Anda di halaman 1dari 65

PROPOSAL

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LINGKUNGAN FISIK DAN


KEBIASAAN KELUARGA TERHADAP PENYAKIT DBD DI WILAYAH
PUSKESMAS SAKO PALEMBANG TAHUN 2022
333

Disusun Oleh:

NAMA : PUTRI DEWI


NIM : 18220010

YAYASAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN KADER BANNGSA


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2022
PROPOSAL

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LINGKUNGAN FISIK DAN


KEBIASAAN KELUARGA TERHADAP PENYAKIT DBD DI WILAYAH
PUSKESMAS SAKO PALEMBANG TAHUN 2022

Diajukan Sebagai Pedoman Penelitian Guna Menyusun Skripsi/Tesis Dalam Rangka


Menyelesaikan Pendidikan Pada Fakultas Kebidanan dan keperawatan Program Studi S1
Keperawatan Universitas Kader Bangsa Palembang

Disusun Oleh:

NAMA : PUTRI DEWI


NIM : 18220010

YAYASAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN KADER BANNGSA


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2022
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Putri Dewi

NIM : 18220010

Fakultas : Kebidanan dan Keperawatan

Program Studi : SI Keperawatan

Judul : Fakor Yang Berhubungan Dengan Lingkungan Fisik Dan


Kebiasaan Keluarga Terhadap Penyakit DBD Di Wilayah
Puskemas Sako Palembang Tahun 2022

Dengan ini menyatakan bahwa Proposal/Skripsi Penelitian ini saya buat sendiri

dengan tidak melakukan tindakan Plagiatisme, dan saya bertanggung jawab

sepenuhnya atas isi Skripsi ini. Apabila ternyata saya mengingkari pernyataan ini

maka saya bersedia menerima sanksi apapun dari pendidikan.

Demikian pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Yang Menyatakan,

(Putri Dewi)
NIM.18220010
HALAMAN PENETAPAN
SK.Rektor UKB No. 272/B-SK.Skripsi/UKB/III/2022,Tanggal 2022
REKTOR UKB MENETAPKAN
JUDUL DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Saya yang bertanda tanda dibawah ini:

Nama : Putri Dewi

NIM : 18220010

Fakultas : Kebidanan dan Keperawatan

Program Studi : SI Keperawatan

Judul : Fakor Yang Berhubungan Dengan Lingkungan


Fisik Dan Kebiasaan Keluarga Terhadap Penyakit
DBD Di Wilayah Puskemas Sako Palembang
Tahun 2022

Pembimbing I/ Materi : Ns. Andre Utama Saputra, S.kep, M.kep

Pembimbing II/Tekhnis : Ns. Ranida Arsi, S.Kep, M.kes, M.Kep

Universitas Kader Bangsa Palembang

Dr.Hj.Irzanita,SH,SE.,SKM.,MM.,M.Kes.
HALAMAN PENETAPAN
SK.Rektor UKB No. 272/B-SK.Skripsi/UKB/III/2022,Tanggal 2022
REKTOR UKB MENETAPKAN
JUDUL DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Saya yang bertanda tanda dibawah ini:

Nama : Putri Dewi

NIM : 18220010

Fakultas : Kebidanan dan Keperawatan

Program Studi : SI Keperawatan

Judul : Fakor Yang Berhubungan Dengan Lingkungan


Fisik Dan Kebiasaan Keluarga Terhadap Penyakit
DBD Di Wilayah Puskemas Sako Palembang
Tahun 2022

Pembimbing I/ Materi : Ns. Andre Utama Saputra, S.kep, M.kep

Pembimbing II/Tekhnis : Ns. Ranida Arsi, S.Kep, M.kes, M.Kep

Universitas Kader Bangsa Palembang

Dr.Hj.Irzanita,SH,SE.,SKM.,MM.,M.Kes.
HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Putri Dewi

NIM : 18220010

Fakultas : Kebidanan dan Keperawatan

Program Studi : SI Keperawatan

Judul : Fakor Yang Berhubungan Dengan Lingkungan


Fisik Dan Kebiasaan Keluarga Terhadap Penyakit
DBD Di Wilayah Puskemas Sako Palembang
Tahun 2022

Proposal penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan

Pembimbing Materi Pembimbing Teknis

Ns. Andre Utama Saputra, S.kep, M.kep Ns.Ranida Arsi, S.Kep, M.kes, M.Kep

Menyetujui

a.n Rektor Universitas Kader Bangsa

Dekan Fakultas Kebidanan dan Keperawatan


HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Putri Dewi

NIM : 18220010

Fakultas : Kebidanan dan Keperawatan

Program Studi : SI Keperawatan

Judul : Fakor Yang Berhubungan Dengan Lingkungan


Fisik Dan Kebiasaan Keluarga Terhadap Penyakit
DBD Di Wilayah Puskemas Sako Palembang
Tahun 2022

Proposal penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan

Pembimbing Materi Pembimbing Teknis

Ns. Andre Utama Saputra, S.kep, M.kep Ns.Ranida Arsi, S.Kep, M.kes, M.Kep

Menyetujui

a.n Rektor Universitas Kader Bangsa

Dekan Fakultas Kebidanan dan Keperawatan


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “FAKTOR YANG BERHUNGAN DENGAN

LINGKUNGAN FISIK DAN KEBIASAAN KELUARGA TERHADAP

PENYAKIT DBD DI WILAYAH PUSKESMAS SAKO PALEMBANG TAHUN

2022” tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan proposal penelitian ini, penulis menyadari masih banyak

kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang

penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun untuk kesempurnaan penyusunan skripsi penelitian ini.

Penulisan skripsi Penelitian ini juga tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan

serta petunjuk dari pembimbing serta pihak-pihak lain yang telah bersusah payah

membantu menyelesaikan skripsi Penelitian ini, Maka perkenankanlah penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ferry Preska, ST, Mse, EE, Phd, Selaku Ketua Yayasan Kader Bangsa

Palembang

2. Ibu DR. HJ. Irzanita, SH, SE, SKM, MM, M.Kes Selaku Rektor Universitas

Kader Bangsa Palembang


3. Bapak Ferroka Putra Wathan, B.Eng. MH, Selaku Wakil Rektor 1 Universitas

Kader Bangsa Palembang

4. Bapak Ahmad Arif, SpOG, Selaku Wakil Rektor II Universitas Kader Bangsa

Palembang

5. Ibu Hj. Siti Aisyah, S. Psi, SST, M.Kes Selaku Dekan Fakultas Kebidanan dan

Keperawatan Universitas Kader Bangsa Palembang.

6. Bapak Musdalifah, S.Pd Beserta Seluruh Staf SMK Kader Bangsa Palembang

yang telah membantu penulis dalam permintaan data dan penelitian

7. Bapak Ns, Andre Utama Saputra S.kep, M.kep Selaku Dosen pembimbing materi

yang telah memberikan bimbingan, saran, serta petunjuk dalam skripsi ini

8. Ibu Ns, Ranida Arsi S.kep, M.kes, M.kep Selaku ketua Program Studi S1

Keperawatan Universitas Kader Bangsa Palembang dan Selaku Pembimbing

Tekhnis yang telah memberikan bimbingan, serta petunjuk dalam Skripsi ini

9. Ns , S.Kep, M.Kep Selaku Dosen Penguji yang telah memnberikan bimbingan,

saran, serta petunjuk dalam skripsi ini

10. Para Staf dan dosen pengajar jurusan Keperawatan Universitas Kader Bangsa

Palembang yang telah mau berbagi ilmunya

11. Teman-teman seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

12. Tersayang dan teristimewa Ayah, Ibu dan Adek yang tidak henti-hentinya

mendoakan Penulis dan keluarga yang turut serta membantu dalam perjuangan
hidup Penulis tanpa rasa lelah secara tulus dan penuh kasih sayang. Semoga Allah

dapat memberikan balasan terbaik bagi amal ibadah didunia dan akhirat.

Semoga Allah SWT menerima amal baik dan membalas apa yang telah diberikan

dengan setulus hati, dengan penuh kesadaran dan kelemahan pada skripsi Penelitian

ini, Penulis senantiasa mengahrapakan dan menerima masukan beruba kritik yang

bersifat membangun dan saran dari berbagai pihak guna kesempurnaan skripsi ini.

Wassalamualaikum Wr.wb…

Palembang, juli 2022

Peneliti
SURAT PERNYATAAN…………………………………………………………………………………………………………...

