Anda di halaman 1dari 10

RANGKUMAN KONSEP SEHAT SAKIT DAN RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT

NAMA : EKA MARDIANTI

KELAS : A1 / SEMESTER 5 TINGKAT III

NIM : 014STYC18

A. Pengertian sehat
Sehat menurut WHO (1974) adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik,
mental dan social serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sehat menurut
UU nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang memungkinkan hidup produktif
secara social dan ekonomi.
Sehat secara mental (kesehatan jiwa) diartikan sebagai satu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, itelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang-orang lain.
Sehat secara social adalah perikehidupan dalam masyarakat; perikehidupan ini harus
sedemikian rupa sehingga setiap warga Negara mempunyai cukup kemampuan untuk
memelihara dan memajukan kehidupannya sendiri serta kehidupan keluarganya dalam
masyarakat yang memungkinkannya untuk bekerja, beristirahat dan menikmati hiburan
pada waktunya.
B. Keterpaparan dan kerentanan
a) Keterpaparan
Keterpaparan adalah suatu keadaan dimana penjamu berada pada
pengaruh atau berinteraksi dengan unsur penyebab primer maupun sekunder atau
dengan unsur lingkungan yang dapat mendorong proses terjadinya penyakit.
Dengan demikian ,untuk menilai tingkat keterpaparan , harus selalu dihubungkan
dengan sumber dan sifat unsur penyebab, keadaan penjamu yang mengalami
keterpaparan tersebut serta cara berlangsungnya proses keterpaparan.
b) Kerentanan
Kerentanan adalah keadaan dimana penjamu mempunyai kondisi yang
mudah dipengaruhi/ berinteraksi dengan unsur penyebab sehingga memungkinkan
timbulnya. Pada umumnya, dalam proses kejadian penyakit, tampak bahwa tidak
satupun penyakit yang memiliki nilai yang terbatas walau bagaimanapun
sederhananya proses kejadiannya.
Peranan kerentanan sangat berpengaruh dalam hasil akhir suatu proses kejadian
penyakit, apakah proses tersebut akan berakhir sebagai penderita, meninggal, atau
tidak ada perubahan yang jelas. Dengan demikian peranankerentanan individu
yang berbeda dalam masyarakat dapat meimbulkan keadaan yang sering disebut
dengan “fenomena gunung es”. Keadaan ini bukan hanya berlaku pada penyakit
menular/infeksi, tetapi dapat juga pada penyakit non- infeksi serta pada penyakit
gangguan perilaku social
1. MODEL SEHAT SAKIT
1) Kontinum sehat sakit atau rentang sehat sakit Sehat dalam suatu rentang adalah
tingkat kesejahtera individu pada jangka waktu tertentu, dimana individu berada
dalam kondisi sejahtera yang optimal, dengan kualitas energi yang paling
maksimum, sampai pada kondisi kematian, yang menandakan habisnya energi
individu secara total (Neuman, 1990 dalam Maulana, 2014).
Menurut model kontinum sehat sakit, sehat adalah sebuah keadaan yang bersifat
dinamis dan dapat berubah terusmenerus sesuai dengan adaptasi dari individu
terhadap perubahan suatu lingkungan baik internal dan eksternal dan mampu
mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan dan
spiritual yang sehat, sedangkan sakit adalah sebuah proses perubahan atau penurunan
fungsi dari individu bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya, 16
karena sehat dan sakit merupakan bagian yang mempunyai beberapa tingkat dan
kualitas yang bersifat relatif, maka keakuratannya harus ditentukan sesuai dengan
titik tertentu pada skala kontinum sehat sakit (Maulana, 2014).
2) Model kesejahteraan tingkat tinggi Model kesejahteraan tingkat tinggi adalah model
kesejahteraan yang orientasinya ialah memaksimalkan potensi sehat yang ada pada
setiap individu untuk mampu mempertahankan rentang keseimbangan dan arah yang
memiliki tujuan tertentu dalam lingkungan. Model ini berusaha untuk memajukan
tingkat fungsi ke arah yang lebih tinggi, dimana individu mampu hidup dengan
potensi yang paling maksimal, dan merupakan suatu proses yang dinamis, bukan
suatu keadaan yang statis dan pasif (Maulana, 2014)
3) Model agen-penjamu-lingkungan Model agen-penjamu-lingkungan adalah model
yang tingkat sehat sakit dari individu atau kelompok tersebut ditentukan oleh
hubungan antara ketiga variabel yakni agen, penjamu dan lingkungan secara dinamis
(Maulana, 2014)
4) Model keyakinan kesehatan Model ini menyatakan hubungan antara keyakinan
seseorang dengan perilaku yang ditampilkannya. Terdapat 3 komponen dalam model
keyakinan kesehatan, yaitu :
c) Komponen pertama adalah persepsi individu tentang dirinya yang rentan terhadap
suatu penyakit. Contohnya, klien atau individu perlu mengenal adanya penyakit
yang diderita melalui riwayat keluarganya. Apabila dalam keluarga memiliki
riwayat diabetes melitus dan dalam empat dekade ada keluarga yang meninggal
karena penyakit tersebut, maka klien memiliki kemungkinan mengalami penyakit
diabetes melitus.
d) Komponen kedua adalah presepsi individu terhadap keseriusan penyakit tertentu.
Variabel demografi dan sosiopsikologis merupakan hal utama yang
mempengaruhinya, rasa terancam oleh penyakit dan tandatanda untuk bertindak.
e) Komponen ketiga dimana individu berusaha mengambil tindakan preventif,
contohnya mengubah gaya hidup.

Model keyakinan kesehatan sangat membantu perawat dalam memahami tentang


berbagai faktor yang dapat mempengaruhi presepsi, keyakinan, perilaku klien serta
membantu perawat dalam merancang rencana paling efektif sehingga klien dapat
memelihara atau memperoleh kembali status kesehatanya dan mencegah terjadinya
penyakit (Maulana, 2014).
5) Model peningkatan kesejahteraan Menurut Pender, peningkatan kesehatan bertujuan
untuk meningkatkan tingkat kesehatan klien. Model peningkatan kesejahteraan
adalah model yang mengidentifikasikan beberapa faktor seperti demografi dan sosial.
Faktor dalam model tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan partisipasi,
sehingga terjadi peningkatkan kesehatan serta mengatur berbagai tanda yang muncul
menjadi sebuah pola yang dapat menjelaskan kemungkinan munculnya partisipasi
individu dalam perilaku peningkatan kesehatan.
2. PENYEBAB PENYAKIT
Beberapa teori yang pernah dikemukakan antara lain :
a. Teori Contagion
Sebuah teori yang berkembang karena pada masanya terjadi penyakit menular akibat
adanya kontak langsung. Kasimpulan teori ini bahwa untuk terjadinya penyakit
diperlukan adanya kontak langsung antara suatu orang dengan orang lain.
b. Teori Hippocratic
Berbeda dengan contagion teori Hippocratic berpendapat bahwa penyakit yang timbul
pada individ, disebabkan oleh gaya hidup individu dan didukung oleh lingkungan
yang bermasalah.
c. Teori Masmatic
Teori ini menekannkan bahwa penyebab timbulnya sakit dikarenakan uap dari sesuatu
yang membusuk atau limbah yang menggenang yang dilambangkan ketika individu
yang menghirup uap dari limbah tersebut maka akan terpapar.
d. Teori Epidemic
Dalam teori epidemic sesuai dengan namanya maka teori ini menekankan bahwa
penyakit terjadi berhubungan dengan cuaca dan factor geografi (tempat).
e. Germ Theory
Teori yang terkenal dengan sebutan teori kuman. Hal ini karena didukung dengan
kemajuan teknologi yaitu mikroskop yang mampu mengidentifikasi mikroorganisme.
Germ theory menyimpulkan bahwa kuman atau mikroorganisme lah yang
menyebabkan timbulnya penyakit.
f. Multicausa Theory
Teori multicausa ini mengemukakan behwa penyakit terjadi karena hasil interaksi
dari berbagai factor, misalnya factor interaksi lingkungan yang berupa factor biologis,
kimiawi, ekonomi dan social yang mempengaruhi terjadinya penyakit.

