Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PRAKTIKUM MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK) KEPERAWATAN

Dosen Pembimbing : Rosiana Nurimalah S.,Kep.,Ns.,M.kep

Disusun Oleh :

1. Irwan Ardianto 1710201080


2. Nur Fitri Eka Dewi 1710201081
3. Faida Rahmani 1710201083
4. Yunita Qotrunnada Z.A 1710201084
5. Yuniar Intan Safira 1710201085
6. Alfi Zakiyah 1710201088

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH

YOGYAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua dan hanya dengan qudrat dan iradat-Nyalah kami
dapat menyelesaikan makalah Diskusi Refleksi Kasus (DRK) keperawatan.

Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas tutorial mata kuliah
manajemen Keperawatan. Semoga dengan penyusunan makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman diri.Demi kesempurnaannya, kami selalu
mengharapkan adanya saran dan masukan dari berbagai pihak.

Dalam penyusunan makalah ini tentu melibatkan banyak pihak yang turut
serta membantu menyelesaikan makalah ini. Maka dari itu kami mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Rosiana Nurimalah S.,Kep.,Ns.,M.kep

Makalah ini tentunya masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat diperlukan.

Yogyakarta, 10 November 2020

Penyusun

(Kelompok 1)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................................3


A. Definisi..............................................................................................................3
B. Tujuan................................................................................................................3
C. Persyaratan Diskusi Refleksi Kasus (DRK)......................................................4
D. Pedoman Diskusi Refleksi Kasus (DRK)..........................................................4
E. Proses Diskusi Refleksi Kasus (DRK)...............................................................5
F. Peran Diskusi Refleksi Kasus (DRK)................................................................6

BAB III KASUS..........................................................................................................10


A. Kasus...............................................................................................................10
B. Pemaparan Dialog............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berperan vital, baik di


Rumah sakit maupun Puskesmas. Berdasarkan data Kemenkes tahun 2017,
jumlah perawat dari total 601.228 orang tenaga kesehatan, perawat sebanyak
296.876 orang atau 49% total petugas kesehatan. Jumlah tenaga keperawatan
yang cukup banyak diharapkan mampu memberikan pelayanan secara
profesional, sehingga upaya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan pelatihan secara berkelanjutan adalah kebutuhan utama (Amir, 2019).
Pemerintah Indonesia melalui kementrian kesehatan terus memberikan
dukungan, salah satunya melalui program Pengembangan Manajemen Kinerja
(PMK) yang terdiri dari standar, uraian tugas, indikator kinerja, sistem
monitoring dan Diskusi Refleksi Kasus (DRK). Pelaksanaan DRK di
Indonesia berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
836/MENKES/SK/VI/2005, DRK dilakukan oleh perawat dan bidan namun
pelaksanaanya harus secara terpisah (Kemenkes, 2005). DRK pada
pelaksanaanya, menggabungkan antara proses diskusi dan refleksi
pengalaman (Amir, 2019).
Kegiatan untuk memecahkan masalah yang muncul dalam pelayanan
kesehatan salah satunya dengan refleksi kasus yang di Indonesia
diperkenalkan melalui kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) (Kurniasih,
2020). Kegiatan keperawatan ini apabila dilakukan secara rutin dan konsisten
oleh kelompok keperawatan, maka masing – masing akan mondorong perawat
untuk lebih memahami hubungan antara standar. DRK dimanfaatkan sebagai
alternatif pemecahan masalah serta teknik yang digunakan dalam pembuatan

1
Standar Operasional Prosedur (SOP) baru, sedangkan bagi perawat, DRK
sangat penting dalam meningkatkan profesionalisme, membangkitkan
motivasi belajar, meningkatkan pengetahuan dan aktualisasi diri dengan
teknik asertif atau tanpa menyalahkan orang lain (Amir, 2019).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud devinisi DRK ?


