Anda di halaman 1dari 69

KATAPENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga
hasil tutorial ini dapat diselesaikan dengan baik. Dan tak lupa pula mengirimkan
salawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
dunia yang penuh kebodohan ke alam yang penuh dengan kecerdasan.
Kami juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang membantu membuat
laporan ini dan para tutor yang membimbing kami selama proses PBL. Semoga
lapora tutorial ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang telah membaca
laporan ini dan terutama untuk tim penyusunnya sendiri. Semoga setelah
membaca laporan ini bisa menambah pengetahuan pembaca.

Makassar, 5 Januari 2020

KELOMPOK 11

1
SAKIT PERUT MENDADAK

Skenario 1 :

Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri


perut kanan sejak 6 jam yang lalu. Nyeri dirasakan menjalar sampai ke umbilikus.
Nyeri bersifat hilang timbul, ada mual maupun muntah.

Kata sulit : -

Kata kunci :

 Laki-laki 30 tahun
 Nyeri perut kanan sejak 6 jam yang lalu
 Nyeri menjalar sampai ke umbilikus
 Nyeri hilang timbul
 Mual dan muntah

Pertanyaan :

1. Apa-apa saja macam-macam nyeri organ terkait?


2. Bagaimana patomekanisme nyeri perut sesuai dengan skenario?
3. Bagaimana patomekanisme mual dan muntah?
4. Bagaimana langkah-langkah diagnosis?
5. Apa diagnosis banding sesuai skenario?
6. Apa pencegahan yang sesuai dengan skenario?
7. Perspektif islam

Jawaban :

1. Apa-apa saja macam-macam nyeri organ terkait?


Abdomen adalah suatu rongga dalam badan dibawah diafragma
hingga dasar pelvis. Pemeriksaan fisik abdomen merupakan pemeriksaan
daerah abdomen mulai dari bawah arkus kosta kanan dan kiri sampai
daerah inguinal. Dengan melakukan pemeriksaan fisik abdomen kita dapat

2
mengetahui gambaran umum organ-organ yang terdapat di dalam rongga
abdomen (organ – organ sistem gastrointestinal). Kepentingan pembagian
ini ialah dengan meminta pasien untuk menunjukkan dengan tepat lokasi
keluhan yang dialaminya serta mendeskripsikan keluhan tersebut. Proyeksi
organ-organ di dalam organ abdomen berdasarkan pembagian kuadran.

Pada skenario didapatkan pasien mengeluh nyeri pada perut


kanannya. Yang mana bisa dilihat organ-organ apa saja yang terdapat pada
abdomen sebelah kanan dalam pembagian 9 regio abdomen.
Nyeri akut abdomen atau akut abdomen adalah suatu kegawatann
abdomen yang dapat terjadi karena masalah bedah dan non bedah. Secara

3
definisi pasien dengan akut abdoen datang dengan keluhan nyeri adomen
yang terjadi tiba-tiba dan belangsung kurang dari 2 jam. Pada beberaa
pasien dengan akut abdomen perlu dilakukan resusitasi dan tindakan
segera maka pasien dengan nyeri abdomen berlangsung akut haru
sidtangani segera. Indikasi awal yang penting adalah apakah kasus yang
dihadapi ini suatu kasus bedah atau non bedah, jika kasus bedah maka
tindakan operasi haru ssegera dilakukan.
Penyebab tersering dari akut abdomen antara lain appendisitis,
kolik bilier, kolesistitis, divertikulus, obstruksi usus, perforasi viskus,
pankreatitis, peritonitis, salpingitis, adenitis mesenterika, dan kolik renal.
Sedangkan yang jarang menyebabkan akut abdomen antara lain: nekrosis
hepatoma, infark lien, pneumonia, infark miokard, ketoasidosis
diabetikum, inflamasi enurisma, volvulus sigmoid, caecum atau lambung
dan Herpes zoster.
Nyeri abdomen dapat berasal dari organ dalam abdomen termasuk
peritoneum viseral (nyeri viseral) atau peritoneum parietal atau dari otot,
lapisan dari dinding perut (nyeri somatik). Pada saat nyeri dirasakan
pertama kali, nyeri viseral biasanya nyeri ang ditimbulkan terlokalisasi dan
biasanya berbentuk khas. Nyeri yang berasal dari organ padat kurang
jelasdibandingkan nyeri organ yang berongga. Nyeri yang berasal dari
viseral dan berlangsung akut biasanya menyebabkan tekanan darah dan
denyut jantung berubah, pucat dan keringat dan disertai fenomena viseral
motor seperti muntah dan diare. Biasanya pasien juga merasa cemas akat
nyeri ynag ditimbulkan.

4
Lokasi nyeri abdomen bisa mengarah lokasi organ yang menjadi
penyebab nyeri tersebut. walaupun sebagian nyeri yang dirasakan
merupakan penjalaran dari tempat lain. Oleh karen aitunyeri yang
dirasakan bisa merupakan lokasi asal dari nyeri tersebut atau sekunder dari
tempat lain.
Pada akut abdomen selain nyeri abdomen pasien juga dapat
mengeluhkan keluhan lain antara lain mual, muntah, anoreksia, kembung,
buang air besar cair atau susah buang air besar. Anoreksia hampir terjadi
pada seluruh penyebab akut abdomen terutama pada apendistis akut dan

5
kolesistitis akut. Sedangkan anoreksia jarang ditemukan pada akut
abdomen akibat kelainan pada urologi atau ginekologi.
Referensi :
- Penuntun keterempilan klinik. 2. Pencernaan, Metabolisme dan
Hormon. Fakultas kedokteran universitas andalas. Edisi 3, 2017
- Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu
penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2015:1132-53.

2. Bagaimana patomekanisme nyeri perut sesuai dengan skenario?


Ginjal mendapatkan persarafan melalui pleksus renalis, yang
seratnya berjalan bersama dengan arteri renalis. Input dari sistem
parasimpatetik menyebabkan vasokontriksi yang menghambat aliran darah
ke ginjal. Impuls sensorik dari ginjal berjalan menuju korda spinalis
segmen T10-11 dan ureter mendapatkan persarafan otonomik simpatetik
dari segmen spinal T10-L2 dan parasimpatetik S2-4, dan memberikan
sinyal sesuai dengan level dermatomnya yaitu umbilikus. Oleh karena itu
dapat dimengerti bahwa nyeri di daerah pinggang dan umbilikus
merupakan nyeri referral dari ginjal dan ureter.
Gambar 1 : Dermatom

6
Batu yang terletak pada ureter maupun sistem pelvikales ginjal
mampu menimbulkan obstruksi dan kelainan struktur saluran kemih
sebelah atas. Batu yang berasal dari pelvikalis ginjal didorong oleh
peristaltic otot pelvikalis dan turun ke uretes menjadi batu ureter. Tenaga
peristaltic ureter mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun ke buli-
buli. Nyeri ini mungkin bias berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik.
Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos istem kalises
maupun ureter yang meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari
saluran kemih atas. Peningkatan peristaltic itu menyebabkan tekanan
intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf
yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan
kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.

Referensi: Purnomo, Basuki 2015. Dasar-dasar Urologi. Edisi ketiga. Sagung


seto: Jakarta. Hal 9-,13, 93-94

3. Bagaimana patomekanisme mual dan muntah?


Nyeri kolik dapat menunjukan adanya obstruksi organ berongga
(lumen). Kolik merupakan nyeri visceral akibat spasme otot polos organ
berongga dan biasanya disebebkan oleh hambatan pasase dalam organ
tersebut. Nyeri ini timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan
dinding saluran. Yang dirasakan saat nyeri kolik sendiri adalah nyeri
mendadak yang bersifat tajam, terasa melilit, hilang timbul, tidak

7
berkurang dengan perubahan posisi dan kadang disertai mual muntah.
Kebanyakan reseptor nyeri di traktus urinarius atas yang bertanggung
jawab atas persepsi kolik renal berada di submukosa dari pelvis renal,
kalix dan ureter bagian atas. Di ureter, peningkatan peristaltik proksimal
melalui aktivasi intrinsic ureteral pacemakers berperan penting pada
persepsi nyeri. Spasme otot, peningkatan peristaltik proksimal, inflamasi
lokal, iritasi, dan edema di tempat obstruksi berperan terhadap
perkembangan nyeri melalui aktivasi kemoreseptor dan peregangan ujung
saraf bebas submukosa. Mual dan muntah sering dikaitkan dengan kolik
renal akut dan terjadi setidaknya pada 50% pasien. Mual disebabkan oleh
jalur persarafan yang umum dari pelvis renal, lambung, usus melalui
serabut saraf aferen vagal. Hal ini sering diperkuat lagi melalui efek
analgesik narkotik yang menginduksi mual dan muntah melalui efek
langsung terhadap motilitas GI dan efek tidak langsung pada
chemoreceptor trigger zone (CTZ) di medulla oblongata. Sehingga
mengaktivasi pusat muntah yang dapat mengkoordinasi salivasi serta
inervasi nervus vagus dari traktus gastrointestinal. Nonsteroidal anti-
inflammatory drugs (NSAIDs) seringkali dapat menyebabkan iritasi
lambung dan masalah GI.
Referensi :
- Hilman Hadiansyah. 2013. Nyeri Kolik. Fakultas Kedokteran.
Universitas Indonesia
- Arun W. Sudoyo dkk. 2007 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
- Alfiani S. Q. 2015. Postoperative Nausea and Vomiting. Fakultas
Kedokteran. Universitas Diponegoro.

4. Bagaimana langkah-langkah diagnosis?


 ANAMNESIS
a. Mengucapkan salam, pemeriksa berdiri & melakukan jabat tangan
b. Mempersilakan duduk berseberangan/berhadapan
c. Menciptakan suasana membantu dan menyenangkan

8
d. Berbicara dengan lafal yang jelas dengan menggunakan bahasa
verbal, non verbal yang mudah dipahami
e. Menanyakan identitas : nama, umur, alamat, pekerjaan
f. Menyebutkan nama pasien pada saat mengajukan pertanyaan
g. Menanyakan keluhan utama (keluhan yang menyebabkan pasien
datang memeriksakan diri).
h. Tanyakan berbagai hal seputar keluhan utama :

- Onset (kapan, berapa lama, hilang 
 timbul/menetap, tiba-

tiba/perlahan-lahan) - Keluhan yang sama sebelumnya, dan frekuensi

(menetap/hilang timbul, aktivitas/ 
 perilaku saat timbulnya

keluhan)

- Perkembangan keluhan (membaik atau 
 memburuk) 


- Hal-hal yang mencetuskan keluhan 


- Hal-hal yang mengurangi keluhan 


i. Menanyakan keluhan tambahan yang berhubungan dengan keluhan


utama
j. Melakukan anamnesis yang berkaitan dengan sistem:

- Gejala umum : perubahan berat badan, nafsu 
 makan, demam,

lemas 


- Gejala kulit : ulkus, rash, gatal 


- Gejala sensorik : penglihatan, pendengaran 


- Gejala pernapasan : batuk, sputum, batuk 
 berdarah, sesak napas,

napas mengi, nyeri 
 dada.

9
- Gejala kardiovaskuler : sesak napas saat beraktivitas atau pada
malam hari, nyeri dada, berdebar, bengkak pada tungkai, sesak saat
berbaring
- Gejala pencernaan : sulit menelan, nyeri perut, mual, muntah,

gangguan buang air besar, berak darah 


- Gejala saraf : sakit kepala, pusing, gemetar, kejang, kehilangan

kesadaran 


- Gejala psikologis : depresi, cemas, gangguan tidur 


- Gejala endokrin : tidak tahan panas atau dingin 


- Gejala muskuloskeletal : nyeri, kaku, bengkak 


k. Menggali riwayat penyakit terdahulu (diabetes, demam rematik,


sakit kuning, hiperkolesterolemia, hipertensi, nyeri dada, serangan
jantung, stroke, asma, tuberkulosis, epilepsi, transfusi darah,
penyakit saat masa kanak-kanak dan sekuelenya). Tanyakan : kapan,
di mana terdiagnosis dan oleh siapa, bagaimana pengobatannya.
l. Riwayat alergi
m. Obat-obatan yang pernah/sedang dikonsumsi (jenis dan lamanya)
n. Riwayat kebiasaan : alkohol, merokok (jumlah dan lamanya)
o. Riwayat keluarga (orang tua, saudara, anak, keluarga yang
berhubungan darah) : kesehatan, penyakit, usia dan penyebab
kematian
p. Riwayat sosial : perkawinan, pekerjaan, tempat tinggal, orang-orang
yang tinggal serumah, kegemaran, binatang peliharaan
q. Melakukan cek silang
r. Menarik kesimpulan dari anamnesis untuk mendapatkan beberapa
diagnosis sementara

 PEMERIKSAAN FISIS 


a. Inspeksi regio flank (ginjal)

10
- Lihat tanda radang, warna kulit, bekas luka, bekas operasi, fistel,
tumor,bulging.
b. Palpasi Ginjal

- Penderita tidur telentang, lutut kiri & kanan ditekuk. 


- Tekan ginjal ke depan dengan satu tangan yang ditempatkan di

belakang. 


- Raba permukaan depan ginjal dengan tangan satunya. 


- Perintahkan penderita bernafas dalam dan rasakan turun naiknya


ginjal dengan tangan yang depan

Pemeriksaan nyeri pada sudut kosto-vertebral :

11
- Penderita duduk.
- Tekan / ketok (jangan terlalu keras) dengan bagian ulnar tangan
pada sudut di antara otot- otot paraspinal dan tulang iga ke-12.
- Nyeri ketok kosto-vertebral

Rasa sakit dapat disebabkan :
 - Pielonefritis
 - Abses renal atau

peri renal
 - Ginjal yang mengalami obstruksi akut -

Glomerulonefritis akut
c. Auskultasi “bising” arteria renalis :

- Penderita telentang atau telungkup 


- Auskultasi dengan diafragma dari stetoskop di daerah epigastrium


atau pinggang. dengarkan bising (bruit) a.renalis.

12
Penyebab-penyebab bising arteria renalis :

- Stenosis arteria renalis


- Fistula arteri-vena

- Tumor (neoplasma) vaskular

Diagnosis banding massa di daerah pinggang

1. Bedakan ginjal dari organ lain :

- Hati : pada umumnya mempunyai tepi tajam 


- Lien : - mempunyai celah 
 - bergerak ke bawah dan ke medial

dengan pernafasan (ginjal : ke bawah) 
 Ginjal kadang-kadang

menunjukkan adanya ”ballotement” : 


- Hidronefrosis Berat - Pionefrosis

13
2. Sebab-sebab pembesaran ginjal :

- Hidronefrosis 


- Penyakit kista (tunggal/multipel) 


- Tumor 


- Trombosis vena renalis 


- Amiloidosis 
 Kandung kemih / buli buli / vesica urinaria

Inspeksi buli-buli : 


- Tanda radang, perubahan warna kulit, bekas luka di SOP


(Simphisis Ostium Pubis), bekas operasi, fistel.
- Bulging di atas SOP (retensi urin)

14
Palpasi Buli-buli :
- Tekanan di daerah suprapubik menimbulkan rangsangan untuk
kencing bila buli-buli terasa penuh. Buli-buli yang penuh sulit
diraba atau sulit diketahui dengan cara perkusi pada penderita-
penderita gemuk.
Perkusi buli-buli
- Buli-buli yang penuh berisi urin memberi suara perkusi ”redup”. -
Rongga usus yang berisi gas memberi suara perkusi ”timpanik”. Buli-

buli yang penuh harus dapat dibedakan dengan :


- Uterus : tumor, kehamilan

- Ovarium : kista, tumor


- Colon : recto sigmoid atau cecum


- Tumor : neoplasma abdomen

Perkusi buli-buli
Penyebab buli-buli penuh :
1.Tonus buli-buli yang berkurang
2.Kelainan neurogenik (misalnya : C.V.A, lesi sumsum tulang
belakang)
3.Miogenik (buli-buli yang over stretched)

4.Obstruksi infra-vesikal 


5. Kelainan kelenjar prostat (BPH, Ca, dan lain-lain) 


6. Striktura uretra

15
Keadaan umum :
- Usia lanjut (senil), sakit parah, poliuria
- Pada anak-anak, buli-buli terletak di dalam rongga abdomen di
bagian bawah.
Buli-buli akan turun ke dalam rongga pelvis bila anak menjadi dewasa.

 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Mikroskopik urin
- Petanda inflamasi glomerulus atau tubulus
- Infeksi saluran kemih atau uropati Kristal
b. Pemeriksaan biokima darah
- Mengukur pengurangan LFG dan gangguan metabolic yang
diakibatkannya

c. Pemeriksaan biokimia urin


- Analisis urin
- Membedakan gagal ginjal pre-renal dan renal ,
d. Darah perifer lengkap
- Menentukan ada tidaknya anemia, leukositosis dan kekurangan
trombosit akibat pemakaian

e. Konsentrasi dan klirens kreatinin dan urea

Pengukuran konsentrasi kliresns kreatinin dan urea merupakan


informasi yang berbarga untuk menilai fungsi ginjal. Kreatinin
difiltrasi secara bebas di glomemlus dan tidak diabsorpsi dan atau
disekresi. Jadi, pengukuran serum kreatinin menunjukkan fungsi
glomerulus.

16
f. Pemeriksaan Kadar Ureum

Pengukuran ureum serum dapat di- pergunakan untuk mengevaluasi


fungsi ginjal, status hidrasi, menilai keseimbangan nitrogen, menilai
progresivitas penyakit ginjal, dan menilai hasil hemodialisis.

g. Pemeriksaan Kadar Kreatinin

The National Kidney Disease Education Program


merekomendasikan penggunaan serum kreatinin untuk mengukur ke-

mampuan filtrasi glomerulus,15 digunakan untuk memantau

perjalanan penyakit ginjal.16 Diagnosis gagal ginjal dapat


ditegakkan saat nilai kreatinin serum meningkat di atas nilai rujukan
normal. Pada keadaan gagal ginjal dan uremia, ekskresi kreatinin
oleh glomerulus dan tubulus ginjal menurun.

h. USG ginjal

Menentukan ukuran ginjal, ada tidaknya obstruksi, tekstur


parenkim ginjal yang abnormal

Sumber:

1. Purnomo, Basuki B. 2007, Dasar-Dasar Urologi. Edisi 2.


Jakarta: Sagung Seto. Halaman 15-41
2. Irawanto Eko. 2017. Buku Manual Keterampilan Klinik Topik
Keterampilan Pemeriksaan Kulit. Fakultas Kedokteran.
Universitas Sebelas Maret. Halaman 15 -37

5. Apa diagnosis banding sesuai skenario?


URETEROLITHIASIS
(BATU URETER)
1. Definisi
Batu saluran kencing diklasifikasikan sebagai batu ginjal
(nefrolithiasis), batu ureter (ureterolithiais),batu buli (vesikolithiasis) dan
batu urethra (urethrolithiasis). Batu ginjal yang terdiri atas batu pyelum

17
(pyelolithiasis), batu kalik (kalikolithiasis), batu infundibulum
(infundibulolithiasis), batu multipel ginjal, batu cetak ginjal (Staghorn
stone) yang komplit, inkomplit. Batu ureter (ureterolithiasis) terdiri atas
batu ureter proksimal (ureterolithiasis proksimal), batu ureteropelvic
junction, batu ureter tengah (ureterolithiasis tengah) dan batu ureter distal
(ureterolithiasis distal).

2. Epidemiologi
Batu saluran kencing merupakan penyakit ketiga terbanyak di
bidang urologi setelah infeksi saluran kencing dan pembesaran prostat
jinak. Data di Indonesia menunjukkan BSK merupakan penyakit kedua
terbanyak setelah infeksi saluran kencing dan penyakit terbanyak di
antara penyakit-penyakit yang memerlukan tindakan di bidang
urologi.Prevalensinya makin meningkat di seluruh dunia maupun di
Indonesia. Di Indonesia batu saluran kemih masih menempati porsi
terbesar dari seluruh pasien di klinik urologi.

3. Etiologi
Etiologi belum diketahui secara jelas tetapi terdapat faktor
predisposisi. Faktor risiko di bawah ini merupakan faktor utama
predisposisi kejadian batu saluran kemih, dan menggambarkan kadar normal
dalam air kemih. Lebih dari 85% batu pada laki-laki dan 70% pada
perempuan mengandung kalsium, terutama kalsium oksalat. Predisposisi
kejadian batu khususnya batu kalsium dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Hiperkalsiuria
Kelainan ini dapat menyebabkan hematuri tanpa ditemukan
pembentukan batu. Kejadian hematuri diduga disebabkan kerusakan
jaringan lokal yang dipengaruhi oleh agregasi kristal kecil.
Peningkatan ekskresi kalsium dalam air kemih dengan atau tanpa
faktor risiko lainnya, ditemukan pada setengah dari pembentuk batu
kalsium idiopatik.

18
Masalah hiperkalsiuria idiopatik ini dapat disebabkan oleh :
a) diturunkan autonom dominan dan sering dihubungkan dengan
kenaikan konsentrasi kalsitriol plasma atau 1,25-dihidroksi vitamin
D3 ringan sampai sedang;
b) masukan protein tinggi diduga meningkatkan kadar kalsitriol dan
kecenderungan pembentukan batu ginjal.

2. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air
kemih, khususnya sitrat, merupakan suatu mekanisme lain untuk
timbulnya batu. Masukan protein merupakan salah satu faktor utama
yang dapat membatasi ekskresi sitrat. Peningkatan reabsorbsi sitrat
akibat peningkatan asam di proksimal dijumpai pada asidosis
metabolik kronik, diare kronik, asidosis tubulus ginjal, diversi ureter
atau masukan protein tinggi.

3. Hipositraturia
merupakan suatu peningkatan asam urat air kemih yang dapat
memacu pembentukan batu kalsium, minimal sebagian oleh kristal
asam urat dengan membentuk nidus untuk presipitasi kalsium oksalat
atau presipitasi kalsium fosfat. Pada kebanyakan pasien dengan lebih
ke arah diet purin yang tinggi.

4. Penurunan jumlah air kemih


Keadaan ini biasanya disebabkan masukan cairan sedikit.
Selanjutnya dapat menimbulkan pembentukan batu dengan
peningkatan reaktan dan pengurangan aliran air kemih. Penambahan
masukan air dapat dihubungkan dengan rendahnya jumlah kejadian
batu kambuh.

19
5. Jenis Cairan yang Diminum
Jenis cairan yang diminum dapat memperbaiki masukan cairan
yang kurang. Minuman soft drink lebih 1 liter perminggu
menyebabkan pengasaman dengan asam fosfor dapat meningkatkan
risiko penyakit batu. Kejadian ini tidak jelas, tetapi sedikit beban asam
dapat meningkatkan ekskresi kalsium dan eksresi asam urat dalam air
kemih serta mengurangi kadar sitrat air kemih.

6. Hiperoksaluria
Merupakan kenaikan ekskresi oksalat di atas normal. Ekskresi
oksalat air kemih normal di bawah 45 mg/hari (0,5 mmol/hari).
Peningkatan kecil ekskresi oksalat menyebabkan perubahan cukup
besar dan dapat memacu presipitasi kalsium oksalat dengan derajat
yang lebih besar dibandingkan kenaikan absolut ekskresi kalsium.
Peningkatan absorbsi oksalat disebabkan oleh pengikatan kalsium
bebas dengan asam lemak pada lumen intestinal dan peningkatan
permeabilitas kolon terhadap oksalat.

7. Ginjal Spongiosa Medulla


Pembentukan batu kalsium meningkat pada kelainan ginjal
spongiosa, medula, terutama pasien dengan predisposisi faktor
metabolik hiperkalsiuria atau hiperurikosuria. Kejadian ini
diperkirakan akibat adanya kelainan duktus kolektikus terminal dengan
daerah statis yang memacu presipitasi kristal dan kelekatan epitel
tubulus.

8. Batu Kalsium Fosfat dan Asidosis Tubulus Ginjal Tipe 1


Faktor risiko batu kalsium fosfat pada umumnya berhubungan
dengan faktor risiko yang sama seperti batu kalsium oksalat. Keadaan
ini pada beberapa kasus diakibatkan ketidakmampuan menurunkan
nilai pH air kemih sampai normal.

20
9. Faktor Diet
Faktor diet dapat berperan penting dalam mengawali pembentukan
batu seperti intake protein, kalsium, kalium, sukrosa, vitamin C, asam
lemak dapat mempengaruhi pembentiukan batu.

4. Patogenesis
Pembentukan batu saluran kemih memerlukan keadaan
supersaturasi dalam pembentukan batu. Inhibitor pembentuk batu
dijumpai dalam air kemih normal. Batu kalsium oksalat dengan
inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promoter (reaktan) dapat
memacu pembentukan batu seperti asam urat, memacu batu kalsium
oksalat. Aksi reaktan dan inhibitor belum dikenali sepenuhnya. Ada
dugaan proses ini berperan pada pembentukan awal atau nukleasi
kristal, progresi kristal atau agregatasi kristal. Misalnya penambahan
sitrat dalam kompleks kalsium dapat mencegah agregatasi kristal kalsium
oksalat dan mungkin dapat mengurangi risiko agregatasi kristal dalam
saluran kemih.
Batu ginjal dapat terbentuk bila dijumpai satu atau beberapa faktor
pembentuk kristal kalsium dan menimbulkan agregasi pembentukan batu.
Subyek normal dapat mengekskresikan nukleus kristal kecil. Proses
pembentukan batu dimungkinkan dengan kecenderungan ekskresi agregat
kristal yang lebih besar dan kemungkinan sebagai kristal kalsium oksalat
dalam air kemih.
Proses perubahan kristal yang terbentuk pada tubulus menjadi
batu masih belum sejelas proses pembuangan kristal melalui aliran air
kemih yang banyak. Diperkirakan bahwa agregasi kristal menjadi cukup
besar sehingga tertinggal dan biasanya ditimbun pada duktus kolektikus
akhir. Selanjutnya secara perlahan timbunan akan membesar. Pengendapan
ini diperkirakan timbul pada bagian sel epitel yang mengalami lesi.
Kelainan ini kemungkinan disebabkan oleh kristal sendiri.

21
Sekitar delapan puluh persen pasien batu ginjal merupakan batu
kalsium, dan kebanyakan terdiri dari kalsium oksalat atau agak jarang
sebagai kalsium fosfat. Jenis batu lainnya terdiri dari batu sistin, batu
asam urat dan batu struvit.

5. Manifestasi Klinis
1. Nyeri
Dapat dialami nyeri kolik atau non-kolik. Nyeri kolik didefinisikan
sebagai nyeri perut episodik akibat kontraksi berkelanjutan otot polos
ureter saat batu ginjal melewati ureter ke kandung kemih, biasanya
karena obstruksi. Nyeri non kolik disebabkan distensi kapsula renal.
2. Hematuria
Merupakan gejala komplikasi. Pasien sering mengalami hematuria
makroskopik atau warna urin seperti the. Sebagian pasien setidaknya
mengalami mikrohematuria (10-15%)
3. Infeksi
Keadaan ini umumnya berhubungan dengan adanya batu struvi,
tapi dapat juga disebabkan oleh jenis batu lainnya secara primer
maupun sekunder. Infeksi biasanya disebabkan oleh bakteri Proteus,
Pseudomonas, Providencia, Klebsiella dan Staphylococcus
4. Demam
Ada batu saluran kemih dengan demam adalah keadaan darurat
medis relative.Tanda-tanda sepsis klinis bervariasi dan meliputi
demam, takikardia, hipotensi, dan vasodilatasi kulit. demam terkait
obstruksi saluran kemih membutuhkan dekompresi segera.
5. Mual Muntah
Obstruksi saluran atas sering dikaitkan dengan mual dan muntah.
Cairan intravena diperlukan untuk mengembalikan keadaan
euvolemik.

6. Diagnosis

22
Cara penetapan diagnosis penyebab batu:

Riwayat penyakit batu (ditanyakan jenis kelamin, usia, pekerjaan,


hubungan keadaan penyakit, infeksi dan penggunaan obat-obatan.
Riwayat tentang keluarga yang menderita batu saluran kemih,
pencegahan, pengobatan yang telah dilakukan, cara pengambilan batu,
analisis jenis batu, dan situasi batunya).

Gambaran batu saluran kemih dilakukan pemeriksaan:

a. Ultrasonografi

dapat menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi batu.


pemeriksaan ini diperlukan pada perempuan hamil dan pasien yang alergi
kontras radiologi dapat diketahui adanya batu radiolusen dan dilatasi
sistem kolektilcus. Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk
menunjukkan batu ureter, dan tidak dapat membedakan batu kalsifikasi
dan batu radiolusen.

b. Pemeriksaan radiografi

Foto abdomen biasa dapat menunjukkan ukuran, bentuk dan


posisi membedakan batu kalsifikasi densitas tinggi: kalsium
oksalat dan kalsium fosfat densitas rendah: struvite, sistin, dan
campuran keduanya. indikasi dilakukan uji kualitatif sistin pada
pasien muda Keterbatasan pemeriksaan foto sinar tembus abdomen
adalah tidak dapat untuk menentukan batu radiolusen, batu kecil dan
batu yang tertutup bayangan struktur tulang. Pemeriksaan ini tidak
dapat membedakan batu dalam ginjal dan batu luar ginjal.

c. Urogram

Deteksi batu radiolusen sebagai defek pengisian (filling) (batu asam


urat, xantin, 2,8-dihidroksiadenin ammonium urat)

 Menunjukkan lokasi batu dalarn sistem kolektikus

23
 Menunjukkan kelainan anatornis

3. Investigasi biokimiawi

Pemeriksaan laboratorium rutin, sampel dan air kemih. Pemeriksaan


pH, berat jenis air kemih, sedimen air kemih untuk menentukan
hematuri, leukosituria, dan kristaluria. Pemeriksaan kultur kuman penting
untuk adanya infeksi saluran kemih. Apabila batu keluar, diperlukan
pencarian faktor risiko dan mekanisme timbulnya batu. Perlu dilakukan:

 penampungan air kemih 24 jam (atau waktu tertentu)


 pengurangan pH air kemih
 penampungan air kemih dengan bahan pengawet 10 mL timol 5% di
dalam isopropanol untuk 2 L, atau 15 mL HC1 6 N
 pemeriksaan serum
 mengikuti protokol diet
7. Tatalaksana
Keluhan nyeri kolik batu saluran kemih dapat dilakukan diagnosis
banding dengan keadaan seperti: a). Kolik ginjal akibat penyakit
urologi yang lain, seperti aliran bekuan darah, aliran jaringan nekrotik,
striktur, kompresi atau angulasi berat ureter, b). Nyeri abdomen oleh
sebab lain, seperti gastrointestinal (apendisitis, kolesistitis, batu
empedu, pankreatitis), vaskular (infark ginjal, infark limpa, aneurisma
aorta), ginekologi (kista ovarium, adneksitis, kehamilan ektopik,
endometrio¬sis), dan lainnya (abses psoas, infark jantung, diabetes
mellitus, feokromositoma).
Sumbatan dalam sistem kolektikus tidak selalu dihubungkan
dengan kolik ginjal. Kombinasi nyeri pinggang dan febris merupakan
petanda, infeksi saluran kemih dan dilatasi sistem kolektikus yang
merupakan petanda timbulnya kedaruratan untuk menghilangkan
sumbatan. Pengobatan hanya dengan pemberian antibiotiksaja kurang

24
memadai. Infeksi progresif menyebabkan sepsis urologi dan
dilaporkan mortalitasnya lebih dari 50%.
Tindakan emergensi ditujukan kepada pasien dengan kolik ginjal.
Pasien dianjurkan untuk tirah baring dan dicari penyebab lain. Berikan
spasme analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin (intravena,
intramuskular, atau supositoria).
Pengambilan batu. a). Batu dapat keluar spontan. Bila masalah akut
dapat diatasi, gambaran radiologis yang ditemukan adalah merupakan
basis penanganan selanjutnya. Berdasarkan ukuran, bentuk dan posisi
batu dapat diestimasi batu akan keluar spontan atau harus diambil.
Sekitar 60-70% dari batu yang turun spontan sering disertai dengan
serangan kolik ulangan. Diberikan terapi atau untuk pencegahan kolik,
dijaga pembuangan tinja tetap baik, diberikan terapi antiedema dan
diberikan diuresis, serta aktivitas fisis. Batu tidak diharapkan keluar
spontan bila batu ukuran sebesar atau melebihi 6mm, disertai dilatasi
hebat pelvis, infeksi atau sumbatan sistem kolektikus dan keluhan
pasien terhadap nyeri dan kerapan nyeri. Bila diperkirakan tidak
memungkinkan keluar spontan dilakukan tindakan pengambilan batu
dan pencegahan batu kambuh. b). Pengambilan batu: gelombang
kejutan litotrips ekstrakorporeal, perkutaneous nefrolitomi/cara lain,
pembedahan

Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat).

a. Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan okasalat)


b. Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentukan batu
 Sitrat (kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis
atau lemon sesudah makan malam)

25
 Batu ginjal tunggal (meningkatkan masukan cairan, mengkontrol
secara berkala pembentukan batu baru)
c. Pengaturan diet
1. Meningkatkan masukan cairan terutama pada malam hari akan
meningkatkan aliran kemih dan menurunkan konsentrasi
pembentuk batu dalam air kemih.
2. Hindari masukan minum gas (soft drinks) lebih 1 liter
perminggu. Ditemukan kekambuhan batu sebesar 15 persen lebih
tinggi dalam 3 tahun dibandingkan kelompok peminum cairan lain.
3. Kurangi masukan protein (sebesar 1g/kg berat badan/hari).
Masukan protein tinggi dapat meningkatkan ekskresi kalsium,
ekskresi asam urat dan menurunkan sitrat dalam air kemih.
4. Membatasi masukan natrium. Diet natrium rendah (80 sampai
100 mq/hari) dapat memperbaiki reabsorbsi kalsium proksimal,
sehingga terjadi pengurangan ekskresi natrium dan ekskresi
kalsium
5. Masukan kalsium. Pembatasan masukan kalsium tidak
dianjurkan. Penurunan kalsium intestinal bebas akan menimbulkan
peningkatan absorbsi oksalat oleh pencemaan, peningkatan
ekskresi oksalat dan meningkatkan saturasi kalsium oksalat air
kemih.
6. Pemberian obat (untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium
oksalat, disesuaikan kelainan metabolik yang ada).
a). Hiperkalsiuria idiopatik. Batasi pemasukan garam dan diberikan
diuretic tiazid seperti hidroklorotiazid perhari 25-50mg. Hindarkan
terjadinya hipokalemia, bila perlu ditambahkan kalium sitrat atau
kalium bikarbonat.
b). Pemberian fosfat netral (ortofosfat), yang mengurangi ekskresi
kalsium dan meningkatkan ekskresi inhibitor kristalisasi (seperti
pirofosfat).

26
c). Hiperurikosuria (diberikan alopurinol 100 sampai 300 mg/hari).
Pembentukan batu baru menurun sampai 80 persen dengan
alopurinol (hanya 60 persen dengan plasebo).
d). Hipositraturia (diberikan kalium sitrat). Hasil penelitian dengan
kontrol dilaporkan insidens pembentukan batu baru menurun pada
pasien hipositraturia dari 1,2 jadi 0,1 per tahun pasien dalam
kelompok yang diberikan kalium sitrat dibandingkan kelompok
plasebo yang tidak berubah.
e) masukan cairan, kalium sitrat (kalsium sitrat untuk mengkoreksi
asidosis metabolik bila ada), kalsium karbonat (kalsium karbonat
oral 1 sampai 4 g/hari untuk mengikat oksalat lumen intestinal).
Walaupun beberapa kalsium diabsorbsi, terjadi penurunan proporsi
pada ekskresi oksalat. Berikan diet rendak lemak dan diet rendah
oksalat. Pertimbangan pemberian fosfor elemental sebagai fosfat
netral.
f). Batu kalsium fosfat. Seperti pada pasien kalsium oksalat dapat
diberikan kalium sitrat.
Referensi :
- Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II., Jakarta: Interna., 2016
- Zamzami, Zuhirman. 2018. Penatalaksanaan Terkini Batu Saluran
Kencing di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, Indonesia. KJF
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Riau
- Jack, W. Smith and Tanagho's General Urology, Eighteenth
Edition (Smith's General Urology). LANGE

NEFROLITHIASIS

A. Definisi
Batu ginjal adalah massa keras seperti batu yang berada di
ginjal dan salurannya dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih, atau infeksi.

27
B. Sinonim
Nephrolithiasis, kidney stones, renal stones, urinary stones,
urolithiasis, ureterolithiasis, kidney calculi, renal calculi, ureteral
calculi, urinary calculi, acute nephrolithiasis, urinary tract stone
disease.
C. Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya
dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran
kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum
terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa
faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada
seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan
yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu
pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitarnya.

Faktor intrinsik itu antara lain adalah :

1. Herediter (keturunan)
Penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.

2. Umur

28
Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50
tahun.

3. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan pasien perempuan.

Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah:

1. Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain
sehingga dikenal sebagi daerah stone belt (sabuk batu),
sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak
dijumpai penyakit batu sauran kemih.

2. Iklim dan temperatur


3. Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu
saluran kemih.

4. Diet
Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah
terjadinya penyakit batu saluran kemih.

5. Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life.

Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran


kemih tetapi hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar.
Beberapa teori pembentukan batu adalah :

29
1. Teori Nukleasi : Batu terbentuk didalam urine karena adanya inti
batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang
kelewat jenuh (supersaturated) akan mengendap didalam nukleus
itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat berupa
kristal atau benda asing di saluran kemih.
2. Teori Matriks : Matriks organik terdiri atas serum/protein urine
(albumin,globulin dan mukoprotein) merupakan kerangka tempat
diendapkannya kristal-kristal batu.
3. Teori Penghambat Kristalisasi : Urine orang normal mengandung
zat-zat penghambat pembentuk kristal, antara lain : magnesium,
sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar
salah satu atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan
terbentuknya batu didalam saluran kemih.
D. Epidemiologi
Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan
penyakit batu mempunyai hubungan dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat dan berubah sesuai dengan perkembangan kehidupan
suatu bangsa. Berdasarkan pembandingan data penyakit batu
saluran kemih di berbagai negara, dapat disimpulkan bahwa di
negara yang mulai berkembang terdapat banyak batu saluran kemih
bagian bawah, terutama terdapat di kalangan anak.
Di negara yang sedang berkembang, insidensi batu saluran
kemih relatif rendah, baik dari batu saluran kemih bagian bawah
maupun batu saluran kemih bagian atas. Di negara yang telah
berkembang, terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas,
terutama di kalangan orang dewasa. Pada suku bangsa tertentu,
penyakit batu saluran kemih sangat jarang, misalnya suku bangsa
Bantu di Afrika Selatan.
Satu dari 20 orang menderita batu ginjal. Pria:wanita = 3:1.
Puncak kejadian di usia 30-60 tahun atau 20-49 tahun. Prevalensi

30
di USA sekitar 12% untuk pria dan 7% untuk wanita. Batu struvite
lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria.

INSIDENSI UROLITHIASIS

PEMBENTUK BATU India USA Japan UK

Calcium Oxalate Murni 86.1 33 17.4 39.4

Calcium Oxalate bercampur 4.9 34 50.8 20.2


Phosphate

Magnesium Ammonium 2.7 15 17.4 15.4


Phosphate (Struvite )

Asam Urat 1.2 8.0 4.4 8.0

Cystine 0.4 3.0 1.0 2.8

E. Patogenesis
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran
kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami
hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu pada sistem kalises ginjal
atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis
uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada
hyperplasia prostat benigna, stiktura, dan buli-buli neurogenik
merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya
pembentukan batu.
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-
bahan organik maupun anorganik yang terlarut dalam urine.
Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable
(tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu
yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal
yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi)
yang kemudian akan mengadakan agregasi dan menarik bahan-
bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar.

31
Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih
rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk
itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih
(membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain
diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup
besar untuk menyumbat saluran kemih. Kondisi metastabel
dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine,
laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau adanya korpus
alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.,

Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu


kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat maupun dengan
fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat
sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium
ammonium fosfat (batu infeksi), batu xanthyn, batu sistein dan
batu jenis lainnya.

a. Batu struvit
Batu struvit, disebut juga batu infeksi, karena
terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi

32
saluran kemih. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar
membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan
kaliks ginjal. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan
kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat
menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi
bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak,
seperti pada reaksi: CO(NH2)2+H2O2NH3+CO2. 18
Sekitar 75% kasus batu staghorn, didapatkan komposisi
batunya adalah matriks struvit-karbonat-apatit atau disebut
juga batu struvit atau batu triple phosphate, batu fosfat,
batu infeksi, atau batu urease, walaupun dapat pula
terbentuk dari campuran antara kalsium oksalat dan
kalsium fosfat.

suasana basa ini yang memudahkan garam-


garam magnesium, ammonium, fosfat dan karbonat
membentuk batu magnesium amoniun fosfat (MAP) atau
(Mg NH4PO4.H2O) dan karbonat apatit (Ca10[PO4]6CO3.
Karena terdiri atas 3 kation Ca++ Mg++ dan NH4+) batu
jenis ini dikenal dengan nama batu triple-phosphate.
Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya
adalah Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter,
Pseudomonas, dan Stafilokokus. Meskipun E.coli banyak
menyebabkan infeksi saluran kemih, namun kuman ini
bukan termasuk bakteri pemecah urea.

33
b. Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih
70-80% dari seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu
jenis ini terdiri atas kalium oksalat, kalium fosfat, atau
campuran dari kedua unsur tersebut

Factor terjadinya batu kalsium adalah:

1. hiperkalsiuri, yaitu kadar kalsium di dalam urin


lebih besar dari 250-300 mg/24 jam. Menurut Pak
(1976) terdapat tiga macam penyebab terjadinya
hiperkalsiuri, antara lain:
a. hiperkalsiuri absortif yang terjadi karena adanya
peningkatan absorbsi kalsium melalui usus.
b. hiperkalsiuri renal terjadi karena adanya gangguan
kemampuan reabsorbsi kalsium melalui tubulus
ginjal.
c. hiperkalsiuri resorbtif terjadi karena adanya
peningkatan resorpsi kalsium tulang yang banyak
terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau tumor
paratiroid.
2. Hiperoksaluri
3. hiperurikosuri
4. hipositraturia
5. hipomagnesiuria

F. Manifestasi Klinis
Batu pada kaliks ginjal memberikan rada nyeri ringan sampai
berat karena distensi dari kapsul ginjal. Begitu juga baru pada
pelvis renalis, dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan
gejala berat. Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan
akibat obstruksi aliran kemih dan infeksi. Keluhan yang

34
disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau letak batu,
besar batu, dan penyulit yang telah terjadi.
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada
pinggang. Nyeri ini mungkin bisa merupakan nyeri kolik ataupun
bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot
polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk
mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu
menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi
peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri.
Nyeri ini disebabkan oleh karena adanya batu yang menyumbat
saluran kemih, biasanya pada pertemuan pelvis ren dengan ureter
(ureteropelvic junction), dan ureter. Nyeri bersifat tajam dan
episodik di daerah pinggang (flank) yang sering menjalar ke perut,
atau lipat paha, bahkan pada batu ureter distal sering ke kemaluan.
Mual dan muntah sering menyertai keadaan ini.
Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena
terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan
fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra,
teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-
tanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika disertai infeksi
didapatkan demam-menggigil.
G. Diagnosis
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan jasmani untuk
menegakkan diagnosis, penyakit batu perlu ditunjang dengan
pemeriksaan radiologik, laboratorium dan penunjang lain untuk
menentukan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi
dan gangguan faal ginjal. Secara radiologik, batu dapat radioopak
atau radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda untuk berbagai jenis
batu sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang dihadapi.
Batu kalsium akan memberikan bayangan opak, batu
magnesium amonium fosfat akan memberikan bayangan semiopak,

35
sedangkan batu asam urat murni akan memberikan bayangan
radiolusen. Batu staghorn dapat diidentifikasi dengan foto polos
abdomen karena komposisinya yang berupa magnesium
ammonium sulfat atau campuran antara kalsium oksalat dan
kalsium fosfat sehingga akan nampak bayangan radioopak.
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari
kelainan kemih yang dapat menunjang adanya batu di saluran
kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan sebab terjadinya
batu.
Pemeriksaan renogram berguna untuk menentukan faal
kedua ginjal secara terpisah pada batu ginjal bilateral atau bila
kedua ureter tersumbat total. Cara ini dipakai untuk memastikan
ginjal yang masih mempunyai sisa faal yang cukup sebagai dasar
untuk melakukan tindak bedah pada ginjal yang sakit. Pemeriksaan
ultrasonografi dapat untuk melihat semua jenis batu, menentukan
ruang dan lumen saluran kemih, serta dapat digunakan untuk
menentukan posisi batu selama tindakan pembedahan untuk
mencegah tertingggalnya batu.
H. Diagnosis Banding
Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih
lanjut, misalnya distensi usus dan pionefrosis dengan demam. Oleh
karena itu, jika dicurigai terjadi kolik ureter maupun ginjal,
khususnya yang kanan, perlu dipertimbangkan kemungkinan kolik
saluran cerna, kandung empedu, atau apendisitis akut. Selain itu
pada perempuan perlu juga dipertimbangkan adneksitis.
Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan
keganasan apalagi bila hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu,
perlu juga diingat bahwa batu saluran kemih yang bertahun-tahun
dapat menyebabkan terjadinya tumor yang umumnya karsinoma
epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi. Pada batu ginjal

36
dengan hidronefrosis, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor
ginjal mulai dari jenis ginjal polikistik hingga tumor Grawitz.
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
penegakkan diagnosis dan rencana terapi antara lain:

1. Foto Polos Abdomen


Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat
kemungkinan adanya batu radio opak di saluran kemih. Batu-
batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio
opak dan paling sering dijumpai diantara batu lain, sedangkan
batu asam urat bersifat non opak (radio lusen). Urutan
radioopasitas beberapa batu saluran kemih seperti pada tabel
1.

Gambar : Foto polos Abdomen menunjukkan gambaran bayangan radio-


opaque pada renalis dextra dan cavum pelvis

Tabel 1. Urutan Radioopasitas Beberapa Jenis Batu Saluran Kemih

37
Jenis Batu Radioopasitas

Kalsium Opak

MAP Semiopak

Urat/Sistin Non opak

2. Pielografi Intra Vena (PIV)


Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan
fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu
semi-opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat
oleh foto polos abdomen. Jika PIV belum dapat menjelaskan
keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan
fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan
pielografi retrograd.

38
Gambar: Pielografi Intra Vena (PIV)

3. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani
pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan-keadaan: alergi
terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada

39
wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai
adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan
sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau
pengkerutan ginjal.

Gambar : Ultrasonografi

4. Pemeriksaan Mikroskopik Urin, untuk mencari hematuria dan


Kristal.
5. Renogram, dapat diindikasikan pada batu staghorn untuk
menilai fungsi ginjal.
6. Analisis batu, untuk mengetahui asal terbentuknya.
7. Kultur urin, untuk mecari adanya infeksi sekunder.
8. DPL, ureum, kreatinin, elektrolit, kalsium, fosfat, urat,
protein, fosfatase alkali serum.
J. Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih
secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit
yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan atau terapi
pada batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan
obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena suatu indikasi sosial.
Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan
hidroureter atau hidronefrosis dan batu yang sudah menimbulkan
infeksi saluran kemih, harus segera dikeluarkan.
Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit
seperti diatas, namun diderita oleh seorang yang karena

40
pekerjaannya (misalkan batu yang diderita oleh seorang pilot
pesawat terbang) memiliki resiko tinggi dapat menimbulkan
sumbatan saluran kemih pada saat yang bersangkutan sedang
menjalankan profesinya dalam hal ini batu harus dikeluarkan dari
saluran kemih. Pilihan terapi antara lain
1. Terapi Konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter <5 mm.
Seperti disebutkan sebelumnya, batu ureter <5 mm bisa keluar
spontan. Terapi bertujuan untuk mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum,
berupa :
a. Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
b. α – blocker
c. NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di
samping ukuran batu syarat lain untuk observasi adalah berat
ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan obstruksi.
Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan observasi bukan
merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi,
apalagi pada pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal,
ginjal trasplan dan penurunan fungsi ginjal ) tidak ada toleransi
terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan
intervensi.

2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)


Berbagai tipe mesin ESWL bisa didapatkan saat ini. Walau
prinsip kerjanya semua sama, terdapat perbedaan yang nyata
antara mesin generasi lama dan baru, dalam terapi batu ureter.
Pada generasi baru titik fokusnya lebih sempit dan sudah
dilengkapi dengan flouroskopi, sehingga memudahkan dalam
pengaturan target/posisi tembak untuk batu ureter. Hal ini yang

41
tidak terdapat pada mesin generasi lama, sehingga
pemanfaatannya untuk terapi batu ureter sangat terbatas.
Meskipun demikian mesin generasi baru ini juga punya
kelemahan yaitu kekuatan tembaknya tidak sekuat yang lama,
sehingga untuk batu yang keras perlu beberapa kali tindakan.

Dengan ESWL sebagian besar pasien tidak perlu


dibius, hanya diberi obat penangkal nyeri. Pasien akan
berbaring di suatu alat dan akan dikenakan gelombang kejut
untuk memecahkan batunya Bahkan pada ESWL generasi
terakhir pasien bisa dioperasi dari ruangan terpisah. Jadi,
begitu lokasi ginjal sudah ditemukan, dokter hanya menekan
tombol dan ESWL di ruang operasi akan bergerak. Posisi
pasien sendiri bisa telentang atau telungkup sesuai posisi batu
ginjal. Batu ginjal yang sudah pecah akan keluar bersama air
seni. Biasanya pasien tidak perlu dirawat dan dapat langsung
pulang.
ESWL ditemukan di Jerman dan dikembangkan di
Perancis. Pada Tahun 1971, Haeusler dan Kiefer memulai uji
coba secara in-vitro penghancuran batu ginjal menggunakan

42
gelombang kejut. Tahun 1974, secara resmi pemerintah
Jerman memulai proyek penelitian dan aplikasi ESWL.
Kemudian pada awal tahun 1980, pasien pertama batu ginjal
diterapi dengan ESWL di kota Munich menggunakan mesin
Dornier Lithotripter HMI. Kemudian berbagai penelitian
lanjutan dilakukan secara intensif dengan in-vivo maupun in-
vitro. Barulah mulai tahun 1983, ESWL secara resmi
diterapkan di Rumah Sakit di Jerman. Di Indonesia, sejarah
ESWL dimulai tahun 1987 oleh Prof.Djoko Raharjo di
Rumah Sakit Pertamina, Jakarta. Sekarang, alat generasi
terbaru Perancis ini sudah dimiliki beberapa rumah sakit
besar di Indonesia seperti Rumah Sakit Advent Bandung dan
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Pembangkit (generator) gelombang kejut dalam
ESWL ada tiga jenis yaitu elektrohidrolik, piezoelektrik dan
elektromagnetik. Masing-masing generator mempunyai cara
kerja yang berbeda, tapi sama-sama menggunakan air atau
gelatin sebagai medium untuk merambatkan gelombang
kejut. Air dan gelatin mempunyai sifat akustik paling
mendekati sifat akustik tubuh sehingga tidak akan
menimbulkan rasa sakit pada saat gelombang kejut masuk
tubuh.
ESWL merupakan alat pemecah batu ginjal dengan
menggunakan gelombang kejut antara 15-22 kilowatt.
Meskipun hampir semua jenis dan ukuran batu ginjal dapat
dipecahkan oleh ESWL, masih harus ditinjau efektivitas dan
efisiensi dari alat ini. ESWL hanya sesuai untuk
menghancurkan batu ginjal dengan ukuran kurang dari 3 cm
serta terletak di ginjal atau saluran kemih antara ginjal dan
kandung kemih (kecuali yang terhalang oleh tulang panggul).
Hal laim yang perlu diperhatikan adalah jenis batu apakah

43
bisa dipecahkan oleh ESWL atau tidak. Batu yang keras
(misalnya kalsium oksalat monohidrat) sulit pecah dan perlu
beberapa kali tindakan. ESWL tidak boleh digunakan oleh
penderita darah tinggi, kencing manis, gangguan pembekuan
darah dan fungsi ginjal, wanita hamil dan anak-anak, serta
berat badan berlebih (obesitas)
Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal
pada wanita dan anak-anak juga harus dipertimbangkan
dengan serius. Sebab ada kemungkinan terjadi kerusakan
pada ovarium. Meskipun belum ada data yang valid, untuk
wanita di bawah 40 tahun sebaiknya diinformasikan sejelas-
jelasnya
3. Endourologi
Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal
untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas
memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran
kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam
saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui
insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat
dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik,
energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Beberapa tindakan endourologi antara lain:

a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) yaitu


mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal
dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises
melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
PNL yang berkembang sejak dekade 1980-an secara
teoritis dapat digunakan sebagai terapi semua batu ureter.
Tapi dalam prakteknya sebagian besar telah diambil alih

44
oleh URS dan ESWL. Meskipun demikian untuk batu
ureter proksimal yang besar dan melekat masih ada tempat
untuk PNL. Prinsip dari PNL adalah membuat akses ke
kalik atau pielum secara perkutan. Kemudian melalui
akses tersebut kita masukkan nefroskop rigid atau
fleksibel, atau ureteroskop, untuk selanjutnya batu ureter
diambil secara utuh atau dipecah dulu.
Keuntungan dari PNL, bila batu kelihatan, hampir
pasti dapat diambil atau dihancurkan; fragmen dapat
diambil semua karena ureter bisa dilihat dengan jelas.
Prosesnya berlangsung cepat dan dengan segera dapat
diketahui berhasil atau tidak. Kelemahannya adalah PNL
perlu keterampilan khusus bagi ahli urologi. Sebagian
besar pusat pendidikan lebih banyak menekankan pada
URS dan ESWL dibanding PNL.
b. Litotripsi (untuk memecah batu buli-buli atau batu uretra
dengan memasukkan alat pemecah batu/litotriptor ke
dalam buli-buli)
c. ureteroskopi atau uretero-renoskopi. Keterbatasan URS
adalah tidak bisa untuk ekstraksi langsung batu ureter
yang besar, sehingga perlu alat pemecah batu seperti yang
disebutkan di atas. Pilihan untuk menggunakan jenis
pemecah batu tertentu, tergantung pada pengalaman
masing-masing operator dan ketersediaan alat tersebut.
d. ekstraksi Dormia (mengeluarkan batu ureter dengan
menjaringnya melalui alat keranjang Dormia).
Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an
telah mengubah secara dramatis terapi batu ureter.
Kombinasi ureteroskopi dengan pemecah batu ultrasound,
EHL, laser dan pneumatik telah sukses dalam memecah
batu ureter. Juga batu ureter dapat diekstraksi langsung

45
dengan tuntunan URS. Dikembangkannya semirigid URS
dan fleksibel URS telah menambah cakupan penggunaan
URS untuk terapi batu ureter.
4. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang
memadai untuk tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi,
maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui
pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain
adalah: pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu
pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter.
Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau
pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan
berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau
mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang
menimbulkan obstruksi atau infeksi yang menahun.
Beberapa variasi operasi terbuka untuk batu ureter mungkin
masih dilakukan. Tergantung pada anatomi dan posisi batu,
ureterolitotomi bisa dilakukan lewat insisi pada flank, dorsal
atau anterior. Meskipun demikian dewasa ini operasi terbuka
pada batu ureter kurang lebih tinggal 1 -2 persen saja, terutama
pada penderita-penderita dengan kelainan anatomi atau ukuran
batu ureter yang besar.
5. Pemasangan Stent
Meskipun bukan pilihan terapi utama, pemasangan stent
ureter terkadang memegang peranan penting sebagai tindakan
tambahan dalam penanganan batu ureter. Misalnya pada
penderita sepsis yang disertai tanda-tanda obstruksi, pemakaian
stent sangat perlu. Juga pada batu ureter yang melekat
(impacted).
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan
selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah upaya

46
menghindari timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu
saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang lebih 50%
dalam 10 tahun.
K. Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas
kandungan unsur yang menyusun batu saluran kemih yang
diperoleh dari analisis batu. Pada umumnya pencegahan itu berupa
:

1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan


produksi urin 2-3 liter per hari.
2. Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk
batu.
3. Aktivitas harian yang cukup.
4. Pemberian medikamentosa.
Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan
adalah:

1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi


kalsium urine dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih
asam.
2. Rendah oksalat.
3. Rendah garam, karena natriuresis akan memacu timbulnya
hiperkalsiuri.
4. Rendah purin.
Diet rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada pasien yang
menderita hiperkalsiuri tipe II.

L. Komplikasi
Dibedakan komplikasi akut dan komplikasi jangka panjang.
Komplikasi akut yang sangat diperhatikan oleh penderita adalah
kematian, kehilangan ginjal, kebutuhan transfusi dan tambahan

47
intervensi sekunder yang tidak direncanakan. Data kematian,
kehilangan ginjal dan kebutuhan transfusi pada tindakan batu
ureter memiliki risiko sangat rendah. Komplikasi akut dapat dibagi
menjadi yang signifikan dan kurang signifikan. Yang termasuk
komplikasi signifikan adalah avulsi ureter, trauma organ
pencernaan, sepsis, trauma vaskuler, hidro atau pneumotorak,
emboli paru dan urinoma. Sedang yang termasuk kurang signifikan
perforasi ureter, hematom perirenal, ileus, stein strasse, infeksi
luka operasi, ISK dan migrasi stent.
Komplikasi jangka panjang adalah striktur ureter. Striktur tidak
hanya disebabkan oleh intervensi, tetapi juga dipicu oleh reaksi
inflamasi dari batu, terutama yang melekat. Angka kejadian striktur
kemungkinan lebih besar dari yang ditemukan karena secara klinis
tidak tampak dan sebagian besar penderita tidak dilakukan evaluasi
radiografi (IVP) pasca operasi.
Obstruksi adalah komplikasi dari batu ginjal yang dapat
menyebabkan terjadinya hidronefrosis dan kemudian berlanjut
dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan kegagalan faal
ginjal yang terkena. Komplikasi lainnya dapat terjadi saat
penanganan batu dilakukan. Infeksi, termasuk didalamnya adalah
pielonefritis dan sepsis yang dapat terjadi melalui pembedahan
terbuka maupun noninvasif seperti ESWL. Biasanya infeksi terjadi
sesaat setelah dilakukannya PNL, atau pada beberapa saat setelah
dilakukannya ESWL saat pecahan batu lewat dan obstruksi terjadi.
Cidera pada organ-organ terdekat seperti lien, hepar, kolon dan
paru serta perforasi pelvis renalis juga dapat terjadi saat dilakukan
PNL, visualisasi yang adekuat, penanganan yang hati-hati, irigasi
serta drainase yang cukup dapat menurunkan resiko terjadinya
komplikasi ini.
Pada batu ginjal nonstaghorn, komplikasi berupa kehilangan
darah, demam, dan terapi nyeri yang diperlukan selama dan

48
sesudah prosedur lebih sedikit dan berbeda secara bermakna pada
ESWL dibandingkan dengan PNL. Demikian pula ESWL dapat
dilakukan dengan rawat jalan atau perawatan yang lebih singkat
dibandingkan PNL.
Komplikasi akut meliputi transfusi, kematian, dan komplikasi
keseluruhan. Dari meta-analisis, kebutuhan transfusi pada PNL dan
kombinasi terapi sama (< 20%). Kebutuhan transfusi pada ESWL
sangat rendah kecuali pada hematom perirenal yang besar.
Kebutuhan transfusi pada operasi terbuka mencapai 25-50%.
Mortalitas akibat tindakan jarang, namun dapat dijumpai,
khususnya pada pasien dengan komorbiditas atau mengalami
sepsis dan komplikasi akut lainnya. Dari data yang ada di pusat
urologi di Indonesia, risiko kematian pada operasi terbuka kurang
dari 1%.
Komplikasi ESWL meliputi kolik renal (10,1%), demam
(8,5%), urosepsis (1,1%) dan steinstrasse (1,1%). Hematom ginjal
terjadi akibat trauma parietal dan viseral. Hasil studi pada hewan
tidak menunjukkan adanya kelainan lanjut yang berarti. Dalam
evaluasi jangka pendek pada anak pasca ESWL, dijumpai adanya
perubahan fungsi tubular yang bersifat sementara yang kembali
normal setelah 15 hari. Belum ada data mengenai efek jangka
panjang pasca ESWL pada anak.
Komplikasi pasca PNL meliputi demam (46,8%) dan hematuria
yang memerlukan transfusi (21%). Konversi ke operasi terbuka
pada 4,8% kasus akibat perdarahan intraoperatif, dan 6,4%
mengalami ekstravasasi urin. Pada satu kasus dilaporkan terjadi
hidrothoraks pasca PNL. Komplikasi operasi terbuka meliputi
leakage urin (9%), infeksi luka (6,1%), demam (24,1%), dan
perdarahan pascaoperasi (1,2%). Pedoman penatalaksanaan batu
ginjal pada anak adalah dengan ESWL monoterapi, PNL, atau
operasi terbuka.

49
M. Prognosis
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu,
letak batu, dan adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran
suatu batu, makin buruk prognosisnya. Letak batu yang dapat
menyebabkan obstruksi dapat mempermudah terjadinya infeksi.
Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor
obstruksi akan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL, 60%
dinyatakan bebas dari batu, sisanya masih memerlukan perawatan
ulang karena masih ada sisa fragmen batu dalam saluran kemihnya.
Pada pasien yang ditangani dengan PNL, 80% dinyatakan bebas
dari batu, namun hasil yang baik ditentukan pula oleh pengalaman
operator.

Referensi :

- Soeparman, dkk. 2014. Ilmu Penyakit Dalam edisi 6 Jilid II. Hlmn
378. Balai Penerbit FKUI : Jakarta
- Purnomo BB. 2015. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-3. Jakarta :
Perpustakaan Nasional republik Indonesia
- Sjamsuhidayat. De jong, wim. Buku ajar ilmu Bedah. Hlmn 1024-
1034. EGC : Jakarta.
- Rasyad, Syahriar, dkk. 2014. Radiologi Diagnostik, Ed.8, Balai
Penerbit FKUI: Jakarta.

VESIKOLITIASIS

Batu buli-buli disebut juga batu vesica, vesical calculi, vesical stone,
bladder stone. Batu buli-buli atau vesikolitiasis adalah massa yang berbentuk
kristal yang terbentuk atas material mineral dan protein yang terdapat pada urin.
Batu saluran kemih pada dasarnya dapat terbentuk pada setiap bagian tetapi lebih
banyak pada saluran penampung terakhir. Pada orang dewasa batu saluran

50
kencing banyak mengenai sistem bagian atas (ginjal, pyelum) sedang pada anak-
anak sering pada sistem bagian bawah (buli-buli). Di negara berkembang batu
buli-buli terbanyak ditemukan pada anak laki-laki pre pubertas. Komponen yang
terbanyak penyusun batu buli-buli adalah garam calsium. Pada awalnya
merupakan bentuk yang sebesar biji padi tetapi kemudian dapat berkembang
menjadi ukuran yang lebih besar. Kadangkala juga merupakan batu yang
mulitipel.1

A. Anatomi

Vesica Urinaria

Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli,


merupakan tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui
ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh
melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis
(pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi,
bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf. 2,3

Buli-buli merupakan organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor
yang saling beranyaman. Di sebelah dalam adalah otot longitudinal, di tengah
merupakan otot sirkuler, dan yang paling luar adalah longitudinal mukosa vesika
terdiri dari sel-sel transisional yang sama seperti pada mukosa pelvis renalis,
ureter dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan meatus

51
uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum buli-buli. Secara
anatomis buli-buli terdiri dari tiga permukaan, yaitu (1) permukaan superior yang
berbatasan dengan rongga peritoneum (2) permukaan inferoinferior dan (3)
permukaan posterior.2,3

B. Fisiologi

Gambar 1. Sistem urinarius

Buli-buli berfungsi menampung urin dari ureter dan kemudian


mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme berkemih. Dalam menampung
urin, buli-buli mempunyai kapasitas yang maksimal, yang volumenya untuk orang
dewasa kurang lebih adalah 300-450 ml, sedangkan kapasitas buli-buli pada anak
menurut formula dari koff adalah:

Kapasitas buli- buli = (umur(tahun)+ 2 ) x 30

Pada saat kosong, buli-buli terdapat di belakang simpisis pubis dan pada
saat penuh berada pada atas simpisis pubis sehingga dapat dipalpasi atau di
perkusi. Buli-buli yang terasa penuh memberikan rangsangan pada saraf afferen
dan menyebabkan aktivasi miksi di medulla spinalis segmen sacral S2-4. Hal ini

52
akan menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher buli-buli dan
relaksasi spingter uretra sehingga terjadilah proses miksi.

Epidemiologi

Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan penyakit batu


mempunyai hubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah
sesuai dengan perkembangan kehidupan suatu bangsa. Berdasarkan
pembandingan data penyakit batu saluran kemih di berbagai negara, dapat
disimpulkan bahwa di negara yang mulai berkembang terdapat banyak batu
saluran kemih bagian bawah, terutama terdapat di kalangan anak.

Di negara yang sedang berkembang, insidensi batu saluran kemih relatif


rendah, baik dari batu saluran kemih bagian bawah maupun batu saluran kemih
bagian atas. Di negara yang telah berkembang, terdapat banyak batu saluran
kemih bagian atas, terutama di kalangan orang dewasa. Pada suku bangsa tertentu,
penyakit batu saluran kemih sangat jarang, misalnya suku bangsa Bantu di Afrika
Selatan. 4,5

Etiologi

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan


gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Faktor-faktor itu
adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor
ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitarnya antara lain :4,5,6

a. Faktor Intrinsik
 Herediter (keturunan)  Studi menunjukkan bahwa penyakit batu
diwariskan. Untuk jenis batu umum penyakit, individu dengan riwayat
keluarga penyakit batu memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi menjadi
batu bekas. Ini risiko yang lebih tinggi mungkin karena kombinasi dari
predisposisi genetik dan eksposur lingkungan yang sama (misalnya, diet).
Meskipun beberapa faktor genetik telah jelas berhubungan dengan bentuk

53
yang jarang dari nefrolisiasis, (misalnya, cystinuria), informasi masih
terbatas pada gen yang berkontribusi terhadap risiko bentuk umum dari
penyakit batu.
 Umur  Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
Untuk pria, insiden mulai meningkat setelah usia 20, puncak antara 40 dan
60 tahun. Untuk wanita, tingkat insiden tampaknya lebih tinggi pada akhir
20-an pada usia 50, sisa yang relatif konstan selama beberapa dekade
berikutnya.
 Jenis Kelamin  Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan
b. Faktor Ekstrinsik
 Geografi  Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain, sehingga dikenal
sebagai daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika
Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
 Iklim dan temperatur
 Asupan air  Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran
kemih.
 Diet  Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih.
 Pekerjaan  Sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk dan kurang aktifitas atau sedentary life
Patogenesis

Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama


pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urin),
yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Banyak teori yang menerangkan
proses pembentukan batu di saluran kemih; tetapi hingga kini masih belum jelas
teori mana yang paling benar.

54
Beberapa teori pembentukan batu adalah :5,7

1. Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang terlalu jenuh
(supersaturated) akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya
membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau benda asing di saluran
kemih.

2. Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan
mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal
batu.

3. Penghambatan Kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal,
antara lain: magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa
peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat itu berkurang, akan
memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran kemih. Ion magnesium
(Mg2+) dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena jika
berikatan dengan oksalat, membentuk garam magnesium oksalat sehingga
jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium (Ca2+) untuk
membentuk kalsium oksalat menurun.

Gambar 3. Batu Buli-buli

55
Faktor Risiko Penyebab Batu
Lebih dari 85% batu pada laki-laki dan 70% pada perempuan mengandung
kalsium terutama kasium oksalat. Predisposisi kejadian batu khususnya batu
kalsium oksalat dapat terjadi karena :
 Riwayat batu kandung kemih dan saluran kemih
 Usia dan jenis kelamin
 Kelainan morfologi
 Pernah mengalami infeksi saluran kemih
 Adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih
 Profesi sebagai pekerja keras
 Penggunaan obat antasid, aspirin dosis tinggi dan vitamin D terlalu lama.
 Hiperkalsiuria
a. Hiperkalsiuria absortif ditandai oleh kenaikan absorbsi kalsium
dari lumen usus
b. Hiperkalsiuria Puasa ditandai adanya kelebihan kalsium, diduga
berasal dari tulang.
c. Hiperkalsiuria Ginjal yang diakibatkan kelainan reabsobsi kalsium
di tubulus ginjal
 Hiperikosuria  Merupakan suatu peningkatan asam urat yang dapat
memacu pembentuka batu kalsium, minimal sebagian oleh Kristal asam
urat dengan membentuk nidus untuk prespitasi kalsium oksalat atau
prespitasikalsium pospat. Pada kebanyakan pasien dengan diet purin yag
tinggi.
 Penurunan jumlah air kemih  Keadaan ini apat disebabkan masuknya
cairan sedikit. Selanjutnya akan menimbulkan pembentukan batu dengan
peningkatan reaktan dan pengurangan aliran kemih.
 Hiperoksaluria  Merupakan kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45
mg/hari atau 0,5 mmol/hari). Peningkatan ini dapat menyebabkan
perubahan cukup besar dan memacu prepitasi kalsium oksalat dengan
derajat yang lebih besar dibandingkan kenaikan ekskresi kalsium.4-6

56
Jenis-Jenis Batu Pada Saluran Kemih

Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih
dapat diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui
adanya kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat dan
sistin.

1. Batu Kalsium Oksalat

Kalsium oksalat adalah yang paling banyak menyebabkan batu saluran


kemih(70 75%), batu terdiri dari kalsium oksalat, laki-laki 2 kali lebih sering dari
pada wanita. Angka kejadian tertinggi usia 30-50 tahun. Batu kalsium oksalat
terjadi karena proses multifaktor,

2. Batu Asam Urat

Lebih dari 15% batu saluran kemih dengan komposisi asam urat. Pasien
biasanya berusia 60 tahun. Pada pasien berusia lebih muda biasanya juga
menderita kegemukan. Laki-laki lebih sering dari pada wanita. Batu asam urat
dibentuk hanya oleh asam urat. Diet menjadi risiko penting terjadinya batu
tersebut. Diet dengan tinggi protein dan purin serta minuman beralkohol
meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah.

Sebanyak 20-40% pasien pada Goutakan membentuk batu, oleh karena itu
tingginya asam urat yang berakibat hiperurikosuria. Batu asam urat ini adalah tipe
batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil
dengan terapi kemolisis. Analisis darah dan air kemih pada batu asam urat asam
urat >380µmol/dl (6,4mg/100ml), pH air kemih ≤ 5,8.

57
1. Batu Kalsium
Fosfat Dua macam batu kalsium fosfat terjadi tergantung suasana pH air
kemih. Karbonat apatite (dahllite) terbentuk pada pH > 6,8 dengan konsentrasi
kalsium yang tinggi dan sitrat rendah. Seperti pada batu kalsium oksalat, batu
kalsium fosfat juga merupakan batu campuran. Terjadi pada suasana air kemih
yang alkali atau terinfeksi.
Analisa darah dan air kemih menunjukkan hiperkalsemia (> 2-2,5
mmol/l). Penyebab terbentuknya batu kalsium oksalat renal tubular asidosis dan
infeksi saluran kemih. Kalsium dalam air kemih >2,5 mmol/liter dan pH air
kemih > 6,8)
2. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)
Disebabkan karena infeksi saluran kemih oleh bakteri yang memproduksi
urease (proteus, providentia, klebsiella dan psedomonas). Frekuensi 4-6%, batu
struvit lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki. Infeksi saluran kemih
terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air kemih >7. Pada
kondisi tersebut kelarutan fosfat menurun yang berakibat terjadinya batu struvit
dan kristalisasi karbonapatite, sehingga batu struvit sering terjadi bersamaan
dengan batu karbonat apatite. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak
sangat penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat.
Di samping pengobatan terhadap infeksinya, membuat suasana air kemih
menjadi asam dengan methionine sangat penting untuk mencegah kekambuhan.

Analisis darah dan air kemih didapatkan pH air kemih >7, juga didapatkan
infeksi pada saluran kemih dan kadar ammonium dan fosfat air kemih yang
meningkat.

58
3. Batu Cystine
Batu Cystine terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan
ginjal. Frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, cystine, arginin, lysin
dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi, walaupun
manifestasi paling banyak terjadi pada dekade dua. Disebabkan faktor keturunan
dengan kromosom autosomal resesif, terjadi gangguan transport amino cystine,
lysin, arginin dan ornithine. Memerlukan pengobatan seumur hidup.

Analisis darah dan air kemih menunjukkan cystein darah dalam batas
normal, cystine air kemih ≥0,8 mmol/hari. Kalsium, oksalat dan urat meningkat.
Komposisi batu dari hasil pemeriksaan laboratorium adalah:

Tabel2.1

Komposisi Batu dan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Komposisi Laboratorium

Batu kalsium oksalat pH air kemih normal atau rendah, kalsium air
kemih tinggi, asam sitrat air kemih rendah,
asam urat dan asam oksalatair kemih tinggi,
magnesium air kemih rendah

Batu asam urat pH air kemih kurang dari 6, asam urat air
kemih tinggi, serum asam urat tinggi

Batu kalsium fosfat Kalsium dan fosfat air kemih tinggi, pH air
kemih per hari tidak pernah kurang dari 5, 8,
RTA, infeksi, Kalsium serum tinggi

Batu struvit pH air kemih lebih dari 7,ammonium air

kemih tinggi, Asam sitrata ir kemih rendah

Batu cystine Cystine air kemih tinggi

Batu xanthine Asam urat serum rendah

59
Batu ammonium urat pH air kemih 6.7-7 (infeksi), urat ammonium
tinggi, fosfat air kemih rendah

Manifestasi Klinis

Gejala-gejala BSK antara lain:

1. Hematuria
Pada penderita BSK seringkali terjadi hematuria (air kemih berwarna seperti air
teh) terutama pada obstruksi ureter.

2. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi dan stasis diproksimal dari sumbatan. Keadaan yang cukup berat
terjadi apabila terjadi pus yang berlanjut menjadi fistularenokutan.

3. Demam
Adanya demam yang berhubungan dengan BSK merupakan kasus darurat karena
dapat menyebabkan urosepsis.

4. Mual dan Muntah


Obstruksi saluran kemih bagian atas seringkali menyebabkan mual dan muntah,
dapat juga disebabkan oleh uremia sekunder.

Pemeriksaan Klinis

Pasien yang mempunyai batu buli sering asimtomatik, tetapi pada


anamnesis biasanya dilaporkan bahwa penderita mengeluh nyeri suprapubik,
disuria, gross hematuri terminal, perasaan ingin kencing, sering kencing di malam
hari, perasaan tidak enak saat kencing, dan kencing tiba-tiba terhenti kemudian
menjadi lancar kembali dengan perubahan posisi tubuh. Gejala lain yang
umumnya terjadi dalam menyertai nyeri yaitu nyeri menjalar dari ujung penis,
scrotum, perineum, punggung dan panggul, perasaan tidak nyaman tersebut biasa
bersifat tumpul atau tajam, disamping sering menarik-narik penisnya pada anak
laki-laki dan menggosok-gosok vulva pada anak perempuan. Rasa sakit diperberat

60
saat pasien sedang beraktivitas, karena akan timbul nyeri yang tersensitisasi akibat
batu memasuki leher vesika. Pasien anak dengan batu buli sering disertai dengan
priapism dan disertai ngompol.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan vesika urinaria tampak penuh pada


inspeksi, ketika dipalpasi didapatkan blader distended pada retensi akut. Adapun
tanda yang dapat dilihat adalah hematuri mikroskopik atau bahkan gross hematuri,
pyuria, bakteri yang positif pada pemeriksaan kultur urin.6

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan urin
Pemeriksaan urin sering dilakukan karena tidak mahal dan hasilnya dapat
menggambarkan jenis batu dalam waktu yang singkat. Pada pemeriksaan dipstick,
batu buli berhubungan dengan hasil pemeriksaan yang positif jika mengandung
nitrat, leukosit esterase dan darah. Batu buli sering menyebabkan disuri dan nyeri
hebat, oleh sebab itu banyak pasien sering mengurangi konsumsi air minum
sehingga urin akan pekat. Pada orang dewasa, batu buli akan menyebabkan urin
asam. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan adanya sel darah merah dan pyuria
(leukosit), dan adanya kristal yang menyusun batu buli. Pemeriksaan urin juga
berguna untuk memberikan antibiotik yang rasional jika dicurigai adanya infeksi.1

b. Pemeriksaan Imaging
 Urografi
Pemeriksaan radiologis yang digunakan harus dapat
memvisualisasikan saluran kemih yaitu ginjal, ureter dan vesika urinaria
(KUB). Tetapi pemeriksaan ini mempunyai kelemahan karena hanya dapat
menunjukkan batu yang radioopaque.

61
Gambar 4. BOF

 Cystogram/ intravenous pyelografi


Jika pada pemeriksaan secara klinik dan foto KUB tidak dapat
menunjukkan adanya batu, maka langkah selanjutnya adalah dengan
pemeriksaan IVP. Adanya batu akan ditunjukkan dengan adanya filling
defek.6

Gambar 5. IVP

 Ultrasonografi (USG)
Batu buli akan terlihat sebagai gambaran hiperechoic, efektif untuk
melihat batu yang radiopaque atau radiolucent.

Gambar 6. USG

62
 CT scan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk banyak kasus pada pasien yang nyeri
perut, massa di pelvis, suspect abses, dan menunjukkan adanya batu buli- buli
yang tidak dapat ditunjukkan pada IVP. Batu akan terlihat sebagian batu yang
keruh.

 MRI
Pemeriksaan ini akan menunjukkan adanya lubang hitam yang
semestinya tidak ada pada buli yang seharusnya terisi penuh, ini
diassosiasikan sebagai batu.

 Sistoskopi
Pada pemeriksaan ini dokter akan memasukkan semacam alat
endoskopi melalui uretra yang ada pada penis, kemudian masuk kedalam
blader.

Gambar 7. Sistoskopi

Pengobatan

a. Konservatif
Terapi ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar spontan. Memberikan minum yang berlebihan
disertai diuretik. Dengan produksi air kemih yang lebih banyak diharapkan dapat

63
mendorong batu keluar dari saluran kemih. Pengobatan simptomatik
mengusahakan agar nyeri, khususnya kolik, yang terjadi menghilang dengan
pemberian simpatolitik. Dan berolahraga secara teratur.

Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena


itu diberikan antibiotik. Batu strufit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah
pembesarannya bila diberikan pengobatan dengan pengasaman urin dan
pemberian antiurease, seperti Acetohidroxamic acid. Ini untuk menghambat
bakteri urease dan menurunkan kadar ammonium urin.

Pengobatan yang efektif untuk pasien yang mempunyai batu asam urat
pada saluran kemih adalah dengan alkalinisasi supaya batu asam yang terbentuk
akan dilarutkan. Pelarutan batu akan terjadi apabila pH urin menjadi lebih tinggi
atau berjumlah 6,2. Sehingga dengan pemberian bikarbonas natrikus disertai
dengan makanan alkalis, batu asam urat diharapkan larut. Potasium Sitrat
(polycitra K, Urocit K) pada dosis 60 mEQ dalam 3-4 dosis perhari pemberian
digunakan untuk terapi pilihan. Tetapi terapi yang berlebihan menggunakan
sediaan ini akan memicu terbentuknya deposit calsium pospat pada permukaan
batu sehingga membuat terapi tidak efektif lagi. Atau dengan usaha menurunkan
produksi kadar asam urat air kemih dan darah dengan bantuan alopurinol, usaha
ini cukup memberi hasil yang baik. Dengan dosis awal 300 mg perhari, baik
diberikan setelah makan.4-7

b. Litotripsi
Pemecahan batu telah mulai dilakukan sejak lama dengan cara buta, tetapi
dengan kemajuan tehnik endoskopi dapat dilakukan dengan cara lihat langsung.
Untuk batu kandung kemih, batu dipecahkan dengan litotriptor secara mekanis
melalui sistoskop atau dengan memakai gelombang ultrasonic atau
elektrohidrolik. Makin sering dipakainya gelombang kejut luar tubuh (ESWL =
Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang dapat memecahkan batu tanpa
perlukaan ditubuh sama sekali. Gelombang kejut dialirkan melalui air ke tubuh

64
dan dipusatkan di batu yang akan dipecahkan. Batu akan hancur berkeping-keping
dan keluar bersama kemih.6

c. Terapi pembedahan
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotriptor, alat gelombang
kejut atau bila cara non bedah tidak berhasil. Walaupun demikian kita harus
memerlukan suatu indikasi. Misalnya apabila batu kandung kemih selalu
menyebabkan gangguan miksi yang hebat sehingga perlu diadakan tindakan
pengeluarannya. Litotriptor hanya mampu memecahkan batu dalam batas ukuran
3 cm kebawah. Batu diatas ukuran ini dapat ditangani dengan batu kejut atau
sistolitotomi.

1. Transurethral Cystolitholapaxy  tehnik ini dilakukan setelah adanya batu


ditunjukkan dengan sistoskopi, kemudian diberikan energi untuk membuat
nya menjadi fragmen yang akan dipindahkan dari dalam buli dengan alat
sistoskopi. Energi yang digunakan dapat berupa energi mekanik
(pneumatic jack hummer), ultrasonic dan elektrohidraulik dan laser.
2. Percutaneus Suprapubic cystolithopaxy  tehnik ini selain digunakan
untuk dewasa juga digunakan untuk anak-anak, tehnik percutaneus
menggunakan endoskopi untuk membuat fragmen batu lebih cepat hancur
lalu dievakuasi. Sering tehnik ini digunakan bersama tehnik yang pertama
denagn tujuan stabilisasi batu dan mencegah irigasi yang ditimbulkan oleh
debris pada batu.
3. Suprapubic Cystostomy  tehnik ini digunakan untuk memindah batu

Gambar 8. Suprapubic Cystostomy

65
dengan ukuran besar, juga di indikasikan untuk membuang
prostate, dan diverculotomy. Pengambilkan prostate secara terbuka
diindikasikan jika beratnya kira- kira 80-100gr. Keuntungan tehnik ini
adalah cepat, lebih mudah untuk memindahkan batu dalam jumlah banyak,
memindah batu yang melekat pada mukosa buli dan kemampuannya untuk
memindah batu yang besar dengan sisi kasar. Tetapi kerugian penggunaan
tehnik ini adalah pasien merasa nyeri post operasi, lebih lama dirawat di
rumah sakit, lebih lama menggunakan kateter.
a. Diagnosis Banding
Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan
apalagi bila hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu, perlu juga diingat bahwa
batu saluran kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor
yang umumnya karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi. Pada
batu ginjal dengan hidronefrosis, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor
ginjal mulai dari jenis ginjal polikistik hingga tumor Grawitz.9

4. Pencegahan
 Diuresis yang adekuat
Untuk mencegah timbulnya kembali batu maka pasien harus minum
banyak sehingga urin yang terbentuk tidak kurang dari 1500 ml. pada
pasien dengan batu asam urat dapat digunakan alkalinisasi urin sehingga
pH dipertahankan dalam kisaran 6,5-7, mencegah terjadinya hiperkalsemia
yang akan menimbulkan hiperkalsiuria pasien dianjurkan untuk mengecek
pH urin dengan kertas nitrasin setiap pagi.

 Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu


 Eradikasi infeksi saluran kemih khususnya untuk batu struvit5

66
Referensi:

1. Wim de Jong. Bab 3 : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2005
2. Schwartz, Principles of Surgery, Mc Graw Hill, 1999
3. Norton JA, Barie PS, Bollinger RR, Chang AE, Lowry SF, Mulvihill SJ,
et al. Surgery Basic Science and Clinical Evidence 2nd edition. Springer:
2008. p. 2185-6.
4. Sabiston, David C, dr. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC. 1995
5. Staf pengajar ilmu bedah UI. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta : Bina
Rupa Aksara.2010.
6. Pearle, S, Margaret. Urolithiasis Medical and Surgical Management. USA
: Informa healthcare, 2009. 1-6
7. Purnomo, B, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Ed-2. Jakarta : CV.Sagung
Seto, 2009. 57-68
8. Shires, Schwartz. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Ed-6. Jakarta : EGC,
2000. 588-589.
9. Purnomo, B, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Ed-2. Jakarta : CV.Sagung
Seto, 2009. 57-68.

6. Apa pencegahan yang sesuai dengan skenario?


Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya
yang tidak kalah pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya
kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7% per
tahun atau kurang lebih 50% dalam 10 tahun. Pencegahan yang dilakukan
adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang menyusun batu saluran
kemih yang diperoleh dari analisis batu.
a. Batu kalsium

Sebagian besar penderita batu kalsium mengalami hiperkalsiuria,

dimana kadar kalsium di dalam air kemih sangat tinggi. Obat diuretik

67
thiazid (misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan batu

yang baru.

 Dianjurkan untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari).

 Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.

Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu

kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat. Kadar oksalat yang

tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu kalsium,

merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat

(misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena

itu sebaiknya asupan makanan tersebut dikurangi. Kadang batu kalsium

terbentuk akibat penyakit lain, seperti hiperparatiroidisme, sarkoidosis,

keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini

sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut.

b. Batu asam urat

Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas,

karena makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di

dalam air kemih. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa

diberikan allopurinol. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih

bertambah, karena itu untuk menciptakan suasana air kemih yang alkalis

(basa), bisa diberikan kalium sitrat. Dan sangat dianjurkan untuk banyak

minum air putih.

68
Referensi:

- Buku Pedoman Diagnosis dan Terapi (PDT) SMF Urologi RSU

Dr. Saiful Anwar Malang.

- Purnomo, Basuki 2007. Dasar-dasar Urologi. edisi kedua. Jakarta:

Sagung Seto.

7. Perspektif islam
“Dari Shalih bin Yahya bin Al-Miqdam bin Ma’di Kariba dari ayahnya
dari kakeknya Miqdam berkata : saya mendengar Rasulullah SAW bersabda :
‘Tidaklah anak Adam mengisi penuh suatu wadah yang lebih jelek dari
perutnya., cukuplah bagi mereka itu beberapa suap makan yang dapat
menegakkan punggungnya. Maka seharusnya baginya sepertiga untuk makan,
sepertiga untuk minum, sepertiga untuk dirinya atau udara..” (HR. Al-
Baihaqi)
Dalam ajaran islam yang mulia, manusia diperintahkan oleh Allah agar
makan secukupnya saja dan tidak berlebihan.
“makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan” (Q.S Al-A’raf:31)

69

Anda mungkin juga menyukai