/menit, S: 36,3 ℃, RR: 18x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 20.00 WIB

mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 130/80 mmHg, N:

82x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 18x/menit, keadaan umum lemah.

Tanggal 2 April 2019

Pukul 08.00 WIB mengukur TTV, hasil TD: 130/70 mmhg, N: 85x/menit, S: 36,2 ℃,

RR: 19x/menit, pukul 09.30 WIB melakukan perawatan luka dengan menggunakan

salep sulfadiazine silver 10 mg dan mengkaji tanda-tanda infeksi, hasil: luka tampak

nekrosis, luka dibalut kassa, terdapat tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, dan fungsio

laesa). Pukul 12.00 memberikan injeksi ceftriaxone 2 gr, hasil: obat masuk via bolus,

tidak ada reaksi alergi. Pukul 14.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum

klien, hasil TD: 140/80 mmHg, N: 85x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan

umum lemah. Pukul 20.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien,

hasil TD: 130/70 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum

lemah.

Tanggal 3 April 2019

Pukul 08.00 WIB mengukur TTV, hasil TD: 160/90 mmhg, N: 80x/menit, S: 36,6 ℃,

RR: 20x/menit, pukul 09.30 WIB melakukan perawatan luka dengan menggunakan

salep sulfadiazine silver 10 mg dan mengkaji tanda-tanda infeksi, hasil: luka tampak

nekrosis, luka dibalut kassa, terdapat tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, dan fungsio

laesa). Pukul 12.00 memberikan injeksi ceftriaxone 2 gr, hasil: obat masuk via bolus,

tidak ada reaksi alergi. Pukul 14.00 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil TD: 130/70
45

mmHg, S:36,4 ℃, N: 80x/menit, RR: 22x/menit. Pukul 21.00 WIB mengukur TTV:

hasil TD: 130/80 mmHg, S:36,5 ℃, N: 80x/menit, RR: 20x/menit.

Evaluasi tanggal 4 April 2019

S : Klien mengatakan nyeri berkurang

O : Luka sudah di operasi, luka terbalut elastis verban, TD: 130/90 mmHg, N:

90x/menit, S: 36,6 ℃, RR: 20x/menit

A : Tujuan tercapai sebagian, masalah belum teratasi

P : Tindakan keperawatan dilanjutkan

4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

ansietas berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :

a. Klien tampak lebih tenang

b. TTV dalam batas normal

Perencanaan :

a. Kaji keadaan umum klien

b. Ukur tanda-tanda vital per 8 jam

c. Identifikasi tingkat kecemasan dengan menanyakan perasaan klien

d. Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi

Pelaksanaan :

Tanggal 1 April 2019


46

Pukul 08.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 130/80

mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 10.00

WIB mengidentifikasi tingkat kecemasan dengan menanyakan perasaan klien, hasil:

klien mengatakan sangat takut karena baru pertama kali di operasi. Pukul 14.00 WIB

mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 120/80 mmHg, N:

78x/menit, S: 36,3 ℃, RR: 18x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 20.00 WIB

mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 130/80 mmHg, N:

82x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 18x/menit, keadaan umum lemah.

Tanggal 2 April 2019

Pukul 08.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum, hasil TD: 130/70

mmHg, N: 85x/menit, S: 36,2 ℃, RR: 19x/menit, keadaan umum lemas. Pukul 10.00

WIB mengidentifikasi tingkat kecemasan dengan menanyakan perasaan klien, hasil:

klien mengatakan takut karena akan dioperasi. Pukul 11.20 menganjurkan klien untuk

teknik relaksasi dan berdoa jika cemas, hasil: klien mengikuti anjuran. Pukul 14.00 WIB

mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 140/80 mmHg, N:

85x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 20.00 WIB

mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 130/70 mmHg, N:

80x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah

Tanggal 3 April 2019

Pukul 08.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umun, hasil TD: 120/70

mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 11.00

WIB mengidentifikasi tingkat kecemasan dengan menanyakan perasaan klien, hasil:


47

klien mengatakan sudah pasrah dan cemas sudah mulai berkurang setelah diberikan

penjelasan-penjelasan oleh dokter dan perawat. Pukul 14.00 menganjurkan klien untuk

teknik relaksasi dan berdoa jika cemas, hasil: klien mengikuti anjuran. Pukul 14.00 WIB

mengukur tanda-tanda vital, hasil TD: 130/70 mmHg, S:36,4 ℃, N: 80x/menit, RR:

22x/menit. Pukul 21.00 WIB mengukur TTV: hasil TD: 130/80 mmHg, S:36,5 ℃, N:

80x/menit, RR: 20x/menit

Evaluasi tanggal 4 April 2019

S : Klien mengatakan sudah tenang karena sudah selesai operasi

O : Klien tampak lebih tenang, TD: 130/90 mmHg, N: 90x/menit, S: 36,6 ℃, RR:

20x/menit

A : Tujuan tercapai, masalah teratasi

P : Tindakan keperawatan dihentikan

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan akan dijelaskan mengenai kesenjangan data antara teori dan kasus,

faktor penunjang dan penghambat dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pada tahap pengkajian antara teori dan kasus, ditemukan adanya kesenjangan. Pada

factor risiko dalam teori disebutkan usia diatas 45 tahun, memiliki keluarga (ayah, ibu,
48

atau saudara) yang terkena diabetes, kegemukan, menderita penyakit jantung, kolesterol

tinggi (HDL di bawah 35 mg/dL atau trigyceride di atas 250 mg/dL), ras tertentu

termasuk diantaranya Asia, pernah terdiagnosis prediabetes, jarang berolahraga,

menderita diabetes gestasional, pola makan yang tidak sehat. Sedangkan pada kasus

factor risiko penyebab pada klien adalah karena factor keturunan, uisa diatas 45 tahun,

dan pola makan yang tidak sehat. Pada kasus terdapat pemeriksaan foto thorax dengan

kesan Kardiomegali ringan dan Suspek proses spesifik paru, DD/ pneumonia.

Pada pengkajian tidak ditemukan banyak hambatan karena klien dan keluarga sangat

kooperatif dan saat diberikan pertanyaan dapat memberikan jawaban yang jelas, serta

data-data yang dibutuhkan sudah cukup lengkap dan perawat ruangan juga sudah cukup

membantu dalam memberikan informasi yang dibutuhkan.

B. Diagnosa keperawatan
48
Pada teori ditemukan 4 (empat) diagnosa keperawatan dan pada kasus ditemukan 4

(empat) diagnosa keperawatan.

Diagnosa keperawatan yang ditemukan diteori tapi tidak ditemukan dikasus adalah:

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, diare,

muntah, diuresis osmotik. Hal ini dikarenakan balance cairan pada klien 0 dan tidak

ditemukan adanya kehilangan cairan aktif, diare, muntah, diuresis osmotik.

2. Keletihan berhubungan dengan kondisi penyakit, kondisi fisik buruk, stress,

perubahan kimia tubuh, peningkatan kebutuhan energi. Hal ini dikarenakan klien masih
49

bisa melakukan kegiatan secara mandiri dan dibantu sebagian, serta tidak ada keluhan

merasa letih.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus tetapi tidak ditemukan

pada teori adalah:

1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan dan kematian jaringan (luka gangren).

Hal ini dikarenakan klien selalu mengeluh nyeri pada pada jari kaki kiri, nyeri

seperti tertusuk-tusuk dan menyebar sampai pergelangan kaki.

2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Hal ini dikarenakan klien

akan di amputasi salah satu jari kaki kirinya dan ini menyebabkan klien cemas dan

takut.

Faktor penunjang dalam penentuan diagnosa keperawatan yaitu klien dan keluarga yang

sangat kooperatif dalam menjawab pertanyaan dan dukungan dari pembimbing yang

memberikan arahan dan informasi sesuai dengan kebutuhan penulis, sehingga penulis

tidak menemukan hambatan dalam merumuskan diagnosa keperawatan.

C. Perencanaan

Menurut teori langkah-langkah perencanaan meliputi prioritas masalah, menetapkan

tujuan, menentukan kriteria hasil serta menyusun rencana tindakan.

Prioritas masalah antara teori dan kasus berbeda, prioritas masalah pada teori yaitu

kekurangan volume cairan sedangkan pada kasus prioritas masalahnya yaitu

ketidakstabilan kadar glukosa darah. Masalah ini menjadi prioritas karena kadar glukosa

darah klien tidak stabil dan dapat mengancam jiwa jika tidak segera ditangani. Pada
50

penetapan tujuan ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus. Teori tidak ada

batasan waktu dalam mengatasi masalah, sedangkan pada kasus penulis menetapkan

batasan waktu sebagai patokan dalam mengukur pencapaian tujuan akhir. Pada kasus

untuk mencapai tujuan terhadap masalah klien ditetapkan dengan 3x24 jam karena untuk

memudahkan melaksanakan tidakan keperawatan dan melakukan evaluasi.

