Anda di halaman 1dari 11

MINI RISET

“PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PADA USAHA MIKRO KECIL MENENGAH

DALAM TUKANG PANGKAS’’

Dosen Pengampu

(Dr. NASIRWAN, SE, M.Si, Ak, CA)

Mata Kuliah : Pengantar Akuntansi

Disusun oleh :

Hadifa Riandi Purba (7171220011)


Fuad Ahmad (7173520024)
Muhammad Rizki Inabah (7173520038)

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Medan
T.A 2017/2018

0|Page
KATA PENGANTAR

Puja dan Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Mini Riset. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Pengantar Akuntansi. Dalam
pemenuhan tugas ini kita dituntut untuk melakukan riset terhadap pelaku bisnis usaha kecil dan
menengah dalam memahami peran dan penerapan akuntansi didalampenyajian laporan keuangan
pada aktivitas bisnisnya.
Makalah ini penulis susun dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kriteria-kriteria yang
telah disepakati bersama oleh Bapak Dr. Nasirwan, SE., M.Si., Ak. CA selaku dosen dalam mata
kuliah Pengantar Akuntansi. Harapan yang paling besar dalam penyusunan makalah ini adalah
mudah-mudahan apa yang penulis susun ini dapat bermanfaat, baik untuk pribadi, teman-teman,
pembaca, serta pengarang-pengarang yang telah penulis gunakan artikelnya dalam pemenuhan
tugas ini.
Penulis akui masih ada kekurangan dalam penulisan makalah ini, karena kesempurnaan
hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa. Maka dari itu akhir kata penulis mohon saran dan kritik
dari teman-teman maupun dosen demi tercapainya makalah yang sempurna.

1|Page
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………..... 1

Daftar Isi ........…………………………………………………………………..…….... 2

BAB I PENDAHULUAN…...……………………………….…………………..…….... 3

3
1. Latar Belakang Penulis ...….……………………………………………………

3
2. Permasalahan ...….……………………………………………………...............

3
3. Tujuan ………………………………………………………………………......

BAB II KAJIAN PUSTAKA.…………………………………………...…..……….... 4

1. Landasan Teori …………........……………..…..…………………..…………. 4

2. Hipotesis ….......…………………………………………………….................. 5

BAB III PEMBAHASAN DAN EVALUASI ……………………..……..…………… 6

1. Profil Objek Penelitian ………………………………………..……………….. 6

2. Analisis Objek Penelitian ……………………………………..………………... 6

BAB IV PENUTUP …………………………………………………………………….. 8

1. Kesimpulan …………………………………………………………………….. 8

2. Implikasi / Rekomendasi ………………………………………………………. 8

3. Keterbatasan ……………………………………………………………………. 9

Lampiran …………………………………………………………………………… 10

2|Page
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang Penulisan

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terbukti memberikan kontribusi bagi
perekonomian Indonesia. Pada tahun 2009 tercatat kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia
mencapai sekitar 45% atau senilai Rp 2.000 triliun, sedangkan tahun 2010 diperkirakan UMKM
mampu memberi kontribusi lebih besar lagi kepada PDB Indonesia yakni sekitar Rp3.000 triliun.
Besarnya kontribusi juga terlihat dari tingginya penyerapan tenaga kerja dari sektor UMKM ini,
yaitu hingga tahun 2009 sebanyak 91,8 juta atau 97,3% dari seluruh tenaga kerja di Indonesia
(Departemen Koperasi 2010).

Pada tahun 2010 jumlah unit UMKM di Indonesia mencapai 52,2 juta unit usaha yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Besarnya jumlah UMKM tersebut mencerminkan besarnya
potensi yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan bagi UMKM untuk dapat lebih berkontribusi
bagi negeri ini. UMKM mampu bertahan dari krisis yang pernah terjadi di negeri ini, seperti krisis
ekonomi 1997-1998 dan krisis ekonomi global 2008. Di saat banyak perusahaan besar yang
bangkrut dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), UMKM mampu menyerap para
pengangguran untuk dapat bekerja kembali.

2. Permasalahan

Dengan akuntansi yang memadai maka pengusaha UMKM dapat memenuhi persyaratan
dalam pengajuan kredit, seperti pembuatan laporan keuangan (Warsono 2009). Namun
pelaksanaan pembukuan tersebut merupakan hal yang sulit bagi UMKM karena keterbatasan
pengetahuan mengenai akuntansi, rumitnya proses akuntansi, dan anggapan bahwa laporan
keuangan bukanlah hal yang penting bagi UMKM (Said 2009). Berbagai macam keterbatasan lain
yang dihadapi UMKM adalah latar belakang pendidikan yang tidak paham akuntansi atau tata
buku, kurang disiplin dalam melaksanakan pembukuan akuntansi, serta tidak adanya dana yang
cukup untuk mempekerjakan akuntan atau membeli software akuntansi untuk
mempermudahpelaksanaan pembukuan akuntansi.

3. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa kebanyakan UMKM di kota medan
belum menerapkan siklus akuntansi atau laporan keuangan dikarenakan kurangnya pengetahuan
pengusaha UMKM tentang ilmu Akuntansi.

3|Page
BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. Landasan Teori

Baas dan Schrooten (2006) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa perbankan dalam
penyaluran kreditnya kepada UMKM menggunakan Soft Information & HardInformation. Soft
Information menggunakanteknik Relationship Lending yakni penyaluran kredit atas dasar
kepercayaan dan hubungan yang telah terbina baik antara bank dengan pengusaha. Hard
information diantaranya menggunakan: 1) Financial Statement Lending, yakni dengan
menggunakan laporan keuangan yang telah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku sebagai
sumber informasi untuk pemberian kredit, 2) Assets Based Lending yakni dengan menggunakan
informasi terkait aset-aset yang dijadikan jaminan, 3) CreditScoring, penggunaan teknik statistik
dengan menggunakan data-data keuangan dari laporan keuangan dan juga creditworthiness dan
latar belakang dari pemilik UMKM untuk diberikan peringkat. Baas dan Schrooten berkesimpulan
bahwa hampir di seluruh dunia UMKM mengalami kesulitan dalam mendapatkan kredit
perbankan. Salah satu penyebabnya adalah adanya keterbatasan informasi yang mampu diberikan
oleh UMKM kepada pihak eksternal. Saran yang diberikan dalam penelitian tersebut adalah
pentingnya standar akuntansi yang mampu mengakomodir kebutuhan dari pengusaha UMKM,
agar dapat membantu UMKM dalam menyediakan informasi keuangan yang lebih berkualitas.

Cziráky et al. (2005) meneliti mengenai faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya


pemberian kredit UMKM di Kroasia. Program kredit UMKM yang dijalankan pemerintah Kroasia
ternyata penyaluran kreditnya rendah, padahal pemerintah telah memberikan subsidi terhadap
tingkat suku bunganya serta pasokan dana yang dianggap mencukupi kebutuhan kredit bagi
UMKM. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa rata-rata perbankan tidak konsisten dalam
hal penggunaan kriteria persetujuan kredit. Ketidakkonsistenan tersebut dikarenakan adanya
perbedaan keahlian dan pengetahuan dalam penilaian kredit dari para pegawai bank di negara
tersebut. Terdapat preferensi dari pihak perbankan untuk lebih menyetujui pemberian kredit
dengan jumlah kecil dan untuk perusahaan kecil yang tergolong lebih aman. Kondisi tersebut
terjadi akibat perbankan tergolong risk averse yang disebabkan kurangnya informasi dalam proses
penilaian kredit.

Bornheim dan Herbeck (1996) menyebutkan faktor-faktor yang mampu mempengaruhi


hubungan antara bank dan pengusaha UMKM, antara lain: dari sisi perbankan yang berupa
ketersediaan informasi debitur, persaingan antar perbankan, dan biaya promosi produk, sedangkan
dari sisi pengusaha UMKM faktor yang mempengaruhi hubungan dengan perbankan dapat berupa
besarnya jaminan, akses terhadap kredit, dan cost of capitalatas pilihan untuk melakukan
pinjaman yang terlihat dari besarnya bunga pinjaman yang berlaku.

4|Page
Jati et al. (2004) menyatakan bahwa pada saat ini kebanyakan UMKM masih belum
menyelenggarakan pembukuan akuntansi dan pelaporannya dengan baik. Pelaksanaan pembukuan
akuntansi untuk menyediakan laporan keuangan yang informatif merupakan hal yang masih sulit
bagi UMKM. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dalam pembukuan akuntansi,
rumitnya proses akuntansi, dan anggapan bahwa laporan keuangan bukanlah hal yang penting
bagi UMKM (Said 2009). Maseko dan Manyani (2011) juga menemukan bahwa mayoritas UKM
di Zimbabwe tidak mempunyai pen-catatan akuntansi yang lengkap karena keterbatasan
pengetahuan akuntansi.

2. Hipotesis
1) Jenjang pendidikan terakhir ber-pengaruh positif terhadap persepsi pengusaha terkait
pentingnya pembukuan dan pelaporan keuangan bagi usahanya.
2) Latarbelakang pendidikan ber-pengaruh positif terhadap persepsi pengusaha terkait
pentingnya pembukuan dan pelaporan keuangan bagi usahanya.
3) Ukuran usaha berpengaruh positif terhadap persepsi pengusaha ter-kait pentingnya
pembukuan dan pelaporan keuangan bagi usahanya.
4) Lama usaha berdiri berpengaruh positif terhadap persepsi pengusaha terkait pentingnya
pembukuan dan pelaporan keuangan bagi usahanya.

5|Page
BAB III PEMBAHASAN DAN EVALUASI

1. Profil Objek Penelitian


 Nama Usaha : Babershop Mr. Al’S
 Nama Pemilik : Ahmad Fikri
 Jenis Usaha : Perusahaan Jasa
 Bentuk Usaha : Pangkas
 Umur : 2016-2018 (2 Tahun)
 Alamat Usaha : Jl. Bustamam, Tembung, Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli
Serdang, Sumatera Utara.
 Sejarah Singkat Usaha :

Sebaran sampel berdasarkan lokasi usahanya adalah sebanyak 1 responden berada di wilayah
Bustamam, Tembung, Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Pendidikan
formal terakhir yang ditempuh oleh para peneliti lulusan SMA/SMK. Babershop Mr. Al’S adalah
sebuah bentuk usaha jasa pada Pangkas. Babershop Mr. Al’S terletak sangat strategis yaitu dekat
dengan Rumah warga atau pemukiman. Babershop Mr. Al’S ini didirikan oleh seorang Keluarga.
Usaha Pangkas ini dimulai sejak tahun 2016, dan sekarang kurang lebih telah berumur 2 tahun.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pengusaha UMKM menunjukkan 69% (9 UMKM)
responden menjawab bahwa mereka belum memahami cara menyusun laporan keuangan. Hal ini
menunjukkan secara umum UKM yang menjadi responden mempunyai kebutuhan untuk
mempelajari cara menyusun laporan keuangan. Sedangkan Responden yang mengatakan tidak
membutuhkan Laporan Keuangan sebanyak 31 % (4 UMKM).

Basri dan Nugroho (2009) menyebutkan bahwa permasalahan utama dari UKM berkaitan
dengan manajemen keuangan, pengajuan kredit, pelatihan keahlian tenaga kerja, pelatihan
kewirausahaan dan lain-lain. Banyak dari pengusaha UMKM mulai memperhatikan proses
pembukuan dan pelaporan keuangan untuk dapat mengatasi permasalahan manajemen keuangan
serta kredit tersebut.

Berdasarkan jenjang pendidikan terakhir, mayoritas responden (90%) berpendidikan


SMA/SMK yang dapat menyebabkan terbatasnya pengetahuan mereka mengenai perkembangan
terakhir yang mempengaruhi bisnis mereka, termasuk perkembangan standar akuntansi. 46,2%
skala usaha responden adalah skala mikro, dan 53,8% skala kecil. Mayoritas responden (75%)
sudah berdiri lebih dari 3 tahun, artinya mayoritas responden bukan perusahaan yang baru berdiri.
Variabel latar belakang pendidikan respondenmenunjukkan mayoritas responden memiliki latar
belakang pendidikanresponden di luar akuntansi, ekonomi atau manajemen, sehingga
kemungkinan mereka kurang paham atas pentingnya akuntansi dan pelaporan keuangan.

6|Page
besar responden memiliki jenjang pendidikan terakhir SMA/SMK, dengan latar belakang
pendidikan mayoritas non akuntansi. Hal inilah yang kemungkinan menyebabkan jenjang
pendidikan terakhir tidak mempengaruhi persepsi mengenai pentingnya pembukuan. Variabel
berikutnya adalah latar belakang pendidikan pengusaha UMKM, yang tidak berpengaruh terhadap
persepsi pengusaha UMKM. Hal ini mungkin disebabkan karena mayoritas latar belakang
pendidikan responden yang bukan berasal dari bidang akuntansi maupun ekonomi, sehingga tidak
menganggap pembukuan penting dilakukan secara teratur.

Ukuran usaha berpengaruh positif terhadap persepsi pengusaha UMKM. Pengaruh yang
positif signifikan tersebut menunjukkan bahwa di saat semakin tumbuh dan besarnya usaha
UMKM, maka pengusaha mulai memandang penting kebutuhan laporan keuangan tersebut.
Semakin besar usaha maka pemiliknya mulai memikirkan pentingnya suatu pembukuan dan
pelaporan keuangan untuk membantu dalam pengelolaan asset dan penilaian kinerja
keuangannya. Hasil survey menunjukkan bahwa tidak ada UMKM yang sudah melakukan
pembukuan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan meskipun dalam bentuk yang sangat
sederhana sekalipun dan saat ditanyakan alasannya responden vmenjawab karena usaha mereka
yang masih sangat kecil ini belum membutuhkan hal tersebut dan mereka masih dapat
mengandalkan ingatan mereka dalam mengelola keuangannya.

Variabel lama usaha berdiri ber-pengaruh negatif signifikan. Hal ini berbeda dengan dugaan
awal bahwa lama usaha berdiri berpengaruh positif terhadap persepsi pengusaha. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa semakin muda usia usaha justru akan membuat persepsi yang semakin baik
terkait pentingnya pembukuan.

Terdapat beberapa kendala yang di-alami oleh para pengusaha UMKM dalam menjalankan
pembukuan akuntansinya. Kendala tersebut antara lain masalah kurangrajinnya melakukan
pembukuan, kesibukan usaha yang membuat pembukuan transaksinya menjadi sering terlupakan,
hingga latar belakang pendidikan yang bukan berasal dari bidang akuntansi atau tata buku yang
membuat pemahaman mereka menjadi terbatas. Jika pengusaha UMKM hendak mempekerjakan
staf khusus akuntansi atau menggunakan software khusus akuntansi, bagi sebagianbesar UMKM
alternatif tersebut belumlah menjadi pilihan utama, mengingat biaya untuk mempekerjakan staf
khusus atau membeli software akuntansi masih dirasa cukupmemberatkan dan tidak sesuai
dengan manfaat langsung yang akan diperolehnya.

7|Page
BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan

Respoden UMKM dalam penelitian ini memiliki persepsi bahwa pembukuan dan
pelaporan keuangan merupakan hal yang tidak begitu penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan usahanya. Faktor ukuran usaha berpengaruh positif terhadap persepsi tersebut.
Lama usaha berdiri justru berpengaruh negatif terhadap persepsi, berbeda dengan dugaan
awal. Mungkin karena pada saat awal berdiri pengusaha berusaha memikirkan hal-hal yang
penting dilakukan untuk meningkatkan usahanya ke depan sehingga mereka lebih
mempunyai persepsi yang baik akan pentingnya pembukuan dan pelaporan keuangan.
Sedangkan jenjang pendidikan terakhir beserta latar belakang pendidikannya tidak terbukti
signifikan.

Sistem Siklus Akuntansi menjadi harapan untuk dapat meningkatkan kualitas laporan
keuangan UMKM menjadi lebih baik dari yang ada saat ini. Kendalaterbesar adalah masih
rendahnya pemahaman para pengusaha UMKM yang kelak akan menggunakan Sistem
Akuntansi ini. Pemberian informasi dan sosialisasi serta jenjang pendidikan terakhir
pengusaha ternyata berpengaruh positif terhadap tingkat pemahaman pengusaha terkait
Sistem Akuntansi ini. Selain itu, pihak perbankan atau lembaga UMKM saat ini pun masih
banyak yang belum sepenuhnya memahami mengenai Sistem Akuntansi. Kondisi tersebut
perlu menjadi perhatian pihak-pihak terkait (seperti IAI, Kementerian KUKM) bahwa selama
ini pemberian informasi dan sosialisasi masih belum efektif dan mencapai target yang
diinginkan.

2. Implikasi/rekomendasi

Metode sosialisasi yang diharapkan oleh para pengusaha UMKM terkait SAK ETAP
adalah dengan cara pelatihan yang berkelanjutan dengan pemberian modul praktik kepada
para pengusaha. Menurut mereka dengan cara ini dapat lebih mudah untuk langsung
dipraktekkan pada usaha mereka. Selama ini pelatihan akuntansi ataupun sosialisasi yang ada
lebih bersifat seminar sehari, sehingga hanya memberikan teori namun kurang aspek
prakteknya. Mereka berpendapat pihak yang dinilai paling bertanggung jawab untuk
pelaksanaan sosialisasi ini adalah Kementerian Koperasi dan UKM, sebab menurut
responden Kementerian Koperasi dan UKM yang paling mengerti kondisi UMKM saat ini,

8|Page
mulai darikondisi geografis, latar belakang pengusaha,jenis usaha sehingga pelatihan yang
diberikan.

3. Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah masih rendahnya pemahaman responden


mengenai pentingnya pembukuan bagi perkembangan usahanya menyebabkan ter-batasnya
kemampuan model penelitian untuk menjawab hipotesis. Keterbatasan lainnya adalah jumlah
responden yang masih terbatas dan sebagian besar berlokasi di Marendal. Responden yang
dijadikan sampel penelitian terdiri dari perusahaan dengan skala menengah, kecil, dan mikro,
yang memiliki karakteristik yang berbeda. Kelompok mikro mungkin membutuhkan standar
akuntansi yang jauh lebih sederhana dibandingkan SAK ETAP. Perusahaan dengan skala
kecil dan menengah yang mungkin lebih membutuhkan SAK ETAP untuk menghasilkan
laporan keuangan. Penelitian selanjutnya dapat fokus melakukan penelitian di perusahaan
dengan skala kecil dan menengah.

9|Page
Lampiran

10 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai