H DENGAN DIABETES
MELLITUS TYPE II DI LANTAI V PAVILIUN DARMAWAN
RSPAD GATOT SOEBROTO
JAKARTA
DISUSUN OLEH :
16040
JAKARTA
2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. H DENGAN DIABETES
MELLITUS TYPE II DI LANTAI V PAVILIUN DARMAWAN
RSPAD GATOT SOEBROTO
JAKARTA
DISUSUN
OLEH :
16040
JAKARTA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN
i
Makalah ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. H Dengan Diabetes
Mellitus Tipe 2 Di Lantai V Paviliun Darmawan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta” ini
telah disetujui untuk diujikan pada ujian sidang dihadapan tim penguji.
Pembimbing Makalah
Mengetahui
Makalah ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. H Dengan Diabetes
Mellitus Tipe 2 Di Lantai V Paviliun Darmawan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta” ini
telah diujikan dan dinyatakan “LULUS” dalam Ujian Sidang dihadapan Tim Penguji
pada
Penguji I
Penguji II
iii
Agama : Islam
Alamat :
Nama Ayah :
Nama Ibu :
Nama Saudara :
Pendidikan :
iv
MOTTO
ABSTRAK
v
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik kronis yang ditandai dengan kadar glukosa
darah tinggi atau hiperglikemia akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif,
termasuk salah satu penyakit patologik. Pada makalah ini akan dibahas tentang Asuhan
Keperawatan dengan Diabetes Mellitus tipe 2 di lantai V Paviliun Darmawan RSPAD
Gatot Soebroto dengan memberikan asuhan keperawatan selama tiga hari. Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan pada Ny. H dengan Diabetes Mellitus tipe 2. Metode yang
digunakan dalam makalah ini adalah metode deskriptif, tipe studi kasus dan
kepustakaan. Adapun pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan adalah proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi dari seluruh tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan. Dari hasil pengkajian didapatkan empat diagnosa keperawatan
yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurangnya kepatuhan
terhadap rencana manajemen diabetes, nyeri akut berhubungan dengan kerusakan dan
kematian jaringan (luka gangren), risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer
tidak adekuat (luka gangren), ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tindakan yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan diantaranya
memonitor tanda-tanda vital, memonitor kadar gula darah, melakukan perawatan luka,
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, memberikan larutan D5% 20 tpm sampai post
operasi. Dari empat diagnosa keperawatan yang diangkat, tiga diagnosa keperawatan
masalah belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan sedangkan satu diagnosa
keperawatan masalah teratasi sehingga intervensi dihentikan. Dalam melakukan asuhan
keperawatan penulis menemukan beberapa hambatan, namun dapat diatasi karena
beberapa faktor pendukung diantaranya klien dan keluarga yang sangat kooperatif,
dosen pembimbing, clinical instructor (CI), dan perawat ruangan yang selalu
membimbing penulis pada saat kesulitan, mulai dari pengumpulan data, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
KATA PENGANTAR
vi
Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat rahmat-Nya serta do’a dari keluarga sehingga
Gatot Subroto Jakarta. Dalam penyusunan makalah ini penulis menemui beberapa
hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan, arahan, dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, sehingga makalah ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan
1. Letkol CKM Memed Sena Setiawan, S.Kp, M.Pd selaku Direktur Akademi
3. Ns. Desnita Fitri, S. Kep, MARS selaku penguji II yang telah memberikan banyak
4. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Keperawatan RSPAD Gatot Soebroto yang
vii
5. Untuk orangtua penulis yang selalu memberikan semangat, do’a, dan dukungan baik
moril maupun materil setiap saat kepada penulis dalam menyelesaikan makalah
ilmiah ini.
7. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
Penulis
viii
DAFTAR ISI
MOTTO …………………..………………………………..…………................ v
ABSTRAK …………………..………………………………..…………............ vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian ………………………………………….………………...…. 7
B. Patofisiologi ………………………………………….…..…………….. 8
C. Penatalaksanaan ………………………………………………………... 12
D. Pengkajian ………………………..………………………..………........ 16
E. Diagnosa Keperawatan ……………..…………………..……………..... 18
F. Perencanaan …………………………..…………………...…………….. 18
G. Pelaksanaan ………………………...…………………….……………... 21
H. Evaluasi …………………………………..………………………….….. 21
ix
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian …………………………………….………………………… 22
B. Diagnosa Keperawatan ……………………….…………………..…….. 35
C. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi ……………………………….. 36
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ………………………………………………………………. 46
B. Diagnosa Keperawatan …………………………………………………. 47
C. Perencanaan …………………………………………….………………. 48
D. Pelaksanaan ………………………………………….………………….. 49
E. Evaluasi …………………………………………………..…...………… 49
BAB V PENUTUP
Kesimpulan ……………………….……………………….…………………… 50
Saran ……………………………………………………….………...………… 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang latar belakang, tujuan penulisan, ruang
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) dikenal oleh masyarakat sebagai penyakit kencing manis atau
penyakit menahun yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula darah sebagai
akibat dari adanya gangguan sistem metabolisme di dalam tubuh. Hal ini dapat
disebabkan oleh gagalnya organ pankreas untuk memproduksi hormon insulin sesuai
hormon insulin bertanggung jawab dalam mengatur kadar glukosa darah. Hormon ini
energi. Apabila di dalam tubuh kekurangan hormon insulin maka dapat menyebabkan
hiperglikemi.
DM merupakan penyakit kronis yang berkaitan dengan defisiensi atau resistansi insulin
relative atau absolut, dan ditandai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein,
dan lemak. Kondisi ini muncul dalam dua bentuk, yaitu tipe 1, ditandai dengan
insufisiensi insulin absolut, dan tipe 2, ditandai resistansi insulin disertai kelainan sekresi
insulin berbagai tingkatan. Serangan tipe 1 biasanya muncul sebelum penderita berusia
1
2
30 tahun (namun bisa muncul pada penderita usia berapapun), biasanya pasien menjadi
mendapatkan kontrol. Sebaliknya, tipe 2 biasanya muncul pada pasien dewasa yang
berusia lebih dari 40 tahun dan mengalami obesitas, namun tipe ini makin banyak
paling sering menyebabkan gagal ginjal dan kebutaan pada orang yang baru menginjak
masa dewasa.
pilar penatalaksanaan. Diet menjadi salah satu hal penting dalam empat pilar
seimbang. Meningkatnya gula darah pada pasien DM berperan sebagai penyebab dari
ketidakseimbangan jumlah insulin, oleh karena itu diet menjadi salah satu pencegahan
agar gula darah tidak meningkat, dengan diet yang tepat dapat membantu mengontrol
Pola makan yang tidak teratur yang terjadi pada masyarakat saat ini dapat menyebabkan
(Suiraoka, 2012). Penderita DM harus memperhatikan pola makan yang meliputi jadwal,
jumlah, dan jenis makanan yang dikonsumsi. Kadar gula darah meningkat drastis setelah
DM tipe 2 merupakan golongan diabetes dengan prevalensi tertinggi. Hal ini disebabkan
karena berbagai faktor diantaranya faktor lingkungan dan faktor keturunan. Faktor
seseorang yang mulanya konsumsi makanan yang sehat dan bergizi dari alam menjadi
konsumsi makanan yang cepat saji. Makanan cepat saji berisiko menimbulkan obesitas
sehingga seseorang berisiko DM tipe 2. Orang dengan obesitas memiliki risiko 4 kali
lebih besar mengalami DM tipe 2 daripada orang dengan status gizi normal (WHO,
2017).
Data dari berbagai studi global menyebutkan bahwa penyakit DM adalah masalah
kesehatan yang besar. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan jumlah penderita diabetes
dari tahun ke tahun, pada tahun 2015 menyebutkan sekitar 415 juta orang dewasa
memiliki diabetes, kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta di tahun 1980an. Apabila tidak ada
tindakan pencegahan maka jumlah ini akan terus meningkat tanpa ada penurunan.
Diperkirakan pad atahun 2040 meningkat menjadi 642 juta penderita (IDF, 2015).
Pada 2015, penderita diabetes melitus di Indonesia dapat di perkirakan mencapai 10 juta
orang dengan rentang usia 20-45 tahun dikutip dari (Federasi Diabetes Internasional).
Namun hanya sekitar separo dari mereka yang menyadari kondisinya. Sementara itu,
4
hasil penelitian Riskesdas (Riset kesehatan dasar) dari Kementrian Kesehatan Indonesia
pada 2013 sekitar 12 juta penduduk Indonesia yang berusia di atas 15 tahun menderita
DM tipe 2. Hal ini berarti 65% dari total penduduk usia di atas 15 tahun, tetapi hanya
26% saja yang sudah terdiagnosis. Sementara itu, sisanya tidak menyadari dirinya
Menurut catatan register di lantai V Paviliun Darmawan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta
terhitung sejak 3 bulan terakhir yaitu bulan Januari 2019 sampai Maret 2019, jumlah
klien yang dirawat sebanyak 536 orang, yang mengalami masalah DM tipe 2 sebanyak
12 orang atau 2,2 %. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi diabetes mellitus
adalah luka gangren dan hipoglikemi. Dalam kejadian penyakit diabetes mellitus ini
pelayanan kesehatan yang bersifat promosi kesehatan. Peran perawat sebagai preventif
yaitu sebuah usaha yang dilakukan perawatan untuk mencegah terjadinya sesuatu yang
tidak diinginkan. Peran perawat sebagai kuratif yaitu untuk mengobati klien yang
mengalami diabetes mellitus.. Peran perawat rehabilitatif yaitu upaya untuk memperoleh
pada klien dengan diabetes mellitus tipe 2 dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.
5
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
klien dengan diagnosa Diabetes Mellitus tipe 2 di lantai V Paviliun Darmawan RSPAD
2. Tujuan Khusus
serta justifikasinya.
keperawatan.
C. Ruang Lingkup
Penulisan makalah ini merupakan pembahasan pemberian asuhan keperawatan pada Ny.
Soebroto Jakarta yang dilaksanakan selama tiga hari mulai tanggal 1 April 2019 sampai
3 April 2019.
6
D. Metode Penulisan
1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dimana penulis mengelola salah satu kasus
endokrin dengan diabetes mellitus tipe 2 dan diberikan asuhan keperawatan dengan
digunakan dengan cara wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang
digunakan adalah data primer yang diperoleh langsung dari klien, data sekunder
diperoleh dari keluarga sedangkan data tersier diperoleh dari tenaga kesehatan dengan
2. Studi kepustakaan, yaitu penulis mempelajari buku sumber dan jurnal yang
E. Sistematika Penulisan
Bab satu : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,
metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab dua : Tinjauan Teori yang terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Bab tiga : Tinjauan Kasus yang terdiri dari
dan evaluasi. Bab lima : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pada bab ini penulis akan menguraikan tinjauan teori asuhan keperawatan pada klien
ini disusun secara singkat dan jelas, terkait dengan judul dan akan digunakan sebagai
A. Pengertian
Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolik kronis yang ditandai dengan kadar
glukosa darah tinggi, yaitu ketika tubuh tidak dapat memetabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein karena kekurangan hormone insulin atau penggunaan hormon insulin yang
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Diabetes mellitus adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun
Diabetes mellitus tipe 2 atau sering juga disebut dengan Non Insuline Dependent
terjadinya resistensi tubuh terhadap efek insulin yang diproduksi oleh sel beta pankreas.
7
8
Keadaan ini akan menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi naik tidak terkendali
(Anies, 2018)
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus tipe 2 atau
disebut juga Non Insuline Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) adalah gangguan
metabolik yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
B. Patofisiologi
Banyak faktor penyebab terjadinya penyakit diabetes mellitus tipe 2, yaitu usia diatas 45
tahun, memiliki keluarga (ayah, ibu, atau saudara) yang terkena diabetes, kegemukan,
menderita penyakit jantung, kolesterol tinggi (HDL di bawah 35 mg/dL atau trigyceride
di atas 250 mg/dL), ras tertentu termasuk diantaranya Asia, pernah terdiagnosis
prediabetes, jarang berolahraga, menderita diabetes gestasional, pola makan yang tidak
sehat.
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel beta yang terdapat dalam pankreas. Pada
keadaan normal, kadar insulin dalam darah akan berubah-ubah tergantung kadar gula
dalam darah. Kadar insulin akan meningkat sesaat setelah makan dan akan menurun
ketika tidak memakan sesuatu. Fungsi utama insulin adalah mendistribusikan glukosa
yang terdapat dalam darah ke seluruh tubuh guna dimetabolisme untuk menghasilkan
9
energi. Bila kadar glukosa yang ada melebihi kebutuhan maka kelebihan itu akan
disimpan dalam hati. Simpanan glukosa ini akan dilepaskan jika diperlukan.
Saat seseorang menderita diabetes mellitus tipe 2 maka ada dua kemungkinan yang
terjadi. Yaitu, sel beta yang terdapat dalam pankreas produksi insulinnya tidak
mencukupi atau produksinya cukup tetapi tubuh resisten terhadap insulin. Kedua
keadaan ini akan menyebabkan kadar glukosa dalam darah akan meningkat (Anies,
2018).
glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia
yang parah yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160-
180 mg/100 ml), akan timbul glukosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik
yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat.
Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar
bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat
badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau
kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan
oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan
penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan
e. Berat badan turun karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.
proses kesembuhan.
pembuluh darah jantung dengan nyeri dada (angina), serangan jantung, stroke,
Glukosa berlebihan dapat melukai dinding pembuluh darah kecil (kapiler) yang memberi
makan syaraf, terutama kaki. Hal ini dapat menyebabkan kesemutan, kebas, rasa
terbakar dan nyeri. Kerusakan syaraf biasanya terjadi berangsur dalam jangka waktu
lama. Kerusakan syaraf pada kaki atau aliran darah yang buruk ke arah kaki
meningkatan risiko berbagai komplikasi kaki. Apabila tidak ditangani, luka dan lepuh
dapat menjadi infeksi yang serius. Neuropati diabetik perifer merupakan penyakit
11
neuropati yang paling sering terjadi. Gejala dapat berupa hilangnya sensasi distal.
Diabetes dapat merusak banyak pembuluh darah kecil yang menyaring limbah dari
darah. Kerusakan berat dapat menjurus pada kegagalan ginjal atau penyakit ginjal tahap
akhir, yang tak dapat pulih kembali, yang memerlukan dialisis atau transplatansi ginjal.
Nefropati diabetik adalah penyebab utama penyakit ginjal stadium akhir dan
perkembangan dari penyakit ginjal stadium akhir dan penyakit kardiovaskuler dapat
Nefropati diabetik ditandai dengan albuminuria menetap > 300 mg/24 jam atau > 200
ig/menit pada minimal 2x pemeriksaan dalam waktu 3-6 bulan. Berlanjut menjadi
d. Kerusakan mata
Diabetes dapat merusak pembuluh darah retina (diabetic retinopati). Diabetik retinopati
dapat menyebabkan kebutaan. Diabetes dapat juga menjurus pada katarak dan risiko
yang lebih besar terjadinya glaukoma. Pada retinopati diabetik proliferatif terjadi
berproliferasi ke bagian dalam korpus vitreum, bila tekanan meninggi saat berkontraksi
maka bisa terjadi perdarahan masif yang berakibat penurunan penglihatan mendadak.
e. Kondisi kulit
Diabetes dapat membuat penderita DM lebih rentan pada masalah kulit, termasuk infeksi
f. Osteoporosis
Diabetes dapat menjurus ke densitas mineral tulang lebih rendah dari normal,
C. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah
sebagai berikut :
1. Penatalaksanaan Medis
melepaskan cadangan insulinnya. Yang termasuk obat jenis ini adalah Glibenklamid dan
Tolbutamid Klorporamid.
Pasien dengan DM tipe 1 tidak mampu memproduksi insulin dalam tubuhnya, sehingga
sangat tergantung pada pemberian insulin. Berbeda dengan DM tipe 2 yang tidak
13
glukosa darah dalam mempertahankan kehidupan. Tujuan pemberian insulin ialah untuk
meningkatkan transport glukosa ke dalam sel dan menghambat konversi glikogen dan
asam amino menjadi glukosa. Berdasarkan daya kerjanya insulin dibedakan menjadi:
1) Rapid-acting insulin : Jenis insulin ini bekerja sangat cepat dalam menurunkan
kadar gula darah tubuh. Oleh karena itu, digunakan 15 menit sebelum makan. Berikut
a) Insulin lispro (Humalog), jenis ini hanya membutuhkan waktu sekitar 15-30
menit untuk mencapai pembuluh darah dan mampu menurunkan kadar gula darah dalam
30-60 menit. Dapat menjaga gula darah normal selama 3-5 jam
b) Insulin Asprat (Novolog), hanya membutuhkan waktu 10-20 menit untuk masuk
ke pembuluh darah dan dapat menurunkan kadar gula darah 40-50 menit. Selain itu,
jenis insulin ini dapat mempertahankan kadar gula darah normal selama 3-5 jam.
c) Insulin gluisine (Apidra), memerlukan waktu selama 20-30 menit untuk sampai
ke pembuluh darah, mampu menurunkan kadar gula darah dalam waktu 30-90 menit dan
2) Short-acting insulin : Jenis insulin ini dapat menurunkan kadar gula darah
dengan cepat, tetapi tidak secepat rapid-acting. Biasanya, insulin ini akan diberikan 30-
60 menit sebelum makan. Contohnnya reguler atau novolin, yang mampu mencapai
pembuluh darah dalam waktu 30-60 menit, bekerja dengan cepat dan mempertahankan
waktu 2-5 jam, serta mempertahankan kadar gula darah hingga 5-8 jam.
3) Long-acting insulin : Jenis insulin ini dapat bekerja selama seharian, oleh karena
itu penggunaan insulin ini lebih banyak digunakan ketika malam hari dan hanya satu kali
14
per hari. Biasanya, insulin long-acting akan dikombinasikan dengan insulin jenis rapid-
a) Insulin glargine (Lantus, Toujeo), mampu mencapai pembuluh darah dalam 1-1,5
jam dan mempertahankan kadar gula darah selama kurang lebih 20 jam.
b) Insulin detemir (Levemir), mencapai pembuluh darah sekitar 1-2 jam dan bekerja
selama 24 jam.
c) Insulin degludec (Tresiba), masuk ke dalam pembuluh darah dalam waktu 30-90
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Latihan fisik
Latihan fisik bagi penderita DM sangat dibutuhkan, karena pada saat latihan fisik energi
yang dipakai adalah glukosa dan asam lemak bebas. Latihan fisik bertujuan :
trigliserida.
Jenis latihan fisik diantaranya adalah olahraga seperti latihan aerobik, jalan, lari,
bersepeda, berenang. Yang perlu diperhatikan dalam latihan fisik pasien DM adalah
Pasien dengan DM perlu diperkenalkan tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia
serta yang paling penting adalah bagaimana memonitor glukosa darah secara mandiri.
c. Perawatan luka
membersihkan luka dengan perawatan luka modern cara yang terbaik dalam
(NaCl 0,9 %), untuk luka yang sangat kotor dapat menggunakan teknik irigasi/ water
pressure, untuk membersihkan luka dirumah (perawatan di rumah), apanila tidak ada
digunakan adalah balutan dalam kondisi lembab merupakan cara yang paling efektif
d. Diet
Tujuan diet pada pasein DM adalah untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukosa
darah dalam batas normal, mencapai dan mempertahankan lipid dalam batas normal,
Untuk menentukan gizi dipakai rumus body mass index (BMI) atau index masa tubuh
Ketentuan :
D. Pengkajian
Menurut (Doenges, 2018) pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat
sebagai berikut:
1. Eliminasi
c. Nokturia
d. Nyeri dan rasa terbakar, sulit berkemih (infeksi kandung kemih neurogenik)
2. Makanan/Cairan
karbohidrat
d. Haus
3. Neurosensori
b. Sakit kepala
d. Gangguan penglihatan
4. Nyeri/Ketidaknyamanan
5. Pernapasan
6. Keamanan
7. Seksualitas
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
1) Glukosa serum: Kadar glukosa darah puasa normal berkisar antara 70 dan 110
mg/dL.
4) Glukagon
6) Insulin serum
7) Elektrolit
E. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang telah didapat atau terkaji, kemudian data
keperawatan. Menurut (Doenges, 2018) diagnosa yang ditemukan pada diabetes mellitus
sebagai berikut:
19
F. Perencanaan
Setelah penulis menemukan diagnosa keperawatan pada klien dengan diabetes mellitus,
meliputi prioritas diagnosa keperawatan, penetapan tujuan dan kriteria evalausi sebagai
berikut :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
b. Kaji denyut perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
d. Berikan cairan isotonik (0,9%) atau larutan laktat Ringer tanpa tambahan.
Intervensi :
dan lembap, nadi cepat, lapar, iritabilitas, ansietas, sakit kepala, pusing dan gemetar).
e. Berikan insulin.
Intervensi :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
G. Pelaksanaan
dibuat. Tindakan keperawatan dapat berupa tindakan mandiri dan kolaborasi. Dalam
respon klien dalam semua tindakan dan didokumentasikan dalam catatan keperawatan.
waktu tindakan dilakukan, tindakan, respon klien dan memberikan tanda tangan sebagai
aspek legal.
H. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang mengukur seberapa jauh
tujuan yang telah ditetapkan tercapai, berdasarkan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
Evaluasi proses keperawatan ada dua, yaitu evaluasi formatif (proses) dan evaluasi
sumatif (hasil). Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan segera setelah tindakan
adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana pencapaian tujuan yang
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
Diabetes Mellitus tipe 2 di lantai V Paviliun Darmawan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 1 April 2019. Klien masuk ruang perawatan lantai V
Paviliun Darmawan pada tanggal 23 Maret 2019. Nomor register 92-97-73 dengan
1. Identitas klien
Klien bernama Ny. H, jenis kelamin perempuan, usia 59 tahun, status perkawinan
menikah, agama Islam, suku bangsa Sunda, pendidikan SD, bahasa yang digunakan
bahasa Sunda dan bahasa Indonesia, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Kp. Parung
Tanjung Rt. 003/012 Kel. Cicadas, Kec. Gunung Putri, Bogor. Sumber biaya BPJS
Mandiri, sumber informasi klien, keluarga, rekam medic, dan perawat ruangan.
2. Resume
Klien bernama Ny. H usia 59 tahun datang ke IGD RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal
22 Maret 2019 pukul 21.13 WIB diantar oleh keluarga. Klien datang dengan keluhan
lemas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk tidak berdahak, mengeluh nyeri
ulu hati dan perut bawah, klien mengeluh nyeri kepala sebelah kanan, nafsu makan
23
24
vital dengan hasil TD: 151/80 mmHg, N: 84x/menit, S: 36,3℃, RR: 18x/menit, TB: 156
cm, BB:55 kg. GCS=14, E:3, M:6, V:5. Dilakukan pemeriksaan GDS One Touch
didapatkan hasil 60 mg/dL, diberikan injeksi D40% 2 flacon, pemasangan infus D10%
10 tpm. Dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil Hb: 7,9; Ht: 25; Eritrosit: 3,0;
leukosit: 14.820; trombosit: 630.000; MCV: 81; MCH: 26, MCHC: 32, ureum: 90;
kreatinin: 6,2; eGFR (formula MDRD): 7,37; GDS: 51; Natrium (Na): 137; Kalium (K):
5,5; Klorida (Cl): 104. Klien dipindahkan ke ruang perawatan lantai V Pavilium
Darmawan RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal 23 Maret 2019 pukul 06.00 untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut. Pada saat di ruangan klien dilakukan pemeriksaan
dengan hasil, kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, BB: 55 kg, TB: 156 cm,
IMT 22.9 kg/m2, TD: 148/82 mmHg, N: 84 x/menit, RR: 18 x/menit, S: 36,4 oC, klien
Masalah keperawatan yang muncul yaitu nyeri, ketidakstabilan kadar glukosa darah,
risiko infeksi. Tindakan yang dilakukan selama di ruangan yaitu memonitor tanda-tanda
vital, tranfusi PRC, memonitor nilai gula darah, melakukan perawatan luka 1x/hari,
mengobservasi intake output klien, cek DC, KGDH senin & kamis, melakukan konsul
3. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama klien adalah klien mengatakan terdapat luka di jari kaki yang semakin
melebar, nyeri pada jari kaki kiri, penyebab luka akibat tersandung, nyeri terasa seperti
tertusuk-tusuk, tempat nyeri di jari kaki menyebar sampai pergelangan kaki, skala nyeri
Klien mempunyai riwayat penyakit sebelumnya yaitu DM dari tahun 2013, tidak ada
riwayat alergi terhadap obat, makanan, binatang maupun lingkungan, dan riwayat
DM
58 th
61 th 56 55
59 61 th
DM
35 32 th 27 23 th
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Klien
: : Meninggal
: tinggal serumah
26
d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor
resiko
Klien mengatakan ibu klien sudah meninggal dan menderita Diabetes Mellitus.
Orang yang dekat dengan klien adalah anak klien. Pola komunikasi dua arah, pembuat
keputusan anak klien dengan meminta persetujuan dari klien, dalam mengambil
keputusan klien berunding, kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan oleh klien yaitu
keluarga cemas tetapi sudah pasrah. Masalah yang mempengaruhi klien saat ini adalah
klien merasa cemas dan takut karena akan di amputasi jari kakinya, mekanisme koping
terhadap stress klien memilih untuk tidur. Hal yang sangat dipikirkan klien saat ini
adalah klien mengatakan takut karena kakinya akan di amputasi. Harapan setelah
menjalani perawatan adalah klien mengatakan ingin cepat sembuh dan bisa kembali
beraktivitas seperti biasa, perubahan yang dirasakan klien setelah jatuh sakit yaitu tubuh
kesehatan tidak ada, aktivitas agama yang biasa dilakukan adalah sholat dan berdoa,
kondisi lingkungan rumah klien mengatakan kondisi jalan menuju rumah yang berbatu
f. Pola kebiasaan
1) Pola nutrisi
Sebelum sakit : klien makan 2x/hari, nafsu makan baik, makan habis 1 porsi, semua
makanan suka terutama makanan yang pedas dan manis, tidak ada makanan yang
membuat alergi, makanan pantangan yaitu makanan yang banyak mengandung gula
tetapi klien tidak mengikuti anjuran, makanan diet nasi merah, brokoli, bayam, susu
27
rendah lemak tetapi klien tidak mengikuti anjuran diet yang diberikan, tidak ada
pengunaan obat sebelum makan dan tidak ada pengunaan alat bantu makan (NGT,dll).
Di rumah sakit : klien makan 3x/hari, klien mengatakan mual, makan habis 1 porsi,
menyukai makanan yang manis, tidak ada makanan yang membuat alergi, makanan
pantangan karbohidrat, glukosa, makanan diet lunak DM RP 1700 kal, pengunaan obat-
obatan sebelum makan yaitu novorapid 10 unit, dan tidak menggunakan alat bantu
makan (NGT,dll).
2) Pola eliminasi
Sebelum sakit : klien mengatakan BAK 6-7 x/24 jam, warna kuning jernih, keluhan
banyak BAK di malam hari, tidak ada penggunaan alat bantu (kateter, dll), klien BAB
1x/hari, waktunya pagi, warna kuning, konsistensi lunak, tidak ada keluhan, tidak ada
peggunaan laxative.
Di rumah sakit : BAK klien tidak terkendali urine 1875 cc/24 jam, warna kuning jernih,
tidak ada keluhan, klien menggunakan kateter. Klien BAB 1x/hari, waktunya pagi,
warna kuning, konsistensi lunak, tidak ada keluhan, tidak ada peggunaan laxative.
Sebelum sakit : klien mandi 2x/hari, pagi dan sore, sikat gigi 2x/hari waktunya pagi dan
Di rumah sakit : klien mandi 1x/hari, pagi hari, oral hygiene 1x/hari, klien belum cuci
rambut.
Sebelum sakit : tidur siang 2 jam/hari, lama tidur malam 5-6 jam/hari, kebiasaan
Di rumah sakit : lama tidur siang 3 jam/hari, lama tidur malam 5 jam/hari, kebiasaan
Sebelum sakit : klien beraktivitas pada pagi hari, klien berolahraga 1x/minggu, jenis
olahraga yang dilakukkan adalah jalan santai, keluhan saat beraktifitas yaitu klien
Di rumah sakit : klien tidak beraktivitas, keluhan kaki sulit untuk berjalan karena ada
keras/NAPZA.
Di rumah sakit : klien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman keras/NAPZA.
4. Pengkajian Fisik
BB klien saat ini : 55 kg, sebelum sakit : 60 kg, TB : 156 cm, keadaan umum lemah,
b. Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata abnormal, konjungtiva
ananemis, kornea keruh/berkabut, sclera anikterik, pupil isokor, tidak ada kelainan otot-
otot mata, fungsi penglihatan kabur, tidak ada tanda-tanda peradangan, tidak ada
pemakaian kacamata, tidak ada pemakaian kontak lensa, reaksi terhadap cahaya baik,
c. Sistem pendengaran
Daun telinga normal, telinga simetris, terdapat serumen berwarna kuning, konsistensi
lunak dengan bau khas, tidak ada cairan dari telinga, tidak ada rasa penuh ditelinga,
tidak ada tinitus, fungsi pendengaran baik, tidak ada gangguan keseimbangan, tidak ada
d. Sistem wicara
e. Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih, pernafasan tidak sesak, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan,
spontan, tidak batuk, tidak ada sputum, tidak terdapat darah, suara nafas vesikuler, tidak
f. Sistem kardiovaskuler
Sirkulasi peripher : nadi 80x/menit, irama teratur, denyut kuat, TD:130/80mmHg, tidak
ada distensi vena jugularis kanan dan kiri, temperature kulit hangat S:36,5 oC , warna
Sirkulasi jantung : kecepatan denyut nadi apical 87 x/menit, irama teratur, tidak sakit
dada.
g. Sistem hematologi
Tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran composmentis, GCS 14, E:3 M:6 V:5,
tidak ada peningkatan TIK, tidak ada gangguan persyarafan, reflek fisiologis normal,
i. Sistem pencernaan
Gigi klien tidak terdapat caries, tidak ada penggunaan gigi palsu, tidak ada stomatitis,
lidah tidak kotor, salifa normal, tidak ada muntah, nyeri di ulu hati, P: nyeri pada saat
terlambat makan, Q: nyeri seperti terbakar, R: nyeri dirasakan pada bagian ulu hati, S:
skala nyeri 2 dari 1-10, T: nyeri berlangsung ±5 menit, lalu berhenti, lalu muncul
kembali, nyeri bertambah hebat jika klien terlambat makan, terdapat nyeri tekan pada
epigastrium, bising usus 8x/menit, tidak ada diare, tidak terjadi konstipasi, hepar tidak
j. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Nafas tidak berbau keton, poliuri, polidipsi,
k. Sistem urogenital
Balance cairan. Intake : 2700cc/24 jam, Output : 2700cc/24 jam, balance cairan 0, pola
kemih klien nokturia, bak warna kuning jernih, tidak ada distensi kandung kemih,
l. Sistem integument
Turgor kulit elastic, temperature kulit hangat, warna kulit kemerahan, keadaan kulit
ulkus pada jari kaki kiri dengan kondisi nekrosis, tidak ada kelainan kulit, tidak ada
tanda-tanda infeksi pada lokasi pemasangan infuse, tekstur rambut baik, kebersihan baik.
m. Sistem musculoskeletal
Kesulitan dalam pergerakan, tidak sakit pada tulang, sendi, dan kulit, tidak ada fracture,
tidak ada kelainan struktur tulang belakang, keadaan tonus otot baik, terdapat luka pada
jari kaki kiri dengan kondisi nekrosis. Kekuatan otot 5555 5555
5555 5555
31
Klien mengatakan baru mengetahui mempunyai penyakit DM pada tahun 2013, sebelum
itu belum mengetahui. Klien mengatakan Ibu nya sudah meninggal dan juga mengidap
penyakit DM. Klien mengatakan awal mula terjadi luka karena tersandung.
a. Skirining Gizi: Ada penurunan berat badan sebanyak 5 kg selama 6 bulan terakhir
total skor 2.
Keterangan:
diri (seka muka, sikat gigi, sisir rambut) mandiri skor 1, penggunaan jamban, masuk dan
beberapa kegiatan tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa kegiatan yang lain dengan
skor 1, makan mandiri skor 2, berubah sikap dari berbaring ke duduk bantuan minimal 1
memakai baju mandiri skor 2, naik turun tangga butuh pertolongan skor 2, mandi
mandiri skor 1.
