Disusun Oleh :
Rizka Yuliana Putri
202207018
II. Definisi
Berdasarkan pendapat dari (Gunarso, n.d, 2008) dalam (Wahyudi, Bahri,
and Handayani 2019), kecemasan atau anxietas adalah rasa khawatir, takut yang
tidak jelas sebabnya. Pengaruh kecemasan terhadap tercapainya kedewasaan,
merupakan masalah penting dalam perkembangan kepribadian. Kecemasan
merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakan. Baik tingkah laku normal
maupun tingkah laku yang menyimpang, yang terganggu, kedua-duanya
merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap
kecemasan itu. Jelaslah bahwa pada gangguan emosi dan gangguan tingkah laku,
kecemasan merupakan masalah pelik.
B. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor prespitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Ancaman terhadap integritas kulit ketegangan yang mengancam integritas
fisik yang meliputi:
a. Sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisisologis sistem
imun,regulasi suhu tubuh, perubhan biologis normal
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polusi lingkunag, kecelakaan, kekuranagan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tingga
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
a. Sumber internal kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah
tempatkerja, penyesuaian terhadap peran baru
b. Sumber eksternal orang yang dicinta berperan, perubahan status
pekerjaan tekanan kelompok social
D. Fase-Fase Kecemasan
a. Fase I (Kecemasan Ringan)
Tingkat kecemasan ringan adalah cemas yang normal yang biasa menjadi
bagian sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan perhatian, tetapi individu masih mampu memecahkan
masalah. Cemas ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas yang ditandai dengan terlihat tenang, percaya
diri, waspada, memperhatikan banyak hal, sedikit tidak sabar, ketegangan
otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah.
b. Fase II (Kecemasan Sedang)
Tingkat kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan
pada hal-hal yang penting dan mengesampingkan yang tidak penting atau
bukan menjadi prioritas yang ditandai dengan perhatian menurun,
penyelesaian masalah menurun, tidak sabar, mudah tersinggung,
ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, mulai berkeringat,
sering mondar-mandir, sering berkemih dan sakit kepala.
c. Fase III (Kecemasan Berat)
Tingkat kecemasan berat sangat mengurangi persepsi individu, dimana
individu cenderung untuk memusatkan perhatian pada sesuatu yang terinci
dan spesifik, dan tidak dapat berfikir tentang hal yang lain.
d. Fase IV (Panik)
Tingkat panik dari suatu kecemasan berhubungan dengan ketakutan dan
teror, karena individu mengalami kehilangan kendali. Orang yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan, panik melibatkan disorganisasi kepribadian, dengan panik
terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan
kehilangan pemikiran yang tidak dapat rasional.
E. Rentang Respon
Rentang respon individu terhadap cemas berflutuasi antara respon adaptif
danmaladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisispasi dimana
individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul.
Sedangkan rentang yang paling maladaptive adalah panic dimana individu
sudah tidak mampulagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga
mengalami gangguan fisisk, perilaku maupun kognitif. Respons adaptif
Antisipasi- Ringan- Sedang- Berat- Panik
F. Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping
yaitu sebagai berikut.
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi
stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemnuhan kebutuhan. Menarik diri untuk memindahkan dari
sumber stres. Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan
kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang,tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi,
dan bersifat maladaptive
A. Proses keperawatan
1. Kondisi pasien
a. Melamun
b. Pasien sering mondar-mandir
c. Menanyakan hal-hal yang tidak penting
d. Pasien merasa khawatir
2. Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap diri sendiri
3. Tujuan khusus
a. Klien mampu mengenal ansietasnya
b. Klien dapat menggunakan teknik relaksasi
4. Tindakan keperawatan
a. Sapa pasien dengan nama baik verbal dan non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati dan menerima keadaan
g. Berikan perhatian kepada klien
IMPLEMANTASI EVALUASI
DS: S:
- klien mengatakan merasa cemas - klien menyebutkan nama lengkap
karena memikirkan sesuatu yang - klien menceritakan apa yang sedang
buruk akan terjadi pada dirinya dirasakan
- Klien mengatakan sulit tidur O:
DO: - klien mau berkenalan dan menyebutkan
- Klien tampak gelisah nama lengkapnya
- Klien tampak ketakutan - klien tampak ketakukan saat sedang
menceritakan yang di rasakannya
Diagnosis Keperawatan :
Ansietas berhubungan dengan ancaman A: kecemasan positif
terhadap diri sendiri
2. Kronik
E. Fase-Fase
1. Denial (Penolakan)
Tindakan Keperawatan :
a. Sediakan waktu bagi keluarga untuk mengunjungi klien secara
teratur
b. Membantu dalam mendiskusikan rencana masa datang
c. Membantu keluarga dan teman klien untuk bisa mengerti
penyebab kematian
F. Rentang Respon
1. Respon adaptif
Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat
membangun (konstruksi) dalam usaha mengatasi stressor yang
menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
2. Respon maladaptive :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat merusak
(destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri
3. Aktualisasi diri :
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat
mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya
4. Konsep diri positif :
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya
secara jujur dan dalam menilai suatu masalah individu berpikir secara
positif dan realistis.
5. Kekacauan identitas :
Suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial
dewasa yang harmonis.
6. Depersonalisasi :
Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari
lingkungan. Hal ini yang berhubungan dengan ansietas panik dan
kegagalan dalam uji realistis. Individu mengalami kesulitan dalam
membedakan diri sendiri dan orang lain dan tubuhnya sendiri terasa
tidak nyata dan asing baginya.
G. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka Panjang pendek
atau jangka Panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang
menyakitkan. Pertahanan tersebut mencakup berikut ini :
1. Jangka pendek
a. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis
identitas diri (misalnya, konser music, bekerja keras, menonton tv
secara obesif)
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara
(misalnya ikut serta dalam klub social, agama, politik, kelompok,
Gerakan, atau geng)
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan
perasaan diri yang tidak menentu (misalnya olahraga yang
kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas)
2. Jangka Panjang
a. Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan
oleh orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan, aspirasi, atau
potensi diri individu
b. Identitas negative : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan
nilai dan harapan yang diterima masyarakat
c. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi,
disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement, berbalik
marah terhadap diri sendri dan amuk)
III. Pohon Masalah
Isolasi social :
Yang Mempengaruhi
1. Klien dapat membina Klien dapat menunjukkan 1. Bina hubungan saling percaya
hubungan saling percaya ekspresi wajah bersahabat, dengan menggunakan prinsip
dengan perawat menunjukkan rasa senang, ada komunikasi terapeutik, yaitu
kontak mata, mau berjabat sapa klien dengan ramah baik
tangan, mau menyebutkan nama, verbal maupun non verbal,
mau menjawab salam, klien mau perkenalkan diri dengan
duduk berdampingan dengan sopan, tanyakan nama lengkap
perawat, mau mengutarakan dan nama panggilan yang
masalah yang dihadapi disukai klien,
2. Jelaskan tujuan pertemuan,
jujur dan menepati janji,
tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya,
beri perhatian dan kebutuhan
dasar klien.
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Klien mengatakan malu dan tidak berguna
b. Klien menunjukkan ekspresi malu
c. Klien tampak kurang bergairah
2. Diagnose Keperawatan
Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak
efektif
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
4. Tindakan Keperawatan
a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
Perawat : Selamat pagi pak; Tn. Y : Pagi; Perawat : Perkenalkan
pak, saya mahasiswi Stikes IMC Bintaro yang sedang praktik
dirumah sakit ini, bapak bisa panggil saya Rizka. Kalau boleh tau
nama bapak siapa? ; Tn. Y : Bapak Y; Perawat : Saya disini ingin
menemani bapak selama kurang lebih 2 minggu, jika ada yang
mengganggu pikiran bapak, bapak bisa cerita ke saya
2) Evaluasi/Validasi
Perawat : Bagaimana keadaan bapak hari ini?, Tn. Y : Baik
3) Kontrak :
Topik
Perawat : Tujuan saya disini ingin membicarakan masalah bapak
selama perawatan di rumah sakit ini
Tempat
Perawat : Bapak lebih suka ngobrol dimana?
Tn. Y : Di taman
Perawat : Baiklah pak
Waktu
Perawat : Kita mau ngobrol berapa lama pak? Bagaimana kalau 10
menit saja?
Tn. Y : Boleh
Tujuan interaksi
Tujuannya adalah membicarakan masalah Tn. Y selama perawatan
di rumah sakit jiwa Mutiara
b. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
Perawat : kegiatan apa aja yang sering bapak lakukan?
Tn. Y : berkebun, menyulam
Perawat : selain itu kegiatan apa saja yang sering bapak lakukan?
Tn. Y : Itu aja sih
Perawat : bapak senang ga dengan kegiatan yang bapak lakukan?
Tn. Y : senang
Perawat : alasan bapak dibawa kerumah sakit jiwa Mutiara ini apa pak?
Tn. Y : saya ditinggal oleh istri saya, istri saya selingkuh
c. Terminasi
1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
Perawat : bagaimana perasaan bapak selama kita mengobrol?
Tn. Y : senang
Evaluasi Klien (Subjektif)
Perawat : coba ceritakan lagi kegiatan yang sering bapak
lakukan?
Tn. Y : berkebun, menyulam
Evaluasi Perawat (Objektif dan Reinforcement)
2. Rencana tindak lanjut (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai
hasil tindakan yang telah dilakukan)
Perawat : Baiklah bapak nanti bisa ingat-ingat lagi kegiatan yang
lain, yang belum di ceritakan ke saya
Tn. Y : ya
3. Kontrak Topik yang akan datang :
Topik :
Perawat : bagaimana kalau kita mengobrol kembali besok pak?
Tn. Y : boleh
Tempat :
Perawat : bapak tempatnya mau dimana?