2. Apa Tujuan Dari DRK ?
3. Apa saja persayaratan dalam melakukan DRK ?
4. Bagimana pedoman DRK ?
5. Bagimana pembagian peran dalam DRK ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetauhi definisi DRK


2. Untuk mengetahui tujuan DRK
3. Untuk mengetahui syarat dalam melakukan DRK
4. Untuk mengetahui pedoman DRK
5. Untuk mengetahui pembagian peran dalam DRK

2
BAB II

TINJUAN TEORI

A. Definisi

Diskusi Refleksi Kasus (DRK) merupakan suatu metode dalam


merefleksikan pengalaman klinis perawat dalam menerapkan standar dan
uraian tugas. Pelaksanaan DRK secara langsung menerapkan berbagai strategi
pembelajaran sehingga mempunyai banyak manfaat bagi perawat Dalam
pelaksanaan refleksi asuhan keperawatan menjadikan perawat akan berfikir
lebih terbuka, meningkatkan keberanian, berfikir kritis, menambah
pengetahuan dan mengurangi risiko melakukan kesalahan dengan belajar dari
pengalaman (Ardian & Hirayati, 2017).
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) adalah suatu metode pembelajaran
dalam merefleksikan pengalaman perawat yang aktual dan menarik dalam
memberikandan mengelola asuhan keperawatan melalui suatu diskusi
kelompok yang mengacu pemahaman standar yang ditetapkan. DRK ini
merupakan wahana untuk masalah dengan mengacu pada standar
keperawatan/ kebidanan yang telah ditetapkan.

B. Tujuan

Tujuan Diskusi Refleksi Kasus (DRK), diantaranya (Amir, 2019) :


1. Meminimalisir kesenjangan teori dan praktik
2. Perluasan peran dan kompetensi dalam keperawatan
3. Kebutuhan pembelajaran dan tanggung jawab Pendidikan
4. Mengembangkan profesionalimse perawat dan bidan
5. Meningkatkan aktualiasasi diri

3
6. Membangkitkan motivasi diri
7. Wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada SOP
keperawatan
8. Belajar untuk menghargai kolega untuk lebih sabar

C. Persyaratan Diskusi Refleksi Kasus (DRK)

1. Suatu kelompok perawat atau kelompok bidan terdiri dari 5-8 orang
2. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator, satu orang lagi
sebagai penyaji dan lainya sebagai peserta
3. Posisi fasilitator, penyaji, dan peserta lain dalam diskusi setara (equal)
4. Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman klinis
keperawatan atau kebidanan yang menarik
5. Posisi duduk sebaiknya melingkar tanpa dibatasi oleh meja atau benda
lainna, agar setiap peserta dapat saling bertatapan dan berkomunikasi
secara bebas
6. Tidak boleh ada interupsi dan hanya satu orang saja yang berbicara dalam
satu saat, peserta lainnya memperhatikan proses diskusi
7. Tidak diperkenankan ada dominasi, kritik yang dapat memojokan peserta
lainnya
8. Membawa catatan diperbolehkan, namun perhatian tidak boleh terkikis
atau tertumpu hanya pada catatan, sehingga dapat mengurangi perhatian
dalam berdiskusi

D. Pedoman Diskusi Refleksi Kasus (DRK)

1. Pengumpulan data
Tahap pengumpulan data perlu memperhatikan tentang riwayat masa lalu
dari kasus yang akan didiskusikan serta bagaimana perkembangan kasus,
tersebut saat ini.
2. Menentukan hipotesis awal

4
Menentukan hipotesis awal didasarkan pada struktur kerangka/fungsi,
gangguan yang dialami pasien, keterbatasan aktifitas harian pasien dan
pembatasan partisipasi pasien.
3. Pemeriksaan
Tahap pemeriksaan mempertimbangkan tes yang perlu dilakukan serta
pengukuran-pengukuran.
4. Evaluasi
5. Rencana tindak lanjut
6. Rencana kegiatan
7. Pemeriksaan ulang
8. Hasil

E. Proses Diskusi Refleksi Kasus (DRK)

1. Sistem yang didukung oleh manajer lini pertama (kepala ruangan/


supervisor di puskesmas) yang mendorong serta mewajibkan anggotanya
untuk melaksanakan DRK secara rutin, terencana dan terjadwal dengan
baik.
2. Kelompok perawat atau kelompok bidan berbagi (sharring) pengalaman
klinis dan iptek diantara sejawat masing-masing selama 1 jam, minimal
setiap bulan sekali.
3. Setiap anggota secara bergilir mendapat kesempatan dan menimba
pengalaman sebagai fasilitator, penyaji dan sebagai anggota dalam diskusi
tersebut.
4. Proses diskusi memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk
menyampaikan pendapat dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sedemikian rupa yang merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta
kemampuan masing-masing.
5. Selama diskusi berlangsung harus dijaga agar tidak ada pihak-pihak yang
nerasa tertekan ataupun terpojok. Yang diharapkan terjadi justru

5
sebaliknya yaitu dukungan dan dorongan bagi setiap peserta agar terbiasa
menyampaikan pendapat mereka masing-masing.
6. Refleksi Diskusi Kasus dapat dimanfaatkan sebagai wahana untuk
memecahkan masalah, namun tidak dipaksakan (tidak harus).
7. Adanya catatan kehadiran dan laporan DRK serta catatan tentang isu-isu
yang muncul tidak terjadi atau terulang lagi.
8. DRK merupakan salah satu metoda in-service training yang mengandung
ciri-ciri pembelajaran antar sejawat dalam satu profesi, sebagai salah satu
sarana untuk meningkatkan kemampuan perawat atau bidan.

F. Peran Diskusi Refleksi Kasus (DRK)

1. Peran sebagai Fasilitator


a. Membuka pertemuan dan mengucapkan selamat datang
b. Menyampaikan tujuan pertemuan, mengajak semua peserta untuk
merefleksikan pengalaman klinis masing-masing.
c. Meminta persetujuan tentang lamanya waktu diskusi (kontrak waktu).
d. Menyampaikan syarat-syarat selama pertemuan.
e. Mempersilakan penyaji untuk mempresentasikan kasusnya selama 10 –
20 menit.
f. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan
pertanyaan secara bergilir selama 30 menit.
g. Mengatur lalu lintas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta
dan klarifikasi bila ada yang tidak jelas.
h. Fasilitator boleh mengajukan pertanyaan sama seperti peserta lainnya.
i. Setelah pertanyaan berakhir, fasilitator bertanya kepada presenter, apa
yang bisa dipelajari dari diskusi tersebut, kemudian dilanjutkan kepada
semua peserta lainnya satu persatu, termasuk fasilitator sendiri juga
memberikan pendapatnya.

6
j. Fasilitator membuat kesimpulan dan menyampaikan issue-issue yang
muncul berdasarkan pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh
semua peserta.
k. Fasilitator melengkapi catatan DRK meliputi materi, issue-issue yang
muncul, termasuk meminta tanda tangan semua peserta.
l. Selanjutnya fasilitator meminta kesepakatan untuk rencana pertemuan
berikutnya.
m.Fasilitator menutup pertemuan dan berjabat tangan.
n. Fasilitator menyimpan laporan DRK pada arsip yang telah ditentukan
bersama.
2. Peran sebagai penyaji
a. Memikirkan serta menyiapkan kasus klinis keperawatan atau kebidanan
yang pernah dialami atau pernah terlibat didalam perawatannya.
b. Menjelaskan kasus tersebut dan tetap merahasiaan identitas pasien.
c. Tujuan penyajian kasus memberikan kesempatan bagi penyaji untuk
berfikir atau berefleksi ulang tentang bagaimana pasen tersebut
ditangani, hambatan apa saja yang dialami serta keberhasilan apa saja
yang telah dicapai.
d. Penyaji mempunyai kesempatan 10-20 menit untuk menyajkan kasus
tersebut.
e. Bila penyajian telah selesai, peserta akan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan berupa klarifikasi penanganannya. Mereka tidak akan
mengatakan apa yang harus anda lakukan atau memberi jawaban
maupun saran apapun.
f. Penyaji menyimak pertanyaan dan memberikan jawaban sesuai dengan
pengetahuan serta pengalaman nyata yang telah dilakukan dan merujuk
pada standar yang relevan atau SOP yang berlaku.
g. Bila perlu mencatat esensi penting dari pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan, atau hal-hal yang belum pernah diketahui sebelumnya sebagai
informasi baru.

7
h. Bila tidak ada lagi pertanyaan, fasilitator akan meminta anda sebagai
orang pertama dalam kelompok untuk menyampaikan apa saja yang
dapat dipelajari dari kasus tersebut, terutama berhubungan dengan
informasi baru yang dianggap dapat memberikan tambahan
pengetahuan atau sesuatu hal yang pernah diketahui tetapi dilupakan.
Semua hal tersebut diyakini akan dapat dipergunakan untuk perbaikan
kinerja pada waktu yang akan datang.
3. Peran Sebagai Peserta
a. Setelah memperhatikan penyajian kasus tersebut, setiap peserta
menyiap-kan pertanyaan-pertanyaan, minimal satu pertanyaan.
Kesempatan seluas-luasnya diberikan untuk melakukan klarifikasi atas
penanganan kasus tersebut.
b. Didalam mengajukan pertanyaan, cobalah merujuk pada standar atau
SOP yang berlaku, refleksi ulang bila anda mempunyai pengalaman
dalam menangani kasus semacam itu atau iptek terbaru yang diketahui.
c. Peserta tidak diperbolehkan untuk memberikan jawaban, saran secara
langsung atau memberitahukan bagaimana seharusnya perawatan pasen
itu harus dilakukan.
d. Bila anda berpikir bahwa penyaji melakukan perawatan dengan cara
yang berbeda, tidak sesuai standar atau tidak sesuai dengan SOP yang
berlaku, anda dilarang keras untuk melakukan kritik. Anda hanya dapat
melakukan klarifikasi kepada penyaji apakah dia telah memikirkan cara
lain seperti apa yang anda pikirkan.
e. Selama diskusi berlangsung semua peserta memberikan perhatian
penuh, karena sangat mungkin dari setiap pertanyaan atau klarifikasi
yang muncul, ada diantaranya yang belum pernah diketahui oleh
peserta lainnya. Ini merupakan kesempatan bagi semua anggota untuk
belajar serta memperoleh informasi atau pengetahuan baru dari proses
diskusi ini dalam waktu yang relatif sangat singkat.

8
f. Peserta mempunyai waktu 20-30 menit untuk mengajukan pertanyaan,
setelah itu anda perlu menyimak kembali apa yang dapat anda pelajari
dari proses diskusi kasus tersebut, guna dapat menjawab dengan tepat
pertanyaan dari fasilitator pada akhir sesi tersebut.
g. Kesimpulan tentang issue-issue yang muncul dapat dijadikan cermin
bagi semua peserta, agar kejadian atau masalah yang sama tidak
terulang dimasa yang akan datang.

9
BAB III

KASUS

A. Kasus

Di Ruang Srikandi RS Jiwa saat ini merawat  22 pasien sesuai kapasitas. 


Diantara 22 pasien yang dirawat terdapat satu pasien yang unik. Pasien ini
telah 2 kali dirawat di RS Jiwa dan kebetulan juga dua kali dirawat di Ruang
Srikandi. Pasien berinisial Nn. X dengan diagnosa medis skizoafektif tipe
manik, dan diagnosa keperawatan yang muncul 1) Defisit pearawatan diri:
Toileting dan berhias, 2) Gangguan proses pikir. Perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien Nn. X merujuk dari Standar Asuhan
Keperawatan yang ada di RS Jiwa . Perawatan pada pasien ini semaksimal
mungkin akan tetapi pasien ini tidak menunjukkan perbaikan. Karena belum
menemukan titik temu tentang perawatan yang terbaik untuk Nn. X. Sebagai
kelompok perawat dalam suatu ruangan lakukan diskusi kelompok untuk
menyelesaikan masalah tersebut.

Peran Dalam Dialog :

1. Fasilitator
2. Penyaji
3. Peseserta

B. Pemaparan Dialog

Perawat di Bangsal Mawar PKU Muhammadiyah melaksanakan diskusi


refleksi kasus salah satu pasien yang dirawat di bangsal tersebut mengalami
ifeksi pada luka DM. Pasien dengan diagnosa medis DM Tipe 2 dan diagnosa
keperawatan yang muncul pada kasus adalah risiko infeksi: adanya nanah
pada luka, kemerahan dan udem. Diskusi dilaksanakan di ruang perawat
peserta diskusi terdiri dari 1 fasilitator, 1 penyaji, dan 4 peserta diskusi.
Fasilitator : Nada

10
Penyaji : Faida
Peserta 1 : Fitri
Peserta 2 : Alfi
Peserta 3 : Fira
Peserta 4 : Afi
Fasilitator : “Assalamuallaikum wr. wb ”
Peserta : “Waaliakumsalam wr.wb”
Fasilitator : “selamat datang kepada seluruh peserta diskusi, apakah
semuanya sudah lengkap ?”
Peserta : “sudah”
Fasilitator :”Perkenalkan saya Faida sebagai fasilitator, pada hari ini kita
akan melakukan diskusi refleksi kasus. Tujuan dari diskusi ini
yaitu untuk merefleksikan membahas sebuah kasus dan belajar
bersama-sama. Pada saat diskusi ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yang pertama seluruh peserta diskusi harus
memperhatikan dengan seksama, kedua tidak boleh memotong
pembicaraan orang lain, kemudian menghargai pendapat orang
lain, dan yang terakhir tidak boleh keluar dari topik diskusi.
Baik untuk waktu lama diskusi mau disepakati berapa lama?”
Peserta 1 : “maaf saya usul untuk waktu diskusi 60 menit, bagimana
teman-teman”
Fasilitator :” 60 menit apakah semua teman-teman sepakat”
Semua Peserta : “sepakat”
Fasilitator : “Baiklah diskusi akan dilakukan selama 60 menit kedepan,
Alangkah baiknya kita mulai diskusi ini dengan membaca lafal
basmalah”
Peserta : “ baik mba, bismillahirohmannirohim”
Fasilitator : “kepada penyaji saya persilakan untuk memaparkan kasus
pada hari ini, kepada saudari Nada saya persilakan”
Penyaji : “baik terimakasih, sebelumnya assalamu’alikum wr.wb”

11
Peserta : “waalikumsalam wr.wb”
Penyaji :” baik terimakasih atas waktu yang telah diberikan kepada
saya, saya akan memaparkan sebuah kasus tentang diagnosa
medis DM tipe 2 yang dialami oleh salah satu pasien saya.
Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan ciri-ciri
berupa tingginya kadar gula (glukosa) darah. Selama dirawat
dirumah sakit saya telah memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan SOP rumah sakit dan telah mematuhi hand
hygine. Tindakan keperawatan yang sudah diberikan yaitu
perawatan luka pada kaki pasien. Dan pengobatan yang
diberikan oleh dokter obat insulin. Saya sudah melakukan
pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan, dan saya juga
sudah berkolaborasi dengan dokter. Pasien sejauh ini masih
sulit untuk bergerak dan mengontrol nyeri. demikian kasus
yang dapat saya paparkan pada hari ini, terimakasih waktu
yang sudah diberikan pada saya, selanjutnya waktu saya
kembalikan kepada fasilitator.
Fasilitator : “Baiklah terimakasih kepada saudari Nada telah
memaparkan kasus dengan sangat baik sekali, setelah ini saya
akan memfasilitasi diskusi selama 30 menit kedepan, untuk
para peserta diskusi dipersilakan untuk memberikan
pernyataan atau klarifikasi pada kasus tersebut. Silakan
kepada mba Fitri”
Peserta 1 : ”Terimakasih atas waktu yang sudah diberikan pada saya,
saya mempunyai pengalaman yang sama seperti yang ada
pada kasus ini yaitu pasien dengan DM tipe 2 yang sudah
parah. intervensi yang harus kita berikan selain melakukan
perawatan luka kita juga harus memantau risiko infeksi pada
luka DM dengan menerapkan Hand Hygine.

12
Fasilitator : “Baik selanjutnya kepada saudari Alfi sebagai peserta kedua
saya persilakan”
Peserta 2 : “Baik terimakasih atas waktu yang sudah diberikan pada
saya, memang betul seperti yang sudah dikatakan oleh mba
Fitri, melakukan tindakan hand hygine pada saat melakukan
tindakan keperawatan memang penting untuk dilakukan untuk
mencegahadanya risiko infeksi pada luka.
Fasilitator : “Baik selanjutnya silakan saudara Fira”
Peserta 3 : “Pasien yang tidak dipantau risiko infeksi dan perawat yang
menangani tidak patuh akan 5 waktu dalam hand hygine juga
akan memperburuk kondisi luka pasien.
Fasilitator : “Silakan saudara Afi”
Peserta 4 : “penggunaan handscoon serta penggantian balutan juga akan
berdampak baik terhadap kondisi luka pasien untuk
meminimalisir atau mencegah risiko infeksi pada luka pasien.
Fasilitator : Silakan saudara Alfi
Peserta 2 : “memang benar penerapan hand hygine serta pemanauan
luka pasien akan mencegah risiko infeksi. Menurut buku yang
pernah saya baca hand hygine merupakan Praktik hand
hygiene yang benar adalah salah satu hal yang paling penting,
sederhana, dan murah yang dapat mengurangi prevalensi
HAIs dan penyebaran resistensi antimikroba. Beberapa
penelitian membuktikan hal tersebut, diantaranya terdapat
penelitian yang menunjukkan bahwa mencuci tangan dapat
membasmi perpindahan MRSA pada tenaga kesehatan dan
pasien.
Fasilitator : “Silahkan saudara Fitri:
Peserta 1 : “Menambahkan, penggunaan hand scoon juga sangan
penting untuk diterapkan karena walaupun kita sudah
melakukan hand hygine dengan benar kita juga harus

13
meminimalisir kembali risiko ifeksi dengan menggunakan
handscoon. Hal ini akan melindungi baik perawat maupun
pasien.
Fasilitator : “Kepada saudara Fira saya persilakan”
Peserta 3 : “Baik terimakasih, saya izin bertanya apakah dengan
melakukan hal-hal yang sudah disampaikan semuanya
perawatan yang diberikan akan lebih efektif?”
Fasilitaor : “Kepada saudara Fitri saya persilakan”
Peserta 1 : “Komplikasi apa yang akan terjadi pada pasien DM Tipe 2
yang mengalami risiko infeksi?
Fasilitaor : “Kepada saudara Alfi saya persilakan”
Peserta 2 : “Baik terimakasih atas waktunya, saya disini akan mencoba
menjawab pertanyaan dari saudara Fira. Terkait dengan
masalah asuhan keperawatan yang diberikan. Sebelumnya
saya akan membahas terlebih dahulu dari yang pertama kali
sudah disampaikan oleh penyaji. Terkait dengan masalah hand
hygine, sudah betul untuk diterapkan oleh perawat pada saat
akan melakukan tindakan pada pasien karena dengan
mematuhi hand hygine akan meminimalisir atau mencegah
lebih dini risiko infeksi pada luka pasien.
Fasilitator : “Baik terimakasih atas jawabannya saudari Fitri, selanjutnya
silahkan saudari Fira untuk menjawab pertanyaan dari saudari
Fitri.”
Peserta 3 : “Baik terimakasih atas waktu yang diberikan, disini saya
mencoba intuk menjawab pertanyaan dari saudari Fitri,
pertanyaannya yaitu komplikasi apa yang akan terjadi pada
pasien DM tipe 2 ? Jawaban saya yaitu akan terjadinya ulkus
diabetik yang semakin parah dan menimbulkan bau tidak
sedap.”

14
Fasilitator : “Baik terimakasih atas jawaban saudari Fitri, apakah ada
pertanyaan lagi?”
Peserta 1, 2, 3 : “Sepertinya tidak.”
Fasilitator : “Baik saya cukukpkan diskusi hari ini. Sebelum kita tutup
Saya akan mencoba menyimpulkan diskusi kita hari ini.
Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan ciri-ciri
berupa tingginya kadar gula (glukosa) darah. Glukosa
merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia.
Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap
sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan
organ tubuh. Jika luka diabetes tidak dikontrol dan pada saat
dilakukan perawatan luka tidak melakukan hand hygine
dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang
membahayakan nyawa penderitadan risiko infeksi pada pasien
DM. Mungkin hanya itu kesimpulan diskusi kita hari ini. Mari
kita tutup diskusi hari ini dengan membaca hamdalah
bersama-sama.”
Fasilitator dan peserta :”Alhamdulillahirobbil’alamin”
Fasilitator : “Sekian diskusi kita hari ini kurangnya mohon dimaafkan,
wassalamualaikum wr.wb.”
Peserta 1,2,3 : “Wassalamualaikum wr.wb.”

15
DAFTAR PUSTAKA

Kurniasih yuni.Ardani&Widiastuti.2020.Implementasi Diskusi Refleksi


Kasus (DRK) meningkatkan kepatuhan perawat dalam menerapkan SOAP
manajemen nyeri.Jurnal Kesehatan Kusuma Husada. (diakses pada tanggal 10
November 2020)

Ardian,prima.Hariyati Sri Tutik.2017. Pendidikan keperawatan


berkelanjutan melalui implementasi Diskusi refleksi kasus (drk): pilot study.Jurnal
Kesehatan Holistik Volume 11, Nomer 4. (diakses pada tanggal 10 November
2020)

16

Anda mungkin juga menyukai