Pada perencanaan tindakan pada kasus disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang

ditemukan pada klien. Tidak semua perencanaan pada teori ditulis dalam kasus karena

disesuaikan dengan kondisi klien pada saat itu. Perencanaan pada kasus sudah dibuat

berdasarkan SMART (Spesifik, Measurable, Achievable, Realistic, dan Timing) serta

sudah disususn secara sistematis (dari tindakan mandiri sampai kolaborasi) dan

operasional agar memudahkan dalam penulisan evaluasi.

Dalam perencanaan penulis tidak mengalami hambatan karena setiap rencana disusun

sesuai dengan kondisi klien dan mengacu pada teori serta mendapat dukungan dan

kerjasama dari klien, keluarga dan perawat ruangan.

D. Pelaksanaan

Pada pelaksanaan semua rencana dilakukan secara kerjasama antara penulis dengan

perawat ruangan. Semua tindakan yang dilakukan dan respon klien terhadap setiap

tindakan didokumentasikan pada catatan keperawatan, selain itu juga setiap perawat

yang melakukan tindakan mencatat diagnosa keperawatan yang diintervensi, waktu

pelaksanaan tindakan dan menandatangani catatan keperawatan yang dilakukan.

Tindakan pada diagnosa keperawatan semuanya dapat dilakukan. Dalam melakukan

pelaksanaan penulis tidak menemukan hambatan. Faktor penunjang dalam memberikan

asuhan keperawatan yaitu klien dan keluarga yang sangat kooperatif sehingga dapat

menerima setiap tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien.


51

E. Evaluasi

Setelah melakukan tindakan keperawatan, maka langkah yang terakhir adalah evaluasi

terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien. Dari empat diagnosa

keperawatan yang ditemukan pada klien tiga diagnose yaitu ketidakstabilan kadar

glukosa darah berhubungan dengan kurangnya kepatuhan terhadap rencana manajemen

diabetes, nyeri akut berhubungan dengan kerusakan dan kematian jaringan (luka

gangren), dan risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (luka

gangren) tujuan tercapai sebagian dan masalah belum teratasi sehingga intervensi

dilanjutkan sedangkan satu diagnosa yaitu ansietas berhubungan dengan perubahan

status kesehatan teratasi sehingga intervensi dihentikan.

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan hasil pembahasan yang telah dilakukan. Untuk

selanjutnya memberikan masukan berupa saran yang nantinya dapat bermanfaat.

A. Kesimpulan

Setelah memberikan asuhan keperawatan dan melakukan pembahasan antara teori dan

kasus, maka penulis dapat membuat kesimpulan, sebagai berikut:

1. Pada pengkajian data yang ditemukan sesuai dengan klien terhadap penyakitnya.

Hal ini memberikan pengalaman bagi penulis bahwa respon klien terhadap penyakitnya
52

berbeda, tergantung tingkat keparahan dan penerimaan klien terhadap penyakitnya.

Selain itu kerjasama klien, keluarga dan perawat ruangan sangat membantu sehingga

dalam pengkajian tidak menemukan hambatan.

2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus disesuaikan dengan data yang

diperoleh pada pengkajian sebagai respon klien terhadap penyakitnya sehingga pada

kasus hanya ditemukan empat diagnosa keperawatan yang perlu diatasi oleh perawat.

3. Perencanaan dibuat sesuai dengan kondisi klien, mulai dari penentuan prioritas,

penetapan tujuan dan kriteria hasil, serta menyusun rencana tindakan.

4. Pelaksanaan pada kasus disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat dan semua

tindakan yang dilakukan didokumentasikan pada catatan keperawatan.

5. Evaluasi asuhan keperawatan dari empat diagnosa yang ditemukan, tiga diagnose

masih perlu di intervensi ulang dan satu diagnosa sudah teratasi.


52

B. Saran

Setelah penulis menguraikan dan menyimpulkan, penulis dapat mengidentifikasi

kelebihan dan kekurangan yang ada, maka selanjutnya penulis menyampaikan saran

yang ditujukan kepada perawat ruangan, klien dan keluarga sebagai berikut :

1. Kerjasama dengan klien dan keluarga agar tetap dipertahankan dan ditingkatkan

agar asuhan keperawatan yang diberikan pada klien akan lebih optimal.

2. Untuk keluarga agar dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya di

rumah sakit.
53

3. Kepada perawat ruangan yang sudah memberikan asuhan keperawatan kepada

klien secara optimal agar dapat dipertahankan.

DAFTAR PUSTAKA

Anies. (2018). Penyakit Degeneratif: Mencegah & Mengatasi Penyakit Degeneratif


dengan Perilaku & Gaya Hidup Modern yang Sehat. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.

Digiulio, Mary, dan Jackson, Donna. (2014). Medical Surgical Nursing. Alih Bahasa:
Dwi Prabantini. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Doenges, Marilynn. E; Moorhouse, M. F; dan Murr, Alice. C.(2018). Nursing Care


Plans: Guidelines for Individualizing Client Care Across the Life Span, 9th Ed.
Alih Bahasa: Bhetsy Angelina. Jakarta: EGC.

Hasdianah; dan Imam, Sentot. (2014). Patologi & Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta:
Nuhamedika.
54

International Diabetes Federation. (2015). IDF Diabetes Atlas 7th Edition. Brussels:
International Diabetes Federation. http://www.diabetesatlas.org/. (Diakses pada
13 April 2019).

Nugroho, Taufan. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit


Dalam. Yogyakarta: Nuhamedika.

Nurarif, Amin Huda, dan Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC jilid 1. Yogyakarta :
MediAction.

Paramita. (2011). Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta: PT. Indeks.

Smeltzer, Suzzane. (2014). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical


Nursing. Alih Bahasa: Agung Waluyo. Jakarta : EGC

Soegondo. (2015). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit


FKUI.

Suiraoka. (2012). Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuhamedika.

Tandra. (2009). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta:
Kompas Gramedia.

Tjahjadi, Vicynthia. (2017). Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer,


“DIABETES”. Yogyakarta: Romawi Pustaka.

Waspadji, S. (2009). Diabetes Mellitus: Penyakit Kronik dan Pencegahannya. Dalam:


Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

World Health Organization. (2017). Global Report on Diabetes. France:World Health


Organization. http://www.who.int/diabetes/global-report/en/. (Diakses pada
tanggal 13 April 2019).
55
56

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Pathway

Umur > 45 tahun Kurang gerak Faktor keturunan

Penurunan fungsi Metabolisme turun Produksi insulin turun

sel beta pankreas

Pembakaran glukosa mjd Kadar gula darah

Produksi insulin energi turun menigkat


57

menurun

Kadar gula darah meningkat

Kadar gula darah

meningkat Glukosa diubah mjd glikogen

Disimpan di hati dan otot

Obesitas

Lemak bebas dan gula darah tinggi

Memblokir kerja insulin

Insulin resistence

Gula darah tidak dapat diserap oleh tubuh

Kadar gula darah meningkat

Hiperglikemia

Diabetes mellitus

Ginjal tidak dapat Viskositas darah meningkat Pengobatan dan

mengabsorbsi glukosa kontrol tidak teratur

Pembuluh darah menyempit


58

Kerusakan glomerulus Glukosa tidak stabil

ginjal Aliran darah menurun

Ketidakstabilan kadar
Glomerulosklerosis Suplai O2 ke perifer terganggu glukosa darah

Kegagalan proses filtrasi Daerah yang terluka tidak mendapatkan

suplai nutrisi yang cukup

Glukosuria

Iskemia jaringan

Diuresis osmotik

Gangren

Glukosa menarik air

Risiko infeksi
Poliuri

Kekurangan kalori

Kekurangan volume cairan


Sel kekurangan bahan untuk metabolisme

Merangsang

Protein dan lemak dibakar hipotalamus (pusat


lapar dan haus)

Berat badan menurun

Polifagi, Polidipsi

keletihan
59

LAMPIRAN 2
60

LAMPIRAN
61

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Faiza Jihan Fikriyah

NIM : 16.040

N TANGGAL MATERI KOMENTAR/SARAN TANDA

O KONSULTAS PEMBIMBING TANGAN

Anda mungkin juga menyukai