32
6. Data Penunjang
Ht : 36* (37-47%)
Hitung jenis :
Basofil : 0 (0-1 %)
Eosinofil : 0* (1-3%)
Limfosit : 10 * (20-40%)
Monosit : 1* (2-8 %)
Kesan :
- Kardiomegali ringan
Diet makan lunak DM RP 1600 kalori frekuensi 3x makan utama, 2x selingan perhari
8. Data focus
Data subjektif : Klien mengatakan terdapat luka di jari kaki yang semakin melebar,
nyeri pada jari kaki kiri, penyebab luka akibat tersandung, nyeri terasa seperti tertusuk-
tusuk, tempat nyeri di jari kaki menyebar sampai pergelangan kaki, skala nyeri 2, nyeri
dirasakan jika kaki digerakkan, nyeri di ulu hati, P: nyeri pada saat terlambat makan, Q:
34
nyeri seperti terbakar, R: nyeri dirasakan pada bagian ulu hati, S: skala nyeri 2 dari 1-
10, T: nyeri berlangsung ±5 menit, lalu berhenti, lalu muncul kembali, nyeri bertambah
hebat jika klien terlambat makan. Klien menyukai makanan yang pedas dan manis.
Klien memiliki makanan pantangan dan makanan yang harus di makan tetapi klien tidak
mematuhi anjuran. Klien merasa cemas dan takut karena kakinya akan di amputasi. BB
turun ±5 kg dalam 1 bulan terakhir. Sulit tidur di malam hari, mual, mudah haus, banyak
Data objektif : Klien tampak gelisah, meringis, lemas, terdapat luka gangren di jari kaki
kiri dengan kondisi nekrosis, terdapat nyeri tekan pada epigastrium, mengantuk, TD:
130/80 mmHg, N: 80 x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20 x/menit, TB: 156 cm, BB saat ini: 55
kg, BB sebelum sakit: 60 kg, GCS 14 E3 M6 V5, input: 2700cc, output: 2700cc, balance
9. Analisa Data
DO:
N: 80 x/menit
S: 36,5 ℃
RR: 20 x/menit
2. DS: Risiko Infeksi Pertahanan primer
tersandung
DO:
nekrosis
N: 80 x/menit
S: 36,5 ℃
RR: 20 x/menit
Leukosit: 10.610/uL
36
malam hari
DO:
gelisah
N: 80 x/menit
S: 36,5 ℃
RR: 20 x/menit
4. DS: Ketidakstabilan Kurangnya
lapar.
DO:
N: 80 x/menit
S: 36,5 ℃
RR: 20 x/menit
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah dianalisa data diagnosa keperawatan yang sesuai prioritas sebagai berikut:
2. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan dan kematian jaringan (luka gangren).
3. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (luka gangren).
dilanjutkan dengan pelaksanaan dan evaluasi untuk setiap diagnosa sesuai dengan
Kriteria Hasil : Kadar glukosa darah dalam batas normal (70-140 mg/dl)
Perencanaan :
Pelaksanaan :
Pukul 08.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 130/80
mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 09.00
WIB melakukan pemeriksaan glukosa darah, hasil: 236 mg/dL. Pukul 11.00 WIB
mengobservasi tingkat kesadaran, hasil: GCS 14 E3M6V5, klien membuka mata jika
diberi rangsangan suara atau dipanggil namanya. Pukul 13.00 WIB memberikan injeksi
novorapid 10 unit, hasil: insulin masuk 10 unit via SC tiga jari di bawah deltoid. Pukul
13.15 memberikan makan lunak DM RP 1600 kal, hasil: klien makan habis 1 porsi.
Pukul 14.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 120/80
mmHg, N: 78x/menit, S: 36,3 ℃, RR: 18x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 18.00
memberikan makan lunak DM RP 1600 kal, hasil: klien makan habis 1 porsi. Pukul
20.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 130/80
39
mmHg, N: 82x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 18x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 21.00
WIB memberikan injeksi novorapid 10 unit, hasil: insulin masuk 10 unit via SC tiga jari
di bawah deltoid. Pukul 22.00 memberikan injeksi levemir 10 unit, hasil: insulin masuk
Pukul 05.00 WIB memberikan injeksi novorapid 10 unit, hasil: insulin masuk 10 unit via
SC tiga jari di bawah deltoid. Pukul 08.00 WIB mengukur TTV, hasil TD: 130/70
pemeriksaan glukosa darah, hasil: 153 mg/dL, pukul 10.00 mengobservasi tingkat
kesadaran, hasil: GCS 14 E3M6V5, klien membuka mata jika diberi rangsangan suara
atau dipanggil namanya. Pukul 13.00 memberikan injeksi novorapid 10 unit via SC,
hasil: insulin masuk 10 unit via SC tiga jari di bawah deltoid. Pukul 14.00 WIB
mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 140/80 mmHg, N:
85x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 17.00 memberikan
larutan D5% 20 tpm, hasil: infus D5% (sampai post operasi) paralel dengan NaCl 0,9%
20 tpm. Pukul 20.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD:
130/70 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah. Pukul
21.00 WIB memberikan injeksi novorapid 10 unit, hasil: insulin masuk 10 unit via SC
tiga jari di bawah deltoid. Pukul 22.00 memberikan injeksi levemir 10 unit, hasil: insulin
Pukul 01.00 memberikan larutan D5% 20 tpm, hasil: infus D5% (sampai post operasi)
paralel dengan NaCl 0,9% 20 tpm Pukul 05.00 WIB memberikan injeksi novorapid 10
unit, hasil: insulin masuk 10 unit via SC tiga jari di bawah deltoid. Pukul 08.00 WIB
mengukur TTV, hasil TD: 120/70 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit,
pukul 09.00 WIB melakukan pemeriksaan glukosa darah, hasil: 141 mg/dL, pukul 11.00
mengobservasi tingkat kesadaran, hasil: GCS 14 E3M6V5, klien membuka mata jika
diberi rangsangan suara atau dipanggil namanya. Pukul 13.00 memberikan injeksi
novorapid 10 unit via SC, hasil: insulin masuk 10 unit via SC tiga jari di bawah deltoid.
Pukul 14.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 130/70
mmHg, N: 84x/menit, S: 36,4 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 17.00
memberikan larutan D5% 20 tpm, hasil: infus D5% (sampai post operasi) paralel dengan
NaCl 0,9% 20 tpm. Pukul 20.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum
klien, hasil TD: 130/80 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan
umum lemah. Pukul 21.00 WIB memberikan injeksi novorapid 10 unit, hasil: insulin
masuk 10 unit via SC tiga jari di bawah deltoid. Pukul 22.00 memberikan injeksi
levemir 10 unit, hasil: insulin masuk 10 unit via SC tiga jari di bawah deltoid.
O : Klien terpasang IVFD NaCl 0,9 % paralel D5 % 20 tpm, GDS: 150 mg/dL, TD:
gangren).
Kriteria Hasil:
Perencanaan :
Pelaksanaan :
Pukul 08.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 130/80
mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah, pukul 08.15
WIB mengkaji status nyeri, hasil : klien mengatakan masih nyeri dengan skala nyeri 2,
pukul 08.20 WIB mengajarkan klien untuk tarik nafas dalam bila terasa nyeri, hasil :
klien memahami yang diajarkan. Pukul 14.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji
keadaan umum klien, hasil TD: 120/80 mmHg, N: 78x/menit, S: 36,3 ℃, RR:
18x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 20.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji
keadaan umum klien, hasil TD: 130/80 mmHg, N: 82x/menit, S: 36,5 ℃, RR:
Pukul 08.00 WIB mengukur TTV, hasil TD: 130/70 mmHg, N: 85x/menit, S: 36,2 ℃,
RR: 19x/menit, pukul 09.30 mengkaji status nyeri dan menganjurkan klien
menggunakan teknik relaksasi jika nyeri, hasil: nyeri masih terasa dengan skala 2 dan
klien mengikuti anjuran. Pukul 14.00 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil TD: 140/80
mmHg, S:36,5 ℃, N: 85x/menit, RR: 20x/menit. Pukul 20.00 WIB mengukur TTV dan
mengkaji keadaan umum: hasil TD: 140/80 mmHg, S:36,5 ℃, N: 80x/menit, RR:
Pukul 08.00 WIB mengukur TTV, hasil TD: 160/90 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,6 ℃,
RR: 20x/menit. Pukul 11.00 WIB mengkaji status nyeri dan menganjurkan klien untuk
tarik nafas dalam bila terasa nyeri, hasil : klien mengatakan nyeri berkurang dengan
skala 1 dan klien mengikuti anjuran. Pukul 14.00 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil
TD: 130/70 mmHg, S:36,4 ℃, N: 80x/menit, RR: 22x/menit. Pukul 21.00 WIB
mengukur TTV: hasil TD: 130/80 mmHg, S:36,5 ℃, N: 80x/menit, RR: 20x/menit.
O : Klien tampak rileks, TD: 130/90 mmHg, N: 90x/menit, S: 36,6 ℃, RR: 20x/menit
gangren)
masalah teratasi
Kriteria Hasil:
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, dolor, kalor, fungsio laesa)
Perencanaan :
d. Lakukan perawatan luka dengan menggunakan salep sulfadiazine silver 10mg setiap
hari
Pelaksanaan :
Pukul 08.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 130/80
mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah, pukul 09.30
WIB melakukan perawatan luka dengan menggunakan salep sulfadiazine silver 10 mg,
mengkaji tanda-tanda infeksi, hasil: luka tampak nekrosis, luka dibalut kassa, terdapat
tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, dan fungsio laesa). Pukul 12.00 memberikan injeksi
ceftriaxone 2 gr, hasil: obat masuk via bolus, tidak ada reaksi alergi. Pukul 14.00 WIB
44
mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 120/80 mmHg, N:
78x/menit, S: 36,3 ℃, RR: 18x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 20.00 WIB
mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 130/80 mmHg, N:
Pukul 08.00 WIB mengukur TTV, hasil TD: 130/70 mmhg, N: 85x/menit, S: 36,2 ℃,
RR: 19x/menit, pukul 09.30 WIB melakukan perawatan luka dengan menggunakan
salep sulfadiazine silver 10 mg dan mengkaji tanda-tanda infeksi, hasil: luka tampak
nekrosis, luka dibalut kassa, terdapat tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, dan fungsio
laesa). Pukul 12.00 memberikan injeksi ceftriaxone 2 gr, hasil: obat masuk via bolus,
tidak ada reaksi alergi. Pukul 14.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum
klien, hasil TD: 140/80 mmHg, N: 85x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan
umum lemah. Pukul 20.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien,
hasil TD: 130/70 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum
lemah.
Pukul 08.00 WIB mengukur TTV, hasil TD: 160/90 mmhg, N: 80x/menit, S: 36,6 ℃,
RR: 20x/menit, pukul 09.30 WIB melakukan perawatan luka dengan menggunakan
salep sulfadiazine silver 10 mg dan mengkaji tanda-tanda infeksi, hasil: luka tampak
nekrosis, luka dibalut kassa, terdapat tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, dan fungsio
laesa). Pukul 12.00 memberikan injeksi ceftriaxone 2 gr, hasil: obat masuk via bolus,
tidak ada reaksi alergi. Pukul 14.00 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil TD: 130/70
45
mmHg, S:36,4 ℃, N: 80x/menit, RR: 22x/menit. Pukul 21.00 WIB mengukur TTV:
O : Luka sudah di operasi, luka terbalut elastis verban, TD: 130/90 mmHg, N:
Kriteria Hasil :
Perencanaan :
Pelaksanaan :
Pukul 08.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 130/80
mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 10.00
klien mengatakan sangat takut karena baru pertama kali di operasi. Pukul 14.00 WIB
mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 120/80 mmHg, N:
78x/menit, S: 36,3 ℃, RR: 18x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 20.00 WIB
mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 130/80 mmHg, N:
Pukul 08.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum, hasil TD: 130/70
mmHg, N: 85x/menit, S: 36,2 ℃, RR: 19x/menit, keadaan umum lemas. Pukul 10.00
klien mengatakan takut karena akan dioperasi. Pukul 11.20 menganjurkan klien untuk
teknik relaksasi dan berdoa jika cemas, hasil: klien mengikuti anjuran. Pukul 14.00 WIB
mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 140/80 mmHg, N:
85x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 20.00 WIB
mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD: 130/70 mmHg, N:
Pukul 08.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umun, hasil TD: 120/70
mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5 ℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah. Pukul 11.00
klien mengatakan sudah pasrah dan cemas sudah mulai berkurang setelah diberikan
penjelasan-penjelasan oleh dokter dan perawat. Pukul 14.00 menganjurkan klien untuk
teknik relaksasi dan berdoa jika cemas, hasil: klien mengikuti anjuran. Pukul 14.00 WIB
mengukur tanda-tanda vital, hasil TD: 130/70 mmHg, S:36,4 ℃, N: 80x/menit, RR:
22x/menit. Pukul 21.00 WIB mengukur TTV: hasil TD: 130/80 mmHg, S:36,5 ℃, N:
O : Klien tampak lebih tenang, TD: 130/90 mmHg, N: 90x/menit, S: 36,6 ℃, RR:
20x/menit
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan akan dijelaskan mengenai kesenjangan data antara teori dan kasus,
A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian antara teori dan kasus, ditemukan adanya kesenjangan. Pada
factor risiko dalam teori disebutkan usia diatas 45 tahun, memiliki keluarga (ayah, ibu,
48
atau saudara) yang terkena diabetes, kegemukan, menderita penyakit jantung, kolesterol
tinggi (HDL di bawah 35 mg/dL atau trigyceride di atas 250 mg/dL), ras tertentu
menderita diabetes gestasional, pola makan yang tidak sehat. Sedangkan pada kasus
factor risiko penyebab pada klien adalah karena factor keturunan, uisa diatas 45 tahun,
dan pola makan yang tidak sehat. Pada kasus terdapat pemeriksaan foto thorax dengan
kesan Kardiomegali ringan dan Suspek proses spesifik paru, DD/ pneumonia.
Pada pengkajian tidak ditemukan banyak hambatan karena klien dan keluarga sangat
kooperatif dan saat diberikan pertanyaan dapat memberikan jawaban yang jelas, serta
data-data yang dibutuhkan sudah cukup lengkap dan perawat ruangan juga sudah cukup
B. Diagnosa keperawatan
48
Pada teori ditemukan 4 (empat) diagnosa keperawatan dan pada kasus ditemukan 4
Diagnosa keperawatan yang ditemukan diteori tapi tidak ditemukan dikasus adalah:
muntah, diuresis osmotik. Hal ini dikarenakan balance cairan pada klien 0 dan tidak
perubahan kimia tubuh, peningkatan kebutuhan energi. Hal ini dikarenakan klien masih
49
bisa melakukan kegiatan secara mandiri dan dibantu sebagian, serta tidak ada keluhan
merasa letih.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus tetapi tidak ditemukan
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan dan kematian jaringan (luka gangren).
Hal ini dikarenakan klien selalu mengeluh nyeri pada pada jari kaki kiri, nyeri
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Hal ini dikarenakan klien
akan di amputasi salah satu jari kaki kirinya dan ini menyebabkan klien cemas dan
takut.
Faktor penunjang dalam penentuan diagnosa keperawatan yaitu klien dan keluarga yang
sangat kooperatif dalam menjawab pertanyaan dan dukungan dari pembimbing yang
memberikan arahan dan informasi sesuai dengan kebutuhan penulis, sehingga penulis
C. Perencanaan
Prioritas masalah antara teori dan kasus berbeda, prioritas masalah pada teori yaitu
ketidakstabilan kadar glukosa darah. Masalah ini menjadi prioritas karena kadar glukosa
darah klien tidak stabil dan dapat mengancam jiwa jika tidak segera ditangani. Pada
50
penetapan tujuan ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus. Teori tidak ada
batasan waktu dalam mengatasi masalah, sedangkan pada kasus penulis menetapkan
batasan waktu sebagai patokan dalam mengukur pencapaian tujuan akhir. Pada kasus
untuk mencapai tujuan terhadap masalah klien ditetapkan dengan 3x24 jam karena untuk
Pada perencanaan tindakan pada kasus disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada klien. Tidak semua perencanaan pada teori ditulis dalam kasus karena
disesuaikan dengan kondisi klien pada saat itu. Perencanaan pada kasus sudah dibuat
sudah disususn secara sistematis (dari tindakan mandiri sampai kolaborasi) dan
Dalam perencanaan penulis tidak mengalami hambatan karena setiap rencana disusun
sesuai dengan kondisi klien dan mengacu pada teori serta mendapat dukungan dan
D. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan semua rencana dilakukan secara kerjasama antara penulis dengan
perawat ruangan. Semua tindakan yang dilakukan dan respon klien terhadap setiap
tindakan didokumentasikan pada catatan keperawatan, selain itu juga setiap perawat
asuhan keperawatan yaitu klien dan keluarga yang sangat kooperatif sehingga dapat
E. Evaluasi
Setelah melakukan tindakan keperawatan, maka langkah yang terakhir adalah evaluasi
terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien. Dari empat diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada klien tiga diagnose yaitu ketidakstabilan kadar
diabetes, nyeri akut berhubungan dengan kerusakan dan kematian jaringan (luka
gangren), dan risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (luka
gangren) tujuan tercapai sebagian dan masalah belum teratasi sehingga intervensi
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan menyimpulkan hasil pembahasan yang telah dilakukan. Untuk
A. Kesimpulan
Setelah memberikan asuhan keperawatan dan melakukan pembahasan antara teori dan
1. Pada pengkajian data yang ditemukan sesuai dengan klien terhadap penyakitnya.
Hal ini memberikan pengalaman bagi penulis bahwa respon klien terhadap penyakitnya
52
Selain itu kerjasama klien, keluarga dan perawat ruangan sangat membantu sehingga
2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus disesuaikan dengan data yang
diperoleh pada pengkajian sebagai respon klien terhadap penyakitnya sehingga pada
kasus hanya ditemukan empat diagnosa keperawatan yang perlu diatasi oleh perawat.
3. Perencanaan dibuat sesuai dengan kondisi klien, mulai dari penentuan prioritas,
4. Pelaksanaan pada kasus disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat dan semua
5. Evaluasi asuhan keperawatan dari empat diagnosa yang ditemukan, tiga diagnose
B. Saran
kelebihan dan kekurangan yang ada, maka selanjutnya penulis menyampaikan saran
yang ditujukan kepada perawat ruangan, klien dan keluarga sebagai berikut :
1. Kerjasama dengan klien dan keluarga agar tetap dipertahankan dan ditingkatkan
agar asuhan keperawatan yang diberikan pada klien akan lebih optimal.
rumah sakit.
53
DAFTAR PUSTAKA
Digiulio, Mary, dan Jackson, Donna. (2014). Medical Surgical Nursing. Alih Bahasa:
Dwi Prabantini. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Hasdianah; dan Imam, Sentot. (2014). Patologi & Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta:
Nuhamedika.
54
International Diabetes Federation. (2015). IDF Diabetes Atlas 7th Edition. Brussels:
International Diabetes Federation. http://www.diabetesatlas.org/. (Diakses pada
13 April 2019).
Nurarif, Amin Huda, dan Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC jilid 1. Yogyakarta :
MediAction.
Paramita. (2011). Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta: PT. Indeks.
Tandra. (2009). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta:
Kompas Gramedia.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Pathway
menurun
Obesitas
Insulin resistence
Hiperglikemia
Diabetes mellitus
Ketidakstabilan kadar
Glomerulosklerosis Suplai O2 ke perifer terganggu glukosa darah
Glukosuria
Iskemia jaringan
Diuresis osmotik
Gangren
Risiko infeksi
Poliuri
Kekurangan kalori
Merangsang
Polifagi, Polidipsi
keletihan
59
LAMPIRAN 2
60
LAMPIRAN
61
LEMBAR KONSULTASI
NIM : 16.040