I. JUDUL PENELITIAN
PELAMONIA MAKASSAR
III. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menjangkiti 26,4% populasi dunia dengan perbandingan 26,6% pada pria dan 26,1%
pada wanita. Dari 26,4% populasi dunia itu, negara berkembang menyumbang 2/3
terjadi pada setiap tahunnya penyakit hipertensi diprediksi akan terus mengalami
peningkatan.
asia di perkirakan sudah mencapai 8-18% pada tahun 2002,hipertensi di jumpai pada
4.400 per 10.000 penduduk dan pada tahun 2000 sekitar 15-20% masyarakat Indonesia
Di tahun 2000 saja, sebanyak 26% orang dewasa menderita hipertensi. Jadi sekitar 972
orang yang mengalaminya. Diperkirakan di tahun 2025, sekitar 29% orang dewasa
diseluruh dunia yang menderita hipertensi (Gne-biz., 2009). Prevalensi hipertensi pada
usia lebih dari 50 tahun di Amerika pada tahun 2005 adalah 21,7%, di Singapura (2004)
adalah 24,9%. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan tahun
2008, tingkat prevalensi hipertensi di Tanah Air mencapai 31,7% dari total jumlah
penduduk, dimana Jawa timur menempati posisi pertama untuk provinsi dengan
bentuk italic dari terapi komplementer dan alternatif keperawatan SEFT merupakan
teknik penggabungan dari sistem energy tubuh (energy medicine) dan terapi spiritual
dengan menggunakan tapping pada titik- titik tertentu pada tubuh. Terapi SEFT bekerja
dengan berusaha merangsang titik- titik kunci pada sepanjang 12 jalur energy (energy
meridian) tubuh. Menurut Thayib (2010) menstimulasi titik-titik meridian tubuh selama
10-15 menit dan dengan intensitas ketukan yang sama dapat membantu mengurangi
kecemasan dan membuat perasaan menjadi lebih tenang dan nyaman. Sehingga hal ini
bisa menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Terapi
SEFT menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap emosi seseorang. Penelitian yang
dilakukan oleh Faridah (2012) menunjukkan adanya perbedaan tekanan darah sistolik
pasien hipertensi yang mendapatkan perawatan SEFT jika dibandingkan dengan pasien
yang menjadi kelompok control. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rofacky dan Aini (2015) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh teknik spiritual
emotional freedom technique (SEFT) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi.
Hasil ini juga didukung penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2015) yang melakukan
terapi SEFT selama 6 sesi dalam 2 minggu pada penderita hipertensi. Setiap sesi
membutuhkan waktu 20 menit dan tekanan darah diukur. Hasilnya menunjukkan bahwa
Hasil penelitian Virgianti Nur Faridah, 2016 dengan judul Perubahan persepsi dan
domain spiritual terhadap tekanan darah penderita hipertensi akibat pemberian spiritual
emotional freedom technique (SEFT). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa domain
spiritual berhubungan dengan tekanan darah pada penderita hipertensi usia 45-59 tahun
di RSUD dr. Soegiri Lamongan. Semakin baik domain spiritual maka tekanan darah
Hal ini menunjukkan bahwa penderita hipertensi masih ada beberapa yang belum
penderita hipertensi.
periode yang lebih singkat. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan
merumuskan metode serta strategi SEFT terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
1. Tujuan Umum
rappokalling makassar
2. Tujuan Khusus
rappokalling makassar
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
pada penderita hipertensi guna mengembangkan ilmu pengetahuan dimasa yang akan
dating.
2. Manfaat praktis
pada penderita hipertensi kepada institusi, tenaga medis baik yang bekerja dirumah
tentang hipertensi.
2.1.1.Defenisi
gangguan yang paling umum pada tekanan darah, hipertensi merupakan gangguan
asimptomatik yang sering terjadi ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara
persisten (Potter & Perry, 2006). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
dan atau tekanan diastolik lebih dari 90 mm Hg. Hipertensi adalah penyakit kardio
vaskuler yang paling banyak di dunia. Satu dari delapan seluruh kematian
dasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140
menunjukan fase darah yang sedang di pompa oleh jantung dan fase diastolik 90
Menurut Smeltzer dan bare, 2000 (Triyanto, 2014) penyebab hipertensi dibagi
menjadi 2,yaitu :
b.Hipertensi Sekunder
Menurut Lany Gunawan, 2001 (Padila, 2017) penyebab hipertensi dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar,yaitu :
2.1.3.Manifestasi Klinis
Menurut Aidinil, 2004 (Triyanto, 2014) gejala klinis yang di alami oleh para
penderita hipertensi biasanya berupa :pusing,mudah marah,telinga berdengung,suka
tidur,sesak nafas,rasa berat ditengkuk,mudah lelah,mata berkunang-kunang dan
mimisan (jarang di laporkan).Individu yang menderita hipertensi kaadang tidak
menampakan gejala sampai bertahun-tahun.Gejala bila ada menunjukkan adanya
kerusakan vaskuler,dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal
dapat bermanifestasi sebagai nokturia(peningkatan urinasi pada malam hari) dan
asetoma peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin].Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang
bermanifestasi sebagai para lisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau
gangguan tajam penglihatan wijaya kusuma, 2000 (Triyanto, 2014).
Crowin (2002) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri kepala saat terjaga,kadang-
kadang di sertai mual dan muntah,akibat peningkatan tekanan darah intracranial.
Pada pemeriksaa fisik,tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi,tetapi dapat pula perubahan pada retina,seperti perdarahan,eksudat (kumpulan
cairan),penyempitan pembuluh darah,dan pada kasus berat,edema pupil (edema pada
diskusoptikus).Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu
pusing,muka merah,sakit kepala,keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba,tengkuk
terasa pegal dll (Triyanto, 2014).
2.1.4.Pengobatan Hipertensi
5.Pemeriksaan Penunjang