Anda di halaman 1dari 85

LAPORAN PENDAHULUAN & STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners 
Dosen Pengampu : Ns Sri Supami, S.Kep,. M. Kes

Disusun Oleh :
Rizka Yuliana Putri
202207018

UNIVERSITAS ICHSAN SATYA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
KECEMASAN

I. Kasus (Masalah Utama)


Kecemasan

II. Definisi
Berdasarkan pendapat dari (Gunarso, n.d, 2008) dalam (Wahyudi, Bahri,
and Handayani 2019), kecemasan atau anxietas adalah rasa khawatir, takut yang
tidak jelas sebabnya. Pengaruh kecemasan terhadap tercapainya kedewasaan,
merupakan masalah penting dalam perkembangan kepribadian. Kecemasan
merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakan. Baik tingkah laku normal
maupun tingkah laku yang menyimpang, yang terganggu, kedua-duanya
merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap
kecemasan itu. Jelaslah bahwa pada gangguan emosi dan gangguan tingkah laku,
kecemasan merupakan masalah pelik.

kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan


mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan
mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak
menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan
menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis. Anxiety atau
kecemasan merupakan pengalaman yang bersifat subjektif, tidak menyenangkan,
menakutkan dan mengkhawatirkan akan adanya kemungkinan bahaya atau
ancaman bahaya dan seringkali disertai oleh gejala-gejala atau reaksi fisik
tertentu akibat peningkatan aktifitas otonomik. (Suwanto 2015).

Kecemasan menurut (Hawari, 2002) adalah gangguan alam perasaan


yang ditandai dengan kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tetapi
belum mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap
utuh dan perilaku dapat terganggu, tetapi masih dalam batas-batas normal
(Candra et al. 2017).
III. Proses Terjadinya Masalah
A. Faktor Predisposisi
Faktor Predisposisi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut
dapat berupa :
1. Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang di alami individu baik krisis perkembangan atau
situasiona.
2. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik, id dan super ego atau antar.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehinga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6. Pola mekanisme keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang di alami
karena pola mekanisme koping individu banyak di pelajari dalam keluarga.
7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.

B. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor prespitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Ancaman terhadap integritas kulit ketegangan yang mengancam integritas
fisik yang meliputi:
a. Sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisisologis sistem
imun,regulasi suhu tubuh, perubhan biologis normal
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polusi lingkunag, kecelakaan, kekuranagan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tingga
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
a. Sumber internal kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah
tempatkerja, penyesuaian terhadap peran baru
b. Sumber eksternal orang yang dicinta berperan, perubahan status
pekerjaan tekanan kelompok social

C. Jenis – Jenis Kecemasan


Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam
dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar.
Membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu:
1. Kecemasan rasional merupakan suatu ketakuatan akibat adanya objek yang
memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakuatan
ini dianggap sebagai suatu unsure pokok normal dari mekanisme
pertahanan dasar kiat.
2. Kecemasan irrasional yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini
dibawah kedalam keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang
mengancam.
3. Kecemasan funda mental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa
dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemana kah kelak hidupnya
berlanjut. Kecemasan ini di sebut sebagi kecemasan eksistensial yang
mempunyai peran funda mental bagi kehidupan manusia.

D. Fase-Fase Kecemasan
a. Fase I (Kecemasan Ringan)
Tingkat kecemasan ringan adalah cemas yang normal yang biasa menjadi
bagian sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan perhatian, tetapi individu masih mampu memecahkan
masalah. Cemas ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas yang ditandai dengan terlihat tenang, percaya
diri, waspada, memperhatikan banyak hal, sedikit tidak sabar, ketegangan
otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah.
b. Fase II (Kecemasan Sedang)
Tingkat kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan
pada hal-hal yang penting dan mengesampingkan yang tidak penting atau
bukan menjadi prioritas yang ditandai dengan perhatian menurun,
penyelesaian masalah menurun, tidak sabar, mudah tersinggung,
ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, mulai berkeringat,
sering mondar-mandir, sering berkemih dan sakit kepala.
c. Fase III (Kecemasan Berat)
Tingkat kecemasan berat sangat mengurangi persepsi individu, dimana
individu cenderung untuk memusatkan perhatian pada sesuatu yang terinci
dan spesifik, dan tidak dapat berfikir tentang hal yang lain.
d. Fase IV (Panik)
Tingkat panik dari suatu kecemasan berhubungan dengan ketakutan dan
teror, karena individu mengalami kehilangan kendali. Orang yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan, panik melibatkan disorganisasi kepribadian, dengan panik
terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan
kehilangan pemikiran yang tidak dapat rasional.

E. Rentang Respon
Rentang respon individu terhadap cemas berflutuasi antara respon adaptif
danmaladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisispasi dimana
individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul.
Sedangkan rentang yang paling maladaptive adalah panic dimana individu
sudah tidak mampulagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga
mengalami gangguan fisisk, perilaku maupun kognitif. Respons adaptif
Antisipasi- Ringan- Sedang- Berat- Panik

F. Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping
yaitu sebagai berikut.
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi
stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemnuhan kebutuhan. Menarik diri untuk memindahkan dari
sumber stres. Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan
kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang,tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi,
dan bersifat maladaptive

IV. Pohon Masalah

Kerusakan Interaksi sosial Efek

Gangguan suasana perasaan Masalah Inti


cemas

Koping Individu tidak efektif Penyebab


V. Masalah keperawatan dan Data yang perlu dikaji
Tanggal / Data Fokus Masalah
Waktu
DS: Kecemasan
- Klien mengatakan khawatir dan takut dengan pikirannya
sendiri.
- Klien mengatakan firasat buruk terhadap dirinya
-
DO: pasien tampak melamun dan klien tampak mondar-
mandir didalam kamarnya

VI. Diagnosa Keperawatan


Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap diri sendiri

VII. Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan Intervensi
Tujuan umum: cemas (I.09314) Reduksi Ansietas:
berkurang atau hilang Observasi
Tujuan Khusus: - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi,
Klien mampu mengenal waktu, stressor)
ansietasnya - Monitor tanda tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Klien dapat menggunakan Terapeutik
teknik relaksasi - Ciptakan suasan terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
dating
Edukasi
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan untuk melakukan kegiatan yang tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas,jika perlu
Sumber : buku standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI)
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI
KECEMASAN

A. Proses keperawatan
1. Kondisi pasien
a. Melamun
b. Pasien sering mondar-mandir
c. Menanyakan hal-hal yang tidak penting
d. Pasien merasa khawatir
2. Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap diri sendiri
3. Tujuan khusus
a. Klien mampu mengenal ansietasnya
b. Klien dapat menggunakan teknik relaksasi
4. Tindakan keperawatan
a. Sapa pasien dengan nama baik verbal dan non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati dan menerima keadaan
g. Berikan perhatian kepada klien

B. Proses Komunikasi Dalam Pelaksaan Tindakan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik :
hallo ibu, selamat pagi. Perkenalkan ibu saya perawat S, saya yang
bertugas pada pagi hari ini, dari jam 7 sampai jam 2 siang nanti ya bu.
ini dengan ibu siapa? Lebih senang dipanggil siapa ibu?
b. Evaluasi /validasi
Bagaimana keadaan ibu hari ini ?
Apa yang sedang ibu rasakan sekarang?
c. Kontrak waktu
Topic : baik ibu saya akan membantu ibu untuk membahas tentang
perihal yang membuat ibu cemas dan saya juga akan mengajarkan
teknik relasasi
Waktu : saya meminta waktu ibu kurang lebih 15-20 menit ya bu ?
Tempat : untuk tempatnya kita gunakan ditaman belakang ya bu.
Tujuan interaksi : tujuannya agar bisa mengenali penyebab cemas ibu
dan juga bisa mengurangi kecemasan ibu dengan teknik relaksasi yang
saya berikan.

2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)


Baik ibu kita mulai, sebelumnya apa yang ibu pikirkan ketika ibu
merasa cemas?... apakah bagi ibu itu sangat mengganggu?... baik, ibu tidak
usah cemas ibu hanya merasa kesepian, ibu perlu teman untuk bercerita
jadi ketika ibu merasa sendirian dan kesepian, pikiran dan perasaan buruk
yang ada di diri ibu itu akan muncul, ibu butuh kegiatan yang positif dan
juga teman untuk menemani dan bercerita, rasa cemas ibu muncul ibu bisa
bercerita dengan saya atau petugas yang lainnya atau pun teman ibu disini
ya bu, baik sekarang ibu saya ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi
cemas ibu caranya ibu bisa ikutin saya dengan tarik nafas dalam
menggunakan hidung, lalu dikeluarkan lewat mulut, ibu bisa
mengulanginya beberapa kali untuk meredakan kecemasan ibu. Seperti itu
ya ibu bisa menggunakan teknik ini ketikan ibu merasa cemas.
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan kepeawatan
1) Evaluasi klien (subjektif) :
Nah, sekarang bagaimana perasaan ibu? Apakah perasaan cemas
sudah berkurang bu? apakah sudah merasa lebih baik sekarang?

2) Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement):


sekarang coba ibu lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan
relaksasi seperti yang saya contohkan tadi ya ?

b. Rencana tindak lanjut : setelah ini ibu dapat menggunakan teknik


tersebut, caranya seperti yang sudah saya ajarkan tadi ya..

c. Kontrak topic yang akan datang :


Topik : ibu pertemuan hari ini sudah selesai ya besok saya akan datang
kembali untuk melakukan kegiatan bersama teman lain nya, tujuannya
agar ibu tidak merasakan kesepian dan tidak lagi memikirkan hal yang
buruk.
Waktu : waktunya jam 8 pagi dan tempatnya ya bu.
Tempat : di taman ini lagi ya ibu.
sekarang saya tinggal ya bu permisi selamat beristirahat ibu.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA
Di Unit Rawat Inap Rumah sakit jiwa : Permata Kasih
Nama : Ny. U
Tanggal : 31 Oktober 2022
Rauangan : Mawar
Jam : 08.00 WIB
No.RM : 04321

IMPLEMANTASI EVALUASI
DS: S:
- klien mengatakan merasa cemas - klien menyebutkan nama lengkap
karena memikirkan sesuatu yang - klien menceritakan apa yang sedang
buruk akan terjadi pada dirinya dirasakan
- Klien mengatakan sulit tidur O:
DO: - klien mau berkenalan dan menyebutkan
- Klien tampak gelisah nama lengkapnya
- Klien tampak ketakutan - klien tampak ketakukan saat sedang
menceritakan yang di rasakannya
Diagnosis Keperawatan :
Ansietas berhubungan dengan ancaman A: kecemasan positif
terhadap diri sendiri

Tindakan keperawatan: P: mengisi waktu kosong dengan kegiatan


- Menemani dan mendengarkan klien positif, melakukan teknik relaksasi yang sudah
bercerita di ajarkan
- Mengajarkan terknik relaksasi
mengurangi cemas TT
perawat
Rencana tindak lanjut (planning perawat): Nama jelas
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

I. Kasus (Masalah Utama)


Harga Diri Rendah Situasional
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Definisi
Harga Diri Rendah Situasional adalah suatu keadaan ketika
individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami
perasaan negative mengenai diri dalam berespon terhadap suatu kejadian
(kehilangan, perubahan)
Harga Diri Rendah Situasional adalah evaluasi diri negatif yang
berkembang sebagai respons terhadap hilangnya atau berubahnya
perawatan diri seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri
positif (NANDA, 2005)
Harga Diri Rendah Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba,
misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena suatu terjadi (korban perkosaan,
dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba). (Dalami dkk, 2009).
B. Faktor Predisposisi
1. Factor yang mempengaruhi harga diri : penolakan orangtua, harapan
orangtua tidak realistis, sekolah ditolak, pekerjaan.
2. Factor yang mempengaruhi performa peran : stereotip peran gender,
tuntutan peran kerja, harapan peran budaya
3. Factor yang mempengaruhi identitas pribadi : ketidakpercayaan
orangtua, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur
social.
C. Faktor Presipitasi
Ketegangan peran oleh stress yang berhubungan dengan frustasi
yang dialami dalam peran/posisi, halusinasi pendengaran dan
penglihatan, kebingungan tentang seksualitas diri sendiri, kesulitan
membedakan diri sendiri dari orang lain, gangguan citra tubuh,
mengalami dunia seperti dalam mimpi.
D. Jenis-jenis Harga Diri Rendah Situasional
1. Situasional

