Anda di halaman 1dari 33

Laporan Tutorial Modul 3 Makassar, 31 Desember 2019

Blok Urogenitalia

LAPORAN TUTORIAL
MODUL “SAKIT PERUT MENDADAK”
KELOMPOK 12

DOSEN PEMBIMBING :
dr. Andi St. Fahirah Arsal, M. Kes
Anggota Kelompok:
Mar’atun Sholehah : 110 2016 0178
Fitri Alfiah Zahrah : 110 2017 0017
Utari Zainal Abidin : 110 2017 0038
Rizki Handayani : 110 2017 0061
Miftahul Jannah : 110 2017 0071
Selfy Eltry Elvira : 110 2017 0096
Oryza Camilia Salsabila : 110 2017 0107
Adibah Afriastini Wenni : 110 2017 0133
Novita Angriani : 110 2017 0169
Andi Muh. Tufik Hidayah : 110 2017 0176

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
A. SKENARIO
 Seorang laki-laki berusia 27 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
nyeri pada perut bagian bawah yang dialami sejak 10 jam yang lalu. Nyeri
dirasakan menjalar sampai ke kemaluan.

B. KATA SULIT
Tidak terdapat kata sulit dalam skenario.

C. KATA KUNCI
 Laki-laki 27 tahun
 Keluhan nyeri pada perut bagian bawah sejak 10 jam yang lalu
 Nyeri dirasakan menjalar sampai ke kemaluan

D. PERTANYAAN PENTING
1. Jelaskan patomekanisme nyeri perut!
2. Jelaskan penyebab terjadinya nyeri perut bagian bawah!
3. Jelaskan jenis-jenis nyeri perut!
4. Jelaskan regio abdomen dan organ yang terlibat sesuai skenario!
5. Jelaskan patomekanisme nyeri perut bawah yang menjalar ke kemaluan!
6. Jelaskan penyakit-penyakit yang menyebabkan nyeri perut bawah!
7. Jelaskan langkah-langkah diagnosis sesuai skenario!
8. Jelaskan diagnosis banding sesuai skenario!
9. Jelaskan penanganan sesuai skenario!
10. Jelaskan perspektif islam sesuai skenario!
E. JAWABAN PERTANYAAN
1. Patomekanisme nyeri perut
Nyeri perut dapat dirasakan oleh jalur sensorik otonom dari visera
perut, jalur sensorik somatik dari parietal peritoneum, dinding perut, atau
otot rangka retroperitoneal, atau jalur sensorik somatik dari situs ekstra-
abdomen yang berbagi proyeksi sentral dengan jalur sensorik dari dinding
perut (disebut nyeri).
Nyeri visceral adalah sensasi kusam atau pegal yang umumnya
dirasakan di salah satu dari tiga daerah: daerah garis tengah periumbilikal,
epigastrik, atau suprapubik. Sayangnya, rasa sakit tidak selalu terasa
langsung di tempat penyakit. Sebagai contoh, nyeri awal usus buntu
biasanya dirasakan di daerah periumbilikal atau epigastrik, sedangkan
nyeri yang disebabkan oleh obstruksi kolon transversus biasanya dirasakan
di daerah garis tengah suprapubik.
Sebaliknya, nyeri somatik biasanya terlokalisasi dengan baik dan
intens. Proses intra-abdominal akan memanifestasikan nyeri somatik jika
proses inflamasi yang mempengaruhi viscus menyentuh organ somatik
(yaitu, peritoneum parietal anterior atau dinding perut). Contoh klasik dari
nyeri perut yang dirujuk adalah proyeksi sentral bersama dari pleura
parietal paru-paru dan dinding perut, sehingga nyeri perut mungkin
merupakan presentasi awal pneumonia. Ketiga jenis rasa sakit dapat
dimodifikasi oleh tingkat toleransi anak.
Faktor-faktor psikogenik dan lingkungan menambah atau
menghambat persepsi nyeri pada berbagai tingkatan pada individu yang
berbeda. Rasa sakit yang timbul dari usus kecil, terlepas dari etiologinya,
selalu dirasakan pertama dan terutama di periumbilikalis.atau daerah
midepigastrik perut. Karena saraf appendicular berasal dari saraf toraks
yang sama yang memasok usus kecil, tidak mengherankan bahwa rasa sakit
pada awal appendicitis biasanya dirasakan di daerah epigastrik atau
umbilikal perut.
Nyeri kelainan yang mempengaruhi sekum, kolon asendens, dan
kolon desendens secara khas pertama kali dirasakan di lokasi aktual lesi
karena mesocecum pendek yang sesuai atau mesocolon. Perubahan yang
berkembang dalam lokalisasi nyeri perut sering signifikan. Pelokalan nyeri
pada fossa iliaka kanan beberapa jam setelah nyeri epigastrik atau
periumbilikalis akut biasanya disebabkan oleh apendisitis, meskipun,
jarang, urutan yang sama terlihat dengan ulkus pilorus atau ulkus
duodenum berlubang atau dalam kasus pankreatitis akut. Radiasi nyeri juga
sering membantu dalam diagnosis.
Pada kolik bilier, rasa sakit sering dirujuk ke daerah tepat di bawah
sudut inferior skapula kanan, sedangkan kolik ginjal dapat dirasakan di
testis pada sisi yang sama. Nyeri testis juga dapat terjadi dengan
apendisitis. Abses panggul, yang terletak dekat dengan kandung kemih,
atau radang usus buntu yang mengiritasi ureter kanan sering menyebabkan
rasa sakit saat berkemih. Dalam banyak kasus peritonitis, abses
intraperitoneal, atau perut kembung karena obstruksi usus, nyeri perut akan
disebabkan atau meningkat pada inspirasi.

Referensi: John T. Boyle, MD. ABDOMINAL PAIN. Clinical Presentation of


Disease. CHAPTER 14. Hal 225.

2. Penyebab terjadinya nyeri perut bagian bawah


a. Obstruksi akibat adanya keadaan tidak normal didalam ginjal atau
kandung kemih berupa pembentukan batu dari komponen tertentu,
misalnya batu kalsium, batu oksalat, kalsium oksalat atau kalsium
fosfat secara bersamaan dapat dijumpai 65-85% dari jumlah
keseluruhan batu ginjal yang menimbulkan nyeri kolik, dan lokasi nya
dapat dijumpai khas di kaliks atau pelvis dan bila akan keluar dapat
terhenti di ureter atau kandung kemih.
b. Nyeri kolik juga terjadi akibat dari bekuan aliran darah, aliran jaringan
nekrotik, struktur, kompresi atau angulasi berat ureter.
c. Nyeri abdomen oleh sebab lain, seperti gastrointestinal akibat suatu
infeksi kuman atau parasit tertentu misalnya apendisitis, kolesistitis,
pankreatitis dan obstruksi pada kandung empedu yakni adanya batu
empedu.
d. Nyeri vaskular akibat adanya infark ginjal, infark limpa, aneurisma
aorta.
e. Pada ginekologi misalnya pembentukan kista ovarium, adneksitis. Pada
keadaan lain misalnya abses psoas, infark jantung, feokromasitoma.

Referensi: R. Sjamsuhidajat. Jong, W. 2015. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.


Jakarta : EGC

3. Jenis-jenis nyeri perut


a. Tipe nyeri pada organ urogenitalia
Nyeri yang disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada organ
urogenitalia dapat dirasakan sebagai nyeri local ataupun refferet pain.
 Nyeri local = local pain adalah nyeri yang dirasakan pada organ
atau daerah sekitar organ itu sendiri misalnya pada nyeri ginjal ,
terasa pada region costovertebralis, mulai pada VT 10-12 sampai
VL1, sudut costovertebralis,ke pinggang dan ke depan di bawah
costa XII. Nyeri pada testis juga terasa sakitnya pada testis yang
bersangkutan dan nyeri pada skrotum.
 Nyeri yang menjalar = reffered pain adalah rasa nyeri yang
menjalar dan terasa pada daerah atau organ yang lebih jauh dari
organ yang sebenarnya sakiit. Misalnya : nyeri ureter akibat batu
pada ureter proksimal akan terasa sakit yang hebat pada testis
dipihak yang sama disamping nyeri pada pinggang itu sendiri. Hal
ini terjadi karena testis dan ureter proksimal dariginjal mempunyai
pusat persarafan pada segmen yang sama di medulla spinalis,
hingga sakit pada ureter proksimal dan ginjal akan terasa pula
seperti pada testis.
b. Sifat nyeri
Sifat nyeri ada dua macam yaitu :
 Nyeri yang menetap dan terasa terus menerus misalnya pada
infeksi, nyeri akan terasa terus sampai keadaan ini
teratasi/tertanggulang.
 Kolik : suatu sensasi nyeri yang hebat yang bersifat serangan,
datang-datang dan berulang, kemudian hilang dengan atau tanpa
obat. Beberapa saat kemudian akan datang kembali bila belum
diobati. Kolik ini biasa terjadi pada organ berupa saluran seperti
ureter, usus dan duktus choledochus, yang mengalami sumbatan
atau obstruksi, sementara organtersebut dengan mekanisme
peristaltic akan berusaha mendorong bendayang menyumbat itu ke
distal. Hiperperistaltik dari otot-otot proksimalsumbatan tersebut
begitu kuat sampai terjadi spasme yang hebat dan inilah yang
menyebabkan rasa nyeri yang hebat tersebut. Setelah kontraksi
otottersebut mencapai puncak maksimalnya akhirnya akan
relaksasi kembalidan nyeri akan hilang. Kalau benda yang
menyumbat tersebut belum turun/hilang misalnya batu pada ureter,
kontraksi sampai spasme tersebut akan berulang kembali. Begitu
nyerinya kolik ini, penderita tersebut tak bisa istrahat, jalan, duduk
tetap sakit dan kadang-kadang terguling-guling, keringatan, mual
sampai muntah.

Referensi: Ahmad, Palinrungi. Ilmu Bedah Urologi Gambaran Klinik Penyaki-


penyakit dan Kelainan Traktus Urogenitalia. Makassar : Fakultas Kedokteran
Universitas hasanuddin. 2012. Hal:26-30

4. Regio abdomen dan organ yang terlibat sesuai skenario


Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak
diantara toraks dan pelvis. rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding
abdomen yang terbentuk dari dari otot abdomen, columna vertebralis, dan
tulang ilium. Untuk membantu menetapkan suatu lokasi di abdomen, yang
paling sering dipakai adalah pembagian abdomen oleh dua buah bidang
bayangan horizontal dan dua bidang bayangan vertikal. Bidang bayangan
tersebut membagi dinding anterior abdomen menjadi sembilan daerah
(regiones). Dua bidang diantaranya berjalan horizontal melalui setinggi
tulang rawan iga kesembilan, yang bawah setinggi bagian atas crista iliaca
dan dua bidang lainnya vertikal di kiri dan kanan tubuh yaitu dari tulang
rawan iga kedelapan hingga ke pertengahan ligamentum inguinale. Regio
abdomen tersebut adalah: 1) hypocondriaca dextra, 2) epigastrica, 3)
hypocondriaca sinistra, 4) lumbalis dextra, 5) umbilical, 6) lumbalis
sinistra, 7) inguinalis dextra, 8) pubica/hipogastrica, 9) inguinalis sinistra.

Gambar. 4.1 Pembagian anatomi abdomen berdasarkan lokasi organ yang


ada di dalamnya
Pada skenario, dikatakan bahwa pasien mengalami nyeri pada perut
bagian bawah. Maka, kemungkinan organ yang bermasalah terletak pada
region ingunalis dextra dan sinistra atau regio hipogastrica/pubica. Organ-
organ pada region tersebut ialah:
1. Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum
dan ureter kanan.
2. Pubica/Hipogastric meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus
(pada kehamilan).
3. Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan
ovarium kiri.

A. Intestinum

Gambar 4.2 Colon


Pada region abdomen bagian bawah, bagian dari intestinum
crassum adalah, ileum distal, Caecum, Colon sigmoid dan rectum.
Caecum dengan Appendix vermiformis, Colon transversum, dan colon
sigmoideum terletak intraperitoneal dan memiliki Mesenterium sendiri.
Caecum dan appendix vermiformis juga dapat terletak retroperitoneal.
Colon ascenden, colon descenden dan sebagian besar rectum biasanya
merupakan organ retroperitoneal sekunder.
B. Ureter
Ureter adalah organ berbentuk tabung kecil yang berfungsi
mengalirkan urinedari pielum (pelvis) ginjal ke dalam buli-buli. Pada
orang dewasa panjangnya lebih kurang 25-30 cm, dan diameternya 3-4
mm. Dindingnya terdiri atas (1) mukosa yang dilapisi oleh sel
transisional, (2) otot polos sirkuler, dan (3) otot polos longitudinal.
Kontraksi dan relaksasi kedua otot polos itulah yang memungkinkan.
terjadinya gerakan peristaltik ureter guna mengalirkan urine ke dalam
buli-buli.
Jika karena sesuatu sebab terdapat sumbatan pada lumen ureter
sehingga menyumbat aliran urine, otot polos ureter akan berkontraksi
secara berlebihan, yang bertujuan untuk mendorong/mengeluarkan
sumbatan itu dari saluran kemih. Kontraksi itu dirasakan sebagai nyeri
kolik yang datang secara berkala, sesuai dengan irama peristaltik ureter.
Ureter membentang dari pielum hingga buli-buli, dan secara anatomis
terdapat beberapa tempat yang ukuran diameternya relatif lebih sempit
daripada di tempat lain. Ureter masuk ke buli-buli dalam posisi miring
dan berada di dalam otot buli-buli (intramural); keadaan ini dapat
mencegah terjadinya aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau
refluks vesiko-ureter pada saat buli- buli berkontraksi.
Ureter mendapatkan persarafan otonomik simpatetik dan
parasimpatetik. Simpatetik: serabut preganglionik dari segmen spinal
T10-L2; serabut post- ganglionik berasal dari coeliak, aortikorenal,
mesenterika superior, dan pleksus otonomik hipogastrik inferior.
Parasimpatetik: serabut vagal melalui coeliac ke ureter sebelah atas;
sedangkan serabut dari S2-4 ke ureter bawah.

Gambar 4.3 Ureter dalam traktus urinarius


C. Vesica Urinaria
Buli-buli atau vesika urinaria adalah organ berongga yang terdiri
atas 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman, yakni (1) terletak
paling dalam adalah otot longitudinal, (2)di tengah merupakan otot
sirkuler, dan (3) paling luar merupakan otot longitudinal. Mukosa buli-
buli terdiri atas sel transisional yang sama seperti pada mukosa pelvis
renalis, ureter, dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara
ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang
disebut trigonum buli-buli. Secara anatomis buli-buli terdiri atas 3
permukaan, yaitu (1) permukaan superior yang berbatasan dengan
rongga peritoneum, (2) dua permukaan inferiolateral, dan (3)
permukaan posterior. Permukaan superior merupakan lokus minoris
(daerah terlemah) dinding buli-buli. Buli-buli berfungsi menampung
urine dariureter dan kemudian mengeluarkannya melalui uretra dalam
mekanisme miksi (berkemih).Dalam menampung urine, buli-buli
mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa
lebih kurang adalah 300 - 450 ml.
Buli-buli yang terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf
aferen dan mengaktifkan pusat miksi di medula spinalis segmen sakral
S,4. Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya
leher buli-buli, dan relaksasi sfingter uretra sehingga terjadilah proses
miksi. Buli-buli mendapatkan vaskularisasi dari cabang arteria iliaka
interna, yakni arteria vesikalis superior, yang menyilang di depan
ureter. Sistem vena dari buli- buli bermuara ke dalam vena iliaka
interna.
Gambar 4.4 Vesica urinaria

D. Urethrae
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari
buli-buli melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2
bagian, yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria, organ ini
berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani. Uretra diperlengkapi
dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan bulir-buli
dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan
uretra anterior dan posterior. Sfingter uretra interna terdiri atas otot
polos yang dipersarafi oleh sistem simpatetk sehingga pada saat buli-
buli penuh, sfingter ini terbuka. Sfingter uretra eksternsa terdiri atas
otot bergaris yang dipersarafi oleh sistem somatik. Aktivitas ini dapat
diperintah sesuai dengan keinginan seseorang.
Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra 1) pars prostatika,
yakni bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan 2) uretra
pars membranasea. Uretra anterior adalah bagian uretra yang dibungkus
oleh korpus spongiosum penis. Seperti diperlihatkan pada gambar 2-6
A, uretra anterior terdiri atas (1) pars bulbosa, (2) pars pendularis, (3)
fossa navikularis, dan (4) meatus
Gambar 4.5. Uretrhae dan glandula prostat
E. Glandula Prostat
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di sebelah
inferior buli-buli, di depan rektum dan membungkus uretra posterior.
Bentuknya seperti buah kemiri dengan ukuran 4 x 3x 2,5 cm dan
beratnya kurang lebih 20 gram. Kelenjar ini terdiri atas jaringan
fibromuskular dan glandular yang terbagi dalam beberapa daerah atau
zona, yaitu zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona
preprostatik sfingter, dan zona anterior (McNeal).
Prostat mendapatkan inervasi otonomik simpatetik dan
parasimpatetik dari pleksus prostatikus atau plekus pelvikus yang
menerima masukan serabut parasimpatetik dari korda spinalis S5 dan
simpatetik dari nervus hipogastrikus (T10-L2). Rangsangan
parasimpatetik meningkatkan sekresi kelenjar pada epitel prostat,
sedangkan rangsangan simpatetik menyebabkan pengeluaran cairan
prostat ke dalam uretra posterior, seperti pada saat ejakulasi.. Pada usia
lanjut sebagian pria akan mengalami pembesaran kelenjar prostat
akibat hiperplasia jinak sehingga dapat membuntu uretra posterior dan
mengakibatkan terjadinya obstruksi saluran kemih.
Referensi:
- Paulsen. J. Waschke. Sobotta: atlas anatomi manusia. Jilid 2 Organ-
Organ Dalam. Jakarta: Penerbit buku kedokteran Elsevier
- Purnomo, Basuki B. 2015Dasar-Dasar Urologi Edisi Ketiga. Jakarta:
Sagung Seto

5. Patomekanisme nyeri perut bawah yang menjalar ke kemaluan


Rasa sakit perut, baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu
bersumber pada:
1. Visera perut
2. Organ lain di luar perut
3. Lesi pada susunan saraf spinal
4. Gangguan metabolik
5. Psikosomatik
Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf yang
tidak bermielin yang berasal dari sistim saraf otonom pada mukosa usus.
Jaras saraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa
sakit lebih menyebar dan lebih lama dari rasa sakit yang dihantarkan dari
kulit oleh serabut saraf A.
Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis
dan serosa dari organ di abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan
saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar
dorsa ganglia. Impuls aferen akan melewati medula spinalis pada traktus
spinotalamikus lateralis menuju ke talamus, kemudian ke konteks serebri.
Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat
penurunan ambang batas nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini
khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi.
Impuls nyeri dan visera abdomen atas (lambung, duodenum, pankreas, hati,
dan sistem empedu) mencapai medula spinalis pada segmen thorakalis 6,
7, 8 serta dirasakan didaerah epigastrium.
Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari
ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen Th 9 dan
10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung
kemih, dan traktus genitalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen Th
11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah
supra publik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika
proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh
serabut aferen stomatis ke radiks spinals segmentalis.
Perubahan yang berkembang dalam lokalisasi nyeri perut sering
signifikan. Pelokalan nyeri pada fossa iliaka kanan beberapa jam setelah
nyeri epigastrik atau periumbilikalis akut biasanya disebabkan oleh
apendisitis, meskipun, jarang, urutan yang sama terlihat dengan ulkus
pilorus atau ulkus duodenum berlubang atau dalam kasus pankreatitis akut.
Radiasi nyeri juga sering membantu dalam diagnosis. Pada kolik bilier, rasa
sakit sering dirujuk ke daerah tepat di bawah sudut inferior skapula kanan,
sedangkan kolik ginjal dapat dirasakan di testis pada sisi yang sama. Nyeri
testis juga dapat terjadi dengan apendisitis. Abses panggul, yang terletak
dekat dengan kandung kemih, atau radang usus buntu yang mengiritasi
ureter kanan sering menyebabkan rasa sakit saat berkemih. Dalam banyak
kasus peritonitis, abses intraperitoneal, atau perut kembung karena
obstruksi usus, nyeri perut akan disebabkan atau meningkat pada inspirasi.

Referesnsi: John T. Boyle, MD. ABDOMINAL PAIN. Clinical Presentation of


Disease. CHAPTER 14. Hal 225. Fakultas kedokteran universitas Sumatra
utara.

6. Penyaki-penyakit yang menyebabkan nyeri perut bawah


Penyakit-Penyakit pada Daerah Abdomen Bawah (Hipokondrium
Bawah):
a. Cystisis
Cystitis adalah peradangan (inflamasi) pada kandung kemih. Kondisi
ini sangat mengganggu kenyamanan. Penyebab utama dari
peradangan kandung kemih ini adalah infeksi bakteri. Penyakit
cystitis lebih banyak dialami kaum wanita. Hal ini disebabkan oleh
ukuran uretra (saluran urine) pada wanita lebih pendek dibanding
pada pria. Akibatnya, bakteri dari sekitar anus mudah masuk ke dalam
kandung kemih.
 Gejala-gejala Cystitis
Gejala umum yang menandai munculnya penyakit cystitis,
antara lain adalah:
 Frekuensi ibuang air kecil yang melebihi normal dengan
jumlah sedikiy
 Rasa sakit atau sensasi terbakar (perih) saat buang air kecil.
 Urine keruh atau berbau tajam.
 Nyeri pada perut bagian bawah.
 Darah pada urine.
 Tubuh terasa kurang sehat atau demam.
Cystitis pada anak-anak dapat menimbulkan gejala berupa
demam dengan suhu tubuh melebihi 38 derajat Celcius, selera
makan berkurang, lemas, muntah, sering mengompol, serta rewel.
 Penyebab dan Faktor Risiko Cystitis
Cystitis terjadi saat bakteri yang biasanya hidup dalam usus
atau kulit masuk dan berkembang biak dalam saluran kemih.
Bakteri dapat masuk ke saluran kemih melalui uretra melalui
berbagai cara, misalnya ketika berhubungan seksual, akibat
kebiasaan menyeka anus ke arah vagina, atau saat menggunakan
kateter.
Bakteri yang menjadi penyebab pada sebagian besar kasus
cystitis adalah Escherichia coli (E. coli). Risiko infeksi bakteri
dalam saluran kemih dapat semakinbesar saat seseorang
mengalami gangguan mengosongkan kandung kemih,
menopause, atau menderita penyakit diabetes.
b. Batu Urethra
Batu saluran kemih merupakan kondisi dimana terbentuknya
batu di saluran keluarnya urin. ia dapat berada di ginjal, ureter,
kandung kemih maupun uretra. Sering pula masyarakat mengenali
dengan batu ginjal, secara khusus maksudnya batu itu hanyaterdapat
diginjal. Adapun penyebabnya antara lain: gangguan aliran urin,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-
keadan lain.Biasanya beberapa faktor yang mempengaruhi adalah
jenis kelamin, ras/etnis, usia, geografis, iklim, pekerjaan, berat dan
tinggi badan, serta air.[1]Penyakit batu diketahui lebih sering terjadi
pada pria dewasa dibanding wanita, hal ini terkait dengan kondisi
anatomi saluran urinaria pria yang lebih panjang dan sempit.
Mekanisme pembentukan batu adalah di mulai terjadinya
hambatan aliran urin yang biasanya terjadi di tempat-tempat yang
lebih sempit dan berkelok, seperti di penyempitan pelvikalises
ataupun penyempitan di ureter yang masuk ke kandung kemih.
Adanya kelainan bawaan seperti stenosis, divertikel, hiperplasia
prostat benigna, striktur ataupun buli-buli neurogenik dapat
memudahkan terjadinya pembentukan batu.
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan
organik maupun anorganik dalam urin. Kristal-kristal tersebut
mengendap dan berkumpul menjadi inti batu. Batu saluran kemih
terdiri atas batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat, batu asam urat,
batu sistein, batu maupun magnesium-amonium-fosfat dan xanthyn.
c. Apendisitis
Apendisitis merupakan penyebab paling umum sakit perut akut
yang memerlukan intervensi bedah, Penyebab apendisitis tidak jelas
dan mekanisme patogenesis terus diperdebatkan, dikarenakan
apendisitis merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada
masyarakat secara umum, yang tatalaksananya dengan cara
apendiktomi, sehingga penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien
bedah apendisitis memerlukan perhatian khusus, karena masih
tingginya kemungkinan timbul infeksi paska bedah, yaitu 5-15%
(Departemen/SMF ilmu bedah, 2009). Setiap pasien apendiktomi
paska bedah diberikan antibiotik sebagai Profilaksis, penanganan
yang tidak tepat dan lingkungan yang tidak bersih bagi pasien paska
bedah akan beresiko besar untuk terkena infeksi, pemberian antibiotik
profilaksis yang kurang tepat pada pasien paska bedah dapat
memperlama penyembuhan luka dan memperlama hari rawatan
sehingga biaya perawatan juga semakin besar, pemberian antibiotik
profilaksis yang tepat dapat mengurangi jumlah bakteri, mencegah
infeksi serta dapat mempersingkat lamanya
d. Divertikulitis
Divertikulitis adalah inflamasi pada divertikula, yaitu kantong
kecil pada dinding kolon yang terbentuk akibat herniasi.
Divertikulosis adalah suatu keadaan dimana terbentuk banyak
divertikula, tetapi tidak terjadi inflamasi. Manifestasi klinis
divertikulitis diawali dari keluhan nyeri perut kiri bawah. Keluhan
dapat disertai demam, mual, mencret, konstipasi, disuria, maupun
anoreksia. Data anamnesis tersebut juga didukung temuan
pemeriksaan fisik seperti nyeri tekan, defans muskular, serta bising
usus yang berkurang.
Pembentukan divertikula dipengaruhi berbagai faktor seperti
gangguan motilitas kolon, disbiosis bakteri usus, faktor genetik, dan
inflamasi. Divertikula terbentuk ketika mukosa kolon mengalami
herniasi pada suatu bagian yang lemah dari lapisan otot usus akibat
peningkatan tekanan intraluminal. Sementara itu, divertikulitis terjadi
akibat peradangan pada divertikula. Keterlibatan infeksi bakteri pada
divertikulitis masih kontroversial, namun diduga bermula dari adanya
fekalit yang menyumbat divertikula, menyebabkan disbiosis bakteri
dan peradangan mukosa. Bakteri yang lazim ditemukan dari spesimen
feses pasien dengan divertikulitis antara lain E. coli, Bacteroides spp.,
dan Clostridia spp. Diagnosis divertikulitis akut dikonfirmasi melalui
endoskopi. Namun, endoskopi harus dilakukan setelah peradangan
reda. CT Scan abdomen dapat mendeteksi adanya divertikulitis abses
atau perforasi. Tata laksana divertikulitis akut tanpa komplikasi
adalah dengan menggunakan obat antiinflamasi. Pemberian antibiotik
pada divertikulitis masih dalam perdebatan, karena ada penelitian
yang menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara luaran
pasien yang mendapat antibiotik dengan yang tidak. Pembedahan
dapat dipertimbangkan tergantung keparahan gejala, adanya
komorbiditas, divertikulitis akut rekuren, ataupun berdasarkan
preferensi pasien.
e. Hernia Inguinalis
Hernia berarti penonjolan kantong peritoneum atau suatu organ
atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita
(dapatan). Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan)
organ intestinal masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding
yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis. Sekitar 75% hernia terjadi
di regio inguinalis, 50% merupakan hernia inguinalis indirek dan 25%
adalah hernia inguinal direk. Faktor risiko timbulnya hernia inguinalis
adalah usia tua, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan fisik yang
menimbulkan peningkatan tekanan intraabdomen yang dilakukan
terus-menerus, batuk kronis, dan obesitas. Gambaran klinis berupa
benjolan di lipat paha yang timbul bila mengedan, batuk, atau
mengangkat benda berat. Hernia inguinalis ditatalaksana dengan
proses operasi, dengan tidak melupakan tatalaksana faktor risiko yang
bisa diubah.
f. Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum (lapisan serosa
yang menutupi rongga abdomen dan organ-organ abdomen di
dalamnya). Suatu bentuk penyakit akut,danmerupakan kasus bedah
darurat. Dapat terjadi secara lokal maupun umum, melalui proses
infeksi akibat perforasi usus, misalnya pada ruptur appendiks atau
divertikulum kolon, maupun non infeksi, misalnya akibat keluarnya
asam lambung pada perforasi gaster, keluarnya asam empedu pada
perforasi kandung empedu. Pada wanita peritonitis sering disebabkan
oleh infeksi tuba falopi atau ruptur ovarium.
Peritoneum adalah lapisan serosa yang paling besar dan paling
komleks yang terdapat dalam tubuh.Membran serosa tersebut
membentuk suatu kantung tertutup (coelom) dengan batas-
batas:anterior dan lateral: permukaan bagian dalam dinding abdomen
posterior: retroperitoneum inferior: struktur ekstraperitoneal di pelvis
superior: bagian bawah dari diafragma. Peritoneum dibagi atas :
 Peritoneum parietal
 Peritoneum viseral
 Peritoneum penghubung yaitu mesenterium, mesogastrin,
mesocolon, mesosigmidem, dan mesosalphinx.
 Peritoneum bebas yaitu omentumLapisan parietal dari
peritoneum membungkus organ-organ viscera membentuk
peritoneum visera, dengan demikian menciptakan suatu potensi
ruang diantara kedua lapisan yang disebut rongga peritoneal.
Normalnya jumlah cairan peritoneal kurang dari 50ml. Cairan
peritoneal terdiri atas plasma ultrafiltrasi dengan elektrolit serta
mempunyai kadar protein kurang dari 30g/L, juga mempunyai
sejumlah kecil sel mesotelial deskuamasi.
g. ISK bawah
Berdasarkan bagian yang terinfeksi, ISK terbagi menjadi ISK
atas dan ISK bawah. ISK atas merupakan infeksi yang terjadi di
bagian atas kandung kemih, yaitu di ginjal dan ureter. Sedangkan ISK
bawah adalah infeksi pada kandung kemih bagian bawah, yaitu
kandung kemih dan uretra. ISK atas lebih berbahaya dan dapat
memicu urosepsis, yaitu kondisi ketika bakteri di ginjal yang
terinfeksi menyebar ke darah. Urosepsis bisa mengakibatkan tekanan
darah turun hingga syok, bahkan kematian.
Gejala infeksi saluran kemih sangat beragam, di antaranya:
 Demam
 Sakit di perut dan panggul
 Nyeri saat buang air kecil
 Muncul darah dalam urine
Adapun penyebab infeksi saluran kemih adalah masuknya
bakteri ke saluran kemih melalui lubang kencing. Meski bisa terjadi
pada siapa saja, tetapi penyakit ini lebih sering dialami wanita.
h. Urotherolitiasis
Urolitiasis adalah proses terbentuknya batu(kalkuli)pada traktus
urinarius. Kalkuli yang ditemukan pada ginjal disebut nephrolitiasis
dan kasus ini paling sering ditemukan. Jika kalkuli ditemukan pada
ureter dan vesica urinaria sebagian besar berasal dari
ginjal.Urolitiasisadalah penyebab umum adanya keluhan ditemukan
darah dalam urin dan nyeri di abdomen, pelvis, atau inguinal.
Urolitiasis terjadi pada 1 dari 20 orang pada suatu waktu dalam
kehidupan mereka.
Gejala pasti dari urolitiasis tergantung pada lokasi dan ukuran
kalkuli dalam traktus urinarius. Jika kalkuli berukuran kecil tidak
menunjukkan gejala. Namun perlahan keluhanakan dirasakan seiring
bertanbahnya ukuran kalkuli seperti:Nyeri atau pegal-pegal pada
pinggang atau flank yang dapat menjalar ke perut bagian depan, dan
lipatan paha hingga sampai ke kemaluan.-Hematuria:buang air kecil
berdarah.
Urin berisi pasir, berwarna putih dan berbau-Nyeri saat buang
air kecil-Infeksi saluran kencing-Demam.Urolitiasis yang masih
berukuran kecil umumnya tidak menunjukkan gejala yang signifikan,
namun perlahan seiring berjalannya waktu dan perkembangan di
saluran kemih akan menimbulkan gejala seperti rasa nyeri(kolik
renalis)di punggung, atau perut bagian bawah(kolik renalis).
i. Vesicolithiasis
Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air
kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-
mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan
rasa nyeri. Vesikolitiasis adalah batu kandung kemih yang merupakan
keadaan tidak normal di kandung kemih, batu ini mengandung
komponen kristal dan matriks organic. Vesikolitiasis adalah batu yang
ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi substansi tertentu,
seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau
ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara
normal mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin.
j. Benign Hiperplasia Prostat
Pembesaran prostat jinak atau lebih dikenal sebagai BPH
(benign prostatic hyperplasia) merupakan istilah histopatologis, yaitu
terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat.1
BPH dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka
ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun.
BPH merupakan salah satu keadaan yang menyebabkan gangguan
miksi yaitu retensio urin yang mengakibatkan supersaturasi urin,
sehingga rentan untuk terbentuknya batu buli. Beberapa hipotesis
yang diduga sebagai penyebab timbulnya BPH diantaranya teori
dihidrotestosteron, teori ketidakseimbangan antara estrogen-
testosteron, teori interaksi stroma-epitel, teori berkurangnya kematian
sel prostat, serta teori sel stem.
Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa
LUTS (lower urinary tract symptoms) yang terdiri atas gejala
obstruksi (voiding symptoms) maupun iritasi (storage symptoms) yang
meliputi: frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia, pancaran
miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa
tidak puas sehabis miksi, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urine.

Referensi: Buku Ilmu Penyakit Dalam dan Jurnal Clincal Key.

7. Langkah-langkah diagnosis sesuai skenario


 ANAMNESIS
a. Identitas pasien: Laki-laki 27 tahun
b. Keluhan utama: nyeri pada perut bagian bawah yang dialami
sejak 10 jam yang lalu
c. Keluhan penyerta : nyeri dirasakan menjalar sampai ke kemaluan
d. Riwayat penyakit : -
e. Riwayat keluarga: -
f. Riwayat lingkungan: -
g. Riwayat Pengobatan sebelumnya: -
 PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisis pasien meliputi pemeriksaan tentang
keadaan umum pasien dan pemeriksaan urologi. Seringkali kelainan-
kelainan di bidang urologi memberikan manifestasi penyakit umum
(sistemik), atau tidak jarang pasien-pasien urologi kebetulan
menderita penyakit lain.
1. Kesan Umum Pasien
a. Keadaan umum: baik atau sakit
b. Berat badan: obesitas, kurus atau normal
c. Tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu tubuh, dan
pernafasan)
2. Pemeriksaan Urologi (sesuai keluhan pada skenario)
a. Pemeriksaan Ginjal:
Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau
abdomen sebelah atas harus diperhatikan pada saat
melakukan inspeksi. Pembesaran mungkin disebabkan oleh
hidronefrosis atau tumor pada daerah retroperitoneum.
Pembesaran ginjal karena hidronefrosis atau tumor ginjal,
mungkin teraba pada palpasi dan terasa nyeri pada perkusi.
b. Pemeriksaan Buli-Buli:
Pada pemeriksaan buli-buli diperhatikan adanya
benjolan/massa atau jaringan parut bekas irisan/operasi di
suprasimfisis. Massa di daerah suprasimfisis mungkin
merupakan tumor ganas buli-buli atau karena buli-buli yang
terisi penuh dari suatu retensi urine. Dengan palpasi dan
perkusi dapat ditentukan batas atas buli-buli.
Pada Urolithiasis : batu urethra dapat mengalami
miksi yang tiba-tiba terhenti disertai rasa sakit yang hebat
pada glans penis, batang penis, perineum, dan rectum.
c. Pemeriksaan Neurologi:
Pemeriksaan neurologi ditujukan untuk mencari
kemungkinan adanya kelainan neurologik yang
mengakibatkan kelainan pada sistem urogenitalia, seperti
pada lesi motor neuron atau lesi saraf perifer yang
merupakan penyebab dari buli-buli neurogen.
 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis merupakan pemeriksaan yang
paling sering dikerjakan pada kasus- kasus urologi. Pemeriksaan
ini meliputi uji:
- Makroskopik dengan menilai warna, bau, dan berat jenis
urine
- Kimiawai meliputi pemeriksaan derajat keasaman/pH,
protein, dan gula dalam urine
- Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast
(silinder), atau bentukan lain di dalam urine.
Urine mempunyai pH yang bersifat asam, yaitu rata-rata: 5,5 -
6,5. Jika didapatkan pH yang relatif basa kemungkinan terdapat
infeksi oleh bakteri pemecah urea, sedangkan jika pH yang terlalu
asam kemungkinan terdapat asidosis pada tubulus ginjal atau ada
batu asam urat. Pemeriksaan mikroskopik urine ditujukan untuk
mencari kemungkinan adanya sel-sel darah, sel-sel yang berasal
dari saluran reproduksi pria, sel-sel organisme yang berasal dari
luar saluran kemih, silinder, ataupun kristal.
b. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar
hemoglobin, leukosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit,
dan hitung trombosit.
c. Darah rutin
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar
hemoglobin, leukosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan
hitung trombosit
d. Kultur Urine
Pemeriksaan kultur urine diperiksa jika ada dugaan infeksi
saluran kemih. Jika didapatkan kuman di dalam urine, dibiakkan
di dalam medium tertentu untuk mencari jenis kuman dan
sekaligus sensitivitas kuman terhadap antibiotika yang diujikan.
e. Patologi Anatomi
Pada pemeriksaan ini dapat ditentukan suatu jaringan
normal, mengalami proses inflamasi, pertumbuhan benigna, atau
terjadi pertumbuhan maligna. Selain itu pemeriksaan ini dapat
menentukan stadium patologik serta derajat diferensiasi suatu
keganasan.
 PEMERIKSAAN RADIOLOGI (PENCITRAAN)
a. Foto polos abdomen
Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah
foto skrining untuk pemeriksaan kelainan-kelainan urologi
b. Pielografi Intra Vena (PIV)
Pielografi Intra Vena (PIV) atau Intravenous Pyelography (IVP)
atau dikenal dengan Intra Venous Urography atau urografi adalah
foto yang dapat menggambarkan keadaan sistem urinaria melalui
bahan kontras radio-opak. Pencitraan ini dapat menunjukkan
adanya kelainan anatomi dan kelainan fungsi ginjal.
c. Sistografi
Sistografi adalah pencitraan buli-buli dengan memakai
kontras.Dari sistogram dapat dikenali adanya tumor atau bekuan
darah di dalam buli-buli yang ditunjukan oleh adanya filling
defect, adanya robekan buli-buli yang terlihat sebagai
ekstravasasi kontras ke luar dari buli-buli, adanya divertikel buli-
buli, buli-buli neurogenik, dan kelainan pada buli-buli yang lain.
Pemeriksaan ini dapat untuk menilai adanya inkontinensia stress
pada wanita dan untuk menilai adanya refluks vesiko-ureter.
d. USG (Ultrasonografi)
Pemeriksaan pada ginjal dipergunakan: (1) untuk mendeteksi
keberadaan dan keadaan ginjal (hidronefosis, kista, massa, atau
pengkerutan ginjal). Pada buli-buli, USG berguna untuk
menghitung sisa urine pasca miksi dan mendeteksi adanya batu
atau tumor di buli-buli. Pada kelenjar prostat, melalui pendekatan
transrektal (TRUS) dipakai untuk mencari nodul pada keganasan
prostat dan menentukan volume/besarnya prostat. Jika
didapatkan adanya dugaan keganasan prostat, TRUS dapat
dipakai sebagai penuntun dalam melakukan biopsi kelenjar
prostat. Pada testis, berguna untuk membedakan antara tumor
testis dan hidrokel testis, serta kadang-kadang dapat mendeteksi
letak testis kriptorkid yang sulit diraba dengan palpasi Pada
keganasan, selain untuk mengetahui adanya massa padat pada
organ primer, juga untuk mendeteksi kemungkinan adanya
metastasis pada hepar atau kelenjar para aorta.
e. CT Scan dan MRI
Pemeriksaan ini banyak dipakai dalam bidang onkologi untuk
menentukan penderajatan (staging) tumor yaitu: batas-batas
tumor, invasi ke organ di sekitar tumor, dan mencari adanya
metastasis ke kelenjar limfe serta ke organ lain.

Referensi: Purnomo, B. Basuki. 2011. Dasar-dasar Urologi. Edisi Ketiga.


Jakarta : Sagung Seto. Halaman 15-31

8. Diagnosis banding sesuai skenario


1. BATU URETRA
a. Definisi
Batu uretra akumulasi kalsium yang mengendap secara
bertahap sehingga terbantuk batu pada urethra. Biasanya berasal
dari batu ginjal/batu ureter yang turun ke buli-buli, kemudian
masuk ke uretra.
b. Etiologi
Batu uretra yang merupakan batu primer terbentuk di uretra
sangat jarang, kecuali jika terbentuk di dalam divertikel uretra.
Angka kejadian batu uretra ini tidak lebih 1% dari seluruh batu
saluran kemih.
c. Gejala Klinis
Keluhan yang disampaikan pasien adalah miksi tiba-tiba
berhenti hingga terjadi retensi urine, yang mungkin sebelumnya
didahului dengan nyeri pinggang. Jika batu berasal dari ureter
yang turun ke buli-buli kemudian ke uretra, biasanya pasien
mengeluh nyeri pinggang sebelum mengeluh kesulitan miksi. Batu
yang berada di uretra anterior seringkali dapat diraba oleh pasien
berupa benjolan keras di uretra pars bulbosa maupun pendularis,
atau kadang- kadang tampak di metus uretra eksterna. Nyeri
dirasakan pada glans penis atau pada tempat batu berada. Batu
yang berada pada uretra posterior, nyeri dirasakan di perineum atau
rektum.
d. Penatalaksanaan
Tindakan untuk mengeluarkan batu tergantung pada posisi,
ukuran, dan bentuk batu. Seringkali batu yang ukurannya tidak
terlalu besar dapat keluar spontan asalkan tidak ada kelainan atau
penyempitan pada uretra. Batu pada meatus uretra eksternum atau
fossa navikularis dapat diambil dengan forsep setelah terlebih
dahulu dilakukan pelebaran meatus uretra (meatotomi), sedangkan
batu kecil di uretra anterior dapat dicoba dikeluarkan dengan
melakukan lubrikasi terlebih dahulu dengan memasukkan
campuran jelly dan lidokain 2% intrauretra dengan harapan batu
dapat keluar spontan. Batu yang masih cukup besar dan berada
uretra posterior didorong dahulu ke buli-buli kemudian dilakukan
litotripsi. Untuk batu yang besar dan menempel di uretra sehingga
sulit berpindah tempat meskipun telah dilubrikasi, mungkin perlu
dilakukan uretrolitotomi atau dihancurkan dengan pemecah batu
transuretra.

2. BATU BULI- BULI ( VESICOLITHIASIS )


a. Definisi
Batu buli-buli atau vesikolitiasis adalah akumulasi kalsium
yang mengendap secara bertahap sehingga terbantuk batu pada
buli-buli. sering tejadi pada pasien yang menderita gangguan miksi
atau terdapat benda asing di buli-buli.
b. Etiologi
Gangguan miksi terjadi pada pasien-pasien hiperplasia
prostat, striktura uretra, divertikel buli-buli, atau buli-buli
neurogenik. Kateter yang terpasang pada buli-buli dalam waktu
yang lama, adanya benda asing lain yang secara tidak sengaja
dimasukkan ke dalam buli-buli seringkali menjadi inti untuk
terbentuknya batu buli-buli. Selain itu batu buli-buli dapat berasal
dari batu ginjal atau batu ureter yang turun ke buli-buli.
c. Epidemiologi
Di negara-negara berkembang masih sering dijumpai batu
endemik pada buli-buli yang banyak dijumpai pada anak-anak
yang menderita kurang gizi atau yang sering menderita dehidrasi
atau diare.
d. Gejala klinis
Gejala khas batu buli-buli adalah berupa gejala iritasi antara
lain: nyeri kencing/disuria hingga stranguri, perasaan tidak enak
sewaktu kencing, dan kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi
lancar kembali dengan perubahan posisi tubuh. Nyeri pada saat
miksi seringkali dirasakan (refered pain) pada ujung penis,
skrotum, perineum, pinggang, sampai kaki. Pada anak seringkali
mengeluh adanya enuresis nokturna, di samping sering
menariknarik penisnya (pada anak laki-laki) atau menggosok-
gosok vulva (pada anak perempuan). Seringkali komposisi batu
buli-buli terdiri atas asam urat atau struvit (jika penyebabnya
adalah infeksi), sehingga tidak jarang pada pemeriksaan foto polos
abdomen tidak tampak sebagai bayangan opak pada kavum pelvis.
Dalam hal ini pemeriksaan PIV pada fase sistogram memberikan
gambaran sebagai bayangan negatif. Ultrasonografi dapat
mendeteksi batu radiolusen pada buli-buli.
e. Penatalaksanaan
Batu buli-buli dapat dipecahkan dengan litotripsi ataupun
jika terlalu besar memerlukan pembedahan terbuka
(vesikolitotomi). Hal yang tidak kalah pentingnya adalah
melakukan koreksi terhadap penyebab timbulnya stasis urine.
3. SISTITIS AKUT
a. Definisi
Sistitis akut adalah inflamasi akut pada mukosa buli-buli
yang sering disebabkan oleh infeksi oleh bakteria. Mikroorganisme
penyebab infeksi ini terutama adalah E coli, Enterococci, Proteus,
dan Stafilokokus aureus yang masuk ke buli-buli terutama melalui
uretra.
b. Etiologi
Sistitis akut mudah terjadi jika pertahanan lokal tubuh menurun,
yaitu pada diabetes mellitus atau trauma lokal minor seperti pada
saat senggama. Inflamasi pada buli-buli juga dapat disebabkan oleh
bahan kimia, seperti pada detergent yang dicampurkan ke dalam
air untuk rendam duduk, deodorant yang disemprot kan pada vulva,
atau obat-obatan yang dimasukkan intravesika untuk terapi kanker
buli-buli (siklofosfamid).
c. Epidemiologi
Wanita lebih sering mengalami serangan sistitis daripada
pria karena uretra wanita lebih pendek daripada pria. Disamping
itu getah cairan prostat pada pria mempunyai sifat bakterisidal
sehingga relatif tahan terhadap infeksi saluran kemih. Diperkirakan
bahwa paling sedikit 10-20% wanita pernah mengalami serangan
sistitis selama hidupnya dan kurang lebih 5% dalam satu tahun
pernah mengalami serangan ini.
d. Gambaran klinis
Reaksi inflamasi menyebabkan mukosa buli-buli menjadi
kemerahan (eritrema), edema, dan hipersensitif sehingga jika buli-
buli terisi urine, akan mudah terangsang untuk segera
mengeluarkan isinya; hal ini menimbulkan gejala frekuensi.
Kontraksi buli-buli akan menyebabkan rasa sakit/nyeri di daerah
suprapubik dan eritema mukosa buli-buli mudah berdarah dan
menimbulkan hematuria. Tidak seperti gejala pada infeksi saluran
kemih sebelah atas, sistitis jarang disertai dengan demam, mual,
muntah, badan lemah, dan kondisi umum yang menurun. Jika
disertai dengan demam dan nyeri pinggang perlu difikirkan adanya
penjalaran infeksi ke saluran kemih sebelah atas.
e. Diagnosis
Pemeriksaan urine berwarna keruh, berbau dan pada
urinalisis terdapat piuria, hematuria, dan bakteriuria. Kultur urine
sangat penting untuk mengetahui jenis kuman penyebab infeksi.
Jika sistitis sering mengalami kekambuhan perlu difikirkan adanya
kelainan lain pada bulibuli (keganasan, urolitiasis) sehingga
diperlukan pemeriksaan pencitraan (PIV, USG) atau sistoskopi.
f. Terapi
Pada uncomplicated sistitis cukup diberikan terapi dengan
antimikroba dosis tunggal atau jangka pendek (1-3 hari). Tetapi
jika hal ini tidak memungkinkan, dipilih antimikroba yang masih
cukup sensitif terhadap kuman E coli, antara lain:
 Nitrofurantoin
Sediaan dan dosis:
Dewasa = 3-4 x 50 mg atau 100 mg
Anak = 5-7 mg/KgBB/hari
 Trimetoprim-sulfametoksazol
Sediaan tablet oral:
 480 mg (400 mg Sulfamethoxazole & 80 mg
Trimethropim)
 960 mg (800 mg Sulfamethoxazole &160 mg
Trimethropim)
 Anak: suspensi (200 mg Sulfamethoxazole & 40 mg
Trimethropim)
 Tablet pediatri (100 mg Sulfamethoxazole & 20 mg
Tremethropim)
Sediaan intravenous:
 400 mg Sulfamethoxazole & 80 mg Trimethropim
(480mg/5ml)
Dosis:
- Dosis dewasa: 2 x 960 mg/hari
- Dosis anak : pemberian terbagi dalam 2 dosis/hari
(Sulfamethoxazole 40 mg/KgBB/hari, Trimethropim 8
mg/KgBB/hari)
- Infeksi akut (dosis tunggal 480 mg/hari selama 3 hari)
atau
- Dengan Trimethropim (tab 100 mgdan tab 200 mg =>
dosis: 2 x 100 mgatau 1 x 200 mg)
 Ofloxacin
Sediaan: tab200 mgdan tab/kap 400 mg
Dosis: 2 x 200 mg/hari
Kadang-kadang diperlukan obat-obatan golongan antikolinergik
(propantheline bromide) :
 Sediaan: tab 15 mg
 Dosis: 15 mg sebelum makan dan 30 mg sebelum tidur
Untuk mencegah hiperiritabilitas buli-buli dan fenazopiridin
hidroklorida sebagai antiseptik pada saluran kemih.

Referensi:
- Basuki B Purnomo. Dasar-dasar Urologi Spesialis Urologi SMF/Lab
Ilmu Bedah RSUD Dr. Saiful Anwar Fakultas Kedokteran Univ.
Brawijaya Malang.
- Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. Farmakologi dan
Terapi. Edisi VI. 2016

9. Penanganan sesuai skenario


a. Beri analgesik dan sedative (contoh Paracetamol 325-650 mg tiap 4-
6 jam) untuk mencegah nyeri dan merelaksasikan pasien.
b. Pasien harus istirahat untuk mengurangi rasa nyeri.
c. Cegah katerisasi.
d. Pasien tidur dengan telentang dan letakkan bantal dibawah lutut
pasien.
e. Tempat tidur pasien dimiringkan, dimana kepala lebih rendah dari
pada kaki.
f. Kompres menggunakan kantong es batu atau air dingin untuk
mengurangi nyeri dan mencegah pembengkakan.
g. Untuk hernia scrotalis dapat dilakukan reposisi bimaual dengan
tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorong kea rah cincin hernia dengan lambat dan
menetap sampai terjadi reposisi. Penekanan tidak boleh dilakukan
pada apeks hernia karena justru akan menyebabkan isi hernia keluar
melalui cincin hernia. Konsultasi dengan dokter spesialis bedah bila
reposisi telah dicoba sebanyak 2 kali dan tidak berhasil.
h. Untuk torsio testis dilakukan pemulihan aliran darah yaitu dengan
reposisi testis. Jika berhasil, maka selanjutnya tetap dilakukan
orchidopexy electif dalam 48 jam.

Referensi: Purnomo, Basuki B. 2003. Buku Dasar-dasar Urologi, Edisi 2.


Fakultas Kedokteran Brawijaya

10. Perspektif islam sesuai skenario


Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah melewati salah satu sudut kota Mekah atau Madinah.
Kemudian beliau mendengar ada dua penghuni kubur yang di siksa.
Kemudian beliau bersabda:
"Mereka berdua disiksa. Mereka tidak disiksa untuk perkara yang
berat ditinggalkan, namun itu perkara besar. Yang pertama disiksa karena
tidak hati-hati ketika kencing, yang kedua disiksa karena suka
menyebarkan adu domba". (HR. Bukhari 216).
Hadist ini menunjukan bahwa kita harus lebih memperhatikan hal-hal
yang sering kita tinggalkan seperti perkara berkemih. Dimana kita
seharusnya menjaga kesehatan serta kebersihan organ-organ genitourinaria
agar senantiasa terhindar dari penyakit dan siksa kubur.

Anda mungkin juga menyukai