Tn. Y : disini lagi aja
Perawat : Baik pak
Waktu :
Perawat : berapa lama kita akan mengobrol pak? Bagaimana
kalau 15 menit?
Tn. Y : boleh
Perawat : sampai bertemu lagi besok ya pak
Tn. Y : ya
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA
Nama : Tn. Y
Ruangan : Ruang Mawar
No RM : 14577
IMPLEMENTASI EVALUASI
DS : S:
- Klien mengatakan merasa tidak - Klien mengatakan senang diajak mengobrol
dihargai dan merasa tidak berguna - Klien mengatakan suka melakukan kegiatan
- Klien mengatakan merasa malu berkebun dan menyulam
karena istrinya menyelingkuhi nya
O:
DO : - Klien terlihat masih suka tertawa sendiri saat
- Klien tampak sedih, suara menjadi diajak ngobrol dengan perawat
pelan, dan kontak mata kurang - Klien juga terlihat sedih saat ditanyakan alasan
masuk rumah sakit jiwa Mutiara
LAPORAN PENDAHULUAN
KEHILANGAN/BERDUKA
C. Faktor Presipitasi
Perasaan stress nyata atau imajinasi individu dan kehilangan
yang bersifat bio-psiko-sosial, seperti kondisi sakit, kehilangan fungsi
seksual, kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran,
dan kehilangan posisi di masyarakat.
D. Jenis
1. Kehilangan seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau
orang yang berarti adalah salah satu faktor pembuat stress dan
mengganggu dari tipe kehilangan. Kematian juga membawa dampak
kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan
ketergantungan dari ikatan yang ada, kematian pasangan suami/istri,
anak, orang tua, biasanya membawa dampak emosional yang luar
biasa dan tidak dapat ditutupi.
2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri
Kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang.
Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri,
kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan
dampaknya. Kehilangan dari aspek lain yang dapat hilang dari
seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda,
fungsi tubuh.
3. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri
atau bersama-sama, perhiasan, uang, pekerjaan. Kedalaman berduka
yang dirasakan seseorang terhadap benda yang bergantung pada arti
dan kegunaan benda tersebut.
4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan
yang sangat dikenal termasuk dari kehdupan latar belakang keluarga
dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen. Misalnya
pindah ke kota lain, maka akan memiliki tetangga baru dan proses
penyesuaian baru.
5. Kehilangan kehidupan/meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan,
pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai
pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda
tentang kematian.
E. Fase
1. Menyangkal (denial)
Pada tahap ini, seseorang cenderung akan meragukan atau
menyagkal bahwa ia sedang mengalami peristiwa buruk. Misalnya
terdiagnosis penyakit berat mungkin akan berfikir bahwa terjadi
kesalahan.
2. Marah (anger)
Marah dan tidak terima bahwa ia sedang mengalami peristiwa
buruk. Hal ini dapat membuat frustasi, lebih sensitif, tidak sabaran
dan mengalami perubahan mood. Pada fase ini, ia mungkin juga akan
mulai mengajukan pertanyaan seperti “mengapa harus saya?” atau
“apa salah saya, sehingga hal ini harus terjadi pada hidup saya?”.
Amarah ini bisa ditujukan kepada siapa saja, baik pada diri sendiri,
orang lain, benda di sekitar, bahkan Tuhan.
3. Tawar-menawar (bargaining)
Fase ini merupakan bentuk mekanisme pertahanan emosional
seseorang agar bisa mengambil kontrol kembali atas hidupnya.
Ditandai dengan rasa bersalah, baik pada diri sendiri atau orang lain.
Pada fase ini juga mereka akan mencari cara untuk mencegah
terjadinya peristiwa buruk yang sedang dialami di kemudian hari.
4. Depresi (depression)
Setelah upaya menolak dan mengubah kenyataan pahit yang
dialami tidak berhasil, orang yang berduka kemudian akan merasa
sedih, kecewa, putus asa yang teramat dalam. Ini merupakan bagian
dari proses terbentuknya luka batin yang normal terjadi. Fase ini
ditandai dengan rasa lelah, sering menangis, sulit tidur, kehilangan
nafsu makan atau makan berlebihan, dan tidak bersemangat untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
Fase ini dikatakan fase terberat dan perlu diwaspadai.
Pasalnya, rasa duka dan luka emosional yang dirasakan bisa saja
menimbulkan ide atau percobaan atau bunuh diri.
5. Menerima (acceptance)
Pemerimaan adalah tahapan akhir dari berduka. Pada fase ini,
seseorang sudah bisa menerima kenyataan bahwa peristiwa buruk
yang ia alami benar-benar terjadi dan tidak dapat diubah. Perasaan
sedih, kecewa, dan penyesalan masih ada, tetapi pada fase ini
seseorang sudah mulai bisa belajar dan menyesuaikan diri untuk
hidup bersama kenyataan yang baru dan menerima hal tersebut
sebagai bagian dari perjalanan hidupnya. Bahkan jika orang tersebut
bisa berfikir positif, mereka akan menjadikan pengalaman pahit yang
dialami sebagai pembelajaran untuk bisa berkembang menjadi
pribadi yang lebih baik.