i
HALAMAN PENETAPAN ……………………………………………………………………………………………………….ii

HALAMAN PENETAPAN……………………………………………………………………………………………………….iii

HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………………………………………………………………iv

HALAMAN PERETUJUAN………………………………………………………………………………………………………v

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………….vi

PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................1
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH...................................................................................5
1.3 PEMBATASAN MASALAH .................................................................................6
1.4 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................6
1.4.1 SECARA SIMULTAN.....................................................................................6
1.4.2 SECARA PARSIAL?.............................................................................................6
1.5 TUJUAN PENELITIAN..........................................................................................7
1.5.1 TUJUAN UMUM............................................................................................7
1.5.2 TUJUAN KHUSUS.........................................................................................7
1.6 MANFAAT PENELITIAN......................................................................................8
1.6.1 SECARA TEORITIS.......................................................................................8
1.6.2 SECARA PRAKTIS.........................................................................................8
BAB ll......................................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................9
2.1 DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)....................................................................9
2.1.1 DEFINISI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)............................................9
2.1.2 ANATOMI FISIOLOGI........................................................................................10
2.1.3 ETIOLOGI DBD...................................................................................................13
2.1.4 MANIFESTASI KLINIS DBD.............................................................................13
2.1.5 VIRUS DENGUE DBD........................................................................................14
2.1.6 INFEKSI VIRUS DENGUE (IVD) DBD.............................................................16
2.1.7 PATOGENESIS DBD...........................................................................................17
2.1.8 KOMPLIKASI DBD.............................................................................................18
2.1.8. PEMERIKSAAN LABORATURIUM DBD.......................................................18
2.1.9 PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN DBD............................................19
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN(DBD)........23
2.3 KONSEP ANAK..........................................................................................................28
2.3.1 DEFINISI ANAK..................................................................................................28
2.3.1KARATERISTIK ANAK USIA SEKOLAH DASAR...........................................29
2.4PENGERTIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS......................................................30
2.6 KERANGKA TEORI...................................................................................................31
2.5 PENELITI TERKAIT..................................................................................................32
BAB III..................................................................................................................................48
3.1KERANGKA KONSEP................................................................................................48
3.2 HIPOTESIS PENELITIAN..........................................................................................49
3.2.1 HIPOTESIS MAYOR...........................................................................................49
3.2.2HIPOTESIS MINOR..............................................................................................49
BAB IV..................................................................................................................................50
METODE PENELITIAN....................................................................................................50
4.1 JENIS PENELITIAN...................................................................................................50
4.2WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN.......................................................................50
4.3POPULASI DAN SAMPEL.........................................................................................50
4.3.1POPULASI PENELITIAN.....................................................................................50
4.3.2 SAMPEL PENELITIAN.......................................................................................50
4.4 DEFINISIS OPERASIONAL;.....................................................................................52
4.5 PENGUMPULAN DATA............................................................................................55
4.6 PENGOLAH DATA....................................................................................................55
4.7 ANALISIS DATA.......................................................................................................56
1) ANALISIS UNIVARIAT.......................................................................................56
2) ANALISIS BIVARIAT..........................................................................................56
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi virus
yang penyebarannya dilakukan oleh nyamuk Aedes aegypti (Rulen, dkk.,
2017). Kejadian demam berdarah (DBD) telah meningkat secara dramastis di
seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. Sebagian besar kasus DBD
tidak menunjukan gejala dan karenanya jumlah aktual kasus DBD tidak di
laporkan dan banyak kasus salah di klarisifikasikan. Secara global, WHO
mencanangkan bahwa pada tahun 2020 morbiditas DBD harus diturunkan
sebanyak 25% dan tingkat kematian harus diturunkan sebanyak 50%. Untuk
mencapai target tersebut diperlukan berbagai strategi, baik penanggulangan
vektor maupun dengan upaya lainnya termasuk program vaksinasi. (WHO,
2020). Negara Asia Tenggara merupakan negara yang paling banyak terjadi
kasus DBD dan sering mengalami peningkatan. Selain itu juga, menurut WHO
negara Indonesia merupakan negara kedelapan di Asia yang mengalami
penyakit demam berdarah tertinggi dan jumlah DBD di Indonesia cenderung
mengalami peningkatan (Handayani, 2020).

Tahun 2020, kasus DBD di Indonesia sebanyak 76.802 kasus, dengan


jumlah kematian yaitu 785 orang. Angka kesakitan (Incidence rate) DBD yaitu
42,35 per 100.000 penduduk, sedangkan case fatality rate (angka kematian)
yaitu 2,62% (Kemenkes RI, 2020).Pada tahun 2020, dilaporkan kasus DBD di
Sumatera Selatansebanyak 9.675 kasus dengan angka kesakitan atau Incidence
Rate (IR) sebesar 45,67/100.000 penduduk, sedangkan angka kematian atau
Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,81%, dengan jumlah kasus yang meninggal
yaitu 47 jiwa (Dinkes sumsel) 2020). Berdasarksn profil kesehatan kota
Palembang tahun 2020, kejadian DBD sebanyak 435 kasus lalu mengalami
peningkatan di tahun 2021 kejadian DBD menjadi 450 kasus di antaranya, ada
3 puskesmas dengan kasus tertinggi yaitu puskesmas Puskesmas Sako 18
kasus, dan Puskesmas Boom baru 13 kasus dan Puskesmas Sabokingking 16
kasus ada juga beberapa Puskes dengan kasus terkecil yaitu Puskesmas Sosial 9
kasus, Puskesmas 4 Ulu 4 kasus, Puskesmas Alang-alang lebar 9 kasus, dan
Puskesmas Taman Bacaan dengan 9 kasus (Dinkes Kota Palembang 2021).

Indonesia termasuk negara yang beriklim tropis yang merupakan tempat


hidup favorit bagi nyamuk, sehingga Demam Berdarah Dengue (DBD)
biasanya menyerang saat musim penghujan, anak-anak merupakan sasaran dari
gigitan nyamuk, sehingga jika tidak segera ditangani, demam ini bisa menjadi
penyakit yang mematikan. Masalah Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan yang cenderung meningkat
jumlah penderita serta semakin luas penyebarannya sejalan dengan
meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.. (Hilya, 2019). Pada hasil
studi pendahuluan peneliti 02 juli 2022 dengan pemegang demam berdarah
dengue di puskesmas Sako, pada tahun 2022 terjadi kasus kesakitan sebanyak
21 orang dan 0 meninggal dengan 44.967 jumlah penduduk rata-rata yang
terkena DBD anak usia sekolah.

Lingkungan fisik adalah lingkungan alamiah yang berpengaruh terhadap


penyebaran kasus DBD antara lain: faktor lingkungan fisik (kepadatan rumah,
keberadaan kontainer, suhu, kelembaban) (Apriliana dkk, 2017). Setiap hasil
penelitian di kecamatan endemis tiap wilayah berbeda-beda, seperti penelitian
Fransiska (2018), menunjukkan faktor suhu udara mempunyai hubungan
terhadap kejadian DBD dengan nilai p value,001.Berdasarkan hasil riset
tentang kelembaban oleh Sari dkk (2017), menunjukkan p value sebesar 0,692
artinya kelembaban tidak berhubungan dengan kejadian DBD. hal ini sejalan
dengan penelitian Wijirahayu (2019) kelembaban tidak berhubungan dengan
DBD p value, 642. Pada penelitian pencahayaan ditemukan hasil statistik
Wijirahayu (2019), pencahayaan berhubungan dengan DBD p value, 039.
Namun, hasil penelitian Munawir (2018) berbeda, pencahayaan tidak
berhubungan dengan DBD p value 0,670. Keberadaan jentik di penampungan
air terbuka dan di area gelap berhubungan dengan kejadian DBD p value 0,000
artinya ada pengaruh antara keberadaan jentik nyamuk terhadap kejadian DBD,
dan nilai OR 7,827 yang berarti penderita DBD beresiko 7,827 kali terjadinya
terdahap DBD. Berdasarkan hasil penelitian Kusumawati (2017), tindakan
menggantung pakaian berhubungan dengan DBD p value 0,016. Sejalan
dengan penelitianRianasari dkk (2016), tindakan menggantung pakaian
berhubungan dengan kejadian DBD p value 0,031. Berdasarkan hasil penelitian
(Riana Sari dkk, 2016) ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan
memakai lotion anti nyamuk dengan kejadian DBD dengan p value = 0,041 dan
OR = 4,200, menunjukkan bahwa sampel yang tidak mempunyai kebiasaan
memakai lotion anti nyamuk mempunyai risiko 4,200 kali lebih besar
menderita DBD daripada sampel yang mempunyai kebiasaan memakai lotion
anti nyamuk (Ayun dan Eram, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian Utomo (2017), tindakan membersihkan


penampungan air berhubungan dengan kejadian DBD p value 0,000. Hal ini
sejalan dengan Ayun dan Eram (2017), tindakan membersihkan penampungan
air juga berhubungan dengan kejadian DBD p value 0,002. Tempat
penampungan air terbuka dianjurkan untuk dibersihkan minimal seminggu
sekali agar mengurangi frekuensi jentik nyamuk di dalamnya (Ayun dan Eram,
2017). Berdasarkan hasil penelitian lain, ada hubungan yang bermakna
keberadaan kawat kasa dengan kejadian DBD dengan p value = 0,024 dan OR
= 4,545, menunjukkan bahwa sampel yang tidak memasang kawat kasa
mempunyai risiko 4,545 kali lebih besar menderita DBD daripada sampel yang
memasang kawat kasa (Ayun, Eram, 2017).
Tingkat kepadatan larva nyamuk yang tinggi di suatu wilayah dapat
memberikan gambaran awal masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut
memiliki resiko untuk mengalami demam berdarah dengue. Kondisisanitasi
lingkungan yang buruk dapat memberikan lingkungan yang ideal bagi nyamuk
untuk berkembangbiak sehingga dapat meningkatkan jumlah breeding site Hal
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Kutaraya Kayu Agung (Imanuel soni Tanudjaya 2019). Berdasarkan analisis
Chi-square. didapatkan variabel yang berhubungan dengan keberadaan larva
Aedes sp. adalah kelembaban udara (p=0,015), pencahayaan alami (p=0,000),
keberadaan sampah padat (p=0,001), dan penggunaan kawat kasa (p=0,010).
Hasil analisis multivariat didapatkan variabel pencahayaan alami merupakan
variabel yang paling dominan dalam memengaruhi keberadaan larva Aedes sp
dengan keberadaan larva nyamuk Aedes sp. Penelitian yang dilakukan oleh
Novita (2020) menunjukan bahwa ada hubungan antara sanitasi lingkungan
yaitu kebiasaan menggantung pakaian, pengunaan obat nyamuk, penggunaan
kelambu, tindakan PSN, pemasangan kawat kasa, kepadatan hunian dan
keberadaan jentik dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Sako
Palembang. Hal ini menunjukan bahwa sanitasi yang buruk bisa mengakibatkan
penyakit DBD, maka dari itu masyarakat harus memperhatikan lingkungan
sekitar tempat tinggal yang bisa menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti.

keperawatan komunitas merupakan perpaduan antara keperawatan dan


kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang di tujukan kepada individu, keluarga ,
kelompok serta masyarakat secara kesatuan utuh melalui proses keperawatan
(nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan. (M. Agung Akbar
2019). Ada banyak sekali peran yang dijalankan oleh perawat komunitas dalam
mengorganisasikan upaya-upaya kesehatan yang di jalankan melalui pusat
kesehatan masyarakat (puskesmas), yang merupakan bagian dari instusi
pelayanan dasar utama baik melalui program di dalam atau di luar gedung pada
keluarga, kelompok-kelompok khusus dan sebagainya. Sesuai dengan peran,
fungsi dan tanggung jawabnya peran yang dapat di laksanakan di antaranya
adalah sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, pendididk, coordinator
pelayanan kesehatan, pengorganisasi pelayanan kesehatan (organizer), panutan
(role model), sebagai fasilitator (tempat bertanya),dan sebagai pengelola
(manager) (Wahid Iqbal Mubarak 2009). Kemudian, peniliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Faktor yang berhubungan dengan lingkungan
fisik dan kebiasaan keluarga terhadap kejadian demam berdarah dengue
diwilayah Puskesmas Sako Palembang”

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi sebagai
masalah, antara lain:
Penyakit DBD termasuk salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama di Indonesia. Penyakit ini pertama kali dilaporkan setelah adanya
kejadian luar biasa (KLB) di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968. Demam
Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi virus yang
penyebarannya dilakukan oleh nyamuk Aedes aegypti (Rulen,dkk.,2017).
masyarakat dapat lebih memahami bahwa menjaga sanitasi lingkungan fisik
rumah merupakan salah satu cara untuk mengurangi tingkat kepadatan larva
nyamuk yang dapat mengurangi resiko, dampak atau bahaya penyakit demam
berdarah dengue jika dibiarkan. Lingkungan fisik rumah yang dimaksud yaitu
ventilasi berkasa, luas lantai, breeding place, kepadatan hunian, kelembaban,
dan pencahayaan. Selain itu praktik pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang
terdiri dari menguras atau menyikat tempat panampungan air (TPA), menutup
tempat penampungan air (TPA) dan Memanfaatkan dan Mendaur ulang barang
bekas. Menurut penelitian tersebut didapatkan adanya hubungan yang bermakna
antara faktor-faktor sanitasi lingkungan berupa keberadaan barang bekas (p-
value 0,011), keberadaan tempat penampungan air (p-value 0,000), dan
keberadaan pakaian menggantung (p-value 0,002) terhadap keberadaan larva
nyamuk Aedes sp
1.3 Pembatasan Masalah
kejadian kasus DBD yang terus meningkat maka peneliti membatasi
masalah ini dengan melakukan penelitian tentang Faktor yang berhubungan
dengan lingkungan fisik (Kelembaban udara, kebersihan sanitasi lingkungan,
dan Kepadatan rumah) dan kebiasaan keluarga (kebiasaan menggantung
pakaian, keberadaan jentik, tindakan pembersihan penampungan air) terhadap
penyakit DBD diwilayah Puskesmas Sako Palembang.
1.4 Rumusan Masalah
1.4.1 Secara Simultan
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka yang jadi masalah
dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Faktor lingkungan dan
kebiasaan keluarga secara simultan terhadap DBD diwilayah Puskesmas
Sako Palembang tahun 2022”.

1.4.2 Secara parsial ?


1. Apakah ada hubungan kelembaban ruangan deangan kejadian
Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Sako ?
2. Apakah ada hubungan kepadatan hunian dengan kejadian Demam
Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Sako ?
3. Apakah ada hubungan membersihkan tempat penampungan air
dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja
Puskesmas Sako ?
4. Ada hubungan tindakan menggantung pakaian dengan kejadian
Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Sako?
5. Apakah ada hubungan memasang ventelasi kawat kasa dengan
kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas
Sako?
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang
berhubungan dengan kejadian DBD Di wilayah kerja Puskesmas Sako
palembang
1.5.2 Tujuan Khusus.
1. Mengetahui hubungan kelembaban ruangan dengan kejadian Demam
Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Sako
2. Mengetahui hubungan kepadatan hunian dengan kejadian Demam
Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Sako
3. Mengetahui hubungan membersihkan penampungan air dengan
kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Sako
4. Mengetahui hubungan tindakan menggantung pakaian dengan
kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Sako
5. Mengetahui hubungan memasang ventelasi kawat kasa dengan
kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Sako
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Secara Teoritis
Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat menjadi informasi
mengenai demam berdarah dngue, lingkungan fisik dan kebiasaan
keluarga terhadap kejadian DBD sehingga tidak menimbulkan penyakit
degenerative lain.
1.6.2 Secara praktis
1. Bagi Peneliti

Sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa


perkuliahan dan sebagai pengalaman dilapangan serta bisa
memperluas pengetahuan mengenai determinan kejadian Demam
Berdarah Denngue (DBD)

2. Bagi Fakultas

Sebagai tambahan literatur perpustakaan serta referensi bagi


Mahasiswa atau Mahasiswi lain yang akan melakukan penelitian
yang sama dengan tempat penelitian dan desain yang berbeda

3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini sebagai informasi dan masukan bagi masyarakat
untuk lebih memperhatikan kesehatan lingkungan hidupnya terutama
dalam upaya mencegah kejadian Demam Berdarah (DBD)
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)

2.1.1 Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD)


Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari oleh
nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus. Nyamuk Aedes aegypti
merupakan nyamuk yang paling berperan dalam penularan penyakit DBD
yaitu karena hidupnya di dalam dan sekitar rumah, sedangkan Aedes
albopictus hidupnya dikebun sehingga lebih jarang kontak dengan
manusia. Kedua jenis nyamuk tersebut terdapat hampir diseluruh pelosok
Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1.000
meter diatas permukaan laut, karena pada ketinggian tersebut suhu udara
terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup
dan berkembang biak (Masriadi,2017). Demam Berdarah Dengue (DBD)
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti, yang ditandai dengan demam
mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lesu/letih, gelisah,
nyeri ulu hati, disertai tanda-tanda pendarahan dikulit berupa bintik
pendarahan, lebam atau ruam (paru-paru). Kadang-kadang mimisan,
berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Depkes RI,
2017).

Aedes aegypti dilaporkan pertama kali pada tahun 1968 di


Indonesia, yaitu di Jakarta dan suarabaya. Karyanti (2009) melaporkan
bahwa DBD mulai dikenal pertama kali pada tahun 1968 di DKI Jakarta
dan surabaya serta terus menyebar ke seluruh 33 Provinsi di Indonesia.
Menerut pusat data dan surveilans Epidemologi Kemenkes RI dalam
bulletin jendela epidemologi 2010, ditemukan 58 kasus DBD dengan 24
kasus mengakibatkan kematian (Buchori et al., 2017). Data kemenkes RI
hingga desember 2014, penderita demam berdarah dengue (DBD) di 34
Provinsi tercatat sebanyak 71.668 orang, dan 641 orang diantaranya
meninggal dunia (kemenkes RI, 2005). Penerapan deteksi dini infeksi
virus dengue dan penatalaksaan yang lebih baik dapat menurunkan case-
fatality rates sebelum decade tahun 2000. Perubahan demografis dan
sosial, seperti urbanisasi penduduk yang tidak terkontrol menyebabkan
permasalahan di aspk suplai air dan pembuangan sampah sehingga
meningkatkan perkembangbiakkan spesies vektor aedes aegypti (WHO,
2011).

2.1.2 Anatomi Fisiologi Hematologi


Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian.Bahan
intraseluler adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat
unsur-unsur padat, yaitu sel darah.Volume darah secara keseluruhan kira-
kira merupakan satu perdua belas berat badan atau kira-kira 5
liter.Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45 persen sisanya
terdiri dari atas sel darah.47 untuk mengirimkan zat-zat serta oksigen
yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh. Tak hanya itu saja, darah juga
berfungsi untuk mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan
juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri yang bisa
menimbulkan masalah kesehatan serius (Setiaputri 2021). Komponen
darah terdiri atas:

1) Plasma
Plasma adalah cairan yang berwarna kuning yang dalam reaksi bersifat
sedikit alkali. Fungsi plasma bekerja sebagai medium (perantara)
untuk penyluran makanan, mineral, lemek, glukosa, dan asam amino
ke jaringan. Juga merupakan untuk mengangkat bahan buangan seperti
urea, asam urat, dan sebagian dar karbondioksida. Dalam plasma darah
juga terdapat :
a) Protein plasma, albumin
Dalam keadaan normal terdapat 3 sampai 5 g albumin dalam setiap
100 ml darah. Fungsi albumin diantaranya adalah :
1) Bertanggung jawab atas tekanan osmotic yang mempertahankan
volume darah.
2) Banyak zat khusus yang beredar dalam gabungan dengan
albumin dan menyediakan protein untuk jaringan
b) Globulin
Dalam keadaan normal ada 2 sampai 3 g glolubin dalam setiap 100
ml darah. Dibandingkan dengan albumin, penyediaan tekanan
osmotic oleh globulin kurang penting, tetapi dibidang lain lebih
penting: misalnya semua antibody (zat penolak) yang melindungi
tubuh adalah globulin.
2) Sel darah
Sel darah terdiri atas tiga jenis :
a) Sel darah merah atau eritrosit
Berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya,
sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit
yang saling bertolak belakang. Dalam setiap milimeter kubik darah
terdapat 4.500.000 sampai 5.500.000 juta/ul .Sel darah merah
memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino,
sel darah merah juga memerlukan zat besi, sehingga untuk
membentuk penggantinya di perlukan diet seimbang yang berisi zat
besi.Sel darah merah dibentuk dalam susmsusm tulang belakan,
terutama dari tulang pendek, pipih, dan tidak berurutan, dari
jaringan kanselus pada ujung tulang pipa, dari susmsum dalam
batang iga-iga, dari sternum. Perkembangan sel darah merah dalam
sum-sum tulang melalui berbagai tahap: mula-mula besar dan berisi
nucleus, tetapi tidak ada haemoglobin; kemudian dimuati
haemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleusnya, kemudian baru
diedarkan ke dalam sirkulasi darah. Rata-rata panjang hidup darah
merahkira-kira 115 hari, eritrosit bertugas membawa haemoglobin
yang telah terikat oksigen dari paru-parumenuju jaringan lain.
Selain itu, sel darahmerah yang telah mengangkut oksigen, harus
mengangkut haemoglobin yang telah terikat karbondioksida
kembali ke paru-paru untuk melanjutkan siklus pernapasan
manusia.Sel darah putih atau leukosit Rupanya bening tidak
berwarna, bentuknya lebih besar daripada sel darah merah, tetapi
jumlahnya lebih kecil. Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat
6.000 sampai 10.000 (untuk dewasa) dan 7.000 sampai 17.000
(untuk bayi) sel darah putih, sel darah putih berfungsi dalam
menjaga kekebalan dan pertahanan tubuh, leukosit ini bertugas
untuk menetralkan bakteri dan kuman yang masuk melalui aliaran
darah atau dari luka yangterbuka.
b) Trombosit
Trombosit adalah sel kecil kira-kira spertiga ukuran sel darah
merah.Terdapat 300.000 trombosit dalam setiap milimeter kubik
darah.Perannya penting dalam penggumpalan darah.

2.1.3 Etiologi DBD


Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue kelompok
Arbovirus B, yaitu arthropodborne virus atau virus yang disebarkan oleh
artropoda.Virus ini termasuk genus Flavivirus dan family Flaviviridae.
Sampai saat ini di kenal ada 4 serotype virus yaitu :(1) Dengue 1 di
isolasi oleh Sabin pada tahun 1944, (2) Dengue 2 di isolasi oleh Sabin
pada tahun 1944, (3) Dengue 3 di isolasi oleh Sather (4) Dengue 4
diisolasi oleh Sather. Keempat tipe virus tersebut telah ditemukan di
berbagai daerah Indonesia dan yang terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3
(Masriadi, 2017). Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10
hari terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit
orang lain maka virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk.
Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4-6 hari dan
orang tersebut akan mengalami sakit demam berdarah dengue. Virus
dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan berada dalam darah
selama satu minggu (Kunoli, 2013).

2.1.4 Manifestasi Klinik DBD.


Dan gejala yang mungkin muncul pada klien dengan DHF yaitu:
Demam atau riwayat demam antara 2-7 hari. Keluhan pada saluran
pencernaan, mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi. Keluhan system
tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi,
nyeri uluh hati,dan lain-lain. Temuan-temuan laboratorium yang
mendukung adanya trombosit openia (kurang atau sama dengan
100.000/mm3. Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan
derajat DHF dengan masa inkubasi antara 13 – 15 hari, tetapi rata –rata
5-8 hari. Gejala klinis timbul secara mendadak berupa suhu tinggi 2-7
hari, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang – kadang muntah dan
batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah
supraorbital dan retrobital. Nyeri di bagi antara terutama di rasakan bila
otot perut ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan pembengkakan,
lakrimasi, fotofobia, otot sekitar mata terasa pegal. Ruam berikutnya
mulai antara 3-6 hari, mula – mula terbentuk macula besar yang
kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak –
bercak. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian
menjalar keseluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini
berkurang dan cepat menghilang, bekas – bekasnya terasa gatal.Nadi
klien mula – mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari
ke 4 dan ke 5. Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam
penyembuhan. Gejala perdarahan mulai pada hari ke 3 dan ke 5 berupa
ptekia, purpura, ekimosis, hematemesis, epitaksis. Juga kadang terjadi
syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari
ke 3 dan ke 7 dengan tanda; klien menjadi makin lemah, ujung jari,
telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil
dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau
kurang.

2.1.5 virus dengue DBD


Virus dengue merupakan virus penyebab infeksi virus dengue
termasuk demam berdarah dengue (DBD). Penyakit ini masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang penting, bersifat endemis dan timbul
sepanjang tahun.Penyakit ini dapat ditularkan kepada manusia melalui
gigitann yamuk Aedes egypti, Aedes albopictus, dan Aedes polynesiensis.
Telah dilaporkan lebih dari 100 negara didunia, bahwa dua juta orang
telah terinfeksi dan 10.000 kematian setiap tahunnya telah terjadi.
Penyakit masih menjadi salah satu penyakit yang under-reported. Virus
dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus flavivirus, terdiridari
4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Struk antigen ke-4
serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun terhadap antibody
terhadap masing-masing serotype tidak dapat saling memberikan
perlindungan silang. Variasi genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe ini
tidak hanya menyangkut antar-serotipe, tetapi juga subtipe (genotipe)
didalam serotype itu sendiri tergantung waktu dan daerah penyebarannya.
Pada masing-masing segmen codon, variasi diantara serotype dapat
mencapai 2,6-1,0% pada tingkat nukleotida dan 1,3-7,7% untuk tingkat
protein. Perbedaan urutan nukleotida ini ternyata menyebabkan variasi
dalam sifat biologis dan antigenetasinya (leitmeyer, 1999).

Virus dengue termasuk dalam genus flavivirus, family flaviviridae,


yang terdiri dari 10.700 basadidalamgenomnya.Virus dengue terdiri dari
single-stranded sense (ssRNA sense+). Didalam genomnya, terdapat
sebuah single open reading frame (ORF) yang mengkode 2 macam
protein yaitu protein structural dan protein nonstructural. Protein
structural terdiridari C (protein inti/capsid/core), serta 7 macam protein
nonstructural yaitu NS1, NS2A, NS2B, NS3, NS4A, NS4B, NS5, yang
ditandai oleh sebuah 5’ dan 3’ nontranslated region (NTR) pada kedua
ujungnya. Protein structural merupakan 25% dari total protein, sedangkan
protein non structural merupakan bagian terbesar (75%) terdiridari NS-1,
- NS-5. Kemampuan untuk merangsang pembentukan antibody diantara
protein structural, urutan imun ogenitas tertinggi adalah protein E, yang
di ikuti oleh protein prM, dan C, sedangkan pada protein non struktural
yang paling berperan adalah protein NS-1 (leitmeyer, 1999).

2.1.6 infeksi virus dengue (IVD) DBD


Infeksi virus adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan
dapat menyebabkan berbagai manifestasi, yaitu asimtomatis dan
simtomatis. Simtomatis dapat berupa demam non spasefik karena
dengue, dan expanded dengue syndrome (who 2012). Virus dengue
merupakan mosquito-borne flavivirus yang diperkirakanmenyebabkan
390 jutainfeksi, 96 juta kasus dengue, dan hamper 500.000 angka rawat
inap pertahunnya. Virus dengue merupakan golongan arbo virus yang
endemic diasia termasuk Indonesia. Virus dengue termasuk kedalam
genus flavivirus dan aggota family flaviviridae, virus ini memiliki empat
serotipe, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Denom virus
dengue berupa RNA untai tunggal berukuran ± 10,7 kilo basa (kb). RNA
genom virus dengue merupakan RNA positive-sense yang mengkode tiga
protein structural (C, M, dan gliko protein E) dan tujuh protein non-
struktural (NS1, NS2a, NS3, NS4a, NS4b, dan NS5) (beatty et.al Gusman,
2010).

Protein non struktural 1DENV NS1 (sNS1) adalah protein yang


terglikosilasi, memiliki berat molekul 48-kD yang berperan dalam
reflikasi virus dan penghindaran sistem imun. NS1 awalnya
ditranslasikan dalam bentuk monomer diretikulum endoplasma tetapi
membentuk dimer secara cepat dan berasosiasi dengan replika kompleks
virus dipermukaan membrane reticulum endoplasma (Beatty et al.,
2015). Secreted soluble DENV NS1 (sNS1) ditemukan dalam serum
pasien selama akut dan digunakan sebagai indikator diagnostik infeksi
virus dengue akut. Tingkat sNS1 yang tinggi berhubungan dengan
peningkatan derajat keparahan infeksi virus dengue, walaupun belum
jelas kemaknaannya atau hanya sebagai petanda peningkatan viremia
pada beberapa kasus (Beatty et al., 2015). NS 2 berfungsi sebagai enzim
proteolitik untuk pematangan NS1. NS3 merupakan enzim tripsin yang
akan memecah poliprotein prekursor protein virus dan juga sebagai
kompenen RNA polymerase viral. NS4 adalah protein hidrofobik yang
fungsinya belum jelas. NS5 adalah protein terbesar, dengan berat molekul
150.000b Dalton, bertindak sebagai RNA polymerase (gusman 2010).
Pemahaman mengenai pathogenesis IVD mutlak harus dikuasai untuk
pemilihan parameter laboraturium dan untuk menginterprestasi hasil
pemeiksaan laboraturium. Pemeriksaan laboraturium saat ini selain darah
lengkap (Hb, hemaktrokrit, jumlah dan hitung jenis leukosit, jumlah
trombosit,) hapusan darah tepi, idealnya diikuti tes fungsi hati yaitu
SGOT, SGPT, dan albumin serta pemeriksaan serologis. Saat ini banyak
digunakan peralatan PCR, baik PCR konvensional maupun real time
PCR (RT-PCR).

2.1.7 Patogenesis DBD


RNA virus dengue diselubungi oleh nukleokapsid dengan
ukuran diameter ± 30 nm. Nukleokapsid tersebut diselimuti oleh
memiliki ketebalan ± 10 nm. Sehingga diameter secara keseluruhan
virion ± 40-50 nm. Siklus hidup dengue melibatkan beberapa tahapan.
Secara ringkas, virion melekat pada permukaan sel penjamu kemudian
memasuki sel melalui proses endositosis yang dimedia sireseptorfcy
(fcyr). Hal ini menunjukan bahwa kondisi asam dalam jalur endositik
dapat memicu perubahan konfirmasi protein prM/E heterodimer yang
mirip dengan matures virion dalam jalur sekretori. Perubahan konfirmasi
ini memfasilitasi pemecahan protein prM oleh furin pada sel penjamu.
Pelepasan pr-peptide masih belum jelas, di duga kompleks ini diproses
kembali ke membrane sel dengan pH netral atau pr-peptide
terdisosialisasi, didalam endosom akibat lingkungan pH yang lebih asam
di bandingkan trans-Golgi network (TGN). Pemecahan yang dimediasi
furin dan disosiasi prM /E di perlukan agar protein E dapat mengawali
fusi membran virus dengan membrane endosomme.

2.1.8 Komplikasi DBD


Demam berdarah yang tidak tertangani dapat menimbulkan komplikasi
serius, seperti dengue shock syndrome (DSS). Selain menampakkan
gejala demam berdarah, DSS juga memunculkan gejala seperti:
1) Tekanan darah menurun.
2) Pelebaran pupil.
3) Napas tidak beraturan.
4) Mulut kering
5) Kulit basah dan terasa dingin

6) Denyut nadi lemah.

7) Jumlah urine menurun.


Tingkat kematian DSS yang segera ditangani adalah sekitar 1-2%.Namun
sebaliknya, bila tidak cepat mendapat penanganan, tingkat kematian DSS
bisa mencapai 40%.Karena itu, penting untuk segera mencari pertolongan
medis, bila Anda mengalami gejala demam berdarah. Pada kondisi yang
parah, demam berdarah bisa menyebabkan kejang, kerusakan pada hati,
jantung, otak, dan paru-paru, penggumpalan darah,syok, hingga kematian
(Tjin Willy 2018).

2.1.8 Pemeriksaan Laboraturium DBD


1) trombositopenia (100.000/ μl ataukurang ¿.
2) hemokonsentrasi, peningkatan hematokrit ≥ 20% dari basal penderita
atau populasi diusia yang sama.

Dua dari Kriteria klinis pertama, ditambah trombosit openia dan hemo
konsentrasi (peningkatan hematokrit) sudah memenuhi untuk penegakan
diagnosis DBD. Jika di jumpai pembesaran liver (hepatomegali) dahulu
pada kriteria klinis pertama, maka dikatakan kecurigaan DBD sebelum
onset kebocoran plasma. Pada kasus syok /SSD, selain ditemukan hasil
laboraturium seperti DBD diatas, juga terdapat kegagalan sirkulasi
ditandai dengan terjadi penurunan demam disertai keluarnya keringat,
ujung tangan dan kaki teraba dingin, nadi cepat atau bahkan melambat
sehingga tidak teraba, serta tekanan darah tidak terukur. Seringkali sesaat
sebelum syok, penderita mengeluh nyeri perut, beberapa tampak lemah
dan gelisah. Pada pemeriksaan laboratories sebaiknya juga dilakukan
pemeriksaan Rumpel Leede (RL) serta darah lengkap selain trombosit
dan hematokrit, yaitu hemoglobin, leukosit, hitung jenis dan hapusan
darah serta pemeriksaan enzim hati. Enzim hati akan meningkat,
kadarnya dapat dimulai dari peningkatan 2× dari batas normal bahkan
ada yang mencapai ratusan dan ribuan. Hal ini disebabkan karena virus
dengue menginfeksi hepatosit dan hepar.

2.1.9 Pencegahan dan Pmberantasan DBD


1) Pecegahan Demam Berdarah Dengue

Pencegahan penyakit demam berdarah sebenarnya ditujukan


pada pencegahan virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes
Aegypti. Tidak semua nyamuk Aedes Aegypti membawa virus dengue
dapat menjadi perantara jika ada salah seorang yang terjangkit
penyakit demam berdarah dengue. Penderita yang telah terinfeksi
virus dengue jika diisap darahnya akan menyebabkan virus tersebut
mendekam di dalam tubuh nyamuk. apabila nyamuk yang
mengandung virus dengue menggigit orang lain yang sehat, orang
tersebut akan terjangkit demam dengue. Jika orang tersebut digigit
nyamuk kedua kalinya dapat memungkinkan terkena penyakit demam
berdarah. Hingga sekarang belum ada obat atau vaksin yang dapat
diandalkan untuk menanggulangi serangan penyakit demam berdarah
ini. Namun, kita tidak perlu kwatir, masih ada beberapa hal yang dapat
kita lakukan untuk melakukan pencegahannya. Pencegahan ini
meliputi menjaga lingkungan dan menjaga daya tahan tubuh.

a) Menjaga Lingkungan
Menjaga lingkungan dalam hal ini adalah menjaga agar lingkungan
terbebas dari demam berdarah dengue. Agar lingkungan dapat
terbebas dari demam berdarah dengue maka kita harus mengetahui
tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti suka
berkembang biak di tempat penampungan air yang tidak terkena
sinar matahari secara langsung. Namun, tempat
perkembangbiakkan semenatara, tempat perkembangbiakkan
permanen, dan tempat perkembangbiakkan alamiah.
1. Tempat Perkembangbiakkan sementara
Tempat perkembangbiakkan sementara terdiri atas berbagai
tempat penampungan air, seperti: vas bunga, pot bunga, talang
air, kaleng bekas, pecahan botol, pecahan gelas, ban mobil
bekas, dan tempat yang dapat ,menampung genangan air
bersih. Tempat ini sering kita lupakan keberadaannya. Nyamuk
suka bertelur di tempat ini terutama setelah turun hujan dan air
tergenang didalamnya.
2. Tempat Perkembangbiakkan Permanen
Tempat perkembangbiakkan permanen terdiri atas tempat
penampungan air bersih untuk keperluan rumah tangga,
seperti: gentong air, bak mandi, bak penampung air bersih.
3. Tempat Perkembangbiakkan Alamiah
Tempat perkembangbiakkan alamiah terdiri atas pelepah daun,
lubang pohon, potongan bambu dan tempurung kelapa. Tempat
perkembangbiakkan yang paling disukai nyamuk Aedes
aegypti adalah bak mandi. Hal ini disebabkan kamar mandi
masyarakat kita umumnya lembab dan kurang sinar matahari.
Ditambah lagi dengan kebiasaan masyarakat yang suka
menampung air untuk keperluan kebersihan diri dan rumah
tangga. Kondisi ini tentu sangat disukai nayamuk itu untuk
bertelur dan berkembangbiak. Menjaga lingkungan agar
terbebas dari demam berdarah dengue harus dilakukan secara
serempak pada tiap-tiap rumah. Hal ini mengigat hampir setiap
rumah masyarakat kita memiliki tempat penampungan air dan
kemungkinan mengandung banyak jentik nyamuk yang
membahayakan kita. Di sudut-sudut rumah kita juga jangan
sampai luput dari perhatian. Lakukan penyemprotan obat
nyamuk pada kamar tidur, ruang tamu, kamar tidur anak-anak
atau bayi, dapur, taman dan tempat-tempat. lain.
b) Menjaga Daya Tahan Tubuh
Selain menjaga lingkungan sekitar, memperkuat daya tahan tubuh
juga harus dilakukan untuk mencegah penularan penyakit demam
berdarah. Menjaga daya tahan tubuh sangat berguna bagi
kesehatan dan kebugaran tubuh yang sehatdan bugar dapat
dilakukan dengan olaharaga yang teratur, memakan makanan
yang bergizi dan tidur yang cukup. Mungkin tanapa disadari, kita
pernah di gigit nyamuk Aedes Aegypti tetapi kita tidak mengalami
demam berdarah atau malah tidak merasakan gangguan kesehatan
yang berarti. Hal ini menunjukan bahwa daya tahan tubuh kita
baik. Namun sebaliknya jika tubuh kita justru terserang penyakit
demam berdarah dengue berate daya tahan tubuh kita kurang baik
atau tidak baik. Berolaharaga sessuai dengan kegemaran kita
merupakan salah satu cara untuk membangun dsaya tahan tubuh.
Olahraga yang cukup tidak dipaksakan, akan menyebabkan aliran
darah lancer dan menyehatkan. Selain olahraga mengkonsumsi
makanan bergizi sangat dibutuhkan untuk kesehatan tubuh. Sayur
dan buah-buahan yang segar dan banyak mengandung vitamin,
terutama vitamin C berguna untuk menunjang daya tahan tubuh
yang baik.
Istirahat yang cukup juga merupakan cara menjaga daya
tahan tubuh. Setelah seharian beraktivitas, tubuh membutuhkan
istirahat yang cukup. tidur yang cukup dan berkualitas antara 7-8
jam sangat membantu tenaga dan stamina. Menjelang waktu tidur,
tidak ada jeleknya melindungi diri dari gigitan nyamuk. Gunakan
obat nyamuk, baik semprot atau oles pada saat tidur di siang hari.
Memasang kawat nyamuk (kasa) pada pintu, lubang jendela, dan
ventilasi rumah serta menggunakan kelambu juga merupakan
upaya pencegahan gigitan nyamuk demam berdarah.

2) Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti

Dilihat dari banyaknya kasus demam berdarah dengue telah terjadi


pergeseran usia penderita. Jika dulu hanya menyerang anak-anak,
sekarang orang tua dan manula pun dapat terserang penyakit demam
berdarah. Bahkan kalau dulu nyamuk Aedes Aegypti menggigit atau
menghisap darah pada siang hari, kini sore dan malam pun
berkeliaran mencari mangsa.Hingga saat ini yang dianggap paling
tepat untuk memberantas nyamuk demam berdarah adalah 3 M. yaitu
menguras, menutup dan mengubur sebagai program bersama dalam
memberantas penyakit demam berdarah dengue.

a) Menguras
Menguras maksudnya menguras bak mandi agar tidak ada larva
nyamuk demam beradarah yang berkembang di dalam air dan
tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi.
b) Menutup
Menutup maksudnya menutup tempat penampungan air agar tidak
ada nyamuk yang dating dan bertelur di tempat penampungan air
itu.
c) Mengubur
Mengubur maksudnya memendam atau menimbun barang-barang
bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan yang akan
dijadikan tempat bertelur nyamuk demam berdarah itu.

2.2 Faktor – Faktor yang berhubungan dengan demam berdarah dengue (DBD)
Tempat perkembangbiakkan utama nyamnuk Aedes Aegypti adalah tempat-
tempat penampungan air didalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat
umum. Nyamuk ini tidak dapat berkembang biak di genangan air yang
berhubungan langsung dengan tanah.

1) Lingkungan
Lingkungan adalah kondisi atau faktor berpengaruh yang bukan bagian
agent maupun penjamu, tetapi mampu menginteraksikan agent penjamu.
Dalam penyebaran penyakit DBD faktor lingkungan seperti tempat
penampungan air sebagai perindukan nyamuk Aedes aegypti, ketinggihan
tempat suatu daerah mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk dan virus,
curah hujan serta kebersihan lingkungan (Fransiska 2018).

a) Lingkungan fisik, yaitu :

1. Kelembaban Udara

Kelembapan udara adalah presentase jumlah kandungan air dalam


udara (Depkes RI, 2009). Kelembaban terdiri dari 2 jenis yaitu
Kelembaban Absolut dan Kelembaban Nibsi (Relatif).Kelembaban
Absolut adalah berat uap air per unit volume udara, sedangkan
Kelembaban Nibsi adalah banyaknya uap air dalam udara pada suatu
temperatur terhadap banyaknya uap air pada saat udara jenuh dengan
uap air pada temperatur tersebut. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Persyaratan Kesehatan Perumahan mengenai Kelembaban Udara 40-
70%.Kelembaban udara yang tidak memenuhi syarat dapat
menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme yang mengakibatkan
gangguan terhadap kesehatan manusia. Aliran udara yang lancar dapat
mengurangi kelembaban dalam ruangan (machfoedz, 2008).Menurut
Permenkes RI No.1077/Menkes/Per/V/2011 tentang pedoman
penyehatan udara dalam ruangan menyebutkan kelembaban ruang
yang nyaman berkisar 40-60%.

3. Kepadatan hunian

Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang jarak terbangnya


pendek (100 meter). Oleh karena itu nyamuk bersifat domestik.
Apabila rumah penduduk saling berdekatan maka nyamuk dapat
dengan mudah berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya.
Permukiman baru di pinggir kota merupakan salah satu tempat yang
potensial untuk terjadinya penularan DBD karena di lokasi ini
penduduknya berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan di
antaranya tempat penderita atau carier yang membawa virus dengue
yang berlainan dari masing- masing lokasi asal. Selain itu kualitas
perumahan, jarak antara rumah, pecahayaan, bentuk rumah, bahan
bangunan akan mempengaruhi penularan. Jika ada nyamuk penular
maka akan menularkan penyakit pada orang yang berkunjung kerumah
itu ataupun pada rumah-rumah di sekitar jarak terbang nyamuk.
Kepadatan hunian merupakan pre-requisite untuk proses penularan
penyakit. Semakin padat, maka perpindahan penyakit khususnya
penyakit menular melalui udara akan semakin mudah dan cepat
menular. Oleh sebab itu, kepadatan dalam rumah tempat tinggal
merupakan variabel yang berperan dalam kejadian DBD. Kepadatan
Hunian merupakan rata-rata luas bangunan per anggota rumah tangga.
Kepadatan hunian adalah salah satu indikator kualitas hidup karena
mempengaruhi keamanan dan kesehatan hunian bagi anggota rumah
tangga. Luas kamar tidur minimal 8 m2dan dianjurkan tidak untuk
lebih dari 2 orang tidur. Luas bangunan yang optimum adalah apabila
dapat menyediakan 2,5 – 3 m2untuk tiap orang (tiap anggota
keluarga). Luas bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni
didalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan
dengan jumlah penghuninya

2) Kebiasaan keluarga
Menurut Notoatmodjo (2012), tindakan dapat disebut juga dengan praktik
yang akan dilakukan oleh seseorang apabila telah mendapatkan
pengetahuan yang baik, kemudian melakukan penilaian atau memberikan
pendapat terhadap sesuatu yang diketahui, lalu selanjutnya ia akan
mempraktikkannya apabila hasil penilaiannya baik dan memberikan
dampak positif untuk dilakukan (Nasution, 2019).

a) tindakan membersihkan tempat penampungan air

Menurut Depkes RI (2005), jenis TPA berkaitan dengan ketersediaan


makanan untuk larva nyamuk Aedes Aegypti. Ketersediaan makanan
tersebut berkaitan dengan bahan dasar TPA. Jenis-jenis tempat
perkembangbiakkan nyamuk Aedes Aegypti dapat di kelompokkan
sebagai berikut:

1. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari


seperti: drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi, wc, ember
dan lain-lain.
2. TPA bukan unruk keperluan sehari-hari, seperti: tempat minum
burung, vas bunga, perangkap semut, dan barang-barang bekas
(ban, kaleng, botol, plastik, dan lain-lain)
3. TPA alamiah, seperti: lubang pohon, lubang batu, pelepah daun,
tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu, dan lain-lain

Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara


teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat
berkembangbiak. Bila Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam
Berdarah Dengue (DBD) dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka
populasi nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya,
sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi

b) Kebiasaan menggantung pakaian

Kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah merupakan indikasi


menjadi kesenangan beristirahat nyamuk Aedes aegypti. Sebaiknya
pakaian- pakaian yang tergantung di balik lemari atau di balik pintu,
dilipat dan disimpan dalam lemari, karena nyamuk Aedes aegypti senang
hinggap dan beristirahat di tempat-tempat gelap dan kain yang
tergantung. Pakaian adalah kebutuhan sandang pokok bagi kehidupan
manusia, namun penggunaan pakaian habis pakai sering di
lakukan.Sehingga menimbulkan kebiasaan untuk menggantung pakaian
di sembarang tempat dan menjadi tempat hinggap nyamuk.Keberadaan
pakaian yang menggantung dapat mengundang nyamuk, karena pakaian
habis pakai mengandung zat asam amino, dan asam laktat dari keringat
manusia, sehingga membuat nyamuk tertarik dan nyaman untuk hinggap
dipakaian tersebut (Dinata 2012). Masyarakat perlu meningkatkan
kepedulian untuk mengurangi kebiasaan menggantung pakaian selama
berhari-hari agar pakaian yang lebih dari dua hari tidak menumpuk dan
bergantung, kemudian lebih baik masukkan langsung ke dalam wadah
kering dan tertutup agar tidak menjadi tempat nyamuk beristirahat
(Kanigia dd, 2016).
c) Tindakan Memasang Kawat Kasa Pada Ventilasi

Ventilasi ialah salah satu komponen bangunan rumah yang berfungsi


sebagai tempat sirkulasi udara serta tempat masuknya cahaya ke dalam
rumah. Ventilasi sebagai salah satu indikator syarat rumah sehat yang
berfungsi untuk menjaga suhu ruangan agar stabil, dan mengurangi
kelembaban. Ventilasi yang dipasang kawat kasa mengurangi jalan
masuk bagi nyamuk Aedes aegypti ke dalam rumah sehingga mengurangi
kontak langsung dengan penghuni rumah. Tindakan masyarakat yang
memasang dan tidak memasang kawat kasa pada ventilasi rumah akan
berpengaruh pada terjadinya penyakit Demam Berdarah Dengue.
Ventilasi sebaiknya diberi kawat kasa nyamuk untuk mengantisipasi
risiko penularan Demam Berdarah Dengue, dimana pemberian kawat
kasa pada ventilasi memiliki hubungan dengan kejadian DBD yaitu p
value 0,001, yang menyatakan tindakan pemasangan kawat kasa pada
ventilasi berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue
(Ariyati, 2015).

2.3 konsep anak

2.3.1 Definisi anak


Menurut Lesmana (2012), secara umum dikatakan anak adalah seorang
yang dilahirkan dari perkawinan antara seorang perempuan dengan
seorang laki-laki meskipun tidak melakukan pernikahan tetap dikatakan
anak. Menurut Kosnan (2005), anak yaitu manusia muda dalam umur,
muda dalam jiwa dan perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh
dengan keadaan sekitarnya. Sugiri dalam Gultom (2010), menyatakan
bahwa selama di tubuhnya masih berjalan proses pertumbuhan dan
perkembangan, anak masih dikatakan sebagai anak dan baru menjadi
dewasa ketika proses pertumbuhan dan perkembangan itu selesai jadi
batas umur anak-anak adalah sama dengan permulaan menjadi dewasa
yaitu 18 tahun untuk wanita dan 21 tahun untuk laki-laki.

2.3.1 Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar


Menurut Erikson, anak adalah makhluk yang aktif dan penjelajah
yang adiktif, selalu berupaya untuk mengontrol lingkungannya. Masa
sekolah dasar sebagaimana yang berlangsung dari usia 6 – 12 tahun.
Anak pertama kalinya menerima pendidikan formal, para pendidik
mengenalnya sebagai masa sekolah, ini berarti menamatkan pendidikan
taman kanak–kanak sebagai lembaga persiapan untuk sekolah yang
sebenarnya. Masa ini disebut “masa matang untuk sekolah”, Karena anak
mempunyai kecakapan – kecakapan baru yang diberikan oleh sekolah
(Anak Agung Ngurah Adiputra, 2013). Seorang ahli mengatakan masa
sekolah harus diartikan bahwa anak periode ini sudah menampakkan
kepekaan untuk belajar. Hal ini sesuai sifat ingin tahu dari anak dengan
makin meluasnya daerah eksplorasi. Dalam satu tanda penularan periode
persekolahan ini ialah sikap anak terhadap lingkungan (keluarga) tidak
lagi egosintris, melainkan obyektif dan empiris. (masa kelas – kelas
rendah sekolah dasar, yaitu : usia 6/7 – 9/10 tahun, dan masa kelas- kelas
tinggi sekolah dasar, yaitu : 9/10 – 12/13 tahun (Anak Agung Ngurah
Adiputra, 2013). Ada beberapa sifat khas (karakteristik) anak–anak pada
masa kelas rendah Sekolah Dasar 6/7 – 9/10 tahun menurut (Anak Agung
Ngurah Adiputra, 2013) seperti dibawah ini :

1) Adanya kolerasi positif yang tinggi antara kesehatan pertumbuhan


jasmani dengan sekolah.
2) Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi aturan permainan
tradisional.
3) Ada kecenderungan memuji diri sendiri.
4) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain.
5) Kalau tidak bisa menyelesaikan suatu soal, maka dianggap soal itu
tidak penting.
6) Pada masa ini (terutama umur 6-8 tahun) anak menghendaki
nilai/angka rapor tinggi tanpa memandang prestasinya memang
sepantasnya baik atau tidak. Sedangkan beberapa karakteristik (sifat)
anak- anak pada masa kelas tinggi sekolah dasar 9/10 tahun sampai
12/13 tahun seperti dibawah ini:
a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang
konkrit.
b) Realistic, ingin tahu dan ingin belajar Menjelang akhir masa ini
telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.
c) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak berusaha menyelesaikan
tugasnya sendiri.
d) Pada masa ini anak memandang nilai/angka raport sebagai ukuran
yang tepat mengenai prestasinya di sekolah.
e) Anak-anak pada masa ini cenderung membentuk kelompok untuk
bermain bersama.
f) Dan mereka tidak lagi terikat pada aturan permainan yang
tradisional, tapi cenderung membuat peraturan sendiri

2.4 Pengertian keperawatan komunitas


Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakata yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan sekelompok
khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang
telah melembaga (Sumijatun, 2006). Misalnya di dalam kesehatan di kenal
kelompok ibu hamil, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok
masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan
dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang,
masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health)
dengan dukungan peran serta masyarakat yang aktif serta mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa
mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat
sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu
mandiri dalam upaya kesehatan (M. Agung Akbar 2019).
2.6 Keragka teori
Pada peneliti ini terdapat variabel idependen dan variabel dependen. Variabel
dependen yaitu kejadian penyakit DBD, variabel independen yaitu faktor
lingkungan fisik dan kebiasaan keluarga ysng diteliti meliputi :

Sumber penyakit
(virus dengue)

Media transmisi
penyakit (vektor)

Lingkungan fisik
Aedes aegipty 1. Kelembaban
2. Kepadatan peduduk

DBD lingkungan

Kebiasaan keluarga
1. Tempat penampungan air
2. kebiasaan menggantung pakaian
3. Memasang ventelasi kawat kasa

Sumber (notoatmodjo 2012, ariani 2016, achmadi 2014)


BAB III

3.1 Kerangka konsep


Kerangka konsep ialah suatu gambaran untuk menjelaskan kaitan variable
satu dengan yang lain yang akan diamati hubungannya. Peneliti mengambil
variable idependen yang akan diteliti yang berhubungan dengan kejadian
DBD diwilayah Puskesmas Sako Palembang. Variabel independen tersebut
yaitu lingkungan fisik dan kebiasaan keluarga di jelaskan pada bagan
berikut.