Terjadinya terutama yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,


kecelakaan, dicerai suami atau istri,putus sekolah, putus hubungan
kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban pemerkosaan, di tuduh
KKN, di penjara tiba-tiba) (Iskandar,2014:39)

2. Kronik

Perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama,yaitu sebelum


sakit/di rawat. Klien ini mempunyai cara berfikir negative. Kejadian
sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Kondisi ini mengakibatkan respon mal yang adaktif. Kondisi ini
dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronik atau klien
pada gangguan jiwa. ( Iskandar,2014:39)

E. Fase-Fase
1. Denial (Penolakan)

Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap


kehilangan/individu tidak percaya. Menolak atau tidak menerima
kehilangan yang terjadi. Pernyataan yang sering diucapkan adalah
“itu tidak mungkin”, “saya tidak percaya” seseorang yang mengalami
kehilangan karena kematian orang yang berarti baginya, tetap
mereasa bahwa orang tersebut masih hidup.
Tindakan Keperawatan :
a. Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaan
b. Jelaskan pada klien bahwa sikapnya itu wajar terjadi pada orang
yang mengalami kehilangan
c. Mendukung kebutuhan emosi tanpa memperkuat penyangkalan
d. Beri dukungan kepada klien secara non verbal seperti :
memegang tangan, menepuk bahu atau merangkul klien
e. Menawarkan diri untuk tetap bersama klien tanpa mendiskusikan
alasan untuk mengatasi
f. Memberi jawaban yang jujur terhadap pertanyaan klien tentang
sakit, pengobatan dan kematian tanpa membantah klien
g. Memperhatikan kebutuhan dasar klien
2. Anger (Marah)

Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan


terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan marah pada
diri sendiri atau kepada orang yang berada di lingkungannya. Reaksi
fisik yang terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat,
susah tidur, tangan mengepal mau memukul, agresif.
Tindakan Keperawatan :
a. Memberikan kesempatan pada klien untuk memngungkapkan
kemarahannya secara verbal tanpa melawan kemarahan nya
b. Jelaskan pada keluarga bahwa kemarahan klien sebenernya tidak
ditujukan kepada mereka
c. Jangan mengambil hati kemarahan yang dilontarkan klien
d. Motivasi klien untuk membicarakan perasaan marahnya
e. Bantu klien menguatkan system pendukung dari orang lain
f. Ajarkan Teknik asertif
3. Bergaining (Tawar-Menawar)
Individu yang telah mampu mengekspresikan rasa marah akan
kehilangannya, maka orang tersebut akan maju ke tahap tawar
menawar dengan memohon kemurahan Tuhan, individu ingin
menunda kehilangan dengan berkata “seandainya saya berhati-hati”
atau “kalau saja kejadian ini bisa ditunda maka saya akan sering
berdoa”.
Tindakan Keperawatan :
a. Membantu klien mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan
takutnya
b. Jelaskan pada klien tentang sesuatu tindakan yang nyata
c. Berikan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan
4. Depresi

Individu berada dalam suasana berkabung, karena kehilangan


merupakan keadaan nyata, individu sering menunjukkan sikap
menarik diri, tidak mau berbicara atau putus asa dan mungkin sering
menangis.
Tindakan Keperawatan :
a. Mengidentifikasi tingkat depresi dan risiko merusak diri
b. Membantu klien mengurangi rasa bersalah
c. Mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki untuk
meningkatkan harga diri klien
d. Beri kesempatan klien untuk menangis dan mengungkapkan
perasaan
5. Acceptance (Penerimaan)

Pada fase individu menerima kenyataan kehilangan, misalnya :


ya, akhirnya saya harus dioperasi, apa yang harus saya lakukan agar
saya cepat sembuh, tanggung jawab mulai timbul dan usaha untuk
pemulihan dapat lebih normal.

Tindakan Keperawatan :
a. Sediakan waktu bagi keluarga untuk mengunjungi klien secara
teratur
b. Membantu dalam mendiskusikan rencana masa datang
c. Membantu keluarga dan teman klien untuk bisa mengerti
penyebab kematian
F. Rentang Respon
1. Respon adaptif
Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat
membangun (konstruksi) dalam usaha mengatasi stressor yang
menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
2. Respon maladaptive :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat merusak
(destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri
3. Aktualisasi diri :
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat
mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya
4. Konsep diri positif :
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya
secara jujur dan dalam menilai suatu masalah individu berpikir secara
positif dan realistis.
5. Kekacauan identitas :
Suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial
dewasa yang harmonis.
6. Depersonalisasi :
Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari
lingkungan. Hal ini yang berhubungan dengan ansietas panik dan
kegagalan dalam uji realistis. Individu mengalami kesulitan dalam
membedakan diri sendiri dan orang lain dan tubuhnya sendiri terasa
tidak nyata dan asing baginya.
G. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka Panjang pendek
atau jangka Panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang
menyakitkan. Pertahanan tersebut mencakup berikut ini :
1. Jangka pendek
a. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis
identitas diri (misalnya, konser music, bekerja keras, menonton tv
secara obesif)
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara
(misalnya ikut serta dalam klub social, agama, politik, kelompok,
Gerakan, atau geng)
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan
perasaan diri yang tidak menentu (misalnya olahraga yang
kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas)
2. Jangka Panjang
a. Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan
oleh orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan, aspirasi, atau
potensi diri individu
b. Identitas negative : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan
nilai dan harapan yang diterima masyarakat
c. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi,
disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement, berbalik
marah terhadap diri sendri dan amuk)
III. Pohon Masalah

Isolasi social :
Yang Mempengaruhi

Harga Diri Rendah Situasional


Masalah Inti

Koping Individu Tidak Efektif


Penyebab

IV. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji


1. Identitas Pasien
Inisial : Tn. Y
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Status : Duda
Tanggal pengkajian : 1 November 2022
V. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak
efektif
VI. Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan Khusus Kriteria Intervensi

1. Klien dapat membina Klien dapat menunjukkan 1. Bina hubungan saling percaya
hubungan saling percaya ekspresi wajah bersahabat, dengan menggunakan prinsip
dengan perawat menunjukkan rasa senang, ada komunikasi terapeutik, yaitu
kontak mata, mau berjabat sapa klien dengan ramah baik
tangan, mau menyebutkan nama, verbal maupun non verbal,
mau menjawab salam, klien mau perkenalkan diri dengan
duduk berdampingan dengan sopan, tanyakan nama lengkap
perawat, mau mengutarakan dan nama panggilan yang
masalah yang dihadapi disukai klien,
2. Jelaskan tujuan pertemuan,
jujur dan menepati janji,
tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya,
beri perhatian dan kebutuhan
dasar klien.
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Klien mengatakan malu dan tidak berguna
b. Klien menunjukkan ekspresi malu
c. Klien tampak kurang bergairah
2. Diagnose Keperawatan
Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak
efektif
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
4. Tindakan Keperawatan
a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
Perawat : Selamat pagi pak; Tn. Y : Pagi; Perawat : Perkenalkan
pak, saya mahasiswi Stikes IMC Bintaro yang sedang praktik
dirumah sakit ini, bapak bisa panggil saya Rizka. Kalau boleh tau
nama bapak siapa? ; Tn. Y : Bapak Y; Perawat : Saya disini ingin
menemani bapak selama kurang lebih 2 minggu, jika ada yang
mengganggu pikiran bapak, bapak bisa cerita ke saya
2) Evaluasi/Validasi
Perawat : Bagaimana keadaan bapak hari ini?, Tn. Y : Baik
3) Kontrak :
Topik
Perawat : Tujuan saya disini ingin membicarakan masalah bapak
selama perawatan di rumah sakit ini
Tempat
Perawat : Bapak lebih suka ngobrol dimana?
Tn. Y : Di taman
Perawat : Baiklah pak
Waktu
Perawat : Kita mau ngobrol berapa lama pak? Bagaimana kalau 10
menit saja?
Tn. Y : Boleh
Tujuan interaksi
Tujuannya adalah membicarakan masalah Tn. Y selama perawatan
di rumah sakit jiwa Mutiara
b. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
Perawat : kegiatan apa aja yang sering bapak lakukan?
Tn. Y : berkebun, menyulam
Perawat : selain itu kegiatan apa saja yang sering bapak lakukan?
Tn. Y : Itu aja sih
Perawat : bapak senang ga dengan kegiatan yang bapak lakukan?
Tn. Y : senang
Perawat : alasan bapak dibawa kerumah sakit jiwa Mutiara ini apa pak?
Tn. Y : saya ditinggal oleh istri saya, istri saya selingkuh
c. Terminasi
1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
Perawat : bagaimana perasaan bapak selama kita mengobrol?
Tn. Y : senang
Evaluasi Klien (Subjektif)
Perawat : coba ceritakan lagi kegiatan yang sering bapak
lakukan?
Tn. Y : berkebun, menyulam
Evaluasi Perawat (Objektif dan Reinforcement)
2. Rencana tindak lanjut (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai
hasil tindakan yang telah dilakukan)
Perawat : Baiklah bapak nanti bisa ingat-ingat lagi kegiatan yang
lain, yang belum di ceritakan ke saya
Tn. Y : ya
3. Kontrak Topik yang akan datang :
Topik :
Perawat : bagaimana kalau kita mengobrol kembali besok pak?
Tn. Y : boleh
Tempat :
Perawat : bapak tempatnya mau dimana?
Tn. Y : disini lagi aja
Perawat : Baik pak
Waktu :
Perawat : berapa lama kita akan mengobrol pak? Bagaimana
kalau 15 menit?
Tn. Y : boleh
Perawat : sampai bertemu lagi besok ya pak
Tn. Y : ya
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA
Nama : Tn. Y
Ruangan : Ruang Mawar
No RM : 14577
IMPLEMENTASI EVALUASI
DS : S:
- Klien mengatakan merasa tidak - Klien mengatakan senang diajak mengobrol
dihargai dan merasa tidak berguna - Klien mengatakan suka melakukan kegiatan
- Klien mengatakan merasa malu berkebun dan menyulam
karena istrinya menyelingkuhi nya
O:
DO : - Klien terlihat masih suka tertawa sendiri saat
- Klien tampak sedih, suara menjadi diajak ngobrol dengan perawat
pelan, dan kontak mata kurang - Klien juga terlihat sedih saat ditanyakan alasan
masuk rumah sakit jiwa Mutiara

Diagnosis Keperawatan : A : Harga diri Rendah (+)


Harga diri rendah situasional berhubungan
dengan koping individu tidak efektif P : Latihan mengidentifikasi kemampuan dan aspek
Tindakan Keperawatan : positif yang dimiliki pasien harga diri rendah
Mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki pasien

Rencana Tindak Lanjut (Planing Perawat) : TT


- Menilai kemampuan yang dapat
digunakan
- Menetapkan atau memilih kegiatan Nama Jelas
sesuai kemampuan
- Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih

LAPORAN PENDAHULUAN
KEHILANGAN/BERDUKA

I. Kasus (Masalah Utama)


Kehilangan/Berduka

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Definisi Kehilangan

Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari


kehidupan. Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah
atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut.
Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa
kekerasan atau traumatik, diantisipasi, atau tidak diharapkan, sebagian
atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan


sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert, 1985, h. 35).
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah
mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali
walaupun dalam bentuk berbeda.

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang


mengalmi suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya
pernah ada atau tidak pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan
merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
B. Faktor Presdisposisi
1. Genetik
Seorang individu yang memiliki anggota keluarga atau
dibesarkan dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan
mengalami kesulitan dalam bersikap optimis dan menghadapi
kehilangan.
2. Kesehatan fisik
Individu dengan kesehatan fisik prima dan hidup yang teratur
mempunyai kemampuan dalam menghadapi stress dengan lebih baik
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik.
3. Kesehatan mental
Individu dengan riwayat gangguan kesehatan mental memiliki
tingkat kepekaan yang tinggi terhadap suatu kehilangan dan beresiko
untuk kambuh kembali.
4. Pengalaman kehilangan sebelumnya
Kehilangan dan perpisahan dengan orang berarti di masa
kanak-kanak akan memengaruhi kemampuan individu dalam
menghadapi di masa dewasa.

C. Faktor Presipitasi
Perasaan stress nyata atau imajinasi individu dan kehilangan
yang bersifat bio-psiko-sosial, seperti kondisi sakit, kehilangan fungsi
seksual, kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran,
dan kehilangan posisi di masyarakat.

D. Jenis
1. Kehilangan seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau
orang yang berarti adalah salah satu faktor pembuat stress dan
mengganggu dari tipe kehilangan. Kematian juga membawa dampak
kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan
ketergantungan dari ikatan yang ada, kematian pasangan suami/istri,
anak, orang tua, biasanya membawa dampak emosional yang luar
biasa dan tidak dapat ditutupi.
2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri
Kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang.
Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri,
kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan
dampaknya. Kehilangan dari aspek lain yang dapat hilang dari
seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda,
fungsi tubuh.
3. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri
atau bersama-sama, perhiasan, uang, pekerjaan. Kedalaman berduka
yang dirasakan seseorang terhadap benda yang bergantung pada arti
dan kegunaan benda tersebut.
4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan
yang sangat dikenal termasuk dari kehdupan latar belakang keluarga
dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen. Misalnya
pindah ke kota lain, maka akan memiliki tetangga baru dan proses
penyesuaian baru.
5. Kehilangan kehidupan/meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan,
pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai
pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda
tentang kematian.
E. Fase
1. Menyangkal (denial)
Pada tahap ini, seseorang cenderung akan meragukan atau
menyagkal bahwa ia sedang mengalami peristiwa buruk. Misalnya
terdiagnosis penyakit berat mungkin akan berfikir bahwa terjadi
kesalahan.

2. Marah (anger)
Marah dan tidak terima bahwa ia sedang mengalami peristiwa
buruk. Hal ini dapat membuat frustasi, lebih sensitif, tidak sabaran
dan mengalami perubahan mood. Pada fase ini, ia mungkin juga akan
mulai mengajukan pertanyaan seperti “mengapa harus saya?” atau
“apa salah saya, sehingga hal ini harus terjadi pada hidup saya?”.
Amarah ini bisa ditujukan kepada siapa saja, baik pada diri sendiri,
orang lain, benda di sekitar, bahkan Tuhan.
3. Tawar-menawar (bargaining)
Fase ini merupakan bentuk mekanisme pertahanan emosional
seseorang agar bisa mengambil kontrol kembali atas hidupnya.
Ditandai dengan rasa bersalah, baik pada diri sendiri atau orang lain.
Pada fase ini juga mereka akan mencari cara untuk mencegah
terjadinya peristiwa buruk yang sedang dialami di kemudian hari.
4. Depresi (depression)
Setelah upaya menolak dan mengubah kenyataan pahit yang
dialami tidak berhasil, orang yang berduka kemudian akan merasa
sedih, kecewa, putus asa yang teramat dalam. Ini merupakan bagian
dari proses terbentuknya luka batin yang normal terjadi. Fase ini
ditandai dengan rasa lelah, sering menangis, sulit tidur, kehilangan
nafsu makan atau makan berlebihan, dan tidak bersemangat untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
Fase ini dikatakan fase terberat dan perlu diwaspadai.
Pasalnya, rasa duka dan luka emosional yang dirasakan bisa saja
menimbulkan ide atau percobaan atau bunuh diri.
5. Menerima (acceptance)
Pemerimaan adalah tahapan akhir dari berduka. Pada fase ini,
seseorang sudah bisa menerima kenyataan bahwa peristiwa buruk
yang ia alami benar-benar terjadi dan tidak dapat diubah. Perasaan
sedih, kecewa, dan penyesalan masih ada, tetapi pada fase ini
seseorang sudah mulai bisa belajar dan menyesuaikan diri untuk
hidup bersama kenyataan yang baru dan menerima hal tersebut
sebagai bagian dari perjalanan hidupnya. Bahkan jika orang tersebut
bisa berfikir positif, mereka akan menjadikan pengalaman pahit yang
dialami sebagai pembelajaran untuk bisa berkembang menjadi
pribadi yang lebih baik.

F. Rentang Respon
1. Respon Spiritual
a. Kecewa dan marah terhadap Tuhan
b. Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
c. Tidak memilki harapan; kehilangan makna
2. Respon Fisiologis
a. Sakit kepala, insomnia
b. Gangguan nafsu makan
c. Berat badan turun
d. Tidak bertenaga
e. Palpitasi, gangguan pencernaan
f. Perubahan sistem imune dan endokrin
3. Respon Emosional
a. Merasa sedih, cemas
b. Kebencian
c. Merasa bersalah
d. Perasaan mati rasa
e. Emosi yang berubah-ubah
f. Penderitaan dan kesepian yang berat
g. Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan
individu atau benda yang hilang
h. Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan
keputusan
i. Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan peraya diri
4. Respon Kognitif
a. Gangguan asumsi dan keyakinan
b. Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
c. Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
d. Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang
meninggal adalah pembimbing.
5. Perilaku
a. Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku
seperti :
b. Menangis tidak terkontrol
c. Sangat gelisah; perilaku mencari
d. Iritabilitas dan sikap bermusuhan
e. Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan
bersama orang yang meninggal..
f. Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal
ingin membuangnya.
g. Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
h. Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri
ataupembunuh.
i. Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi

G. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon
antara lain: Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi
dan Proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas stress yang
dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan
pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme
koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat

H. Pohon Masalah

HARGA DIRI
RENDAH

KEHILANGAN

KEHILANGAN
SUAMI

I. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji


a. Identitas Pasien
1. Nama : Mulyanah
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Umur : 46 tahun
4. Agama : Islam
5. Status : Janda
6. Tanggal Pengkajian : 29 Oktober 2022
J. Diagnosa Keperawatan
1. Duka cita
2. Duka cita terganggu
3. Resiko duka cita terganggu
K. Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan Khusus Kriteria Intervensi


Pasien dapat membina Pasien dapat menunjukkan eskpresi I. Bina hubungan saling percaya
hubungan saling percaya wajah yang ramah dan bersahabat, dengan perawat dengan bersikap
dengan keluarga dan perawat pasien dapat menjawab pertanyaan ramah pada pasien,
dari perawat dengan baik, pasien memperkenalkan diri,
mau menerima kehadiran perawat, menjelaskan tujuan tindakan yang
kontak mata dengan perawat, dan akan dilakukan, jujur dan
dapat mengutarakan masalah yang menepati janji. Selain itu juga
terjadi. membuat suasana nyaman,
menunjukkan empati dan simpati.
II. Mendengarkan cerita pasien
dengan seksama, terlihat tertarik
dengan pasien, beri ruang pada
pasien untuk meluapkan semua
emosi dan masalah yang
dirasakan.
Pasien dapat besosialisasi Pasien mau melakukan kegiatan Menemani kegiatan pasien, memotivasi
dengan orang lain secara yang bersifat social atau umum, klien untuk berosialisasi dengan orang
bertahap seperti senam, membuat kerajinan lain, menjelasakan pada klien
tangan Bersama pasien lain, dan keuntungan jika bersosialisasi, dan
kegiatan lainnya. Pasien mampu menjelaskan kerugian jika tidak
berkomunikasi dengan perawat, behubungan dengan orang lain. Dorong
ataupun dengan pasien lain dengan pasien untuk behubungan denan orang
baik. lain secara bertahap :
- Perawat
- Klien
- Perawat
- Klien
- Klien lain
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SEHARI-HARI
KEHILANGAN/BERDUKA

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ibu M sering melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum
meninggal. Selain itu, Ibu M juga tidak mau berinteraksi dengan orang lain
dan merasa gelisah sehingga susah tidur
2. Diagnose Keperawatan
Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap respon
kehilangan pasangan
3. Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
4. Tindakan keperawatan
a. BHSP: Salam terapiutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan, lingkungan
yang terapiutik, kontrak yang jelas
b. Dorong dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaanya
c. Dengarkan ungkapan klien dengan empati
d. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaanya

B. Proses pelaksanaan tindakan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Ibu.” “Perkenalkan saya perawat yang bertugas hari ini,
nama saya Luhtu Eka, saya biasa di panggil Eka, nama ibu siapa?”
“Ibu senang di panggil siapa?
b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini, apa yang Ibu rasakan saat ini?
c. Kontrak
“Ibu, saya bertugas di sini untuk merawat ibu dari hari Kamis sampai
Minggu mulai dari jam 07.00 sampai dengan 14.00 WITA saya harap
selama saya merawat bapak saya dapat memberikan pelayanan yang
terbaik bagi bapak. Ibu sekarang saya ingin berbincangbincang dengan
Ibu untuk mengetahui keadaan Ibu saat ini, apakah bapak bersedia?
Bapak ingin kita bicara di mana? Hmm,, bagaimana kalau di taman ?
baiklah Buk. Berapa lama ingin bincang-bincangnya Buk? Bagaimana
kalau kita berbincang selama 15 menit?
2. KERJA

Ibu, tadi Ibu sudah menyebutkan nama Ibu, lalu boleh saya tahu
berapa umur Ibu sekarang? Ibu sudah berapa lama di rawat di sini? Boleh
saya tahu Ibu berasal dari mana? Bapak masih ingat, kapan Ibu di bawa
kesini? Siapa yang membawa Ibu kesini?Bagaimana perasaan Ibu saat di
bawa kesini? Menurut Ibu, Ibu di bawa kesini karena apa? Selama di rawat
di sini hal apa saja yang sudah Ibu dapatkan? Bagaimana perasaan Ibu saat
melakukan kegiatan tersebut? Boleh saya tahu apakah hobi Ibu? Bagaimana
kalau sekarang Ibu bercerita tentang hobi Ibu? Wah….ternyata bagus sekali
hobi Ibu. Boleh saya tahu apa pekerjaan Ibu sebelum disini? Bisa Ibu
ceritakan tentang pekerjaan Ibu? Wah, ternyata pekerjaan Ibu bagus sekali.

3. TERMINASI
a. Evaluasi
(Subyektif) : Setelah kita ngobrol tadi,bagaimana perasaan Ibu saat ini?
(Obyektif) : Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan sesekali
melihat perawat.
b. Tindak lanjut
Nah pak, ini sudah 15 menit. Jadi kita cukupkan saja dulu
perbincangan kita. Sekarang Ibu istirahat dulu. Kalau nanti ada yang
ingin Ibu ceritakan atau tanyakan kepada saya, Ibu bisa sampaikan saat
pertemuan kita berikutnya.
c. Kontrak yang akan dating
Bagaimana kalau nanti siang sesudah makan siang kita ngobrol-
ngobrol lagi sekitar pukul 14.00 wita? Dan bagaimana kalau nanti kita
membicarakan tentang kondisi Ibu? Apakah Ibu bersedia? Ibu nanti
ingin mengobrol dimana? Apakah di tempat ini lagi? Baik bu nanti kita
berbincang-bincang lagi, kalau begitu saya permisi dulu Bu, terima
kasih karena Ibu sudah mau berbincang-bincang dengan saya.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA

N NO.DX IMPLEMENTASI EVALUASI


O
1 1 1. Membina hubungan saling percaya antara Ny. S : Pasien mengatakan bahwa kematian
M, keluarga, dengan sikap jujur, menerima, sudah kehendak tuhan
ikhlas, dan empati O : Pasien tampak lebih
2. Menunjukan perhatian pada Ny. M baik  tenang Pasien tanpak tidak
melalui kata-kata maupun dengan sikap.  menangis
3. Menanyakan kepada Ny. M pengalamannya A : masalah teratasi
tentang kematian. P : Intervensi dihentikan
4. Menjelaskan pada Ny. M bahwa suaminya
meninggal bukan tidur.
5. Meminta kepada keluarga/ orang yang berarti
agar menemani Ny.M selama masa berduka
bila perlu mengijinkan untuk tinggal bersama
mereka.
6. Mendorong Ny.M untuk mengungkapkan
perasaannya dengan menanyakan apa yang
dipikirkan selama suaminya masih hidup
sampai sekarang.
7. Menjelaskan pada Ny.M bahwa suaminya
meninggal bukan karena akibat dia.
8. Menejlaskan kepada Ny. M bahwa orang yang
sudah meninggal tidak perlu ditangisi
2 2 1. Bantu klien untuk dapat beradptasi dengan S : Pasien mengatakan sudah bisa
lingkungan barunya. berkomunikasi dengan keluarga dan
2. Mengidenfikasi kemampuan dan aspek positif masyarakat
yang dimiliki pasien O : Pasien terlihat berbicara dengan
3. Membantu pasien menilai kemampuan pasien anggota keluarga
yang masih dapat digunakan
4. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan A : masalah teratsi
dilatih sesuai dengan kemampuan pasien P : Intervensi dihentikan
5. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
6. Memberikan pujian yang wajar terhadap
keberhasilan pasien
7. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
3 3 1. Tunjukkan respon menerima klien S : Pasien sudah tidak cemas lagi
2. Berikan respon empati dengan berfokus pada O : Pasien Nampak terlihat berbicara
perasaan bukan pada kenyataan yang terjadi. dengan pasien atau perawat lain
3. Bantu klien untuk mengekspresikan A : masalah Teratasi
perasaannya. P : Intervensi dihentikan
4. Bantu klien untuk menurunkan tingkat
kecemasannya :
a. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan
bina hubungan yang sifatnya supportif.
b. Beri waktu untuk klien berespon.
c. Beri perawatan individu sebagai manusia
layaknya.
d. Diskusikan tentang masalah yang
dihadapi klien tanpa memintanya untuk
menyimpulkannya.
e. Identifikasi pemikiran yang negatif dan
Bantu untuk menurunkannya melalui
interupsi atau substitusi.
f. Bantu klien untuk meningkatkan
pemikiran yang positif.
g. Evaluasi ketepatan persepsi klien, logika
dan kesimpulan yang dibuat klien.
LAPORAN PENDAHULUAN
KETIDAKBERDAYAAN
I. Kasus (Masalah Utama)
Ketidakberdayaan

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Definisi
Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala
tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana
individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang
baru dirasakan. Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien
bahwa perilaku atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan
membawa hasil yang diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil
seperti yang diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang
terjadi atau mengendalikan situasi yang akan terjadi (NANDA, 2011).
Ketidakberdayaan merupakan persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak
akan mempengaruhi hasil secara bermakna, kurang penggendalian yang
dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja terjadi.
Ketidakberdayaan merupakan keadaan ketika seseorang individu atau
kelompok merasa kurang kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu.
B. Penyebab
Faktor terkait ketidakberdayaan menurut Doenges, Townsend, M, yaitu:
1. Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol
terhadap terapi.
2. Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan, hubungan yang
kasar.
3. Penyakit yang berhubungan dengan rejimen: penyakit kronis atau yang
melemahkan kondisi.
4. Gaya hidup ketidakberdayaan: mengulangi kegagalan dan
ketergantungan.
C. Fase-fase Ketidakberdayaan
1. Rendah
Klien mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktasi tingkat energi
dan bersikap pasif
2. Sedang
Klien mengalami ketergantugan pada orang lain yang dapat
mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan, marah, dan rasa bersalah.
Klien tidak melakukan praktir perawatan sendiri ketika ditantang.
Klien tidak ikut memantau kemajuan pengobatan. Klien menunjukan
ekspresi ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan melakukan aktivitas
atau tugas sebelumnya. Klien menunjukan ekspirasi keraguan tentang
perfoma peran.
3. Berat
Klien menunkukan sikap apatis, depresi terhadap perburukan fisik
yang terjadi dengan mengabaikan kepatuhan pasien terhadap program
pengobatan dan menyatakan tidak memiliki kendali (terhadap
perawatan diri, situasi, dan hasil).

D. Proses Terjadinya Masalah


Kebanyakan individu secara subyektif mengalami perasaan
ketidakberdayaan dalam berbagai tingkat dalam bermacam-macam situasi.
Individu sering menunjukkan respon apatis, marah atau depresi terhadap
kehilangan kontrol. Pada ketidakberdayaan, klien mungkin mengetahui
solusi terhadap masalahnya, tetapi percaya bahwa hal tersebut di luar
kendalinya untuk mencapai solusi tersebut. Jika ketidakberdayaan
berlangsung lama, dapat mengarah ke keputusasaan. Perawat harus hati-hati
untuk mendiagnosis ketidakberdayaan yang berasal dari perspektif pasien
bukan dari asumsi. Perbedaan budaya dan individu terlihat pada kebutuhan
pribadi, untuk merasa mempunyai kendali terhadap situasi (misalnya untuk
diberitahukan bahwa orang tersebut mempunyai penyakit yang fatal).
1. Faktor predisposisi
a. Biologis
1) Tidak ada riwayat keturunan
2) Gaya hidup (merokok, alkohol, obat, dan zat adiktif) dan
pengalaman menggunaan zat terlarang
3) Menderita penyakit kronis ( riwayat melakukan general
checkup, tanggal terakhir periksa)
4) Ada riwayat menderita penyakit jantung, paru-paru yang
mengganggu aktivitas harian pasien
5) Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita
sampai kejang- kejang atau pernah mengalami riwayat trauma
kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal
dan limbic
6) Riwayat menderita penyakit yang secara progresif
menimbulkan ketidakmampuan, misalnya : sklerosis multipel,
kanker terminal atau AIDS
b. Psikologis
1) Pengalaman erubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat
tinggal
2) Ketidakmampuan mengambil keputusan dan mempunyai
kemampuan komunikasi verbal yang kurang atau kuang dapat
mengekspresikan perasaan terkait dengan penyakitnya atau
kondisi diriya
3) Ketidak mampuan menjalankan peran akibat penyakit
yangsecara progresif menimbulkan ketidakmampuan,
misalnya : sklerosis multipel, kanker terminal atau AIDS
4) Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sidah
dicapai)
5) Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan
kehidupannya yang sekarang
6) Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang
terlalu otoriter / terlalu melindungi atau menyayangi.
7) Motivasi : penerimaan umpan balik negatif yang konsisten
selama taha perkembangan balita hingga remaja, kurang
minat dalam pengembangkan hobi dan aktivitas sehati-hari
8) Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun
sebagai saksi
9) Self kontrol : tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi,
mudah cemas, rasa takut,akan tidak diakui, gaya hidup tidak
berdaya.
10) Kepribadian : mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.
c. Sosial budaya
1) Usia 30-meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan
2) Jenis kelamin laki-laki ataupen perempuan mempunyai
kecenderungan yang sama untuk mngalami ketidakberdayaan
tergantung dari peran yang dijalankan dalam kehidupannya.
3) Pendidikan rendah
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan ( misalnya : pensiun, defisit memori, defisit motorik,
status finansial atau orang terdekat yang berlangsung lebih
dari 6 bulan)
5) Adanya normal individu ataumasyarakat yang menghargai
kontrol ( kontrol lokus internal)
6) Dalam ketidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan
orang lain, tidak mampu berpartisipasi dalam sosial
kemasyarrakatan secara aktif, enggan bergaul dan Kadang
menghindar dari orang lain
7) Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatas di masyarakat
8) Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif
maupun pasif
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi
ketidakberdayaan dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal.
Kondisi eksternal dimana pasien kurang dapat menerima perubahan
fisik dan psikologis yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya keluarga
dan masyarakat kurang mendukung atau mengakui keberadaannya yang
sekarang terkait dengan perubahan fisik dan perannya.
Faktor –faktor lain yang berhubungan dengan faktor presipitasi
timbulnya ketidakberdayaan adalah sebagai berikut :
a. Biologis
1) Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu,
program pengobatan yang terkait dengan penyakit (misalnya
jangka panjang, sulit dan kompleks) (proses intoksifikasi
rehabilitasi).
2) Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
3) Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang
menimbulkan kejang atau trauma kepala yang menimbulkan
lesi pada lobus frontal, temporal dan limbic
4) Terdapat gangguan sistem endokrin
5) Penggunaan alkohol, obat-obatan, kafein dan tembakau
6) Mengalami ganggguan tidur atau istirahat
7) Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras,etnik
dan gender
8) Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan keseimbangan
b. Psikologis
1) Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
2) Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan
aktivitas sosial yang berdampak pada keputusasaan.
3) Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari akibat tremor, nyeri,
kehilangan pekerjaan.
4) Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena
ketidakmampuan melakukan tanggungjawab peran.
5) Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan
orang lain.
c. Sosial budaya
1) Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan
atau kehidupannya yang sekarang.
2) Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga
(berada dalam lingkungan perawatan kesehatan).
3) Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun
penyebab yang lain
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik,
status finansial atau orang terdekat yang berlangsung dalam 6
bulan terakhir)
5) Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
6) Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya
dan ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial
dimasyarakat.
3. Faktor Sumber Koping
a. Personal ability
1) Keterampilan pemecahan masalah: kemampuan mencari sumber
informasi, kemampuan mengidentifikasi masalah yang
berhubungan ketidakberdayaan, kekuatan dan factor pendukung
serta keberhasilan yang pernah dicapai. Kemampuan
mempertimbangkan alternative aktivitas yang realistik.
Kemampuan melaksanakan rencana kegiatan dan memantau
kemajuan dari kondisi pengobatannya.
2) Kesehatan secara umum: mempunyai keterbatasan mobilitas
yang dapat dikendalikan oleh pasien.
3) Keterampilan sosial: kemampuan dalam berkomunikasi secara
efektif terutama dalam pencarian sumber informasi untuk
mengatasi ketidakberdayaannya.
4) Pengetahuan : Kemampuan memahami perubahan fisik dan
peran atau kondisi kesehatan dan kehidupannya.
5) Integritas ego: pasien mempunyai pedoman hidup yang realistis,
mengerti arah dan tujuan hidup yang diinginkan secara matang.
b. Sosial support
1) Kualitas hubungan antara pasien dengan keluarga dan anggota
masyarakat di sekitarnya.
2) Kualitas dukungan social yang diberikan keluarga, anggota
masyarakat tentang keberadaan pasien saat ini.
3) Komitmen masyarakat dan keluarga dalam menjalankan
kegiatan atau perkumpulan di masyarakat.
4) Tinggal di lingkungan keluarga dan masyarakat yang
mempunyai norma tidak bertentangan dengan nilai budaya yang
ada.
c. Material Asset
1) Pasien atau keluarga mempunyai penghasilan yang cukup dan
stabil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2) Pasien mempunyai fasilitas ansuransi kesehatan, jamkesmas.
3) Mempunyai asset keluarga: tabungan, tanah, rumah untuk
mengantisipasi kebutuhan hidup.
4) Terdapat pelayanan kesehatan, dan mampu mengakses
pelayanan kesehatan yang ada.
d. Positive belief
1) Keyakinan dan nilai: Pasien mempunyai keyakinan bahwa
penyakitnya akan dapat disembuhkan dan menyadari adanya
perubahan fisik akibatnya penyakitnya akan berdampak pada
kehidupannya.
2) Motivasi: dengan perubahan gaya hidup yang terjadi klien dapat
menjalani hidup dengan semangat.
3) Orientasi terhadap pencegahan: pasien berfikir bahwa lebih baik
mencegah daripada mengobati.

E. Faktor Mekanisme Koping


a. Konstruktif
1) Menilai pencapaian hidup yang realistis
2) Mempunyai penilaian yang yang nyaman dengan perubahan
fisik dan peran yang dialami akibat penyakitnya
3) Dapat menjalankan tugas perkembangannya sesuai dengan
keterbatasan yang terjadi akibat perubahan status kesehatannya
4) Kreatif: pasien secara kreaktif mencari informasi terkait
perubahan status kesehatannya sehingga dapat beradaptasi
secara normal
5) Di tengah keterbatasan akibat perubahan status kesehatan dan
peran dalam kehidupan sehari-hari, pasien amsih tetap produktif
menghasilkan sesuatu
6) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan
perubahan status kesehatan dan peran yang telah dialami
7) Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami
perubahan kondisi kesehatan.
b. Destruktif
1) Tidak kreatif/kurang memiliki keinginan dan minat melakukan
aktivitas harian (pasif)
2) Perasaan menolak kondisi perubahan fisik dan status kesehatan
yang dialami dan marah-marah dengan situasi tersebut
3) Tidak mampu mengekspresikan perasaan terkait dengan
perubahan kondisi kesehatannya dan menjadi merasa tertekan
atau depresi
4) Kurang atau tidak mempunyai hubungan akrab dengan orang
lain, kurang minat dalam interaksi sosial sehingga mengalami
menarik diri dan isolasi social
5) Tidak mampu mencari informasi kesehatan dan kurang mampu
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang dapat berakhir
pada penyerangan terhadap orang lain
6) Ketergantungan terhadap orang lain (regresi)
7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya
(represi/supresi).

F. Pohon Masalah

Harga diri rendah Kecemasan Risiko tinggi perilaku kekerasan

Ketidakberdayaan

Mekanisme koping efektif


G. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji
Tanggal/Jam Data Fokus Masalah Keperawatan
30 Oktober 2022 DS : klien mengatakan bahwa ia merasa Ketidakberdayaan
08.00 WIB tidak mampu dan malas melakukan
kegiatan sehari-hari.
DO : Klien terlihat diam dikamar setiap
hari, klien terlihat gelisah

H. Diagnosa Keperawatan
Ketidakberdayaan

I. Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan Khusus Rencana Tindakan Keperawatan
Klien menunjukan partisipasi: keputusan perawatan - Bantu pasien untuk mengidentifikasi factor-
ksehatan ditandai dengan: faktor yang dapat berpengaruh pada
- Mengungkapkan dengan kata-kata tentang segala ketidakberdayaan (misalnya: pekerjaan, aktivitas
perasaan ketidakberdayaan hiburan, tanggung jawab peran, hubungan antar
- Mengidentifikasi tindakan yang berada dalam pribadi). Rasional: mengidentifikasi situasi/hal-
kendalinya hal yang berpotensi dapat dikendalikan dan
- Menghubungkan tidak adanya penghalang untuk dapat digunakan sebagai sumber kekuatan/power
bertindak bagi pasien.
- Mengungkapkan dengan kata-kata kemampuan - Diskusikan dengan pasien pilihan yang realistis
untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam perawatan, berikan penjelasan untuk
- Melaporkan dukungan yang adekuat dari orang pilihan tersebut. Rasional: Memberikan
terdekat, termasuk teman dan tetangga kesempatan pada klien untuk berperan dalam
- Melaporkan waktu, keuangan pribadi dan proses perawatan, termasuk untuk meningkatkan
asuransi kesehatan yang memadai pemikiran positif pasien, dan meningkatkan
- Melaporkan ketersediaan alat, bahan, pelayanan, tanggung jawab pasien.
dan transportasi - Libatkan pasien dalam pembuatan keputusan
tentang rutinitas perawatan/rencana terapi.
Rasional: Pelibatan pasien dalam proses
pembuatan keputusan, mampu meningkatkan
rasa percaya diri.
- Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan
perawatan kepada pasien (jelaskan semua
prosedur, peraturan dan pilihan untuk pasien,
berikan waktu untuk menjawab pertanyaan dan
minta individu untuk menuliskan pertanyaan
sehingga tidak terlupakan).
Rasional: Meningkatkan kemampuan berpikir
positif terhadap proses perawatan yang sedang
dijalani oleh pasien, pelibatan klien dalam setiap
pengambilan keputusan menjadi hal penting.
- Bantu pasien mengidentifikasi situasi
kehidupannya yang dapat dikendalikan (perasaan
cemas, gelisah, ketakutan).
Rasional: Kondisi emosi pasien mengganggu
kemampuannya untuk memecahkan masalah.
Bantuan diperlukan agar dapat menyadari secara
akurat keuntungan dan konsekuensi dari
alternative yang ada.
- Bantu pasien mengidentifikasi situasi kehidupan
yang tidak dapat ia kendalikan (adiksi),
Disukusikan dan ajarkan cara melakukan
manipulasi menghadapi kondisikondisi yang
sulit dikendalikan, misalnya afirmasi.
Rasional: Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan yang berhubungan dengan
ketidakmampuan sebagai upaya mengatasi
masalah yang tidak terselesaikan dan menerima
hal-hal yang tidak dapat diubah.
- Bantu pasien mengidentifikasi faktor
pendukung, kekuatankekuatan diri (misalnya
kekuat an baik itu berasal dari diri sendiri,
keluarga, orang terdekat, atau teman).
Rasional: Pada pasien dengan ketidakberdayaan
dibutuhkan faktor pendukung yang mampu
mensupport pasien, dari dalam sendiri dapat
berupa penguatan nilai-nilai spiritual, Jika dalam
proses perawatan kekuatan lain tidak adekuat.
- Sampaikan kepercayaan diri terhadap
kemampuan pasien untuk menangani keadaan
dan sampaikan perubahan positif dan kemajuan
yang dialami pasien setiap hari.
Rasional: Meningkatkan rasa percaya diri
terhadap kemampuan atas upaya dan usaha yang
sudah dilakukan oleh pasien.
- Biarkan pasien mengemban tanggung jawab
sebanyak mungkin atas praktik perawatan
dirinya. Dorong kemandirian pasien, tetapi bantu
pasien jika tidak dapat melakukannya.
Rasional: memberikan pilihan kepada pasien
akan meningkatkan perasaannya dalam
mengendalikan hidupnya.
- Berikan umpan balik positif untuk keputusan
yang telah dibuatnya.
STRATEGI PELAKSANAAN: KETIDAKBERDAYAAN (KLIEN)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien terlihat berdiam diri dikamarnya
2. Diagnosa Keperawatan
Ketidakberdayaan
3. Tujuan Khusus
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengenal masalah yang dialami
c. Mengidentifikasi kemampuan/aspek positif
d. Melakukan kegiatan aspek positif yang telah disetujui
e. Memasukan dalam jadwal kegiatan
4. Tindakan Keperawatan
a. Membantu klien mengidentifikasi factor-faktor yang dapat menimbulkan
ketidakberdayaan
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, serta
memperluas kesadaran diri
c. Membantu klien menilai kemampuan klien yang dapat dilakukan saat ini
d. Membantu klien memilih kegiatan saat ini yang akan dilatih sesuai dengan
kemamouan klien
e. Melatih kegiatan yang dipilih
f. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
B. Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak. Perkenalkan mana saya Tika Ambarwati Boleh dipanggil
Tika Kalau pak namanya siapa? Lebih seneng dipanggil bagaimana? Saya
mahasiwa Stikes IMC Bintaro prodi keperawatan yang sedang praktik di
kelurahan ini pak.”
b. Evaluasi validasi
“Bagaimana perasaan pak hari ini?”
c. Kontrak
“ Baiklah selama 30 menit ke depan kita akan berbincang-bincang tentang
apa yang dirasakan pak agar kita saling mengenal. Bagaimana pak bersedia?
Tempatnya mau dimana pak?”
2. Fase Kerja
“ Saya perhatikan tadi Bapak terlihat sedih dan merenung, memangnya apa yang
dirasakan bapak saat ini? O gitu jadi bapak merasa tidak mampu. Pada saat apa
biasanya bapak merasa tidak mampu dengan diri sendiri? Bagaimana dengan
lingkungan sekitar bapak, misalnya dari keluarga bapak, adakah hal-hal yang
bapak sukai dari mereka? Baiklah kalau begitu, sekarang bisakah bapak
sebutkan kapada saya hal apa saja yang bapak sukai dalam diri bapak? Coba
ingat-ingat kembali kemampuan apa saja yang dapat bapak lakukan? Sekerang
bagaiman kalau saya membantu bapak membuat daftar hal-hal positif dan
kemampuan apa saja yang bapak miliki. Baiklah, tadi bapak sudah menuliskan
dan menyebutkan hal positif dan kemampuan yang dimiliki. Disini, bapak dapat
melihat sendiri bapak memiliki kelebihan seperti orang lain tapi tergantung
bapak juga apakah ingin mengembangkan kemampuan tersebut atau tidak.
Menurut bapak kemampuan-kemampuan tersebut perlu dikembangkan atau
tidak?
Nah setelah tadi kita menuliskan hal positif dan kemampuan yang bapak miliki,
menurut bapak kemampuan yang mana yang mampu untuk bapak lakukan saat
ini?. Wah iya bagus sekali merapihkan taman.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
Pasien mengatakan setelah berbincang-bincang merasa lebih tenang dan
merasa lebih percaya diri. Pasien mampu menjawab semua pertanyaan dari
perawat Pasien juga mau melakukan kegiatan yang sudah ia buat bersama
perawat.
b. Rencana Tindak Lanjut
“Nanti bapak dapat mempraktekan kembali kemampuan positif yang sudah
bapak tulis. Bagaimana kalau kita masukan dalam jadwal kegiatan harian ya
pak?”
c. Kontrak Yang Akan Datang
“Nah bapak sekarang waktunya kan sudah 30 menit, jadi untuk hari ini
sampai disini dulu. Besok kita akan bertemu lagi dan membicarakan tentang
kemampuan positif lain yang bapak miliki, saya pamit dulu.
Assallamuallaikum”

3.5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Jiwa

Di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa : Cinta Kasih


Nama : Tn. P Ruangan : Durian No. RM : 20195
Tanggal : 17 Oktober 2022 Jam : 13.00 WIB
IMPLEMENTASI EVALUASI
DS : Pasien mengatakan bahwa ia S:
merasa tidak mampu dan malas - Pasien mengatakan lebih
melakukan kegiatan sehari-hari. percaya diri
DO : Pasien terlihat diam dikamar
setiap hari, klien terlihat gelisah
Diagnosis keperawatan :
Ketidakberdayaan O:
Tindakan keperawatan : - Pasien terlihat senang saat di
- Membantu pasien untuk ajak mengobrol
mengidentifikasi factor-faktor - Pasien terlihat antusias saat
yang dapat berpengaruh pada melakukan kegiatan positif
ketidakberdayaan (misalnya: yang sudah dia lakukan
pekerjaan, aktivitas hiburan,
tanggung jawab peran, hubungan
antar pribadi).
- Melibatkan pasien dalam A:
pembuatan keputusan tentang - Ketidakberdayaan (-)
rutinitas perawatan/rencana
terapi.
- Menjelaskan alasan setiap P:
perubahan perencanaan - Intervensi dihentikan
perawatan kepada pasien
(jelaskan semua prosedur,
peraturan dan pilihan untuk
pasien, berikan waktu untuk
menjawab pertanyaan dan minta
individu untuk menuliskan
pertanyaan sehingga tidak
terlupakan).
- Membantu pasien
mengidentifikasi faktor
pendukung, kekuatan-kekuatan
diri (misalnya kekuatan baik itu
berasal dari diri sendiri, keluarga,
orang terdekat, atau teman).
- Menyampaikan kepercayaan diri
terhadap kemampuan pasien
untuk menangani keadaan dan
sampaikan perubahan positif dan
kemajuan yang dialami pasien
setiap hari.
- Membiarkan pasien mengemban
tanggung jawab sebanyak
mungkin atas praktik perawatan
dirinya. Dorong kemandirian
pasien, tetapi bantu pasien jika
tidak dapat melakukannya.
- Memberikan umpan balik positif
untuk keputusan yang telah
dibuatnya.

Rencana tindak lanjut :


- Pasien diharuskan terus menulis
jadwal kegiatan positif yang pasien
lakukan, agar mengetahui apakah
kegiatan tersebut dilakukan tiap
hari atau tidak

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN


TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
DENGAN MASALAH KEPUTUSASAAN
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Keperawatan Kesehatan Jiwa I
Dosen : Ns., Sri Supami, S.Pd, S.Kep, M.Kes
Kelas : Tingkat 3B Semester 5
Jurusan : S1 Keperawatan
Disusun oleh :
1. Putri Winda A (202040037)
2. Rosa Santi Simamora (202040039)
3. Wafiatul Khoiriah (202040046)
4. Wilda Nafisha (202040047)

STIKES IMC BINTARO


Komplek RS IMC Bintaro Jl. Jombang Raya No.58 Sektor IX Ciputat
Kota Tangerang Selatan – Banten

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahnya sehingga kita dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Kritis yang
berjudul “laporan pendahuluan dan strategi pelaksanaan pada pasien dengan
keputusasaan” yang mana referensinya berasal dari internet.
Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah guna mengetahui
penjelasanan mengenai laporan pendahuluan dan strategi pelaksanaan pada pasien
dengan keputusasaan .Saya mengucapkan Terimakasih kepada Ibu Ns., Sri Supami,
S.Pd, S.Kep, M.Kes Selaku dosen mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa I yang
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni dan kami pelajari.
Namun tentu saja makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu kami sangat
mengharapkan saran positif yang bersifat membagun guna kesempurnaan makalah ini
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
juga bagi penulis pada khususnya sekian dan terimakasih

Tangerang Selatan, 31 Oktober 2022

Penulis

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (Masalah Utama)


Keputusasaan merupakan pernyataan subjektif dimana individu memandang
adanya keterbatasan, tidak ada jalan ataupun pilihan yang bisa dipilih, serta tidak
mampu menyelesaikan masalahnya secara mandiri, dengan tanda-tanda antara lain pola
tidur yang tidak efektif, tidak berekspresif, penurunan kontak mata, nafsu makan
berkurang, tidak berinisiatif, respon stimulus yang diakibatan stres kronis, menjaga
jarak dengan lawan bicara, kepasifan, mengangkat bahu sebagai respon bicara,
mengungkapkan “tidak bisa”, serta sering mengeluh (Herdman, (2018).
Dampak masalah psikososial keputusasaan yang dikemukakan olehKhan et al.,
(2019) dalam hasil penelitianya menyebutkan sebanyak 87% penderita diabetes
mengalami depresi. Gangguan depresi bisa terjadi pada berbagai macam usia.
Riskesdas, (2018) menunjukkan hasil bahwa masalah depresi bisa terjadi pada usia
remaja yakni 15 sampai 24 tahun dengan pravelensi 6,2%. Pola pravelensi depresi terus
mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya usia. Pravelensi tertinggi terjadi
pada umur 75 tahun keatas 8,9%, usia 65-74 tahun sekitar 8,0% serta 55-64 tahun
sekitar 6,5%.
Sebagai tenaga kesehatan, perawat perlu memberikan perhatian penuh terhadap
kondisi kliennya, meliputi kondisi fisiologis, spiritualitas,sosialitas, budaya serta sosio-
psikologis. Perawat berkewajiban untukmemberi asuhan keperawatan psikososial pada
penderita diabetes. Hal tersebut berupaya sebagai pengurangan terjadinya risiko
komplikasi pada penderita diabetes. Strategi komunikasi dan promosi kesehatan pada
penderita diabetes diterapkan sesuai dengan problem psikososial yang dialami oleh
klien yang menderita keputusasaan (Julyarni, 2016).Sehingga perawat perlu berperan
dalam memberikan asuhan keperawatan jiiwa pada penderita keputusasaan terhadap
masyarakat ataupun komunitas (Keliat, 2011).
II. Definisi Keputusasaan
Keputusasaan adalah situasi emosional dimana seseorang memandang adanya
keterbatasan atau tidak tersedianya alternatif pemecahan pada masalah yang di hadapi
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Keputusasaan yaitu kondisi subyektif dimana individu melihat keterbatasan atau
tidak adanya alternatif sebagai penyelesaian masalah dan ketidakmampuan
memobilisasi energi demi kepentingannya sendiri (Herdman, (2018).
Kondisi subjektif ketika individu melihat keterbatasan atau ketiadaan
alternatifatau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energi
untukkepentingan individu (Wilkinson & Ahern, 2011)
III. Proses Terjadinya Masalah
Sedangkan faktor yang mempengaruhi keputusasaan menurut Stuart, (2007) yaitu
faktor predisposisi dan faktor presipitasi, faktor predisposisi dalam kurun waktu itu
lebih dari enam bulan, sedangkan presipitasi kurang dari enam bulan :
A. Faktor Predisposisi
Faktor Genetik : sikap optimisme terhadap masalah akan sulit
dikembangkan pada individu yang terlahir dan besar dalam keluarga
yang mempunyai riwayat depresi.
Kesehatan Mental : seseorang dengan gangguan kejiwaan terutama pada
riwayat depresi yang ditandai dengan ketidakberdayaan dan pesimisme,
akan selalu dibayangi masa depan yang suram, biasanya sangat sensitif
terhadap masalah dan sering merasa putus asa.
Kesehatan Jasmani : Individu dengan kondisi fisik yang sehat dan gaya
hidup yang baik akan memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk
mengatasi stres dibandingkan orang yang berpenyakit fisik.
Struktur Kepribadian : seseorang dengan konsep negatif dan harga diri
yang rendah akan menimbulkan rasa kepercayaaan diri yang rendah dan
tidak obyektif pada tekanan yang dihadapinya.
B. Faktor Presipitasi
 Faktor kehilangan
 Terus menerus mengalami kegagalan
 Faktor lingkungan
 Keluarga atau orang terdekat
 Status kesehatan ( penyakit diderita yang dapat mengancam jiwa)
C. Jenis – Jenis Keputusasaan
D. Fase – Fase Keputusasaan
E. Rentang Respon
Respon individu terhadap konsep diri dimulai dari respon adaptif
dan maladaptif. Menurut (Stuart, 2013) rentang respon keputusasaan
digambarkan sebagai berikut :

Adatif Maladaftif

Respon Reaksi Supresi Reaksi Depresi


Emosional Berduka Emosi Berduka
Rumit Tertunda

Keterangan :
 Respons emosional : tingkatan perasaann diri mengenai cara berperilaku, bisa
diutarakan baik lisan ataupun tulisan mengenai keadaan diri sendiri.
 Reaksi berduka : perasaan sedih yang mendalam dan sulit maju ketahap
berikutnya.
 Supresi emosi : secara sadar tindakan yang dapat dipilih guna menutupi pikiran,
perasaan ataupun dukungan dengan adanya perasaan marah, kecewa dan kesal.
 Reaksi berduka tertunda : upaya untuk menghindari distress hebat yang
berkaitan dengan berduka terkait pada peggambaran dalam penggunaan
mekanisme pertahanan penyangkalan dan supresi yang berlebihaan.
 Depresi : suasana hati yang terganggu atau perasaan sedih yang mendalam dan
rasa tidak perduli.

F. Mekanisme Koping
1.Kemampuan dan keterampilan individu,teknik-teknik
pertahanan,dukungan social dan dorongan motivasi
1) Faktor internal :
Umur dimana semakin tinggi umur koping individu yaitu dengan
menyerahkan diri atas apa yang akan terjadi,kesehatan dan
energy,komitmen atau tujuan hidup,jenis kelamin perempuan lebih
sensitive dari laki-laki dan perasaan seseorang seperti harga diri
2) Faktor eksternal
Dukungan social,dukungan harga diri, dan dukungan emosi dimana
seorang merasa dicintai
2. Mekanisme koping
a)Mekanisme koping yang konstrukstif
b)Melakukan perubahan perilaku yang menurunkan keputusaasaan
c)Beradaptasi dengan lingkunganya
d)Membangun kepercayaan diri dan bersikap optimis
e)Memanfaatkan dukungan keluarga /orang terdekat (struart,2011
f) Fokus pada masalah

IV. Keperawatan
A. Pohon Masalah
Ketidakberdayaan Efek

Keputusasaan Masalah Inti

Gangguan konsep diri :harga diri


rendah kronis Penyebab

B. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji

Tanggal/Waktu Data Fokus Masalah


1 November Ds: Keputusasaan
2022  Klien mengatakan sudah
09.00 WIB bosan dengan hidupnya
 Klien mengatakan
sudah tidak kuat lagi
dengan cobaan hidup
karena penyakitnya tidak
kunjung sembuh
 Klien mengatakan sulit
tidur karena khawatir
akan penyakitnya
 Klien mengatakan tidak
nafsu makan

Do:
 Klien menghindari
interaksi dengan perawat
 Klien tampak sering
mengangkat bahu setiap
diberi pertanyaan
 Klien tampak lesu

V. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah Kronis b.d Kegagalan berulang
VI. Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan I. 12463 (Manajemen Perilaku)
keperawatan keputusasaan klien tampak 1. Observasi:
berkurang dan klien mampu mengenal Identifikasi harapan untuk
kegagalan tersebut mengendalikan perilaku
2. Terapeutik:
 Diskusikan tanggung jawab
terhadap perilaku
 Jadwalkan kegiatan terstruktur
 Ciptakan dan pertahankan
lingkungan dan kegiatan
perawatan konsisten setiap dinas
 Tingkatkan aktivitas fisik sesuai
kemampuan
 Bicara dengan nada dan tenang

3. Edukasi
Informasikan keluarga bahwa keluarga
sebagai dasar kognitif

VII. Sumber
1. Buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)
2. Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN

Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien

a) Data Subjektif
 Klien mengatakan sudah bosan dengan hidupnya
 Klien mengatakan sudah tidak kuat lagi dengan cobaan hidup karena
penyakitnya tidak kunjung sembuh
 Klien mengatakan sulit tidur karena khawatir akan penyakitnya
 Klien mengatakan tidak nafsu makan
b) Data Objektif
 Klien menghindari interaksi dengan perawat
 Klien tampak sering mengangkat bahu setiap diberi pertanyaan
 Klien tampak lesu
2. Diganosa Keperawatan
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. Tujuan Umum Klien
mampu mengatasi keputusasaan (harapan meningkat)
b. Tujuan Khusus
o Klien mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat
o Klien mampu mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
o Klien mampu merasakan manfaat latihan yang dilakukan
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
o Mengucapkan salam setiap ingin berinteraksi
o Perkenalkan diri dengan klien, serta tanyakan nama dan nama panggilan
yang klien senangi
o Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
o Membuat kontrak waktu, topik, dan tempat dengan jelas
o Menunjukkan sikap jujur, empati, dan menepati janji
o Perhatikan dan penuhi kebutuhan dasar klien
b. Bantu klien mengenal kemampuan diri
Bantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan


A. Fase Orientasi
1. Salam Terapeautik
 Assalamualaikum Ibu, selamat pagi
 Perkenalkan nama saya Wilda ibu bisa panggil saya Perawat Wilda. Saya
perawat yang bertugas pagi ini dari pukul 07.00 – 13.00 WIB
 Kalau boleh tau nama lengkap Ibu siapa? Dan lebih senang dipanggil
apa?
 Baik, kalo begitu saya panggil Ibu Putri?
2. Evaluasi
 Bagaimana perasaan ibu hari ini?
 Apa yang menyebabkan ibu merasa pesimis dengan penyakit ibu?
 Oh begitu bu, jadi ibu merasa pesimis karena penyakit ibu
masih belum sembuh juga ya bu
 Sudah berapa lama ibu merasakan perasaan ini bu?
3. Validasi
 Jika sedang pesimis, apa saja yang ibu lakukan untuk
mengatasi perasaan tersebut?
 Bagaimana hasilnya? Apakah membantu ibu lebih tenang?
4. Kontak
a) Topik
Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar tentang
keadaan ibu? Tujuannya supaya ibu bisa lebih tenang bu dalam
menghadapi keadaan ini, dengan ibu mau berbagi cerita dengan saya,
rasa pesimis ibu mungkin bisa berkurang
b) Waktu
 Alhamdulillah jika ibu bersedia, untuk waktunya ibu ingin
berapa lama?
 Oh begitu, baiklah 15 menit dimulai dari sekarang ya bu
 Dan setelah berbincang-bincang, nanti saya juga akan
memberikan terapi agar ibu lebih tenang
c) Tempat
 Untuk tempatnya ibu ingin melakukan di mana? Ruangan ini atau di
luar ruangan?
 Ohiya baik bu, kita akan melakukan di ruangan tamu ini saja ya bu
B. Fase Kerja
1. Pengkajian
 Baiklah Ibu Putri, apa yang menyebabkan ibu merasa pesimis
seperti ini?
 Oh jadi ibu pesimis karena khawatir akan penyakit ibu yang
belum sembuh, dan merasa beban yang ibu tanggung terlalu berat
 Apakah perasaan ini menganggu aktivitas sehari-hari bu?
 Oh, untuk kebiasaan tidurnya apakah berubah bu?
 Bagaimana dengan kebiasaan makan bu?
 Selanjutnya apakah ibu selalu menjaga kebersihan diri secara
mandiri bu?
 Bagaimana dengan kebiasaan ibu dalam beribahada?
 Apakah ibu selalu rutin mengerjakan amalan-amalan seperti
berdzikir dan solat bu?
2. Diagnosa Keperawatan
 Baik berdasarkan yang sudah ibu sampaikan, saya akan
beri kesimpulan terkait kondisi ibu. Ibu Putri merasa pesimis
akan penyakit ibu. Selain itu, ibu beban terlalu berat.
Disertai kondisi sulit tidur dan nafsu makan berkurang.
 Gejala yang ibu alami ini merupakan kondisi yang disebut
keputusasaan
3. Tindakan keperawatan
Bantu klien mengenal kemampuan diri
 Baik ibu, seperti yang ibu sebutkan tadi merupakan gejala
pada keputusasaan bu.
 Nah sekarang coba ibu pikirkan kegiatan apa yang saat ini bisa
ibu lakukan?
 Oh baik bu, ibu bisa membaca buku ya.
 Apakah dengan membaca buku ini perasaan keputusasaan yang
ibu rasakan berkurang bu?
 Oh baik bu, lalu bagaimana jika sekarang kita melakukan
membaca buku suntuk membuat ibu lebih tenang bu?
 Buku apa yang ingin ibu baca?
 Baik kalau begitu, ini sudah saya siapkan buku ceritanya ya bu,
ibu bisa membacanya ibu
 Bagaimana bu apakah ibu sudah lebih tenang?
 Alhamdulillah ya bu, selama ini yang menjadi pendukung
ibu siapa?
 Oh baik, suami dan anak-anak ya bu, nah karena suami dan ank-
anak ibu sangat mendukung, maka mulai sekarang mari ibu
berpikiran optimis untuk sembuh, selalu berusaha dengan
mengikuti segala pengobatan dan rutin minum obatnya ya bu
C. Fase Teriminasi

a) Evaluasi
Subyektif : Bagaimana perasaan Ibu sekarang ? Apa Ibu sudah memahami
dengan kemampuan ibu untuk membantu mengurangi rasa pesimis bu?
Obyektif : <Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu
dapatkan dari perbincangan kita saat ini dan kembangkan kemampuan yang
ibu miliki ya bu.
b) Rencana Tindak Lanjut
 Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa pesimis akan penyakit
ibu, Ibu dapat mengingat perbincangan ini dan Ibu bisa membaca
buku ya bu.
 Untuk selanjutnya bagaimana jika membaca buku ini ibu masukkan
kedalam jadwal kegiatan ibu? Apakah setuju?
 Kira-kira ibu ingin melakukan berapa kali dalam 1 hari dan jam berapa
saja ibu akan melakukanya?
 Baik, 2x sehari ya bu pada pukul 09.00 dan 16.00 WIB
 Nanti ibu bisa memberi tanda, jika melakukan secara mandiri bisa
tulis di kertasnya dengan keterangan (M), dibantu (B), dan lupa
melakukan (T)
c) Kontrak yang akan datang
 Topik
Baik kalau begitu, karena sudah pergantian shift, saya izin untuk
pamit untuk berdinas kembali ya bu
 Waktu
Besok saya akan kembali pukul 16.00 WIB ya bu
 Tempat
Kemudian dilakukan di ruang tamu ya bu

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA

Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa : Budi Mulia 2


Nama: Ny. P
Ruangan : Ruangan Mawar
No. RM : 03564
Tanggal : 1 November 2022
Jam : 09.00 WIB
IMPLEMENTASI EVALUASI
DS: S:
 Klien mengatakan sudah tidak  Klien mampu menceritakan apa
kuat lagi dengan cobaan yang dirasakan
hidup karena penyakitnya tidak  Klien mengatakan sulit tidur
kunjung sembuh karena khawatir akan
 Klien mengatakan sulit tidur penyakitnya
karena khawatir akan
penyakitnya
O:
 Klien sudah mau mencoba
DO: berinteraksi
 Klien menghindari interaksi  Klien tampak lesu menceritakan
dengan perawat yang dirasakan
 Klien tampak sering
mengangkat bahu setiap diberi
A: Keputusasaan belum teratasi
pertanyaan
P: Mengisi waktu kosong dengan terapi
 Klien tampak lesu yang sudah diajarkan

Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah Kronis b.d
Kegagalan berulang

Tindakan Keperawatan
 Menemani dan
mendengarkan klien
bercerita
 Mengajarkan teknik
TT
terapi mengurangi putus
asa
Nama Jelas
Rencana Tindak Lanjut (Planing
Perawat) :
Mengikuti Jadwal terapi yang sudah
ditentukan 2 x dalam sehari

JADWAL KEGIATAN HARIAN


Nama : Ny. P
Ruang : Mawar
No Jam Kegiatan Tanggal Kegiatan Keterangan
.
1 05.00 – 06.00
2 06.00 – 07.00
3 07.00 – 08.00
4 08.00 – 09.00
5 09.00 – 10.00
6 10.00 – 11.00
7 11.00 – 12.00
8 12.00 – 13.00
9 13.00 – 14.00
10 14.00-15.00
11 15.00-16.00
12 16.00-17.00
13 17.00-18.00
14 18.00-19.00
15 19.00-20.00
16 20.00-21.00
17 21.00-22.00
18 22.00-23.00
19 23.00-24.00
20 24.00-01.00
21 0 1.00-02.00
22 02.00-03.00
23 03.00-04.00
24 04.00-05.00

KETERANGAN :
Isi kolom tanggal kegiatan dengan :
M : Jika melakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain
B : Jika melakukan dengan bantuan orang lain
T : Jika tergantung penuh pada orang lain
Tuliskan di kolom keterangan jika melakukan atau dengan bantuan serta kendalanya

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


Distress Spiritual
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Keperawatan Jiwa
Dosen : Ns.Sri Supami, S.pd, S.Kep, M.Kes
Kelas : Tingkat 3B Semester 5
Jurusan : S1 Keperawatan

Disusun oleh :
1. Assyidatul Haq (202040001)
2. Nabilla Alivfia (202040028)
3. Nadhilah Nur Maulidah (202040030)
4. Vera Resqiana (202040044)

STIKES IMC BINTARO


Komplek RS IMC Bintaro Jl. Jombang Raya No.58 Sektor IX Ciputat
Kota Tangerang Selatan – Banten

KATA PENGATAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul [LaporanPendahuluanKeperawatanKesehatanJiwaDenganDistress
Spiritual] Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas [Ns. Sri SupamiS.PdS.KepM.Kes] pada [KeperawatanKesehatanJiwa].
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang [LaporanPendahuluanKeperawatanKesehatanJiwaDenganDistressS
piritual] bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran Ibu Ns. Sri SupamiS.PdS.KepM.Kes untuk memberikan masukan berupa
kritik dan saran.

Tangerang Selatan, 03 November 2022


Laporan Pendahuluan

I. Kasus (masalah utama)


Distress Spiritual
Pengertian Distress Spiritual
Gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa kesulitan merasakan makna
dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang lain, lingkungan atau
tuhan (sdki).
Distres spiritual adalah kemampuan dalam mengalami dan
mengintergrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri sendiri,orang lain,
seni musik, literatur, alam dan kekuatan yang lebih besar dari dirinya ( Nanda,
2005)
Distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh
kehidupan seseorang yang di intergrasi secara biologis dan psikologis (Varcolis,
2000)

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Faktor Predisposisi
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam prosesinteraksi ini
akan terjadi transfer pengalaman yang penting bagi perkembangan spiritual
seseorang. Faktor predisposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan,
pendapatan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik,
pengalaman sosial, tingkatan sosial.
B. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi a) Kejadian Stressfull Mempengaruhi perkembangan spiritual
seseorang dapat terjadi karena perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan
dengan orang yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin
hubungan baik dengan dirisendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha
tinggi. b) Ketegangan Hidup Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi
terhadap terjadinya distres spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual
keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran
spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.

B. Jenis
C. Fase-fase
D. Rentang Respon
A. Rasa percaya
a) Adaptif
a) Adaptif
1) Rasa percaya terhadap diri sendiri dan kesabaran.
2) Rasa percaya terhadap kehidupan walaupun terasa berat.
3) Keterbukaan terhadap Tuhan.
b) Maladaptif
b) Maladaptif
1) Merasa tidak nyaman dengan kesadaran diri.
2) Ketidakmampuan untuk terbuka terhadap orang lain.
3) Merasa bahwa hanya orang tertentu dan tempat tertentu yang aman.
4) Ingin kebutuhan dipenuhi segera, tidak dapat menunggu.
4) Ingin kebutuhan dipenuhi segera, tidak dapat menunggu.
4) Ingin kebutuhan dipenuhi segera, tidak dapat menunggu.
4) Ingin kebutuhan dipenuhi segera, tidak dapat menunggu.
5) Tidak terbuka kepada Tuhan.
6) Takut terhadap maksud Tuhan.
B. Kemauan memberi maaf
a) Adaptif
1) Menerima diri sendiri dan orang lain dapat berbuat salah.
2) Tidak berprasangka buruk.
3) Memandang penyakit sebagai sesuatu yang nyata.
4) Memaafkan diri sendiri.
5) Memberi maaf orang lain.
6) Menerima pengampunan Tuhan.
7) Pandangan yang realistik terhadap masa lalu.
b) Maladaptif
1) Merasakan penyakit sebagai hukuman.
2) Merasa Tuhan sebagai penghukum.
3) Merasa bahwa Maaf hanya diberikan berdasarkan perilaku.
4) Tidak mampu menerima diri sendiri.
5) Menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan orang lain.
C. Mencintai dan Keterikatan
a) Adaptif
1) Mengekspresikan perasaan dicintai oleh orang lain atau Tuhan.
2) Mampu menerima bantuan.
3) Menerima diri sendiri.
4) Mencari kebaikan dari orang lain.
b) Maladaptif
1) Takut bergantung pada orang lain.
2) Menolak bekerja sama dengan tenaga kesehatan.
3) Cemas berpisah dengan keluarga.
4) Menolak diri atau angkuh dan mementingkan diri sendiri.
5) Tidak mampu untuk mempercayai diri sendiri Oleh Tuhan dan tidak
mempunyai hubungan rasa cinta dengan Tuhan.
6) Merasa jauh dari Tuhan.
D. Keyakinan
a) Adaptif
1) Ketergantungan pada anugerah Tuhan
2) Termotivasi untuk tumbuh
3) Mengekspresikan Kepuasan dengan menjelaskan kehidupan setelah
kematian.
4) Mengekspresikan kebutuhan untuk memasukin kehidupan dan/atau
memahari wawasan yang lebih luas.
5) Mengekspresikan kebutuhan ritual.
b) Maladaptif
1) Tidak percaya pada kekuasaan Tuhan.
2) Takut kematian/kehidupan setelah kematian.
3) Merasa terisolasi dari kepercayaan masyarakat sekitar.
4) Merasa pahit, frustasi dan marah terhadap Tuhan.
S) Nilai Keyakinan dan tujuan hidup yang tidak jelas.
6) 'Tidak mempunyai komitmen.
E. Kreativitas dan Harapan
a) Adaptif
1 Meminta informast tentang Kondist
2) Membicarakan kondisinya secara realistic.
3) Menggunakan waktu selama dirawat inap/sakit secara konstruktif
4) Mencari kenyamanan bat in daripada fisik.
S) Mengekspresikan harapan tentang masa depan
b) Maladaptif
I) Mengekspresikan perasaan takut kehilangan kendali.
2) Mengekspresikan Kebosanan.
3) Tidak mempunyai visi alternative yang memungkinkan
4) Takut terhadap terapi.
S) Patus asa.
6) Tidak dapat menolong atau menerima diri sendiri.
7) Tidak dapat menikmatt apapun
F. Arti dan tujuan
a) Adaptif
1) Mengekspresikan kepuasan hidup.
2) Menerima dan
menggunakan penderitaan sebagai car untuk
memahami diri sendiri.
3) Mengekspresikan arti kehidupan/kematian.
4) Mengekspresikan komitmen dari orientasi hidup.
5) Jelas tentang apa yang penting
b) Maladaptif
1) Mengekspresikan tidak ada alasan untuk bertahan.
2) Tidak dapat menerima arti penderitaan yang dialami.
3) Tidak dapat merumuskan tujuan atau tidak mencapai tujuan.
G. Bersyukur
a) Adaptif
1 Merasa bersyukur
2) Merasakan anugerah yang dilimpahkan Tuhan
3) Merasa harmoni yang utuh.
b) Maladaptif
1. Mencemaskan masa lalu dan yang akan datang.
2. Terpusat pada penyesalan.

III. A. Pohon Masalah

B. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji


Ds :
•Pasien mengatakan sedih dan tidak berdaya
•Pasien mengatakan marah pada Tuhan
•Pasie mengatakan tidak mau beribadah
Do :
•Pasien terlihat murung, sedih dan sering melamun.
•Pasien terlihat tidak beribadah

IV. Diagnosa Keperawatan


D.0082 Distress spiritual b.d kejadian hidup yang tidak diharapkan

V. Rencana Tindakan Keperawatan


I.09276 Dukungan spiritual
Observasi :
•Identifikasi perasaan khawatir, kesepian, dan ketidakberdayaan
Terapeutik :
•Berikan kesempatan mengekspresikan dan meredakan marah secara tepat
•Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
Edukasi :
•Ajarkan metode relaksasi, meditasi, dan imajinasi terbimbing
Kolaborasi :
•Atur kunjungan dengan rohaniawan

I.09312 Promosi koping


Observasi :
•Identifikasi metode penyelesaian masalah
Terapeutik :
•Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
•Hindari mengambil keputusan saat pasien berada dibawah tekanan
•Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
Edukasi :
•Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
• Latihan penggunaan teknik relaksasi
Sumber : SDKI

Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan Setiap Hari
Proses Keperwatan
Kondisi Klien : Kondisi klien pada pertemuan pertama menunjukkan sikap sedih dan
kecewa pada kondisi hidupnya serta marah pada Tuhan sehingga tidak mau beribadah.
Pertemuan kedua sudah mulai menunjukkan perasaan tentang spiritual yang
diyakininya. Namun, ia masih terlihat kecewa dan belum menerima nasibnya. 
Diagnosa Keperawatan : Distress spiritual b.d Kejadian hidup yang tidak diharapkan
Tujuan Khusus :
a. Klien mampu melakukan aktivitas spiritualnya secara mandiri. 
b. Klien memahami hal penting tentang spiritual yang diyakininya. 
c. Klien dapat aktif mengikuti kegiatan keagamaan. 
d. Klien merasa lebih tenang
Tindakan Keperawatan :
a. Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agama yang dianut
oleh pasien.
b. Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain.

Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan

ORIENTASI
1. Salam Terapeutik : " Assalamualaikum bu, nama saya suster Nabila dari
Universitas Ichsan, Nama ibu siapa?"
2. Evaluasi/validasi : "Bagaimana ibu semalam tidurnya? Bagaimana perasaan ibu
hari ini?"
3. Kontrak : Topik : "Bagaimana kalau kita berbicara tentang masalah-
masalah yang ibu alami ?"
Waktu : "Kita ngobrol selama 30 menit ya?"
Tempat : "Dimana menurut ibu tempat yang cocok untuk kita
ngobrol ?"
Tujuan Interaksi : "Agar ibu merasa lebih lega dan ibu mendapat
solusi dari masalah yg dialami."

KERJA (langkah-langkah tindakan keperawatan)


"Apa masalah yang ibu rasakan saat ini? "
"Coba ibu sampaikan mengapa tidak mau sholat dan mengaji seperti dulu?"
"Oh, ya! selain itu faktor apa lagi yang menyebabkan ibu tidak sholat dan mengaji"
"Coba ibu sampaikan pendapat tentang agama atau keyakinan yang ibu anut selama
ini?"
"Menurut ibu apakah agama yang ibu anut bisa membawa kedamaian dan ketenangan
dalam kehidupan ibu saat ini?"
" Apakah hal tersebut yang mempengaruhi ibu sehingga kurang aktif melakukan sholat
dan mengaji?"
"Apa saja kegiatan ibadah yang ibu jalankan?"
"Yang mana kira-kira yang ingin ibu jalankan?"
"Mari ibu coba misalnya zikir dan sholawat"
TERMINASI
1. Evaluasi respons klien berharap tindakkan keperawatan
"Bagaimana perasaan ibu setelah mencoba zikir dan Sholawat?"
•Evaluasi klien (Subjektif)
Klien mengatakan lebih lega danerasa tenang
•Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)
Klien tampak semangat menjawab pertanyaan perawat

2. Rencana tindak lanjut (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
telah dilakukan)
"Nah sekarang ibadah mana yang ibu coba lakukan? Jangan lupaya bu"Besok lagi
kita bertemu untuk mengetahui manfaat kegiatanibadah yang bapak lakukan serta
belajar cara ibadah lain.Pasien : Iya suster

3. Kontrak Topik yang akan datang :


Topik : "Besok kita bertemu lagi untuk mengetahui manfaat kegiatanu ibadah
yang ibu lakukan serta belajar cara ibadah lain."
Waktu : " Kita besok mengobrol selama 30 menit lagi ya bu"
Tempat : " menurut ibu dimana tempat yang cocok untuk kita mengobrol kembal?"

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA

Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa IMC Bintaro_____________________________

Nama : Nabila__________ Ruangan : Mawar____________ No. RM :1250________


Tanggal : 15/11/22 Jam : 10.00
IMPLEMENTASI EVALUASI

Ds : S:
•Klien mengatakan sedih dan tidak berdaya •Klien mengatakan setelah berzikir merasa lebih tenang
•Klien mengatakan marah pada Tuhan •Klien mengatakan masih merasa sedih
•Klien mengatakan tidak mau beribadah • Klien mengatakan mulai menjalankan sholat tapi
Do : hanya sholat magrib
•Klien terlihat murung, sedih dan sering O:
melamun. •Klien tampak masih suka melamun
•Klien terlihat tidak beribadah • Klien tampak menjalankan sholat
Diagnosis Keperawatan : •Klien tampak sering berdzikir
D.0082 Distress spiritual b.d kejadian hidup A:
yang tidak diharapkan Masalah teratasi sebagian
Tindakan Keperawatan : P:
•Mengidentifikasi perasaan khawatir, Intervensi dilanjutkan
kesepian, dan ketidakberdayaan
•Membeikan kesempatan mengekspresikan
dan meredakan marah secara tepat
•Mengajarkan metode relaksasi, meditasi,
dan imajinasi terbimbing
• Mengajak klien sholawat dan dzikir TT
• Memotivasi klien untuk beribadah seperti
sediakala Nadhillah Nur Maulidah
Rencana Tindak Lanjut (Planing Perawat) :

JADWAL KEGIATAN HARIAN

Nama : ................................................
Ruang : .................................................

Tanggal Kegiatan
No Jam Kegiatan Ket
1 05.00-06.00

2 06.00-07.00

3 07.00-08.00

4 08.00-09.00

5 09.00-10.00

6 10.00-11.00

7 11.00-12.00

8 12.00-13.00

9 13.00-14.00

10 14.00-15.00

11 15.00-16.00

12 16.00-17.00

13 17.00-18.00

14 18.00-19.00

15 19.00-20.00

16 20.00-21.00

17 21.00-22.00

18 22.00-23.00

19 23.00-24.00

20 24.00-01.00

21 0 1.00-02.00

22 02.00-03.00

23 03.00-04.00

24 04.00-05.00
KETERANGAN :
Isi kolom tanggal kegiatan dengan :
M : Jika melakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain
B : Jika melakukan dengan bantuan orang lain
T : Jika tergantung penuh pada orang lain
Tuliskan di kolom keterangan jika melakukan atau dengan bantuan serta
kendalanya

Acuan tindakan keperawatan

Diagnosa Keperawatan SP Pasien SP Keluarga

Isolasi Sosial SP I p SP I k
1. Membina hubungan saling percaya 1. Mendiskusikan masalah yang
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial dirasakan keluarga dalam
pasien marawat pasien
3. Mendiskusikan dengan pasien tentang 2. Menjelaskan pengertian, tanda
keuntungan berinteraksi dengan orang dan gejala isolasi sosial yang
lain dialami pasien beserta proses
4. Mendiskusikan dengan pasien kerugian terjadinya
tidak berinteraksi dengan orang lain 3. Menjelaskan cara-cara
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan merawat pasien isolasi sosial
dengan satu orang
6. Menganjurkan pasien memasukkan
kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam jadwal kegiatan
harian SP II k
1. Melatih keluarga
mempraktekkan cara merawat
SP II p pasien dengan isolasi sosial
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
2. Melatih keluarga melakukan
pasien
cara merawat langsung
2. Memberikan kesempatan kepada pasien
keluarganya yang mengalami
mempraktekkan cara berkenalan dengan
isolasi sosial
satu orang
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan SP III k
berbincang-bincang dengan satu orang ke 1. Membantu keluarga membuat
dalam jadwal kegiatan harian jadwal aktifitas di rumah
termasuk minum obat
SP III p (discharge planning)
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 2. Menjelaskan follow up pasien
pasien setelah pulang
2. Memberikan kesempatan kepada pasien
mempraktekkan cara berkenalan dengan
dua orang atau lebih
3. Menganjurkanpasien memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan harian

Diagnosa Keperawatan SP Pasien SP Keluarga

RisikoBunuh Diri SP I p SP I k
1. Membina hubungan saling percaya 1. Mendiskusikan masalah ya
2. Mengidentifikasi benda-benda yang dirasakan keluarga dalam
dapat membahayakan pasien marawat pasien
3. Mengamankan benda-benda yang dapat 2. Menjelaskan pengertian, ta
membahayakan pasien dan gejala risiko bunuh diri
4. Melakukan kontrak treatment dan jenis perilaku bunuh di
5. Mengajarkan cara mengendalikan yang dialami pasien beserta
dorongan bunuh diri proses terjadinya
6. Melatih cara mengendalikan dorongan 3. Menjelaskan cara-cara
bunuh diri merawat pasien risiko bunu
SP II p diri
1. Mengidentifikasi aspek positif pasien
2. Mendorong pasien untuk berpikir positif SP II k
terhadap diri 1. Melatih keluarga
3. Mendorong pasien untuk menghargai diri mempraktekkan cara mera
sebagai individu yang berharga pasien dengan risiko bunu
diri
SP III p 2. Melatih keluarga melakuk
1. Mengidentifikasi pola coping yang biasa cara merawat langsung pas
diterapkan pasien risiko bunuh diri
2. Menilai pola coping yang biasa
dilakukan SP III k
3. Mengidentifikasi pola coping yang 1. Membantu keluarga memb
konstruktif jadwal aktifitas di rumah
4. Mendorong pasien memilih pola coping termasuk minum obat
yang konstruktif (discharge planning)
5. Menganjurkan pasien menerapkan pola 2. Mendiskusikan sumber
coping konstruktif dalam kegiatan harian rujukan yang bisa dijangka
keluarga
SP IV p
1. Membuat rencana masa depan yang
realistis bersama pasien
2. Mengidentifikasi cara mencapai rencana
masa depan yang realistis
3. Memberikan dorongan pasien melakukan
kegiatan dalam rangka meraih masa
depan yang realistis

Diagnosa Keperawatan SP Pasien SP Keluarga

Defisit Perawatan Diri SP I p SP I k


1. Membina hubungan saling percaya 1. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam
2. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri marawat klien
3. Menjelaskan cara menjaga kebersihan 2. Menjelaskan pengertian, tanda
diri dan gejala defisit perwatan
4. Membantu klien mempraktekkan cara diri, dan jenis defisit
menjaga kebersihan diri perawatan diri yang dialami
5. Menganjurkan klien memasukkan dalam klien beserta proses terjadinya.
jadwal kegiatan harian 3. Menjelaskan cara-cara
merawat klien defisit
perawatan diri.
SP II p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian SP II k
klien 1. Melatih keluarga
2. Menjelaskan cara makan yang baik mempraktekkan cara merawat
3. Mambantu klien mempraktekkan cara pasien dengan defisit
makan yang baik perawatan diri
4. Menganjurkan klien memasukkan dalam 2. Melatih keluarga melakukan
jadwal kegiatan harian cara merawat langsung pasien
defisit perawatan diri

SP III p SP III k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Membantu keluarga membuat
klien jadwal aktifitas di rumah
2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik termasuk minum obat
3. Membantu klien mempraktekkan cara (discharge planning)
eliminasi yang baik 2. Menjelaskan follow up pasien
4. Menganjurkan klien memasukkan dalam setelah pulang
jadwal kegiatan harian

SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
2. Menjelaskan cara berdandan
3. Membantu klien mempraktekkan cara
berdandan
4. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

Anda mungkin juga menyukai