F. Rentang Respon
1. Respon Spiritual
a. Kecewa dan marah terhadap Tuhan
b. Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
c. Tidak memilki harapan; kehilangan makna
2. Respon Fisiologis
a. Sakit kepala, insomnia
b. Gangguan nafsu makan
c. Berat badan turun
d. Tidak bertenaga
e. Palpitasi, gangguan pencernaan
f. Perubahan sistem imune dan endokrin
3. Respon Emosional
a. Merasa sedih, cemas
b. Kebencian
c. Merasa bersalah
d. Perasaan mati rasa
e. Emosi yang berubah-ubah
f. Penderitaan dan kesepian yang berat
g. Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan
individu atau benda yang hilang
h. Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan
keputusan
i. Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan peraya diri
4. Respon Kognitif
a. Gangguan asumsi dan keyakinan
b. Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
c. Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
d. Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang
meninggal adalah pembimbing.
5. Perilaku
a. Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku
seperti :
b. Menangis tidak terkontrol
c. Sangat gelisah; perilaku mencari
d. Iritabilitas dan sikap bermusuhan
e. Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan
bersama orang yang meninggal..
f. Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal
ingin membuangnya.
g. Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
h. Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri
ataupembunuh.
i. Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi
G. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon
antara lain: Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi
dan Proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas stress yang
dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan
pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme
koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat
H. Pohon Masalah
HARGA DIRI
RENDAH
KEHILANGAN
KEHILANGAN
SUAMI
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ibu M sering melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum
meninggal. Selain itu, Ibu M juga tidak mau berinteraksi dengan orang lain
dan merasa gelisah sehingga susah tidur
2. Diagnose Keperawatan
Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap respon
kehilangan pasangan
3. Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
4. Tindakan keperawatan
a. BHSP: Salam terapiutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan, lingkungan
yang terapiutik, kontrak yang jelas
b. Dorong dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaanya
c. Dengarkan ungkapan klien dengan empati
d. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaanya
Ibu, tadi Ibu sudah menyebutkan nama Ibu, lalu boleh saya tahu
berapa umur Ibu sekarang? Ibu sudah berapa lama di rawat di sini? Boleh
saya tahu Ibu berasal dari mana? Bapak masih ingat, kapan Ibu di bawa
kesini? Siapa yang membawa Ibu kesini?Bagaimana perasaan Ibu saat di
bawa kesini? Menurut Ibu, Ibu di bawa kesini karena apa? Selama di rawat
di sini hal apa saja yang sudah Ibu dapatkan? Bagaimana perasaan Ibu saat
melakukan kegiatan tersebut? Boleh saya tahu apakah hobi Ibu? Bagaimana
kalau sekarang Ibu bercerita tentang hobi Ibu? Wah….ternyata bagus sekali
hobi Ibu. Boleh saya tahu apa pekerjaan Ibu sebelum disini? Bisa Ibu
ceritakan tentang pekerjaan Ibu? Wah, ternyata pekerjaan Ibu bagus sekali.
3. TERMINASI
a. Evaluasi
(Subyektif) : Setelah kita ngobrol tadi,bagaimana perasaan Ibu saat ini?
(Obyektif) : Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan sesekali
melihat perawat.
b. Tindak lanjut
Nah pak, ini sudah 15 menit. Jadi kita cukupkan saja dulu
perbincangan kita. Sekarang Ibu istirahat dulu. Kalau nanti ada yang
ingin Ibu ceritakan atau tanyakan kepada saya, Ibu bisa sampaikan saat
pertemuan kita berikutnya.
c. Kontrak yang akan dating
Bagaimana kalau nanti siang sesudah makan siang kita ngobrol-
ngobrol lagi sekitar pukul 14.00 wita? Dan bagaimana kalau nanti kita
membicarakan tentang kondisi Ibu? Apakah Ibu bersedia? Ibu nanti
ingin mengobrol dimana? Apakah di tempat ini lagi? Baik bu nanti kita
berbincang-bincang lagi, kalau begitu saya permisi dulu Bu, terima
kasih karena Ibu sudah mau berbincang-bincang dengan saya.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA
F. Pohon Masalah
Ketidakberdayaan
H. Diagnosa Keperawatan
Ketidakberdayaan
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahnya sehingga kita dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Kritis yang
berjudul “laporan pendahuluan dan strategi pelaksanaan pada pasien dengan
keputusasaan” yang mana referensinya berasal dari internet.
Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah guna mengetahui
penjelasanan mengenai laporan pendahuluan dan strategi pelaksanaan pada pasien
dengan keputusasaan .Saya mengucapkan Terimakasih kepada Ibu Ns., Sri Supami,
S.Pd, S.Kep, M.Kes Selaku dosen mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa I yang
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni dan kami pelajari.
