TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kepaniteraan Gizi Klinik dengan judul “Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Kasus
Intracerebral Hematoma (Ich) Stroke dengan Riwayat Diabetes Mellitus dan Hipertensi di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta” telah disetujui oleh pembimbing lapangan pada tanggal
Januari 2021.
Nama :
NIM :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan karuniaNya
sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Kepaniteraan Gizi Klinik ini. Shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri teladan bagi
ummat yang membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang.
Judul laporan kepaniteraan gizi klinik ini adalah “Penatalaksanaan Diet pada Pasien
Intracerebral Hematoma (ICH) Stroke dengan Riwayat Diabetes Mellitus dan Hipertensi di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hastuti Pelitawati, S.SiT. RD selaku
pembimbing tugas individu dan Ibu Yuliana Noor Setiawati Ulvie, S.Gz, M.Sc selaku dosen
tutorial yang telah memberikan ilmu dan sarannya dalam menyelesaikan laporan ini. Penulis
juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk dapat melaksanakan kegiatan
Kepaniteraan Gizi Klinik secara Online.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran, yang bersifat membangun dari semua pihak
yang membaca. Demikian penulis ucapkan, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya serta bagi pembaca umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Metode Skrining.............................................................................................................. 4
A. Perencanaan .................................................................................................................. 23
B. Implementasi ................................................................................................................. 26
iii
C. Perkembangan Nilai Biokimia ...................................................................................... 32
LAMPIRAN............................................................................................................................ 59
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Identitas Pasien
1
*Sayuran ;sawi hijau, terong,kacang panjang,bayam, wortel, dilodeh/ bobor, sup
atau bening 1-2 kali/hari @50 gram *Cairan ; air putih 8 gelas/hari, teh manis 3-
4 gelas/hari, kopi tidak pasti *Buah ; pisang, jeruk pepaya 1-2 ptg/ minggu *Snack
; ubi rebus 2-3 kali/minggu 1 bh sdg, gorengan spt mendoan/tahu isi 2-3
kali/minggu 1 ptg.
2
C. Gambaran Umum Kasus
KELUHAN UTAMA
SMRS mengeluh kelemahan anggota badan sebelah kiri, nyeri punggung (++), pusing
(++)
RIWAYAT PENYAKIT
DM,HIPERTENSI
Riwayat personal: BAB tidak lancar 1- 2 hari sekali, BAK sangat sedikit, sudah
pernah dapat konseling,tidak ada alergi makanan, tidak pernah olah raga,masalah
gastrointestinal (-) kesehatan gigi mulut ( -)
OBAT-OBATAN
Manitol,Ketorolac,Candesartam,Amplodipin, Novorapid
DIETERI HISTORY
* Makanan pokok, nasi 3kali/hari 1 centong, mie instant 3-4 kali/bulan 1 bks,
kentang rebus 1-2 kali/minggu 2 bh sdg,roti tawar 1 kali/minggu 2 lbr
*Lauk hewani, ayam 3-4 kali/minggu 1 ptg, telur 3 kali/minggu 1 btr, lele 2-3
ekor/minggu digoreng
*Lauk nabati ; tempe /tahu goreng 2-3 kali/hari digoreng, kadang dibacem
*Sayuran ;sawi hijau, terong,kacang panjang,bayam, wortel, dilodeh/ bobor, sup atau
bening 1-2 kali/hari @50 gram
*Cairan ; air putih 8 gelas/hari, teh manis 3-4 gelas/hari, kopi tidak pasti
*Buah ; pisang, jeruk pepaya 1-2 ptg/ minggu
*Snack ; ubi rebus 2-3 kali/minggu 1 bh sdg, gorengan spt mendoan/tahu isi 2-3
kali/minggu 1 ptg
RECALL ASUPAN
Energi =52,9%, Protein = 33,8%, Lemak =37,8%, Karbohidrat = 46,6% Pemorsian
tgl 28/8/2020
Energi = 60,5% Protein = 50,3% Lemak = 45,3% Karbohidrat = 67,8% Pemorsian
tgl 29/8/2020
PEMERIKSAAN BIOKIMIA Tgl 26/8/2020
Leukosit 11,2 mm, Hemoglobin = 8,2 g/dl, GDS = 255 mg/dl, GDS = 320 mm/dl,
GDS = 157 mg/dl
PEMERIKSAAN FISIK KLINIS Tgl 26/8/2020 & tgl 27/8/2020
TD = 160/86 mmHg, TD = 155/80,Nadi = 83x/menit,Nadi = 80x/menit R =
19x/menit, R = 20x/menit, Suhu = 36,7’c
sebelum masuk RS mengeluh kelemahan anggota gerak tangan kiri,pusing (++),
nyeri punggung (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
3
ANTROPMETRI
LLA = 28 cm data RM TB 148 cm , BB = 43 Kg
DIET RUMAH SAKIT : Lunak ( BUBUR NASI) DM II ,RG II,RL I
BAB II
SKRINING
A. Metode Skrining
Dilakukan skrining pada Ny. S untuk mengetahui resiko malnutrisi yang terjadi. Hasil
skrining selanjutnya akan digunakan untuk merencanakan monitoring dan evaluasi
gizi. Jika hasil skrining beresiko, maka akan dilakukan perencanaan gizi yang lebih
detail. Skrining yang digunakan pada Ny. S menggunakan metode MNA (Mini
Nutritional Assesment).
B. Pengisian Skrining
0 = ya
2 = tidak
E. Masalah neuropsikologis
4
0 = Demensia tingkat berat atau depresi
1 = Demensia tingkat sedang
2 = Tidak ada masalah psikologis
F. Body Mass Index (BMI)
0 = BMI < 19
1 = BMI 19 - < 21
2 = BMI 21 - < 23
3 = BMI > 23
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil skrining pada tabel 1 Ny. S mendapatkan skor 5 poin sehingga
dapat dikategorikan malnutrisi. Pengkajian dilanjut oleh ahli gizi /dietisien.
5
BAB III
Kesimpulan :
Berdasarkan data antropometri didapatkan Berat Badan pasien dibawah normal
sedangkan Indeks Massa Tubuh, dan Status Gizi berdasarkan LLA/U pasien normal.
6
B. Pengkajian Biokimia (BD)
Kesimpulan :
Berdasarkan data fisik dan klinis didapatkan keluhan kelemahan anggota gerak badan
tangan sebelah kiri, nyeri punggung dan pusing, gangguan pencernaan BAB tidak
lancar 1- 2 hari sekali dan BAK sangat sedikit, tekanan darah diatas normal, dan
respirasi dibawah normal.
1) Asupan Makan
Tabel 5. Data Kualitatif Asupan Makan Sebelum Masuk RS
*Sayuran ; 50 gram
8
Terminologi Data Terkait Data Pasien
Food History
FH-1.2.2.2 Jenis Makanan *Makanan pokok ; nasi, mie instan, kentang
rebus, roti tawar
9
panjang,bayam, wortel, dilodeh/ bobor, sup atau bening 1-2 kali/hari @50 gram,
Cairan ; air putih 8 gelas/hari, teh manis 3-4 gelas/hari, kopi tidak pasti, Buah ;
pisang, jeruk pepaya 1-2 ptg/minggu dan Snack ; ubi rebus 2-3 kali/minggu 1 bh sdg,
gorengan spt mendoan/tahu isi 2-3 kali/minggu 1 ptg, pasien sudah pernah
mendapatkan konseling, penggunaan obat Manitol, Ketorolac, Candesartam,
Amplodipin dan Novorapid, memiliki jenis aktifitas fisik sedang dengan riwayat tidak
pernah olah raga.
Kesimpulan :
10
Berdasarkan data kuantitatif asupan makan pasien sebelum masuk rumah sakit
didapatkan asupan energi 1577,1 kkal, protein 54,6 gram, lemak 71,6 gram, dan
karbohidrat 187,3 gram.
Kesimpulan :
11
Berdasarkan data standar pembanding asupan sebelum masuk rumah sakit dengan
kebutuhan gizi harian pasien didapatkan tingkat kecukupan asupan lemak 223,75%
termasuk dalam kategori lebih dari kebutuhan.
Sumber : Hasil rata-rata asupan recall dengan pasien tanggal 28 dan 29 Agustus
2020
Kesimpulan :
Berdasarkan data pembanding asupan recall saat di rumah sakit dengan kebutuhan
gizi pasien saat di rumah sakit didapatkan tingkat kecukupan asupan energi 56,7%
protein 42,05%, lemak 41,55% dan karbohidrat 57,2% termasuk dalam kategori
defisit berat.
12
Total Energi : 1200 – 120 + 360
: 1440 kkal
13
penggunaan obat Manitol, Ketorolac, Candesartam, Amplodipin, dan Novorapid, dan
memiliki aktifitas sedang dengan pekerjaan swasta.
14
Nama Obat Jenis Obat Interaksi Obat dengan Efek Samping
makanan
Amplodipin Obat Jeruk bali merah dapat Merasa lelah, pusing,
Antihipertensi mual, pembengkakan
berinteraksi dengan
Golongan tungkai, dan jantung
Antagonis obat untuk tekanan berdebar
Kalsium
darah tinggi. Jeruk ini
dapat mengganggu
pemecahan obat-obat
tersebut, sehingga
malah dapat
menyebabkan tekanan
darah menjadi lebih
tinggi, selain itu
makanan atau minuman
yang mengandung
kalsium dapat
mengurangi efektivitas
obat sehingga perlu
menunggu minimal
empat jam setelah
minum obat.
15
oto, tubuh lemas, detak
16
BAB IV
DIAGNOSIS GIZI
17
(N : < 200 mg/dl)
diatas normal serta
adanya diagnosis
medis Intracerebral
Hematoma (Ich) Stroke
dengan riwayat DM
18
pasti, tingkat
kecukupan lemak
sebelum masuk rumah
sakit 255,71%
termasuk dalam
kategori lebih dari
Rumusan Diagnosa :
1. Asupan Oral Tidak Adekuat Berkaitan dengan penurunan kemampuan untuk
mengkonsumsi makanan karena ada kelemahan anggota gerak sebelah kiri, nyeri
punggung dan pusing Ditandai dengan pencapaian asupan pasien saat di rumah
sakit energi 56,7%, protein 42,05%, lemak 41,55%, dan karbohidrat 57,2%
termasuk dalam kategori defisit berat.
2. Asupan Serat Tidak Adekuat Berkaitan dengan kurangnya konsumsi makanan
sumber serat seperti sayur 1-2 kali/hari 50 gram dan buah 1-2 potong/mimggu
Ditandai dengan BAB tidak lancar 1- 2 hari sekali dan asupan serat sebelum
masuk rumah sakit 8,3 gram sehari (N : 25-30 gram ) termasuk dalam kategori
defisit berat.
3. Kelebihan Asupan Mineral Natrium Berkaitan dengan konsumsi makanan tinggi
natrium seperti kebiasaan makan goreng-gorengan, mie instan dan kopi Ditandai
dengan tekanan darah pasien 160/86 mmHg (N : 120/80 mm/Hg ) dan dan adanya
diagnosis medis Intracerebral Hematoma (Ich) Stroke.
4. Perubahan Nilai Laboratorium terkait Gizi Berkaitan dengan gangguan
metabolisme karbohidrat dan terjadinya hematoma Ditandai dengan kadar
hemoglobin 8,2 gr/dl (N : 12-14 gr/dl) dibawah normal, leukosit 11,2 ribu/ml (N :
5-10 ribu.ml), rata-rata GDS 244 gr/dl (N : < 200 mg/dl) diatas normal serta
adanya diagnosis medis Intracerebral Hematoma (Ich) Stroke dengan riwayat DM
dan hipertensi.
19
5. Tidak Siap Diet/ Merubah Perilaku Berkaitan dengan pasien sudah pernah
mendapatkan konseling gizi atau edukasi gizi sebelumnya Ditandai dengan
kebiasaan pasien mengonsumsi makanan yang tinggi lemak, natrium dan gula
seperti mengonsumsi makanan dengan olahan goreng-gorengan, dibacem, sayur
lodeh, bobor, mie instan 3-4x/bulan, teh manis 3-4x/hari dan kopi tidak pasti.
6. Kurang Patuh Untuk Mengikuti Anjuran Gizi Ditandai dengan kurangnya
pengetahuan makanan dan zat gizi terutama bagaimana membuat perubahan
terkait makanan dan gizi Ditandai dengan kebiasaan pasien mengonsumsi
makanan yang tinggi lemak, natrium dan gula seperti mengonsumsi makanan
dengan olahan goreng-gorengan, dibacem, sayur lodeh, bobor, mie instan 3-
4x/bulan, teh manis 3-4x/hari dan kopi tidak pasti
7. Pemilihan Makanan yang Salah (Pemilihan Makanan yang Tidak Diharapkan)
Berkaitan dengan kurang motivasi atau ketidaksiapan untuk merubah perilaku
terkait diit Ditandai dengan kebiasaan pasien mengonsumsi makanan yang tinggi
lemak, natrium dan gula seperti mengonsumsi makanan dengan olahan goreng-
gorengan, dibacem, sayur lodeh, bobor, mie instan 3-4x/bulan, teh manis 3-
4x/hari dan kopi tidak pasti, tingkat kecukupan lemak sebelum masuk rumah sakit
255,71% termasuk dalam kategori lebih dari kebutuhan, serta adanya diagnosis
medis Intracerebral Hematoma (Ich) Stroke dengan riwayat DM dan hipertensi.
21
1. Asupan Oral Tidak Adekuat Berkaitan dengan penurunan kemampuan untuk
mengkonsumsi makanan karena ada kelemahan anggota gerak sebelah kiri, nyeri
punggung dan pusing Ditandai dengan pencapaian asupan pasien saat di rumah
sakit energi 56,7%, protein 42,05%, lemak 41,55%, dan karbohidrat 57,2%
termasuk dalam kategori defisit berat.
2. Asupan Serat Tidak Adekuat Berkaitan dengan kurangnya konsumsi makanan
sumber serat seperti sayur 1-2 kali/hari 50 gram dan buah 1-2 potong/mimggu
Ditandai dengan BAB tidak lancar 1- 2 hari sekali dan asupan serat sebelum
masuk rumah sakit 8,3 gram sehari (N : 25-30 gram ) termasuk dalam kategori
defisit berat.
3. Kelebihan Asupan Mineral Natrium Berkaitan dengan konsumsi makanan tinggi
natrium seperti kebiasaan makan goreng-gorengan, mie instan dan kopi Ditandai
dengan tekanan darah pasien 160/86 mmHg (N : 120/80 mm/Hg ) dan adanya
diagnosis medis Intracerebral Hematoma (Ich) Stroke.
4. Perubahan Nilai Laboratorium terkait Gizi Berkaitan dengan gangguan
metabolisme karbohidrat dan terjadinya hematoma Ditandai dengan kadar
hemoglobin 8,2 gr/dl (N : 12-14 gr/dl) dibawah normal, leukosit 11,2 ribu/ml (N :
5-10 ribu.ml), rata-rata GDS 244 gr/dl (N : < 200 mg/dl) diatas normal serta
adanya diagnosis medis Intracerebral Hematoma (Ich) Stroke dengan riwayat DM
dan hipertensi.
5. Tidak Siap Diet/ Merubah Perilaku Berkaitan dengan pasien sudah pernah
mendapatkan konseling gizi atau edukasi gizi sebelumnya Ditandai dengan
kebiasaan pasien mengonsumsi makanan yang tinggi lemak, natrium dan gula
seperti mengonsumsi makanan dengan olahan goreng-gorengan, dibacem, sayur
lodeh, bobor, mie instan 3-4x/bulan, teh manis 3-4x/hari dan kopi tidak pasti.
22
BAB V
INTERVENSI GIZI
A. Perencanaan
2. Target Intervensi
a. Asupan energi, karbohidrat, lemak dan protein secara bertahap mencapai ≥
80% sesuai dengan kebutuhan pasien
b. Pasien dapat BAB (Buang Air Besar) secara rutin setiap hari dan BAK
(Buang Air Kecil) dengan volume normal
c. Tekanan darah pasien mendekati atau mencapai batas nilai normal 120/80
mmHg
d. Kadar hemoglobin, leukosit, dan kadar glukosa darah puasa pasien mendekati
atau mencapai nilai normal
e. Pasien dan keluarga pasien dapat memilih makanan yang tidak tinggi natrium,
tinggi gula, dan tinggi lemak seperti makanan goreng-gorengan dan bersantan
23
b. Protein cukup 56,25 gram, yaitu 15% dari kebutuhan energi total
c. Lemak rendah 33,33 gram, yaitu 20% dari kebutuhan energi total.
Mengutamakan sumber lemak tidak jenuh ganda, batasi sumber lemak jenuh
< 10%
d. Karbohidrat cukup 243,75 gram, yaitu 65% dari kebutuhan energi total. Untuk
karbohidrat diutamakan jenis karbohidrat kompleks.
e. Serat diberikan cukup 25-30 gr/hari, untuk membantu menurunkan kolesterol
dan mencegah konstipasi
f. Natrium diberikan rendah 600 – 800 mg
g. Kolesterol rendah < dari 300 mg
h. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan
kecuali jumlah yang digunakan sedikit. Bila kadar glukosa darah sudah
terkendali, diperbolehkan mengonsumsi gula murni 5% dari kebutuhan energi
total
i. Cairan diberikan cukup 1290 - 1440 ml/hari
Perhitungan Cairan diberikan 30 ml/Kg BB
- 30 ml x 43 (BB Aktual) : 1290 ml
- 30 ml x 48 (BB Ideal) : 1440 ml
j. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas
k. Bentuk makanan menyesuaikan dengan kondisi pasien
l. Vitamin dan mineral cukup
m. Vitamin A 8940 mcg
n. Vitamin C 213 mg
o. Vitamin E 15 mg
p. Vitamin B6 1,5 mg
q. Asam Folat 400 mcg
r. Tiamin 0,8 mg
s. Kalsium 835 mg
t. Zat Besi 19,3 12 mg
u. Magnesium 320 mg
v. Kalium 4700 mg
24
4. Kebutuhan Zat Gizi
Perhitungan Kebutuhan Gizi Sesudah Masuk Rumah Sakit (SMRS)
Menggunakan Rumus PERKENI, 2015
: 25 kkal x 48 Kg
: 1200 kkal
Faktor Koreksi
Umur (60 – 69) tahun : 1200 x (-10%)
: -120
Aktifitas Fisik (Bedrest) : 1200 x 10%
: 120
Stress Metabolik (25%) : 1200 x 25%
: 300
Total Energi : 1200 – 120 + 120 + 300
: 1500 kkal
25
Karbohidrat (65%) : 1500 x 65%
: 975/4
: 243,75 gram
Zat Gizi Mikro
a. Vitamin A 8940 mcg
b. Vitamin C 213 mg
c. Vitamin E 15 mg
d. Vitamin B6 1,5 mg
e. Asam Folat 400 mcg
f. Tiamin 0,8 mg
g. Kalsium 835 mg
h. Zat Besi 19,3 12 mg
i. Magnesium 320 mg
j. Kalium 4700 mg
5. Preskipsi Diit (Jenis Diit, Bentuk Makanan, Rute Makanan, Frekuensi Pemberian)
Jenis Diit : DM II, RG II, dan RL I
Bentuk Makanan : Lunak (Bubur Nasi)
Rute Makanan : Oral
Frekuensi Pemberian : 3 kali makan utama 2 kali selingan
B. Implementasi
a) Makan Pagi : Nasi Tim, Steam Ikan Kakap, Tofu Kukus Bunga, Sup
26
Brokoli Jamur, Jus Apel
b) Selingan : Buah Pepaya
c) Makan Siang : Nasi Tim, Loaf Ayam Kukus, Tempe Kukus Sayur,
Sayur Bening Bayam Labu Siam, Jus Jeruk
d) Selingan : Jus Alpukat
e) Makan Malam : Nasi Tim, Galantin Ikan, Tahu Bumbu Kuning, Sup
Sayur Mix, Jus Jambu
27
28
BAB VI
29
Tabel 15. Analaisis Recall Implementasi Intervensi Ke 2
Hasil asupan recall dan comestock selama dua hari intervensi diatas menunjukan bahwa asupan makan hari pertama dan kedua pasien
masih termasuk dalam kategori defisit karena belum mencapai target (>80%).
30
Pemantauan asupan makan pasien dilakukan untuk mengetahui asupan pasien setiap harinya. Perlahan asupan pasien mulai meningkat,
hal ini dapat dilihat pada gambar berikut. Untuk asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat pada intervensi ke dua meningkat akan
tetapi belum mencapai taget (>80%).
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Intervensi 1 52.90% 33.80% 37.80% 46.60%
Intervensi 2 60.50% 50.30% 45.30% 67.80%
31
B. Perkembangan Antropometri
32
Perkembangan GDS Ny . S
350
300
250
200
mg/dl
150
100
50
0
GDS 1 GDS 2 GDS 3
GDS 255 320 157
Hasil nilai biokimia setelah dilakukan pemantauan didapatkan pemeriksaan GDS ke 1 diperoleh 255 mg/dl, GDS ke 2 diperoleh 320
mg/dl, dan GDS ke 3 diperoleh 157 mg/dl, menunjukan bahwa pada pemeriksaaan ke 2 GDS mengalami peningkatan akan tetapi pada
pemeriksaan ke 3 GDS pasien sudah mengalami penurunan mendekati nilai normal.
33
D. Perkembangan Fisik Klinis
E. Perkembangan Behavior
34
BAB VII
PEMBAHASAN
Pasien atas nama Ny. S berusia 66 tahun sudah menikah dengan pendidikan terakhir
SMA (Sekolah Menengah Atas), bertempat tinggal di Condrowangsan Rt 07 Potorono
Yogyakarta, pekerjaan sehari-hari adalah pegawai swasta. Masuk Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Rabu, 26 Agustus 2020 dengan keluhan mengalami kelemahan
anggota badan sebelah kiri, nyeri punggung, dan pusing. Saat dirawat di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Ny. S didiagnosis oleh dokter mengalami Intracerebral
Hematoma (ICH) Stroke dengan riwayat Diabetes Mellitus. Ny S memiliki riwayat penyakit
Diabetes mellitus dan Hipertensi, juga memiliki riwayat personal BAB (Buang Air Besar)
tidak lancar 1-2 hari sekali dan BAK (Buang Air Kecil) sangat sedikit. Pemeriksaan
laboratorium pasien menunjukan kadar leukosit 11,2 ribu/ml, hemoglobin 8,2 g/dl, GDS 1
255 mg/dl, GDS 2 320 mg/dl, GDS 3 157 mg/dl. Kemudian untuk data fisik klinis Ny. S
memiliki tekanan darah 160/86 mmHg, nadi 83x/menit, respirasi 19x/menit dan suhu 36,7oC.
Berdasarkan hasil pengukuran antropometri berat badan Ny. S 43 Kg, tinggi badan 148 cm,
dan LLA (Lingkar Lengan Atas) 28 cm. Ny. S sudah pernah mendapat konseling
sebelumnya, tidak ada alergi makanan dan tidak pernah olahraga.
Stroke merupakan penyakit pembuluh darah otak. Definisi menurut WHO (World
Health Organization), Stroke adalah suatu keadaan dimana ditemukan tanda-tanda klinis yang
berkembang cepat berupa defisit neurologik fokal dan global, yang dapat memberat dan
berlangsung lama selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vascular. Secara sederhana stroke akut didefinisikan
sebagai penyakit otak yang disebabkan oleh terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan
(stroke iskemik) atau perdarahan (stroke hemoragik) (Junaidi, 2011). Stroke hemoragik
disebabkan oleh perdarahan ke area otak, akibat pecahnya pembuluh darah atau struktur
pembuluh darah abnormal pada otak. Perdarahan tersebut diawali oleh adanya tekanan yang
tiba-tiba meningkat ke otak sehingga pembuluh darah yang tersumbat tersebut tidak dapat
menahan tekanan, akhirnya pecah dan menyebabkan perdarahan. Perdarahan tersebut
umumnya terjadi pada batang otak (brain stem), selaput otak (korteks), dan serebelum.
Perdarahan yang terjadi tidak dapat mencapai sasarannya, yaitu sel otak yang membutuhkan
suplai darah . Jika suplai darah terhenti dipastikan suplai oksigen dan nutrisi yang diperlukan
otak akan terhenti pula dan sel otak dapat mengalami kematian. Stroke hemoragik terbagi
35
menjadi dua yaitu Intracerebral Hemorrhage (ICH) biasanya disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah kecil menembus otak dan Subarachnoid Hemorrhage (SAH) yang
disebabkan oleh pecahnya aneurisma intrakanial yang terkandung di dalam ruang
subarachnoid disekitar otak (Lingga, 2013).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten
diatas 140/90 mmHg. Ada dua macam hipertensi yaitu hipertensi esensial (primer) dan
sekunder. Hiperteni esensia (primer) dapat disebabkan oleh asupan natrium (natrium yang
tinggi dapat membuat retensi air yang menyebabkan volume darah meningkat), selain itu
juga dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan hipertensi, obesitas yang
berkaitan dengan peningkatan volume intravaskular, atreoklerosis, merokok (nikotin dapat
menyebabkan pembuluh darah menyempit), konsumsi alkohol dan stress emosi yang
merangsang sistem saraf simpatis. Hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit atau
gangguan tertentu seperti penyakit endokrin dan penyakit jantung (Baradero dkk., 2005).
Hipertensi seringkali tidak meimbulkan gejala namun tekanan darah terus menerus dalam
waktu yang lama dapat menimbulkan komplikasi seperti penyakit ginjal, stroke, dan gagal
jantung (Nuraini, 2005).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis serius yang terjadi akibat
pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa),
atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan (WHO
Global Report, 2016). Diabetes mellitus ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah)
melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl dan
kadar glukosa darah puasa diatas atau sama dengan 120 mg/dl. Diagnosis khas DM pada
umumnya adalah terdapatnya khas keluhan yaitu poliura (banyak kencing), polidipsia
36
(banyak minum), polifagia (banyak makan), dan penurunan berat badan yang tidak jelas
sebabnya, dan keluhan lainnya seperti kesemutan, gatal, dan mata kabur (Misnadiarly, 2006).
Diabetes mellitus juga dapat meningkatkan dengan cepat prevalensi komplikasi kronis pada
dewasa maupun lansia. Hal ini disebakan kondisi hiperglikemia akibat ketiadaan absolute
insulin atau penurunan relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya
penyakit tidak menular kronis lainnya bahkan kematian penyandang diabetes mellitus tidak
jarang disebabkan oleh komplikasi. Komplikasi diabetes dapat diklasifikasikan sebagai
mikrovaskuler dan makarovaskuler, komplikasi mikrovaskuler termasuk kerusakan system
saraf (neuropati), keusakan ginjal (nefropati) dan kerusakan mata (retinopati). Sedangkan
komplikasi makrovaskuler termasuk penyakit jantung, stroke dan penyakit pembuluh darah
perifer. Penyakit pembuluh darah perifer dapat menyebabkan cedera yang sulit sembuh,
gangrene bahkan amputasi (Sulistyowati, 2016). Hiperglikemia pada fase akut stroke
merupakan dampak dari respon stres. Respon stres akibat stroke akan meningkatkan
pelepasan kortisol dan nerepinefrin. Terjadi difungsi mitokondria, resistensi insulin, dan
metabolisme anaerob. Hiperglikemia memicu kerusakan sel saraf akbat stroke. Pada stroke
hemoragik, hiperglikemia memicu munculnya edema dan kematian jaringan sekitar
hematoma.
1. Skrining Gizi
Skrining gizi dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi pasien atau
klien yang berisiko atau tidak berisiko malnutrisi atau dalam keadaan kondisi
khusus. Kondisi khusus yang di maksud adalah pasien dengan kelainan metabolik,
hemodialisis, anak, geriatrik, kanker dengan kemoterapi atau radiasi, luka bakar,
pasien dengan imunitas menurun, sakit kritis dan sebagainya (Suryani dkk, 2018).
Skrining yang dilakukan menggunakan metode MNA (Mini Nutritional
Assesment) dikarenakan pasien merupakan usia lanjut yang menderita penyakit
akut dengan komplikasi. Hasil skrining gizi didapatkan skor 5 yaitu termasuk
dalam kategori malnutrisi sehingga butuh pengkajian lebih lanjut oleh ahli gizi
dan dilakukan monitoring setiap hari serta dilakukan pengulangan skrining setiap
7 hari.
a) Data Antroprometri
Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan indeks massa
tubuh (IMT) yaitu rasio BB dan TB (Kemenkes, 2013). Pengukuran
antropometri pada Ny. S didapatkan berat badan aktual 43 kg dan tinggi
badan aktual 148 cm menunjukkan status gizi (PGN,2014) berat badan
normal dengan nilai IMT 19,63 kg/m2.. Selain IMT penilaian status gizi
pasien juga dilakukan melalui hasil LLA (Lingkar Lengan Atas) aktual 28 cm
berdasarkan umur (WHO-NCHS) dengan menghitung % deviasi dari standar
LLA aktual dibandingkan dengan nilai standar (baku Havard) didapatkan
90,32% dimana termasuk dalam kategori status gizi normal (Jellife dan
Jellife, 1989).
b) Data Biokimia
Hasil pemeriksaan laboratorium pasien menunjukan kadar hemoglobin
8,2 g/dl dibawah normal sedangkan kadar leukosit 11,2 ribu/ml dan rata-rata
GDS ke 1 diperoleh 255 mg/dl, GDS ke 2 diperoleh 320 mg/dl, dan GDS ke 3
diperoleh 157 mg/dl diatas normal. Kadar eritrosit dibawah normal
diakibatkan oleh adanya pendarahan atau terjadinya hematoma akibat
pecahnya pembuluh darah di dalam otak. Kadar leukosit yang tinggi dapat
dikarenakan belum dilaksanakannya tindak operasi pada pasien dengan ICH
(Intracerebral Hematoma) Stroke dimana leukosit yang semakin tinggi
menggambarkan semakin hebatnya derajat inflamasi, sehingga efek cedera
otak primer dan sekunder juga semakin berat. Hal ini yang menyebabkan
kesadaran pasien lebih rendah (Tobing H.G dkk, 2019). Kadar glukosa darah
sewaktu yang tinggi (hiperglikemi) dapat diakibatkan oleh adanya riwayat
38
diabetes mellitus, asupan glukosa berlebih, dan juga bisa diakibatkan oleh
stress hiperglikemi akibat stroke. Diketahui bahwa sakit akut atau cedera
dapat mengakibatkan hiperglikemi, resistensi insulin, dan intoleransi glukosa
yang semuanya disebut sebagai stress hiperglikemi. Peningkatan kadar gula
sering terjadi pada fase awal stroke. Respon neuroendokrin terhadap stress
ditandai glukoneogenesis yang berlebihan, glikogenolisis dan resistensi
insulin . Stress hiperglikemi disebabkan terutama peningkatan pengeluaran
glukosa pada hati. Efek metabolisme kortisol mencakup peningkatan
konsentrasi glukosa darah melalui aktivasi enzim yang terlibat dalam
glukoneogenesis hepatik dan penghambatan penyerapan glukosa di jaringan
perifer jaringan seperti otot skeletal (Kristanti, 2017).
3. Diagnosis Gizi
Diagnosa gizi merupakan gambaran keadaan masalah gizi atau risiko masalah
gizi yang terjadi saat ini dan dapat berubah sesuai dengan respon pasien, khsusnya
pada intervensi gizi. Diagnosa gizi merupakan rangkuman masalah gizi dimana
seluruh data yang dukumpulkan pada pengkajian gizi diolah dan diidentifikasi
menjadi informasi. Informasi ini yang akan menjadi input pada proses menetapkan
diagnosa gizi. Penulisan kalimat diagnosa gizi terstruktur dengan konsep PES atau
problem, etiologi, dan sign/symtoms (ADA, 2008). Berdasarkan hasil assesmen
pada Ny. S didapatkan rumusan diagnosis NI-2.1 Asupan Oral Tidak Adekuat
Berkaitan dengan penurunan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan karena
ada kelemahan anggota gerak sebelah kiri, nyeri punggung dan pusing Ditandai
dengan pencapaian asupan pasien saat di rumah sakit energi 56,7%, protein
42,05%, lemak 41,55%, dan karbohidrat 57,2% termasuk dalam kategori defisit
berat, NI-5.8.5 Asupan Serat Tidak Adekuat Berkaitan dengan kurangnya
konsumsi makanan sumber serat seperti sayur 1-2 kali/hari 50 gram dan buah 1-2
potong/mimggu Ditandai dengan BAB tidak lancar 1- 2 hari sekali dan asupan
serat sebelum masuk rumah sakit 8,3 gram sehari (N : 25-30 gram ) termasuk
dalam kategori defisit berat, NI-5.10.2 Kelebihan Asupan Mineral Natrium
Berkaitan dengan konsumsi makanan tinggi natrium seperti kebiasaan makan
goreng-gorengan, mie instan dan kopi Ditandai dengan tekanan darah pasien
160/86 mmHg (N : 120/80 mm/Hg) dan adanya diagnosis medis Intracerebral
Hematoma (Ich) Stroke, NC-2.2 Perubahan Nilai Laboratorium terkait Gizi
Berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat dan terjadinya hematoma
Ditandai dengan kadar hemoglobin 8,2 gr/dl (N : 12-14 gr/dl) dibawah normal,
leukosit 11,2 ribu/ml (N : 5-10 ribu.ml), rata-rata GDS 244 gr/dl (N : < 200 mg/dl)
41
diatas normal serta adanya diagnosis medis Intracerebral Hematoma (Ich) Stroke
dengan riwayat DM dan hipertensi, NB-1.3Tidak Siap Diet/ Merubah Perilaku
Berkaitan dengan pasien sudah pernah mendapatkan konseling gizi atau edukasi
gizi sebelumnya Ditandai dengan kebiasaan pasien mengonsumsi makanan yang
tinggi lemak, natrium dan gula seperti mengonsumsi makanan dengan olahan
goreng-gorengan, dibacem, sayur lodeh, bobor, mie instan 3-4x/bulan, teh manis
3-4x/hari dan kopi tidak pasti.
4. Intervensi Gizi
Intervensi Gizi merupakan kegiatan atau langkah ke tiga dalam proses asuhan
gizi terstandar. Intervensi gizi merupakan suatu tindakan yang terencana yang
ditujukan untuk memperbaiki status gizi dan kesehatan, merubah perilaku gizi dan
kondisi lingkungan yang mempengaruhi masalah gizi pasien. Tujuan dari
intervensi gizi adalah untuk mengatasi masalah gizi yang teridentifikasi dalam
diagnosa gizi. Terdapat dua komponen dalam intervensi gizi yaitu perencanaan
intervensi dan implementasi. Perencanaan intervensi gizi dibuat merujuk pada
diagnosis gizi yang ditegakkan. Intervensi Gizi dikelompokkan menjadi 4 domain
yaitu pemberian makanan (ND), edukasi gizi (E), konseling gizi (C) dan
koordinasi asuhan gizi (RC). Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi
dimana tenaga gizi mengkomunikasikan rencana intervensi gizi yang sudah
ditetapkan kepada pasien/klien dan kepada pihak terkait lainnya misalnya kepada
bagian produksi makanan, perawat termasuk keluarga pasien/klien (Kemenkes RI,
2018).
a) Perencanaan Gizi
Intervensi yang diberikan kepada Ny. S yaitu dengan pemberian diet
rendah garam II, rendah lemak I , dan diabetes mellitus II yang disesuaikan
dengan keadaan pasien. Diet rendah garam II diberikan dikarenakan pasien
mengalami hipertensi sedang serta adanya diagnosis stroke, dan menghindari
terjadinya asites atau edema dengan pembatasan natrium 600-800 mg, diet
diabetes mellitus II diberikan karena adanya riwayat diabetes pasien tipe dua
dimana kurangnya sensitivitas insulin yang juga diakibatkan dari kebiasaan
konsumsi minuman atau makanan yang mengandung gula tinggi, dan diit
rendah lemak I diberikan dikarenakan asupan pasien sebelum masuk rumah
sakit diketahui tingkat asupan lemak berada pada kategori kelebihan asupan
42
dimana kolesterol dibatasi < 300 mg dan lemak 20% dimana mengutamakan
sumber lemak tak jenuh. Bentuk makanan yang diberikan yaitu bentuk
makanan lunak (nasi tim) dengan frekuensi pemberian 3x makan utama dan 2
x selingan melaui oral. Selama intervensi target pencapaian disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan pasien menerima makanan kemudian
disesuaikan dengan porsi yang telah diperhitungkan. Kebutuhan zat gizi
makro pasien dihitung menggunakan rumus PERKENI, 2015 dan didapatkan
kebutuhan energi cukup 1500 kkal, protein 56,25 gram, lemak 33,33 gram,
dan karbohidrat 243,75 gram. Prinsip dan syarat diit pasien Ny. S yaitu energi
cukup 1500 kkal, protein cukup yaitu 15% dari kebutuhan energi total, lemak
rendah 20% dari kebutuhan energi total dengan mengutamakan sumber lemak
tidak jenuh ganda serta membatasi lemak jenuh <10%, karbohidrat 65% dari
kebutuhan energi total dengan mengutamakan sumber karbohidrat kompleks,
serat pada pasien diberikan 20-30 gram untuk mengatasi konstipasi dan dan
menurunkan kadar kolesterol, Natrium diberikan rendah 600-800 mg setara
dengan 1 ½ sdt teh (2 gram) sesuai dengan diit rendah garam II untuk
menurunkan atau menstabilkan tekanan darah pasien, kolesterol rendah > 300
mg untuk menghindari asupan lemak berlebih (dislipidemia) atau mampu
meningkatkan resiko inflamasi, penggunaan gula murni dalam makanan dan
minuman tidak diperbolehkan kecuali dalam jumlah yang sedikit untuk
mengontrol kadar glukosa darah, cairan diberikan cukup 1290 - 1440 ml/hari
ml dengan tetap memperhatikan kondisi pasien, vitamin cukup diutamakan
Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E, Vitamin B6, Asam folat, dan Tiamin,
mineral cukup terutama kalsium, zat besi, magnesium, dan kalium.
▪ Konsumsi Vitamin B6
Vitamin B6 bagi tubuh manusia diantaranya adalah menjaga saraf
motorik, berfungsi untuk kesehatan darah, menguatkan kondisi tubuh,
dan membantu kesehatan perut. Selain itu Vitamin B6 juga berperan pada
metabolisme lemak dan protein pembentukan antibodi dan saraf,
mengatur penggunaan protein, lemak, dan karbohidrat, berperan dalam
regenerasi/pembaruan sel darah merah, meningkatkan resistensi terhadap
penyakit, memproduksi sel darah merah, serta menjaga kadar glukosa
darah selama puasa, menjaga kesehatan kulit, saraf dan jaringan tubuh.
(Wirosaputro S. dan Sumartini T., 2018).
44
▪ Konsumsi Vitamin B12
Vitamin B12 terlibat dalam satu karbon metabolisme neurotransmitter
dan fosfollifid dalam sistem saraf. Hasil penelitian yang dilakukan
Prajitmazum, dkk (2017) menunjukkan bahwa Vitamin B12 sangat
penting untuk metabolisme folat, erythropoiesis, pengembangan saraf,
dan fungsi sistem saraf. Kekurangan vitamin B12 menyebabkan
manifestasi sistem saraf pusat dan hematologis. Vitamin B12 dan
homosistein memiliki tingkat berbanding terbalik karena kekurangan
vitamin B12 mencegah konversi homosistein menjadi metionin yang
mengarah pada peningkatan kadar serum homosistein. Pasien dengan
peningkatan kadar homosistein karenanya berisiko serebrovaskular,
komplikasi kardiovaskular (Lestari dkk, 2019).
▪ Vitamin C dan E
Vitamin C dan E dapat memberi efek protektif terhadap penurunan
fungsi kognitif. Vitamin C merupakan antioksidan yang berperan dalam
menangkal stres oksidatif. Salah satu patofosiologis hiperglikemi adalah
kondisi stress oksidatif dalam tubuh yang bisa diakibatkan oleh beberapa
faktor. Kondisi stress oksidatif terjadi saat jumlah ROS/RNS (Reactive
45
oxygen/nitrogen species) lebih dari kapasitas tubuh dalam melawan
aktivitas ROS dengan sistem perlindungan oksidatif (antioxidative
protection system) yang merupakan awal mula dari patogenesis
hiperglikemia beserta komplikasinya. Terdapat beberapa mekanisme
yang dapat memproduksi ROS salah satunya saat tubuh mengalami
kelebihan glukosa. ROS dalam tubuh mampu mengakibatkan peroksidasi
lemak yang memicu disfungsi sel beta pankreas sampai menyebabkan
resistensi insulin. Peran Vitamin C sangat penting dalam menghentikan
peroksidadi lemak yang terjadi. Vitamin C dan beta karoten sangat
berperan dalam memutus peroksidasi lemak. Vitamin C sebagai
antioksidan akan mendonasikan elektoron atau atom hidrogen sebagai
cara untuk menetralkan lemak radikal ataupun asam lemak peoksil
radikal sehingga proses peroksidaasi lemak akan terhenti (Fitriani dkk,
2018).Vitamin C juga dibutuhkan dalam reaksi hidrolisis yaitu sintesis
amin-amin biogenik dalam sistem saraf pusat dan medula adrenal.
Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan terhadap membran sel. Vitamin
E dapat memperbaiki stres oksidatif dan resistensi insulin sehingga dapat
menurunkan dan menghalangi perkembangan komplikasi kronik diabetes
mellitus (Rahmawati A. dkk, 2012).
▪ Vitamin B1
Vitamin B1 atau tiamin berperan dalam penggunaan karbohidrat
menjadi sumber energi bagi tubuh. Tiamin membantu menjaga fungsi
saraf agar tetap baik. Asupan vitamin B1 harian tubuh bisa didapatkan
melalui makanan atau suplemen. Vitamin B1 secara alami terkandung
dalam gandum utuh, daging sapi, tuna, salmon, dan kacang-kacangan.
Selain itu, vitamin B1 juga dapat ditemukan pada sereal yang sudah
difortifikasi atau diperkaya dengan vitamin ini.
c) Perencanaan Konseling
Pemberian konseling diberikan mengenai penatalaksanaan diit bagi
penyakit stroke dengan riwayat diabetes meliitus dan hipertensi dengan tujuan
memberikan pengetahuan gizi kepada pasien dan keluarga mengenai pola
makan, pemilihan bahan makanan yang dianjurkan dan perlu dihindari serta
porsi yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien dengan harapan pasien dan
keluarga paham dan patuh terhadap diit yang diberikan setelah pulang ke
rumah sehingga asupan pasien dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan.
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Intervensi 1 52.90% 33.80% 37.80% 46.60%
Intervensi 2 60.50% 50.30% 45.30% 67.80%
48
Gambar 4. Presentase Asupan Energi Berdasarkan Kebutuhan
Energi merupakan zat penting bagi tubuh karena yang berguna sebagai
sumber tenaga yang digunakan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Energi
juga diperlukan untuk menjalankan metabolisme basal dalam organ vital dan
mencerna makanan. Energi diperoleh dari makanan yang dikonsumsi
sedangkan yang tidak diubah menjadi energi akan disimpan dalam tubuh.
Kebutuhan energi setiap individu dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, ukuran
tubuh, aktivitas fisik, dan faktor lainnya (Hartriyanti Y. dkk, 2020). Dengan
mempertimbangkan berbagai prinsip gizi seimbang dan permasalahan yang
sering terjadi pada lansia dikarenakan adanya peningkatan massa lemak serta
penurunan fungsi dari organ dan jaringan tubuh seperti jantung, otak, ginjal,
hati, jaringan syaraf, termasuk aktivitas fisiknya kebutuhan energi lansia
berbeda dengan dewasa. Kebutuhan energi lansia pada umumnya akan
mengalami penurunan 5% setiap 10 tahun (Suryani, 2018).
49
% Asupan Protein Ny. S
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Intervensi 1 Intervensi 2
Protein 33.80% 50.30%
50
% Asupan Lemak Ny. S
46.00%
44.00%
42.00%
40.00%
38.00%
36.00%
34.00%
Intervensi 1 Intervensi 2
Lemak 37.80% 45.30%
51
kedua asupan lemak pada Ny. S belum mencapai target (≥80%) akan tetapi
mengalami peningkatan secara bertahap.
Karbohidrat
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Intervensi 1 Intervensi 2
Karbohidrat 46.60% 67.80%
52
comestock yang bertujuan untuk mengetahui jumlah dan jenis bahan makanan
yang dikonsumsi pasien selama di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Berdasarkan recall 24 jam dan Comstock rata-rata asupan Ny. S pada
intervensi I dan II adalah asupan energi 56,7%, asupan protein 42,05%, asupan
lemak 41,55%, asupan karbohidrat 57,2%. Dilihat dari data tersebut asupan
makan Ny. S belum mencapai target (≥80%) namun asupan makan pasien
mengalami peningkatan seiring berjalannya intervensi yang diberikan.
b) Perkembangan Antropometri
Monitoring pada antropometri yang dilakukan setiap hari adalah
pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk mengetahui status gizi pasien
melalui Indeks Massa Tubuh (IMT) agar tetap stabil atau mencapaai normal
dengan target BBI 48 Kg dan IMT 18,5-25,0 Kg/m2.
54
BAB VIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ny. S didiagnosis oleh dokter mengalami Intracerebral Hematoma (ICH) Stroke
dengan riwayat Diabetes Mellitus, memiliki riwayat penyakit Diabetes mellitus
dan Hipertensi, juga memiliki riwayat personal BAB (Buang Air Besar) tidak
lancar 1-2 hari sekali dan BAK (Buang Air Kecil) sangat sedikit. Pemeriksaan
laboratorium pasien menunjukan kadar leukosit 11,2 ribu/ml, hemoglobin 8,2 g/dl,
GDS 1 255 mg/dl, GDS 2 320 mg/dl, GDS 3 157 mg/dl. Kemudian untuk data
fisik klinis Ny. S memiliki tekanan darah 160/86 mmHg, nadi 83x/menit, respirasi
19x/menit dan suhu 36,7oC. Berdasarkan hasil pengukuran antropometri berat
badan aktual Ny. S 43 Kg, berat badan ideal 48 Kg, tinggi badan 148 cm, dan
LLA (Lingkar Lengan Atas) 28 cm. Ny. S sudah pernah mendapat konseling
sebelumnya, tidak ada alergi makanan dan tidak pernah olahraga.
2. Hasil SEMI – FFQ (Food Frequency Questioinnaire) pasien sebelum masuk
rumah sakit didapatkan energi 1577,1 kkal, protein 54,6 gram, lemak 71,6 gram
dan karbohidrat 187,3 gram, dimana asupan lemak memiliki persentase 223,75%
dari kebutuhan lemak harian termasuk dalam kategori lebih dari kebutuhan.
3. Hasil rata-rata asupan recall dengan pasien selama di rumah sakit didapatkan rata-
rata asupan asupan energi 56,7% protein 42,05%, lemak 41,55% dan karbohidrat
57,2% termasuk dalam kategori defisit berat.
4. Berdasarkan hasil assesment pada Ny. S didapatkan rumusan diagnosis NI-2.1
Asupan Oral Tidak Adekuat Berkaitan dengan penurunan kemampuan untuk
mengkonsumsi makanan Ditandai dengan pencapaian asupan pasien saat di rumah
termasuk dalam kategori defisit berat ≤ 80%, NI-5.8.5 Asupan Serat Tidak
Adekuat Berkaitan dengan kurangnya konsumsi makanan sumber serat Ditandai
dengan BAB tidak lancar 1- 2 hari sekali dan asupan serat sebelum masuk rumah
sakit 8,3 gram sehari (N : 25-30 gram ) termasuk dalam kategori defisit berat, NI-
5.10.2 Kelebihan Asupan Mineral Natrium Berkaitan dengan konsumsi makanan
tinggi natrium Ditandai dengan tekanan darah pasien 160/86 mmHg (N : 120/80
mm/Hg) dan adanya diagnosis medis Intracerebral Hematoma (Ich) Stroke, NC-
2.2 Perubahan Nilai Laboratorium terkait Gizi Berkaitan dengan gangguan
metabolisme karbohidrat dan terjadinya hematoma Ditandai dengan kadar
55
hemoglobin 8,2 gr/dl (N : 12-14 gr/dl) dibawah normal, leukosit 11,2 ribu/ml (N :
5-10 ribu.ml), rata-rata GDS 244 gr/dl (N : < 200 mg/dl) diatas normal serta
adanya diagnosis medis Intracerebral Hematoma (Ich) Stroke dengan riwayat DM
dan hipertensi, NB-1.3Tidak Siap Diet/ Merubah Perilaku Berkaitan dengan
pasien sudah pernah mendapatkan konseling gizi atau edukasi gizi sebelumnya
Ditandai dengan kebiasaan pasien mengonsumsi makanan yang tinggi lemak,
natrium dan gula.
5. Intervensi yang diberikan kepada Ny. S yaitu dengan pemberian diet rendah
garam II, rendah lemak I , dan diabetes mellitus II yang disesuaikan dengan
keadaan pasien. Bentuk makanan yang diberikan yaitu bentuk makanan lunak
(nasi tim) dengan frekuensi pemberian 3x makan utama dan 2 x selingan melaui
oral. Selama intervensi target pencapaian disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan pasien menerima makanan kemudian disesuaikan dengan porsi yang
telah diperhitungkan. Kebutuhan zat gizi makro pasien dihitung menggunakan
rumus PERKENI, 2015 dan didapatkan kebutuhan energi cukup 1500 kkal,
protein 56,25 gram, lemak 33,33 gram, dan karbohidrat 243,75 gram.
6. Perkembangan asupan makan Ny. S diketahui bahwa pada implementasi hari ke-1
didapatkan asupan energi 52,90%, protein 33,80%, asupan lemak 37,80%, asupan
karbohidrat 46,60% mengalami peningkatan di implementasi ke 2 dengan asupan
energi 60,50%, protein 50,30%, asupan lemak 45,30%, asupan karbohidrat
67,80%.
7. Obat-obatan yang diberikan kepada pasien adalah Manitol, Ketorolac,
Candesartam, Amplodipin, dan Novorapid.
8. Monitoring dan evaluasi pada pasien yaitu terkait perkembangan asupan oral,
perkembangan nilai laboratorium, perkembangan fisik dan klinis, perkembangan
antropometri, dan perkembangan behavior.
56
DAFTAR PUSTAKA
Hartriyanti ., Perdana Samekto Tyas Nugroho Suyoto, Irlan Awalina Sabrini, dan Maria
Wigati. 2020. Gizi Kerja. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Kemenkes RI. 2014. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Anak Pedoman Asuhan Proses
Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Kristanti E. 2017. Korelasi Kadar Gula Darah Dengan Volume Hematom Pada Pasien Stroke
Perdarahan Intraserebral Nondiabetes Melitus. Universitas Hasanuddin Makassar.
Lestari, N.R.., Suhaema, Sulendri, NI. K. S., dan Luthfiyah, F. 2019. Karakteristik Dan
Tingkat Konsumsi Vitamin B6, B12, Dan Asam Folat Pada Pasien Stroke Rawat Inap.
Jurnal Gizi Prima. Vol. 4 : 106-113.
Lingga, Lani. 2013. All About Stroke Hidup Sebelum dan Sesudah Stroke. Jakarta : PT. Elex
Media Komputindo.
Nuraini B. 2015. Risk Factors Of Hypertention. Di dalam: Sidabutar RP, Wiguno P, editor.
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta (ID): Balai Penerbit FK-UI; 1999.hlm.210.
57
Sulistyowati E. 2016. Asuhan Gizi Pada Diabetes Melitus. Di dalam: Hardinsyah, Supariasa
IDN, editor. ILmu GIzi Teori & Aplikasi. Jakarta (ID): Buku Kedokteran EG. hlm
331.
Suryani, I., Nita Isdiany, dan GA Dewi Kusumayanti. 2018. Dietetik Penyakit Tidak
Menular. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Thamaria Netty. 2017. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Tobing H.G., PPR, Bismo Nugroho., Saekku M., Nugroho, S.W., Priyambodo, A., Sadewo,
W., Syaiful, I., Ananda Aman, R., Tandia, D., Anshari, A. 2019. Perbedaan Nilai
Leukosit Pra- Dan Pascaoperasi Sebagai Prediktor Luaran Fungsional Perdarahan
Intraserebral Spontan. Artikel Penelitian Departemen Bedah Saraf FK Universitas
Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Neurona Vol. 36 No
58
LAMPIRAN
==================================================================
===
Analysis of the food record
==================================================================
===
Food Amount energy carbohydr.
___________________________________________________________________________
___
Meal analysis: energy 180,4 kcal (13 %), carbohydrate 39,8 g (18 %)
Jus Apel
apel 100 g 59,0 kcal 15,3 g
59
Snack Pagi (09.00)
Buah Pepaya
pepaya 150 g 58,4 kcal 14,7 g
Meal analysis: energy 198,5 kcal (14 %), carbohydrate 43,7 g (20 %)
Jus Jeruk
jeruk 75 g 103,4 kcal 19,4 g
60
Makan Malam (19.00)
Nasi Tim
beras putih giling 55 g 198,5 kcal 43,7 g
Meal analysis: energy 198,5 kcal (14 %), carbohydrate 43,7 g (20 %)
==================================================================
===
Result
==================================================================
===
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
___________________________________________________________________________
___
energy 1375,7 kcal 2036,3 kcal 68 %
water 159,0 g 2250,0 g 7%
61
protein 61,9 g(18%) 60,1 g(12 %) 103 %
fat 30,9 g(19%) 69,1 g(< 30 %) 45 %
carbohydr. 219,9 g(63%) 290,7 g(> 55 %) 76 %
dietary fiber 25,0 g 30,0 g 83 %
alcohol 0,0 g - -
PUFA 7,3 g 10,0 g 73 %
cholesterol 93,1 mg - -
Vit. A 1827,8 µg 800,0 µg 228 %
carotene 2,1 mg - -
Vit. E (eq.) 7,2 mg 11,0 mg 65 %
Vit. B1 0,8 mg 1,0 mg 80 %
Vit. B2 1,2 mg 1,2 mg 101 %
Vit. B6 1,9 mg 1,2 mg 162 %
tot. fol.acid 491,7 µg 400,0 µg 123 %
Vit. C 403,9 mg 100,0 mg 404 %
sodium 372,3 mg 2000,0 mg 19 %
potassium 3744,8 mg 3500,0 mg 107 %
calcium 902,3 mg 1000,0 mg 90 %
magnesium 369,8 mg 300,0 mg 123 %
phosphorus 802,9 mg 700,0 mg 115 %
iron 45,8 mg 10,0 mg 458 %
zinc 7,2 mg 7,0 mg 103 %
62
Lampiran 2. Leaflet Konseling Gizi
63
64
65