Variabel independen Variabel dependen

Bagan 3.1 kerangka konsep

Lingkungan fisik
1. Kelembaban udara
2. Kepadatan hunian
3. Suhu
4. Pencahayaan

Kasus dan control


Kebiasaan keluarga
demam berdarah
1. Membersihkan penampungan air
dengue
2. Kebiasaan menggantung pakaian
3. Memasang ventelasi (kasa)
4. Kebiasaan tidur siang (Sumber
5. Kebiasaan memakai lotion notoatmodjo,2012)
3.2 Hipotesis Penelitian
3.2.1 Hipotesis Mayor
Hipotesis Mayor adalah hipotesis yang mencakup kaitan seluruh objek
penelitian, hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada hubungan antara
lingkungan fisik dan kebiasaan keluarga terhadap kejadian demam
berdarah dengue (DBD).
3.2.2 Hipotesis Minor

Hipotesis Minor adalah hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian atau


sub-sub dari hipotesis mayor. Hipotesis dari penelitian ini yaitu:

1. Adakah hubungan kelembaban ruangan deangan kejadian Demam


Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Sako
2. Adakah hubungan kepadatan hunian dengan kejadian Demam
Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Sako
3. Adakah hubungan membersihkan penampungan air dengan
kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas
Sako
4. Adakah hubungan tindakan menggantung pakaian dengan kejadian
Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Sako
5. Adakah tinda kan memasang ventelasi kawat kasa dengan kejadian
Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Sako.
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini

menggunakan pendekanan kuantitatif dengan desain penelitian survey analitik,


jenis penelitiannya cross sectional (Studi Potong lintang), dimana untuk
Mengetahui hubungan variabel independen dan dependen yang pengukurannya
dilaksanakan pada waktu yang sama (serentak) (Budiman, 2011).

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan agustus s/d September 2022 yang berlokasi di
wilayah kerja UPT Puskesmas Sako yang beralamat di Jl. Sematang Borang, No.
765 RT 14 RW 06, Sako, Sako Baru, Kecamatan Sako, kota Palembang.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi Penelitian


Populasi dalam penelitian yaitu keluarga yang salah satu anggota
keluarganya menderita DBD di wilayah kerja Puskesmas Sako Palembang
tahun 2022 pada periode Jahuari-Juni yaitu 21 kasus.

4.3.2 Sampel Penelitian


Sampel adalah bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang dapat diambil
dari suatu populasi dan diteliti secara rinci (Sujarweni, 2015). teknik
sampling cara atau teknik-teknik tertentu dalam mengambil sampel
penelitian sehingga sampel tersebut sedapat mungkin menwakili
populasinya. Teknik sampling sampel diambil dengan menggunakan teknik
total sampling. Total sampling yaitu semua anggota populasi dijadikan
sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Karena jumlah populasi
yang kurang dari 100, maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian
semuanya.

4.4 Definisi Operasional


Salah satu unsur yang membantu komunikasi antar penelitian adalah defenisi
operasional, yaitu merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel di ukur.
Dengan membaca definisi operasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti
akan mengetahui pengukuran suatu variable,sehingga peneliti dapat mengetahui
baik buruknya pengukuran tersebut. (sandu, 2015). Adapun definisi operasioanl
sebagai berikut :

No Variable Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala


operasional ukur
Independent
1 Kelembaban Banyaknya uap Mengukur Thermo- 1. Tidak Ordinal
air terkandung dengan alat hygromet memenuhi
dalam ruangan er syarat ≥ 60 %
yang di ukur dengan skor
dengan Thermo- 0
hygrometer dan di 2. Memenuhi
catat syarat ¿ 60 %
dengan skor
1
2 Kepadatan Luas kamar tidur Mengamati Observasi 1. Ordinal
hunian antara anggota dan ¿ 8 m ²/2 orang
keluarga wawancara 2.
responden ≤ 8 m² /2 orang
4 Tindakan Praktik yang di Wawancara kuesioner 1. buruk, jika Ordinal
membersihk lakukan keluarga tidak
an di dalam dan di membersihk
penampunga luar rumah untuk an
n air membersihkan (menguras
seperti menguras dan
dan menutup menutup)
tempat tempat
penampungan air penampunga
secara rutin n air dengan
seminggu sekali total skor ¿ 4
agar dapat
mengurangi jentik 2. Baik, jika
nyamuk. membersihk
an
(menguras
dan
menutup)
tempat
penampunga
n air dengan
total skor ≥4
5 Tindakan Praktik yang di Mengamati Kuesioner 1. Buruk, jika Ordinal
kebiasaan lakukan kelurga menggantun
keluarga dalam g pakaian
dalam menggantung dengan skor
menggantun pakaian setelah di ¿ 2,5
g pakaian pakai yang berada 2. Baik, jika
di luar lemari tidak
menggantun
g pakaian
dengan skor
≥2,5
6 Tindakan Praktik yang di Wawancara Kuesioner 1. Buruk, jika Nominal
memasang lakukan keluarga tidak
ventelasi untuk menutup memasang
kawat kasa seluruh lubang kawat kasa
ventelasi di dalam ventelasi
rumah pada rumah
menggunakan dengan total
kawat kasa skor ¿ 2
nyamuk untuk 2. Baik, jika
mengurangi memasang
pergerakan kawat kasa
nyamuk dari luar ventelasi
ke dalam rumah. pada rumah
dengan total
skor ≥ 2
Dependent
7 Kejadian Penyakit menular Kuesioner wawancar 1. Positif Nominal
demam yang di sebabkan a dengan skor 0
berdarah oleh virus dengue 2. Negative
dengue yang dibawa dengan skor 1
nyamuk aedes
aegipty, telah di
buktikan hasil uji
lab dan klinis,
serta tercatat dari
tahun 2020-2021
4.5 Pengumpulan Data
1) Persiapan penelitian dilakukan dengan membuat surat perizinan penelitian,
mengumpulkan data sekunder, dan mempersiapkan alat instrumen penelitian
meliputi lembar observasi, dan lembar kuesioner.
2) Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menentukan responden penelitian
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Kemudian responden diminta
persetujuan untuk menjadi sampel penelitian. Selanjutnya, melakukan
rangkaian kerja penelitian meliputi observasi, dan wawancara menggunakan
kuesioner. Setelah kuesioner penelitian di isi, peneliti melakukan pengecekan
ulang untuk memperhatikan item pertanyaan yang belum terjawab.
3) Setelah pengumpulan data primer selesai dilakukan, selanjutnya adalah
melakukan pengolahan dan analisis data, lalu menginterpretasi hasil analisis
univariat dan bivariat data tersebut.

4.6 Pengolahan Data


1) Mengedit data (editing)
Pada tahap ini, data hasil wawancara yang telah di kumpulkan di lakukan
pengecekan dan perbaikan isian terkait kelengkapan danketepatan jawaban
responden agar diperoleh hasil yang sesuai
2) Pemberian kode (coding)
Pemberian kode (coding) ialah mengklasifikasi data dan member kode setelah
semua kuesioner di edit, tahap selanjutnya diberikan kode pada setiap
pemilihan jawaban guna mempermudah tahapan selanjutnya.
3) Memasukkan Data (entry)
Memasukkan jawaban dari masing-masing responden ke dalam software
komputer atau program pengolah data
4) Pembersihan Data (cleaning)
Jika semua data telah di masukkan kedalam software, di lakukan kembali
pengecekkan untuk melihat adanya kesalahan-kesalahan dalam memasukkan
data berupa kesalahan kode, atau ketidaklengkapan.

4.7 Analisis Data


1) Analisis Univariat

Pada analisis ini dilakukan di setiap variabel hasil penelitian yang bertujuan
ntuk melihat gambaran distribusi dan frekuensi dari setiap variabel yang
telah ditentukan baik variabel dependen kejadian DBD maupun variabel
independen (lingkungan fisik rumah dan kebiasaan keluarga) diwilayah kerja
puskesmas Sako Kota Palembang. Penyajian data dibuat dalam bentuk
jumlah persentase.

2) Analisis Bivariat
Mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan variabel indevenden
yaitu menggunakan analisis bivariate yang akan diteliti dalam bentuk
crosstab (tabulasi silang). Analisi ini akan diolah dengan aplikasi statistik
dengan uji statistik Chi Square. Chi Square ini berguna untuk menguji
hubungan antara variabel berskala kategorik-kategorik dengan tingkat
kemaknaan (α) = 0,05 atau 95% tingkat kepercayaan. Apabila P-value < 0,05
maka terdapat hubungan yang signifikan (H0 ditolak), sebaliknya apabila
P>0,05 maka tidak terdapat hubungan yang lebih signifikan antara variabel
(H0 gagal ditolak).

DAFTAR PUSTAKA
Ayati,2010. makalah pendekatan laboraturium infeksi virus dengue untuk diagnosis
DBD. Di presentasikan pada ceramah IDI,Lombok timur,29,mei.
Aryati.,Trimarsanto,H.,Yohan,B.,etal.2013.performanceofcommercialdengue NS1
ELISA and molecular analysis of NS1Gene of dengue viruses obtained during
surveillance in Indonesia.BMC Infectious Diseases, vol. 13, no. 611, hlm.1-11
Alcon, s., Talarmin, A., Debruyne, M., et al. 2002. Enzyme-linked immunosorbent
assay to dengue virus type 1 nonstruktural protein NS1 Reveals Circulation of the
Blood During the Acute Phase of Disease in patiens experiencing primary or
secondary infection. J Clin Microbiol, vol. 40, hlm. 376-381
Andryani, S. 2009 peran protein nonstrucktural 1 terhadap gangguan fungsi hepar
pada infeksi virus dengue. Disertai. Universitas Airlangga.
Ayati, Soetjipto, Hariadhi S., et al. 2006 profil serotype virus dengue di I ndonesia
tahun 2003-2005 . majalah kedokteran tropis Indonesia (MKTI), edisi Maret, vol. 17.
No.1, hlm.72-80.
WorldHealtOrganization.2005. dengue Diagnostic : proceedings of an international
workshop . UNICEF/UNDP/world Bank/WHO Special Programme for Research
AND training in tropical Disiases (TDR). WHO/TDR 4-6 Oktober, Geneva,
Switzerland.
Indrawan,2001. Mengenal dan Mencegah Demam Berdarah. Bandung : penerbit
Pionir jaya.
Sumanto Sunaryo Purwo Sudarmo. 1983. Demam berdarah (dengue) pada anak .
Jakarta : penerbit Universitas Indonesia (UI-PRES). Nugroho, Farid Setyo. (2009).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan
keberadaan jentik aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan
Nogosari Kabupaten Boyolali. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Palgunadi B U dan Asih R. (2010). Aedes Aegypti Sebagai Vektor Penyakit
Demam Berdarah Dengue. Prosiding Seminar. Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
Mahardika. (2009). Hubungan Antara Perilaku Kesehatan dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Cepiring Kecamatan Cepiring
Kabupaten Kendal Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang. Semarang.
Mufidah, F. (2012). Cermati Penyakit-penyakit yang Rentan Diderita Anak Usia
Sekolah.Jogjakarta: Flashbooks.
Notoatmodjo. (2007). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo. (2010). Metode Penelitian Kuantitaif. Jakarta: Rineka Cipta.
Prasetyo, D.S. (2012). Daftar Tanda Dan Gejala Ragam Penyakit. Jogjakarta:
Flashbooks.
Astuti, puji dan Elisabeth.2018. Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik Terhadap
Tingkat Kepadatan Larva Aedes Sp Di Sekolah Dasar Wilayah Kecamatan
Kasihan, Bantul, Di Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta: FKM Universitas Respati
(http://www.jikm.unsri.ac.id/index.pho/jikm)
Ayun, Luluk Lidya.2016.Hubungan Antara Faktor Lingkungan Fisik Dan
Perilaku Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Wilayah
Kerja Puskesmas Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang
Tahun 2015. FKM Universitas Negeri Semarang
Ayun, Eram.2017.Hubungan Faktor Lingkungan Fisik dan Perilaku dengan
Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran, Kec.Gunungpati,
kota Semarang.Public health perspective journal.UNS Semarang
Notoatmodjo..2012.Metodologi Penelitian Kesehatan.Penerbit:Rineka Cipta
Rianasari dkk.2016. Hubungan Faktor Risiko Lingkungan Fisik Dan Perilaku
Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Mustikajaya
Kota Bekasi.Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.4 No.5
Lisna Wati Ayu Ningsih , Jumakil RESOK. Hubungan Sanitasi
Lingkungan dengan Kejadian DBD pada Anak Usia <15 Tahun di Wilayah
Kerja Puskesmas Wua-Wua Kota Kendari Tahun 2018. J Kesehat
Lingkung Univ Halu Oleo. 2020;1(1):8–14.
Anggraini, S. (2018). Hubungan Keberadaan Jentik dengan Kejadian DBD di
Kelurahan Kedurus Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.10(3), 252–
258.
Ariani, A. P. (2014). Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Ariani, A. P. (2016). Demam Berdarah Dengue (DBD). Yogyakarta: Nuha Medika.
Arikunto, S. (2012). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Ayun, L. L., & Pawenang, E. T. (2017).
Hubungan antara Faktor Lingkungan Fisik dan Perilaku Dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran, Kecamatan
GunungPati, Kota Semarang. Public Health Perspective Journal, 2, 97–104. Jihaan,
S., Chairani, A., & Mashoedojo. (2017).
Hubungan antara Perilaku Keluarga Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue di
Kelurahan Pancoran Mas. Jurnal Profesi Medika, Vol. 11(1), 41–47. Kemenkes RI.
(2017a). Data dan Informasi (R. Kurniawan, B. Hardhana, & Yudianto, Eds.).
Kemenkes RI. (2017b). Profil Kesehatan Indonesia (R. Kurniawan, Yudianto, B.
Hardhana, & T. Siswanti, Eds.). Jakarta.
Anderson, E.T & McFarlane, J. (2007). Buku aja keperawatan komunitas: teori dan
praktik Jakarta : EGC.(2000) Community as patner : Theory and practice in nursing ,
3rd .ed. philadelpia: Lippincott.

Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang di lakukan oleh :
Nama : Putri Dewi
NIM : 18220010
Alamat : Boom Baru Jl. Slamet Riyadi Lawang Kidul Seberang Ulu I Palembang
Judul Penelitian : Faktor Yang Berhubungan Dengan Lingkungan Fisik Dan
Kebiasaan Keluarga Terhadap Penyakit DBD Di Wilayah Puskesmas Sako
Palembang Tahun 2022
Saya akan bersedia untuk dilakukan pengukuran dan pemeriksaan demi kepentingan
penelitian. Denagan ketentuan, hasil pemeriksaan akan dirahasiakan dan hanya
semata-mata untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Demikian surat peryataan ini saya
sampaikan, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Palembang ………………………………….2022
Responden

(………………..........)

LAMPIRAN
IDENTITAS RESPONDEN

Data Responden

Nama :

Alamat :

Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan *

Usia : 20-30 Tahun 31- 40 Tahun

41-50 Tahun > 50 Tahun

Pekerjaan : Karyawan wiraswasta / Pegawai Swasta

TNI/POLRI Petani lainnya

Pendidikan Terakhir : SMA / D3 / S1 / S2 *

Status : Menikah / Belum Menikah *

LEMBAR PENGUKURAN PENELITIAN


FAKTOR YANG BERHUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK DAN KEBIASAA
KELUARGA TERHADAP PENYAKIT DBD DI WILAYAH PUSKESMAS
SAKO PALEMBANG TAHUN 2022

NO NAMA HASIL PENGUKURAN


Kelembaban (%) Kepadatan hunian
(m²/)
1.
2.
Dst.

Keterangan :

1. Kelembaban tidak memenuhi syarat jika mendukung nyamuk ≥60%


2. Kelembaban memenuhi syarat jika tidak mendukung nyamuk ¿ 60 %
3. Kepadatan hunian Luas kamar tidur minimal ¿8 m² dan dianjurkan tidak untuk
lebih dari 2 orang tidur.
4. Kepadatan hunia luas kamar tidur ≥ 8 m² di anjurkan untuk lebih dari dua orang
tidur.
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK DAN
KEBIASAA KELUARGA TERHADAP PENYAKIT DBD DI
WILAYAH PUSKESMAS SAKO PALEMBANG TAHUN 2022

A. Kuesioner tindakan membersihkan penampungan air

N Pertanyaan Jawaban
o
Ya Tidak
1. Jika terdapat drum a dan kaleng bekas yang menampung
air di luar rumah, apakah ibu/keluarga menutupnya dengan
rapat?
2. Apakah ibu & keluarga selalu menutup tempat
penampungan air di dalam rumah dengan rapat?
3. Apakah ibu &keluarga selalu menguras, menyikat, dan
membersihkan bak air, ember, dll, minimal seminggu
sekali?
4. Apakah ibu & keluarga selalu membersihkan saluran air
yang kotor dan tidak lancar dalam seminggu sekali?
5. Apakah ibu & keluarga pernah menemukan jentik nyamuk
di dalam bak mandi, kemudian langsung
membersihkannyasaat itu juga?
6. Apakah ibu & keluarga pernah menemukan jentik nyamuk
di dalam bak mandi, kemudian langsung
membersihkannyasaat itu juga?
7. Jika di luar rumah terdapat botol, kaleng, ban, batok
kelapa dan lainnya yang bisa menampung air, apakah ibu
& keluarga selalu membersihkan/menyingkirkan barang
tersebut
8. Jika di lingkungan rumah terdapat tempat minum
peliharaan dan aquarium kecil, apakah selalu di ganti air
dan dibersihkan setiap seminggu sekali?

Tindakan membersihkan tempat penampungan air sebanyak 8 item pertanyaan, terdiri


dari 2 pilihan jawaban yaitu ya dan tidak. Skoring terendah 0 (tidak), dan skoring
tertinggi 1 (ya). Jumlah skor dihitung dengan rumus skor terendah atau tertinggi di
kali jumlah pertanyaan.

Sehingga: Jumlah skor tertinggi: 1 X 8 = 8 (100%)

Jumlah skor terendah: 0 X 8 = 0 (0%)

Range (R) = Skor tertinggi – Skor terendah =100%

Interval = Range/Kategori = 50%

Skor standar = Interval X Jumlah Pertanyaan

= 50% X 8 = 4

Indikator tindakan membersihkan tempat penampungan air dikategorikan baik, jika


total skor jawaban responden yaitu ≥4 dan tindakan membersihkan tempat
penampungan air dikategorikan buruk, jika total skor jawaban responden < 4.
B. Kuesioner Tindakan Menggantung Pakaian

No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1. Apakah ibu/keluarga tidak pernah meletakkan pakaian
sembarangan di dalam rumah seperti kursi, dll?
2. Apakah ibu/keluarga a tidak selalu menggantungkan
pakaian di kamar mandi?
3. Apakah ibu/keluarga tidak pernah membiarkan pakaian
(baju, celana) tergantung di balik pintu selama berhari
hari?
4. Jika ada pakaian \ dan handuk yang lembab, apakah
ibu/keluarga tidak selalu membiarkannya tergantung di
jemuran dalam rumah?
5. Apakah ibu/keluarga tidak pernah menggantungkan
pakaian yang sudah di pakai di balik pintu kamar?

Tindakan menggantung pakaian sebanyak 5 item pertanyaan, terdiri dari 2 pilihan


jawaban yaitu ya dan tidak. Skoring terendah yaitu 0 (tidak) dan skoring tertinggi 1
(ya). Jumlah skor dihitung dengan rumus skor terendah atau tertinggi di kali jumlah
pertanyaan.

Sehingga: Jumlah skor tertinggi: 1 X 5 = 5 (100%)

Jumlah skor terendah: 0 X 5 = 0 (0%)

Range (R) = Skor tertinggi – Skor terendah =100%

Interval = Range/Kategori = 50%


Skor standar = Interval X Jumlah Pertanyaan

= 50% X 5 = 2,5

Indikator tindakan menggantung pakaian dikategorikan baik, jika total skor jawaban
responden yaitu ≥ 2,5 dan tindakan tidak menggantung pakaian dikategorikan buruk,
jika total skor jawaban yaitu < 2,5.

C. Kuesioner pemasangan ventelasi kawat kasa

No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1. Apakah anda memasang kawat kasa nyamuk pada
ventilasi tamu rumah?
2. Apakah anda memasang kawat kasa nyamuk pada
ventilasi kamar tidur?
3. Apakah anda memasang kawat kasa nyamuk pada
ventilasi kamar mandi?
4. Apakah anda memasang kawat kasa nyamuk pada
ventilasi di dapur?

Tindakan memasang kawat kasa pada ventilasi sebanyak 4 item pertanyaan, terdiri
dari 2 pilihan jawaban yaitu ya dan tidak. Skoring terendah yaitu 0 (tidak), dan
skoring tertinggi 1 (ya). Jumlah skor dihitung dengan skor terendah atau tertinggi di
kali jumlah pertanyaan.

Sehingga: Jumlah skor tertinggi: 1 X 4 = 4 (100%)

Jumlah skor terendah: 0 X 4 = 0 (0%)


Range (R)= Skor tertinggi – Skor terendah =100%

Interval = Range/Kategori = 50%

Skor standar = Interval X Jumlah Pertanyaan

= 50% X 4 = 2

Indikator tindakan memasang kawat kasa pada ventilasi, dikategorikan baik jika total
skor jawaban responden yaitu ≥ 2 dan tindakan memasang kawat kasa pada ventilasi
dikategorikan buruk, jika total skor jawaban responden yaitu < 2.

Anda mungkin juga menyukai