Namun tentu saja makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu kami sangat
mengharapkan saran positif yang bersifat membagun guna kesempurnaan makalah ini
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
juga bagi penulis pada khususnya sekian dan terimakasih
Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN
Adatif Maladaftif
Keterangan :
Respons emosional : tingkatan perasaann diri mengenai cara berperilaku, bisa
diutarakan baik lisan ataupun tulisan mengenai keadaan diri sendiri.
Reaksi berduka : perasaan sedih yang mendalam dan sulit maju ketahap
berikutnya.
Supresi emosi : secara sadar tindakan yang dapat dipilih guna menutupi pikiran,
perasaan ataupun dukungan dengan adanya perasaan marah, kecewa dan kesal.
Reaksi berduka tertunda : upaya untuk menghindari distress hebat yang
berkaitan dengan berduka terkait pada peggambaran dalam penggunaan
mekanisme pertahanan penyangkalan dan supresi yang berlebihaan.
Depresi : suasana hati yang terganggu atau perasaan sedih yang mendalam dan
rasa tidak perduli.
F. Mekanisme Koping
1.Kemampuan dan keterampilan individu,teknik-teknik
pertahanan,dukungan social dan dorongan motivasi
1) Faktor internal :
Umur dimana semakin tinggi umur koping individu yaitu dengan
menyerahkan diri atas apa yang akan terjadi,kesehatan dan
energy,komitmen atau tujuan hidup,jenis kelamin perempuan lebih
sensitive dari laki-laki dan perasaan seseorang seperti harga diri
2) Faktor eksternal
Dukungan social,dukungan harga diri, dan dukungan emosi dimana
seorang merasa dicintai
2. Mekanisme koping
a)Mekanisme koping yang konstrukstif
b)Melakukan perubahan perilaku yang menurunkan keputusaasaan
c)Beradaptasi dengan lingkunganya
d)Membangun kepercayaan diri dan bersikap optimis
e)Memanfaatkan dukungan keluarga /orang terdekat (struart,2011
f) Fokus pada masalah
IV. Keperawatan
A. Pohon Masalah
Ketidakberdayaan Efek
Do:
Klien menghindari
interaksi dengan perawat
Klien tampak sering
mengangkat bahu setiap
diberi pertanyaan
Klien tampak lesu
V. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah Kronis b.d Kegagalan berulang
VI. Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan I. 12463 (Manajemen Perilaku)
keperawatan keputusasaan klien tampak 1. Observasi:
berkurang dan klien mampu mengenal Identifikasi harapan untuk
kegagalan tersebut mengendalikan perilaku
2. Terapeutik:
Diskusikan tanggung jawab
terhadap perilaku
Jadwalkan kegiatan terstruktur
Ciptakan dan pertahankan
lingkungan dan kegiatan
perawatan konsisten setiap dinas
Tingkatkan aktivitas fisik sesuai
kemampuan
Bicara dengan nada dan tenang
3. Edukasi
Informasikan keluarga bahwa keluarga
sebagai dasar kognitif
VII. Sumber
1. Buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)
2. Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
a) Data Subjektif
Klien mengatakan sudah bosan dengan hidupnya
Klien mengatakan sudah tidak kuat lagi dengan cobaan hidup karena
penyakitnya tidak kunjung sembuh
Klien mengatakan sulit tidur karena khawatir akan penyakitnya
Klien mengatakan tidak nafsu makan
b) Data Objektif
Klien menghindari interaksi dengan perawat
Klien tampak sering mengangkat bahu setiap diberi pertanyaan
Klien tampak lesu
2. Diganosa Keperawatan
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. Tujuan Umum Klien
mampu mengatasi keputusasaan (harapan meningkat)
b. Tujuan Khusus
o Klien mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat
o Klien mampu mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
o Klien mampu merasakan manfaat latihan yang dilakukan
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
o Mengucapkan salam setiap ingin berinteraksi
o Perkenalkan diri dengan klien, serta tanyakan nama dan nama panggilan
yang klien senangi
o Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
o Membuat kontrak waktu, topik, dan tempat dengan jelas
o Menunjukkan sikap jujur, empati, dan menepati janji
o Perhatikan dan penuhi kebutuhan dasar klien
b. Bantu klien mengenal kemampuan diri
Bantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
a) Evaluasi
Subyektif : Bagaimana perasaan Ibu sekarang ? Apa Ibu sudah memahami
dengan kemampuan ibu untuk membantu mengurangi rasa pesimis bu?
Obyektif : <Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu
dapatkan dari perbincangan kita saat ini dan kembangkan kemampuan yang
ibu miliki ya bu.
b) Rencana Tindak Lanjut
Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa pesimis akan penyakit
ibu, Ibu dapat mengingat perbincangan ini dan Ibu bisa membaca
buku ya bu.
Untuk selanjutnya bagaimana jika membaca buku ini ibu masukkan
kedalam jadwal kegiatan ibu? Apakah setuju?
Kira-kira ibu ingin melakukan berapa kali dalam 1 hari dan jam berapa
saja ibu akan melakukanya?
Baik, 2x sehari ya bu pada pukul 09.00 dan 16.00 WIB
Nanti ibu bisa memberi tanda, jika melakukan secara mandiri bisa
tulis di kertasnya dengan keterangan (M), dibantu (B), dan lupa
melakukan (T)
c) Kontrak yang akan datang
Topik
Baik kalau begitu, karena sudah pergantian shift, saya izin untuk
pamit untuk berdinas kembali ya bu
Waktu
Besok saya akan kembali pukul 16.00 WIB ya bu
Tempat
Kemudian dilakukan di ruang tamu ya bu
Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah Kronis b.d
Kegagalan berulang
Tindakan Keperawatan
Menemani dan
mendengarkan klien
bercerita
Mengajarkan teknik
TT
terapi mengurangi putus
asa
Nama Jelas
Rencana Tindak Lanjut (Planing
Perawat) :
Mengikuti Jadwal terapi yang sudah
ditentukan 2 x dalam sehari
KETERANGAN :
Isi kolom tanggal kegiatan dengan :
M : Jika melakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain
B : Jika melakukan dengan bantuan orang lain
T : Jika tergantung penuh pada orang lain
Tuliskan di kolom keterangan jika melakukan atau dengan bantuan serta kendalanya
Disusun oleh :
1. Assyidatul Haq (202040001)
2. Nabilla Alivfia (202040028)
3. Nadhilah Nur Maulidah (202040030)
4. Vera Resqiana (202040044)
KATA PENGATAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul [LaporanPendahuluanKeperawatanKesehatanJiwaDenganDistress
Spiritual] Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas [Ns. Sri SupamiS.PdS.KepM.Kes] pada [KeperawatanKesehatanJiwa].
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang [LaporanPendahuluanKeperawatanKesehatanJiwaDenganDistressS
piritual] bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran Ibu Ns. Sri SupamiS.PdS.KepM.Kes untuk memberikan masukan berupa
kritik dan saran.
B. Jenis
C. Fase-fase
D. Rentang Respon
A. Rasa percaya
a) Adaptif
a) Adaptif
1) Rasa percaya terhadap diri sendiri dan kesabaran.
2) Rasa percaya terhadap kehidupan walaupun terasa berat.
3) Keterbukaan terhadap Tuhan.
b) Maladaptif
b) Maladaptif
1) Merasa tidak nyaman dengan kesadaran diri.
2) Ketidakmampuan untuk terbuka terhadap orang lain.
3) Merasa bahwa hanya orang tertentu dan tempat tertentu yang aman.
4) Ingin kebutuhan dipenuhi segera, tidak dapat menunggu.
4) Ingin kebutuhan dipenuhi segera, tidak dapat menunggu.
4) Ingin kebutuhan dipenuhi segera, tidak dapat menunggu.
4) Ingin kebutuhan dipenuhi segera, tidak dapat menunggu.
5) Tidak terbuka kepada Tuhan.
6) Takut terhadap maksud Tuhan.
B. Kemauan memberi maaf
a) Adaptif
1) Menerima diri sendiri dan orang lain dapat berbuat salah.
2) Tidak berprasangka buruk.
3) Memandang penyakit sebagai sesuatu yang nyata.
4) Memaafkan diri sendiri.
5) Memberi maaf orang lain.
6) Menerima pengampunan Tuhan.
7) Pandangan yang realistik terhadap masa lalu.
b) Maladaptif
1) Merasakan penyakit sebagai hukuman.
2) Merasa Tuhan sebagai penghukum.
3) Merasa bahwa Maaf hanya diberikan berdasarkan perilaku.
4) Tidak mampu menerima diri sendiri.
5) Menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan orang lain.
C. Mencintai dan Keterikatan
a) Adaptif
1) Mengekspresikan perasaan dicintai oleh orang lain atau Tuhan.
2) Mampu menerima bantuan.
3) Menerima diri sendiri.
4) Mencari kebaikan dari orang lain.
b) Maladaptif
1) Takut bergantung pada orang lain.
2) Menolak bekerja sama dengan tenaga kesehatan.
3) Cemas berpisah dengan keluarga.
4) Menolak diri atau angkuh dan mementingkan diri sendiri.
5) Tidak mampu untuk mempercayai diri sendiri Oleh Tuhan dan tidak
mempunyai hubungan rasa cinta dengan Tuhan.
6) Merasa jauh dari Tuhan.
D. Keyakinan
a) Adaptif
1) Ketergantungan pada anugerah Tuhan
2) Termotivasi untuk tumbuh
3) Mengekspresikan Kepuasan dengan menjelaskan kehidupan setelah
kematian.
4) Mengekspresikan kebutuhan untuk memasukin kehidupan dan/atau
memahari wawasan yang lebih luas.
5) Mengekspresikan kebutuhan ritual.
b) Maladaptif
1) Tidak percaya pada kekuasaan Tuhan.
2) Takut kematian/kehidupan setelah kematian.
3) Merasa terisolasi dari kepercayaan masyarakat sekitar.
4) Merasa pahit, frustasi dan marah terhadap Tuhan.
S) Nilai Keyakinan dan tujuan hidup yang tidak jelas.
6) 'Tidak mempunyai komitmen.
E. Kreativitas dan Harapan
a) Adaptif
1 Meminta informast tentang Kondist
2) Membicarakan kondisinya secara realistic.
3) Menggunakan waktu selama dirawat inap/sakit secara konstruktif
4) Mencari kenyamanan bat in daripada fisik.
S) Mengekspresikan harapan tentang masa depan
b) Maladaptif
I) Mengekspresikan perasaan takut kehilangan kendali.
2) Mengekspresikan Kebosanan.
3) Tidak mempunyai visi alternative yang memungkinkan
4) Takut terhadap terapi.
S) Patus asa.
6) Tidak dapat menolong atau menerima diri sendiri.
7) Tidak dapat menikmatt apapun
F. Arti dan tujuan
a) Adaptif
1) Mengekspresikan kepuasan hidup.
2) Menerima dan
menggunakan penderitaan sebagai car untuk
memahami diri sendiri.
3) Mengekspresikan arti kehidupan/kematian.
4) Mengekspresikan komitmen dari orientasi hidup.
5) Jelas tentang apa yang penting
b) Maladaptif
1) Mengekspresikan tidak ada alasan untuk bertahan.
2) Tidak dapat menerima arti penderitaan yang dialami.
3) Tidak dapat merumuskan tujuan atau tidak mencapai tujuan.
G. Bersyukur
a) Adaptif
1 Merasa bersyukur
2) Merasakan anugerah yang dilimpahkan Tuhan
3) Merasa harmoni yang utuh.
b) Maladaptif
1. Mencemaskan masa lalu dan yang akan datang.
2. Terpusat pada penyesalan.
Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan Setiap Hari
Proses Keperwatan
Kondisi Klien : Kondisi klien pada pertemuan pertama menunjukkan sikap sedih dan
kecewa pada kondisi hidupnya serta marah pada Tuhan sehingga tidak mau beribadah.
Pertemuan kedua sudah mulai menunjukkan perasaan tentang spiritual yang
diyakininya. Namun, ia masih terlihat kecewa dan belum menerima nasibnya.
Diagnosa Keperawatan : Distress spiritual b.d Kejadian hidup yang tidak diharapkan
Tujuan Khusus :
a. Klien mampu melakukan aktivitas spiritualnya secara mandiri.
b. Klien memahami hal penting tentang spiritual yang diyakininya.
c. Klien dapat aktif mengikuti kegiatan keagamaan.
d. Klien merasa lebih tenang
Tindakan Keperawatan :
a. Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agama yang dianut
oleh pasien.
b. Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain.
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik : " Assalamualaikum bu, nama saya suster Nabila dari
Universitas Ichsan, Nama ibu siapa?"
2. Evaluasi/validasi : "Bagaimana ibu semalam tidurnya? Bagaimana perasaan ibu
hari ini?"
3. Kontrak : Topik : "Bagaimana kalau kita berbicara tentang masalah-
masalah yang ibu alami ?"
Waktu : "Kita ngobrol selama 30 menit ya?"
Tempat : "Dimana menurut ibu tempat yang cocok untuk kita
ngobrol ?"
Tujuan Interaksi : "Agar ibu merasa lebih lega dan ibu mendapat
solusi dari masalah yg dialami."
2. Rencana tindak lanjut (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
telah dilakukan)
"Nah sekarang ibadah mana yang ibu coba lakukan? Jangan lupaya bu"Besok lagi
kita bertemu untuk mengetahui manfaat kegiatanibadah yang bapak lakukan serta
belajar cara ibadah lain.Pasien : Iya suster
Ds : S:
•Klien mengatakan sedih dan tidak berdaya •Klien mengatakan setelah berzikir merasa lebih tenang
•Klien mengatakan marah pada Tuhan •Klien mengatakan masih merasa sedih
•Klien mengatakan tidak mau beribadah • Klien mengatakan mulai menjalankan sholat tapi
Do : hanya sholat magrib
•Klien terlihat murung, sedih dan sering O:
melamun. •Klien tampak masih suka melamun
•Klien terlihat tidak beribadah • Klien tampak menjalankan sholat
Diagnosis Keperawatan : •Klien tampak sering berdzikir
D.0082 Distress spiritual b.d kejadian hidup A:
yang tidak diharapkan Masalah teratasi sebagian
Tindakan Keperawatan : P:
•Mengidentifikasi perasaan khawatir, Intervensi dilanjutkan
kesepian, dan ketidakberdayaan
•Membeikan kesempatan mengekspresikan
dan meredakan marah secara tepat
•Mengajarkan metode relaksasi, meditasi,
dan imajinasi terbimbing
• Mengajak klien sholawat dan dzikir TT
• Memotivasi klien untuk beribadah seperti
sediakala Nadhillah Nur Maulidah
Rencana Tindak Lanjut (Planing Perawat) :
Nama : ................................................
Ruang : .................................................
Tanggal Kegiatan
No Jam Kegiatan Ket
1 05.00-06.00
2 06.00-07.00
3 07.00-08.00
4 08.00-09.00
5 09.00-10.00
6 10.00-11.00
7 11.00-12.00
8 12.00-13.00
9 13.00-14.00
10 14.00-15.00
11 15.00-16.00
12 16.00-17.00
13 17.00-18.00
14 18.00-19.00
15 19.00-20.00
16 20.00-21.00
17 21.00-22.00
18 22.00-23.00
19 23.00-24.00
20 24.00-01.00
21 0 1.00-02.00
22 02.00-03.00
23 03.00-04.00
24 04.00-05.00
KETERANGAN :
Isi kolom tanggal kegiatan dengan :
M : Jika melakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain
B : Jika melakukan dengan bantuan orang lain
T : Jika tergantung penuh pada orang lain
Tuliskan di kolom keterangan jika melakukan atau dengan bantuan serta
kendalanya
Isolasi Sosial SP I p SP I k
1. Membina hubungan saling percaya 1. Mendiskusikan masalah yang
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial dirasakan keluarga dalam
pasien marawat pasien
3. Mendiskusikan dengan pasien tentang 2. Menjelaskan pengertian, tanda
keuntungan berinteraksi dengan orang dan gejala isolasi sosial yang
lain dialami pasien beserta proses
4. Mendiskusikan dengan pasien kerugian terjadinya
tidak berinteraksi dengan orang lain 3. Menjelaskan cara-cara
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan merawat pasien isolasi sosial
dengan satu orang
6. Menganjurkan pasien memasukkan
kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam jadwal kegiatan
harian SP II k
1. Melatih keluarga
mempraktekkan cara merawat
SP II p pasien dengan isolasi sosial
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
2. Melatih keluarga melakukan
pasien
cara merawat langsung
2. Memberikan kesempatan kepada pasien
keluarganya yang mengalami
mempraktekkan cara berkenalan dengan
isolasi sosial
satu orang
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan SP III k
berbincang-bincang dengan satu orang ke 1. Membantu keluarga membuat
dalam jadwal kegiatan harian jadwal aktifitas di rumah
termasuk minum obat
SP III p (discharge planning)
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 2. Menjelaskan follow up pasien
pasien setelah pulang
2. Memberikan kesempatan kepada pasien
mempraktekkan cara berkenalan dengan
dua orang atau lebih
3. Menganjurkanpasien memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan harian
RisikoBunuh Diri SP I p SP I k
1. Membina hubungan saling percaya 1. Mendiskusikan masalah ya
2. Mengidentifikasi benda-benda yang dirasakan keluarga dalam
dapat membahayakan pasien marawat pasien
3. Mengamankan benda-benda yang dapat 2. Menjelaskan pengertian, ta
membahayakan pasien dan gejala risiko bunuh diri
4. Melakukan kontrak treatment dan jenis perilaku bunuh di
5. Mengajarkan cara mengendalikan yang dialami pasien beserta
dorongan bunuh diri proses terjadinya
6. Melatih cara mengendalikan dorongan 3. Menjelaskan cara-cara
bunuh diri merawat pasien risiko bunu
SP II p diri
1. Mengidentifikasi aspek positif pasien
2. Mendorong pasien untuk berpikir positif SP II k
terhadap diri 1. Melatih keluarga
3. Mendorong pasien untuk menghargai diri mempraktekkan cara mera
sebagai individu yang berharga pasien dengan risiko bunu
diri
SP III p 2. Melatih keluarga melakuk
1. Mengidentifikasi pola coping yang biasa cara merawat langsung pas
diterapkan pasien risiko bunuh diri
2. Menilai pola coping yang biasa
dilakukan SP III k
3. Mengidentifikasi pola coping yang 1. Membantu keluarga memb
konstruktif jadwal aktifitas di rumah
4. Mendorong pasien memilih pola coping termasuk minum obat
yang konstruktif (discharge planning)
5. Menganjurkan pasien menerapkan pola 2. Mendiskusikan sumber
coping konstruktif dalam kegiatan harian rujukan yang bisa dijangka
keluarga
SP IV p
1. Membuat rencana masa depan yang
realistis bersama pasien
2. Mengidentifikasi cara mencapai rencana
masa depan yang realistis
3. Memberikan dorongan pasien melakukan
kegiatan dalam rangka meraih masa
depan yang realistis
SP III p SP III k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Membantu keluarga membuat
klien jadwal aktifitas di rumah
2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik termasuk minum obat
3. Membantu klien mempraktekkan cara (discharge planning)
eliminasi yang baik 2. Menjelaskan follow up pasien
4. Menganjurkan klien memasukkan dalam setelah pulang
jadwal kegiatan harian
SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
2. Menjelaskan cara berdandan
3. Membantu klien mempraktekkan cara
berdandan
4. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian