Anda di halaman 1dari 26

A.

Latar Belakang

Koperasi Unit Desa adalah suatu Koperasi serba usaha yang


beranggotakan penduduk desa dan berlokasi didaerah pedesaan, daerah
kerjanya biasanya mencangkup satu wilayah kecamatan. Pembentukan
KUD ini merupakan penyatuan dari beberapa Koperasi pertanian yang kecil
dan banyak jumlahnya dipedesaan. Selain itu KUD memang secara resmi
didorong perkembangannya oleh pemerintah.1
Koperasi unit desa atau KUD adalah salah satu sokoguru
perekonomian Indonesia yang terus-menerus harus diberdayakan agar
kinerjanya semakin baik, sehingga mampu memberikan manfaat bagi
anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dalam menjalankan
usaha koperasi diarahkan pada usaha yang berkaitan langsung dengan
kepentingan anggota, baik untuk menunjang usaha maupun
kesejahteraannya. Melihat kebutuhan anggota beraneka ragam, maka usaha
koperasi multipurpose yaitu koperasi yang mempunyai beberapa bidang
usaha, misalnya simpan pinjam, perdagangan, produksi, konsumsi,
kesehatan, dan pendidikan. Koperasi yang termasuk dalam multipurpose
adalah Koperasi Unit Desa (KUD).2

Menurut instruksi presiden Republik Indonesia No 4 Tahun 1984


Pasal 1 Ayat (2) disebutkan bahwa pengembangan KUD diarahkan agar
KUD dapat menjadi pusat layanan kegiatan perekonomian didaerah
pedesaan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan
nasional dan dibina serta dikembangkan secara terpadu melalui program
lintas sektoral. Adanya bantuan dari pemerintah tersebut ditujukan agar
masyarakat dapat menikmati kemakmuran secara merata dengan tujuan
masyarakat yang adil makmur akan juga tercapai dengan melalui
pembangunan dibidang ekonomi, misalnya dengan memberikan kredit

1
https://kud.co.id/apa-itu-koperasi-unitdesa-kud/ (diakses 27 September 2022)
2
Made Antara dan Anderson Guntur Komenaung, Kinerja Koperasi Unit Desa di Bali :
Pendekatan Structural Equation Model, Jurnal,
http://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/4215. (diakses 27 September 2022).

1
kepada pihak-pihak yang ekonominya masih lemah atau rakyat kecil
terutama didaerah pedesaan. Dalam menjalankan usaha koperasi diarahkan
pada usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggota, baik
untuk menunjang usaha maupun kesejahteraannya.3
KUD menjadi tumpuan harapan petani di daerah kerjanya serta
merupakan salah satu kelembagaan agribisnis dalam mendukung
pengembangan sistem agribisnis di pedesaan. Agar KUD dapat melakukan
peranannya dengan baik, maka KUD harus dikelola secara produktif,
efektif, dan efisien untuk mewujudkan pelayanan usaha yang dapat
meningkatkan nilai tambah dan manfaat sebesarbesarnya bagi anggotanya,
sehingga mampu bersaing dengan badan usaha yang lainnya. Pengelolaan
yang dimaksud adalah seluruh komponen yang ada dalam perusahaan
seperti pemasaran, produksi, keuangan, personil, pembelian, sistem
informasi manajemen dan organisasi.4
Koperasi Unit Desa sebagai lembaga atau sistem sosial dalam setiap
kegiatannya berupaya untuk memberdayakan atau mengelola sumber daya
tersedia untuk mencapai tingkat operasi yang efektif. Koperasi dikatakan
efektif bilamana usaha koperasi dapat memberikan manfaat bagi
anggotanya.5

Indonesia adalah produsen karet alam terbesar kedua di dunia. Total


luas perkebunan karet Indonesia pada tahun 2018 adalah 3,67 juta hektar
dengan produksi 3,6 juta ton (BPS, 2019). Sumatera Selatan memiliki luas
tanaman perkebunan rakyat 1,26 juta hektar dengan produksi 1,05 juta ton
untuk komoditi karet di tahun 2017 (BPS Sumsel, 2017). Koperasi Unit
Desa adalah suatu organisasi ekonomi yang bersifat sosial di pedesaan dan
menjadi wadah bagi perekonomian masyarakat desa. KUD memberikan

3
https://kud.co.id/apa-itu-koperasi-unitdesa-kud/ (diakses 27 September 2022)
4
Made Antara dan Anderson Guntur Komenaung, Kinerja Koperasi Unit Desa di Bali :
Pendekatan Structural Equation Model, Jurnal,
http://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/4215. (diakses 27 September 2022).
5
Rahman ElJunusi, Analisis Partisipasi Komitmen Dan Kemampuan berinovasi Serta
Pengaruhnya Terhadap Kinerja Koperasi Pondok Pesantren, jurnal, http://eprints.uinsby.ac.id
(diakses 27 September 2022).

2
manfaat dan pelayanan guna membantu warga desa disekitarnya. KUD di
Kota Prabumulih adalah sebanyak 5 unit dan Koperasi Manunggal Jaya
merupakan KUD berprestasi di Prabumulih yang didirikan pada tahun 2001
yang berbadan hukum 184/BH/KDH-65/1/2001 dengan jumlah anggota
1.592 orang dan 28 Desa binaan. KUD Manunggal Jaya bertindak sebagai
pelaku pasar lelang di Kelurahan Karang Jaya. Kualitas bokar menjadi
pertimbangan utama dalam menentukan harga bokar, semakin kering maka
kualitas karet semakin bagus dan harga semakin mahal sehingga pendapatan
petani pun akan meningkat.6
Jual beli bahan olah karet menggunakan sistem lelang sangat
menguntungkan petani karet di kelurahan Karang Jaya yang diadakan oleh
KUD Karang Jaya, karena lembaga pemasaran yang dilalui semakin pendek
dan harga yang didapat petani sesuai dengan pasar lelang, namun petani
juga harus meningkatkan produksi bokar yang dilihat dari kualitas dan
kuantitas bokar.7
Dalam pelaksanaanya, lelang bahan olah karet (bokar) yang diadakan
oleh KUD Manunggal Jaya dilakukan setiap bulan pada tanggal 3 dan 17.
Proses tersebut dilakukan untuk mendapartkan harga bokar tertinggi yang
ditawarkan oleh peserta lelang/tender. Tujuannya agar para petani karet
yang menjadi anggota koperasi mendapat keuntungan lebih jika
dibandingkan dengan penjualan getah karet diluar KUD Manunggal Jaya.

Akan tetapi, pada praktek dilapangan yang terjadi di KUD Manunggal


Jaya, yang mana tujuan sebenarnya diadakannya lelang bahan olah karet
agar para petani karet di Kelurahan Karang Jaya mendapat keuntungan.
Masih juga terdapatnya hal-hal kecurangan yang terjadi dilapangan. Yang
seharusnya hal-hal tersebut tidak terjadi, serta adanya pihak KUD

6
Atikah Putri, Mirza Antoni dan Henny Malini, 2021, Pengaruh Kinerja Kud Manunggal Jaya
terhadap Pendapatan Dan Kualitas Bokar Di Kelurahan Karang Jaya Kecamatan Prabumulih
Timur: Jurnal Ilmiah Management Agribisnis, Vol 1 No. 2 hlm. 88
7
Dina Kurniati, Evy Maharani dan Susy Edwina, 2021, Analisis Pemasaran Karet Sistem Lelang
di Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian,
Vol. 17 No.3 hlm. 48

3
Manunggal Jaya sebagai pengawas dan pembantu kegiatan jual beli bahan
olah karet di kelurahan Karang Jaya.
Menurut pengamatan penulis, tentu yang dirugikan adalah anggota
koperasi sebagai penjual getah karet. Kemudian bagaimana tinjauan tersebut
menurut perspektif ekonomi Islam terhadap fenomena tersebut perlu
dibahas dengan lebih rinci, sehingga mendapatkan solusi dalam pemecahan
masalah kecurangan dan ketidak-adilan yang terjadi dengan menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi islam didalamnya.
Berdasarkan uraian diatas menarik untuk diangkat karena adanya
indikasi kecurangan yang terjadi dan apakah hal tersebut sesuai dengan
kaidah prinsip-prinsip ekonomi islam. Penulis tertarik melakukan penelitian
lebih lanjut untuk mengamati bagaimana KUD Manunggal Jaya dalam
menjalankan proses lelang/tender tersebut, sehingga kedepannya bisa
menarik kesimpulan dan saran yang dapat memberikan pemecahan masalah
yang ada, maka penulis mengambil judul “Tinjauan Jual Beli Bahan Olah
Karet Menggunakan Sistem Lelang Dalam Perspektif Ekonomi Islam
(Studi Kasus KUD Manunggal Jaya Kelurahan Karang Jaya Kota
Prabumulih)”.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan tersebut dapat


dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan lelang bahan olah karet di KUD
Manunggal Jaya Kelurahan Karang Jaya Kota Prabumulih?
2. Bagaimana tinjauan jual beli bahan olah karet menggunakan sistem
lelang yang di laksanakan oleh kud manunggal jaya dalam
perspektif ekonomi islam?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan lelang bahan olah karet di KUD
Manunggal Jaya Kelurahan Karang Jaya Kota Prabumulih.

4
2. Untuk mengetahui tinjauan jual beli bahan olah karet menggunakan
sistem lelang yang di laksanakan oleh kud manunggal jaya dalam
perspektif ekonomi islam.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan tentang
kontribusi jual beli bahan olah karet menggunakan sistem lelang dalam
perspektif ekonomi islam. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi atau rujukan bagi penelitian lain yang sejenis dimasa yang
akan dating dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Bagi peneliti, dapat menambah wawasan berkaitan dengan adanya
praktek jual beli bahan olah karet menggunakan sistem lelang dalam
perspektif ekonomi islam.
b. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat, penelitian ini diharapakan dapat menambah
pengetahuan atau wawasan mengenai hukum islam dalam praktek
jual beli bahan olah karet menggunakan sistem lelang.
c. Bagi Universitas
Bagi universitas, penelitian ini diharapakan dapat dimanfaatkan
sebagai tambahan pengetahuan dan informasi ataupun referensi bagi
penelitian selanjutnya pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Raden Fatah Palembang yang mengulas tentang praktek jual beli
bahan olah karet menggunakan sistem lelang dalam perspektif
ekonomi islam.
E. Telaah Pustaka
Penelitian yang berjudul “Tinjauan Jual Beli Bahan Olah Karet
Menggunakan Sistem Lelang Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi
Kasus KUD Manunggal Jaya Kelurahan Karang Jaya Kota Prabumulih)”
mengacu kepada penelitian tedahulu dimana pokok permasalahan dimana

5
pokok penelitian terdahulu dimana dengan pokok permasalahan yang
hampir sama. Guna sebagai acuan pada penelitian ini. Berikut adalah
ringkasan penelitian yang telah dilakukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Lisnawati yang berjudul “Tinjauan


Ekonomi Islam Terhadap Lelang Bahan Olah Karet (Studi Kasus KUD
Panca Mulya Desa Sumber Rahayu)”. Hasil dari penelitiannya ialah
menunjukkan bahwa pelaksanaan lelang bokar tidak sesuai dengan ekonomi
Islam. Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, banyak ditemukan
kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh pemenang tender. Kecurangan-
kecurangan tersebut yaitu : (1) pembeli (pemenang tender) melakukan
pemotongan/pengurangan berat timbangan pada setiap keping getah karet
yang dijual oleh petani, (2) setelah diadakan proses penimbangan, pihak
pembeli (pemenang tender) menunda-nunda pembayaran dalam jangka
waktu cukup lama. Kedua kecurangan tersebut terjadi selain dari ketidak
jujuran dari pihak pembeli juga diakibatkan kurangnya pengawasan dari
pihak koperasi. Kurangnya pengawasan dari pihak koperasi diakibatkan
karena tidak dibentuknya kepengurusan yang secara khusus menjalankan
dan mengawasi kegiatan lelang bokar tersebut atau dalam islam disebut al-
hisbah. Hal ini sangat tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dari ekonomi
islam.8

Penelitian yang dilakukan oleh Harirotul Ihtiromah yang berjudul


“Analisis Sistem Lelang Ikan Di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tasik
Agung Rembang Dalam Perspektif Ekonomi Islam”. Hasil dari
penelitiannya ialah 1)Peran manajemen sumber daya manusia kelompok
tani Semojowetan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora dalam
meningkatkan ekonomi anggota dilakukan melalui proses rekrutmen secara
langsung, pengembangan SDM melalui pelatihan, pendampingan, diskusi,
pinjaman modal tani, kompensasi yang dilakukan dengan saling melengkapi

8
Lisnawati, “Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Lelang Bahan Olah Karet (Studi Kasus KUD
Panca Mulya Desa Sumber Rahayu)”, skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Raden Fatah,
2015.

6
dan pihak pengurus memberikan reward berupa pemberian hadiah baik
berupa pupuk gratis atau bibit gratis dan uang kompensasi, integrasi dengan
kerja partisipasif setiap anggota. Para anggota kelompok tani Semojowetan
Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora mempunyai hak dan kewajiban
untuk menyampaikan aspirasi mereka dengan maksud untuk dapat mencapai
tujuan mereka bersama. Pemimpin kelompok tani mendukung, melakukan
pendampingan dan menggerakkan seluruh potensi yang ada bagi kemajuan
kelompok. Manajemen SDM juga dilakukan memelihara setiap potensi yang
ada dengan memberikan ruang aktif bagi setiap anggota dan
mengembangkan kemampuannya. 2) Perspektif ekonomi Islam terhadap
peran manajemen sumber daya manusia kelompok tani Semojowetan
Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora dalam meningkatkan ekonomi
anggota terletak pada peningkatatan derajat ekonomi umat muslim melalui
pemberdayaan yang dilakukan yaitu melalui pertemuan rutin untuk
mambahas pengembangan sumber daya petani sehingga dapat mengelola
dengan baik hasil pertaniannya. Pelatihan dan pendampingan petanian pada
anggota untuk lebih mampu bekerja dengan baik dan mendapatkan hasil
yang maksimal dan halal dalam pekerjaaanya dan permodalan yang
sistematis untuk meningkatkan modal dalam meningkatkan usahanya
pertaniannya sehingga mampu mengelola pertanian dan produk pertanian
secara maksimal. Islam memberikan perhatian mengenai penguasaan
keahlian atau keterampilan. Penguasaan keterampilan yang serba material
merupakan tuntutan yang harus dilakukan oleh setiap muslim dalam
melaksanakan tugas kehidupan.9

Penelitian yang dilakukan oleh Zainur Ridho yang berjudul


“Problematika Pelaksanaan Lelang Pada Pangambek Di Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) Paiton Probolingo (Perspektif Ekonomi Islam)”. Hasil dari
penelitiannya ialah Tempat pelelangan ikan di Paiton dalam praktik lelang
oleh temgkulak/panganmbek selaku pemberi modal sebagai pengikat lelang
9
Harirotul Ihtiromah, “Analisis Sistem Lelang Ikan Ditempat Pelelangan Ikan (TPI) Tasik Agung
Rembang Dalam Perspektif Ekonomi Islam”, skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Walisongo, 2018.

7
terjadi saat nelayan kekurangan dalam akses permodalan. Pemberian modal
diawali dengan pemberian uang dari tengkulak (bakul) kepada juragan
kapal. Pemberian uang tersebut dengan kesepakatan hasil ikan tanggkap
dijual kepadanya. Namun, uang tersebut sebenarnya sebagai uang pengikat
atas hasil tangkapan ikan nanti yang dihasilkan oleh nelayan. Hasil
tangkapan ikan langsung diberikan kepada pembeli (bakul) yang sudah
memberi uang tersebut tanpa melalui proses pelelangan tanpa melibatkan
pihak kantor TPI Paiton sehingga dalam retribusi tidak berjalan dengan
baik. Dalam praktek lelang yang ada di TPI Paiton yaitu keterikatan nelayan
dengan pemberi modal atau tengkulak proses lelang dalam islam di sebut
juga muzayadah berasal dari kata zayadah yang berarti tambah-menamba,
yaitu menawar lebih tinggi dari pada yang lain.10

Penelitian yang dilakukan oleh Arista Khairunisa yang berjudul


“Praktik Jual Beli Getah Karet Perspektif Majelis Ulama Indonesia
Kecamatan Semidang Alas (Studi Di Desa Petai Kayu, Kecamatan
Semidang Alas Kabupaten Seluma)”. Hasil dari penelitiannya ialah pertama,
praktik jual beli getah karet dilakukan dengan adanya sistem pengurangan
timbangan yang dilakukan oleh sebagian tengkulak dikarenakan adanyan
penyusutan getah karet. Penyusutan kadar air pada getah karet merupakan
celah bagi tengkulak untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar
dengan cara memanipulasi timbangan. Namun pihak petani tidak ingin
dirugikansehingga banyak petani yang mencampur getah karet dengan
barang-barang lain untuk menambah berat saat ditimbang. Kedua, jual beli
getah karet menurut Majelis Ulama Indonesia Kecamatan Semidang Alas
memiliki pendapat bahwa jual beli getah karet yang terdapat di Desa Petai
Kayu merupakan jual beli yang fasid karena terdapat unsur penipuan dan
merugikan salah satu pihak.11
10
Zainur Ridho, 2021, Problematika Pelaksanaan Lelang Pada Pangambek Di Tempat Pelelangan
Ikan (Tpi) Paiton Probolingo (Perspektif Ekonomi Islam): IZZI Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 1 No.
3, hlm 154
11
Arista Khairunisa, “Praktik Jual Beli Getah Karet Perspektif Majelis Ulama Indonesia
Kecamatan Semidang Alas (Studi Di Desa Petai Kayu, Kecamatan Semidang Alas Kabupaten
Seluma)”, skripsi, Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim, 2017.

8
Penelitian yang dilakukan oleh Safrizy Febrianto yang berjudul
“Pandangan Ekonomi Islam Terhadap Proses Dan Aktivitas Lelang Di
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang Yogyakarta”. Hasil dari
penelitiannya ialah menunjukan bahwa pelaksanaan lelang KPKNL
Yogyakarta bernaung pada aturan hukum positif yang berlaku di Indonesia.
Tetapi dalam pelaksanaan lelang, KPKNL Yogyakarta telah memenuhi
rukun dan syarat dalam jual beli, kemudian KPKNL Yogyakarta
menerapkan sistem uang jaminan dan juga nilai limit sebagai upaya untuk
menghindari praktek najasy maupun tadlis, sehingga pelaksanaan Lelang
KPKNL Yogyakarta telah sesuai dengan tinjauan ekonomi Islam.12

Penelitian yang dilakukan oleh Tri Atun yang berjudul “Tinjauan


Hukum Islam Terhadap Jual Beli Getah Karet Secara Terikat Pada Toke
(Studi Di Desa Pelempang Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi)”.
Hasil dari penelitiannya ialah pelaksanaan jual beli getah karet yang
dilakukan toke di Desa Pelempang Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro
Jambi tidak memberikan keuntungan kepada petani yang meminjam modal.
Dalam praktiknya karet terlebih dahulu diperiksa kadrnya sebelum
ditimbang kemudian setelah diketahui beratnya di kenakan potongan berat
10% hinga 25% setiap 100 kilogramnya Harga yang ditetapkan oleh
pengepul jauh dari perinsip keadilan harga, pengepul melakukan kecurangan
dengan membedakan penetapan pemotongan antara petani yang meminjam
modal dengan petani yang tidak meminjam modal. Adanya perjanjian
terlebih dahulu terhadap Peminjaman uang yang dilakukan para petani
kepada toke dengan syarat hasil karet yang dipanen nantinya harus dijual
kepada toke tempat meminjam uangnya. Dalam proses jual beli yang terikat
ini di lihat dari hukum Islam tidak sesuai dengan perinsip Islam dimana kita
sebagai sesama umat beragama harus saling tolong menolong dalam segala
hal kebaikan dan tidak saling merugikan.13

12
Safrizy Febriyanto, “Pandangan Ekonomi Islam Terhadap Proses Dan Aktivitas Lelang Di
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang Yogyakarta”, skripsi, Fakultas Ilmu Agama
Islam UII Yogyakarta, 2022.

9
Penelitian yang dilakukan oleh Marisa Farhana yang berjudul
“Praktek Jual Beli Karet Di Kecamatan Muara Enim Ditinjau Dari Hukum
Islam”. Hasil dari penelitiannya ialah mayoritas masyrakat di Kecamatan
Gelumbang sudah memahami jual beli. Penetapan harga karet yang
dilakukan oleh pembeli dirasakan sangat sepihak dan tidak adil untuk
penjual (pemilik karet), dalam hal ini penjual tidak mampu berbuat banyak
karena mereka harus menjual karetnya untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Karena dalam jual beli ini sudah ada timbal balik antara penjual dan
pembeli, artinya sudah ada kerelaan antara kedua belah pihak, maka hal ini
menurut perspektif hukum Islam adanya akad jual beli yang telah memenuhi
syarat keridhaan maka hukumnya sah.14

Penelitian yang dilakukan oleh Hadi yang berjudul “Perilaku


Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Arisan Lelang Dalam Perspektif
Ekonomi Islam (Studi Kasus Masyarakat Di Desa Paomacang Kecamatan
Sukamaju Kabupaten Luwu Utara)”. Hasil dari penelitiannya ialahmotivasi
masyarakat ikut serta dalam kegiatan arisan uang dengan sistem lelang
adalah sebagai salah satu tempat menabung dan untuk mendapatkannya
sangatlah mudah. Namun dalam pandangan ekonomi Islam arisan lelang ini
terdapat unsur-unsur yang dilarang dalam melakukan transaksi muamalah
yaitu unsur riba, gharar, dan maisir serta terdapat unsur ketidakadilan atau
ketidakseimbangan yang tidak sesuai dalam prinsip dasar ekonomi Islam.15

Penelitian yang dilakukan oleh Iki Rona Irawan yang berjudul


“Praktik Jual Beli Karet Di Desa Cugung Langu Kecamatan Semidang Alas
Kabupaten Seluma Dalam Pandangan Ekonomi Islam”. Hasil dari
penelitiannya ialah (1)Pelaksanaan praktik jual beli karet di desa Cugung

13
Tri Atun, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Getah Karet Secara Terikat Pada Toke
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Getah Karet Secara Terikat Pada Toke Kabupaten
Muaro Jambi)”, skripsi, Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin, 2021.
14
Marisa Farhana, “Praktek Jual Beli Karet Di Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim
Ditinjau Dari Hukum Islam”, skripsi, Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga, 2009
15
Hadi, “Perilaku Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Arisan Lelang Dalam Perspektif Ekonomi
Islam (Studi Kasus Masyarakat Di Desa Paomacang Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu
Utara)”, skripsi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN Alauddin, 2018.

10
Langu Kecamatan Semidang Alas Kabupaten Seluma masih ada unsur
penipuan, ketidak jujuran dan kecurangan dari kedua belah pihak, dimana
pihak pembeli melakukan kecurangan dalam pengurangan timbangan dan
penetapan harga secara sepihak, sedangkan pihak penjual melakukan
kecurangan dengan menambah berat karet dengan cara memasukan kulit
batang karet kedalam karet yang mau dijual, dengan alasan untuk
menambah berat timbangan. (2)Menurut pandangan ekonomi Islam praktik
jual beli karet di desa Cugung Langu tersebut masih jauh dari sistem yang
diajarkan dalam ekonomi Islam mengenai tata cara jual beli yang baik dan
benar, karena dalam sistem ekonomi Islam mengajarkan tentang kejujuran,
dan akhlak dalam perdagangan antara penjual dan pembeli supaya tidak
terjadi kecurang/penipuan (gharar) antara keduanya seperti mengurangi
timbangan, menetapkan harga secara sepihak dan menambah berat
timbangan dengan jalan yang tidak benar supaya timbul kerelaan antara
kedua belah pihak dalam aqad jual beli yang sesuai dengan ekonomi Islam.16

Penelitian yang dilakukan oleh Adi Saputra yang berjudul “Tinjauan


Hukum Islam Tentang Praktek Jual Beli Getah Karet Dengan Penambahan
Partikel (Studi Penjual Karet Di Desa Kembang Jajar, Kabupaten OKI,
Sumatera Selatan)”. Hasil dari penelitiannya ialah praktik jual beli getah
karetdengan penambahan partikel ke dalam getah karet yaitu ketika karet
sudah disadap oleh petani kemudian tatal/serbuk kayu dimasukkan ke dalam
mangkuk lalu getah karet yang sudah membeku ditanah bercampur dengan
pasir yang tidak masuk ke mangkuk diambil dan dicampurkan ke mangkuk
dengan getah yang baru. Praktek tersebut sudah menjadi kebiasaan
masyarakat Desa Kembang Jajar. Jual beli getah karet dengan penambahan
partikel dalam hukum Islam tidak sah karena tidak sesuai dengan hukum
Islam, karena mengandung unsur gharar adanya ketidak jelasan kualitas dan
jumlah karet yang diperjual belikan, sehingga adanya unsur penipuan.17

16
Iki Rona Irawan, “Praktik Jual Beli Karet Di Desa Cugung Langu Kecamatan Semidang Alas
Kabupaten Seluma Dalam Pandangan Ekonomi Islam” skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam IAIN Bengkulu, 2016.

11
Tabel 1
Penelitian Terdahulu
NO Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Lisnawati (2015) Tinjauan Menunjukkan bahwa
Ekonomi Islam pelaksanaan lelang bokar
Terhadap Lelang tidak sesuai dengan ekonomi
Bahan Olah Karet Islam. Setelah dilakukan
(Studi Kasus penelitian lebih lanjut,
KUD Panca banyak ditemukan
Mulya Desa kecurangan-kecurangan yang
Sumber Rahayu) dilakukan oleh pemenang
tender. Kecurangan-
kecurangan tersebut yaitu: (1)
pembeli (pemenang tender)
melakukan
pemotongan/pengurangan
berat timbangan pada setiap
keping getah karet yang
dijual oleh petani, (2) setelah
diadakan proses
penimbangan, pihak pembeli
(pemenang tender) menunda-
nunda pembayaran dalam
jangka waktu cukup lama.
Kedua kecurangan tersebut
terjadi selain dari ketidak
jujuran dari pihak pembeli
juga diakibatkan kurangnya
pengawasan dari pihak
17
Adi Saputra, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Praktek Jual Beli Getah Karet Dengan
Penambahan Partikel (Studi Penjual Karet Di Desa Kembang Jajar, Kabupaten OKI, Sumatera
Selatan)”, skripsi, Fakultas Syariah UIN Raden Intan, 2019.

12
koperasi. Kurangnya
pengawasan dari pihak
koperasi diakibatkan karena
tidak dibentuknya
kepengurusan yang secara
khusus menjalankan dan
mengawasi kegiatan lelang
bokar tersebut atau dalam
islam disebut al-hisbah. Hal
ini sangat tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip dari ekonomi
islam.
2 Harirotul Analisis Sistem 1)Peran manajemen sumber
Ihtiromah (2018) Lelang Ikan Di daya manusia kelompok tani
Tempat Semojowetan Kecamatan
Pelelangan Ikan Banjarejo Kabupaten Blora
(TPI) Tasik dalam meningkatkan
Agung Rembang ekonomi anggota dilakukan
Dalam Perspektif melalui proses rekrutmen
Ekonomi Islam secara langsung,
pengembangan SDM melalui
pelatihan, pendampingan,
diskusi, pinjaman modal tani,
kompensasi yang dilakukan
dengan saling melengkapi
dan pihak pengurus
memberikan reward berupa
pemberian hadiah baik berupa
pupuk gratis atau bibit gratis
dan uang kompensasi,
integrasi dengan kerja

13
partisipasif setiap anggota.
Para anggota kelompok tani
Semojowetan Kecamatan
Banjarejo Kabupaten Blora
mempunyai hak dan
kewajiban untuk
menyampaikan aspirasi
mereka dengan maksud untuk
dapat mencapai tujuan
mereka bersama. Pemimpin
kelompok tani mendukung,
melakukan pendampingan
dan menggerakkan seluruh
potensi yang ada bagi
kemajuan kelompok.
Manajemen SDM juga
dilakukan memelihara setiap
potensi yang ada dengan
memberikan ruang aktif bagi
setiap anggota dan
mengembangkan
kemampuannya. 2) Perspektif
ekonomi Islam terhadap
peran manajemen sumber
daya manusia kelompok tani
Semojowetan Kecamatan
Banjarejo Kabupaten Blora
dalam meningkatkan
ekonomi anggota terletak
pada peningkatatan derajat
ekonomi umat muslim

14
melalui pemberdayaan yang
dilakukan yaitu melalui
pertemuan rutin untuk
mambahas pengembangan
sumber daya petani sehingga
dapat mengelola dengan baik
hasil pertaniannya. Pelatihan
dan pendampingan petanian
pada anggota untuk lebih
mampu bekerja dengan baik
dan mendapatkan hasil yang
maksimal dan halal dalam
pekerjaaanya dan permodalan
yang sistematis untuk
meningkatkan modal dalam
meningkatkan usahanya
pertaniannya sehingga
mampu mengelola pertanian
dan produk pertanian secara
maksimal. Islam memberikan
perhatian mengenai
penguasaan keahlian atau
keterampilan. Penguasaan
keterampilan yang serba
material merupakan tuntutan
yang harus dilakukan oleh
setiap muslim dalam
melaksanakan tugas
kehidupan.
3 Zainur Ridho Problematika Tempat pelelangan ikan di
(2021) Pelaksanaan Paiton dalam praktik lelang

15
Lelang Pada oleh temgkulak/panganmbek
Pangambek Di selaku pemberi modal sebagai
Tempat pengikat lelang terjadi saat
Pelelangan Ikan nelayan kekurangan dalam
(TPI) Paiton akses permodalan. Pemberian
Probolingo modal diawali dengan
(Perspektif pemberian uang dari
Ekonomi Islam) tengkulak (bakul) kepada
juragan kapal. Pemberian
uang tersebut dengan
kesepakatan hasil ikan
tanggkap dijual kepadanya.
Namun, uang tersebut
sebenarnya sebagai uang
pengikat atas hasil tangkapan
ikan nanti yang dihasilkan
oleh nelayan. Hasil tangkapan
ikan langsung diberikan
kepada pembeli (bakul) yang
sudah memberi uang tersebut
tanpa melalui proses
pelelangan tanpa melibatkan
pihak kantor TPI Paiton
sehingga dalam retribusi tidak
berjalan dengan baik. Dalam
praktek lelang yang ada di
TPI Paiton yaitu keterikatan
nelayan dengan pemberi
modal atau tengkulak proses
lelang dalam islam di sebut
juga muzayadah berasal dari

16
kata zayadah yang berarti
tambah-menamba, yaitu
menawar lebih tinggi dari
pada yang lain.
4 Arista Khairunisa Praktik Jual Beli Pertama, praktik jual beli
(2017) Getah Karet getah karet dilakukan dengan
Perspektif Majelis adanya sistem pengurangan
Ulama Indonesia timbangan yang dilakukan
Kecamatan oleh sebagian tengkulak
Semidang Alas dikarenakan adanyan
(Studi Di Desa penyusutan getah karet.
Petai Kayu, Penyusutan kadar air pada
Kecamatan getah karet merupakan celah
Semidang Alas bagi tengkulak untuk
Kabupaten mendapatkan keuntungan
Seluma) yang lebih besar dengan cara
memanipulasi timbangan.
Namun pihak petani tidak
ingin dirugikansehingga
banyak petani yang
mencampur getah karet
dengan barang-barang lain
untuk menambah berat saat
ditimbang. Kedua, jual beli
getah karet menurut Majelis
Ulama Indonesia Kecamatan
Semidang Alas memiliki
pendapat bahwa jual beli
getah karet yang terdapat di
Desa Petai Kayu merupakan
jual beli yang fasid karena

17
terdapat unsur penipuan dan
merugikan salah satu pihak.
5 Safrizy Febrianto Pandangan Menunjukan bahwa
(2022) Ekonomi Islam pelaksanaan lelang KPKNL
Terhadap Proses Yogyakarta bernaung pada
Dan Aktivitas aturan hukum positif yang
Lelang Di Kantor berlaku di Indonesia. Tetapi
Pelayanan dalam pelaksanaan lelang,
Kekayaan Negara KPKNL Yogyakarta telah
Dan Lelang memenuhi rukun dan syarat
Yogyakarta dalam jual beli, kemudian
KPKNL Yogyakarta
menerapkan sistem uang
jaminan dan juga nilai limit
sebagai upaya untuk
menghindari praktek najasy
maupun tadlis, sehingga
pelaksanaan Lelang KPKNL
Yogyakarta telah sesuai
dengan tinjauan ekonomi
Islam.
6 Tri Atun (2021) Tinjauan Hukum Pelaksanaan jual beli getah
Islam Terhadap karet yang dilakukan toke di
Jual Beli Getah Desa Pelempang Kecamatan
Karet Secara Mestong Kabupaten Muaro
Terikat Pada Jambi tidak memberikan
Toke (Studi Di keuntungan kepada petani
Desa Pelempang yang meminjam modal.
Kecamatan Dalam praktiknya karet
Mestong terlebih dahulu diperiksa
Kabupaten Muaro kadrnya sebelum ditimbang

18
Jambi) kemudian setelah diketahui
beratnya di kenakan potongan
berat 10% hinga 25% setiap
100 kilogramnya Harga yang
ditetapkan oleh pengepul jauh
dari perinsip keadilan harga,
pengepul melakukan
kecurangan dengan
membedakan penetapan
pemotongan antara petani
yang meminjam modal
dengan petani yang tidak
meminjam modal. Adanya
perjanjian terlebih dahulu
terhadap Peminjaman uang
yang dilakukan para petani
kepada toke dengan syarat
hasil karet yang dipanen
nantinya harus dijual kepada
toke tempat meminjam
uangnya. Dalam proses jual
beli yang terikat ini di lihat
dari hukum Islam tidak sesuai
dengan perinsip Islam dimana
kita sebagai sesama umat
beragama harus saling tolong
menolong dalam segala hal
kebaikan dan tidak saling
merugikan.
7 Marisa Farhana Praktek Jual Beli Mayoritas masyrakat di
(2009) Karet Di Kecamatan Gelumbang sudah

19
Kecamatan Muara memahami jual beli.
Enim Ditinjau Penetapan harga karet yang
Dari Hukum dilakukan oleh pembeli
Islam dirasakan sangat sepihak dan
tidak adil untuk penjual
(pemilik karet), dalam hal ini
penjual tidak mampu berbuat
banyak karena mereka harus
menjual karetnya untuk
memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Karena dalam jual
beli ini sudah ada timbal balik
antara penjual dan pembeli,
artinya sudah ada kerelaan
antara kedua belah pihak,
maka hal ini menurut
perspektif hukum Islam
adanya akad jual beli yang
telah memenuhi syarat
keridhaan maka hukumnya
sah.
8 Hadi (2018) Perilaku Motivasi masyarakat ikut
Masyarakat serta dalam kegiatan arisan
Terhadap uang dengan sistem lelang
Pelaksanaan adalah sebagai salah satu
Arisan Lelang tempat menabung dan untuk
Dalam Perspektif mendapatkannya sangatlah
Ekonomi Islam mudah. Namun dalam
(Studi Kasus pandangan ekonomi Islam
Masyarakat Di arisan lelang ini terdapat
Desa Paomacang unsur-unsur yang dilarang

20
Kecamatan dalam melakukan transaksi
Sukamaju muamalah yaitu unsur riba,
Kabupaten Luwu gharar, dan maisir serta
Utara) terdapat unsur ketidakadilan
atau ketidakseimbangan yang
tidak sesuai dalam prinsip
dasar ekonomi Islam.
9 Iki Rona Irawan Praktik Jual Beli (1)Pelaksanaan praktik jual
(2016) Karet Di Desa beli karet di desa Cugung
Cugung Langu Langu Kecamatan Semidang
Kecamatan Alas Kabupaten Seluma
Semidang Alas masih ada unsur penipuan,
Kabupaten ketidak jujuran dan
Seluma Dalam kecurangan dari kedua belah
Pandangan pihak, dimana pihak pembeli
Ekonomi Islam melakukan kecurangan dalam
pengurangan timbangan dan
penetapan harga secara
sepihak, sedangkan pihak
penjual melakukan
kecurangan dengan
menambah berat karet dengan
cara memasukan kulit batang
karet kedalam karet yang mau
dijual, dengan alasan untuk
menambah berat timbangan.
(2)Menurut pandangan
ekonomi Islam praktik jual
beli karet di desa Cugung
Langu tersebut masih jauh
dari sistem yang diajarkan

21
dalam ekonomi Islam
mengenai tata cara jual beli
yang baik dan benar, karena
dalam sistem ekonomi Islam
mengajarkan tentang
kejujuran, dan akhlak dalam
perdagangan antara penjual
dan pembeli supaya tidak
terjadi kecurang/penipuan
(gharar) antara keduanya
seperti mengurangi
timbangan, menetapkan harga
secara sepihak dan
menambah berat timbangan
dengan jalan yang tidak benar
supaya timbul kerelaan antara
kedua belah pihak dalam
aqad jual beli yang sesuai
dengan ekonomi Islam.
10 Adi Saputa Tinjauan Hukum Praktik jual beli getah
(2019) Islam Tentang karetdengan penambahan
Praktek Jual Beli partikel ke dalam getah karet
Getah Karet yaitu ketika karet sudah
Dengan disadap oleh petani kemudian
Penambahan tatal/serbuk kayu dimasukkan
Partikel (Studi ke dalam mangkuk lalu getah
Penjual Karet Di karet yang sudah membeku
Desa Kembang ditanah bercampur dengan
Jajar, Kabupaten pasir yang tidak masuk ke
OKI, Sumatera mangkuk diambil dan
Selatan) dicampurkan ke mangkuk

22
dengan getah yang baru.
Praktek tersebut sudah
menjadi kebiasaan
masyarakat Desa Kembang
Jajar. Jual beli getah karet
dengan penambahan partikel
dalam hukum Islam tidak sah
karena tidak sesuai dengan
hukum Islam, karena
mengandung unsur gharar
adanya ketidak jelasan
kualitas dan jumlah karet
yang diperjual belikan,
sehingga adanya unsur
penipuan.

F. Landasan Teori
1. Koperasi

Secara etimologi, koperasi berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu
cooperatives; merupakan gabungan dua kata co dan operation. Dalam bahasa
belanda disebut cooperatie, yang artinya adalah kerja bersama. Dalam bahasa
Indonesia dilafalkan menjadi koperasi. Henry Campbell Blacks, dalam Black’s
Law Dictionary mendefinisikan cooperative sebagai:

“A corporation or association organized for purpose of rendering economic


services, withouth gain to itself, to share holders or members who own and
control its. Type of bussiness that is owned by its member-custemers”.18

Dari definisi cooperation is an economic system with social contrast, oleh


casselman yang telah dikutip diatas, koperasi mengandung dua unsur, yaitu unsur
ekonomi dan unsur sosial. Koperasi merupakan suatu sistem dan sebagaimana
18
Pachta Andjar, dkk, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta:Kencana,2012) h.19.

23
diketahui sistem itu merupakan himpunan komponen-komponen atau bagian yang
saling berkaitan yang secara bersama-sama berfungsi mencapai tujuan.

Tujuan yang dimaksud adalah tujuan ekonomi atau dengan kata lain bahwa
koperasi harus berdasarkan atas motif ekonomi atau mencari keuntungan,
sedangkan bagian-bagian yang saling berkaitan tersebut merupakan unsur-unsur
ekonomi seperti digunakannya sistem pembukuan yang baku, diadakan
pemeriksaan secara periodik, adanya cadangan, dan sebagainya. Sedangkan unsur
sosial, bukan dalam arti kedermawanan (Philantropis), tetapi lebih untuk
menerangkan kedudukan anggota dalam organisasi, hubungan antar sesama
anggota dan hubungan anggota dengan pengurus. Juga unsur sosial ditemukan
dalam cara koperasi yang demokratis, kesamaan derajat, kebebasan keluar masuk
anggota, calon anggota, persaudaraan, pembagian sisa hasil usaha kepada anggota
secara proposional dengan jasanya, serta menolong diri sendiri.19

Salah satu tujuan pendirian koperasi didasarkan kepada kebutuhan dan


kepentingan para anggotanya. Masing-masing kelompok masyarakat yang
mendirikan koperasi memiliki kepentingan ataupun tujuan yang berbeda.
Perbedaan kepentingan ini menyebabkan koperasi dibentuk dalam beberapa jenis
sesuai dengan kebutukan kelompok tersebut.20

2. Koperasi Unit Desa (KUD)


G. Metodologi Penelitian

19
Pachta Andjar, dkk, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta:Kencana,2012) h. 21-22
20
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta,Rajawali,2010) h.288.

24
H. Sistematika Penulisan
Penulisan penilitian ini akan dibagi menjadi lima bab, dimana
penjelasan dari setiap bab akan dibahas sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian penelitian, manfaat
penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini menjelaskan tentang pembahasan singkat dari
beberapa penelitian terdahulu serta landasan teori yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan tentang mengenai pendekatan
penelitian, data dan sumber data, lokasi peneltian, teknik
pengumpulan data serta teknik analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan tentang hasil penilitian dan
pembahasan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran pada
sistem lelang jual beli bahan olah karet di KUD Manunggal
Jaya.

25
DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

JURNAL:

INTERNET:

Koperasi Unit Desa “Apa Itu Koperasi Unit Desa (KUD)” https://kud.co.id/apa-
itu-koperasi-unit-desa-kud/ diakses pada tanggal 27 September 2022

26

Anda mungkin juga menyukai