Konsep penyakit kausa


a. Kausa mutlak
Yang dimaksus adalah suatu penyebab yang pasti akan menimbulkan suatu penyakit
tertentu, contoh untuk terjadinya TBC pasti karena adanya Mycrobacterium
Tuberculosis.
b. Kausa eksensial
Suatu penyebab yang harus ada untuk memungkinkan terjadinya suatu penyakit.
Contohnya kausa esensial penyakit diare adalah lingkungan yang kurang bersih.
c. Kausa sufisuen
Suatu penyebab yang terdiri dari beberapapenyebab yang saling mendukung sampai
terjadinya suatu penyakit. Seperti contohnya kausa sufisien penyakit tipes yaitu
karena terlalu memforsir dalam bekerja, pola makan yangtidak teratur lalu karena
adanya Microbacterium Salmonella Typosa jadi ada beberapa factor yang saling
mendukung dalam terjadinya penyakit ini

3. PENGERTIAN RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT


Riwayat alamiah penyakit adalah perkembangan penyakit secara alamiah, tanpa ikut
campur tangan medis atau intervensi kesehatan lainnya. Riwayat alamiah penyakit (natural
history of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan waktu danPerkembangan penyakit
pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat
penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi
preventif maupun terapetik (CDC, 2010c).
Riwayat alamiah penyakit perlu dipelajari. Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit
sama pentingnya dengan kausa penyakit untuk upaya pencegahan dan pengendalian
penyakit. Dengan mengetahui perilaku dan karakteristik masing-masing penyakit maka bisa
dikembangkan intervensi yang tepat untuk mengidentifikasi maupun mengatasi problem
penyakit tersebut (Gordis, 2000; Wikipedia, 2010)
4. MANFAAT MENGETAHUI RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
Manfaat yang diperoleh dari riwayat alamiah penyakit, yaitu:
1) Untuk diagnostik: masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan jenis
penyakit, misalnya jika trejadi KLB (Kejadian Luar Biasa
2) Untuk pencegahan: dengan mengetahui kuman patologi penyebab dan rantai
perjalanan penyakit dapat dengan mudah dicari titik potong yang penting dalam
upaya pencegahan penyakit. Dengan mengetahui riwayat penyakit dapat trelihat
apakah penyakit itu perlangsungannya akut ataukah kronik. Tentu berbeda upaya
pencegahan yang diperlukan untuk penyakit yang akut dibanding dengan kronik
3) Untuk terapi: intervensi atau terapi hendaknya biasanya diarahkan ke fase pasling
awal. Pada tahap perjalanan awal penyakit itu terapi tepat sudah perlu diberikan.
Lebih awal terapi akan lebbih baik hasil yang diharapkan. Keteralambatan diagnosis
akan berkaitan dengan keterlambatan terapi.

Pengetahuan mengenai Riwayat Alamiah Penyakit (RAP) merupakan dasar untuk


melakukan upaya pencegahan. RAP dan hasil pemeriksaan fisik akan mengarahkan
pemeriksa (tenaga kesehatan) untuk menetapkan diagnosis dan kemudian memahami
bagaimana perjalanan penyakit yang telah didiagnosis. Hal ini penting untuk dapat
menerangkan tindakan pencegahan, keganasan penyakit, lama kelangsungan hidup
penderita, atau adanya gejala sisa berupa cacat atau carrier. Informasi-informasi ini akan
berguna dalam strategi pencegahan, perencanaan lama perawatan, model pelayan yang
akan dibutuhkan kemudian, dan lain sebagainya

5. TAHAP –TAHAP RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT


Beberapa tahapan Riwayat Alamiah Penyakit adalah Tahap Prepatogenesis, Tahap
Patogenesis dan Tahap Pasca Patogenesis: Sembuh, Kronik/ Karier, Cacat, Mati.
1) Tahap Prepatogenesis Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal sehat
tetapi mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan
agen penyakit (stge of suseptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya
telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit . tetapi interaksi ini
masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada di luar tubuh
penjamu di mana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang
penjamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan
tubuh penjamu masih kuat. Namun begitu penjamunya ‘lengah’ ataupun memang
bibit penyakit menjadi lebih ganas, ditambah dengan kondisi lingkungan yang
kurang menguntungkan penjamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit
akan melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap patogenesis.
Secara ringkas, gambaran tahap prepatogenesis, yaitu:
a) Kondisi Host masih normal/sehat
b) Sudah ada interaksi antara Host dan Agent, tetapi Agent masih diluar Host
c) Jika interaksi Host, Agent dan Environment berubah maka Host jadi lebih
rentan atau Agent jadi lebih virulen jadi Agent masuk ke Host (memasuki
tahap patogenesis)
2) Tahap Patogenesis Tahap ini meliputi 4 sub-tahap, yaitu: Tahap Inkubasi, Tahap
Dini, Tahap Lanjut, dan Tahap Akhir.
a) Tahap Inkubasi Tahap inkubasi merupakan tenggang waktu antara
masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyakit,
sampai timnulnya gejala penyakit. tahap ini ditandai dengan mulai
masuknya Agent ke dalam Host, sampai timbulnya gejala sakit. Masa
inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan
pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak
sekedar sebgai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk
informasi diagnosis. Setiap penyakit mempunyai mas inkubasi tersendiri,
dan pengetahuan mas inkubasi dapat dipakai untuk indentifikasi jenis
penyakitnya.
b) Tahap Dini Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang
kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan
karena sudah ada g angguan patologis (pathologic changes), walaupun
penyakit masih dalam masa subklinik (stage of subclinical disease).
Seandainya memungkinkan, pada tahap ini sudah diharapkan diagnosis
dapat ditegakkan secara dini.
c) Tahap Lanjut Merupakan tahap di mana penyakit bertambah jelas dan
mungkin tambah berat dengan segala kelainan patologis dan gejalanya
(stage of clinical disease). Pada tahap ini penyakit sudah menunjukkan
gejala dan kelainan klinik yang jelas sehingga diagnosis sudah realtif mudah
ditegakkan. Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakknan, diperlukan
pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik.
d) Tahap Akhir Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima
pilihan keadaan, yaitu:
1) Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tumbuh
menjadi pulih, sehat kembali.
2) Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit
sudah tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan
bekas gangguan yang permanen berupa cacat.
3) Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun bibit penyakit
masih tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan
penyakit.
4) Penyakit tetap berlangsung secara kronik.
5) Berakhir dengan kematian.

6. TAHAPAN PENECEGAHAN PENYAKIT


1) Tahap primary prevention
Tahap ‘pencegahan primer’ diterapkan dalam fase ‘pre-patogenesis’, yaitu pada
keadaan di mana proses penyakit belum terjadi atau belum mulai. Dalam fase ini
meskipun proses penyakit belum mulai tapi ke 3 faktor utama untuk terjadinya
penyakit, yaitu ‘agent’, ‘host’ dan ‘enviroment’ yang membentuk konsep ‘segitiga
epidemiologi’ selalu akan berinteraksi yang satu dengan lainnya dan selalu
merupakan ancaman potensial untuk sewaktu-waktu mencetuskan terjadinya
‘stimulus’ yang akan memicu untuk mulainya terjadi proses penyakit dan masuk
kedalam fase ‘patogenesis’. Tahap ‘pencegahan primer’ terbagi menjadi dua sub-
tahap yaitu ‘Healt Promotion’ (pembinaan kesehatan) dan ‘specific Protection’
(perlindungan khusus).
2) Primordial
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk menghindari kemunculan dan kemapanan di
bidang social, ekonomi, dan pola kehidupan yang diketahui yang diketahui
mempunyai kontribusi untuk meningkatkan risiko penyakit.
3) Pencegahan skunder
Lebih ditunjukkan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-akibat
yang lebih serius dari penyakit melalui diagnosis diri pemberian penobatan. Program
skrining sering diketahui pada acara-acara kesehatan/ program khusus di dalam
perusahaan.
4) Pencegahan tersier
Adalah pembatasan terhadap sejak ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitas
saat penyakit, cedera, atau ketidakmampuan sudah terjadi dan menimbulkan
kerusakan.
DAFTAR PUSTAKA

Triyono, S.D Krisna & Herdiyanto, Yohanes K. 2017. Konsep Sehat Dan Sakit Pada Individu
Dengan Urolithiasis (Kencing Batu) Di Kabupaten Klungkung, Bali. Jurnal Psikologi
Udayana, Vol 4 No. 2 Hal 263-276

Adnani, Hariza, PRINSIP DASAR EPIDEMIOLOGI.2010.Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai