Disusun Oleh :
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua dan hanya dengan qudrat dan iradat-Nyalah kami
dapat menyelesaikan makalah Diskusi Refleksi Kasus (DRK) keperawatan.
Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas tutorial mata kuliah
manajemen Keperawatan. Semoga dengan penyusunan makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman diri.Demi kesempurnaannya, kami selalu
mengharapkan adanya saran dan masukan dari berbagai pihak.
Dalam penyusunan makalah ini tentu melibatkan banyak pihak yang turut
serta membantu menyelesaikan makalah ini. Maka dari itu kami mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Rosiana Nurimalah S.,Kep.,Ns.,M.kep
Makalah ini tentunya masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat diperlukan.
Penyusun
(Kelompok 1)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Standar Operasional Prosedur (SOP) baru, sedangkan bagi perawat, DRK
sangat penting dalam meningkatkan profesionalisme, membangkitkan
motivasi belajar, meningkatkan pengetahuan dan aktualisasi diri dengan
teknik asertif atau tanpa menyalahkan orang lain (Amir, 2019).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
TINJUAN TEORI
A. Definisi
B. Tujuan
3
6. Membangkitkan motivasi diri
7. Wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada SOP
keperawatan
8. Belajar untuk menghargai kolega untuk lebih sabar
1. Suatu kelompok perawat atau kelompok bidan terdiri dari 5-8 orang
2. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator, satu orang lagi
sebagai penyaji dan lainya sebagai peserta
3. Posisi fasilitator, penyaji, dan peserta lain dalam diskusi setara (equal)
4. Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman klinis
keperawatan atau kebidanan yang menarik
5. Posisi duduk sebaiknya melingkar tanpa dibatasi oleh meja atau benda
lainna, agar setiap peserta dapat saling bertatapan dan berkomunikasi
secara bebas
6. Tidak boleh ada interupsi dan hanya satu orang saja yang berbicara dalam
satu saat, peserta lainnya memperhatikan proses diskusi
7. Tidak diperkenankan ada dominasi, kritik yang dapat memojokan peserta
lainnya
8. Membawa catatan diperbolehkan, namun perhatian tidak boleh terkikis
atau tertumpu hanya pada catatan, sehingga dapat mengurangi perhatian
dalam berdiskusi
1. Pengumpulan data
Tahap pengumpulan data perlu memperhatikan tentang riwayat masa lalu
dari kasus yang akan didiskusikan serta bagaimana perkembangan kasus,
tersebut saat ini.
2. Menentukan hipotesis awal
4
Menentukan hipotesis awal didasarkan pada struktur kerangka/fungsi,
gangguan yang dialami pasien, keterbatasan aktifitas harian pasien dan
pembatasan partisipasi pasien.
3. Pemeriksaan
Tahap pemeriksaan mempertimbangkan tes yang perlu dilakukan serta
pengukuran-pengukuran.
4. Evaluasi
5. Rencana tindak lanjut
6. Rencana kegiatan
7. Pemeriksaan ulang
8. Hasil
5
sebaliknya yaitu dukungan dan dorongan bagi setiap peserta agar terbiasa
menyampaikan pendapat mereka masing-masing.
6. Refleksi Diskusi Kasus dapat dimanfaatkan sebagai wahana untuk
memecahkan masalah, namun tidak dipaksakan (tidak harus).
7. Adanya catatan kehadiran dan laporan DRK serta catatan tentang isu-isu
yang muncul tidak terjadi atau terulang lagi.
8. DRK merupakan salah satu metoda in-service training yang mengandung
ciri-ciri pembelajaran antar sejawat dalam satu profesi, sebagai salah satu
sarana untuk meningkatkan kemampuan perawat atau bidan.
6
j. Fasilitator membuat kesimpulan dan menyampaikan issue-issue yang
muncul berdasarkan pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh
semua peserta.
k. Fasilitator melengkapi catatan DRK meliputi materi, issue-issue yang
muncul, termasuk meminta tanda tangan semua peserta.
l. Selanjutnya fasilitator meminta kesepakatan untuk rencana pertemuan
berikutnya.
m.Fasilitator menutup pertemuan dan berjabat tangan.
n. Fasilitator menyimpan laporan DRK pada arsip yang telah ditentukan
bersama.
2. Peran sebagai penyaji
a. Memikirkan serta menyiapkan kasus klinis keperawatan atau kebidanan
yang pernah dialami atau pernah terlibat didalam perawatannya.
b. Menjelaskan kasus tersebut dan tetap merahasiaan identitas pasien.
c. Tujuan penyajian kasus memberikan kesempatan bagi penyaji untuk
berfikir atau berefleksi ulang tentang bagaimana pasen tersebut
ditangani, hambatan apa saja yang dialami serta keberhasilan apa saja
yang telah dicapai.
d. Penyaji mempunyai kesempatan 10-20 menit untuk menyajkan kasus
tersebut.
e. Bila penyajian telah selesai, peserta akan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan berupa klarifikasi penanganannya. Mereka tidak akan
mengatakan apa yang harus anda lakukan atau memberi jawaban
maupun saran apapun.
f. Penyaji menyimak pertanyaan dan memberikan jawaban sesuai dengan
pengetahuan serta pengalaman nyata yang telah dilakukan dan merujuk
pada standar yang relevan atau SOP yang berlaku.
g. Bila perlu mencatat esensi penting dari pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan, atau hal-hal yang belum pernah diketahui sebelumnya sebagai
informasi baru.
7
h. Bila tidak ada lagi pertanyaan, fasilitator akan meminta anda sebagai
orang pertama dalam kelompok untuk menyampaikan apa saja yang
dapat dipelajari dari kasus tersebut, terutama berhubungan dengan
informasi baru yang dianggap dapat memberikan tambahan
pengetahuan atau sesuatu hal yang pernah diketahui tetapi dilupakan.
Semua hal tersebut diyakini akan dapat dipergunakan untuk perbaikan
kinerja pada waktu yang akan datang.
3. Peran Sebagai Peserta
a. Setelah memperhatikan penyajian kasus tersebut, setiap peserta
menyiap-kan pertanyaan-pertanyaan, minimal satu pertanyaan.
Kesempatan seluas-luasnya diberikan untuk melakukan klarifikasi atas
penanganan kasus tersebut.
b. Didalam mengajukan pertanyaan, cobalah merujuk pada standar atau
SOP yang berlaku, refleksi ulang bila anda mempunyai pengalaman
dalam menangani kasus semacam itu atau iptek terbaru yang diketahui.
c. Peserta tidak diperbolehkan untuk memberikan jawaban, saran secara
langsung atau memberitahukan bagaimana seharusnya perawatan pasen
itu harus dilakukan.
d. Bila anda berpikir bahwa penyaji melakukan perawatan dengan cara
yang berbeda, tidak sesuai standar atau tidak sesuai dengan SOP yang
berlaku, anda dilarang keras untuk melakukan kritik. Anda hanya dapat
melakukan klarifikasi kepada penyaji apakah dia telah memikirkan cara
lain seperti apa yang anda pikirkan.
e. Selama diskusi berlangsung semua peserta memberikan perhatian
penuh, karena sangat mungkin dari setiap pertanyaan atau klarifikasi
yang muncul, ada diantaranya yang belum pernah diketahui oleh
peserta lainnya. Ini merupakan kesempatan bagi semua anggota untuk
belajar serta memperoleh informasi atau pengetahuan baru dari proses
diskusi ini dalam waktu yang relatif sangat singkat.
8
f. Peserta mempunyai waktu 20-30 menit untuk mengajukan pertanyaan,
setelah itu anda perlu menyimak kembali apa yang dapat anda pelajari
dari proses diskusi kasus tersebut, guna dapat menjawab dengan tepat
pertanyaan dari fasilitator pada akhir sesi tersebut.
g. Kesimpulan tentang issue-issue yang muncul dapat dijadikan cermin
bagi semua peserta, agar kejadian atau masalah yang sama tidak
terulang dimasa yang akan datang.
9
BAB III
KASUS
A. Kasus
1. Fasilitator
2. Penyaji
3. Peseserta
B. Pemaparan Dialog
10
Penyaji : Faida
Peserta 1 : Fitri
Peserta 2 : Alfi
Peserta 3 : Fira
Peserta 4 : Afi
Fasilitator : “Assalamuallaikum wr. wb ”
Peserta : “Waaliakumsalam wr.wb”
Fasilitator : “selamat datang kepada seluruh peserta diskusi, apakah
semuanya sudah lengkap ?”
Peserta : “sudah”
Fasilitator :”Perkenalkan saya Faida sebagai fasilitator, pada hari ini kita
akan melakukan diskusi refleksi kasus. Tujuan dari diskusi ini
yaitu untuk merefleksikan membahas sebuah kasus dan belajar
bersama-sama. Pada saat diskusi ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yang pertama seluruh peserta diskusi harus
memperhatikan dengan seksama, kedua tidak boleh memotong
pembicaraan orang lain, kemudian menghargai pendapat orang
lain, dan yang terakhir tidak boleh keluar dari topik diskusi.
Baik untuk waktu lama diskusi mau disepakati berapa lama?”
Peserta 1 : “maaf saya usul untuk waktu diskusi 60 menit, bagimana
teman-teman”
Fasilitator :” 60 menit apakah semua teman-teman sepakat”
Semua Peserta : “sepakat”
Fasilitator : “Baiklah diskusi akan dilakukan selama 60 menit kedepan,
Alangkah baiknya kita mulai diskusi ini dengan membaca lafal
basmalah”
Peserta : “ baik mba, bismillahirohmannirohim”
Fasilitator : “kepada penyaji saya persilakan untuk memaparkan kasus
pada hari ini, kepada saudari Nada saya persilakan”
Penyaji : “baik terimakasih, sebelumnya assalamu’alikum wr.wb”
11
Peserta : “waalikumsalam wr.wb”
Penyaji :” baik terimakasih atas waktu yang telah diberikan kepada
saya, saya akan memaparkan sebuah kasus tentang diagnosa
medis DM tipe 2 yang dialami oleh salah satu pasien saya.
Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan ciri-ciri
berupa tingginya kadar gula (glukosa) darah. Selama dirawat
dirumah sakit saya telah memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan SOP rumah sakit dan telah mematuhi hand
hygine. Tindakan keperawatan yang sudah diberikan yaitu
perawatan luka pada kaki pasien. Dan pengobatan yang
diberikan oleh dokter obat insulin. Saya sudah melakukan
pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan, dan saya juga
sudah berkolaborasi dengan dokter. Pasien sejauh ini masih
sulit untuk bergerak dan mengontrol nyeri. demikian kasus
yang dapat saya paparkan pada hari ini, terimakasih waktu
yang sudah diberikan pada saya, selanjutnya waktu saya
kembalikan kepada fasilitator.
Fasilitator : “Baiklah terimakasih kepada saudari Nada telah
memaparkan kasus dengan sangat baik sekali, setelah ini saya
akan memfasilitasi diskusi selama 30 menit kedepan, untuk
para peserta diskusi dipersilakan untuk memberikan
pernyataan atau klarifikasi pada kasus tersebut. Silakan
kepada mba Fitri”
Peserta 1 : ”Terimakasih atas waktu yang sudah diberikan pada saya,
saya mempunyai pengalaman yang sama seperti yang ada
pada kasus ini yaitu pasien dengan DM tipe 2 yang sudah
parah. intervensi yang harus kita berikan selain melakukan
perawatan luka kita juga harus memantau risiko infeksi pada
luka DM dengan menerapkan Hand Hygine.
12
Fasilitator : “Baik selanjutnya kepada saudari Alfi sebagai peserta kedua
saya persilakan”
Peserta 2 : “Baik terimakasih atas waktu yang sudah diberikan pada
saya, memang betul seperti yang sudah dikatakan oleh mba
Fitri, melakukan tindakan hand hygine pada saat melakukan
tindakan keperawatan memang penting untuk dilakukan untuk
mencegahadanya risiko infeksi pada luka.
Fasilitator : “Baik selanjutnya silakan saudara Fira”
Peserta 3 : “Pasien yang tidak dipantau risiko infeksi dan perawat yang
menangani tidak patuh akan 5 waktu dalam hand hygine juga
akan memperburuk kondisi luka pasien.
Fasilitator : “Silakan saudara Afi”
Peserta 4 : “penggunaan handscoon serta penggantian balutan juga akan
berdampak baik terhadap kondisi luka pasien untuk
meminimalisir atau mencegah risiko infeksi pada luka pasien.
Fasilitator : Silakan saudara Alfi
Peserta 2 : “memang benar penerapan hand hygine serta pemanauan
luka pasien akan mencegah risiko infeksi. Menurut buku yang
pernah saya baca hand hygine merupakan Praktik hand
hygiene yang benar adalah salah satu hal yang paling penting,
sederhana, dan murah yang dapat mengurangi prevalensi
HAIs dan penyebaran resistensi antimikroba. Beberapa
penelitian membuktikan hal tersebut, diantaranya terdapat
penelitian yang menunjukkan bahwa mencuci tangan dapat
membasmi perpindahan MRSA pada tenaga kesehatan dan
pasien.
Fasilitator : “Silahkan saudara Fitri:
Peserta 1 : “Menambahkan, penggunaan hand scoon juga sangan
penting untuk diterapkan karena walaupun kita sudah
melakukan hand hygine dengan benar kita juga harus
13
meminimalisir kembali risiko ifeksi dengan menggunakan
handscoon. Hal ini akan melindungi baik perawat maupun
pasien.
Fasilitator : “Kepada saudara Fira saya persilakan”
Peserta 3 : “Baik terimakasih, saya izin bertanya apakah dengan
melakukan hal-hal yang sudah disampaikan semuanya
perawatan yang diberikan akan lebih efektif?”
Fasilitaor : “Kepada saudara Fitri saya persilakan”
Peserta 1 : “Komplikasi apa yang akan terjadi pada pasien DM Tipe 2
yang mengalami risiko infeksi?
Fasilitaor : “Kepada saudara Alfi saya persilakan”
Peserta 2 : “Baik terimakasih atas waktunya, saya disini akan mencoba
menjawab pertanyaan dari saudara Fira. Terkait dengan
masalah asuhan keperawatan yang diberikan. Sebelumnya
saya akan membahas terlebih dahulu dari yang pertama kali
sudah disampaikan oleh penyaji. Terkait dengan masalah hand
hygine, sudah betul untuk diterapkan oleh perawat pada saat
akan melakukan tindakan pada pasien karena dengan
mematuhi hand hygine akan meminimalisir atau mencegah
lebih dini risiko infeksi pada luka pasien.
Fasilitator : “Baik terimakasih atas jawabannya saudari Fitri, selanjutnya
silahkan saudari Fira untuk menjawab pertanyaan dari saudari
Fitri.”
Peserta 3 : “Baik terimakasih atas waktu yang diberikan, disini saya
mencoba intuk menjawab pertanyaan dari saudari Fitri,
pertanyaannya yaitu komplikasi apa yang akan terjadi pada
pasien DM tipe 2 ? Jawaban saya yaitu akan terjadinya ulkus
diabetik yang semakin parah dan menimbulkan bau tidak
sedap.”
14
Fasilitator : “Baik terimakasih atas jawaban saudari Fitri, apakah ada
pertanyaan lagi?”
Peserta 1, 2, 3 : “Sepertinya tidak.”
Fasilitator : “Baik saya cukukpkan diskusi hari ini. Sebelum kita tutup
Saya akan mencoba menyimpulkan diskusi kita hari ini.
Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan ciri-ciri
berupa tingginya kadar gula (glukosa) darah. Glukosa
merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia.
Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap
sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan
organ tubuh. Jika luka diabetes tidak dikontrol dan pada saat
dilakukan perawatan luka tidak melakukan hand hygine
dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang
membahayakan nyawa penderitadan risiko infeksi pada pasien
DM. Mungkin hanya itu kesimpulan diskusi kita hari ini. Mari
kita tutup diskusi hari ini dengan membaca hamdalah
bersama-sama.”
Fasilitator dan peserta :”Alhamdulillahirobbil’alamin”
Fasilitator : “Sekian diskusi kita hari ini kurangnya mohon dimaafkan,
wassalamualaikum wr.wb.”
Peserta 1,2,3 : “Wassalamualaikum wr.wb.”
15
DAFTAR PUSTAKA
16