Anda di halaman 1dari 322

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

Y UMUR
20 TAHUN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK
(KEK) DAN CPD DI BPM NY.S WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KALIWADAS
KABUPATEN BREBES
TAHUN 2023

STUDI KASUS KOMPREHENSIF

SINDI KHUMAEIDA
2001203

AKADEMI KEBIDANAN KH PUTRA BREBES


2023
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.Y UMUR
20 TAHUN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK
(KEK) DAN CPD BPM NY.S WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KALIWADAS
KABUPATEN BREBES
TAHUN 2023

STUDI KASUS KOMPREHENSIF


Diajukan untuk Menyusun Studi Kasus Komprehensif
Program Studi Diploma III Kebidanan
Akademi Kebidanan KH Putra Brebes

SINDI KHUMAEIDA
2001203

AKADEMI KEBIDANAN KH PUTRA BREBES


2023

i
LEMBAR PENGESAHAN
Studi Kasus Komprehensif
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.Y UMUR 20
TAHUN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK)
DAN CPD BPM NY.S WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KALIWADAS
KABUPATEN BREBES
TAHUN 2023

Telah disetujui pada tanggal :


03 November 2023

Oleh :
SINDI KHUMAEIDA
2001203

Penguji I

Maryam, S.ST., M. Keb.


NIDN. 0627059302

Penguji II Penguji III

Sri Nurhayati, S.Tr.Keb. Hafsah, S.ST., M.Keb.


NIP. 19661015 19980 2 002 NIDN. 0615029201

Mengetahui
Direktur
Akademik Kebidanan KH Putra Brebes

dr. Ahmad Ridlo, Sp. OG.,M.Kes


NIDN : 0616017207

iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
STUDI KASUS KOMPREHENSIF

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa dalam laporan studi kasus komprehensif

ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk studi kasus komprehensif lain

atau untuk memperoleh gelar ahli madya kebidanan pada perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan peneliti juga tidak terdapat karya orang lain atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Brebes, 02 Maret 2023

Materai 10000

Sindi khumaeida

v
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. Y UNUR 20
TAHUN G1P0A0 DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK)
DAN CPD DI BPM NY.S WILAYAH KERJA PUKESMAS KALIWADAS
KABUPATEN BREBES TAHUN 2023

Sindi Khumaeida1, Hafsah2, Sri Nurhayati3.

ABSTRAK

Latar Belakang : Angka Kematian Ibu di Dunia sekitar 303.000 jiwa dari
91,45/100.000 KH (WHO, 2022). Di ASEAN Angka Kematian Ibu di negara
berkembang adalah 250 per 100.000 (ASEAN Secretariat, 2022). Di Indonesia
Angka Kematian Ibu pada tahun 2022 berkisar 183/100.000 KH (Kemenkes RI,
2022). Di Provinsi Jawa Tengah jumlah Angka Kematian Ibu pada tahun 2022
sebesar 76,93/100.000 KH (Dinkes Jateng, 2022). Di Kabupaten Brebes
menunjukkan Angka Kematian Ibu tahun 2022 sekitar 105 kasus (Dinkes Brebes,
2022). Puskesmas Kaliwadas pada tahun 2022 mencatat 1 kasus Angka
Kematian Ibu (Profil Kesehatan Puskesmas Kaliwadas Tahun 2022).
Tujuan : Memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil, bersalin,
bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana (KB) dengan menggunakan
pendekatan manajemen varney dan SOAP.
Metode Penelitian : Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus komprehensif.
Hasil : Asuhan kebidanan kehamilan yang telah diberikan kepada Ny. Y umur 20
tahun dengan Kekurangan Energi Kronik dan CPD sudah diberikan
penatalaksanaan sesuai dengan kebutuhan ibu. Pada persalinan, Bayi Baru Lahir,
Nifas sampai dengan KB Ny. Y tidak terjadi komplikasi serta tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktik.
Kesimpulan : Asuhan kebidanan komprehensif yang diberikan pada Ny. Y
dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) dan CPD sudah dilakukan sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dengan keadaan ibu dan bayi baik.
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Komprehensif dengan Kekurangan Energi
Kronik (KEK) dan CPD
Daftar Pustaka: 2017-2022

Keterangan
1. Sindi Khumaeida
2. Hafsah
3. Sri Nurhayati

vi
COMPREHENSIVE MIDWIFERY CARE IN NY. Y AGE 20
YEARS WITH CHRONIC ENERGY DEFICIENCY (KEK)
AND CPD IN BPM NY.S WORKING AREA OF
PUKESMAS KALIWADAS
BREBES DISTRICT, 2023

Sindi Khumaeida1, Hafsah2, Sri Nurhayati3.

ABSTRACK

Background : The maternal mortality rate in the world is about 303,000 out of
91.45/100,000 KH (WHO, 2022). In ASEAN, the maternal mortality rate in
developing countries is 250 per 100,000 (ASEAN Secretariat, 2022). In Indonesia,
the maternal mortality rate in 2022 is 183/100,000 KH (Indonesian Ministry of
Health, 2022). In Central Java Province, the maternal mortality rate in 2022 was
76,93/100,000 KH (Central Java Health Office, 2022). In Brebes Regency, the
maternal mortality rate in 2022 was around 105 cases (Brebes Health Office,
2022). Kaliwadas Health Center in 2022 recorded 1 case of maternal mortality
(Health Profile of Kaliwadas Health Center in 2022).
Objective : Provide comprehensive midwifery care for pregnant women,
maternity, newborns, postpartum and family planning (KB) using the Varney and
SOAP management approaches.
Research Methods: The method used in this research is a qualitative descriptive
method with a comprehensive case study approach.
Results : Pregnancy midwifery care that has been given to Mrs. Y aged 20 years
with Chronic Energy Deficiency and CPD has been given management according
to the needs of the mother, In labor, newborn, postpartum until family planning
Mrs. Y did not have complications and there were no gaps between theory and
practice.
Conclusion: Comprehensive midwifery care given to Mrs. F with Chronic Energy
Deficiency (SEZ) and CPD has been carried out in accordance with Standard
Operating Procedures (SOP) with the condition of the mother and baby is good.
Keywords : Comprehensive Midwifery Care with Chronic Energy
Deficiency (SEZ) and CPD
Bibliography : 2017-2022
Number Description
1. Sindi Khumaeida
2. Hafsah
3. Sri Nurhayati

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sindi Khumaeida


TTL : Brebes, 29 Mei 2002
Alamat : Dk. Kutamendala RT 06 RW 06 Kelurahan Kutamendala
Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes
No. HP : 0895329137270
Email : sindikhumaeida@gmail.com

MOTTO HIDUP
“Ketika hidup memiliki ribuan alasan untuk menangis, kamu harus memiliki
setidaknya satu alasan untuk terseyum”.
- Huang Renjun-
“jangan takut gagal,takutlah untuk tidak mencoba”
– Haechan-

PENDIDIKAN FORMAL
1. TK RA Masyitoh Kutamendala
2. MI Muhammadiyah Kutamendala
3. SMP Muhammadiyah Linggapura
4. SMA Muhammadiyah Tonjong

viii
PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin sujud syukur kusembahkan kepada Allah


SWT yang telah memberikan nikmat yang sangat luar biasa, memberi saya
kekuatan, membekali saya dengan ilmu pengetahuan serta memperkenalkan saya
dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang engkau berikan, akhirnya Karya
Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat terselesaikan tepat waktu. Shalawat serta
salam selalu tercurahkan limpahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad
SAW.
Segala perjuangan saya hingga titik ini, semoga menjadi langkah awal bagi saya
untuk meraih cita-cita. Saya persembahkan sebuah Karya Tulis Ilmiah ini untuk :
1. Kedua orang tua saya, Bapak Dedi Sutrisno dan Ibu Latifah yang tersayang
dan tersegala-galanya bagi saya. Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk
segala semangat dan nasehat positif yang selalu diberikan serta tak henti
mendoakan segala hal baik untuk kesuksesan anak mu ini. Terimakasih selalu
sabar dengan sifat dan sikap saya yang sering menyakiti hati ibu dan bapak
tanpa aku sadari, terimakasih telah banyak memberikan saya pelajaran
bagaimana manis-pahitnya kehidupan. Terimakasih karena tetap bertahan
walaupun banyak masalah yang telah kita hadapi bersama. Terimakasih untuk
kasih sayang yang tak terhingga yang sangat amat tulus dan selalu
memotivasi sehingga saya dapat menyelesaikan semua ini dengan baik. Saya
berharap bapak dan ibu selalu sehat semoga nanti anak perempuan mu ini
sukses dan bisa mengangkat derajat kalian dan bisa membahagiakan kalian di
masa tua. Aamiin
2. Saudara kandung saya, Bima Sakti dan M.Yoga Saputra yang selalu
memberikan semangat untuk saya semoga selalu diberikan kesehatan
3. Untuk SN Terimakasih telah menjadi sosok rumah yang selalu berusaha ada
untuk saya, terimakasih telah menjadi partner dalam segala hal yang baik,
yang menemani dan meluangkan waktunya, mendukung saya dalam

ix
kesedihan, menghibur, dan memberi semangat untuk terus maju dan jangan
menyerah dalam segala hal, untuk meraih apa yang menjadi impian saya.
4. Untuk diri sendiri yang selalu mampu menguatkan dan meyakinkan tanpa
jeda bahwa semuanya bakalan selesai pada waktunya.
5. Untuk sahabat saya yang setia menemani kegunduhan maupun keceriaan hari-
hariku.
6. Ibu Hafsah, S.ST., M.Keb selaku dosen pembimbing Akademik, terimakasih
atas bimbingan, kritik dan saran, dan selalu meluangkan waktunya disela
kesibukan. Menjadi salah satu dari anak bimbingan ibu merupakan nikmat
yang sampai saat ini selalu saya syukurkan. Terimakasih ibu, semoga jerih
payahmu terbayarkan dan selalu dilimpahkan kesehatan.
7. Ibu Sri Nurhayati, S.Tr.Keb selaku Pembimbing Lahan Praktik Puskesmas
Bumiayu. Terimakasih atas bimbingan, kritik dan saran, dan selalu
meluangkan waktunya disela kesibukan. Terimakasih atas ilmu baru telah ibu
berikan, semoga ibu selalu dilimpahkan kesehatan.

x
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah -

nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Studi Kasus Komprehensif yang berjudul

“ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.Y UMUR 20

TAHUN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DAN CPD

DI BPM NY.S WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIWADAS

KABUPATEN BREBES TAHUN 2023” . Studi Kasus Komprehensif ini dapat

diselesaikan atas bimbingan, arahan dan bantuan berbagai pihak yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih dengan setulus-tulusnya kepada :

1. KH. Labib Sodiq Suhaemi selaku Ketua Yayasan Pondok Pesantren Al-

Hikmah 1 Benda.

2. dr.H.Ahmad Ridlo, Sp.OG.,M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan KH

Putra Brebes.

3. Sri Mulyani, S.ST,.MM.Bd selaku Kepala Puskesmas Kaliwadas yang telah

membantu dan mengizinkan pengambilan data dalam penelitian ini.

4. Hafsah, S.ST.,M.Keb selaku pembimbing akademik yang selalu

membimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.

5. Sri Nurhayati,S.,Tr.Keb selaku pembimbing Lahan yang selalu membimbing

dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.

6. Azizah Amd. Keb terima kasih yang telah memberi waktu dan kesempatan

untuk pengambilan data dari Puskesmas Kaliwadas

xi
7. Ny. Y yang telah bersedia untuk menjadi subjek studi kasus dalam

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Puskesmas Kaliwadas sebagai tempat penelitian yang telah membantu dan

menyediakan data yang dipergunakan dalam penelitian ini.

9. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan dukungan

material dan moral.

10. Teruntuk orang tua saya Bapak Sutrisno dan Ibu Latifah terima kasih telah

memberi semangat dan memberi dukungan kepada saya.

11. Teman-taman mahasiswi Diploma III Angkatan XI Kebidanan KH Putra

Brebes yang juga memberi dukungan dan saran dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah.

12. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dengan tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini, semoga Karya Tulis Ilmiah ini

dapat bermanfaat dan dapat dipahami bagi pembacanya. Penulis menyadari ada

kekurangan pada Karya Tulis Ilmiah. Oleh sebab itu, saran dan kritik senantiasa

diharapkan demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah.

Brebes, 17 Februari 2023

Sindi khumaeida

xii
DAFTAR SINGKATAN

AKB ( Angka Kematian Bayi )

AIDS ( Acquired Immunodeficiensy Syndrome )

AKI ( Angka Kematian Ibu )

ANC ( Antenatal Care)

APGAR ( Activity ,Pulse ,Grimice, Appearance, Respiration )

ASEAN ( Association Of Southeasi Asian Nations )

ASI ( Air Susu Ibu )

CPD ( Cephaloprlvic disproportion )

BBLR (Bayi Baru Lahir Rendah )

Dinkes ( Dinas Kesehatan)

DJJ ( Detak Jantung Janin )

HB ( Hemoglobin)

HIV ( Human Immunodeficiensy Virus )

HPHT ( Haid Pertama Haid Terakhir)

HPL ( Hari Perkiraan Lahir)

IMD ( Inisiasi Menyusu Dini )

IMT ( Indikasi Masa Tubuh )

IUD ( Intrauterine Devince )

IUGR ( Intra Uterine Growth Restriction )

KB ( Keluarga Berencana)

KEK ( Kekurangan Energi Kronik)

KIA ( Kesehatan Ibu dan Anak )

xiii
KF ( Kunjungan Nifas )

KN ( Kunjungan Neonatal )

LILA ( Lingkaran Lengan Atas )

MOP ( Metode Operasi Wanita )

MOW ( Metode Operasi Wanita )

PAP ( Pintu Atas Panggul )

PMS ( Penyakit Menular Seksual)

PMT ( Penyakit Tidak Menular)

RTP (Ruang Tengah Panggul )

SC ( Sectin Caesarea)

SDM ( Sumber Daya Manusia)

TB ( Tinggi Badan )

TBJ ( Taksiran Berat Janin )

TD ( Tekanan Darah )

TFU ( Tinggi Fundus Uteri )

TN ( Tuan )

TT ( Tetanus Tokoid )

TTD ( Tablet Tambah Darah )

UK ( Usia Kehamilan)

WIB ( Waktu Indonesia Barat )

WHO ( World Health Organization )

WUS ( Wanita Usia Subur )

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu ...................... 151

Tabel 4.2 Kebutuhan Sehari-Hari ....................................................................... 155

Tabel 4.3 APGAR Score ..................................................................................... 185

xv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................. 144

Bagan 2.2 Kerangaka Konsep ............................................................................ 145

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Time Schedule

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Balasan Izin Penelitian

Lampiran 4. Informed Consen

Lampiran 5. SAP

Lampiran 6. Hasil Pemeriksaaan

Lampiran 7. Dokumentasi

Lampiran 8. Tanda Bukti Telah Mengikuti Seminar Proposal

Lampiran 9. Lembar Bimbingan

xvii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... v

ABSTRAK ..................................................................................................... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... viii

PERSEMBAHAN........................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv

DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii

DAFTAN ISI................................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 5

C. Tujuan ........................................................................................... 5

D. Manfaat ....................................................................................... 6

E. Ruang Lingkup ............................................................................ 7

BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................ 9

A. Tinjauan Teori Klinis ..................................................................... 9

xviii
1. Kehamilan ............................................................................. 9

a. Pengertian Kehamilan ...................................................... 9

b. Fisiologi Kehamilan ......................................................... 11

c. Proses Kehamilan............................................................. 16

d. Diagnosis Kehamilan ....................................................... 17

e. Klasifikasi Usia Kehamilan ............................................. 18

f. Perubahan Fisiologis Wanita Selama Kehamilan ............ 19

g. Tanda Bahaya Kehamilan ................................................ 22

h. Perubahan dan Adaptasi Psikologis Ibu Selama Hamil ... 24

i. Adaptasi Psikologis pada Ibu Hamil ................................ 25

j. Kebutuhan Fisik Ibu Trimester III ................................... 28

k. Penatalaksanaan dalam kehamilan ................................... 32

l. Pemeriksaan Kehamilan................................................... 40

m. Keuntungan Skrining ANC .............................................. 41

n. Pelayanan Antenatal......................................................... 42

2. Kurang Energi Kronik pada Ibu Hamil ................................. 44

a. Pengertian KEK ...................................................................... 44

b. Etiologi ................................................................................... 45

c. Patofisiologi KEK Pada Kehamilan ........................................ 45

d. Penentuan KEK Pada Kehamilan ............................................ 46

e. Faktor Yang Mempengaruhi KEK Pada Kehamilan ................ 46

f. Gizi Ibu Hamil ........................................................................ 48

g. Komplikasi Kekurangan Energi Kronik ................................. 50

h. Penatalaksanaan Kekurangan Energi Kronik .......................... 51

xix
i. Antenatal Care ........................................................................ 53

3. CPD (Cepalopelvic Disproportion) ....................................... 63

a. Pengertian CPD ............................................................... 63

b. Kalsifikasi CPD ................................................................. 63

c. Etiologi ............................................................................. 64

d. Faktor Risiko ........................................................................... 66

e. Patofisiologi ............................................................................ 68

f. Pemeriksaan Diagnostik ...................................................... 69

4. Persalinan Buatan/Sectio Caesarea ....................................... 72

a. Pengertian Sectio Caesarea .............................................. 72

b. Klasifikasi Sectio Caesarea .............................................. 73

c. Indikasi Sectio Caesarea .................................................. 74

d. Manifestasi Klinik ........................................................... 74

e. Patofisiologi .................................................................... 75

f. Resiko Persalinan Sectio Caesarea .................................. 76

g. Penatalaksanaan Sectio Caesarea ..................................... 77

5. Bayi Baru Lahir ..................................................................... 79

a. Pengertian Bayi Baru Lahir ............................................. 79

b. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal ................................... 79

c. Adaptasi BBL Dari Intera Uteri ke Ekstra Uteri ............. 81

d. Kebutuhan Fisik BBL ..................................................... 90

e. Kebutuhan Kesehatan Dasar ........................................... 92

f. Kebutuhan Psiko Sosial BBL .......................................... 93

g. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir (BBL) ...................... 94

xx
h. Perawatan Bayi Baru Lahir .............................................. 96

i. Kunjungan Bayi Baru Lahir (BBL) ................................ 98

6. Nifas ...................................................................................... 98

a. Pengertian Masa Nifas ..................................................... 98

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas ............................................. 99

c. Peran dan Tanggungjawab Bidan Masa Nifas ................. 100

d. Tahapan Masa Nifas ........................................................ 101

e. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas ........................ 102

f. Perubahan Fisiologis Masa Nifas..................................... 104

g. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas..................... 112

h. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas .................................... 113

i. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir ............... 116

j. Proses Laktasi dan Menyusui .......................................... 117

k. ASI Eksklusif .................................................................. 122

l. Cara Merawat Payudara .................................................. 123

m. Cara Menyusui Yang Baik dan Benar ............................ 124

n. Melepas Isapan Bayi ....................................................... 125

o. Cara Menyemdawakan Bayi ........................................... 126

p. Kunjungan Ibu Nifas ........................................................ 126

7. Keluarga Berencana .............................................................. 126

a. Definisi Keluarga Berencana (KB) .................................. 126

b. Tujuan Keluarga Berencana (KB) ................................... 127

c. Manfaat Keluarga Berencana (KB) ................................. 128

xxi
d. Macam-Macam Keluarga Berencana (KB) ..................... 130

e. Keuntungan dan Kerugian Keluarga Berencana (KB)..... 133

f. Indikasi dan Kontra Indikasi Keluarga Berencana (KB) . 136

B. Tinjauan Teori Menurut Varney dan SOAP ................................ 140

C. Keangka Teori ................................................................................ 144

D. Kerangka Konsep ........................................................................... 145

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN .................................................. 146

A. Desain Penelitian ........................................................................ 146

B. Informen Penelitian ..................................................................... 147

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 147

D. Instrumen Penelitian .................................................................... 147

E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 148

BAB IV TINJAUAN KASUS ....................................................................... 150

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan ................................................... 150

B. Asuhan Kebidanan Persalinan .................................................... 172

C. Asuhan Bayi Baru Lahir ............................................................. 184

D. Asuhan Kebidanan Nifas ............................................................ 195

E. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana .................................... 207

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 210

BAB VI PENUTUP ....................................................................................... 221

A. Kesimpulan .................................................................................. 221

B. Saran ............................................................................................ 222

DAFTAR PUSTAKA

xxii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), Angka kematian ibu

(AKI) adalah jumlah kematian ibu selama kehamilan atau dalam periode 42

hari setelah berakhirnya kehamilan dengan penyebab semua yang terkait

dengan kehamilan atau penanganannya tetapi bukan disebabkan oleh

kecelakaan atau cedera (WHO, 2022).

Angka Kematian Ibu (AKI) di seluruh dunia menurut World Health

Organization (WHO) tahun 2022 sebesar 91,45/100.000 kelahiran hidup.

Sedangkan Angka Kematian Ibu di ASEAN tertinggi berada di Negara

Myanmar sebesar 250/100.000 Kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu

(AKI) terendah terdapat di Negara Singapura yaitu tidak ada kematian ibu

(ASEAN Secretariat, 2022). Di Indonesia pada tahun 2022 berkisar

183/100.000 ribu kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2022). Angka Kematian Ibu

di Jawa Tengah pada tahun 2022 sebesar 98,6/100.000 Kelahiran Hidup,

angka tersebut cenderung meningkat dibandingkan pada tahun 2021 sebesar

76,93/100.000 Kelahiran Hidup (Dinkes Provinsi Jateng, 2022). Kabupaten

Brebes menjadi salah satu penyumbang kasus kematian ibu tertinggi di Jawa

Tengah terhitung pada tahun 2021 sebanyak 62 kasus, kemudian terjadi

peningkatan pada tahun 2022 sebanyak 105 kasus (Dinkes Kabupaten Brebes,

1
2

2022). Angka Kematian Ibu di Puskesmas Kaliwadas tercatat pada tahun 2022

sebanyak 1 kasus (Puskesmas Kaliwadas, 2023).

penyebab kematian ibu adalah tekanan darah tinggi selama kehamilan

(pre-eklampsiaa dan eklampsia), pendarahan, infeksi postpartum, dan aborsi

yang tidak aman, serta ada penyebab tidak langsung, salah satunya disebabkan

adanya interaksi antara kondisi medis dengan kehamilan sebelumnya (WHO,

2022). Penyebab kematian di ASEAN adalah pendarahan post partum, infeksi

dan kurangnya pengetahuan ibu masa hamil (ASEAN Secretariat, 2022).

Penyebab rata-rata Kematian Ibu di Indonesia yaitu Perdarahan, Terutama

terjadi akibat kurangnya gizi selama hamil sehingga berpotensi Anemia, serta

terjadinya Kekurangan Energi Kronik (KEK). Resiko dari ibu Anemia dan

KEK dapat menyebabkan bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) (Depkes RI, 2020). Sejumlah faktor diperkirakan mempengaruhi

naiknya angka kematian ibu yakni keterbatasan layanan kesehatan dan gizi

bagi ibu hamil, komplikasi kehamilan perdarahan, hipertensi kehamilan,

jantung, dan Kekurangan Energi Kronik (KEK), Penyebab tersebut menjadi

salah satu faktor Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten

Brebes khususnya Puskesmas Kaliwadas (Dinkes Kabupaten Brebes, 2022).

Gangguan asupan gizi pada ibu hamil dihubungkan dengan risiko

terjadinya penyakit kronis yaitu KEK. Ibu hamil beresiko mengalami KEK

apabila hasil pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm (Teguh,

dkk, 2021). Untuk mencegah terjadinya Kekurangan Energi Kronik ( KEK )

pada ibu hamil, selama proses kehamilan dibutuhkan pelayanan yang tepat
3

untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian pada ibu hamil yaitu dengan

pemeriksaan Antenatal Care Terpadu ( ANC ). Antenatal Care Terpadu

adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional dengan

memberikan pelayanan pada ibu hamil selama kehamilan, standar pelayanan

Antenatal Care minimal 6 kali pemeriksaan selama kehamilan. Dengan

adanya pelayanan Antenatal Care Terpadu (ANC) selama kehamilan dapat

mewujudkan persalinan yang aman dan terkendali (Kemenkes RI,2022).

Antenatal Care yang baik sangat mempengaruhi proses persalinan,

Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan janin

turun ke dalam jalan lahir dan kemudian berakhir dengan pengeluaran plasenta

dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau bukaan jalan lahir,

dengan bantuan atau dengan kekuatan ibu sendiri (Annisa dkk, 2017).

Antenatal Care bisa mempengaruhi proses persalinan dalam berbagai kondisi.

Persalinan dapat dilakukan atau diakhiri dengan proses tindakan yang

disebabkan oleh beberapa faktor salah satu faktornya adalah CPD

(Cephalopelvic disproportion). Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah

ketidaksesuaian antara ukuran kepala janin dan kapasitas panggul (pelvis) ibu

yang menyebabkan hambatan persalinan pervaginam (Garry, 2019). Terminasi

dengan CPD (Cephalopelvic disproportion) adalah dengan persalinan tindakan

Sectio Caesarea, Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut

(Martowirjo, 2018).
4

Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan

4000 gram dan tanpa tanda–tanda asfiksia dan penyakit penyerta lainnya

(Noordiati, 2018). Menurut WHO Angka kematian bayi di dunia pada tahun

2022 sebesar 2.350.000 dengan penyebab kematian tertinggi adalah infeksi

(WHO, 2022). Kematian Bayi di ASEAN tertinggi berada di Myanmar

sebesar 22.00/1000 kelahiran hidup dengan faktor penyebab kematian adalah

Berat Bayi Lahir Rendah (ASEAN, 2022). Menurut Dinas Kesehatan

Indonesia Angka Kematian Bayi 20,266 kasus penyebab kematian terbanyak

adalah BBLR, asfiksia, infeksi, kelainan kongenital, dan tetanus neonaturun

(Kemenkes RI, 2022). Di provinsi Jawa Tengah Angka Kematian Bayi

8,30/1000 Kelahiran Hidup dengan penyebab kematian antara lain Berat Bayi

Lahir Rendah. Asfiksia, kelainan kongenital jantung (Dinkes Jateng, 2022).

Kabupaten Brebes Kematian Bayi sebanyak 283 kasus dengan kasus tertinggi

kematian adalah Berat Bayi Lahir Rendah (Dinkes Brebes, 2022). Di

Puskesmas Kaliwadas tahun 2020 Angka Kematian Bayi terdapat 17 kasus,

tahun 2021 terdapat 5 kasus, dan tahun 2022 terdapat 5 kasus dengan kasus

kematian tertinggi adalah Berat Bayi Lahir Rendah dan asfiksia (Puskesmas

Kaliwadas, 2022).

Nifas merupakan sebuah fase setelah ibu melahirkan dengan rentang

waktu kira-kira selama 6 minggu. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

plasenta keluar sampai alat-alat kandungan kembali normal seperti sebelum

hamil (Asih & Risneni, 2019). Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan
5

untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi

kelahiran. Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga dengan

pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau

penggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan lain-lain. Jumlah

anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua (Pragita &

Rembang, 2019).

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka penulis

tertarik untuk menyusun Proposal Laporan Tugas Akhir dengan Judul “

Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. Y Umur 20 Tahun G1P0A0

Dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) dan CPD di BPM Ny. S

Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwadas Kabupaten Brebes Tahun 2023”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas masalah yang dapat

dirumuskan adalah "Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. Y

Umur 20 Tahun G1P0A0 Dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) di BPM

Ny. S Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwadas Kabupaten Brebes Tahun 2023?.

C. Tujuan

a) Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan secara

komprehensif pada Ny. Y sesuai standar pelayanan kebidanan mulai dari


6

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan keluarga berencana

dengan pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney dan SOAP.

b) Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan Asuhan Kebidanan TM III pada Ny. Y umur 20

Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwadas Kabupaten Brebes

Tahun 2023.

b. Mampu melakukan Asuhan Kebidanan Persalinan pada Ny. NY umur

20 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Bumiayu Kabupaten Brebes

Tahun 2023.

c. Mampu melakukan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Ny. Y

umur 20 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwadas Kabupaten

Brebes Tahun 2023.

d. Mampu melakukan Asuhan Kebidanan Masa Nifas pada Ny. Y umur

20 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwadas Kabupaten Brebes

Tahun 2023.

e. Mampu melakukan Asuhan Kebidanan KB pada Ny. Y umur 20 Tahun

di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwadas Kabupaten Brebes Tahun

2023.

D. Manfaat

1. Bagi Lahan Praktik

Dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan dengan asuhan

kebidanan yang komprehensif pada setiap pelayanan kebidanan yang


7

diberikan pada ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, ibu nifas, dan

keluarga berencana (KB).

2. Bagi Akademik

Dapat memperoleh informasi yang dapat dijadikan sebagai acuan

mahasiswa dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif

dan pembangunan ilmu pengetahuan yang terkait pada masa yang akan

datang.

3. Bagi Klien

Klien dapat memperoleh asuhan kebidanan secara komprehensif

mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan KB yang

sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.

4. Bagi Penulis

Penulis dapat menerapkan asuhan kebidanan pada masa kehamilan,

persalinan, nifas, BBL, KB fisiologis secara komprehensif.

E. Ruang Lingkup

1. Sasaran

Sasaran pada kasus ini adalah ibu hamil Ny. Y usia 20 tahun

G1P0A0 dengan kekurangan energi kronik, usia kehamilan minimal 28

minggu serta maksimal usia kehamilan 32 minggu yang akan dipantau

secara berkesinambungan, persalinan yang dipantau dari kala I, II, III, VI,

selama proses persalinan, bayi baru lahir dilakukan pada (KN 1) 6 jam- 2

hari, (KN 2) 3 hari-7 hari jam, (KN 3) 8 hari - 28 hari dan nifas dipantau
8

dari (KF 1) 6 jam - 2 hari Pospartum, (KF 2) 3-7 hari Postpartum, (KF 3) 8-

28 hari Postpartum, (KF 4) 29-42 hari Postpartum sampai dengan

dilakukannya keluarga berencana setelah selesainya masa nifas dengan

standar asuhan kebidanan.

2. Tempat

Lokasi dalam pengambilan kasus Ny. Y di wilayah Puskesmas

Kaliwadas.

3. Waktu

Bulan Maret sampai dengan Mei 2023


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Klinis

1. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis.

Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, jika telah

mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan

seorang pria yang organ reproduksinya sehat, sangat besar

kemungkinannya terjadi kehamilan. Apabila kehamilan

direncanakan, akan memberi rasa bahagia dan penuh harapan, tetapi

disisi lain diperlukan kemampuan bagi wanita untuk beradaptasi

dengan perubahan yang terjadi selama kehamilan, baik perubahan

yang bersifat fisiologis maupun psikologis (Fatimah &

Nuryaningsih, 2017).

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional,

kehamilan didefinisikan sebagai fertilasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi. Bila dihitung dari saat fertilasasi hingga lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10

bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa kehamilan adalah bertemunya sel telur dan

9
10

sperma di dalam atau diluar rahim dan berakhir dengan keluarnya

bayi dan plasenta melalui jalan lahir.

Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya

280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).

Pembagian kehamilan dalam 3 trimester : trimester I, dimulai dari

konsepsi sampai tiga bulan (0-12 minggu), trimester II, dimulai dari

bulan keempat sampai enm bulan (13-28 minggu), trimester III dari

bulan tujuh sampai sembilan bulan (29-42 minggu) (Fatimah &

Nuryaningsih, 2017).

Kehamilan ialah suatu proses proses alami dalam kehidupan

terjadinya pembuahan sel telur oleh sel sperma di masa ovulasi yang

berproses menjadi janin dan selama kehamilan ibu harus diberikan

perawatan yang penting serta intervensi yang tepat (Homer, 2019;

I.K. Sari 2015; World Health Organization, 2017).

Kehamilan adalah kondisi fisiologis yang dapat menyebabkan

perubahan pada ibu hamil, baik secara fisik maupun mental.

Kehamilan bukan kondisi patologis seperti penyakit. Mayoritas ibu

hamil dapat melewati perubahan-perubahan yang terjadi selama

kehamilan secara alamiah, dan hanya sebagian kecil ibu dengan

kehamilan patologis. Oleh karenanya, tenaga kesehatan harus dapat

memfasilitasi ibu hamil untuk melewati proses alamiah tersebut,

dengan intervensi media seminimal mungkin (Bidan dan Dosen

Kebidanan Indonesia, 2020).


11

b. Fisiologi Kehamilan

Perubahan anatomi dan fisiologi pada ibu hamil trimester III,

yaitu :

1) Uterus

Uterus akan membesar dibawah pengaruh estrogen dan

progesteron yang kadarnya meningkat. Panjang uterus akan

bertambah lebih cepat dibandingkan lebarnya, sehingga akan

berbentuk oval. Pada akhir trimester ismus akan berkembang

menjadi segmen bawah uterus. Pada trimester pertama uterus akan

mengalami kontraksi yang tidak teratur dan pada umumnya tidak

disertai nyeri. Pada trimester kedua adanya kontraksi yang muncul

tiba-tiba dan intensitasnya bervariasi disebut braxton hicks.

Kemudian kontraksi ini dirasakan kembali pada satu atau dua

minggu sebelum persalinan (Prawirohardjo, 2017).

2) Serviks

Satu bulan setelah konsepsi akan menjadi lebih lunak dan

kebiruan. Perubahan ini akibat penambahan vaskularisasi dan

terjadinya edema pada seluruh serviks (Prawirohardjo, 2017).

3) Ovarium

Hanya satu corpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium.

Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal

kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil

progesteron dalam jumlah yang relatif minimal (Prawirohardjo,

2017).
12

4) Vulva dan Perineum

Peningkatan vaskularisasi pada kulit dan otot perineum dan

vulva menyebabkan vagina terlihat berwarna keunguan yang

dikenal dengan tanda Chadwick. Peningkatan pH vagina juga

terjadi antara 3,5 – 6 yang merupakan hasil produksi asam laktat

glikogen dari lactobacillus acidophilus (Prawirohardjo,2017).

5) Payudara

Pada ibu hamil trimester ketiga keluar suatu cairan berwarna

kekuningan yang disebut kolostrum. Peningkatan hormon prolaktin

akan merangsang peningkatan air susu. Jika payudara semakin

membesar, striae seperti yang terlihat pada perut akan muncul

(Prawirohardjo, 2017).

6) Kulit

Pada kulit dinding perutakan terjadi perubahan warna

menjadi merah, kusam yang dikenal dengan namastriae

gravidarum. Pada pertengahan perut wanita terdapat garis yang

akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut linea nigra.

Bintik-bintk hitam disekitar wajah dan leher disebut cloasma

gravidarum.Semua hal tersebut akibat peningkatan aktifitas

melanocyte stimulating hormon (Prawirohardjo, 2017).

7) Sistem Kardiovaskular

Curah jantung selama kehamilan menjadi meningkat. Sejak

pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan vena kava inferior


13

dan aorta bawah ketika berada dalam posisi terlentang. Selama

trimester terakhir posisi terlentang akan membuat fungsi ginjal

menurun jika dibandingkan posisi miring (Prawirohardjo, 2017).

8) Sistem Pernafasan

Sistem respirasi terjadi perubahan karena pembesaran uterus

terutama pada bulan-bulan terakhir kehamilan dan ketuban oksigen

yang meningkat +- 20% untuk metabolisme janin. Dorongan rahim

yang membesar menyebabkan terjadi desakan di diafragma. Terjadi

desakan rahim dan kebutuhan O2 meningkat, ibu hamil akan

bernafas lebih cepat 20-25% dari biasanya (Nurrezki, dkk, 2018).

9) Sistem Pencernaan

Peningkatan hormon estrogen mengakibatkan terdapat

perasaan enek (nausea). Gejala mintah (emesis) dijumpai pada

bulan pertama kehamilan yang terjadi pada pagi hari (morning

sickness). Emesis yang berlebihan (hiperemesis gravidarum)

merupakan situasi patologis. Sering dijumpai morning sickness,

hiperemesis gravidarum, dan salivasi. Salivasi adalah pengeluaran

air liur berlebihan dari biasanya (Nurrezki, dkk, 2018).

10) Sistem Perkemihan

Pembesaran ureter kiri dan kanan dipengaruhui oleh

hormon progesteron. Pada kehamilan trimester I kandung kemih

tertekan uterus yang mulai membesar, akibatnya ibu sering buang

air kecil. Trimester II dimana uterus telah keluar dari rongga


14

pelvis dan gejala buang air kecil tidak dijumpai lagi. Trimester III,

apabila janin mulai turun ke PAP, keluhan ibu sering buang air

kecil timbul lagi karena kandung kemih tertekan (Nurrezki, dkk.

2018).

11) Sistem Muskuloskeletal

Pada wanita hamil lordosis menjadi bentuk yang umum.Hal

tersebut dikarenakan dari pembesaran uterus ke posisi anterior,

lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua

tungkai.

12) Penambahan Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan

berasal dari uterus dan isinya. Diperkirakan berat badan selama

kehamilan akan bertambah 12,5 kg. Pada trimester ke-2 dan ke-3

pada perempuan dengan gisi baik dianjurkan menambah berat

badan per minggu sebesar 0,4 kg.

Perhitungan berat badan menurut Jannah, (2017)

berdasarkan indeks massa tubuh :

IMT = BB/(TB)2

Dimana :

IMT = Indeks massa tubuh

BB = Berat badan (kg)

TB = Tinggi badan (m)


15

Tabel 2.1 Indeks Massa Tubuh

Kategori IMT Rekomendasi (Kg)

Rendah <19,8 12,5 – 18

Normal 19,8 - 26 11,5 - 16

Tinggi 26 - 29 7 – 11,5

Obsesi >29 7

Gemelli 16-20,5

(Sumber: Prawirohardjo, 2017)

Tabel 2.2 Pertambahan Berat Badan selama Kehamilan

Jaringan dan Cairan Berat Badan (Kg)

Janin 3-4

Plasenta 0,6

Cairan Amnion 0,8

Peningkatan berat uterus 0,9

Peningkatan berat payudara 0,4

Peningkatan volume darah 1,5

Cairan ekstra seluler 1,4

Lemak 3,5

Total 12,5 Kg

(Sumber: Walyani, 2017)


16

c. Proses Kehamilan

Menurut Armini et al., 2017 Prosesilan merupakan mata

rantai berkesinambungan yang terdiri dari :

1) Ovum

Meiosis pada wanita menghasilkan sebuah telur atau

ovum. Proses ini terjadi di dalam ovarium, khususnya pada folikel

ovarium. Ovum dianggap subur selama 24 jam setelah ovulasi.

2) Sperma

Ejakulasi pada hubungan seksual dalam kondisi normal

mengakibatkan pengeluaran satu sendok teh semen, yang

mengandung 200-500 juta sperma, ke dalam vagina. Saat sperma

berjalan tuba uterina, enzim-enzim yang dihasilkan disana akan

membantu kapasitas sperma. Enzim-enzim ini dibutuhkan agar

sperma dapat menembus lapisan pelindung ovum sebelum

fertilisasi.

3) Fertilisasi

Fertilisasi berlangsung di ampula (seperti bagian luar)

tuba uterina. Apabila salah satu sperma berhasil menembus

membran yang mengelilingi ovum, baik sperma maupun

ovumakan berada di dalam membran dan membran tidak lagi

dapat ditembus oleh sperma lain. Dengan demikian, konsepsi

berlangsung dan terbentuklah zigot.


17

4) Implantasi

Zona pellucida berdegenerasi dan trofoblas melekatkan

dirinya pada endometrium rahim, biasanya pada daerah fundus

anterior atau posterior. Antara 7-10 hari setelah konsepsi,

trofoblas mensekresi enzim yang membantunya membenamkan

diri ke dalam endometrium sampai seluruh bagian blastosis

tertutup.

d. Diagnosis Kehamilan

Cara yang dapat dilakukan untuk menegakkan keadaan

seseorang dalam kondisi hamil meliputi kehamilan, kondisi janin dan

masalah yang menyertai kehamilannya setelah di diagnosa

kehamilan. Bidan dapat menegakan diagnosa kehamilan,

pemeriksaan hormonal dan pemeriksaan panunjang lain (Wahyuntari

et al., 2018). Menurut Wahyuntari et al (2018) dan Fatimah dan

Nuryaningsih (2017), diagnosa hamil dapat ditegakkan berdasarkan

tanda dan gejala hamil yang meliputi:

1) Tanda dugaan hamil

Amenore (terlambat datang bulan), mual dan muntah,

pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam

lambung yang berlebihan, ngidam, sinkope atau pingsan, terjadi

gangguan sirkulasi ke daerah kepala, payudara tegang, sering

miksi, obstipasi, epulis, pigmentasi kulit, varises atau

penampakan pembuluh darah.


18

2) Tanda tidak pasti kehamilan

a) Rahim membesar sesuai dengan usia kehamilan

b) Pada pemeriksaan dalam terdapat tanda,yaitu:

 Tanda Heager: melunaknya segmen bawah uterus

 Tanda Chadwiks: warna selaput lendir vulva dan vagina

menjadi ungu

 Tanda Piscaseck: uterus membesar ke salah satu arah

sehingga menonjol jelas ke arah pembesaran tersebut

 Kontraksi Broxton Hicks: bila uterus dirangsang mudah

berkontraksiTanda Ballotement: terjadi pantulan saat

uterus ditekuk dengan jari

c) Perut membesar

d) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif

3) Tanda pasti kehamilan

a) Gerakan janin dalam rahim : teraba gerakan janin, teraba

bagian-bagian janin

b) Denyut jantung janin : didengar dengan stetoskop leanec, alat

kardiotokografi, alat doppler, USG. (Fatimah &

Nuryaningsih, 2017)

e. Klasifikasi Usia Kehamilan

Menurut Widatiningsih dan Dewi (2017), kehamilan dibagi

menjadi:

1) Kehamilan Trimester I (1-12 minggu)


19

2) Kehamilan Trimester II (13-27 minggu)

3) Kehamilan Trimester III (28-40 minggu)

f. Perubahan Fisiologis Wanita Selama Kehamilan

Menurut Armini et al., 2017 ada beberapa perubahan

fisiologis wanita pada saat hamil

1) Uterus

Peningkatan ukuran uterus disebabkan oleh vaskularisasi

dan dilatasi pembuluh darah, hiperplas dan hipertrofi

(pembesaran serabut otot dan jaringan fibroelastis yang sudah

ada), perkembangan desidua. Selain itu, pembesaran uterus pada

trimester pertama juga akibat pengaruh hormon estrogen dan

progesteron yang tinggi.

2) Payudara

Rasa kesemutan nyeri tekan pada payudara yang secara

bertahap mengalami pembesaran karena peningkatan

pertumbuhan jaringan alveolar dan suplai darah. Puting susu

menjadi lebih menonjol, keras, lebih erektil, dan pada awal

kehamilan keluar cairan jernih (kolostrum). Areola menjadi lebih

gelap/berpigmen terbentuk warna merah muda. Rasa penuh,

peningkatan sensitivitas, rasa geli, dan rasa berat di payudara

mulai timbul sejak minggu keenam kehamilan.


20

3) Vagina dan vulva

Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya

distensi selama persalinan dengan memproduksi mukosa vagina

yang tebal, jaringan ikat longgar, hipertrofi otot polos, dan

pemanjangan vagina. Peningkatan vaskularisasi menimbulkan

warna ungu kebiruan yang disebut tanda Chadwick, suatu tanda

kemungkinan kehamilan yang dapat muncul pada minggu keenam

tapi mudah terlihat pada minggu kedelapan kehamilan.

4) Integumen

Perubahan keseimbangan hormon dan peregangan

mekanis menimbulkan perubahan pada integumen. Terdapat

bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada kulit di daerah tonjolan

maksila dan dahi yang disebut cloasma gravidarum. Linea nigra

yaitu garis gelap mengikuti midline (garis tengah) abdomen.

Striae gravidarum merupakan tanda regangan yang menunjukan

pemisahan jaringan ikat di bawah kulit.

5) Pernapasan

Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respon tubuh

terhadap percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan

oksigen jaringan uterus dan payudara. Selama masa hamil,

perubahan pada pusat pernapasan menyebabkan penurunan

ambang karbondioksida. Selain itu, kesadaran wanita hamil akan

kebutuhan napas meningkat, sehingga beberapa wanita hamil


21

mengeluh mengalami sesak saat istirahat.

6) Pencernaan

Pada awal kehamilan, sepertiga dari wanita hamil

mengalami mual dan muntah, kemudian kehamilan berlanjut

terjadi penurunan asam lambung yang melambatkan pengosongan

lambung dan menyebabkan kembung. Selain itu, menurunnya

peristaltik menyebabkan mual dan konstipasi. Konstipasi juga

disebabkan karena tekanan uterus pada usus bagian bawah pada

awal kehamilan dan kembali pada akhir kehamilan.

Meningkatnya aliran darah ke panggul dan tekanan vena

menyebabkan hemoroid pada akhir kehamilan.

7) Perkemihan

Pada awal kehamilan suplai darah ke kandung kemih

meningkat dan pembesaran uterus menekan kandung kemih,

sehingga meningkatkan frekuensi berkemih. Hal ini juga terjadi

pada akhir kehamilan karena janin turun lebih rendah ke pelvis

sehingga lebih menekan lagi kandung kemih.

8) Volume darah

Volume darah makin meningkat dimana jumlah serum

darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi

pengenceran darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada usia

kehamilan 32 minggu dan kadar Hb turun.


22

9) Sel darah

Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk

mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi

penambahan sel darah merah tidak seimbang dengan peningkatan

volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia

fisiologis.

10) Metabolisme

Metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar,

dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin

dan persiapan pemberian ASI .

g. Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda bahaya kehamilan adalah suatu gejala yang muncul

akibat adanya infeksi atau gangguan yang terjadi selama hamil (Armini

et al., 2017). Tanda-tanda bahaya kehamilan yang perlu diwaspadai

adalah sebagai berikut :

1) Bengkak di kaki, tangan, wajah dan sakit kepala yang terkadang

disertai kejang. Keadaan ini sering disebut keracunan kehamilan

atau eklampsia.

2) Perdarahan pervaginam

Perdarahan merupakan penyebab kematian pada ibu hamil

paling sering. Perdarahan pada kehamilan muda sebelum

kandungan 3 bulan bisa menyebabkan keguguran. Apabila ibu

hamil mendapatkan pertolongan secepatnya, janin mungkin dapat


23

diselamatkan. Apabila tidak, ibu tetap harus mendapatkan bantuan

medis agar kesehatannya terjaga.

3) Demam tinggi

Hal ini biasanya disebabkan karena infeksi atau malaria.

Apabila dibiarkan, demam tinggi pada ibu hamil membahayakan

keselamatan ibu dan dapat menyebabkan keguguran atau kelahiran

prematur.

4) Keluar air ketuban sebelum waktunya

Pecahnya ketuban sebelum waktunya merupakan tanda

adanya gangguan pada kehamilan yang dapat membahayakan

keselamatan janin dalam kandungan.

5) Ibu muntah terus dan tidak mau makan

Sebagian besar ibu hamil merasa mual dan kadang-kadang

muntah pada umur kehamilan 1-3 bulan. Kondisi ini normal dan

akan hilang pada usia kehamilan >3 bulan. Namun, jika ibu tetap

tidak mau makan, muntah terus-menerus, lemah dan tidak bisa

bangun, maka keadaan ini berbahaya bagi kesehatan ibu dan

keselamatan janin.

6) Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak

Keadaan ini merupakan tanda bahaya pada janin. Hal ini

disebabkan adanya gangguan kesehatan pada janin, bisa juga

karena penyakit atau gizi yang kurang.


24

h. Perubahan dan Adaptasi Psikologis Ibu Selama Hamil

1) Trimester I (Periode penyesuaian terhadap kehamilan)

Pada awal kehamian sering muncul perasaan ambivalen

dimana ibu hamil merasa ragu terhadap kenyataan bahwa dirinya

hamil. Ambivalen dapat terjadi sekalipun kehamilan ini

direncnakan dan sangat diharapkan. Gambaran respon terhadap

ambivalen ini yaitu selama beberapa minggu awal kehamilan

apakah ibu hamil atau tidak serta menghabiskan banyak waktu

untuk membuktikan kehamilan (Widatiningsih & Dewi, 2017).

Pada trimester I ini saat terjadi labilitas emosiona, yaitu

perasaan yang mudah berubah dalam waktu singkat dan tak dapat

diperkirakan. Dapat timbul perasaan khawatir seandainya bayi

yang dikandungnya cacat atau tidak sehat, khawatir akan jatuh,

cemas dalam melakukan hubungan seksual dan sebagainya

(Widatiningsih & Dewi, 2017)

2) Trimester II (Periode sehat)

Trimester ini ibu merasa lebih stabil, kesanggupan

mengatur diri lebih baik, kondisi ibu lebih menyenangkan, ibu

mulai terbiasa dengan perubahan fisik tubuhnya, janin belum

terlalu besar sehingga belum menimbulkan ketidaknyamanan. Ibu

sudah mulai menerima dan mengerti tentang kehamilannya. Secara

kogniti, pada trimester II ibu cenderung membutuhkan informasi


25

mengenai pertumbuhan dan perkembangan bayinya serta

perawatan kehamiannya (Widatiningsih & Dewi, 2017).

3) Trimester III (Periode menunggu dan waspada

Trimester ini ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran

bayinya. Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan

lahir sewaktu-waktu ini menyebabkan ibu meningkatkan

kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya

persalinan. Respon terhadap perubahan gambaran diri yaitu ibu

merasa dirinya aneh dan jelek (Widatiningsih & Dewi, 2017).

Ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya

dan kehilangan perhatian kusus yang diterima selama hamil. Pada

trimester inilah ibu memerlukan ketenangan dan dukungan yang

lebih dari suami, keluarga dan bidan.Trimester ini adalah saat

persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua

(Widatiningsih & Dewi, 2017).

i. Adaptasi Psikologis pada Ibu Hamil

Menurut Petter, (2018) dukungan psikologis terhadap ibu hamil

meliputi

1) Dukungan suami

Dukungan suami yang bersifat positif kepada istri yang

hamil akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan dan

perkembangan janin, kesehatan fisik dan psiokologis ibu. Bentuk

dukungan suami tidak cukup dari sisi finansial semata, tetapi juga
26

berkaitan dengan cinta kasih, menanamkan rasa percaya diri

kepada istrinya, melakukan komunikasi terbuka dan jujur, sikap

peduli, perhatian, tanggap, dan kesiapan ayah.

2) Dukungan keluarga

Ibu hamil sering kali merasakan ketergantungan terhadap

orang lain, namun sikap ketergantungan akan lebih besar ketika

akan bersalin. Sifat ketergantungan ibu dipengaruhui kebutuhan

rasa aman, terutama menyangkut keamanan dan keselamatan saat

melahirkan. Rasa aman tidak hanya berasal dari suami, tetapi juga

dari anggota keluarga besarnya. Dukungan keluarga besar

menambah percaya diri dan kesiapan mental ibu pada masa hamil

dan ketika akan menghadapi persalinan.

3) Tingkat kesiapan personal ibu

Tingkat kesiapan personal ibu merupakan modal dasar bagi

kesehatan fisik dan psikis ibu, yaitu kemampuan menyeimbangkan

perubahan-perubahan fisik dengan kondisi psikologinya sehingga

beban fisik dan mental bisa dilaluinya dengan suka cita, tanpa

stress, atau depresi.

4) Pengalaman traumatis ibu

Terjadi trauma pada ibu-ibu hamil dipengaruhui oleh sikap,

mental, dan kualitas diri ibu tersebut. Bagi ibu-ibu yang suka

menyaksikan. Resiko kehamilan cukup membuat resah ibu hamil,

meskipun diketahui dalam proses kehamilan akan terjadi


27

perubahan-perubahan fisik maupun psikologis. Perubahan fisik

tersebut berupa peningkatan hormone yang juga dapat

mempengaruhui suasana hati seseorang. Perubahan psikologis

sendiri seperti ketakutan, kekhawatiran dan kecemasan

(Darmasanti, 2019).

Saat hamil terjadi perubahan pada ibu baik dari segi fisik,

fisologis dan psikologis. Perubahan fisiologis dimulai saat

terjadinya proses nidasi dan perubahan ini dapat bersifat patologis

bagi ibu hamil yang dapat menimbulkan keluhan-keluhan seperti

nyeri punggung bawah, sesak nafas, varises, haemoroid, mudah

lelah, gangguan tidur, diastasis recti, kram, nyeri pelvis, pre-

eklampsia, stress, dan lain-lain. Timbulnya keluhan ini akan

berdampak pada ibu hamil dan janinnya jika keluhan tersebut tidak

dapat diatasi oleh ibu hamil (Mezzi Wulandari Arenza, 2018).

Perubahan fisiologis dan psikologis diperlukan guna

melindungi fungsi normal ibu dalam menyediakan kebutuhan

untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Perubahan ini

menimbulkan gejala spesifik sesuai dengan tahapan kehamilan

yang terdiri dari trimester. Periode yang membutuhkan perhatian

khusus adalah selama trimester III, karena masa ini marupakan

masa terjadi pertumbuhan dan perkembangan janin yang semakin

meningkat. Berat badan yang meningkat drastis menyebabkan ibu

hamil merasa cepat lelah, sukar tidur, nafas pendek, kaki dan
28

tangan oedema. Peningkatan tinggi fundus uteri yang disertai

pembesaran perut, membuat beban tubuh lebih kedepan. Dalam

upaya menyesuaikan dengan beban tubuh yang berlebihan

sehingga tulang belakang mendorong kearah belakang, membentuk

postur tubuh lordosis. Hal ini menyebabkan ibu merasakan pegal

pada pinggang, varises dan kran pada kaki (Suryani dan

Handayani, 2018).

j. Kebutuhan Fisik Ibu Trimester III

Menurut Rukiyah, dkk (2017), kebutuhan fisik ibu hamil

adalah sebagai berikut :

1) Oksigen

Kebutuhan oksigen meningkat sebagai respon tubuh

terhadap akselerasi laju metabolisme, untuk menambah masa

jaringan pada payudara, hasil konsepsi dan masa uterus dan

lainnya. Ibu hamil bernafas lebih dalam karena peningkatan

volume paru dan jumlah pertukaran gas pada setiap kali bernafas.

2) Nutrisi

Gizi pada waktu hamil harus ditingkatan hingga 300

kalori/hari, ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang

mengandung protein, zat besi, dan minuman yang cukup cairan

(seimbang).
29

a) Kalori

Kebutuhan energi selama kehamilan yang normal

perlu tambahan 80.000 kalori selama 280 hari. Hal ini berarti

perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap

hari selama hamil (Sukarni, dan Margareth, 2018).

b) Asam folat

Asam folat merupakan vitamin B yang memegang

peranan penting dalam perkembangan embrio. Asam folat

biasanya ditemukan dalam makanan seperti kacang kering,

kacang polong, jeruk, produk gandum, hati, bit, brokoli, dan

bayam (Sukarni, dan Margareth, 2018).

c) Zat Besi

Zat besi berguna memproduksi sel darah merah

sehingga bisa menjamin sirkulasi oksigen dan metabolisme

zat gizi yang dibutuhkann ibu hamil. Selama kehamilan

dibutuhkan 30 mg/hari zat besi. Kebutuhan itu dapat

dipenuhui dari makanan seperti daging, hati, ikan, kuning

telur, sayuran hijau, kacang-kacangan, tempe, dan roti

(Sukarni, dan Magareth, 2018).

d) Kalsium

Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan tulang

belakang dan gigi janin yang dimulai sejak usia kehamilan 8

minggu. Ibu hamil membutuhkan sekitar 900 mg kalsium.


30

Sumber kalsium adalah susu, teri, udang kecil, kacangan-

kacangan, dan produk susu lainnya seperti keju, yoghurt

(Sukarni, dan Margareth, 2018).

3) Personal Hygiene

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi

dianjurkan sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil lebih

banyak berkeringat. Selama kehamilan PH vagina menjadi asam

oleh karena mudah terkena infeksi. Kebersihan gigi perlu

diperhatikan dengan baik, karena bila terjadi kerusakan dari gigi

berlubang akan mengakibatkan komplikasi seperti nefritis. Maka

dari itu wanita hamil harus memeriksakan giginya secara teratur

sewaktu hamil (Rukiyah, dkk. 2017).

4) Eliminasi (BAK dan BAB)

Frekuensi BAK meningkat karena penurunan kepala ke

PAP (Pintu Atas Panggul) BAB sering obstipasi (sembelit) akibat

pengaruh progesteron meningkat. Pada trimester III, terjadi

pembesaran janin yang juga menyebabkan desakan pada kandung

kemih (Rukiyah, dkk. 2017).

5) Seksual

Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan

sampai akhir kehamilan. Coitus tidak dibenarkan bila

(Mandriwati, dan Ariani, 2017):

a) Terdapat perdarahan pervaginam


31

b) Terdapat riwayat abortus berulang

c) Abortus/partus prematurus imminens

d) Ketuban pecah

e) Serviks telah membuka

6) Istirah dan tidur

Ibu hamil sebaiknya banyak menggunakan waktu luang

untuk istirahat dan tidur. Tidur dalam posisi miring ke kiri,

letakkan bantal untuk menyangga. Ibu hamil sebaiknya

mengguanakan waktu istirahat yang banyak untuk memperbaiki

sirkulasi darah (Rukiyah, dkk. 2017).

7) Imunisasi

Pemberian imunisasi TT pada kehamilan umumnya

diberikan 2 kali saja. Imunisasi pertama diberikan usia kehamilan

16 minggu untuk kedua diberikan 4 minggu kemudian (Rukiyah,

dkk. 2017).

8) Mobilisasi

Bersamaan dengan membesarnya ukuran uterus

menyebabkan perubahan yang drastis pada kurva tulang belakang

menjadi lordosis proresif. Mobilitas sakroiliaka, sakro koksigeal,

sendi pubis bertambah besar dan menyebabkan rasa tidak nyaman

dibagian bawah punggu khususnya pada akhir kehamilan

mengakibatkan rasa pegal, lemah (Nurrezki, dkk. 2017).


32

k. Penatalaksanaan dalam kehamilan

1) Definisi Antenatal Care (ANC)

Antenatal Care merupakan suatu bentuk pengawasan

kehamilan untuk mengetahui kesehatan umum ibu, menegakkan

secara dini penyakit yang menyertai kehamilan dan menegakkan

secara dini komplikasi kehamilan. Pengawasan wanita hamil

secara rutin mampu membantu menurunkan morbiditas dan

mortalitas ibu dan bayi (Kemenkes RI, 2020).

Antenatal care merupakan program yang mampu

menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Program antenatal care

mampu mendekteksi secara dini komplikasi sejak kehamilan

diikuti dengan pendidikan kesehatan dan pencegahan komplikasi

kehamilan. Standar frekuensi kunjungan antenatal care

berdasarkan rekomendasi WHO pada tahun 2016 adalah 8 kali

(Hana Haryani, 2020).

Antenatal sendiri merupakan rangkaian dari program

terencana yang terdiri dari observasi kehamilan, edukasi seputar

kehamilan dan membantu ibu mempersiapkan persalinannya di

masa yang akan datang (Tadesse, 2020; Tutik Ekasari, 2019).

Pemeriksaan antenatal adalah upaya yang dilakukan untuk

mencegah terjadinya risiko kehamilan yang merugikan seperti

kematian maternal, kelainan dan keguguran (Dharmayanti, Azhar,

Hapsari, & H, 2019).


33

2) Tujuan Antenatal Care (ANC)

Menurut Maharlouei et al., (2020); Mappa, Distefano, &

Rizzo, 2020; Tadesse, (2020).Antenatal care bertujuan untuk:

a) Memastikan kehamilan sehat baik ibu maupun janin

b) Meningkatkan kesehatan ibu baik dalam fisik maupun

psikologis

c) Membantu ibu dalam mengenali perkembangan bayi selama

kehamilan untuk mencegah terjadiya risiko

d) Membantu mempersiapkan persalinan dengan baik

e) Membantu mempersiapkan ibu dalam pemberian ASI

eksklusif setelah persalinan

f) Membantu mempersiapkan ibu hamil menjadi ibu agar bisa

merawat bayi yang sudah di lahirkan dengan baik.

g) Komponen atau Standar Pemeriksaan Antenatal Care (ANC)

Antenatal Care terbaru sesuai dengan standar pelayanan yaitu

minimal 6 kali pemeriksaan sesuai kehamilan, dan minimal 2

kali pemeriksaan oleh dokter pada trimester I dan III, 2 kali

pada trimester I (kehamilan hingga 12 minggu), 1 kali pada

trimester II (diatas 12 minggu sampai 26 minggu), 3 kali pada

trimester III (kehamilan diatas 24 minggu sampai 40 minggu)

(Buku KIA Terbaru Revisi Tahun 2022).

Dalam pemeriksaan antenatal, selain kuantitas (frekuensi

kunjungan), perlu diperhatikan pula kualitas pemeriksaannya.


34

Menurut Kemenkes RI (2020) standar pelayan ANC harus

memenuhi kriteria 10T, yaitu :

a) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan (T1)

b) Pengukuran tekanan darah (T2)

c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) (T3)

d) Pengukuran tinggi fundus uteri (T4)

Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan untuk

mengetahui posisi janin dan mengidentifikasi kelainan pada

janin. Mengukur fundus uteri bisa dilakukan dengan cara

palpasi abdominal dan manuver Leopold yang terdiri atas :

(1) Leopold I

Pemeriksaan leopold I bertujuan untuk

menentukan usia kehamilan dan posisi janin terdapat

difundus uteri. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara

meraba fundus uteri dengan ujung jari kedua tangan untuk

meraba kepala janin untuk mengetahui posisi janin normal

atau tidak normal.

(2) Leopld II

Pemeriksaan leopold II dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui posisi punggung janin serta ekstermitas

janin kaki dan tangan janin. Pemeriksaan ini dilakukan

dengan cara meraba kedau sisi perut ibu dengan kedua

tangan untuk menentukan letak punggung janin.


35

(3) Leopold III

Pemeriksaan leopold III dilakukan dengan tujuan

untuk melihat bagian bawah perut ibu posisi janin kepala

atau bokong. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara

meraba dengan satu tangan pada bagian perut hingga

bagian bawah ibu untuk menentukan kepala atau bokong.

(4) Leopold IV

Leopold IV dilakukan apabila posisi kepala janin

sudah berada dibawah. Pemeriksaan ini dilakukan dengan

cara meraba bagian perut bawah ibu dengan posisi

pemeriksan menghadap kaki pasien dan kedua tangan

pemeriksa merabaposis kepala bayi sudah memasuki pintu

panggul.

e) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi

tetanus toksoid sesuai status imunisasi (T5)

f) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama

kehamilan (T6)

g) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

(T7)

h) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi

interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana)

(T8)

i) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes


36

hemoglobin darah (Hb), Golda, Sifilis, Hepatitis, HIV, dan

Protein Urine(T9)

j) Tatalaksana kasus (T10)

3) Yang Mempengaruhi Antenatal Care (ANC)

a) Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi ialah faktor yang mempengaruhi

kepatuhan yang berfokus pada kebiasaan seseorang atau

masyarakat. Faktor predisposisi yang mempengaruhi antenatal

care menurut (Rachmawati, Puspitasari, & Cania, 2017)

sebagai berikut:

 Usia

Usia merupakan salah satu faktor mempengaruhi

kepatuhan ibu dalam melakukan kunjungan antental care,

ibu dengan usia muda cenderung belum matang dalam

berpikir dan belum bisa rasional di bandingkan ibu dengan

usia dewasa menengah sekitar usia 20 hingga 30 tahun.

 Status pekerjaan

Status pekerjaan merupakan faktor yang

mempengaruhi ibu dalam melakukan kunjungan antenatal,

hal ini terjadi dikarenakan ibu hamil yang menjadi wanita

karir cenderung sibuk dan sulit membagi waktu di

bandingkan dengan ibu hamil yang tidak bekerja.


37

 Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi kunjungan antenatal care, ibu

dengan pendidikan yang tinggi lebih menjunjung tinggi

status kesehatan ibu dan janin dan lebih mengetahui

tentang pentingnya melakukan kunjungan antenatal.

 Paritas ibu hamil

Jumlah kelahiran atau paritas pada ibu hamil

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kunjungan antental hal ini di karenakan ibu yang memiliki

pengalaman dalam persalinan kurang memperhatikan

dalam kehamilannya dan tidak terlalu khawatir di

bandingkan ibu hamil di kehamilan pertama.

 Pengetahuan ibu hamil

Tingkat pengetahuan ibu hamil adalah faktor yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam melakukan

kunjungan hal ini di karenakan tingginya pengetahuan

selama tentang kehamilan maka semakin besar potensi

dan motivasi ibu dalam melakukan kunjungan hal ini di

karenakan ibu lebih cenderung lebih memperhatikan

kehamilannya.
38

 Jarak kehamilan

Jarak kehamilan pada ibu merupakan faktor yang

mempengaruhi kunjungan antenatal sekaligus menjadi

faktor risiko terjadinya komplikasi kehamilan, jarak

kehamilan yang terlalu dekat dapat menjadi faktor pemicu

ibu tidak melakukan kunjungan.

 Sikap ibu hamil

Respon ibu dalam melakukan pemeriksaan

kehamilan merupakan salah satu sikap ibu yang

mempengaruhi kepatuhan kunjungan untuk melihat

kepedulian ibu dengan kehamilannya.

b) Faktor Penguat

Adapun beberapa faktor penguat kepatuhan ibu dalam

melakukan kunjungan antenatal care sebagai berikut :

(1) Dukungan suami

Suami adalah pendamping ibu yang berperan

menjaga ibu dan kehamilannya memberikan dukungan

selama kehamilan hal ini mempengaruhi motivasi ibu

dalam melakukan kunjungan antenatal (Saragih &

Nasution, 2018).

(2) Dukungan keluarga

Peran keluarga adalah memberikan dukungan

selama kehamilan dan menjadi sosok yang membantu ibu


39

dalam menjaga dan membantu serta menemani ibu untuk

memenuhi kebutuhan selama kehamilan (Fitrayeni,

Suryati, & Faranti, 2017).

(3) Dukungan petugas kesehatan

Dukungan petugas kesehatan bisa untuk memotivasi ibu

dalam melakukan kunjungan antenatal hal ini di

karenakan petugas yang cekatan dapat membuat ibu

percaya dan merasa aman saat pemeriksaan (Tasliah,

Lasmono Widagdo, 2017).

c) Faktor Pemungkin

Adapun faktor pemungkin kepatuhan ibu dalam

melakukan kunjungan antenatal care, menurut (Rachmawati et

al., 2017) sebagai berikut :

(1) Jarak tempat tinggal

Jarak tempat tinggal mempengaruhi kepatuhan ibu

dalam melakukan antenatal care, semakin jauh jarak

tempat tinggal kefasilitas kesehatan maka semakin sulit,

dan akan menurunkan motivasi ibu dalam melakukan

kunjungan antenatal care.

(2) Penghasilan keluarga (Ekonomi)

Penghasilan keluarga mempengaruhi kepatuhan

ibu dalam melakukan kunjungan antenatal. Hal ini

disebabkan rendahnya pendapatkan keluarga membuat


40

keluarga memenuhi kebutuhan pokok saja. Sehingga

kesehatan ibu hamil terabaikan yang membuat ibu lebih

memprioritaskan kebutuhan dibandingkan memeriksakan

kehamilan sehingga terjadi penurunan motivasi dalam

melakukan kunjungan.

(3) Fasilitas kesehatan mempengaruhi kualitas pelayanan

dalam kunjungan antenatal care.Kurangnya fasiltas

kesehatan dan terbatasnya pelayanan hal ini dapat

menyebabkan tidakpuasan dalam memeriksakan

kehamilan sehingga motivasi pada ibu cenderung

menurun dalam memeriksakan kehamilannya.

(4) Media informasi

Media informasi dapat mempengaruhi kepatuhan

ibu dalam melakukan kunjungan antenatal care. Media

informasi terdiri atas informasi penting seputar kehamilan

yang biasanya dikemas dalam bentuk poster, koran, leaflet

atau melalui media sosial. Media informasi biasanya

digunakan sebagai edukasi bagi ibu hamil untuk

meningkatkan motivasi dan pandangan ibu hamil agar

melakukan kunjungan antenatal care. .

l. Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) terbaru sesuai dengan

standar pelayanan yaitu minimal 6 kali pemeriksaan sesuai


41

kehamilan, dan minimal 2 kali pemeriksaan oleh dokter pada

trimester I dan III, 2 kali pada trimester pertama (kehamilan hingga

12 minggu), 1 kali pada trimester kedua (di atas 12 minggu sampai 26

minggu), 3 kali pada trimester ketiga (kehamilan diatas 24 minggu

sampai 40 minggu) (Buku KIA Terbaru Revisi Tahun 2020).

Kunjungan Kehamilan merupakan upaya untuk menjaga agar

ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan, dan nifas

dengan baik, oleh karena itu pemeriksaan kehamilan pada kunjungan

awal harus dilakukan secara lengkap dan sistematis (Simanullang,

2017). Alat dan bahan pemeriksaan kehamilan yang digunakan

bervariasi namun penggunaan indera yaitu mata, telinga, hidung, dan

tangan yang cermat diperlukan untuk mengetahui ibu hamil yang

diperiksa. Peralatan yang digunakan harus dalam keadaan bersih dan

siap pakai (Mufdlilah,2017).

Pemeriksaan kehamilan dilakukan melalui pemeriksaan

pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi). Pemeriksaan

dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki, yang dalam

pelaksanaannya dilakukan secara sistematis atau berurutan

(Rahmadani dan Sudiyati,2017).

m. Keuntungan Skrining ANC

Keuntungan skrining ANC untuk menilai faktor risiko

kehamilan adalah sebagai berikut:

1) Memungkinkan untuk mengidentifikasi masalah potensial selama


42

kehamilan

2) Evaluasi kebutuhan konseling untuk kehamilan

3) Mengurangi ketakutan terhadap masalah dan prosedur yang

mungkin dibutuhkan

4) Membantu untuk membangun komunikasi dan rasa percaya

terhadap pelayanan yang dilakukan di awal kunjungan

5) Memungkinkan mengubah diagnosa melalui proses monitoring

kehamilan yaitu kesejahteraan fisik, psikologi dan emosional ibu

dan janin

6) Melakukan rujukan ketenaga professional sesuai masalah dan

komplikasi

7) Memungkinkan rujukan pasangan untuk konseling genetika.

Skrining Antenatal/ Deteksi Dini Kehamilan Risiko Tinggi

Sesuai Standar Pelayanan ANC Pelayanan ANC oleh dokter pada

trimester 1 (satu) dengan usia kehamilan kurang dari 12 minggu

atau dari kontak pertama, dokter melakukan skrining

kemungkinan adanya faktor risiko kehamilan atau penyakit

penyerta pada ibu hamil termasuk didalamnya pemeriksaan

ultrasonografi (USG). (Kemenkes RI, 2021)

n. Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal dapat dilaksanakan secara terpadu dengan

program lain, yaitu :


43

1) Program Gizi

 Gizi seimbang pada ibu hamil sangat perlu diperhatikan

karena ibu hamil harus memenuhi kebutuhan gizi untuk

dirinya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan janinnya

(Kemenkes, 2021).

 Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada ibu hamil

rentan menderita anemia karena adanya peningkatan volume

darah selama kehamilan untuk pembentukan plasenta, janin

dan cadangan zat besi dalam ASI. Penanggulangan ibu hamil

KEK seharusnya dimulai sejak sebelum hamil bahkan sejak

usia remaja putri. Upaya penanggulangan tersebut

membutuhkan koordinasi lintas program dan perlu dukungan

lintas sector, organisasi profesi, tokoh masyarakat, I,SM dan

institusi lainnya.

2) Program Pengendalian Malaria

3) Program pengendalian malaria dengan pelayanan ibu hamil untuk

daerah endemis tinggi malaria, pada kunjungan pertama (KI)

ANC semua ibu hamil dilakukan :

 Pemberian kelambu berinsektisida

 Skrining darah malaria (RDT / mikroskopis)

 Pemberian terapi pada ibu hamil positif malaria

 Program Pengendalian Tuberkolusis (TBC)

Ibu hamil yang sakit TBC, harus segera diberi pengobatan


44

OAT untuk mencegah penularan dan kematian.

a) Program Pengendalian HIV, Sifilis dan Hepatitis B

Penularan vertical HIV, sifilis fan hepatitis B dapat terjadi dari

ibu kebayi yang dikandungnya.

b) Skrining Antenatal/Deteksi Dini Kehamilan Resiko Tinggi

Menggunakan “Kartu Skor Poedji Rochjati” (KSPR).

Kartu Skor Poedji Rochjati” (KSPR) adalah kartu skor

yang digunakan sebagai alat skring antenatal berbasis keluarga

untuk menemukan faktor resiko ibu hamil, yang selanjutnya

mempermudah pengenalan kondisi untuk mencegah terjadinya

komplikasi obstetric pada saat persalinan.

Upaya skrining anatenatal/deteksi dini terhadap kehamilan

resiko tinggi, dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen

bantu, Skor Poedji Rochjati” (KSPR), yang sudah dimasukkan

kedalam buku KIA. Sehingga diharapkan setiap ibu hamil

mempunyai buku KIA terbaru yang sudah ada kartu skor, yang

pelaksanannya dipantau oleh tenaga kesehatan, kader posyandu,

maupun ibu-ibu anggota/pengurus PPK (Kemenkes, 2020)

2. Kekurangan Energi Kronik (KEK)

a. Pengertian KEK

KEK pada ibu hamil adalah kekurangan gizi pada ibu hamil

yang berlangsung lama beberapa bulan atau tahun). Wanita hamil

beresiko mengalami KEK jika memiliki LILA <23,5 cm (Bappenas,


45

2018). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil dengan hasil pemeriksaan

antropometri, LILA <23,5 cm dan harus ditangani sesuai dengan

standard an kewenangan tenaga kesehatan termasuk tenaga gizi

(Kemenkes RI, 2020).

b. Etiologi

Faktor penyebab langsung ibu hamil KEK adalah konsumsi

gizi yang tidak cukup dan penyakit. Faktor penyebab tidak langsung

adalah persediaan makanan tidak cukup, pola asuh yang tidak

memadai dan kesehatan lingkungan serta pelayanan kesehatan yang

tidak memadai. Serta semua faktor langsung dan tidak langsung

dipengaruhi oleh kurangnya pemberdayaan wanita, keluarga dan

sumber daya manusia sebagai masalah utama, sedangkan masalah

dasar adalah kritis ekonomi, politik dan social (Kemenkes RI,

2020).

c. Patofisiologi KEK pada Kehamilan

Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) adalah

periode 9 bulan janin dalam kandungan (270 hari) hingga anak usia

2 tahun (730 hari). Pada 20 minggu pertama dibutuhkan kecukupan

protein dan zat gizi mikro untuk pembentukan sel dan menentukan

jumlah sel otak dan potensi tinggi badan (TB). Selanjutnya pada 20

minggu sampai dengan bayi baru lahir dibutuhkan kecukupan

energy, protein dan zat gizi mikro untuk pembentukan dan

pembesaran sel. Selama 6 bulan setelah bayi lahir bayi memerlukan


46

zat gizi mikro dan makro yang hanya cukup diperoleh dari Air Susu

Ibu (ASI Ekslusif). Di atas 6 bulan bayi mulai membutuhkan

makanan pendamping ASI yang cukup dan berkualitas untuk

mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Proses

biologic yang terjadi selama kehamilan ditandai dengan

pertambahan berat badan yang berasal dari beberapa komponen.

Perubahan yang terjadi selama kehamilan terukur dalam kenaikan

berat badan ibu (Adriani danWirjatmadi, 2020).

d. Penentuan KEK pada Kehamilan

KEK jika LILA <23,5 cm, dan dengan salah satu atau

beberapa kriteria status gizi yang perlu diperhatikan pada kondisi

ibu hamil yang beresiko. Disebut ibu hamil risiko tinggi bila: berat

badan pada seluruh usia kehamilan <45 kg. anemia bila Hb <11 g/dl

(Kemenkes RI, 2020).

e. Faktor yang mempengaruhi KEK pada Ibu Hamil

1) Faktor usia

Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu

yang sedang hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi

yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak

karena selain digunakan pertumbuhan dan perkembangan dirinya

sendiri, juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung.

Sedangkan untuk umur tua perlu energy yang besar juga karena

fungsi organ yang melemah dan diharuskan untuk bekerja


47

maksimal, maka memerlukan tambahan energy yang cukup guna

mendukung kehamilan yang sedang berlangsung. Sehingga usia

yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35

tahun, dengan diharapkan gizi ibu hamil akan lebih baik

(Heryanti, 2020).

2) Faktor Paritas

Paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah

anak yang dilahirkan. Paritas dapat dibedakan menjadi nulipara

yaitu paritas 0, primipara yaitu paritas 1, multipara yaitu paritas

2-4, dan grandemultipara yaitu paritas lebih dari 4

(Prawirohardjo, 2018). Tingkat paritas telah menarik perhatian

peneliti dalam kesehatan ibu dan anak. Dikatakannya bahwa

terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah

lebih baik dari pada yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi

antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit tertentu yang

berkaitan dengan kehamilan (Notoatmodjo, 2019).

3) Faktor Pengetahuan

Pengetahuan gizi kehamilan diperlukan oleh seorang ibu

hamil dalam merencanakan menu makanannya. Mengatur

makanan terutama untuk menangani keluhan-keluhan kehamilan

pada setiap trimesternya. Pada trimester awal kehamilan biasanya

ada keluhan mual juga muntah. Sehingga selera makanannya

pasti berkurang, yang biasanya berdampak pada asupan


48

makanannya. Ibu bisa menyiasati dengan makan sedikit-sedikit,

tetapi mengandung lemak karena akan merangsang mual dan

muntah. Dianjurkan untuk mengkonsumsi buah segar atau dibuat

jus, sayuran, kue kering, dan seafood. Sehinggakebutuhan gizi ibu

hamil tetap terpenuhi (Arisman, 2020).

f. Gizi Ibu Hamil

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selama kehamilan,

yaitu diantaranya kebutuhan nutrisi selama hamil yang berbeda-beda

untuk setiap individu dan juga dipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan

status gizi sebelumnya, kekurangan asupan pada salah satu zat akan

mengakibatkan kebutuhan terhadap sesuatu nutrien terganggu, dan

kebutuhan nutrisi yang tidak konsisten selama kehamilan. Kebutuhan

gizi ibu hamil seperti kebutuhan energi, protein dan asam amino,

karbohidrat, lemak, vitamin, mineral (Proverawati, 2019).

1) Energi

Kebutuhan energi selama proses kehamilan terjadi

peningkatan kebutuhan kalori sejalan dengan adanya peningkatan

laju metabolik basal dan penambahan berat badan yang akan

meningkatkan penggunaan kalori selama beraktivitas. Selain itu

juga selama hamil, ibu membutuhkan tambahan energi/kalori

untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, plasenta, jaringan

payudara, dan cadangan lemak. Kebutuhan kalori kira-kira sekitar

15% dari kalori normal. Tambahan energi yang diperlukan selama


49

hamil yaitu 27.000 - 80.000 Kkal atau 100 Kkal/hari. Sedangkan

energi yang dibutuhkan oleh janin sendiri untuk tumbuh dan

berkembang adalah 50-95 Kkal/kg/hari atau sekitar 135-350

Kkal/hari pada janin dengan berat badan 3,5 kg.

2) Protein dan asam amino

Protein digunakan untuk proses pertumbuhan dan

perkembangan janin, protein memiliki peranan yang penting.

Selama kehamilan terjadi peningkatan protein yang signifikan

yaitu 68%. Sumber protein bisa didapat melalui protein hewani

dan nabati. Protein hewani seperti daging, ikan, unggas, telur,

kerang. Sedangkan protein nabati seperti tahu, tempe, selai kacang,

oncom.

3) Karbohidrat

Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi. Menurut

Glade B curtis yang dikutip oleh Proverawati (2019) mengatakan

bahwa tidak ada satu rekomendasi yang mengatur berapa

sebenarnya kebutuhan ideal karbohidrat bagi ibu hamil.

4) Lemak

Lemak tubuh dibutuhkan ibu hamil terutama untuk

membentuk energidan perkembangan sistem syaraf janin.

5) Vitamin

Vitamin yang dibutuhkan oleh ibu hamil yaitu vitamin A,

D, E, K, C dan vitamin B6. Ibu hamil membutuhkan vitamin C


50

sebanyak 70 mg/hari. Asupan vitamin C dapat mencegah anemia

dan berperan dalam pembentukan kolagen intraseluler serta proses

penyembuhan luka.

6) Mineral

Mineral yang dibutuhkan oleh ibu hamil yaitu kalsium,

magnesium, phospor, seng, dan sodium. Kebutuhan Kalsium

selama hamil meningkat dari 800 mg-1200 mg. Kalsium

mengandung mineral yang sangat penting bagi janin.

g. Komplikasi Kekurangan Energi Kronik

bu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK)

akan mengalami berbagai masalah baik pada saat hamil, bersalin

maupun masa nifas (Pritasari, dkk., 2017) yaitu :

1) Risiko keguguran

2) Perdarahan pasca persalinan

3) Mudah terkena penyakit infeksi

4) Persalinan akan sulit dan lama

5) Anemia dalam kehamilan

Anemia dalam kehamilan menurut WHO, yaitu tidak anemia

apabila kadar hemoglobin 11 g/dL, anemia ringan apabila kadar

hemoglobin 9 - 10 g/dL, anemia sedang ringan apabila kadar

hemoglobin 7 - 8 g/dL, dan anemia berat apabila kadar hemoglobin

<7 g/dL (Rahmi, 2019).

Ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK)


51

akan berdampak juga bagi janin dan anak yang akan berlanjut sampai

pada usia dewasa. Adapun komplikasi yang dapat dialami oleh janin

antara lain :

1) Gangguan pertumbuhan janin

2) Risiko bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

3) Risiko bayi lahir dengan kelainan kongenital

4) Risiko bayi lahir stunting sehingga meningkatkan risiko terjadinya

penyakit tidak menular (PTM) pada usia dewasa

5) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan sel otak yang akan

berpengaruh pada kecerdasan anak

h. Penatalaksanaan Kekurangan Energi Kronik

Pelayanan gizi pada ibu hamil mengikuti standar pelayanan

antenatal care terpadu yang meliputi timbang berat badan dan ukur

tinggi badan, nilai status gizi (ukur LILA), beri tablet tambah darah

(TTD), tatalaksana kasus dan temu wicara/konseling (Direktorat Bina

Gizi 2017).

1) Penapisan

Penapisan dilakukan dengan pengukuran LILA, hasil

laboratorium da nada tidaknya penyakit.

2) Penentuan Status Gizi

(a) LILA normal jika > 23,5 cm

(b) KEK jika LILA < 23,5 cm

Selain status gizi juga perlu diperhatikan kondisi ibu hamil


52

yang berisiko yaitu ibu hamil resiko tinggi jika :

(a) Tinggi badan < 145 cm dan atau berat badan < 45 Kg

(b) Anemia jika Hb < 11 g/dL

3) Pelayanan Antenatal Care Pada Ibu Hamil KEK

Setiap ibu hamil yang mempunyai resiko mengalami

masalah gizi terutama KEK harus menerima pelayanan antenatal

care yang komprehensif dan terpadu. Tujuan dari pelayanan

antenatal care yaitu :

a) Deteksi dini, pengobatan dan penanganan gizi yang tepat

terhadap gangguan kesehatan ibu hamil termasuk masalah gizi

terutama KEK.

b) Persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi komplikasi aibat

masalah kesehatan terutama masalah gizi pada ibu hamil dengan

KEK.

c) Pencegahan terhadap penyakit dan komplikasinya akibat KEK

melalui penyuluhan kesehatan gizi dan konseling.

4) Pengkajian Gizi

Pengkajian gizi dilakukan dengan interpretasi data

antropometri, biokimia, klinis, asupan makanan/riwayat gizi dan

riwayat personal (Direktorat Bima Gizi, 2017).

a) Interpretasi data antropometri menggunakan :

(1) LILA (KEK jika LILA < 23,5 cm)

(2) IMT pra hamil/Trimester I (KEK jika IMT < 18,5 kg/m2)
53

b) Interpretasi data biokimia : Hb (Anemia jika Hb < 11 g/dL)

c) Interpretasi data klinis : kurus dan pucat

d) Interpretasi data asupan makan/riwayat gizi dan riwayat

personal yaitu sosial ekonomi dan budaya

5) Tatalaksana Ibu Hamil KEK yang dilakukan oleh bidan

Kegiatan tatalaksana gizi yang dilakukan bidan pada ibu

hamil dengan KEK yaitu :

a) Edukasi pola makan

b) Pemberian makanan tambahan

c) Apabila tidak terjadi kenaikan berat badan 1 kg/bulan (Trimester

I) dan 2 Kg/bulan (Trimester II & III) segera merujuk ke dokter

dan tenaga gizi (Direktorat Bina Gizi, 2017).

i. Antenatal Care

Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang

dilakukan oleh tenaga professional untuk ibu selama masa

kehamilannya yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan

antenatal yang ditetapkan. Kunjungan ibu hamil ke pelayanan

kesehatan dianjurkan yaitu 2 kali pada trimester 1, 1 kali pada

trimester II dan minimal 3 kali pada trimester III (Kemenkes RI,

2020).

Tujuan dari Antenatal Care adalah ibu hamil mendapatkan

asuhan selama kehamilan meliputi pemeriksaan kehamilan, edukasi

dan deteksi dini risiko tinggi sehingga apabila ada temuan bisa segera
54

dilakukan upaya preventif dan kuratif guna mencegah morbilitas dan

mortalitas (Lestari 2020).

Standar minimal pelayanan Antenatal Care yang diberikan

kepada ibu hamil oleh bidan atau tenaga kesehatan dikenal dengan

10T. Menurut Buku KIA Tahun (2020), penerapan 10T adalah sebagai

berikut :

1) Pengukuran Tinggi Badan dan Penimbangan Berat Badan (T1)

Pengukuran tinggi badan cukup sekali dilakukan pada saat

kunjungan ANC awal sedangkan untuk penimbangan berat badan

dilakukan setiap kali kunjungan ANC. Berat badan ideal untuk ibu

hamil sendiri tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu

sebelum hamil.

2) Pengukuran Tekanan Darah (T2)

Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali kunjungan

ANC. Adapun tekanan darah normal dalam kehamilan yaitu pada

sistolik 120 dan diastolic 80. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi

apakah tekanan darah normal atau tidak tekanan darah pada ibu

hamil dikatakan tinggi pada tekanan sistolik 140 dan tekanan

diastolic 90 selama beberapa kali (Mandriawati, 2011).

Tekanan darah yang tinggi dapat mengakibatkan

keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau Intra

Uterine Growht Restriction (IUGR) dan kelahiran mati, hal ini

disebabkan karena preeklamsia dan eklamsia pada ibu akan


55

menyebabkan pengapuran didaerah plasenta. Sedangkan bayi

memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta dengan adanya

pengapuran didaerah plasenta maka suplai makanan dan oksigen

yang masuk ke janin berkurang sehingga menyebabkan meconium

bayi yang berwarna hijau keluar dan membuat air ketuban keruh

dan akan mengakibatkan asfiksia neonatorum (Sari, 2019).

3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) (T3)

Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan pada awal

kunjungan ANC, hasil pengukuran dicatat di halaman 2 pada

kolom pemeriksaan ibu hamil, ini dilakukan untuk mengetahui

status gizi ibu hamil (skrinning KEK) dengan normal > 23,5 cm,

jika didapati kurang dari 23,5 cm maka perlu perhatian khusus

tentang asupan gizi selama kehamilan. Bila ibu hamil kurang gizi

maka daya tahan tubuh untuk melawan kuman akan melemah dan

mudah sakit maupun infeksi, keadaan ini tidak baik bagi

pertumbuhan janin yang dikandung dan juga dapat menyebabkan

anemia yang berakibat buruk pada proses persalinan yang akan

memicu terjadinya perdarahan (Mandriwati, 2011). Pengukuran

LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi

dalam jangka pendek. LILA merupakan salah satu pilihan untuk

penentuan status gizi ibu hamil (Wahyuni, 2018).

4) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) (T4)

Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) dilakukan pada saat


56

usia kehamilan masuk 22-24 minggu dengan menggunakan pita

ukur, ini dilakukan bertujuan mengetahui usia kehamilan dan

tafsiran berat badan janin. Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan

tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur kehamilan

berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil

anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan

janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK

dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT (Depkes RI dalam

Afriani 2018).

Tinggi fundus uteri dan asupan gizi ibu hamil berpengaruh

terhadap berat bayi lahir dan erat hubungannya dengan tingkat

kesehatan bayi dan angka kematian bayi. Angka kematian ibu dan

bayi, serta kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

yang tinggi pada hakekatnya juga ditentukan oleh status gizi ibu

hamil. Ibu hamil dengan status gizi buruk atau mengalami KEK

(kurang energi kronis) cenderung melahirkan bayi BBLR yang

dihadapkan pada risiko kematian yang lebih besar dibanding

dengan bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan berat badan yang

normal (Aghadiati, 2019).

5) Pengukuran Persentasi Janin dan Detak Jantung Janin (DJJ) (T5)

Detak jantung janin (DJJ) adalah sebuah indikator atau dalam

sebuah pemeriksaan kandungan yang menandakan bahwa ada

kehidupan di dalam kandungan seorang ibu. Untuk memeriksa


57

kesehatan janin di dalam kandungan ibu hamil, dokter melakukan

beberapa hal pemeriksaan dan denyut jantung bayi yang baru bisa

dideteksi kurang lebihnya pada usia 11 minggu (Maharani, 2021).

Menentukan persentasi janin dilakukan pada akhir trimester

III dengan usia kehamilan 34 sampai 36 minggu keatas, yaitu untuk

menentukan bagian terbawah janin atau mengetahui bagian

terbawah janin sudah masuk panggul atau belum. Pengukuran

detak jantung janin dilakukan menggunakan doppler sebagai acuan

untuk mengetahui kesehatan ibu dan janin khususnya denyut

jantung janin dalam rahim dengan detak jantung janin yang

normalnya 120x/menit dilakukan pada ibu hamil pada akhir

minggu ke 20 (Mandriwati, 2011).

6) Melakukan Skrinning TT (Tetanus Toksoid) (T6)

Skrinning TT (Tetanus Toksoid) menanyakan kepada ibu

hamil jumlah vaksin yang telah diperoleh dan sejauh mana ibu

sudah mendapatkan imunisasi TT, secara idealnya WUS (Wanita

Usia Subur) mendapatkan imunisasi TT sebanyak 5 kali, mulai dari

TT1 sampai TT5. Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) artinya

memberikan kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil

dan bayi yang dikandungnya (Azizah, 2015).

Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah

diberikan imunisasi tetanus maka ia harus mendapatkan paling

sedikitnya dua kali (suntikan) selama kehamilan (pertama pada saat


58

kunjungan antenatal dan kedua pada empat minggu kemudian)

Jarak pemberian (interval) imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4

minggu (Depkes RI, dalam Afriani, 2018).

7) Pemberian Tablet Fe (T7)

Zat besi merupakan mikro elemen esensial bagi tubuh yang

diperlukan dalam sintesa hemoglobin dimana untuk mengkonsumsi

tablet Fe sangat berkaitan dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil

(Latifah, 2020). Pemberian tablet Fe diberikan setiap kunjungan

ANC. Pemberian tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD)

diberikan pada ibu hamil sebanyak satu tablet (60mg) setiap hari

berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan, sebaiknya

memasuki bulan kelima kehamilan, TTD mengandung 200 mg

ferro sulfat setara dengan 60 ml besi elemental dan 0,25 mg asam

folat baik diminum dengan air jeruk yang mengandung vitamin C

untuk mempermudah penyerapan (Depkes RI dalam Afriani 2018).

8) Pemeriksaan Laboratorium (Rutin dan khusus) (T8)

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mencegah hal-hal

buruk yang bisa mengancam janin. Hal ini bertujuan untuk

skrinning/mendeteksi jika terdapat kelainan yang perlu dilakukan

lebih lanjut (Depkes RI, dalam Afriani 2018). Hasil pemeriksaan

laboratorium dilengkapi dengan mencatat di buku KIA pada bagian

kolom test lab haemoglobin (HB), test golongan darah, test lab

protein urine, test lab gula darah, PPIA. Berikut bentuk


59

pemeriksaannya :

a) Pemeriksaan golongan darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya

untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga

untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-

waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan

(Afriani, 2018).

b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan

minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester

ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil

tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya

karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh

kembang janin dalam kandungan (Afriani, 2018).

c) Pemeriksaan protein dalam urin

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan

pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini

ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil.

Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya

preeklamsia pada ibu hamil.

d) Pemeriksaan kadar gula darah

Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus

dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya


60

minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester

kedua, dan sekali pada trimester ketiga terutama akhir trimester

ketiga.

e) Pemeriksaan tes sifilis

Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan resiko

tinggi dan ibu hamil yang diduga sifilis. Pemeriksaan sifilis

sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

f) Pemeriksaan HIV

Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan resiko

tinggi dan ibu hamil yang diduga sifilis. Pemeriksaan sifilis

sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

9) Tatalaksana atau penanganan khusus (T9)

Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas dan hasil pemeriksaan

laboratorium atau setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil

harus ditangani sesuai dengan standar kewenangan tenaga

kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai

dengan sistem rujukan. Pengisian tersebut dicatat pada halaman 2

di kolom pemeriksaan ibu hamil yang tertulis tatalaksana kasus

(Soebyakto, 2016).

10) Temu wicara (Konseling) (T10)

Dilakukan pada setiap kunjungan antenatal, pengisian

tersebut dicatat di buku KIA halaman 2 pada kolom pemeriksaan

ibu hamil yang tertulis konseling. Pemberian konseling yang


61

meliputi, sebagai berikut :

a) Kesehatan Ibu. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk

memeriksakan kehamilannya secara rutin ketenaga kesehatan

dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup

selama kehamilannya (sekitar 9 -10 jam per hari) dan tidak

bekerja keras (Afriani 2018).

b) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Setiap ibu hamil dianjurkan

untuk menjaga kebersihan badan selama kehamilan misalnya

mencuci tangan sebelum makan, mandi dua kali sehari dengan

menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan

sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan (Afriani,

2018).

c) Peran Suami/Keluarga Dalam Kehamilan. Setiap ibu hamil

perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami

dalam kehamilannya. Suami, keluarga, atau masyarakat perlu

menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi

rujukan, dan calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi

komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera

dibawa ke fasilitas kesehatan.

d) Tanda Bahaya Pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas Setiap

ibu hamil diperkenalkan mengenal tanda – tanda bahaya baik

selama kehamilan, persalinan, maupun nifas misalnya

perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan


62

berbau pada jalan lahir saat nifas. Mengenal tanda – tanda

bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan

ke tenaga kesehatan (Afriani,2018).

e) Asupan Gizi Seimbang. Selama hamil ibu dianjurkan untuk

mendapatkan asupan makanan yang cukup dengan pola gizi

yang seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh

kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil

disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk

mencegah terjadinya anemia pada kehamilannya.

f) Gejala Penyakit Menular dan Tidak Menular. Setiap ibu hamil

harus tahu mengenai gejala–gejala penyakit menular dan

penyakit tidak menular karena dapat mempengaruhi pada

kesehatan ibu dan janinnya. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan

Pemberian ASI Eksklusif. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk

memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi lahir

karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting

untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi

berusia 6 bulan.

g) KB (Keluarga Berencana) Paska Persalinan. Ibu hamil

diberikan pengarah tentang pentingnya ikut KB setelah

persalinan untuk menjarangkan kehamilan agar ibu punya

waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan Keluarga

(Depkes RI, dalam Afriani 2018).


63

3. CPD (Cephalopelvic Disproportion)

a. Pengertian

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ketidaksesuaian

antara ukuran kepala janin dan kapasitas panggul (pelvis) ibu yang

menyebabkan hambatan persalinan per vaginam (Garry, 2019).

Diagnosis CPD yang paling akurat adalah dengan melihat tanda klinis

pada proses persalinan dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan

penunjang seperti pelvimetri belum dapat secara akurat memprediksi

CPD dalam menentukan metode persalinan yang tepat. CPD

merupakan salah satu indikasi dilakukannya sectio caesarea (Garry,

2019)

Cephalopelvic Disproportion yaitu keadaan yang timbul

karena tidak adanya keseimbangan antara panggul ibu dengan kepala

janin disebabkan oleh panggul sempit, malnutrisi, janin yang besar

sehingga tidak dapat melewati panggul. Dalam kasus CPD, jika

kepala janin belum masuk ke dalam pintu atas panggul pada saat

term, mungkin akan dilakukan SC karena risiko terhadap janin

semakin besar apabila persalinan tidak semakin maju. Apabila kepala

janin telah masuk ke dalam pintu panggul,pilihannya adalah section

caesarea elektif atau percobaan persalinan ( POGI, 2020).

b. Kalsifikasi CPD

Klasifikasi Panggul Sempit (Disproporsi Sefalo Pelvic)

menurut Prawirohardjo (2017) alain:

a) Kesempitan pintu atas panggul (pelvic outlet)


64

(1) Pembagian intensitasan panggul sempit

 Intensitas I: Conjugata Vera 9-10 cm-borderline

 Intensitas II: Conjugata Vera 8-9 cm relatif

 Intensitas III: Conjugata Vera 6-8 cm-ekstrim

 Intensitas IV: Conjugata Vera 6 cm = mutlak (absolut)

(2) Pembagian menurut tindakan

 Conjugata Vera 8-10 cm-partus percobaan (b) Conjugata

Vera 6-8 cm-SC primer

 Conjugata Vera 6 cm = SC mutlak (absolut)

 Inlet dianggap sempit bila Conjugata Vera

c. Etiologi

Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul

menurut (Munabi, Luboga, Luboobi & Mirembe 2018) sebagai

berikut:

1) Kelainan karena gangguan pertumbuhan

 Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil

 Panggul picak: ukuran muka belakang sempit, ukuran

melintang biasa

 Panggul sempit picak: semua ukuran kecil tapi terlebiha

ukuranmuka belakang

 Panggul corong pintu atas panggul biasa.pintu bawah panggul

sempit

 Panggul belah: symphyse terbuka

2) Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya


65

 Panggul rachitis: panggul picak, panggul sempit, seluruha

panggul sempit picak dan Lain-lain

 Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang

 Radang articulatio sacroilliaca panggul sempit miring

3) Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang

a) Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul

corong

b) Scilicse didaerah tulang panggung menyebabkan panggul

sempit miring.

4) Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah Coxitis,

luxatio, atrofia. Salah Satu anggota menyebabkan panggul sempit

miring.

5) Fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan

panggul

Etiologi cephalopelvic disproportion (CPD) dibagi menjadi

dua faktor yaitu maternal dan janin, Cephalopelvic disproportion

terjadi ketika ada gangguan pada faktor maternal, janin, atau

kombinasi keduanya (Cunningham et al., 2019).

1) Cephalopelvic Disproportion Absolut

Cephalopelvic disproportion absolut terjadi bila ukuran

panggul terlalu sempit dan dapat juga dikombinasi dengan

ukuran janin terlalu besar.

a) Faktor Maternal (Passavenna

Faktor Maternal yang dapat menyebabkan CPD


66

absolut antara lain:

 Panggul sempit baik diameter inlet, midpelvis, atau outlet

 Eksostosis pelvis

 Spondilolistesis

 Tumor di anterior sacrococcygeal

b) Faktor Janin (Passenger)

Faktor janin yang dapat menyebabkan CPD absolut

adalah sebagai berikut: Makrosomia (berat janin >4.000

gram) dan Hidrosefalus

2) Cephalopelvic Disproportion Relatif

Cephalopelvic disproportion relatif terjadi akibat kelainan

letak, posisi, atau defleksi kepala janin sehingga kepala tidak

dapat melewati panggul dan mempersulit persalinan per vaginam

Pada beberapa literatur, beberapa penyebab CPD relatif

dikelompokkan tersendiri sebagai Malpresentasi. Faktor janin

yang menyebabkan CPD relatif adalah sebagai berikut:

 Kepala janin tidak fleksi sempuma (defleksi)

 Presentasi occiput-posterior

 Presentasi face-brow

 Ketidak mampuan kepala janin untuk terkompresi (mold)

molase menyesuaikan ukuran dan bentuk pintu pelvis

dikarenakan adanya suatu sindrom kelainan kongenital atau

karena proses osifikasi tulang


67

d. Faktor Risiko

Faktor risiko yang berhubungan dengan CPD antara lain usia

ibu yang muda, tinggi badan yang rendah, tipe pelvis tertentu,

malnutrisi kronis pada ibu sebelum hamil, obesitas, diabetes

gestasional, riwayat terapi fertilitas, polihidramnion, riwayat SC

sebelumnya, dan usia kehamilan >41 minggu (Tsvieli, Sergienko, &

Sheiner, 2018).

1) Usia

Risiko CPD meningkat pada ibu hamil usia muda dan usia

remaja pada usia 20 tahun. Penelitian di Romania dalam kurun

waktu 2007-2014 menunjukkan bahwa CPD sangat umum

ditemukan pada ibu hamil berusia remaja. Pada usia remaja,

ukuran dan bentuk panggul belum berkembang secara sempurna

(Socolov et al., 2017).

2) Tinggi Badan

Tinggi badan ibu yang <145 cm menandakan ukuran

panggul yang lebih sempit sehingga meningkatkan risiko

terjadinya CPD. Penelitian di Thailand dan Indonesia juga

menunjukkan bahwa ibu dengan tinggi badan <145 cm lebih

berisiko mengalami CPD dan meningkatkan angka persalinan

dengan sectio caesarea (Sihombing. Saptarini, & Putri, 2017:

Toh-Adam, Srisupundit, & Tongsong, 2017).

Tinggi badan ibu hamil dapat memberikan gambaran

ukuran panggul. Ibu hamil di negara- negara Asia Tenggara

mayoritas lebih pendek dibandingkan ibu hamil di negara barat


68

Walaupun ukuran janinnya lebih kecil, namun ibu hamil dengan

tinggi badan ≤145 cm tetap memiliki risiko lebih tinggi dalam

mengalami partus macet (obstructed labor). Pada penelitian lain,

angka prevalensi cephalopelvic disproportion pada kelompok ibu

dengan tinggi badan $145 cm adalah sebesar 16,3% dengan odds

ratio 2.4, sedangkan angka prevalensi keseluruhan SC adalah

8,1% (Sihombing et al., 2017).

3) Tipe Pelvis

Tipe pelvis android dan platipeloid memiliki risiko yang

lebih tinggi mengalami CPD. Tipe pelvis ginckoid dan antropoid

yang dapat ditemukan pada 75% perempuan merupakan bentuk

pelvis yang mempermudah proses persalinan per vaginam

(Sihombing et al., 2017).

e. Patofisiologi

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah disproporsi antara

ukuran janin dan ukuran pelvis, yakni ukuran pelvis tertentu tidak

cukup besar untuk mengakomodasi keluarnya janin tertentu melalui

pelvis sampai terjadi kelahiran pervagina. Dari sini perlu dilakukan

pembedahan yang biasa disebut dengan setio caesaria. Sectio caesaria

adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka perut

dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerektomi untuk

melahirkan janin dari dalam rahim. Dari sini klien mengalami

adaptasi fisiologi dan psikologi (Pahlavi, Sari, & Ramkita, 2017).

Pada adaptasi fisiologi seperti terputusnya kontiunitas yang

dapat menyebabkan nyeri. Komplikasi, pendarahan, dan volume


69

darah menurun dapat menyebabkan resti kurang volume cairan serta

jalan masuk organisme dapat menyebabkan resti infeksi serta Hb

turun, 02 dan nutrisi ke sel berkurang dapat menyebabkan intoleransi

aktivitas, efek anestesi menyebabkan peristaltik usus menurun serta

apabila belum flaktus tidak boleh makan minum akibatnya

pemenuhan nutrisi bertahap dapat menyebabkan terjadinya perubahan

pola makan yang akan menyebabkan munculnya konstipasi.

Penurunan hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan

multimulasi hipofisis anterior dan posterior menimbulkan sekresi

prolaktin yang menimbukan laktasi yang menyebabkan pengeluaran

ASI tidak lancar yang dapat menimbulkan pembengkakan payudara

(Pahlavi et al., 2017).

Adaptasi psikologi itu ada taking in, taking hold dan letting

go. Kalau taking in dapat menyebabkan ketergantungan yang

mengakibatkan mobilitas fisik menurun yang dapat menyebabkan

gangguan perawatan din sedangkan taking hold dan letting go

kurangnya informasi yang dimiliki pasien tentang perawatan bayi dan

cara menyusui bayi yang benar menyebabkan kurang pengetahuan

tentang perawatan bayi dan cara menyusui bayi yang benar (Pahlavi

et al., 2017).

f. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Mochtar, 2019 Pemeriksaan diagnostik CPD dapat

dilakukan saat antenatal atau melalui pemeriksaan panggul saat

inpartu. Pemeriksaan panggul dapat dilakukan dengan cara pelvimetri


70

klinis baik eksternal maupun internal.

1) Pemeriksaan umum

a) Adanya penyakit tulang atau sendi

b) Bentuk badan tidak normal

c) Wanita dengan Tinggi Badan kurang dari 145 cm

d) Anamnesa pada persalinan terdahulu

e) Janin belum masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu

(primipara). 38 Minggu (multipara)

2) Metode Pinard

a) Pasien mengosongkan kandung kemih dan rektum. Pasien

dalam posisi semi duduk

b) Tangan kiri mendorong kepala bayi kearah bawah belakang

panggul sementara Jari tangan kanan di posisikan di tulang

kemaluan (simfisis) untuk mendeteksiketidak seimbangan

kepala dengan jalan lahir (disproporsi) (Mochtar, 2019).

3) Pemeriksaan Antropometri Antenatal

Selain ukuran panggul yang sempit, kriteria lain yang

perlu dinilai pada antropometri adalah tinggi badan ≤145 cm,

pertambahan berat badan ibu >15 kg (biasanya berhubungan

dengan ukuran janin yang besar), dan BMI ibu >30 (Nicholson,

2019).
71

4) Pelvimetri Eksternal

Pemeriksaan pelvimetri eksternal dilakukan menggunakan

instrumen yang disebut Berisky pelvimeter. Pada pelvimetri

eksternal dilakukan pengukuran jarak antara krista iliaka, jarak

antara spina iliaka anterior- superior, jarak intertrokanter, jarak

diagonal transversal area Michaelis-sakrum, dan intertuberositas.

Berikut beberapa pemeriksaan untuk mengukur atau memperkuat

diagnosis menurut (Mochtar, 2019)

a) Radiologi

(1) Kesempitan PAP Conjugata Vera< 10 cm dan diameter

tranversal < 12 cm.

(2) Kesempitan rongga panggul bila diameter interspinarum

<9.5 cm

(3) Kesempitan pintu pintu bawah panggul bila arcus pubis

<90 cm

b) USG

USG (ultrasonografi) untuk membantu mengukur

ukuran panggul ibu dan kepala janin.Ini juga merupakan cara

mendiagnosis CPD lainnya.

c) Klinis

1) Distansia spinarum : N 24-26 cm

2) Distansia cristarum : N 28-30 cm

3) Conjugata eksterna : N 18 cm
72

4) Lingkar panggul : N 80-90 cm

5) Pelvimetri Internal

Pemeriksaan fisik lain untuk memprediksi CPD adalah

melalui pelvimetri internal. Pelvimetri internal dilakukan dengan

cara vaginal toucher (VT) / pemeriksaan dalam menggunakan jari

telunjuk dan tengah untuk mengevaluasi kapasitas panggul, yakni

bagian pintu atas panggul (PAP), ruang tengah panggul (RTP),

dan pintu bawah panggul (PBP). Pelvimetri internal berbeda

dengan VT biasa yang rutin dikerjakan pada persalinan yang

bertujuan mengevaluasi bukaan serviks, kantong amnion,

penurunan, dan posisi janin ( WHO, 2019)

Menurut WHO, pelvimetri internal tidak dianjurkan untuk

dilakukan secara rutin pada ibu hamil yang sehat dengan

kemajuan persalinan yang normal. Pelvimetri internal umumnya

dilakukan saat pasien mengalami inpartu. Pemeriksaan ini dapat

menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien (WHO,2019).

4. Persalinan Buatan/Sectio Caesarea

a. Pengertian Sectio Cesarea

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut

(Martowirjo, 2018). Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan

dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut
73

dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta

berat janin di atas 500 gram (Sagita, 2019).

b. Klasifikasi Sectio Caesarea

Menurut Ramandanty (2019), klasifikasi bentuk pembedahan

Sectio Caesarea adalah sebagai berikut:

1) Sectio Caesarea Klasik

Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas

rahim, pembedahan dilakukan dengan sayatan memanjang pada

korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. Tidak dianjurkan untuk

kehamilan berikutnya melahirkan melalui vagina apabila

sebelumnya telah dilakukan tindakan pembedahan ini.

2) Sectio Caesarea Transperitonel Profunda

Sectio Caesarea Transperitonel Profunda disebut juga

low cervical yaitu sayatan vertikal pada segmen lebih bawah

rahim. Sayatan jenis ini dilakukan jika bagian bawah rahim tidak

berkembang atau tidak cukup tipis untuk memungkinkan

dibuatnya sayatan transversal. Sebagian sayatan vertikal

dilakukan sampai ke otot-otot bawah rahim.

3) Sectio Caesarea Histerektomi

Sectio Caesarea Histerektomi adalah suatu pembedahan

dimana setelah janin dilahirkan dengan Sectio Caesarea,

dilanjutkan dengan pengangkatan rahim.


74

4) Sectio Caesarea Ekstraperitoneal

Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu Sectio Caesarea

berulang pada seorang pasien yang sebelumnya melakukan

Sectio Caesarea. Biasanya dilakukan di atas bekas sayatan yang

lama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding dan faisa

abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk

memaparkan segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka

secara ekstraperitoneum.

c. Indikasi Sectio Caesarea

Sedangkan menurut Sagita (2019), indikasi ibu dilakukan

Sectio Caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum,

ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres

dan janin besar melebihi 4.000 gram.

d. Manifestasi Klinis

Menurut Martowirjo (2018), manifestasi klinis pada klien

dengan post Sectio Caesarea antara lain : Kehilangan darah selama

prosedur pembedahan 600-800 ml, terpasang kateter urin jernih dan

pucat, abdomen lunak dan tidak ada distensi, bising usus tidak ada,

ketidaknyamanan untuk menghadapi situasi baru, balutan abdomen

tampak sedikit noda/luka, aliran lokhea sedang dan bebas bekuan

serta berlebihan dan banyak. Komplikasi serius pada tindakan SC

adalah perdarahan karena atonia uteri, pelebaran insisi uterus,

kesulitan mengeluarkan plasenta, hematoma ligamentum latum


75

(broad ligamen), infeksi pada saluran genitalia, pada daerah insisi dan

pada saluran perkemihan.

e. Patofisiologi

Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan

yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/ spontan,

misalnya karena ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul

ibu, keracunan kehamilan yang parah, pre eklampsia dan eklampsia

berat, kelainan letak bayi seperti sungsang dan lintang, kemudian

sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang lebih dikenal

dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu yang

berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini,

ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah

dan sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu

tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (Ramadanty, 2018).

Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi

dengan berat di atas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus

yang masih utuh. Dalam proses operasi, dilakukan tindakan anastesi

yang akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi. Efek anastesi

juga dapat menimbulkan otot relaksasi dan menyebabkan konstipasi.

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan

dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada

pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan dilakukan

tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan


76

terputusnya inkontiunitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf

disekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin

dan prostaglandin yang akan menimbulkan rangsangan pada area

sensorik (Nanda Nic Noc, 2019).

f. Resiko Persalinan Sectio Caesarea

Frekuensi Sectio Caesarea yang semakin tinggi

mengakibatkan masalah tersendiri untuk kesehatan ibu, bayi dan

kehamilan berikutnya. Morbiditas dan mortalitas tersebut

berhubungan dengan luka perut uterus. Persalinan melalui Sectio

Caesarea juga terbukti akan meningatkan resiko tinggi terjadinya

plasenta previa dan abrupsio plasenta pada kehamilan berikutnya.

Peningkatan resiko terjadinya plasenta previa 47% dan abrupsio

plasenta 40% (Suryawinata, 2019).

Respon yang berbeda terhadap luka operasi Sectio Caesarea

terutama respon terhadap sitokin dan mediator inflamasi, kejadian

stres oksidatif berdampak pada pertumbuhan dan rekontruksi desidua

basalis serta kemampuan desidua untuk menampung dan memodulasi

infiltrasi trofoblast. Remodelisasi kondisi uterus pasca Sectio

Caesarea juga dapat menyebabkan kelainan pada letak plasenta, yaitu

plasenta previa. Adanya insisi SBR yang membuat modulasi menipis

sehingga menyebabkan plasentosis menyebar hingga kepermukaan

rendah uterus. Plasenta previa ini dapat menyebabkan perdarahan

antepartum dan menjadi indikasi untuk kembali dilakukan Sectio


77

Caesarea pada kehamilan selanjutnya (Suryawinata, 2019).

g. Penatalaksanaan Sectio Caesarea

Menurut Ramadanty (2019), penatalaksanan Sectio Caesarea

adalah sebagai berikut:

1) Pemberian Cairan

Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi,

maka pemberian cairan per intravena harus cukup banyak dan

mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau

komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan

biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan

jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah

diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.

2) Diet

Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah

penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan

per oral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah

boleh dilakukan pada 6 sampai 8 jam pasca operasi, berupa air

putih dan air teh.

3) Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring

kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah

operasi, Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur

telentang sedini mungkin setelah sadar, Hari kedua post operasi,


78

penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk

bernafas dalam lalu menghembuskannya, Kemudian posisi tidur

telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk

(semifowler), Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari,

pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan,

dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5

pasca operasi.

4) Katerisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan

rasa tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan

menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam/

lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

5) Pemberian Obat-Obatan

Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat

berbeda-beda sesuai indikasi.

6) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan

Obat yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang

diberikan ketopropen sup 2x/24 jam, melalui orang obat yang dapat

diberikan tramadol atau paracetamol tiap 6 jam, melalui injeksi

ranitidin 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.

7) Obat-obatan lain

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita

dapat diberikan caboransia seperti neurobian I, vit A.


79

8) Perawatan luka

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila

basah dan berdarah harus dibuka dan diganti.

9) Pemeriksaan rutin

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan

adalah suhu, tekanan darah, nadi, dan pernafasan.

10) Perawatan Payudara

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika

ibu memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara

yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan

kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.

5. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500

gram sampai dengan 4000 gram dan tanpa tanda – tanda asfiksia dan

penyakit penyerta lainnya (Noordiati, 2018).

Menurut Saifuddin (2019) bayi baru lahir (neonatus) adalah

suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37-42

minggu, lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara

spontan tanpa gangguan, menangis kuat, napas secara spontan dan

teratur, berat badan antara 2.500-4.000 gram serta harus dapat

melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan


80

ekstrauterin.

Bayi baru lahir adalah hasil konsepsi ovum dan spermatozoon

dengan masa gestasi memungkinkan hidup di luar kandungan.

Tahapan bayi baru lahir yaitu umur 0 sampai 7 hari disebut neonatal

dini dan umur 8 sampai 28 hari disebut neonatal lanut (Maternity,

Anjany & Evrianasari, 2018).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bayi

baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan aterm

(37-42 minggu) dan berat badan normal (2.500 gram-4000 gram).

b. Ciri –Ciri Bayi Baru Lahir Normal

Menurut Maternity, Anjany dan Evrianasari (2018), ciri-ciri

bayi baru lahir normal antara lain:

1) Berat badan : 2500 – 4000 gram.

2) Panjang badan lahir : 48 – 52 cm.

3) Lingkar kepala : 33 – 35 cm.

4) Lingkar dada : 30 – 38 cm.

5) Bunyi jantung : 120-160 x/menit.

6) Pernafasan : 40-60 x/menit.

7) Kulit kemerahan dan licin karena jaringan dan diikuti vernik

caseosa.

8) Rambut lanugo terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna.

9) Kuku telah agak panjang dan lepas.

10) Genetalia jika perempuan labia mayora telah menutupi labia


81

minora, jika laki-laki testis telah turun, skrotum sudah ada.

11) Refleks hisap dan menelan telah terbentuk dengan baik.

12) Refleks morrrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.

13) Refleks graps atau menggenggam sudah baik.

14) Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam.

Mekonium berwarna hitam kecoklatan.

c. Adaptasi Pada BBL dari Intrauterin ke Ekstrauterin

1) Adaptasi Fisik

a) Perubahan Pada Sistem Pernafasan

Perkembangan sistem pulmonar pada bayi yaitu pada

umur 24 hari bakal paru-paru sudah terbentuk, 26 sampai 28

hari bakal bronchi membesar, 6 minggu dibentuk segmen

bronchus, 12 minggu diferensiasi lobus, 24 minggu dibentuk

alveolus, 28 minggu dibentuk surfaktan, 34 sapai 36 minggu

surfaktan matang. Struktur matang ranting paru-paru sudah

bisa mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus

janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta.

Setelah lahir pertukaran gas melalui paru–paru bayi (Armini,

Sriasih, Marhaeni, 2019).

b) Rangsangan Untuk Gerak Pernafasan

Menurut Legawati (2018) Rangsangan gerakan

pertama terjadi karena beberapa hal berikut:

1. Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir


82

(stimulasi mekanik)

2. Penurunan PaO2 dan peningkatan PaCo2 merangsang

kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimulasi

kimiawi).

3. Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di

dalam uterus (stimulasi sensorik).

4. Reflek deflasi hering

c) Upaya Pernafasan Bayi Pertama

Upaya nafas pertama bayi berfungsi untuk

megeluarkan cairan dalam paru dan mengembangkan jaringan

alveoli paru untuk pertama kali. Untuk mendapatkan fungsi

alveol harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran darah

melalui paru. Surfaktan mengurangi tekanan permukaan dan

membantu menstabilkan dinding alveoli pada akhir persalinan

sehingga tidak kolaps (Noordiati, 2018).

d) Perubahan Pada Sistem Kardiovaskuler

Setelah bayi lahir paru akan berkembang

menyebabkan tekanan arteriol dalam paru berkurang. Tekanan

dalam jantung kanan turun sehingga tekanan jantung kiri lebih

besar yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara

fungsional. Oleh karena itu tekanan dala paru turun dan

tekanan dalam aorta desenden naik dan karena rangsangan

biokimia duktus arterious berobliterasi ini terjadi pada hari


83

pertama (Armini, Sriasih, Marhaeni, 2019).

e) Perubahan Pada Sistem Termoregulasi

Noordiati (2018) menjelaskan ketika bayi baru lahir,

bayi berasa pada suhu lingkungan yang rendah dari suhu di

dalam rahim. Menurut Noordiati (2018) menjelaskan empat

kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru

lahir kehilangan panas tubuhnya.

(1) Konduksi Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda

sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi.

Contohnya menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan

penolong yang dingin langsung memegang BBL,

menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL.

(2) Evaporasi Panas hilang melalui proses penguapan yang

bergantung pada kecepatan dan kelembapan udara

(perpindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi

uap). Contohnya tidak segera mengeringkan bayi setelah

lahir, tidak mengeringkan bayi setelah mandi.

(3) Konveksi Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya

yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang

bergantung pada kecepatan dan suhu udara). Contohnya

membiarkan bayi dekat jendela, membiarkan BBL di

ruangan yang terpasang kipas angin.


84

(4) Radiasi Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke

lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2

objek yang mempunyai suhu berbeda). Contohnya

membiarkan bayi di ruangan yang memiliki AC.

f) Perubahan Pada Sistem Renal

Ginjal sangat penting dalam kehidupan janin,

kapasitasnya kecil hingga setelah lahir. Urine bayi encer,

berwarna kekuning-kuningan dan tidak berbau. Warna cokelat

disebabkan oleh lendir bekas membrane mukosa dan udara

asam akan hilang setelah bayi banyak minum. Urine pertama

kali di buang saat lahir dan dalam 24 jam dan akan semakin

sering dengan banyak cairan (Noordiati, 2018).

g) Perubahan Pada Sistem Gastrointestinal

Kemampuan bayi cukup bulan menerima dan menelan

makanan terbatas, hubungan esofagus bawah dan lambung

belum sempurna, sehingga mudah gumoh pertama bayi baru

lahir dan bayi muda. Kapasitas lambung terbatas kurang dari

30 cc untuk bayi cukup bulan. Usus masih belum matang

sehingga tidak mampu melindungi diri dari zat berbahaya,

kolon bayi baru lahir kurang efisien dalam mempertahankan

air sehingga bahaya diare menjadi serius pada bayi baru lahir

(Noordiati, 2018).
85

h) Perubahan Pada Sistem Hepar

Segera setelah lahir hati menunjukkan perubahan

kimia dan morfologis yaitu kenaikan kadar protein dan

penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel hemopoetik juga

mulai berkurang, walaupun memakan waktu agak lama

(Armini, Sriasih, Marhaeni, 2019).

i) Perubahan Pada Sistem Imunitas

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang

sehingga rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem

imunitas matang menyebabkan kekebalan alami dan buatan.

Kekebalan alami terdiri dari struktur tubuh yang mencegah

dan meminimalkan infeksi misalnya perlindungan oleh kulit

membran mukosa, fungsi saringan saluran gas, pembentukan

koloni mikroba oleh kulit dan usus dan perlindungan kimia

oleh asam lambung (Noordiati, 2018).

j) Perubahan Pada Sistem Integumen

Lailiyana dkk (2019) menjelaskan bahwa semua

struktur kulit bayi sudah terbentuk saaat lahir, tetapi masih

belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik

dan sangat tipis. Verniks kaseosa juga berfungsi dengan

epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung. Kulit bayi

sangat sensitif dan mudah mengalami kerusakan. Bayi cukup

bulan mempunyai kulit kemerahan (merah daging) beberapa


86

setelah lahir, setelah itu warna kulit memucat menjadi warna

normal. Kulit sering terlihat berbecak, terutama didaerah

sekitar ekstremitas. Tangan dan kaki terlihat sedikit sianotik.

Warna kebiruan ini, akrosianois, disebabkan ketidakstabilan

vasomotor, stasis kapiler, dan kadar hemoglobin yang tinggi.

Keadaan ini normal, bersifat sementara, dan bertahan selama 7

sampai 10 hari, terutama bila terpaan udara dingin.

k) Perubahan Pada Sistem Reproduksi

Perubahan sistem reproduksi pada bayi laki-laki akan

terlihat rugae (garis-garis lipatan yang menonjol) pada

skrotum, kedua belah testis sudah mengalami desensus ke

dalam skrotum, meatus uretra pada ujung penis normal,

preputium melekat pada glanspenis, panjang penis sekitar 2cm,

refleks kremaster di temukan (MSN & Saputra, 2019).

Perubahan Pada Sistem Skeletal Lailiyana dkk (2019)

menjelaskan pada bayi baru lahir arah pertumbuhan

sefalokaudal pada pertumbuhan tubuh terjadi secara

keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat

panjang tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai.

Wajah relatif kecil terhadap ukuran tengkorak yang jika

dibandingkan lebih besar dan berat. Ukuran dan bentuk

kranium dapat mengalami distorsi akibat molase

(pembentukan kepala janin akibat tumpang tindih tulang-


87

tulang kepala). Ada dua kurvatura pada kolumna vertebralis,

yaitu toraks dan sakrum. Ketika bayi mulai dapat

mengendalikan kepalanya, kurvatura lain terbentuk di daerah

servikal. Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki

diluruskan dan tumit disatukan, sehingga tungkai bawah

terlihat agak melengkung. Saat baru lahir, tidak terlihat

lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harus simetris.

Harus terdapat kuku jari tangan dan jari kaki. Garis-garis

telapak tangan sudah terlihat. Terlihat juga garis pada telapak

kaki bayi cukup bulan.

l) Perubahan Pada Sistem Neuromuskuler

Menurut MSN dan Saputra (2019), ada beberapa

refleks pada bayi baru lahir yaitu:

(1) Reflek menghisap (sucking reflex)

Gerakan menghisap dimulai ketika putting susu ibu

di tempatkan di dalam mulut neonatus.

(2) Reflek menelan (Swallowing Reflex)

Neonatus akan melakukan gerakan menelan ketika

pada bagian posterior lidahnya di teteskan cairan, gerakan

ini harusterkoordinasi dengan gerakan pada reflek

menghisap

(3) Reflek morrow

Ketika neonatus diangkat dari boks bayi dan secara


88

tiba-tiba diturunkan tungkainya akan memperlihatkan

gerakan ekstensi yang simetris dan diikuti oleh gerakan

abduksi.

(4) Reflek mencari (rooting reflex)

Reflex mencari sumber rangsangan, gerakan

neonatesmenoleh ke arah sentuhan yang dilakukan pada

pipinya.

(5) Refleks leher yang tonic (tonic neck reflex)

Sementara neonatus dibaringkan dalam posisi

telentang dan kepalanya ditolehkan ke salah satu sisi, maka

ekstremitas pada sisi homolateral akan melakukan gerakan

ekstensi sementara ekstremmitas pada sisi kontralateral

melakukan gerakan fleksi.

(6) Refleks babynski

Goresan pada bagian lateral telapak kaki di sisi jari

kelingking ke arah dan menyilang bagian tumit telapak

kaki dan akan membuat jari-jari kaki bergerak

mengembang ke arah atas.

(7) Palmar graps

Penempatan jari tangan kita pada telapak tangan

neonatus akan membuatnya menggenggam jari tangan

tersebut dengan cukup kuat sehingga dapat menarik

neonatus ke dalam posisi duduk.


89

(8) Stepping Refleks

Tindakan mengangkat neonatus dalam posisi tubuh

yang tegak dengan kedua kaki menyentuh permukaan yang

ratakan memicu gerakan seperti menari.

(9) Reflek terkejut

Bunyi yang keras seperti bunyi tepukan tangan

akan menimbulkan gerakan abduksi lengan dan fleksi siku.

(10)Tubuh melengkung (trunk incurvature) Ketika sebuah jari

tangan pemeriksa menelusuri bagian punggung neonatus

di sebelah lateral tulang belakang maka badan neonatus

akan melakukan gerakan fleksi dan pelvis berayun ke arah

sisi rangsangan.

2) Adaptasi Psikologis

a) Reaktivitas 1 (The First Period Reactivity)

Dimulai pada masa persalinan dan berakhir 30 menit

setelah bayi lahir. Selama periode ini detak jantung cepat dan

pulsasi tali pusat jelas. Selama periode ini setiap usaha harus

dibuat untuk mudahkan kontak bayi degan ibu (Armini,

Sriasih, Marhaei, 2019).

b) Fase Tidur (The Period of Unresponsive Sleep)

Fase ini berlangsung selama 30 menit sampai 2 jam

persalinan. Tingkat pernapasan menjadi lebih lebat. Bayi

dalam keadaan tidur, suara usus muncul tapi berkurang. Jika


90

mungkin, bayi tidak diganggu untuk pengujian utama dan

jangan memandikannya. Selama masa tidur memberikan

kesempatan pada bayi untuk memulihkan diri dari proses

persalinan dan periode transisi ke kehidupan di luar uterine

(Armini, Sriasih, Marhaeni, 2019).

c) Reaktivitas 2 (The Second Periode Of Reactivity)

Periode berlangsung selama 2 sampai 6 jam setelah

persalinan. Jantung bayi labil dan terjadi perubahan warna

kulit yang berhubungan dengan stimulus lingkungan.

Pemberian makan awal penting dalam pencegahan

hipoglikemia dan stimulasi pengeluaran kotoran dan

pencegahan penyakit kuning. Pemberian makan awal juga

menyediakan kolonisasi bakteri isi perut yang mengarahkan

pembentukan vitamin k oleh traktusintestinal (Armini, Sriasih,

Marhaeni, 2019).

d. Kebutuhan Fisik BBL

1) Nutrisi

Legawati (2018) menganjurkan berikan ASI sesering

mungkin sesuai keinginan ibu (jika payudara penuh) dan tentu saja

ini lebih berarti pada menyusui sesuai kehendak bayi atau

kebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam),

bergantian antara payudara kiri dan kanan. Seorang bayi yang

menyusu sesuai permintaannya bisa menyusu sebanyak 12-15 kali


91

dalam 24 jam.

2) Cairan dan Elektrolit

Menurut Legawati (2018) air merupakan nutrien yang

berfungsi menjadi medium untuk nutrien yang lainnya. Air

merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting mengingat

kebutuhan air pada bayi relatif tinggi 75-80 % dari berat badan

dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 55-60 %. Bayi

baru lahir memenuhi kebutuhan cairannya melalui ASI. Segala

kebutuhan nutrisi dan cairan didapat dari ASI.

3) Personal Higiene

Menurut Legawati (2018) menjelaskan memandikan bayi

baru lahir merupakan tantangan tersendiri bagi ibu baru. Ajari ibu,

jika ibu masih ragu untuk memandikan bayi di bak mandi karena

tali pusatnya belum pupus, maka bisa memandikan bayi dengan

melap seluruh badan dengan menggunakan waslap saja. Yang

penting siapkan air hangat-hangat kuku dan tempatkan bayi di

dalam ruangan yang hangat tidak berangin. Lap wajah, terutama

area mata dan sekujur tubuh dengan lembut. Jika mau

menggunakan sabun sebaiknya pilih sabun yang 2 in 1, bisa untuk

keramas sekaligus sabun mandi. Keringkan bayi dengan cara

membungkusnya dengan handuk kering.


92

e. Kebutuhan Kesehatan Dasar BBL

1) Pakaian

Pakaikan baju ukuran bayi baru lahir yang berbahan

katun agar mudah menyerap keringat. Sebaiknya bunda memilih

pakaian berkancing depan untuk memudahkan pemasangan

pakaian. Jika suhu ruangan kurang dari 25ºC beri bayi pakaian

dobel agar tidak kedinginan. Tubuh bayi baru lahir biasanya sering

terasa dingin, oleh karena itu usahakan suhu ruangan tempat bayi

baru lahir berada di 27ºC. Tapi biasanya sesudah sekitar satu

minggu bayi baru lahir akan merespon terhadap suhu lingkungan

sekitarnya dan mulai bisa berkeringat (Noordiati, 2018).

2) Sanitasi Lingkungan

Bayi masih memerlukan bantuan orang tua dalam

mengontrol kebutuhan sanitasinya seperti kebersihan air yang

digunakan untuk memandikan bayi, kebersihan udara yang segar

dan sehat untuk asupan oksigen yang maksimal (Noordiati, 2018).

3) Perumahan

Suasana yang nyaman, aman, tentram dan rumah yang

harus di dapat bayi dari orang tua juga termasuk kebutuhan

terpenting bagi bayi itu sendiri. Saat dingin bayi akan

mendapatkan kehangatan dari rumah yang terpenuhi

kebutuhannya. Kebersihan rumah juga tidak kalah terpenting. Bayi

harus terbiasa dengan sinar matahari namun hindari dengan


93

pancaran langsung sinar matahari dipandangan matanya. Yang

paling utama keadaan rumah bisa di jadikan sebagai tempat

bermain yang aman dan menyenangkan untuk anak (Legawati,

2018).

f. Kebutuhan Psikososial BBL

1) Kasih Sayang ( Bounding Attachmet )

Ikatan antara ibu dan bayinya telah terjadi sejak masa

kehamilan dan pada saat persalinan ikatan itu akan semakin kuat.

Bounding merupakan suatu hubungan yang berawal dari saling

mengikat diantara orangtua dan anak, ketika pertama kali bertemu.

Attachment adalah suatu perasaan kasih sayang yang meningkat

satu sama lain setiap waktu dan bersifat unik dan memerlukan

kesabaran. Hubungan antara ibu dengan bayinya harus dibina

setiap saat untuk mempercepat rasa kekeluargaan. Kontak dini

antara ibu, ayah dan bayi disebut Bounding Attachment melalui

touch/sentuhan (Legawati, 2018).

2) Rasa Aman

Rasa aman anak masih dipantau oleh orang tua secara

intensif dan dengan kasih sayang yang diberikan, anak merasa

aman (Noordiati, 2018).

3) Harga Diri

Dipengaruhi oleh orang sekitar dimana pemberian kasih

sayang dapat membentuk harga diri anak. Hal ini bergantung pada
94

pola asuh, terutama pola asuh demokratis dan kecerdasan

emosional (Noordiati, 2018).

4) Rasa Memiliki

Didapatkan dari dorongan orang di sekelilingnya

(Noordiati, 2018).

g. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir (BBL)

Pemeriksaan fisik harus dilakukan dalam 24 jam dan

dilakukan setelah bayi berada di ruang perawatan. Tujuan

pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang mungkin terabaikan

pada pemeriksaan di kamar bersalin (Rini Ernawati & Tri Wijaya,

2019).

Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, meliputi :

1) Aktivitas fisik. Ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan

tungkai serta lengan aktif dan simetris.

2) Pemeriksaan suhu. Suhu diukur diaksila dengan nilai normal

36,50C-370C.

3) Kulit. Warna kulit tubuh normalnya kemerahan dan tidak ikterus.

4) Kepala. Tidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak.

Fontanel anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura

korona dan sutura segital. Fontanel posterior dengan ukuran 1 x 1

cm sepanjang sutura lambdoidalis dan sagitalis.

5) Wajah. Normalnya wajah yaitu mata segaris dengan telinga,

hidung digaris tengah, mulut garis tengah wajah simetris.


95

6) Mata. Kelopak mata tanpa petosis atau oedema. Sklera tidak

ikterik, konjungtiva merah muda, iris berwarna merata dan

bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada.

7) Telinga. Posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak

kendur.

8) Hidung. Posisi digaris tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas

melalui hidung.

9) Mulut. Normalnya bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah,

bibir berbentuk penuh berwarna merah muda dan lembab,

membran mukosa lembab dan berwarna merah muda, palatum

utuh, lidah dan uvula digaris tengah, reflek menghisap dan reflek

rooting ada.

10) Leher. Bentuk simetris dan tyroid digaris tengah.

11) Abdomen. Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat

dua arteri dan satu vena berwarna putih kebiruan, abdomen lunak

tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati teraba 2-3 cm dibawah

arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri.

12) Genitalia eksterna. Diperiksa dengan cara inspeksi jika (wanita)

yaitu labia mayora ada, mengikuti labia minora, kliktoris ada dan

meatus uretra ada didepan orifisium vagina. Sedangkan (laki-laki)

yaitu penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans tetis

dan skrotum penuh.

13) Anus. Diperiksa dengan cara inspeksi yaitu posisi di tengah dan
96

paten (uji dengan menginsersi jari kelingking bidan masuk ke

dalam anus bayi) pengukuran mekonium terjadi dalam 24 jam.

14) Tulang belakang. Bayi diletakkan dalam posisi tengkurap, tangan

pemeriksa sepanjang tulang belakang untuk mencari terdapat

skoliosis meningokel atau spina bifida.

15) Nilai APGAR Score

Adanya penelitian mengenai APGAR score diberbagai

negara dapat memberikan informasi mengenai status kesehatan

Bayi Baru Lahir (BBL) serta memberikan pelayanan dini yang

berkualitas (Siddiqui Et Al, 2019).

Akronoim Nilai 0 Nilai 1, Appearance Seluruhnya

biru, Tangan dan kaki kebiruan (akrosianosis), Tidak ada sianosis

Pulse, Tidak ada <100x/menit >100x/menit Grimance, Tidak ada

respon, Meringis/ menangis lemah ketika distimulasi, Meringis/

bersin/ batuk saat stimulasi saluran nafas. Activity Lemah/tidak

ada, Sedikit Gerak aktif Respiration, Tidak ada Lemah atau tidak

teratur, Menangis kuat, pernafasan baik dan teratur (Nafan

Akhun, 2020).

h. Perawatan Bayi Baru Lahir (BBL)

Segera setelah lahir, bayi memerlukan pemantauan dan

pemeriksaan secara menyeluruh terkait kesiapan bayi untuk kehidupan

ekstrauterine. Pemeriksaan APGAR dilakukan pada menit pertama,

setelah itu perawat harus melakukan pemeriksaan terhadap 6


97

paramater STABLE (Kadir, 2018) yaitu :

1) Sugar (Stabilisasi gula darah)

Beberapa bayi mengalami kondisi gangguan pada

homeostasis gula darah, sehingga beresiko pada kerusakan otak

dan instabilitas neurologis. Pemeriksaan kadar gula darah sangat

penting dilakukan, khususnya pada bayi dengan ibu riwayat

Diabete Mellitus.

2) Temperatur (Stabilitas suhu)

Segera mengeringkan tubuh bayi baru lahir untuk mencegah

kehilangan panas, untuk bayi dengan berat badan lahir rendah

upayakan untuk kontak dengan kulit ibu (Skin to skin contact) atau

tempatkan dibawah radiant warmer. Suhu tubuh dipertahankan

antara 36,50C-37,50C.

3) Airway (Stabilitasasi jalan napas)

Pada umumnya bayi baru lahir dapat bernapas spontan

dengan sedikit stimulasi, akan tetapi instabilitas respirasi perlu di

konfirmasi jika bayi tampak tidak bugar. Evaluasi kondisi bayi

meliputi : napas, warna kulit, suhu, laju jantung dan kesadaran.

4) Blood Pressure (Stabilisasi Kardiovaskuler)

Perbaikan perfusi jaringan pada bayi dapat dilihat dari

pulsasi perifer, denyut jantung yang normal, warna kulit, serta

temperatur. Disfungsi myokardium dapat menyebabkan syok pada

neonatus dengan kompensasi awal takikardi melalui


98

vasokonstriksi perifer untuk mempertahankan tekanan darah.

5) Laboratorium

Pemeriksaan dilakukan untuk bayi yang beresiko infeksi,

dan bayi yang tampak sakit, meliputi pemeriksaan darah rutin,

gula darah, dan analisa gas darah arteri.

6) Emotional Support

Yang tidak kalah untuk dilakukan saat bayi baru lahir adalah

pemeriksaan dukungan dan informasi kepada keluarga khususnya

ibu pasca melahirkan terkait kondisi bayi. Sehingga pengambilan

keputusan dapat berjalan dengan baik.

i. Kunjungan Bayi Baru Lahir (BBL)

Menurut (Kemenkes RI, 2023) kunjungan Bayi Baru Lahir

(BBL) dilakukan sesuai jadwal, yaitu :

1) KN I : Pada periode 6 jam sampai dengan 2 hari setelah lahir.

2) KN II : Pada periode 3 hari sampai dengan 7 hari setelah lahir

3) KN III : Pada periode 8 hari sampai dengan 28 hari setelah lahir.

6. Nifas

a. Pengertian Masa Nifas

Nifas merupakan sebuah fase setelah ibu melahirkan dengan

rentang waktu kira-kira selama 6 minggu. Masa nifas (puerperium)

dimulai setelah plasenta keluar sampai alat-alat kandungan kembali

normal seperti sebelum hamil (Asih & Risneni, 2019). Masa Nifas

(puerperium) adalah masa setelah keluarnya pasenta sampai alat- alat


99

reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas

berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Walyani & Purwoastuti,

2019). Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa masa

nifas adalah masa pulihnya kembali organ reproduksi setelah

melahirkan seperti sebelum hamil dan membutuhkan waktu selama 6

minggu atau 40 hari.

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Asih & Risneni (2020), asuhan yang diberikan kepada

ibu nifas bertujuan untuk:

1) Memulihkan kesehatan klien

2) Menyediakan nutrisi sesuai kebutuhan.

3) Mengatasi anemia.

4) Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan

sterilisasi.

5) Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot (senam

nifas) untuk memperlancar peredaran darah.

6) Mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis.

7) Mencegah infeksi dan psikologis.

8) Memperlancar pembentukan dan pemberian ASI.

9) Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai

masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi

dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

10) Memberikan pendidikan kesehatan dan memastikan pemahaman


100

serta kepentingan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,

cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan

bayi sehat pada ibu dan keluarganya melalui KIE.

11) Memberikan pelayanan keluarga berencana.

c. Peran Dan Tanggung jawab Bidan Masa Nifas

Setelah proses persalinan selesai bukan berarti tugas dan

tanggung jawab seorang bidan terhenti, karena asuhan kepada ibu harus

dilakukan secara komprehensif dan terus menerus, artinya selama masa

kurun reproduksi seorang wanita harus mendapatkan asuhan yang

berkualitas dan standar, salah satu asuhan berkesinambungan adalah

asuhan ibu selama masa nifas, bidan mempunyai peran dan tanggung

jawab antara lain:

1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas

sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik

dan psikologis selama masa nifas (Asih & Risneni, 2019).

2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga

(Asih & Risneni, 2019).

3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa

nyaman (Asih & Risneni, 2019).

4) Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang

berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak, serta mampu melakukan

kegiatan administrasi (Asih & Risneni, 2019).


101

5) Mendeteksi komplikasi dan perluhnya rujukan (Asih & Risneni,

2019).

6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi

yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman (Asih &

Risneni, 2019).

7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya

untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi

dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas

(Asih & Risneni, 2019).

d. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu puerperium dini

(immediate puerperium), puerperium intermedial (early puerperium),

dan remote puerperium (later puerperium). Adapun penjelasannya

sebagai berikut :

1) Puerpenium dini (immediate puerperium), yaitu suatu masa

kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-

jalan (waktu 024 jam postpartum).

2) Puerpenium intermedial (early puerperium), suatu masa dimana

kepulihan dari organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama

kurang lebih 6-8 minggu.

3) Remote puerpenium (late puerperium), waktu yang diperlukan


102

untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna secara

bertahap terutama jika selama masa kehamilan dan persalinan ibu

mengalami komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu,

bulan bahkan tahun (Walyani & Purwoastuti, 2019).

e. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Selama ibu berada dalam masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan

harus melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan

bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani

masalah-masalah yang terjadi. Kebijakan mengenai pelayanan nifas

(puerperium) yaitu paling sedikit ada 4 kali kunjungan pada masa nifas

dengan tujuan untuk:

1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi

2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan

adanya gangguan-gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya

3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada

masa nifas

4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu

kesehatan ibu nifas maupun bayinya (Walyani & Purwoastuti,

2019).

Berikut ini merupakan aturan waktu dan bentuk asuhan yang

wajib diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas :

1) Kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan).

Tujuannya adalah :
103

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, serta

melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara

mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal.

e) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dengan

BBL.

f) Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermia.

g) Observasi 2 jam setelah kelahiran jika bidan yang menolong

persalinan (Walyani & Purwoastuti, 2019).

2) Kunjungan 2 (hari ke 6 setelah persalinan).

Tujuannya adalah :

a) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus

berkontraksi dengan baik, TFU di bawah pusat, tidak ada

perdarahan abnormal.

b) Menilai adanya tanda-tanda infeksi, demam dan perdarahan.

c) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cairan

serta istirahat yang cukup.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak

ada tanda-tanda kesulitan menyusui.

e) Memberikan konseling tentang asuhan BBL, perawatan tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan lain-lain (Walyani &


104

Purwoastuti, 2019).

3) Kunjungan 3 (hari ke 14 setelah persalinan).

Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan

yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum (Walyani &

Purwoastuti, 2019).

4) Kunjungan 4 (6 minggu setelah persalinan)

Tujuannya adalah :

a) Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa

nifas.

b) Memberikan konseling KB secara dini (Walyani &

Purwoastuti, 2019).

f. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

1) Perubahan Sistem Reproduksi Pada Uterus, Vagina, Dan Perineum

a) Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)

sehingga akhirnya kembali sebelum hamil. Involusi terjadi

karena masing-masing sel menjadi lebih kecil, karena

cytoplasma nya yang berlebihan dibuang (Walyani &

Purwoastuti, 2019).

Involusi disebabkan oleh proses autolysis, pada mana

zat protein dinding rahim pecah, di absorbsi dan kemudian

dibuang dengan air kencing (Walyani & Purwoastuti, 2019).

Sebagai bukti dapat dikemukakan bahwa kadar nitrogen


105

air kencing sangat tinggi (Walyani & Purwoastuti, 2019).

(1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus

1000 gr.

(2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba dua jari

bahwa pusat dengan berat uterus 750 gr.

(3) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba

pertengahan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gr.

(4) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba di

atas simpisis dengan berat uterus 350 gr.

(5) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil

dengan berat uterus 50 gr (Walyani & Purwoastuti, 2017).

b) Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum

uteri dan vagina dalam masa nifas. Lochea tidak lain dari pada

sekret luka, yang berasal dari luka dalam rahim terutama luka

plasenta. Macam-macam lochea:

(1) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa

selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo,

dan mekonium, selama 2 hari postpartum.

(2) Lochea sanguinolenta: berwarna kuning berisi darah dan

lendir, hari ke 3-7 postpartum.

(3) Lochea serosa: berwarna kuning tidak berdarah lagi, pada

hari ke 7-14 postpartum.


106

(4) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

(5) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti

nanah berbau busuk.

(6) Lochea statis: lochea tidak lancar keluarnya (Walyani &

Purwoastuti, 2019).

c) Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.

Setelah persalinan, ostium eksternal dapat dimasuki

oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks

menutup (Walyani & Purwoastuti, 2019).

d) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi,

dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut,

kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3

minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil

dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul

kembali sementara labia menjadi lebih menonjol (Walyani &

Purwoastuti, 2019).

e) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi lebih

kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi

yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah

mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap


107

lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan (Walyani &

Purwoastuti, 2019).

2) Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak.

Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan

mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong,

pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan

(dehidrasi), kurang makan, hemoroid, laserasi jalan lahir supaya

buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan

yang mengandung serat dan memberikan cairan yang cukup. Bila

usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong

dengan pemberian huknah atau gliserin spuid atau diberikan obat

laksanan yang lain (Walyani & Purwoastuti, 2019).

3) Perubahan Sistem Perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama.

Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan oedema leher buli-buli

sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan

tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar

akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.

Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat

menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan

ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali

normal dalam tempo 6 minggu (Walyani & Purwoastuti, 2019).


108

4) Perubahan Sistem Musculoskeletal Ambulasi pada umumnya

dimulia 4-8 jam post partum. Ambulasi dini sangat membantu untuk

mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi (Walyani &

Purwoastuti, 2019).

5) Perubahan Endokrin Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu

sekitar 3 jam postpartum. Progesteron turun pada hari ke 3

postpartum. Kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang

(Walyani & Purwoastuti, 2019).

6) Perubahan Tanda-Tanda Vital

a) Suhu badan

Dua puluh empat jam postpartum suhu badan akan naik

sedikit (37,50C-38,50C) sebagai akibat kerja keras waktu

melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, apabila keadaan

normal suhu badan akan naik lagi karena ada pembentukan ASI,

buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya

ASI bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada

endometrium, mastitis, praktus, urogenitalis atau sistem lain.

Kita anggap nifas terganggu kalau ada demam lebih dari 300C

pada 2 hari berturut-turut pada 10 hari yang pertama post

partum, kecuali hari pertama dan suhu harus diambil sekurang-

kurangnya 4x sehari (Walyani & Purwoastuti, 2019).


109

b) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali

permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan

lebih cepat. Setiap denyut nadi yang akan melebihi 100 adalah

abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau

perdarahan post partum yang tertunda (Walyani & Purwoastuti,

2019).

Sebagian wanita mungkin saja memiliki apa yang

disebut bradikardi nifas (puerperal bradycardia). Hal ini terjadi

segera setelah kelahiran dan biasa berlanjut sampai beberapa

jam setelah kelahiran anak. Wanita macam ini biasa memiliki

angka denyut jantung serendah 40-50 detak per menit. Sudah

banyak alasan-alasan yang diberikan sebagai kemungkinan

penyebab, tetapi belum satupun yang sudah terbukti.

Bradycardia semacam itu bukanlah satu alamat atau indikasi

adanya penyakit, akan tetapi sebagai satu tanda keadaan

kesehatan (Walyani & Purwoastuti, 2019).

c) Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah

akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.

Tekanan darah tinggi pada post partum dapat menandakan

terjadinya preeklamsi post partum (Walyani & Purwoastuti,

2019).
110

d) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhbungan dengan keadaan

suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak

normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada

gangguan khusus pada saluran pernafasan (Walyani &

Purwoastuti, 2019).

7) Perubahan Sistem Kardiovaskular

Persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400cc.

Bila kelahiran melalui sectio caesaria kehilangan darah dapat 2x

lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi.

Apabila pada persalinan pervaginam hemokonsentrasi akan naik

dan pada sektio caesaria hemokonsentrasi cenderung stabil dan

kembali normal setelah 4-6 minggu (Walyani & Purwoastuti,

2019).

Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba.

Volume darah ibu relatif akan bertambah keadaan ini akan

menimbulkan beban pada jantung dan dapat menimbulkan

dekompensasi kondisi pada penderita vitium cordia. Untuk keadaan

ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya

hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia

kala. Umumnya hal ini terjadi pada hari ke 3 sampai hari ke 5 post

partum (Walyani & Purwoastuti, 2019).


111

8) Perubahan Hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar

fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembukaan darah

meningkat pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan

plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dan

peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan

darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih

dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan tetapi tinggi dalam

beberapa hari pertama dari masa post partum. Jumlah sel darah

putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25.000 atau 30.000 tanpa

adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan

lama. Jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosyt akan sangat

bervariasi pada awal-awal masa post partum sebagai akibat dari

volume darah, volume plasenta, dan tingkatan volume darah yang

berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status

gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan

masa post partum terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml.

Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan

diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobine

pada hari ke 3 – 7 post partum dan akan kembali normal dalam 4-5

minggu post partum (Walyani & Purwoastuti, 2019).


112

g. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting

pada ibu dalam masa nifas. Ibu nifas menjadi sangat sensitif, sehingga

diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan

sangat penting pada masa nifas untuk memberi pengarahan pada

keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang

dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis

yang patologis (Asih & Risneni, 2019).

Menurut Asih dan Risneni (2019), adaptasi psikologis yang

perlu dilakukan sesuai dengan fase di bawah ini:

1) Fase Taking In

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang

berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah

melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya

sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang

diceritakannya. Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk

mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini

membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.

Oleh karena itu, kondisi ibu perlu dipahami dengan menjaga

komunikasi yang baik. Pada fase ini perlu diperhatikan pemberian

ekstra makanan untuk proses pemulihannya.


113

2) Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3–10 hari setelah melahirkan.

Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan

dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu

perasaannya sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika

komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu, ibu memerlukan

dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk

menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya

sehingga tumbuh rasa percaya diri.

3) Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan

peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu

sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.

h. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas

1) Nutrisi dan Cairan

Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, minum

sedikitnya 3 liter air setiap hari, pil zat besi harus diminum untuk

menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan

(GAVI, 2019).

2) Pemberian Kapsul Vitamin A 200.000 IU

Kapsul vitamin A 200.000 IU pada masa diberikan

sebanyak dua kali, pertama segera setelah melahirkan, kedua di


114

berikan setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin A pertama

(GAVI, 2019). Manfaat kapsul vitamin A untuk ibu nifas yaitu

meningkatkan kandungan vitamin A dalam Air Susu Ibu (ASI),

bayi lebih kebal dan jarang kena penyakit infeksi, kesehatan ibu

lebih cepat pulih setelah melahirkan, ibu nifas harus minum 2

kapsul vitamin A karena bayi lahir dengan cadangan vitamin A

yang rendah, kebutuhan bayi akan vitamin A tinggi untuk

pertumbuhan dan peningkatan daya tahan tubuh, pemberian 1

kapsul vitamin A 200.000 IU warna merah pada ibu nifas hanya

cukup untuk meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI

selama 60 hari, sedangkan dengan pemberian 2 kapsul dapat

menambah kandungan vitamin A sampai bayi 6 bulan (GAVI,

2019).

3) Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar

secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari

tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk

berjalan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat

tidur dalam 24– 48 jam postpartum. Early ambulation tidak

diperbolehkan pada ibu postpartum dengan penyulit, misalnya

anemia, penyakit jantung, paru-paru, demam dan sebagainya

(GAVI, 2019).
115

4) Eliminasi

Ibu diminta untuk buang air kecil 6 jam postpartum. Jika

dalam 8 jam belum dapat berkemih atau sekali berkemih atau

belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi,

kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam

untuk kateterisasi (GAVI, 2019).

Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar setelah

hari ke2 postpartum. Jika hari ke-3 belum juga BAB, maka perlu

diberi obat pencahar per oral atau per rektal (GAVI, 2019).

5) Personal Hygiene

Kebersihan diri sangat penting untuk mencegah infeksi.

Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, terutama

perineum. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut dua kali sehari,

mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah

membersihkan daerah kelaminnya dan bagi ibu yang mempunyai

luka episiotomi atau laserasi, disarankan untuk mencuci luka

tersebut dengan air dingin dan menghindari menyentuh daerah

tersebut (GAVI, 2019).

6) Istirahat dan Tidur

Sarankan ibu untuk istirahat cukup. Tidur siang atau

beristirahat selagi bayi tidur (GAVI, 2019).

7) Seksual

Ibu diperbolehkan untuk melakukan aktivitas kapan saja ibu


116

siap dan secara fsik aman serta tidak ada rasa nyeri (GAVI, 2019).

i. Respon Orangtua Terhadap Bayi Baru Lahir

1) Bounding Attachmet

Bounding Attachmet adalah sentuhan awal atau kontak

kulit antar ibu dan bayi pada menit-menit pertama sampai

beberapa jam setelah kelahiran bayi (Asih & Risneni, 2019).

Bounding Attachmet terdiri atas beberapa tahap yaitu

perkenalan (kontak mata, menyentuh, berbicara), bounding atau

ketertarikan (peningkatan hubungan kasih sayang dengan

keterikatan batin antara orang tua dan bayi), Attachment (perasaan

sayang yang mengikat antara individu dengan individu lain) (Asih

& Risneni, 2019).

2) Respon Ayah dan Keluarga

Reaksi orang tua dan bayi baru lahir berbeda-beda sesuai

dengan reaksi emosi dan pengalaman. Masalah lain juga

berpengaruh seperti jumlah anak dan masalah ekonomi

(Purwoastuti & Walyani, 2019).

3) Sibling Rivalry

Sibling Rivalry adalah adanya rasa persaingan saudara

kandung terhadap kelahiran adiknya. Biasanya hal tersebut terjadi

pada anak dengan usia 2 sampai 3 tahun (Purwoatuti & Walyani,

2019).
117

Beberapa cara untuk mengatasi sibling rivalry yaitu tidak

membandingkan anak satu dengan lainnya, membiarkan anak

menjadi diri pribadi mereka sendiri, menyukai bakat dan

keberhasilan anak, membuat anak mampu bekerja sama, memberi

perhatian setiap waktu (Asih & Risneni, 2019).

j. Proses Laktasi Dan Menyusui

1) Anatomi dan Fisiologi Payudara Mansyur dan Dahlan (2019)

menjelaskan anatomi dan fisiologi payudara sebagai berikut:

a) Anatomi

Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak di

bawah kulit, atas otot dada dan fungsinya memproduksi susu

untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar

payudara dengan berat kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya

lebih besar dari kanan. Pada waktu hamil payudara membesar,

mencapai 600 gram dan pada waktu menyusui bisa mencapai

800 gram. Ada 3 bagian utama payudara yaitu:

(1) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar

Korpus mammae terdapat alveolus yaitu unit terkecil

yang memproduksi susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel

aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos, dan

pembuluh darah. Beberapa lobulus berkumpul menjadi 15-

20 lobus pada payudara.


118

(2) Areola yaitu bagian yang kehitaman di tengah

Letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna

kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan

pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari

corak kulit dan adanya kehamilan. Luas kalang payudara

biasa 1/3-1/2 dari payudara.

(3) Papilla atau puting yaitu bagian yang menonjol di puncak

payudara

Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubungan

dengan adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka

letaknyapun akan bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat

lubang-lubang kecil yang merupakan muara duktus dari

laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh darah,

pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang tersusun

secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus

laktiferus akan memadat dan menyebabkan puting susu

ereksi sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan

menarik kembali puting susu tersebut. Ada 4 macam bentuk

puting yaitu berbentuk normal/umum, pendek/datar, panjang

dan terbenam (inverted) namun bentuk.

b) Fisiologi Payudara

Mansyur dan Dahlan (2019) menjelaskan laktasi/

menyusui mempunyai 2 pengertian yaitu produksi dan


119

pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi

yang sangat komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan

bermacam-macam hormon. Mulai dari bulan ketiga kehamilan,

tubuh wanita mulai memproduksi hormon yang menstimulasi

munculnya ASI dalam sistem payudara:

(1) Saat bayi mengisap, sejumlah sel syarafdi payudara ibu

mengirimkan pesan ke hipotalamus.

(2) Ketika menerima pesan itu, hipotalamus melepas “rem”

penahan prolaktin untuk mulai memproduksi ASI.

Menurut Asih dan Risneni (2019), ada dua reflek yang

masing-masing berperan dalam pembentukan ASI yaitu :

(1) Refleks Prolaktin

Sewaktu bayi menyusu ujung saraf peraba yang

terdapat pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut

oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak

lalu memicu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone

prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin

memacu sel kalenjer (alveoli) untuk memproduksi air susu.

Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang

diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan yaitu frekuensi,

intensitas dan lamanya bayi menghisap.


120

(2) Refleks Oksitosin (Let Down Reflex)

Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat

menyusu juga merangsang hipofise posterior mengeluarkan

hormon oksitosin. Dimana setelah oksitosin di lepas ke

dalam darah memacu otot-otot polos yang mengelilingi

alveoli dan duktulus berkonsentraksi sehingga memeras air

susu dari alveoli, duktulus dan sinus menuju putting susu.

2) Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI

Menurut Purwoastuti dan Walyani (2019) dukungan bidan

dalam pemberian ASI yaitu membiarkan bayi bersama ibunya

segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam, mengajarkan cara

merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah

umum yang timbul, membantu ibu pada waktu pertama kali

menyusui, menempatkan bayi dekat dengan ibunya di kamar yang

sama.

3) Manfaat Pemberian ASI

Menurut Asih dan Risneni (2019), beberapa manfaat

pemberian ASI bagi bayi, ibu, keluarga dan negara yaitu :

a) Manfaat bagi bayi

(1) Komposisi sesuai kebutuhan

(2) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi

(3) ASI mengandung zat pelindung

(4) Perkembangan psikomotorik lebih cepat


121

(5) Menunjang perkembangan kognitif

(6) Menunjang perkembangan penglihatan

(7) Memperkuat ikatan batin antar ibu dan anak

(8) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat

(9) Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri.

b) Manfaat bagi ibu

(1) Mencegah perdarahan paska persalinan dan mempercepat

kembalinya rahim ke bentuk semula.

(2) Mencegah anemia defisiensi zat besi

(3) Mempercepat ibu kembali ke berat badan semula

(4) Menunda kesuburan

(5) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan kanker

ovarium

c) Manfaat bagi keluarga

(1) Mudah dalam proses pemberiannya

(2) Mengurangi biaya rumah tangga

(3) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit sehingga mengurangi

biaya berobat.

d) Manfaat bagi negara

(1) Penghematan untuk subsidi anak sakit

(2) Penghematan devisa dalam hal pemberian susu formula

(3) Mengurangi polusi

(4) Mendapat sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas


122

4) Tanda Bayi Cukup ASI

Tanda- tanda bayi mendapat cukup ASI menurut Mansyur

dan Dahlan (2019), antara lain:

a) Jumlah buang air kecilnya dalam satu hari paling sedikit 6 kali

b) Warna seni biasanya tidak berwarna kuning pucat

c) Bayi sering BAB berwarna kekuningan berbiji

d) Bayi kelihatannya puas, sewaktu-waktu merasa lapar bangun

dan tidur dengan cukup

e) Bayi sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam

f) Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui

g) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi

mulai menyusui

h) Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi

menelan ASI

k. ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan

makanan atau minuman lain selama umur 0-6 bulan, bayi harus diberi

kesempatan menyusu tanpa dibatasi frekuensi dan durasinya (Asih &

Risneni, 2019).

Menurut Purwoastuti dan Walyani (2019), ada beberapa jenis

ASI yaitu :

1) Kolostrum: cairan pertama yang dikeluarkan oleh kelenjar

payudara pada hari pertama sampai dengan hari ke-3, berwarna


123

kuning keemasan, mengandung protein tinggi rendah laktosa.

2) ASI Transisi: keluar pada hari ke 4 sampai hari ke 10 jumlah ASI

meningkat tetapi protein rendah dan lemak, hidrat arang tinggi.

3) ASI Mature: ASI yang keluar hari ke 10 dan seterusnya, nutrisi

terus berubah sampai bayi 6 bulan.

l. Cara Merawat Payudara

Berikut ini kiat masase payudara yang dapat dilakukan pada

hari ke dua usai persalinan, sebanyak 2 kali sehari. Cucilah tangan

sebelum memasase. Lalu tuangkan minyak ke dua belah telapak tangan

secukupnya. Pengurutan dimulai dengan ujung jari, caranya:

1) Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil

dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal

payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah putting

susu.

2) Selanjutnya buatlah gerakan memutar sambil menekan dari

pangkal payudara dan berakhir pada putting susu diseluruh bagian

payudara. Lakukan gerakan seperti ini pada payudara kanan.

3) Gerakan selanjutnya letakkan kedua telapak tangan di antara dua

payudara. Urutlah dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua

payudara dan lepaskan keduanya perlahan. Lakukan gerakan ini

kurang lebih 30 kali. Variasi lainnya adalah gerakan payudara kiri

dengan kedua tangan, ibu jari di atas dan empat jari lainnya di

bawah. Peras dengan lembut payudara sambil meluncurkan kedua


124

tangan ke depan kea rah putting susu. Lakukan hal yang sama pada

payudara kanan.

4) Lalu cobalah posisi tangan paralel. Sangga payudara dengan satu

tangan, sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi

kelingking dari arah pangkal payudara ke arah putting susu.

Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali. Setelah itu, letakkan satu

tangan di sebelah atas dan satu lagi di bawah payudara. Luncurkan

kedua tangan secara bersamaan kea rah putting susu dengan cara

memutar tangan. Ulangi gerakan ini sampai semua bagian

payudara terkena (Walyani & Purwoastuti, 2019).

m. Cara Menyusui Yang Baik Dan Benar

1) Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan

pada puting susu dan aerola sekitarnya. Cara ini mempunyai

manfaat sebagai disinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.

2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu

a) Ibu duduk dikursi yang rendah atau berbaring dengan santai,

bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (kaki

ibu tidak bergantung) dan punggung ibu bersandar pada

sandaran kursi.

b) Bayi dipegang pada bahu dengan satu lengan, kepala bayi

terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh

menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan)

c) Satu tangan bayi diletakkan pada badan ibu dan satu di depan
125

d) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap

payudara

e) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

f) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang

3) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain

menopang di bawah

4) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara

a) Menyentuh pipi bayi dengan puting susu atau

b) Menyentuh sisi mulut bayi

5) Setelah bayi membuka mulut dengan cepat kepala bayi diletakkan

ke payudara ibu dengan puting serta aerolanya dimasukkan ke

mulut bayi

a) Usahakan sebagian besar aerola dapat masuk ke dalam mulut

bayi sehingga puting berada di bawah langit-langit dan lidah

bayi akan menekan ASI keluar

b) Setelah bayi mulai menghisap payudara tidak perlu dipegang

atau disanggah.

n. Melepas isapan bayi

Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian

dioleskan pada putting susu dan aerola sekitar dan biarkan kering

dengan sendirinya untuk mengurangi rasa sakit. Selanjutnya

sendawakan bayi tujuannya untuk mengeluarkan udara dari lambung


126

supaya bayi tidak muntah (gumoh) setelah menyusui (Walyani &

Purwoastuti, 2019).

o. Cara menyendawakan bayi

1) Bayi dipegang tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian

punggungnya ditepuk perlahan-lahan

2) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya

ditepuk perlahan-lahan (Walyani & Purwoastuti, 2019).

p. Kunjungan Ibu Nifas

Menurut (Kemenkes RI, 2023) kunjungan Nifas dilakukan

sesuai jadwal, yaitu :

1) KF I : Pada periode 6 jam sampai dengan 2 hari Postpartum.

2) KF II : Pada periode 3 hari sampai dengan 7 hari Postpartum.

3) KF III : Pada periode 8 hari sampai dengan 28 hari Postpartum.

4) KF IV : Pada periode 29 hari sampai dengan 42 hari Postpartum.

7. Keluarga Berencana

a. Definisi Keluarga Berencana (KB)

Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk

keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu

bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan

yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau

penggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan lain-lain.

Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua

(Pragita & Rembang, 2019).


127

Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan membantu

individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang

tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan,

mengatur interval diantara kelahiran (Ratu Matahari, dkk. 2018).

Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu

individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran tidak

diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur

interval diantara kelahiran, mengontrol waktu kelahiran dalam

hubungan dengan umur suami dan istri, serta menentukan jumlah

anak dalam keluarga (Setyani, 2019).

b. Tujuan Keluarga Berencana (KB)

Tujuan KB menurut (WHO 2018) yaitu:

1) Mengatur kehamilan yang diinginkan

2) Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi,

dan anak

3) Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan,

konseling, dan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi

4) Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek

Keluarga Berencana (KB)

5) Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk

menjarangkan jarak kehamilan


128

c. Manfaat Keluarga Berencana (KB)

Manfaat Kb menurut (WHO 2018) yaitu:

1) Mencegah Kesehatan Terkait Kehamilan

Kemampuan wanita untuk memilih untuk hamil dan kapan

ingin hamil memiliki dampak langsung pada kesehatan dan

kesejahteraannya. KB memungkinkan jarak kehamilan dan

penundaan kehamilan pada wanita muda yang memiliki risiko

masalah kesehatan dan kematian akibat melahirkan anak usia

dini. KB mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, termasuk

wanita yang lebih tua dalam menghadapi peningkatan risiko

terkait kehamilan. KB memungkinkan wanita yang ingin

membatasi jumlah keluarga mereka. Bukti menunjukkan bahwa

wanita yang memiliki lebih dari 4 anak berisiko mengalami

kematian ibu. Dengan mengurangi tingkat kehamilan yang tidak

diinginkan, KB juga mengurangi kebutuhan akan aborsi yang

tidak aman.

2) Mengurangi AKB

KB dapat mencegah kehamilan dan kelahiran yang

berjarak dekat dan tidak tepat waktu. Hal ini berkontribusi pada

beberapa angka kematian bayi tertinggi di dunia. Bayi dengan ibu

yang meninggal akibat melahirkan juga memiliki risiko kematian

yang lebih besar dan kesehatan yang buruk.


129

3) Membantu mencegah Human Immunodeficiency Virus

(HIV)/Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

KB mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan di

antara wanita yang hidup dengan HIV, mengakibatkan lebih

sedikit bayi yang terinfeksi dan anak yatim. Selain itu, kondom

pria dan wanita memberikan perlindungan ganda terhadap

kehamilan yang tidak diinginkan dan terhadap IMS termasuk

HIV.

4) Memberdayakan Masyarakat dan Meningkatkan Pendidikan

KB memungkinkan masyarakat untuk membuat pilihan

berdasarkan informasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi.

KB memberikan peluang bagi perempuan untuk mengejar

pendidikan tambahan dan berpartisipasi dalam kehidupan publik,

termasuk mendapatkan pekerjaan yang dibayar. Selain itu,

memiliki keluarga yang lebih kecil memungkinkan orang tua

untuk berinvestasi lebih banyak pada setiap anak. Anak-anak

dengan lebih sedikit saudara kandung cenderung tetap bersekolah

lebih lama daripada mereka yang memiliki banyak saudara

kandung.

5) Mengurangi Kehamilan Remaja

Remaja hamil lebih cenderung memiliki bayi prematur

atau bayi berat lahir rendah (BBLR). Bayi yang dilahirkan oleh

remaja memiliki angka kematian neonatal yang lebih tinggi.


130

Banyak gadis remaja yang hamil harus meninggalkan sekolah.

Hal ini memiliki dampak jangka panjang bagi mereka sebagai

individu, keluarga dan komunitas.

6) Perlambatan Pertumbuhan Penduduk

KB adalah kunci untuk memperlambat pertumbuhan

penduduk yang tidak berkelanjutan dengan dampak negatif yang

dihasilkan pada ekonomi, lingkungan, dan upaya pembangunan

nasional dan regional.

d. Macam-macam Kelaurga Berencana (KB) dan cara kerjanya

Menurut (Fauziah, 2020) macam-macam KB dan cara

kerjanya yaitu :

1) Kondom

Kondom adalah suatu kantung karet tipis, biasanya terbuat

dari lateks tidak berpori, dipakai untuk menutupi zakar yang

berdiri (tegang) sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina. Cara

kerja kondom adalah menghentikan sperma mencapai sel telur

dengan menciptakan penghalang fisik saat melakukan hubungan

seksual. Kondom sudah dibuktikan dalam penelitian di

laboratorium sehingga dapat mencegah penularan penyakit

seksual, termasuk HIV/AIDS.

2) Pil KB

Pil KB adalah pil yang berisi kombinasi hormon

progesteron dan estrogen yang bisa disebut pil kombinasi atau


131

hanya berisi homonsintesis, progesteron saja yang sering disebut

dengan minipil. Pil yang diminum setiap hari ini berguna untuk

mempengaruhi keseimbangan hormon sehingga dapat menekan

ovulasi, mencegah implantasi, dan mengentalkan lendir serviks.

Cara kerja pil KB ini adalah dengan cara mempengaruhi kerja

indung telur dan rahim sehingga mencegah terjadinya proses

pembuahan yaitu pertemuan sel telur dan sel sperma.

3) IUD (Intrauterine Devince)

IUD adalah benda kecil yang terbuat dari plastik yang

lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon

dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai

benang. IUD merupakan alat kontrasepsi modern yang telah

dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa

aktif fungsi kontrasepsinya), dan diletakkan di dalam kavum uteri

sebagai usaha kontrasepsi, menghalangi sel sperma untuk

membuahi sel telur yang matang. IUD bekerja dengan cara

melepas hormone progestin sedikit demi sedikit setiap hari,

hormon ini kemudian akan mengentalkan cairan dibagian leher

rahim.

4) Suntik KB

Suntik Kb adalah salah satu cara untuk mencegah

terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Terdapat

2 macam suntik KB yaitu suntikan kombinasi yang mengandung


132

hormon sintesis esterogen dan progesteron, dan suntikan

progastrin yang berisi hormon progesterone. Cara kerja KB suntik

yaitu menghentikan ovulasi atau proses pelepasan sel telur dari

ovarium setiap bulannya dengan mengentalkan lendir di leher

rahim sehingga sperma terhalang dan sulit masuk ke rahim untuk

membuahi sel telur.

5) Implant

Implant adalah metode kontrasepsi yang diinsersesikan

pada bagian subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan

masa kerja panjang, dosis rendah, reversibel untuk wanita. Cara

kerja implan adalah mengentalkan lendir serviks yang dapat

menggangu proses pembentukan endomentrium sehingga terjadi

implantasi, mengurangi trasportasi sperma, menekan ovulasi.

6) Tubektomi

Tubektomi adalah prosedur pemotongan atau penutupan

tuba falopi atau saluran indung telur yang menghilangkan ovarium

ke rahim. Cara kerja tubektomi yaitu dengan cara memotong atau

mengikat saluran tuba falopi kemudian sel telur pun tidak akan

bisa menuju rahim dan sel sperma juga tidak akan bisa mencapai

tuba falopi.

7) Vasektomi

Vasektomi adalah metode kontrasepsi yang dilakukan

dengan memotong saluran sperma (vas deferens) yang membawa


133

sel sperma dari testis ke penis, dengan metode ini sperma tidak

bisa keluar bersama air mani saat pria ejakulasi. Cara kerjanya

yaitu dilakukan melalui operasi bedah minor dengan pemberian

anastesi local pada area testis dan skrotum.

e. Keuntungan dan Kerugian Keluarga Berencana (KB)

Menurut (Mega dan Wijayanegara, 2019) keuntungan dan

kelebihan KB yaitu:

1) Implant

a) Keuntungan

Keuntungan dari kontrasepsi implant adalah

perlindungannya dalam jangka panjang, pengembalian tingkat

kesuburan yang cepat setelah pencabutan, bebas dari pengaruh

estrogen, tidak mengganggu kegiatan senggama, tidak

mengganggu produksi ASI, klien hanya perlu kembali ke

klinik apabila ada keluhan, dan dapat dicabut sesuai dengan

waktu yang diinginkan. Waktu yang baik untuk penggunaan

implant adalah setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai

hari ke-7.

b) Kekurangan

Tidak dianjurkan untuk penderita penyakit hati, kanker

payudara, perdarahan tanpa sebab, penggumpalan darah,

penderita tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, penyakit

jantung.
134

2) IUD (Intra Uterin Device)

a) Keuntungan

Keuntungan penggunaan IUD yaitu hanya

memerlukan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang

lama dengan biaya yang relatif murah, aman karena tidak

mempunyai pengaruh sistemik yang beredar ke seluruh tubuh,

tidak mempengaruhi produksi ASI dan kesuburan.

b) Kekurangan

Kekurangan IUD yaitu tidak bisa melindungi dari

penyakit menular seksual dan meningkatkan resiko menoragia

atau pendarahan menstruasi yang berlebihan.

3) Metode Operasi Wanita (MOW)

a) Keuntungan

Kentungan MOW yaitu tidak mempengaruhi proses

menyusui, tidak menghambat hubungan suami istri, lebih

ekonomis karena hanya memerlukan biaya satu kali tindakan

saja, dan lebih efektif karena tingkat kegagalannya sangat kecil

dan merupakan kontrasepsi yang permanen.

b) Kekurangan

Harus dipertimbangkan sifat permanenya metode

kontrasepsi ini yang mana pasien dapat menyesal dikemudian

hari, resiko komplikasi kecil, tetapi disisi lain hal yang utama

yang harus disiapkan adalah persetujuan suami bahwa 14 bagi


135

calon akseptor tidak akan bisa menambah lagi keturunan.

4) Metode Operasi Pria (MOP)

a) Kentungan

Pasien tidak perlu dirawat di Rumah Sakit, dilakukan

anatesi local, tidak mengganggu hubungan sex,

b) Kekurangan

Harus dilakukan pembedahan, tidak dapat dilakukan

pada orang yang masih ingin memiliki anak, masih

memungkinkan terjadi komplikasi (misal perdarahan, nyeri,

dan infeksi, tidak melindungi pasangan dari penyakit menular

seksual termasuk HIV/AIDS.

5) Kondom

a) Keuntungan

Keuntungan kondom yaitu bisa didapatkan dengan

bebas di berbagai tempat dengan harganya yang terjangkau,

tidak menggangu kesuburan, alat kontrasepsi sekali pakai,

mencegah terjadinya HIV.

b) Kekurangan

Kondom bisa robek saat digunakan jika melakukan

gesekan berlebihan, kondom bisa menurunkan kenikmatan.

6) Pil KB

a) Keuntungan

Mampu mengurangi gejala PMS, melindungi dari


136

penyakit radang panggul, tidak menggangu hubungan seksual,

periode menstruasi lebih teratur, dan bisa langsung program

hamil setelah berhenti minum pil kb.

b) Kerugian

Tidak melindungi dari penyakit kelamin, harus

diminum setiap hari, terkadang menyebabkan pendarahan di

luar haid, dan bisa meningkatkan tekanan darah.

7) KB Suntik

a) Keuntungan

Relatif aman untuk ibu menyusui, tidak perlu

menghitung masa subur ketika berhubungan seksual, dan dapat

mengurangi resiko munculnya kangker ovarium.

b) Kekurangan

Mempunyai efek samping berupa sakit kepala,

kenaikan berat badan, dan nyeri payudara, butuh waktu cikup

lama agar tingkat kesuburanya kembali normal, tidak

memberikan perlindungan dari penyakit menular seksual.

f. Indikasi dan Kontraindikasi Keluarga Berencana (KB)

Menurut (Mega dan Wijayanegara, 2019) indikasi dan

kontraindikasi KB yaitu:

1) Implant

a) Indikasi

Pada wanita reproduksi yang berusia 20-35 tahun


137

yang telah memiliki anak sesuai dengan yang diinginkan,

menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi

dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang,

pasca persalinan dan sedang menyusui bayinya yang berusia

6 minggu atau lebih.

b) Kontraindikasi

Hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam

yang belum jelas penyebabnya, benjolan/kanker payudara

atau riwayat kanker payudara, tidak dapat menerima

perubahan pola haid yang terjadi, miomauterus, gangguan

toleransi glukosa.

2) IUD (Intra Uterin Device)

a) Indikasi

IUD (Intra Uterin Device) dapat digunakan pada

wanita usia reproduksi, menginginkan kontrasepsi jangka

panjang, setelah melahirkan, ibu yang menyusui, risko

rendah IMS (Infeksi Menular Seksual), dan tidak

menghendaki metode hormonal.

b) Kontraindikasi

Hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam

yang belum jelas penyebabnya, sedang menderita penyakit

genetalia, sering ganti pasangan, kanker genetalia atau

payudara.
138

3) Metode Operasi Wanita (MOW)

a) Indikasi

Umur lebih dari 26 tahun, anak lebih dari 2 orang,

yakin telah mempunyai keluarga dengan jumlah yang

diinginkan, ibu pasca persalinan, pasien paham dan setuju

dengan prosedur tubektomi terutama pengetahuan pasangan

tentang cara-cara kontrasepsi ini dengan risiko dan sifat

permanennya kontrasepsi.

b) Kontraindikasi

Hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang

tidak diketahui penyebabnya, belum memberikan persetujuan

tertulis, tidak boleh menjalani proses pembedahan, usia di

bawah 30 tahun yang belum dan masih ingin memiliki anak.

4) Metode Operasi Pria (MOP)

a) Indikasi

Menunda kehamilan, mengakhiri kesuburan,

memabatasi kehamilan, sudah memiliki jumlah anak yang

cukup.

b) Kontraindikasi

Jika ada peradangan pada kulit sekitar skrotum

sebaiknya disembuhkan terlebih dahulu, penderita hernia,

perdarahan, hematoma, keadaan jiwa tidak stabil.


139

5) Kondom

a) Indikasi

Semua pasangan usia subur yang ingin berhubungan

seksual namun belum menginginkan kehamilan, dan untuk

perlindungan maksimal terhadap IMS.

b) Kontraindikasi

Apabila secara psikologis pasangan tidak dapat

menerima metode ini, malformasi penis, dan apabila salah

satu pasangan alergi terhadap karet lateks.

6) Pil KB

a) Indikasi

Mencegah kehamilan dan diminum 1 hari sekali di

jam yang sama.

b) Kontraindikasi

Hamil atau diduga hamil, pendarahan pervaginam,

penyakit kardio vaskuler.

7) KB Suntik

a) Indikasi

Usia reproduksi, tekanan darah tinggi, menggunakan

obat epilepsy, dan menghendaki kontrasepsi jangka panjang

yang memiliki efektifitas tinggi.

b) Kontraidikasi

Sedang hamil atau diduga hamil, memiliki riwayat

kangker payudara, pendarahan.


140

B. Tinjauan Teori Menurut Varney dan SOAP

1. Langkah-langkah (7 langkah Varney dan SOAP)

Menurut (Rasida Ning Atiqoh, 2020) 7 langkah manajemen

kebidanan menurut varney, antara lain :

a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini pengkajian dilakukan dengan mengumpulkan

data dasar yang mengeluh untuk mengevaluasi keadaan ibu secara

lengkap, meliputi pengkajian riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik

sesuai kebutuhan, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.

Meninjau data laboratorium dan membandingkanya dengan hasil studi.

b. Langkah II : Analisa Data (Diagnosa)

Dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah

berdasarkan interprestasi yang akurat atau data-data yang

dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan kemudian

diinterprestasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah

yang spesifik. Rumusan masalah dan masalah yang muncul digunakan

karena masalah tidak dapat diidentifikasikan seperti diagnosis, tetapi

tetap membutuhkan penanganan.

c. Langkah III : Masalah Potensial (Diagnosa Potensial)

Pada langkah ketiga ini, mengidentifikasi masalah atau

diagnosis potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang

sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan tindakan antisipasi,

pencegahan jika memungkinkan, serta melakukan persiapan, terhadap

semua keadaan yang mungkin muncul.


141

d. Langkah IV : Tindakan Segera Mengidentifikasi

Langkah yang mengidentifikasi perlunya tindakan segera yang

ditangani oleh bidan untuk dikonsultasikan para dokter atau ditangani

dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi ibu.

e. Langkah V :Perencanaan Tindakan (Intervensi)

Pada langkah ini dilakukan rencana asuhan menyeluruh

merupakan kelanjutan dari manajemen terhadap diagnosis yang

terindentifikasi. Tindakan yang dapat dilakukan berupa observasi

penyuluhan atau pendidikan kesehatan dan pengobatan sesuai sesuai

instruktur dokter. Setiap rencana harus disetujui oleh kedua pihak,

yaitu bidan dan pasien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena

pasien diharapkan juga akan melaksanakan rencana tersebut.

f. Langkah VI : Pelaksanaan Tindakan (Implementasi)

Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh dan harus

diarahkan dan dilaksanakan secara efisien dan aman oleh tenaga

kesehatan kepada ibu. Manajemen yang efisien akan meminimalkan

waktu dan biaya, serta meningkatkan kualitas asuhan yang diberikan

kepada ibu.

g. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang telah diberikan mengenal pemenuhan kebutuhan yang benar-

benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana yang telah

diidentifikasikan di dalam masalah dan diagnosis.


142

2. Dokumentasi Manajemen SOAP

Metode dokumentasi merupakan pendokumentasian dengan

metode SOAP salah satu kemajuan informasi secara sistematis yang dapat

menggabungkan temuan sehingga menjadikan kesimpulan yang dibuat

sebagai rencana asuhan. Metode ini merupakan inti dari proses

penatalaksanaan asuhan kebidanan berupa langkah-langkah yang dapat

membantu dalam mengorganisasi pemikiran dalam memberikan asuhan

yang menyeluruh (Febriyeni, 2021). Metode pendekatan SOAP meliputi:

a. Subjektif

Pendokumentasian untuk pengumpulan data klien yang

diperoleh anamnesa dan espresi pasien mengenai kekhawatiran dan

keluhannya.

b. Objektif

Menggambarkan hasil analisa dan fisik klien, hasil

laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung analisa.

c. Analisa

Masalah atau diagnosa ditegakkan berdasarkan data atau

informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau

disimpulkan sebagai hasil pengambilan keputusan klinis terhadap

klien.
143

d. Penatalaksanaan

Membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang.

Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interprestasi

data.
C. Kerangka Teori
Asuhan Kebidanan Komprehensif Ibu Dengan KEK

Asuhan Kebidanan Asuhan Kebidanan Asuhan Kebidanan Asuhan Kebidanan Asuhan Kebidanan
Kehamilan dengan KEK Persalinan Bayi Baru Lahir Nifas KB

Kek pada ibu hamil Sectio Caesarea adalah suatu Nifas adalah dimulai setelah Keluarga berencana
adalah kekurangan cara melahirkan janin dengan Fisiologis Patologis plasenta lahir sampai alat- adalah gerakan
gizi pada ibu hamil, membuat sayatan pada dinding alat kandungan kembali untuk membentuk
dengan hasil uterus melalui dinding depan normal keluarga yang sehat
pemeriksaan LILA perut Rujuk dan sejahtera
<23,5 cm dengan membatasi
Patologis Fisiologis kelahiran

Penatalaksanaan Fisiologis Patologis Asuhan Kebidanan Neonatus


a. Penapisan awal KN I (6 jam – 2 hari) Rujuk KIE Tentang KB
b. Penentuan status gizi Rujuk KN II (3hari -7 hari) Asuhan kebidanan
c. Pelayanan ANC 6 KN III (8 hari -28 hari) Nifas
kali Informed Choise
Pemantauan kemajuan persalinan KF I (6 jam – 2 hari)
d. Tatalaksana ibu Kala I-Kala IV KF II (3 hari -7 hari)
hamil dengan KEK KF III (8 hari -28
hari) Informed
CPD KF IV (29 hari - 42 Consem
Asuhan Kebidanan hari)
Ibu hamil: SC
Kunjungan/ANC
TM III minimal
Asuhan Sayang Ibu KB IUD
3kali

Membina ksejahteraan ibu dan bayi dengan kehamilan dan persalinan yang nyaman dan aman

144
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Kemenkes RI, (2020), Sagita, (2018) Noordiyati, (2018), Asih144
dan Resneni, (2019), Prigita dan Rembang, (2019), Buku KIA, (2020)
145

D. Kerangka Konsep

Variabel Bebas

Asuhan kebidanan Ibu hamil


dengan KEK
Variabel Terikat
Komprehensif meliputi:
- Asuhan kebidanan kehamilan
- Asuhan kebidanan persalinan
- Asuhan kebidanan bayi baru
Asuhan kebidanan
lahir
komprehensif pada ibu
- Asuhan kebidanan nifas
hamil dengan Kekurangan
- Asuhan kebidanan KB
Energi Kronik (KEK)

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

145
BAB III

METODEOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian dengan metode deskriptif

merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk

gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoadmojo,

2019). Sedangkan metode kualitatif yaitu metode yang digunakan untuk

meneliti pada kondisi objek secara ilmiah serta menjelaskan suatu fenomena

yang didapatkan dengan cara pengumpulan data sedalam-dalamnya dan detail

mengenai suatu data yang diteliti (Sugiyono, 2019). Adapun jenis penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan studi

kasus komprehensif. Dengan pendekatan studi kasus komprehensif ini peneliti

dapat melakukan observasi dan wawancara langsung kepada pasien dan

melakukan kunjungan ANC sebanyak 3 kali serta melakukan obervasi pada

persalinan, nifas dan bayi baru lahir. Penelitian studi kasus komprehensif

merupakan suatu metode untuk memahami individu yang dilakukan secara

interative meliputi asuhan yang berkesinambungan dari masa kehamilan,

persalinan, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana sehingga diperoleh

informasi yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang

dihadapinya dengan tujuan masalah tersebut dapat terselesaikan dan

memperoleh perkembangan diri yang baik (Notoadmojo, 2019).

146
147

B. Informan Penelitian

Informan penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

merupakan subyek penelitian yang dapat memberikan informasi mengenai

fenomena atau permasalahan yang diangkat dalam penelitian (Heryana, 2018).

Dalam penelitian ini peneliti memilih subyek penelitian untuk studi kasus

komprehensif ini yang meliputi bidan, Tn. R selaku suami, Kelurga serta Ny.

Y, umur 20 tahun, G1P0A0 sebagai subyek penelitian. Peneliti mendampingi

Ny. Y dari masa kehamilan 36 minggu hingga masa nifas selesai dan

memasuki keluarga berencana (KB).

C. Lokasi dan Waktu Penelitian.

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di PMB Ny. S, wilayah kerja Puskesmas

Kaliwadas, Kabupaten Brebes.

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret s.d. Mei 2023.

D. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah sebuah alat yang dipakai oleh peneliti

dalam sebuah penelitian khususnya sebagai pengukuran ataupun pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini alat atau media

yang di gunakan adalah :


148

1. Alat wawancara berupa lembar format pengkajian asuhan kebidanan

komprehensif dan Alat tulis.

2. Alat yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan fisik berupa Alat

timbang berat badan, Alat pengukur tinggi badan, Spignomanometer,

Stetoskop, Thermometer, Jam tangan, Pita LILA, Funduskup/Doppler dan

Metlin.

3. Alat yang diperlukan untuk pemeriksaan ibu bersalin berupa Spignometer,

Thermometer, Stestoskop, Jam tangan, Funduskup/Doppler dan Metlin

4. Alat yang diperlukan untuk pemeriksaan fisik bayi berupa Thermometer.

Stetoskop. Jam tangan, Alat pengukur panjang badan, Timbangan berat

badan, Pita LILA/Metlin

5. Alat yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan fisik ibu nifas berupa

Spignomanometer, Thermometer, Stetoskop, Jam tangan

6. Alat dan bahan untuk melakukan studi dokumentasi Buku KIA.

7. Media yang diperlukan untuk penyuluhan berupa SAP dan Leaflet.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam

penelitian ini menggunakan beberapa metode yaitu metode wawancara,

metode observasi dan metode studi literature. Metode wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menyiapkan daftar pertanyaan

yang dibuat oleh peneliti untuk mendapatkan informasi dan data terkait

subyek penelitian. Adapun metode observasi yaitu pengamatan langsung yang


149

dilakukan peneliti terhadap subyek dari masa kehamilan, persalinan, nifas,

bayi baru lahir sampai dengan keluarga berencana (KB). Dan metode studi

literature merupakan metode pengumpulan data yang diperoleh peneliti

dengan cara mempelajari, meneliti dan membaca buku, jurnal, Karya Tulis

Ilmiah dan artikel-artikel yang berkaitan dengan masalah yang terjadi pada

subyek dalam penelitian.


BAB IV

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPERHENSIF PADA NY. Y UMUR

20 TAHUN G1P0A0 DENGAN KEKURANGAN ENERGI

KRONIK (KEK) DAN CPD DI BPM NY.S WILAYAH KERJA

PUSKESMAS KALIWADAS KABUPATEN BREBES

TAHUN 2023

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan (Kunjungan Ke-I )

Tanggal/Jam Pengkajian : 12 Maret 2023 / 13.00 WIB

Tempat : BPM NY. S

I. Pengkajian

1. Data Subyektif

a. Biodata

Nama Ibu : Ny. Y Nama Suami : Tn. R

Umur : 20 tahun Umur : 22 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

No. RM :-

Alamat : Saljan RT 01/ RW 06 Kalinusu Bumiayu

150
151

b. Alasan Datang

Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya

c. Keluhan Utama

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

d. Riwayat Obstretric dan Ginekologi

1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Tabel: 4.1 Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu

Jenis Keadaan Anak


Umur Penolong
Ke Persalinan Nifas Hidup Meninggal
Kehamilan Persalinan
Spt Tindk Op Umur BBL Umur Jk Sbb

1 Hamil ini - - - - - - - - - -

2) Riwayat kehamilan sekarang

 G1P0A0

 ANC TM I : 2 kali

TM II : 4 kali

TM III : 3 kali

 ImunisasiTT I : Sudah dilakukan

TT II : Mei 2022

TT III : Desember 2022

 Kunjunganke I : Ibu mengatakan mual

Terapi yg diberikan : Tablet Fe (1x1) tablet, Asam Folat

(1x1)tablet, Vitamin C (1x1)tablet.


152

Nasehat yg diberikan : Anjurkan ibu untuk makanan sedikit

tapi sering dengan porsi sedang,

istirahat yang cukup

 Kunjungan ke II : Ibu mengatakan sakit pinggang

Terapi yg diberikan : Tablet Fe (1x1) tablet, Vitamin C (1x1)

tablet

Nasehat yg diberikan : Anjurkan ibu untuk istirahat yang

cukup, mengatur posisi tidur, senam

hamil

 Kunjungan ke III : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

Terapi yg diberikan : Tablet fe 1x, Vitamin C 1x1

Nasehat yg diberikan : Makan-makanan bergizi, istirahat

cukup, persiapan proses persalinan

3) Riwayat kontrasepsi

Jenis kontrasepsi : Ibu mengatakan tidak menggunakan

kontrasepsi

Lama kontrasepsi :-

Keluhan :-

Alasan lepas :-

Rencana akan datang : Ibu mengatakan ingin menggunakan

kontrasepsi IUD

Alasan : Ibu mengatakan karena lebih praktis


153

e. Riwayat Haid

1) Menarche : 12 tahun Flour Albus : Tidak ada

2) Siklus/teratur : 28 hari/Teratur Warna : Tidak ada

3) Lama/Jumlah : 7 hari/2-3x ganti pembalut Bau : Tidak ada

4) Dysmenorhea Tidak ada Lama : Tidak ada

5) HPHT : 03-07-2022 Gatal : Tidak ada

6) HPL : 10-04-2023

7) Umur Kehamilan: 36 Minggu

f. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat penyakit yang pernah diderita

Riwayat infeksi : Ibu mengatakan tidak pernah menderita

riwayat penyakit infeksi seperti

Tuberkulosis

Penyakit Keturunan : Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat

penyakit keturunan seperti Asma

Penyakit yg dioperasi : Ibu mengatakan tidak pernah menderita

riwayat penyakit yang memerlukan

tindakan operasi seperti Tumor

Kecelakaan/trauma : Ibu mengatakan tidak pernah

mengalami kecelakaan atau Trauma

Penyakit organic : Ibu mengatakan tidak pernah menderita

penyakit organic seperti Jantung


154

b) Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat infeksi : Ibu mengatakan sekarang tidak sedang

menderita riwayat penyakit infeksi

Tuberkulosis

Penyakit keturunan Ibu mengatakan sekarang menderita

: riwayat penyakit keturunan seperti

Hipertensi

Penyakit organic Ibu mengatakan sekarang tidak sedang

: menderita riwayat penyakit organic

seperti Jantung

c) Riwayat kesehatan keluarga

Penyakit infeksi : Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak

pernah mengalami penyakit infeksi seperti

Tuberkulosis.

Penyakit keturunan : Ibu mengatakan didalam keluarga memiliki

riwayat penyakit keturunan seperti Asma

dan Hipertensi yaitu dari ibu.

Penyakit yg dioperasi : Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak

pernah menderita riwayat penyakit yang

memerlukan tindakan operasi seperti Tumor.

Penyakit organic : Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak

pernah menderita riwayat penyakit organic

seperti Jantung.
155

Riwayat gamely : Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada

yang memiliki riwayat Gamelly.

g. Pola Kebiasaan Sehari-Hari

a) Pantang makan : Ibu mengatakan selama kehamilan

tidak memiliki pantangan makan.

b) Minum obat terlarang : Ibu mengatakan selama hamil tidak

pernah meminum obat-obatan terlarang.

c) Minum jamu : Ibu mengatakan selama hamil tidak

pernah meminum jamu.

d) Merokok/miras : Ibu mengatakan selama hamil tidak

pernah merokok atau meminum-

minuman keras.

e) Memelihara binatang : Ibu mengatakan tidak memelihara

binatang, seperti Ayam atau Kambing.

h. Kebutuhan Sehari-Hari

Tabel: 4.2 Kebutuhan Sehari-Hari

Kebutuhan sehari-hari

Sebelum Hamil Selama Hamil

a) Pola nutrisi

Makan : 2-3 x sehari 3-5 x sehari

Porsi : 1 piring 1 piring

Jenis : Nasi, Lauk, Sayur, Buah Nasi, Lauk, Sayur, Buah

Macam: Bervariasi
156

Kebutuhan sehari-hari

Sebelum Hamil Selama Hamil

Gangguan : Tidak ada Bervariasi

Minum : 6-8 gelas/ hari Tidak ada

Jenis : Air putih, teh, jus 8-10 gelas/ hari

Gangguan : Tidak ada Air putih, air teh, jus buah

Tidak ada

b) Pola istirahat

Siang :1-2 jam 1-2 jam

Malam : 8 jam ± 7-8 jam

Gangguan : Tidak ada Tidak ada

c) Pola aktivitas

Ibu mengatakan melakukan Ibu mengatakan melakukan

pekerjaan IRT seperti mencuci pekerjaan rumah tangga

piring, menyapu di bantu suami. dibantu suami dan keluarga.

d) Pola personal hygiene

Mandi : 2x sehari 2x sehari

Keramas : 3x seminggu 3x seminggu

Gosokgigi : 2x sehari 2x sehari

Ganti baju : 2x sehari 2x sehari

e) Pola seksual

Frekuensi : Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan


157

Kebutuhan sehari-hari

Sebelum Hamil Selama Hamil

Gangguan : Tidak ada Tidak ada

f) Pola eliminasi

BAB : 1x sehari 1x sehari

Warna : Kuning Kuning

Konsistensi : Lembek Lembek

Gangguan : Tidak ada Tidak ada

BAK : 5x sehari 6x sehari

Warna : Kuning jernih Kuning jernih

Gangguan : Tidak ada Tidak ada

i. Data Psikologis

a) Status anak yang: Ibu mengatakan status anak yang

dikandung dikandung adalah anak kandung dan sah.

b) Tanggapan ibu atas: Ibu mengatakan sangat senang dan

kehamilannya bahagia atas kehamilannya.

c) Tanggapan suami dan: Ibu mengatakan suami dan keluarga

keluarga sangat senang dan bahagia.

d) Kesiapan mental ibu : Ibu mengatakan siap untuk menjadi

seorang ibu.
158

j. Data Sosial Ekonomi

a) Penghasilan perbulan : Ibu mengatakan penghasilan suami tidak

tetap.

b) Tanggungjawab : Ibu mengatakan tanggungjawab

perekonomian perekonomian adalah suami.

c) Pengambilan : Ibu mengatakan pengambilan keputusan

keputusan adalah suami dan ibu.

d) JKN : BPJS NO : 0001986785998

k. Data Perkawinan

a) Status perkawinan : Ibu mengatakan status perkawinan sah.

b) Usia saat menikah : Ibu mengatakan usia saat menikah 20

tahun.

c) Perkawinan ke : Ibu mengatakan ini perkawinan ke 1.

d) Lama perkawinan : Ibu mengatakan lama perkawinan 1

tahun.

l. Data Spiritual

Ibu mengatakan rajin beribadah sholat 5 waktu, mengaji, dan puasa.

m. Data Sosial Budaya

Ibu mengatakan dalam masyarakat terdapat tradisi 4 bulanan dan 7

bulanan.

n. Data Pengetahuan Ibu

Ibu mengatakan sudah mengetahui kebutuhan tablet Fe, tanda

bahaya kehamilan TM III, gizi seimbang pada kehamilan.


159

2. Data Obyektif

1) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

c) Tanda-tanda vital

TD : 110/70 mmHg Suhu : 36,30C

Nadi : 85 x/menit Respirasi : 24x/menit

d) Berat badan : Sebelum hamil : 48 kg

Selama hamil TM I : 49 kg

TM 11 : 57 kg

TM III : 58 kg

e) Tinggi badan : 157 cm

f) IMT : 58/1572 = 23,3

g) LILA : 23 cm

h) Status present

- Kepala – Muka

Kepala : Mesochepal

Muka : Tidak ada oedema

Mata : Simetris

Konjungtiva : Tidak anemis

Sclera : Tidak ikhterik

Hidung : Bersih, tidak ada secret dan polip


160

Mulut/gigi : Bersih, tidak ada caries dan stomatitis

Telinga : Simetris, bersih, tidak ada OMA/OMP

- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak

ada pembesaran kelenjar limfe

- Dada : Tidak ada wizhing dan ronchi

- Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi

- Genatalia : Nampak bersih, dan tidak ada benjolan

- Ekstremitas

Atas : Tidak ada oedema

Bawah : Oedema

2) Pemeriksaan Obstetri

a) Inspeksi

- Muka : Tidak ada Oedema

- Mammae : Simetris

Putingsusu : Menonjol

Kolostrum /ASI: Belum keluar

Kebersihan : Terjaga

- Abdomen : Terdapat lineanigra

- Genetalia : Nampak bersih dan tidak ada benjolan


161

b) Palpasi

- Leopold I : TFU 26 cm, bagian atas perut ibu teraba

bulat, keras, dan melenting yaitu kepala

janin

- Leopold II : Bagian kanan perut teraba seperti yaitu

Punggung janin. Bagian kiri perut ibu teraba

kecil-kecil seperti jari-jari yaitu ekstremitas

janin

- Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, lunak,

tidak melenting yaitu bokong janin

- Leopold IV : Konvergen

- TBBJ : (26-11) X 155 = 2.325gram

c) Auskultasi

- DDJ/ reguler : 138 x/menit

d) Perkusi

Reflek patella kanan : positif

Reflek patella kiri : positf

e) Pemeriksaan panggul luar

Distansia spinarum : Tidak dilakukan

Distansia cristarum : Tidak dilakukan

Konjugata eksterna : Tidak dilakukan

Lingkar panggul : Tidak dilakukan


162

f) Pemeriksaan panggul dalam

Konjugata vera : Tidak dilakukan

Promontorium : Tidak dilakukan

Tanda goodell : Tidak dilakukan

3) Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan Laboratorium : Golongan Darah : B+

Hemoglobin : 12,8 g/dL.

Protein Urine : Negatif.

Reduksi : Negatif.

Sifilis : Negatif.

B20 : Negatif.

HBsAg : Negatif.

b) Pemeriksaan Rontgen : Tidak dilakukan

c) USG : Tidak dilakukan

II. Analisa Data (Diagnosa)

1. Diagnosa Nomenklatur

Ny. Y, umur 20 tahun, G1P0A0 hamil 36 minggu, janin tunggal, hidup,

intra uterin, divergen, presentasi kepala dengan kekurangan energi

kronik.

2. Masalah

Ibu cemas dengan keadaannya

3. Kebutuhan

- Beri ibu dukungan moril


163

- Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

- Anjurkan ibu untuk makan dan minum

III. Masalah Potensial (Diagnosa Potensial)

Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)

IV. Tindakan Segera Mengidentifikasi (Antisipasi Penanganan Segera)

Tidak ada

V. Perencanaan Tindakan (Intervensi)

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan.

b. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

c. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti

kacang-kacangan, sayuran hijau, dan buah-buahan.

d. Beritahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan.

e. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet tambah darah (FE)

VI. Pelaksanaan Tindakan (Implementasi)

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, yaitu keadaan ibu dan janin baik,

TD:110/70 mmHg, Suhu: 36,30C, Nadi: 85x/menit, Respirasi: 24

x/menit

b. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, yaitu tidur siang 1-2 jam

dan tidur malam 8 jam.

c. Menganjurkan ibu untuk makan makanan bergizi yaitu dengan nasi

hangat untuk mengurangi rasa mual muntah serta mengkonsumsi

makanan bergizi seperti kacang-kacangan, sayur-sayuran, buah-buahan,


164

d. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan yaitu tidak mau

makan dan muntah terus-menerus, mengalami demam tinggi,

pergerakan janin kurang, terjadi perdarahan, air ketuban pecah sebelum

waktunya.

e. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet tambah darah (FE)

1x1/hari

VII. Evaluasi

a. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

b. Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup.

c. Ibu bersedia untuk makan sedikit tapi sering dan mengkonsumsi

makanan yang bergizi.

d. Ibu mampu menyebutkan tentang tanda bahaya kehamilan.

e. Ibu bersedia untuk mengonsumsi tablet tambah darah


165

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN ( KUNJUNGAN KE II)

Tanggal/Jam Pengkajian : 17 Maret 2023 / 10.00 WIB

Tempat : Puskesmas Kaliwadas

1. Data Subjektif

Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) Tanda-tanda vital :

TD : 110/80 mmHg Suhu : 36,2 0C

Nadi : 82 x/menit Respirasi : 22 x/menit

4) Ekstremitas

- Atas : Tidak oedema

- Bawah : Ada oedema

b. Pemeriksaan Obstetric

1) Inspeksi

- Muka : Bersih, simetris

- Mammae : Simetis

Puting Susu : Menonjol

Kolostrum/ASI : Belum Keluar

Kebersihan : Terjaga
166

- Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi

- Genetalia : Nampak bersih, tidak ada benjolan

2) Palpasi

- Leopold : TFU 28 cm, bagian atas perut ibu teraba bulat,

lunak, dan tidak melenting yaitu bokong janin

- Leopold II : Bagian kanan perut teraba seperti yaitu punggung

janin. Bagian kiri perut ibu teraba kecil-kecil

seperti jari-jari yaitu ekstremitas janin

- Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras,

melenting yaitu kepala janin

- Leopold IV : Konvergen

- TBBJ : (28-11) x 155 = 2.635 gram

3) Auskultasi

- DDJ/ reguler : 142 x/menit

4) Perkusi

Refleks Patella Kanan : Positif

Reflek Patella Kiri : Positif

c. PemeriksaanPenunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium : Hemoglobin: 12.8 g/dL, Protein Urine: (-)

Negatif.

2) Pemeriksaan Rontgen : Tidak Dilakukan

3) USG : Tidak Dilakukan


167

3. Assessment

Ny. Y, umur 20 tahun, G1P0A0 hamil 36+5 minggu, janin tunggal, hidup, intra

uterin, Divergen, dengan kekurangan energi kronik.

4. Penatalaksanaan

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaannya, yaitu TD: 110/80mmHg, Suhu: 36,2 0C,

Nadi: 82 x/menit, Respirasi: 22 x/menit

 Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

b. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti sayur-

sayuran hijau, ubi, pisang, daging buah-buahan dan vitamin C.

 Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan bergizi.

c. Beritahu ibu tanda bahaya kehamilan Trimester III, yaitu pandangan mata

kabur, sakit kepala yang berat dan menetap, bengkak pada muka dan tangan,

perdarahan pervaginam, dan ketuban pecah dini.

 Ibu sudah mengetahui tanda bahaya kehamilan TM III

d. Beritahu ibu tentang Body Mekanik pada ibu hamil yaitu posisi tubuh yang

baik untuk menyesuaikan perubahan tubuh pada ibu hamil terutama tulang

punggung yang lordosis. Body mekanik yang harus ibu hamil perhatikan

meliputi cara berdiri yang benar, posisi tidur, posisi mengangkat beban, dan

posisi jongkok. Sedangkan body mekanik yang harus ibu hamil hindari yaitu

naik turun tangga, mengangkat beban terlalu berat, melakukan posisi yang

salah, melakukan posisi tertentu dalam waktu yang lama (misalnya

berdiri, duduk bersila dan bersilang kaki).

 Ibu sudah mengetahui tentang body mekanik pada ibu hamil.


168

e. Beritahu ibu KIE KB jangka panjang yaitu IUD, Implant, dan Kontrasepsi

mantap

 Ibu mantap memilih KB IUD


169

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN (KUNJUNGAN KE- III)

Tanggal/Jam Pengkajian : 07 April 2023 / 10.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. Y

I. Data Subjektif

Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya, dengan tidak ada

keluhan.

II. Data Objektif

1. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda vital :

TD : 110/80 mmHg Suhu : 360C

Nadi : 84 x/menit Respirasi : 23 x/menit

d. Ekstremitas

- Atas : Tidak oedem

- Bawah : Ada oedema

2. Pemeriksaan Obstetric

1) Inspeksi

- Muka : Bersih, simetris

- Mammae : Simetis

Puting Susu : Menonjol

Kolostrum/ASI : Belum Keluar


170

Kebersihan : Terjaga

- Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi

- Genetalia : Nampak bersih, tidak ada benjolan

2) Palpasi

- Leopold I : TFU 29 cm, Bagian atas perut ibu teraba

bulat, lunak, tidak melenting yaitu bokong

janin

- Leopold II : Bagian kanan perut teraba ada tahanan keras

seperti papan yaitu Punggung janin. Bagian

kiri perut ibu teraba kecil-kecil seperti jari-

jari yaitu ekstremitas janin

- Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras,

melenting yaitu kepala janin

- Leopold IV : Divergen

- TBBJ : (29-12) x 155 =2.635gram

3) Auskultasi

- DJJ : 143 x/menit

4) Perkusi

Refleks Patella Kanan : Positif

Reflek Patella Kiri : Positif


171

3. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium : Hemoglobin: 12.8 g/dL, Protein Urine: (-)

Negatif

2) Pemeriksaan Rontgen : Tidak Dilakukan

3) USG : Tidak Dilakukan

III.Assessment

Ny. Y, umur 20 tahun, G1P0A0 hamil 38+1 minggu, janin tunggal, hidup, intra

uterin, divergen dengan kekurangan energi kronik

IV. Penatalaksanaan

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaannya, yaitu TD: 110/80 mmHg, Suhu: 36,00C,

Nadi: 84 x/menit, Respirasi: 23 x/menit

 Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

b. Beritahu ibu tentang persiapan persalinan yaitu perlengkapan bayi,

perlengkapan ibu, donor darah, kendaraan, dan biaya.

 Ibu sudah mempersiapkan persiapan persalinan.

c. Beritahu ibu tanda-tanda persalinan yaitu keluarga lendir darah dan

kontraksi terus menerus

 Ibu sudah paham dan mengerti tanda-tanda persalinan


172

B. Asuhan Kebidanan Persalinan SC Dengan CPD (Data Perkembangan I)

Tanggal/Jam Pengkajian : 13 April 2023 / 19.00 WIB

Tempat : Poli Kandungan RSU Alam Medica

I. Data Subjektif

Alasan datang : Ibu mengatakan datang ke poli kandungan RS

Alam Medica pukul 19.00 WIB dengan

membawa surat rujukan dari Puskesmas

Kaliwadas ingin memeriksakan kehamilannya

lebih lanjut dengan dr.SP.OG.

Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada tanda-tanda persalinan

II. Data Objektif

1. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda vital :

TD : 120/80mmHg Suhu : 36,20C

Nadi : 84 x/menit Respirasi : 24 x/menit

SPO2 : 98%

d. Ekstremitas

- Atas : Tidak oedema

- Bawah : Ada oedema


173

2. Pemeriksaan Obstetric

1) Inspeksi

- Muka : Bersih, simetris

- Mammae : Simetis

Puting Susu : Menonjol

Kolostrum/ASI : Belum Keluar

Kebersihan : Terjaga

- Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi

- Genetalia : Nampak bersih, tidak ada benjolan

2) Palpasi

- Leopold : TFU 30 cm, Bagian atas perut ibu teraba

bulat, lunak, tidak melenting yaitu bokong

janin

- Leopold II : Bagian kanan perut teraba ada tahanan keras

seperti papan yaitu Punggung janin. Bagian

kiri perut ibu teraba kecil-kecil seperti jari-

jari yaitu ekstremitas janin

- Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras,

melenting yaitu kepala janin

- Leopold IV : Divergen

- TBBJ : (30-12) x 155 =2.790 gram

3) Auskultasi

- DJJ : 148 x/menit


174

4) Perkusi

Refleks Patella Kanan : Positif

Reflek Patella Kiri : Positif

5) Pengukuran panggul luar

Distansia Spinarum : Tidak dilakukan

Distansia Cristarum : Tidak dilakukan

Konjungata Ekterna : Tidak dilakukan

Lingkar Panggul : Tidak dilakukan

6) Pemeriksaan dalam

 Tanggal / jam : 13 April 2023 Jam : 19.00 WIB

 Oleh : Bidan

 Indikasi : CPD

 Tujuan : Untuk mengetahui mengetahui apakah

sudah masuk fase persalinan atau belum

 Hasil

 Keadaan portio : Tidak dilakukan

 Effecement : Tidak dilakukan

 Selaput ketuban : Tidak dilakukan

 Bagian terendah : Tidak dilakukan

 Pembukaan : Tidak dilakukan

 Titik petunjuk : Tidak dilakukan

 Penurunan : Tidak dilakukan


175

3. Bagian terkemuka : Tidak dilakukan

4. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium : Hemoglobin: 13.2 g/dL, Protein Urine:

(-) Negatif, Sifilis: (-) Negatif, Rapid

Test (-) Negatif.

b. Pemeriksaan Rontgen : Tidak Dilakukan

c. USG : janin tunggal hidup intra uteri

preskeb , djj 138 x/menit, TBJ 3354

gram.

III. Assessment

Ny. Y, umur 20 tahun, G1P0A0 hamil 40+3 minggu, janin tunggal, hidup,

intra uterin, divergen dengan CPD.

IV. Penatalaksanaan

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan yaitu TD : 120/80 mmHg, Nadi :

84x/menit, Respirasi : 24x/menit, Suhu : 36,20C, SPO2 : 98%

 Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

b. Beritahu kepada ibu tentang advice dr.SPOG yaitu ibu akan segera

dilakukan tindakan operasi SC karena sudah lewat dari hari perkiraan

lahiran

 Ibu sudah bersedia setuju untuk dilakukan tindakan operasi Sectio

Caesarea

c. Beritahu ibu dan keluarga untuk menandatangani informed consent

karena akan dilakukan tindakan SC hari ini


176

 Informed consent telah disetujui dan ditanda tangani oleh suami

d. Beritahu ibu untuk pindah ke ruang bersalin untuk mempersiapkan proses

SC

 Ibu bersedia pindah ke ruang bersalin


177

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PRE SC (Data Perkembangan II)

Tanggal/Jam Pengkajian : 13 April 2023 / 20.00 WIB

Tempat : Ruang Bersalin (VK) RSU Allam Medica

I. Data Subjektif

Ibu mengatakan siap dan bersedia untuk dilakukan tindakan operasi Sectio

Caesarea.

II. Data Objektif

a. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) Tanda-tanda vital :

TD : 120/80mmHg Suhu : 36,20C

Nadi : 84 x/menit Respirasi : 24 x/menit

SPO2 : 98%

4) Ekstremitas

- Atas : Tidak oedema

- Bawah : tidak ada oedema

b. Pemeriksaan Obstetric

1) Inspeksi

- Muka : Bersih, simetris

- Mammae : Simetis

Puting Susu : Menonjol


178

Kolostrum/ASI : Belum Keluar

Kebersihan : Terjaga

- Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi

- Genetalia : Nampak bersih, tidak ada benjolan, dan

terpasang kateter

2) Palpasi

- Leopold : TFU 30 cm, Bagian atas perut ibu teraba

bulat, lunak, tidak melenting yaitu bokong

janin

- Leopold II : Bagian kanan perut teraba ada tahanan keras

seperti papan yaitu Punggung janin. Bagian

kiri perut ibu teraba kecil-kecil seperti jari-

jari yaitu ekstremitas janin

- Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, Keras,

melenting yaitu kepala janin

- Leopold IV : Divergen

- TBBJ : (30-12) x 155 =2.790 gram

3) Auskultasi

- DJJ : 148 x/menit

4) Perkusi

Refleks Patella Kanan : Positif

Reflek Patella Kiri : Positif


179

5) Pengukuran panggul luar

Distansia Spinarum : Tidak dilakukan

Distansia Cristarum : Tidak dilakukan

Konjungata Ekterna : Tidak dilakukan

Lingkar Panggul : Tidak dilakukan

c. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium : Hemoglobin: 13,2 g/dL, Protein Urine:

(-) Negatif, Sifilis: (-) Negatif, Rapid

Test (-) Negatif.

2) Pemeriksaan Rontgen : Tidak Dilakukan

3) USG : Tidak Dilakukan

III. Assessment

Ny. Y, umur 20 tahun, G1P0A0 hamil 40+3 minggu, janin tunggal, hidup,

intra uterin, divergen dengan CPD, persiapan pre SC.

IV. Penatalaksanaan

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan yaitu TD : 120/80 mmHg, Nadi :

100x/menit, Respirasi : 24x/menit, Suhu : 36,20C, SPO2 : 98

 Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

b. Membantu membersihkan tubuh ibu dan mempersiapkan pakaian

operasi ibu yaitu mengganti baju ibu dengan baju operasi

 Ibu sudah dipakaikan baju operasi

c. Anjurkan ibu untuk puasa. Ibu terakhir makan pukul 16.00 WIB

 Ibu bersedia untuk puasa


180

d. Beritau ibu konseling KB yaitu ada berbagai macam KB :

IUD Adalah sebuah alat kontrasepsi berbahan plastik yang memiliki

bentuk seperti huruf T dan dipasang di dalam rahim untuk mencegah

kehamilan, 99% efektif mencegah kehamilan, pemakaian bertahan 10

tahun.

 Ibu mantap untuk memakai KB IUD

e. Lakukan advice dr.SP.OG (dilakukan oleh bidan RSA Alam Medica)

sebagai persiapan operasi yaitu :

- Pasang infus RL + 20 unit Oksitosin

- Pasang DC (Kateter)

 Tindakan telah dilakukan

f. Anjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu dan

memberikan support kepada pasien

 Suami dan keluarga bersedia untuk mendampingi dan memberi

support kepada pasien

g. Mengantarkan ibu ke ruang operasi karena operasi akan segera

dilaksanakan pukul WIB

 Ibu sudah berada di ruang operasi dan bersedia untuk tindakan

operasi Sectio Caesarea


181

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN 2 JAM POST SC (Data

Perkembangan III)

Tanggal/Jam Pengkajian : 13 April 2023 /23.00 WIB

Tempat : Ruang Nifas RSU Allam Medica

I. Data Subjektif

Ibu melahirkan anak pertamanya secara operasi SC. Bayi lahir tanggal 13

April 2023 pukul 20.10 WIB jenis kelamin perempuan menangis kuat,

gerakan aktif, warna kulit kemerahan. Ibu merasakan nyeri pada bekas

operasi. Ibu senang dan lega karena bayinya telah lahir.

II. Data Objektif

a. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) Tanda-tanda vital :

TD : 110/70 mmHg Suhu : 36,20C

Nadi : 76 x/menit Respirasi : 20 x/menit

4) Ekstremitas

- Atas : Tidak oedema

- Bawah : Ada oedema

b. Pemeriksaan Obstetric

- Muka : Bersih, simetris

- Mammae : Simetis
182

Puting Susu : Menonjol

Kolostrum/ASI : Sudah Keluar

Kebersihan : Terjaga

- Abdomen : Terdapat luka bekas operasi

- Genetalia : Nampak bersih, tidak ada benjolan, dan

terpasang kateter

- PPV : 150 cc, Lochea Rubra

III. Assessment

Ny. Y, Umur 20 tahun, P1A0 dengan 2 jam post Sectio Caesarea.

IV. Penatalaksanaan

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum baik, TD

:110/70 mmHg, Nadi :76x/menit, Respirasi :20x/menit, Suhu :36,20 C,

kandung kemih 150 ml, pengeluaran darah 150 cc.

 Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

b. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini yaitu miring kiri dan miring kanan

 Ibu bersedia untuk mobilisasi dini

c. Beritahu kepada ibu tidak boleh makan dan minum sebelum kentut.

 Ibu mengerti dan bersedia melakukannya

d. Anjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi dan memberi

support kepada pasien

 Suami dan keluarga bersedia mendampingi dan memberi support

pada pasien
183

e. Beritahu ibu dan keluarga bila ada keluhan segera menghubungi

petugas kesehatan

 Ibu dan keluarga mengerti


184

C. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

I. KUNJUNGAN NEONATUS I ( 6 JAM - 48 JAM)

Tanggal/Jam Pengkajian : 13 April 2023 / 03.40 WIB

Tempat : RSU Allam Medica

1. Data Subjektif

Ibu mengatakan bayinya menangis kuat, warna kulit kemerahan, gerakan

aktif, sudah mulai belajar menyusu.

2. Data Objektif

a. Catatan Proses Persalinan

1) Waktu persalinan : 20.`10 WIB

2) Jenis persalinan : Sectio Caesarea

3) Penolong persalinan : Dokter

4) Penyulit persalinan : CPD

5) Tindakan segera setelah lahir

 Mengeringkan bayi : Dilakukan

 Menghisap lendir : Tidak dilakukan

 Perawatan pemotongan tali pusat : Dilakukan

 Resusitasi : Tidak dilakukan

 Menghangatkan bayi : Dilakukan


185

6) Nilai APGAR

Tabel 4.3 APGAR Score


1` 5` 10`
Appearance 2 2 2
Pulse Rate 2 2 2
Grimace 2 2 2
Activity 2 2 2
Respiration 2 2 2
Jumlah 8 9 10

b. Data Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmetis

c. TTV : TD :- Nadi : 140x/menit

Respirasi : 50x/menit Suhu : 360C

BB : 3.100 gram PB :45 cm

LIKA : 33,5 cm LIDA : 35 cm

SPO2 : 98%

c. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Messochepal

Ubun-ubun : Lunak, teraba rata, tidak cekung, dan tidak

menonjol

Sutura : Tidak saling bersentuhan, tidak ada molase

Muka : Simetris, bersih, tidak pucat, tidak oedema

Mata : Sclera putih, tidak ikterik, tidak anemis


186

Hidung : Bersih, serumen/secret dalam batas normal, tidak

ada kelainan

Mulut/bibir : Tidak stomatitis, tidak ada labioskizis dan

labiopalatoskizis

Telinga : Simetris, bersih

Kulit : Warna kulit kemerahan

Leher : Tidak ada benjolan

Thorak anterior : Bentuk dada dan puting simetris, tidak ada

pembengkakan di thorak anterior

Abdomen anterior : Normal, tidak ada kelainan, tidak ada perdarahan

tali pusat, perut tidak kembung

Genetalia : Bersih, labia mayora sudah menutupi labia minora

Anus : Berlubang dan sudah keluar mekonium

Ekstremitas : Atas : Jari lengkap, warna kulit kemerahan

Bawah : Jari lengkap, warna kulit kemerahan

d. Refleks

 Sucking : Baik

 Grap : Baik

 Moro : Baik

 Tonic Neck : Baik

 Babyskin : Baik

e. Eliminasi : BAK (+) lancar, BAB mekonium

f. Data Penunjang : Tidak dilakukan


187

3. Assessment

Bayi Ny. Y, Umur 6 jam, Jenis kelamin perempuan, dengan bayi baru

lahir normal.

4. Penatalaksanaan

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bayinya yaitu jenis kelamin

perempuan, BB : 3.100 gram, PB : 45 cm, LIKA : 33,5 cm, LIDA : 38

cm

 Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bayinya

b. Beritahu ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi

 Ibu bersedia untuk menjaga kehangatan bayi

c. Beritahu ibu cara perawatan tali pusat yang baik yaitu menjaga tali

pusat tetap kering, jangan tutupi tali pusat dengan popok bayi, selalu

bersihkan tali pusat, jangan memberikan ramuan jamu ke tali pusat,

biarkan tali pusat lepas dengan sendirinya.

 Ibu sudah mengetahui cara perawatan tali pusat

d. Menjelaskan pada ibu cara menyusui yang benar yaitu menggendong

dan pegang kepala bayi dengan satu tangan dan pertahankan posisi

payudara ibu dengan tangan ibu yang lain. Lalu dekatkan muka bayi

ke payudara ibu. Pastikan tubuh bayi menempel betul dengan tubuh

bayi. Biarkan bayi memasukkan areola (seluruh bagian gelap di

sekitar puting payudara ibu) ke dalam mulut bayi.

 Ibu mengerti dan mampu mempraktikannya


188

e. Beritahu ibu untuk memberikan ASI EKSKLUSIF yaitu selama 6

bulan tanpa tambahan makanan apapun. ASI adalah makan yang

penting bagi bayi karena ASI mengandung gizi yang cukup yang

dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan, ASI

juga sebagai sumber kekebalan dan mengandung zat anti alergi untuk

mencegah alergi pada bayi.

 Ibu mengerti atas penjelasan dan bersedia untuk memberikan ASI

EKSKLUSIF

f. KIE tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu bayi rewel atau

tidur lama dan tidak mau menyusui, panas tinggi, warna kulit bayi

kuning, sesak napas, merintih, tali pusat dan sekitar perut bayi

berwarna kemerahan dan berbau atau tali pusat lepas sebelum kering

dan keluar darah segar dari tali pusat.

 Ibu dan keluarga sudah memahami tentang tanda bahaya bayi baru

lahir

g. Beritahu ibu dan keluarga bahwa bayinya akan diberikan imunisasi Hb

o 1 jam setelah lahir, dan jadwal pemeberian imunisasi selanjutnya

ketika bayi berusia 1 bulan yaitu imunisasi BCG dan polio 1.

 Ibu dan keluarga sudah memahaminya


189

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR

II. KUNJUNGAN NEONATUS II ( 3 HARI - 7 HARI)

Tanggal/Jam Pengkajian : 19 April 2023 / 09.00 WIB

Tempat : RSU Allam Medica

1. Data Subjektif

Ibu mengatakan bayinya menangis kuat, warna kulit kemerahan, tidak

rewel, BAB/BAK lancar, dan menyusu dengan kuat.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum : Baik

2) Kesadaran : Composmetis

3) TTV : TD :- Nadi : 139x/menit

Respirasi : 48x/menit Suhu : 36,10 C

BB : 3.100 gram

b. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Messochepal

Ubun-ubun : Lunak, teraba rata, tidak cekung, tidak menonjol

Muka : Bersih, tidak oedema

Mata : Sclera putih, tidak ikterik, tidak anemis

Hidung : Serumen/secret dalam batas normal, bersih dan

tidak ada kelainan

Mulut/bibir : Normal, bersih, tidak ada ras


190

Telinga : Simetris, bersih

Kulit : Warna kulit kemerahan

Thorak anterior : Bentuk dada dan puting simetris, tidak ada

pembengkakan di thorak anterior

Abdomen anterior : Normal, perut tidak kembung, tali pusat sudah

lepas, tidak ada infeksi luka bekas tali pusat

Genetalia : Bersih

Anus : Berlubang dan sudah keluar mekonium

Ekstremitas : Atas : Jari lengkap, warna kulit kemerahan

Bawah : Jari lengkap, warna kulit kemerahan

Eliminasi : BAK : (+) Lancar

BAB : Berwarna kekuningan

c. Data Penunjang : Tidak dilakukan

3. Assessment

Bayi Ny. Y Umur 6 hari, Jenis kelamin perempuan, dengan bayi baru lahir

normal.

4. Penatalaksanaan

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bayinya yaitu jenis kelamin perempuan,

BB : 3.200 gram.

 Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bayinya

b. Beritahu ibu untuk memberikan ASI EKSKLUSIF yaitu selama 6 bulan

tanpa tambahan makanan apapun. ASI adalah makan yang penting bagi

bayi karena ASI mengandung gizi yang cukup yang dibutuhkan oleh
191

bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan, ASI juga sebagai sumber

kekebalan dan mengandung zat anti alergi untuk mencegah alergi pada

bayi.

 Ibu mengerti atas penjelasan dan bersedia untuk memberikan ASI

EKSKLUSIF

c. KIE tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu bayi rewel atau

tidur lama dan tidak mau menyusui, panas tinggi, warna kulit bayi

kuning, sesak napas, tali pusat dan sekitar perut bayi berwarna

kemerahan dan berbau atau tali pusat lepas sebelum kering dan keluar

darah segar dari tali pusat.

 Ibu dan keluarga sudah memahami tentang tanda bahaya bayi baru

lahir

d. Menjelaskan pada ibu cara menyusui yang benar yaitu menggendong

dan pegang kepala bayi dengan satu tangan dan pertahankan posisi

payudara ibu dengan tangan ibu yang lain. Lalu dekatkan muka bayi ke

payudara ibu. Pastikan tubuh bayi menempel betul dengan tubuh bayi.

Biarkan bayi memasukkan areola (seluruh bagian gelap di sekitar

puting payudara ibu) ke dalam mulut bayi.

 Ibu mengerti dan mampu mempraktikannya


192

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR

III. KUNJUNGAN NEONATUS III (8 HARI - 28 HARI)

Tanggal/Jam Pengkajian : 29 Mei 2022 / 10.00 WIB

Tempat : Rumah Ny.Y

A. Data Subjektif

Ibu mengatakan bayinya menangis kuat, warna kulit kemerahan, gerakan

aktif, BAB/BAK lancar, menyusu kuat.

B. Data Objektif

1. Periksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmetis

c. Tanda-tanda Vital : TD :- N : 136x/menit

RR : 49x/menit S:-

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Messochepal

Ubun-ubun : Lunak, teraba rata

Muka : Bersih, tidak oedema

Mata : Sclera putih, tidak ikterik, tidak anemis

Hidung : Serumen/secret dalam batas normal, bersih dan

tidak ada kelainan

Mulut/bibir : Normal, bersih dan tidak stomatitis

Telinga : Simetris, bersih


193

Kulit : Warna kulit kemerahan

Thorak anterior : Bentuk dada dan puting simetris

Abdomen anterior : Normal, teraba lunak, tidak kembung

Genetalia : Bersih

Anus : BAB berwarna hijau kecoklatan

Ekstremitas Atas : Jari lengkap, warna kulit kemerahan

Bawah : Jari lengkap, warna kulit kemerahan

C. Assessment

Bayi Ny. N, Umur 28 hari, Jenis kelamin perempuan, dengan bayi baru

lahir normal.

D. Penatalaksanaan

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam keadaan baik atau

normal, Nadi : 136 x/menit, Respirasi : 49x/menit

 Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bayinya

2. Memberi KIE untuk menjaga agar bayi tetap kering dan hangat, selalu

pastikan bayi menggunakan topi dan jangan menyalakan kipas angin

jika bayi sedang bersama ibu.

 Ibu dan keluarga memahaminya

3. Beritahu ibu untuk memberikan ASI EKSKLUSIF yaitu selama 6 bulan

tanpa tambahan makanan apapun. ASI adalah makan yang penting bagi

bayi karena ASI mengandung gizi yang cukup yang dibutuhkan oleh

bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan, ASI juga sebagai sumber


194

kekebalan dan mengandung zat anti alergi untuk mencegah alergi pada

bayi.

 Ibu mengerti atas penjelasan dan bersedia untuk memberikan ASI

EKSKLUSIF

4. Beritahu ibu tentang macam-macam imunisasi lengkap pada bayi yaitu

bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-

0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan

(DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2

dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 IPV atau

Polio suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak).

 Ibu sudah mengetahui dan paham macam-macam imunisasi

lengkap pada bayi

5. Lakukan stimulasi komunikasi dengan bayi sedini mungkin bersama

keluarga

 Ibu dan keluarga mengerti dan bersedia melakukannya


195

D. Asuhan Kebidanan Nifas

I. KUNJUNGAN NIFAS I (6 JAM POST SC - 2 HARI)

Tanggal/Jam Pengkajian : 13 April 2022 / 03.40 WIB

Tempat : RSU Allam Medica

1. Data Subjektif

Ibu mengatakan nyeri luka post SC, belum bisa kentut.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum : Baik

2) Kesadaran : Composmetis

3) TTV : TD : 110/70 mmHg Nadi : 76x/menit

Respirasi : 20x/menit Suhu : 360 C

b. Pemeriksaan Obstetrik

1) Muka : Simetris, tidak ada odema

2) Mammae : Simetris

- Puting Susu : Menonjol

- Kolostrum/ASI : Sudah keluar

- Kebersihan : Terjaga

3) Abdomen

- Luka bekas operasi: Terdapat luka operasi

- Tfu : 2 jari di bawah pusat

- Kontraksi : Keras
196

4) Genitalia

- Vulva/Vagina : Lochea Rubra

- Luka perineum : Tidak ada

- Ppv : 60 cc

- Kateterisasi : Terpasang

c. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan

2) Pemeriksaan Rontgen : Tidak dilakukan

3) USG : Tidak dilakukan

3. Assessment

Ny. Y, Umur 20 tahun, P1A0, post partum 6 jam post SC, belum bisa

kentut, dengan nifas normal, involusi uterus baik dengan mulas fisiologis,

keadaan ibu.

4. Penatalaksanaan

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan yaitu TD :110/70 mmHg, Nadi:

76x/menit, Respirasi : 20x/menit, Suhu :360 C

 Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

b. Beritahu ibu bahwa nyeri pada luka yang dirasakan tergolong normal

karena mulai hilangnya pembiusan yang diberikan pada saat operasi.

 Ibu mengerti atas penjelasan yang telah diberikan

c. Beritahu ibu untuk tidak minum atau makan sebelum kentut

 Ibu bersedia untuk tidak minum dan makan


197

d. Membantu ibu dalam melakukan mobilisasi bertahap yaitu

menggerak-gerakan kedua kaki ibu, miring kanan atau miring kiri

untuk membantu agar ibu bisa kentut.

 Ibu mengerti dan mampu melakukan mobilisasi bertahap

e. Beritahu ibu jika ada keluhan segera menghubungi petugas kesehatan.

 Ibu bersedia untuk menghubungi petugas kesehatan

f. Melakukan terapi sesuai advice dr. SP.OG

 Dilakukan oleh petugas (Bidan atau Perawat) RS Alam Medica


198

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS

II. KUNJUNGAN NIFAS II ( 3 HARI - 7 HARI POST SC)

Tanggal/Jam Pengkajian : 19 April 2023 / 09.00 WIB

Tempat : RSU Allam Medica

A. Data Subjektif

Ibu mengatakan luka bekas operasi SC masih terasa sakit.

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmetis

c. TTV : TD : 110/80 mmHg Nadi : 88x/menit

Respirasi : 23x/menit Suhu : -

2. Pemeriksaan Obstetrik

a. Muka : Simetris, tidak ada odema

b. Mammae : Simetris

- Puting Susu : Menonjol

- Kolostrum/ASI : Sudah keluar

- Kebersihan : Terjaga

c. Abdomen

- Luka bekas operasi : Luka operasi kering, tidak ada tanda-tanda

infeksi

- Tfu : Pertengahan Sympisis Pusat


199

- Kontraksi : Keras

d. Genitalia

- Vulva/Vagina : Lochea Sanguinolenta

- Luka perineum : Tidak ada

- Ppv : 20 cc

- Kateterisasi : Tidak dilakukan

C. Assessment

Ny. Y, Umur 20 tahun, P1A0, post partum 6 hari dengan nifas normal,

involusi uterus baik, keadaan ibu , luka bekas operasi dalam proses

penyembuhan.

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu TD :110/70 mmHg, Nadi :

88x/menit, Respirasi : 23x/menit

 Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Memberitahu kepada ibu untuk istirahat yang cukup.

 Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup

3. Memberitahu kepada ibu tentang nutrisi, mengkonsumsi makanan

yang berprotein tinggi seperti protein hewani (putih telur) untuk

mempercepat penyembuhan luka operasi dan sayur-sayuran hijau dan

buah-buahan.

 Ibu bersedia untuk memenuhui kebutuhan nutrisi


200

4. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan pada luka bekas

operasinya

 Ibu bersedia menjaga luka bekas operasinya

5. Beritahu ibu tanda bahaya masa nifas yaitu demam lebih dari 2 hari,

keluar cairan berbau dari jalan lahir, pendarahan lewat jalan lahir,

bengkak pada wajah kaki, payudara bengkak disertai merah. Jika ada

salah satu gejala segera periksa ke fasilitas kesehatan terdekat.

 Ibu faham dan akan melakukan kunjungan bila ada tanda bahaya

nifas.
201

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS

III. KUNJUNGAN NIFAS III (8 HARI - 28 HARI POST SC)

Tanggal/Jam Pengkajian : 29 April 2023 / 10.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. Y

1. Data Subjektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

2. Data Objektif

a. Periksaan Fisik

1) Keadaan Umum : Baik

2) Kesadaran : Composmetis

3) TTV : TD : 110/80 mmHg Nadi : 86x/menit

Respirasi : 22x/menit Suhu : -

b. Pemeriksaan Obstetrik

1) Muka : Simetris, tidak ada odema

2) Mammae : Simetris

- Puting Susu : Menonjol

- Kolostrum/ASI : Sudah keluar

- Kebersihan : Terjaga

3) Abdomen

- Luka bekas operasi : Sudah sembuh

- Tfu : 3 jari di atas sympisis

- Kontraksi : Keras
202

4) Genitalia

- Vulva/Vagina : Lochea Alba

- Luka perineum : Tidak ada

- Ppv : 10 cc

- Kateterisasi : Tidak dilakukan

5) Ekstremitas

- Atas : Tidak oedema

- Bawah : Tidak oedema, human sign (negatif)

3. Assessment

Ny. Y, Umur 20 tahun, P1A0, post partum 26 hari dengan nifas normal,

involusi uterus baik, keadaan ibu baik.

4. Penatalaksanaan

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan yaitu TD :110/80 mmHg, Nadi :

86x/menit, Respirasi :22x/menit

 Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

b. Memberi KIE tentang nutrisi yaitu menganjurkan ibu untuk

mengkonsumsi gizi seimbang seperti nasi, sayuran hijau, buah-buahan,

kacang-kacangan, telur, tempe, tahu, daging, ikan laut. Menganjurkan

ibu untuk memperbanyak minum minimal 8 gelas/hari.

 Ibu memahami penjelasan dan bersedia untuk makan-makanan gizi

seimbang dan minum


203

c. Anjurkan pada ibu untuk melakukan aktivitas ringan seperti menyapu,

memasak, membereskan peralatan bayi.

 Ibu memahami dan mau melakukan

d. Beritahu ibu untuk memberikan ASI EKSKLUSIF dan menyusui bayi

sesering mungkin.

 Ibu bersedia memberikan ASI EKSKLUSIF dan menyusui bayi

e. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri, termasuk

kebersihan daerah kemaluan, dan juga luka bekas operasi.

 Ibu mengerti dan bersedia untuk menjaga kebersihan dirinya


204

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS

IV. KUNJUNGAN NIFAS IV (29 HARI - 42 HARI POST SC)

Tanggal/Jam Pengkajian : 07 Mei 2023/ 10.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. Y

1. Data Subjektif

Ibu mengatakan sudah merasa lebih nyaman.

2. Data Objektif

a. Periksaan Fisik

1) Keadaan Umum : Baik

2) Kesadaran : Composmetis

3) TTV : TD : 110/80 mmHg Nadi : 86x/menit

Respirasi : 22x/menit Suhu : -

b. Pemeriksaan Obstetrik

1) Muka : Simetris, tidak ada odema

2) Mammae : Simetris

- Puting Susu : Menonjol

- Kolostrum/ASI : Sudah keluar

- Kebersihan : Terjaga

3) Abdomen

- Luka bekas operasi : Luka operasi kering, tidak ada tanda-

tanda infeksi

- Tfu : Tidak teraba


205

- Kontraksi : Keras

4) Genitalia

- Vulva/Vagina : Bersih

- Luka perineum : Tidak ada

- Ppv : Tidak ada

- Kateterisasi : Tidak dilakukan

5) Ekstremitas

- Atas : Tidak oedema

- Bawah : Tidak oedema, human sign (negatif)

3. Assessment

Ny. Y, Umur 20 tahun, P1A0, post partum 34 hari dengan nifas normal,

keadaan ibu dan bayi baik.

4. Penatalaksanaan

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan yaitu TD :110/80 mmHg, Nadi :

86x/menit, Respirasi :22x/menit

 Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

b. Memberi KIE tentang nutrisi yaitu menganjurkan ibu untuk

mengkonsumsi gizi seimbang seperti nasi, sayuran hijau, buah-buahan,

kacang-kacangan, telur, tempe, tahu, daging, ikan laut. Menganjurkan

ibu untuk memperbanyak minum minimal 8 gelas/hari.

 Ibu memahami penjelasan dan bersedia untuk makan-makanan gizi

seimbang dan minum


206

c. Beritahu ibu untuk memberikan ASI EKSKLUSIF selama 6 bulan

tanpa ada tambahan apapun kecuali obat-obatan dan vitamin

 Ibu bersedia memberikan ASI EKSKLUSIF pada bayinya

d. Beritahu ibu untuk posyandu bayinya dan posyandu ibu nifas

 Ibu bersedia datang ke posyandu


207

E. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

Tanggal/Jam Pengkajian : 13 April 2023 / 22.00 WIB

Tempat : RSU Allam medica

1. Data Subjektif

Ibu mengatakan ingin menggunakan kontrasepsi IUD

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum : Baik

2) Kesadaran : Composmetis

3) TTV : TD : 120/80 mmHg Nadi : 82x/menit

Respirasi : 24x/menit Suhu : 360 C

BB : 98 kg

b. Pemeriksaan Obstetrik

- Kepala-Leher

Kepala : Messochepal

Rambut : Bersih, tidak ada ketombe

Muka : Simetris, tidak pucat, tidak oedema

Mata : Konjungtiva : Tidak anemis

Sclera : Tidak ikterik

Hidung : Simetris, tidak ada polip dan secret

Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis dan caries

- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid


208

- Aksila : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

- Dada : Bentuk : Simetris

Mammae : Simetris, menonjol

- Abdomen : Ada luka operasi Sectio Caesarea

- Genitalia : Tidak dilakukan

- Anus : Tidak ada hemoroid

- Ekstremitas : Atas : Tidak oedema

Bawah : Tidak oedema

- Pemeriksaan Penunjang HB : 13,2 g/dl

3. Assessment

Ny. Y, Umur 20 tahun, P1A0 dengan kontrasepsi IUD

4. Penatalaksanaan

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan TD :120/80 mmHg, Nadi :82x/menit,

Respirasi :24x/menit, Suhu :360 C

 Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bayinya

b. Beritahu kepada ibu tentang keuntungan dan kerugian dari

kontrasepsi IUD yaitu :

Keuntungan : Efektivitas sangat tinggi dalam mencegah kehamilan

dengan tingkat keberhasilan 98-99%, jangka waktu

pemakaian panjang yaitu 3-5 tahun untuk IUD

hormon dan 10 tahun untuk IUD tembaga, bisa

digunakan oleh hampir semua perempuan termasuk

perempuan yang tidak pernah melahirkan, aman


209

untuk ibu menyusui karena tidak mengganggu

produksi ASI, kesuburan kembali dengan cepat

setelah IUD dilepas, mengurangi risiko kanker

serviks dan kanker endometrium, tidak

menyebabkan kenaikan berat badan.

Kerugian : Menimbulkan rasa tidak nyaman di perut ketika baru

dipasang, menstruasi secara berlebihan dimana darah

yang keluar banyak, tidak melindungi dari penyakit

infeksi menular seksual (IMS), ada resiko kehamilan

ektopik jika terjadi pembuahan dalam kondisi IUD

masih terpasang.

 Ibu sudah mengetahui tentang keuntungan dan kerugian dari

kontrasepsi IUD dan ibu mantap menggunakan KB IUD

c. Beritahu ibu tentang infrom consent persetujuan pemakaian KB IUD

 Ibu bersedia untuk menandatangani infrom consent

d. Beritahu ibu pemasangan IUD dilakukan pasa saat SC

 IUD terpasang

e. Berikan ibu kartu kontrol KB

 Ibu menerima kartu kontrol KB

f. Menjelaskan kepada ibu tentang jadwal kontrol pasca pemasangan

IUD yaitu 1 bulan pasca operasi SC

 Ibu bersedia untuk kontrol sesuai jadwal


BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini dimulai dengan mengajukan surat izin penelitian kepada

dinas Kesehatan kabupaten brebes melalui surat izin permohonan penelitian dari

Akademik Kebidanan KH Putra yang disposisikan kepada Dinas Kesehatan

kabupaten Brebes. Surat balasan dari Dinas Kesehatan kabupaten Brebes dengan

nomer surat B. 01459/800.2/III/2023 telah disahkan dan kemudian diberikan

kepada kepala puskesmas Kaliwadas untuk dimulainya penelitian. Peneliti

melanjutkan koordinasi dengan pembimbing lahan dan pembimbing akademik

untuk melakukan informed consent dengan responden .

Peneliti melakukan informed consent terhadap responden dan responden

berkenan untuk menjadi obyek dalam penelitian ini. Peneliti melanjutkan dengan

kunjungan Antenatal Care (ANC) pertama pada trimester 3, pemeriksaan pada

Kunjungan I yang dilakukan pada tanggal 12 Maret 2023 di BPM NY. S,

didapatkan hasil pengkajian yaitu nama Ny. Y, umur 20 tahun, hamil 36 minggu,

pekerjaan ibu rumah tangga. Nama suami Tn. R, umur 21 tahun, pekerjaan

wiraswasta. Ny. Y mengatakan ini merupakan kehamilan pertama, belum pernah

mengalami keguguran, belum pernah menggunakan kontrasepsi.

Asuhan kehamilan Antenatal Care (ANC) menurut Kemenkes RI, 2022

dilakukan minimal 6 kali selama masa kehamilan yaitu 1 kali pada trimester I, 1

kali pada trimester ke II dan 2 kali di trimester III. Ny. K sudah memeriksakan

kehamilannya sebanyak 8 kali. Trimester I sebanyak 2 kali, timester II sebanyak 1

210
211

kali, trimester III sebanyak 5 kali. Hal ini sudah sesuai dengan teori.

Ny. Y telah mendapatkan tablet tambah darah dengan dosis 1 tablet sehari,

selama kehamilan ibu telah mengonsumsi sebanyak 280 tablet. Hal ini sesuai

dengan teori (Hani, 2019) yang menyatakan bahwa setiap ibu hamil minimal

mendapat tablet Fe sebanyak 280 tablet selama kehamilan. Pemberian obat ini

sudah mengikuti prosedur yang ada.

Hasil pemeriksaan fisik pada Ny. Y dengan hasil keadaan umum Ny. Y

baik, kesadaran composmentis, TTV TD: 110/70 mmHg, Nadi: 82 x/menit, Suhu :

36 0C, Respirasi: 22 x/menit, Lila : 23cm. Pada pemeriksaan obstetric ditemukan

muka tidak pucat dan konjungtiva tidak anemis Menurut teori (Hidayat, 2017)

bahwa nilai batas normal tekanan sistole yaitu 100-110 mmHg, dan tekanan

diastole yaitu 60-80 mmHg. Hal ini sesuai dengan teori (Walyani, 2017) bahwa

ibu hamil sehat memiliki suhu tubuh antara 36-37,5 0C, bila suhu tubuh lebih dari

37,5 0C dikatakan demam yang merupakan manifestasi dari infeksi kehamilan.

Menurut teori (Larastining, 2021) denyut nadi normal pada ibu hamil dapat

mencapai 80-90 x/menit. Hal ini dikarenakan jantung bekerja lebih keras untuk

menyediakan lebih banyak darah bagi ibu dan janin.

Hasil nilai IMT Ny. Y dari awal kehamilan yaitu 19,5 cm. Menurut

penulis, nilai IMT pada Ny. Y dalam batas normal, Ny. Y yang sebelumnya

memiliki berat badan normal dengan indeks massa tubuh < 23,3 maka Ny. Y

selama kehamilan mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10 kg, hal ini sesuai

dengan pendapat (Haidar, 2016 dalam Darah Ifalahma, 2019), yang mengatakan

bahwa total pertambahan berat badan pada kehamilan normal antara 12-15 kg atau
212

minimal berat badan ibu naik sebanyak 9 kg atau 1 kg setiap bulannya (Buku

KIA, 2021), dengan demikian maka tidak terdapat kesenjangan antara teori

dengan praktik. Ny. Y memiliki tinggi badan 157 cm menurut Buku KIA (2017),

bila tinggi badan < 145 cm, maka faktor risiko panggul sempit dan kemungkinan

sulit melahirkan secara normal, dengan demikian tidak terdapat kesenjangan

antara teori dengan praktik.

Menurut Kemenkes 2019 ukuran lingkar lengan atas (LILA) merupakan

indikator status nutrisi orang dewasa terutama pada perempuan yang sedang

merencanakan keturunan. Normal LILA ibu hamil harus lebih dari 23,5 cm,

pengukuran ini dilakukan pada wanita usia subur terutama dalam tenang usia 15-

45 tahun. Hasil pengukuran LILA pada Ny. Y dengan hasil 23 cm. Maka LILA

Ny. Y adalah tidak normal / kekurangan energi kronik .

Menurut Hanafi 2017 tinggi fundus uteri pada usia kehamilan 36 minggu

31 cm atau pertengahan pusat dan processus xipoideus dan berat janin 1500-2500

gr dan janin dapat hidup tanpa kesulitan. Hasil pemeriksaan pada Ny. Y

didapatkan TFU 26 cm, hal ini merupakan resiko yang terjadi akibat ibu hamil

dengan KEK, maka hal ini sesuai dengan teori.

Berdasarkan hasil DJJ Ny. Y yaitu 138 x/menit hal ini sesuai dengan teori

(Sulistyawati, 2017) Pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ) yang dilakukan

untuk mengetahui kesehatan ibu dan perkembangan janin khususnya denyut

jantung janin dalam rahim dan normalnya yaitu 120-160 x/menit, maka DJJ

adalah normal sesuai teori.

Hasil pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan pada ANC kunjungan ke


213

II trimester III Hemoglobin 12,8 gr/dL, hal ini sesuai dengan teori (Mochtar,

2018) menunjukan bahwa dalam kehamilan merupakan kadar normal hemoglobin

dikatakan normal pada angka > 11 gr/dl, hal ini tergolong fisiologis sesuai

dengan teori dari (Atikah, 2017) .

Pada Antenatal Care (ANC) kunjungan Ke II TM III yang dilakukan pada

tanggal 17 Maret 2023 di Puskesmas Kaliwadas umur kehamilan 36+5 minggu

didapatkan hasil ibu mengeluh nyeri punggung. Hal ini sesuai dengan teori (Yani

Firda Triyana, 2018) bahwa rahim yang membesar membuat punggung dan

pinggang terasa sakit dan pegal, apalagi bila ibu hamil melakukan aktivitas berat,

maka keluhan ibu diumur kehamilannya 36 minggu sesuai teori adalah normal.

Hasil pemeriksaan fisik Ny. Y dengan hasil keadaan umum Ny. Y baik,

kesadaran composmentis, TTV TD: 110/80 mmHg, Nadi: 84 x/menit, Suhu 36,0
0
C, Respirasi: 22 x/menit. Menurut teori dari (Hidayat, 2017) bahwa nilai batas

normal tekanan systole yaitu 100-110 mmHg, dan tekanan diastoleyaitu 60-80

mmHg. Menurut teori (Walyani, 2017) tekanan darah rendah pada ibu hamil

biasanya disebabkan oleh adanya perubahan hormon dan peningkatan aliran darah

ke janin.

Menurut teori (Hani, 2017) pada ibu hamil mengalami hiperventilasi

sehingga pernapasan pada ibu hamil lebih dalam dan panjang. Hal ini

menyebabkan frekuensi pernapasan menurun menjadi 14-15 x/menit sedangkan

normalnya 16-24 x/menit, hal ini sesuai dengan teori.

Menurut teori (Walyani, 2017) bahwa ibu hamil sehat memiliki suhu tubuh

antara 36,0 0C-37,5 0C, bila suhu tubuh lebih dari 37,5 0C dikatakan demam yang
214

merupakan manifestasi dari infeksi kehamilan, suhu ibu Ny. Y didapat 36,3 0C

maka hal ini adalah normal sudah sesuai dengan teori.

Menurut teori (Arini et al, 2017) denyut nadi normal pada ibu hamil dapat

mencapai 80-90 x/menit. Hal ini dikarenakan jantung bekerja lebih keras untuk

menyediakan lebih banyak darah bagi ibu dan janin. Peneliti melakukan

pemantauan cara konsumsi makan ibu seperti mengkonsumsi makanan buah-

buahan seperti buah naga 3x 1 hari setiap pagi, sore dan malam hari dengan porsi

2 buah naga, ibu mengkonsumsi sari kurma 1- 2 sendok makan 2x1 hari , ibu

mengkonsumsi protein seperti telur, tempe,dan tahu dalam sehari 1 kali, dan

sayur-sayuran hijau dalam sehari 3 kali mengkonsumsi sayuran hijau, hal ini

sudah sesuai dengan teori suhartini 2021.

Hasil pemeriksaan DJJ Ny. Y yaitu 146 x/menit hal ini sesuai dengan teori

(Sulistyawati, 2017). Pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ) yang dilakukan

untuk mengetahui kesehatan ibu dan perkembangan janin khususnya denyut

jantung janin dalam rahim dan normalnya yaitu 120-160 x/menit.

Kunjungan Antenatal Care (ANC) Ke III Trimester III dilakukan pada

tanggal 07 April 2023, di Rumah Ny. Y dengan umur kehamilan 38+1 minggu, Ibu

mengatakan tidak ada keluhan apapun. Berdasarkan hasil pemeriksaan TTV

dalam batas normal meliputi Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik Ny. Y dengan

hasil Keadaan Umum Ny. Y Baik, kesadaran composmentis, TD 110/ 80 mmHg,

Nadi 80 x/m, R 23 x/m, S 36,20C menurut (Sulistyawati, 2017).

Menurut Cunningham et al., 2020 Persalinan merupakan proses alami

yang sangat penting bagi seorang ibu dimana terjadi pengeluaran hasil konsepsi
215

(janin dan plasenta) yang telah cukup bulan (37-42 minggu). Terdapat dua metode

persalinan, yaitu persalinan lewat vagina yang dikenal dengan persalinan alami

dan persalinan Caesar atau Sectio Caesarea (SC). Persalinan dengan metode SC

dilakukan atas dasar indikasi medis baik dari sisi ibu dan janin, seperti

Cephalopelvik disproportion (CPD) atau letak abnormal pada janin, serta indikasi

lainnya yang dapat membahayakan nyawa ibu maupun janin (Cunningham et al.,

2020). pada Ny. Y dengan kehamilan kekurangan energi kronik, dan indikasi

Cephalopelvik disproportion (CPD) maka tindakan persalinan dengan sectio

caesarea adalah sesuai dengan teori.

Menurut siloam, (2022). waktu yang diperlukan untuk prosedur operasi

Sectio Caesarea adalah 40-60 menit. Operasi Sectio Caesarea Ny. Y berlangsung

60 menit, maka hal ini sesuai dengan teori.

Menurut Nur, (2020). Persalinan mempunyai tahap-tahap yaitu kala I

pembukaan yang terdiri dari fase aktif dan fase laten, kala II yaitu kala

pengeluaran janin, kala III melahirkan plasenta dan kala IV pemantauan ibu dan

bayi. Bayi lahir pada pukul 20.10 WIB beserta dengan plasenta dengan APGAR

Score normal yaitu 8/9/10 bayi menangis kuat, gerakan aktif dan, kulit

kemerahan. Ny. Y di pindahkan ke ruangan nifas untuk dilakukannya pemantauan

lanjut pada pukul 23.00 WIB dan dilakukannya pemeriksaan tanda-tanda vital,

tingkat kesadaran pasien, kontraksi uterus, dan memantau perdarahan. Maka

sudah sesuai dengan teori.

Pada asuhan bayi baru lahir (neonatus dini) penatalaksanaan yang

dilakukan yaitu potong tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi, perawatan
216

tali pusat, memberikan salep mata eritromisin 1% pada kedua mata, pemberian

vittamin K 0.5 mg secara IM, pemberian imunisasi Hb 0, dan bayi dilakukan

IMD. Hal ini sesuai dengan teori (Novieastari et al., 2020) penatalaksanaan bayi

baru lahir yaitu, jaga bayi tetap hangat, isap lendir dari mulut dan hidung (bila

perlu), keringkan, pemantauan tanda bahaya klem dan potong ikat tali pusat,

lakukan IMD, beri suntikan vit. K, beri salep mata, pemberian imunisasi, Hb 0

dan pemeriksaan fisik.

Pada kunjungan ke I bayi Ny. K usia 6 jam dengan bayi baru lahir normal,

pada usia kehamilan 40+3 minggu , jenis kelamin perempuan, anus terdapat

lubang, tidak ada cacat bawaan. Pada pemeriksaan terdapat data keadaan umum

bayi baik, keadaan fisik tidak ada kelainan, tanda-tanda vital dalam batas normal,

berat badan 3100 gram, panjang badan 45 cm, lingkar kepala 33,5 cm dan lingkar

dada 35 cm, Reflek rooting, sucking baik, sudah menyusu sebanyak 3x lamanya

15 menit, Sudah BAK 1x berwarna kuning dan BAB 1x mekonium berwarna

coklat ke kuningan konsistensi lunak. Sudah tidur selama 3 jam. Hal ini ada

kesenjangan antara teori dan praktik (Novieastari et al., 2020) tanda- tanda bayi

baru lahir normal:

1. Lahir prematur 32-36 minggu

2. Lahir aterm antara 37-40 minggu

3. Berat badan 2500-4000 gram

4. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

Maka bayi baru lahir ini sesuai dengan teori.

Pada Kunjungan ke II Asuhan pada Bayi Ny. Y usia 6 hari bayi menyusu
217

kuat dan tidak rewel. Hasil pemeriksaan fisik dalam batas normal, dan sudah

diberikan Imunisasi HB 0 , asuhan bayi baru lahir sudah dilakukan sesuai dengan

(Buku KIA, 2020) meliputi jaga kehangatan bayi untuk mencegah terjadinya

hipotermi, bayi sudah dilakukan perawatan tali pusat, bayi hanya diberikan asi

saja selama 6 bulan (ASI Eksklusif), mengajarkan tanda-tanda bahaya pada bayi

seperti nafas tidak teratur, bayi tidak mau menyusu, demam, bayi berwarna

kuning.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik tali pusat sudah lepas, hal tersebut

sesuai dengan teori (Novieastari et al, 2020) pada umumnya tali pusat bayi baru

lahir lepas dalam waktu 1-3 minggu setelah lahir, tali pusat bayi baru lahir Ny.K

lepas pada usia 7 hari maka hal ini sesuai dengan teori.

Pada Kunjungan ke III Asuhan pada bayi Ny. Y usia 28 hari, bayi

menyusu kuat dan sudah dilakukan imunisasi BCG. Hal ini sesuai dengan (Buku

KIA, 2020).

Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir meliputi menjaga kehangatan

bayi, pemantauan tumbuh kembang dan nutrisi bayi dengan rutin melakukan

imunisasi tepat pada waktunya. Menurut (Buku KIA, 2020) asuhan yang

dilakukan pada KN III meliputi pemeriksaan pertumbuhan dan nutrisi. Hal ini

asuhan sudah sesuai dengan standar asuhan bayi baru lahir.

Masa Nifas Ny. Y berjalan normal dilakukan kunjungan sebanyak 4 kali,

yaitu kunjungan 6 jam, 6 hari, 26 hari dan 34 minggu, hal ini sesuai dengan teori

(Saleha, 2018) yaitu kunjungan masa nifas paling sedikit 3 kali kunjungan

dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah,
218

mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

Pada pengkajian postpartum 6 jam didapatkan ibu mengatakan bahagia

atas kelahiran bayinya. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal

yaitu tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 81 x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu

36,7 0C. Pada pemeriksaan mata tidak ada kelainan, pemeriksaan abdomen TFU 2

jari dibawah pusat, hal ini sesuai dengan teori (Saleha, 2017) tinggi fundus uteri

setelah bayi lahir adalah dua jari dibawah pusat. Kontraksi teraba keras, kandung

kemih penuh. Pemeriksaan genetalia tampak pengeluaran lochea Rubra sebanyak

30 ml. Hal ini sesuai dengan teori (Saleha, 2017) bahwa lochea rubra berisi darah

segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo,

mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.

Penatalaksanaan postpartum 6 jam menurut teori (Yuliana, 2020) yaitu

mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat

penyebab lain dari perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut, pemberian ASI

awal dan menjaga hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. Pada Ny. Y, sudah

dilakukan ambulasi dini yaitu menganjurkan ibu untuk mobilisasi ringan mulai

dengan turun dari tempat tidur dan membantu ibu turun untuk BAK dan

mengganti pembalut setelah 2 jam persalinan. Menurut teori, ambulasi dini atau

mobilisasi ringan kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu

postpartum bangun dari tempat tidurnya dan berjalan secara bertahap. Keuntungan

ambulasi dini ibu menjadi lebih sehat dan kuat, dan tidak memiliki pengaruh yang

buruk bagi ibu. Ny. Y, istirahat saat bayinya tidur. Menurut teori (Ribek et al,

2018) ibu menyusui dianjurkan untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
219

yang berlebihan. Kurangnya istirahat dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk

merawat bayi, mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, maka hal ini sudah

sesuai dengan teori.

Pada Kunjungan ke II pada Ny. Y, dengan 6 hari postpartum ibu

mengatakan tidak ada keluhan, bayi menyusu kuat. Dan ibu sudah memenuhi

kebutuhan dasarnya seperti eliminasi, istirahat, nutrisi hidrasi dan personal

hygiene. Berdasarkan hasil Pemeriksaan pada Ny. Y sudah dilakukan sesuai

dengan (Buku KIA, 2020) meliputi TTV, pemeriksaan fisik yang berfokus pada

tinggi fundus uteri, kontraksi, kandung kemih, lokhea dan jumlah perdarahan.

Dengan hasil TTV dalam batas normal, pemeriksaan fisik tidak ada kelainan.

Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong,

Lochea Sanguinolenta dan jumlah perdarahan ±10 cc.

Pada kunjungan ke III pada Ny. Y dengan 26 hari postpartum ibu

mengatakan tidak ada keluhan, ASI keluar lancar ibu. Berdasarkan hasil

pemeriksaan pada Ny. Y sudah sesuai dengan teori (Buku KIA, 2020) meliputi

pemeriksaan fisik yang berfokus pada kontraksi dan tinggi fundus uteri,

pemeriksaan lokhea dan perdarahan, periksa adanya tanda-tanda infeksi, periksa

payudara, anjuran ASI Eksklusif dan konseling KB. Dengan hasil TTV dalam

batas normal, pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, TFU 3 pertengahan pusat dan

simphisis, lokhea Sanguinolenta dan jumlah perdarahan ±7 cc, ibu hanya

memberikan ASI saja.

Pada kunjungan nifas ke IV pada Ny. Ydengan 34 hari post partum ibu

mengatakan ASI keluar lancar, Berdasarkan hasil pemeriksaan pada Ny. Y sudah
220

sesuai dengan teori (Buku KIA, 2020) meliputi pemeriksaan fisik yang berfokus

pada kontraksi dan tinggi fundus uteri, pemeriksaan lokhea dan perdarahan,

periksa adanya tanda-tanda infeksi, periksa payudara, anjuran ASI Eksklusif dan

konseling KB, pelayanan KB. Dengan hasil TTV dalam batas normal,

pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, TFU tidak teraba, lokhea alba, ibu hanya

memberikan ASI saja dan tidak menjadwal untuk menyusui bayinya.

Keluarga Berencana merupakan salah satu program pemerintah dalam

upaya menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi dengan

mengukur jumlah dan menjaga jarak kehamilan yang diinginkan. Ny. Y memilih

menggunakan alat kontrasepsi yaitu IUD dengan alasan lebih ekonomis dan

jangka panjang.
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. Y,

umur 20 tahun di Puskesmas Kaliwadas, BPM Ny.S dan di rumah Ny. Y dari

masa hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana dengan

menggunakan alur pikir Varney pada pendekatan manajemen kebidanan

dengan pendokumentasian SOAP, maka dapat disimpulkan :

1. Asuhan Kehamilan

Simpulan Berdasarkan studi kasus dalam memberikan asuhan

kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil di Trimester III dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Hellen Varney dan

SOAP. Di mulai pada tanggal 12 Maret 2023 diperoleh hasil yaitu :

Setelah dilakukan asuhan kebidanan kehamilan di Trimester III pada Ny.

Y di dapat data total kunjungan yang dilakukan Ny. Y selama kehamilan

adalah 9 kali secara teratur pada Trimester I sebanyak 2 kali, Trimester II

sebanyak 4 kali, Trimester III sebanyak 3 kali, saat kunjungan di temukan

beberapa masalah dan telah di berikan penatalaksanaan yang sesuai,

kehamilan pada Ny. Y dapat disimpulkan kehamilan patologis.

2. Asuhan Persalinan

Persalinan pada Ny. Y persalinan dilakukan secara SC dengan

indikasi CPD.

221
222

3. Asuhan Bayi Baru Lahir

Setelah melakukan pengkajian hingga evaluasi asuhan bayi baru

lahir dapat disimpulkan bahwa bayi dalam keadaan fisiologis.

4. Asuhan Nifas

Nifas pada Ny. Y didapati hasil bahwa masa nifas Ny. Y berjalan

secara fisiologis dilihat proses involusi dan laktasinya.

5. Asuhan Keluarga Berencana

Ibu memilih menggunakan kn IUD dan tidak ada keluhan pasca

dilakukan tindakan.

B. Saran

1. Bagi Lahan Penelitian

Melengkapi atau mempersiapkan kembali fasilitas di PKM

tersebut, meningkatkan pelayanan yang lebih up to date pada setiap ibu

hamil agar dapat mendeteksi secara dini demi pencegahan terjadinya

komplikasi.

2. Bagi Klien

Mendapat edukasi tentang pendidikan kesehatan yang berhubungan

dengan kondisinya dan anaknya, terutama konseling KB agar ibu dapat

mengetahui efek samping, kerugian ataupun keuntungan dari setiap alat

kontrasepsi. Sehingga ibu dapat memilih alat kontrasepsi sesuai dengan

keinginan dan kebutuhan ibu.


223

3. Bagi Institusi Pendidikan

Menyediakan sumber referensi buku yang lebih up to date di

perpustakaan serta perbanyak buku referensi dalam sistematika

penyusunan laporan tugas akhir untuk menunjang penyusunan Proposal

dan KTI, sehingga penyusunan Proposal dan KTI di tahun depan lebih

berjalan baik dan tidak kekurangan referensi.

4. Bagi Penulis

Meningkatkan lagi kompetensi dan mencari informasi-informasi

yang up to date demi meningkatkan lagi pelayanan asuhan kebidanan pada

ibu hamil, bersalin, pada Bayi Baru Lahir, nifas dan Keluarga Berencana

dengan menggunakan pendekatan menajemen kebidanan secara

komprehensif (Continuity Of Care).


DAFTAR PUSTAKA

Aumni, N. K. A, et al. 2016. Ajar Keperawatan Materias 2.

Amini, W., Sriasih. G.K. dan Marhaeni, G.A. 2017, Asuhan Kebidanan Nermatus,
Bayi,& Anak Prasekolah. Jogjakarta: ANDI

Arisman. (2020). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: ECG

Asih & Risneni, (2016. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusu. Aceh: CV Trans
Infomeda

Asih Yusari & Risneni, (2016). Buku Ajar Dokumentas Kebidanan. Aceh: CV
Trans Infomeda

Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, (2017). Teori dan Asuhan Kebidanan.
Sumatera Utara: Universitas Haji Sumatera Utara

Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Spong, C. Y., Dashe, J. S.,
Hoffman, B. L… …Sheffield, J. S. (2019), Williams Obstetrics (24th ed.).
United States of America: McGraw-Hill Education

Dinkes Jateng. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017. Dinkes
Jateng.

Heryanti. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekurangan Energi


Kronik(KEK) Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja UPT. Puskesmas
Gandungmagu I Kabupaten Cilacap. Cilacap: STIKes Prima Nusantara.

Jawati L. Muliani, M., & Arsyad, G. (2019), Pengaruh Pemberian Kompres


Hangat hy Benurunan Intensitas Nyeri Ibu Inpartu Kala Satu Fase Aktif.
Jurnal Hidan Cerdan JC 231, 157, https://doi.org/10.33860/bc.v213.218

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2020. Jakarta: Kemenkes RI Available at:
http://www.depkes.go.id.index

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Informasi Obesitas. Jurnal


Kesehatan. 2018, Kementerian Kesehatan RI. 2017. Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2017

Kementerian Kesehatan RI, 2019. Profil Indonesia Tahun 2018.

Kusumawardani. Y. M. (2019), Klasifikasi Persalinan Normal Atau Caesar


Menggunakan Algoritma. Surabaya: Uin Sunan Ampel Surabaya.
Legawati. (2018) Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Malang: Wineka
Media

Martowirjo, A. L., Atoy, L., & Prio, A. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasten
Post Op Sectio Caesarea Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman
(Nyeri). Kendari, Sulawesi Tenggara: Kemenkes Kendari Sulawesi
Tenggara

Maternity. D. Anjani, AD, dan Evrianasari, N. (2018) Asuhan Neonatus, Bayi


Balita, dan Anak Pra sekolah. Jogjakarta: ANDI

Munabi, I. G., Luboga, S. A., Luboobi, L., & Mirembe, F. (2018). Association
between Maternal Pelvis Height and Intrapartum Foetal Head Moulding in
Ugandan Mothers with Spontaneous Vertex Deliveries. Obstetrics and
Gynecology International, 2018, 7-9.
https://doi.org/10.1155/2016/3815295

Mendri, N. K., & Sarwo prayogi, A. (2017). Asuhan Keperawatan pada Anak
Sakit dan Bayı Resiko Tinggi. Jogjakarta: ANDI

Musakkar, & Djafar, T. 2021. Promosi Kesehatan Penyehab Terjadinya


Hipertens. Yogjakarta: Pustaka Baru Press.

Noordhati. 2018. Asuhan Kebidanan, Neonatus, Bay, Balita, Dan Anak Pra
Sekolah. Palangkaraya: Politeknik Kemenkes.

Nurrezki, 2014, Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jogjakarta: ANDI

Nuryaningsih. F. 2017. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta

Pahlavi, L. R., Sari, R. D. P., & Ramkita, N. (2017). Multigravida dengan Riwayat
Sectio Caesarea Atas Indikasi Disproporsi Kepala Panggul dengan
Penyerta Tumor Paru, Kekurangan Energi Kronik dan Anemia Berat.
Jurnal Medula, 7(4), 30-36.

Prawirohardjo, S. (2017). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal (2nd ed.). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono, 2016. Tmi Kebidanan, Jakarta: Bina Pustaka Sarwono


Pravirohardjo, Rachmawati, A. L. Puspitasari, R. D., & Canta, E. 2017.
Faktor-faktor yang Memengaruh Kunjungan Intenutul Care (ANC).
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo. (2018). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo
Ramandanty. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Operasi Sectio
Caesarea. Samarinda: Fakultas Kedokteran

Rinata, E. G. A. A. (2018). Karakteristik ibu tusta, paritas, pendidikan dan


dukungan leburga dengan kecemasan ibu hamil trimester III. Medisains:
Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 16/1).

Rosyati, H. (2017). Modul Persalinan. Jakarta: Dinas Kedokteran

Rukiyah, & Yulianti. (2019), Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Anak Pra
Sekolah. Jakarta : TIM

Rusli, Awang Irawan, dkk. (2016). Hubungan Peningkatan Berat Badan Ibu
Hamil dengan Lama Persalinan. Jakarta : Universitas Indonesia

Sagita, F. (2019). Asuhan Keperawatan The Post Partum Dengan Post Operasi
Sectin Caesarea. Padang : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Saragih, R. (2017). Pengaruh Dukungan Suami Dan Tingkat Kecemasan Ibu


Primigravida Terhadap Lama Kala I Persalinan. Jurnal Ilmiah Kolesi,
1(1), 299-313, Binjai: Universitas Sumatera Utara

Sihombing, N., Saptarini, I., & Putri, D. S. K. (2017). The Determinants of Sectio
Caesarea Labor in Indonesia (Further Analysis of Riskesdas 2013), Jurnal
Kesehatan Reproduksi, 8(1), 63-75.
https://doi.org/10.22435/kespro.v8i1.6641.63-75

Socolov, D. G., Iorga, M., Carauleanu, A.. Ilea, C., Blidaru, L., Boiculese. L., &
Socolov, R. V. (2017). Pregnancy during Adolescence and Associated
Risks: An 8-Year Hospital- Based Cohort Study (2007-2014) in Romania,
the Country with the Highest Rate of Teenage Pregnancy in Europe.
BioMed Research International, 2017.
https://doi.org/10.1155/2017/9205016

Suryani, P. & Handayani, (2018). Seman Hand Dan Keddy h Hal Trimester
Ketiga, Midwife Journal, 3(01), 33-39. Jawa Barat: Poltekes Bandung

Syaiful, Y. & Fatmawati, 1. 2019. Asuhan Keperawatan Kehamilan. Surabaya:


CV. Jakad Publishing

Taliah Lasmono Widapk, P. N. 2017. Faktor For Yang Bang Dengan Kingan
Antenatal Care (ANC) Pada ibu Hamil. Malang: Universitas
Muhammadiyah

Wahyuningsih, T. S. &Hem P. 2016, Aruhan Kebidanan Kehamilan: Jakarta:


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Wahyuntari, E Listyaningrum. T. & latiyanti, S. 2018. Raku Ajar Kehamilan Dan
Maternal. Yogyakarta: UNISA YOGYA

Walyani, E. S. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Makasar: Pustaka Baru


Press

________, & Purwoastuti, E. (2015), Asahan Kebidanan Persal & Bayi Baru
Lahir. Makasar: Pustaka Baru Press

____________, (2017). Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui. Makasar:


Pustaka Baru Press

WHO, (2018). Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi, World Bank, 2018

WHO, (2019). the detail/maternal-mortality mortality key fact http when intnews-
room.

Widatiningsih, S dan Dewi, C.HT, 2017, Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan.


Jogjakarta: Trans Medica
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Nutrisi Ibu Hamil


KehamilanSasaran : Ibu Hamil Ny. Y
Hari/ Tanggal : Selasa, 12 Maret 2023
Waktu : 20 menit
Tempat : Di PKM Kaliwadas
Penyuluh : Sindi Khumaeida

1. Karakteristik Ibu
a. Jumlah Ibu : 1 orang
b. Pendidikan : SMA

2. Tujuan Penyuluhan
a. Tujuan Umum
Setelah mendapat penyuluhan diharapkan ibu-ibu dapat mengetahui
tentang Nutrisi Ibu Hamil
b. Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti penyuluhan, diharapkan :
1) Ibu dapat menjelaskan pengertian Nutrisi Ibu Hamil
2) Ibu dapat Menyebutkan macam Nutrisi Ibu Hamil
3) Ibu dapat menyebutkan makanan dan minuman yang aman
dikonsumsi

3. Materi Penyuluhan
Terlampir
4. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
5. Media
a. Leaflet
6. Kegiatan penyuluhan
No Tahap Kegiatan Waktu
1. Pembukaan Mengucap salamPerkenalan 7 menit
Pendekatan dengan pesarta
Menggali pengetahuan ibu tentang
Nutrisi Ibu Hamil
2. Pengembangan Menjelaskan tentang pengertian 8 menit
tanda bahaya pada kehamilan,
manfaat ibu hamil, komponen
nutrisi ibu hamil, makanan dan
minuman yang aman dikonsumsi
untuk ibu hamil
3. Penutup Mengadakan Tanya jawab untuk 5 menit
mengetahui seberapa jauh Ibu
paham tentang materi yang
disampaikan
Membagikan lieflet Menyimpulkan
hasil penyuluhan
Ucapan terima kasih dan salam
penutup

7. Evaluasi Lisan
 Apakah ibu dapat menjelaskan pengertian nutrisi ibu hamil?
 Apakah ibu dapat menyebutkan macam nutrisi ibu hamil
 Apakah ibu dapat menyebutkan makanan dan minuman yang aman di
konsumsi
MATERI NUTRISI IBU HAMIL

A. Nutrisi Bagi Ibu Hamil


Kebutuhan gizi serta nutrisi pada seorang ibu hamil tentunya akan
berbeda dengan kebutuhan pada umumnya seorang ibu. Karena nutrisi gizi
lebih banyak dibutuhkan ibu hamil untuk kesehatannya sendiri dan juga
kesehatan calon bayinya yang masih dalam kandungan.
Berkaitan dengan bertambahnya usia kehamilan seorang ibu hamil, maka
kebutuhan gizi ibu hamil juga mengalami peningkatan. Bersamaan dengan
meningkatnya berat badan janin yang ada dalam kandungannya pula.
Ketika kita membicarakan mengenai nutrisi ibu hamil ini juga tak
terlepas dari bagaimana kita para ibu hamil untuk bisa mengatur Pola Makan
Sehat Untuk Ibu Hamil dalam kehidupan sehari-hari selama masa
mengandung.
Hanya saja ada beberapa nutrisi gizi ibu hamil yang haris mendapatkan
perhatian ekstra dari kita semuanya.
Nutrisi menjadi pengobatan yang komplementer sehingga membantu
dalam efektifitas dari pengobatan sehingga pada saat bersamaan dapat
mengatasi efek samping bagi pasien. Karena itu, nutrisi atau gizi sangat erat
kaitannya dengan kesehatan yang optimal dan peningkatan kualitas hidup.
Hasil ukur bisa dilakukan dengan metode antropometri. Adapun kebutuhan
nutrisi pada ibu hamil merupakan sumber makanan yang diperlukan
mengandung fosfor, zat kapur, zat besi, protein, yodium, dan vitamin A,
vitamin C, vitamin D, vitamin E, vitamin K, dan vitamin B6.
Yang itu semuanya harus menjadi perhatian dan dikonsumsi oleh ibu
hamil sehari-hari selama kehamilannya agar perkembangan, pertumbuhan,
dan kesehatan ibu dan janinnya sehat dan optimal.

B. Tujuan pemberian nutrisi pada ibu hamil untuk kesehatan janin dalam
kandungan antara lain adalah sebagai berikut yaitu :
1. Memenuhi kebutuhan bagi ibu dan bayi dalam kandungannya selama
masa kehamilan.
2. Membantu proses pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
kandungan.
3. Sebagai sumber tenaga bagi ibu dan janinnya.
4. Mengurangi komplikasi dan resiko pada ibu hamil seperti halnya
perdarahan post partum.
5. Mencegah terjadinya berat badan lahir rendah (BBLR) dan berat badan
lahir sangat rendah pada janin.
6. Menghindari dan mencegah terjadinya infeksi pada waktu persalinan

C. Jenis Macam Gizi Nutrisi Ibu Hamil Dan Manfaatnya Berikut ini beberapa
jenis gizi yang dibutuhkan oleh para ibu hamil dan juga makanan sumber
nutrisi ibu hamil antara lain adalah sebagai berikut yaitu :
1. Asam Folat
Kebutuhan akan asam folat pada kehamilan sangat penting dalam
hal pembentukan sel syaraf dan juga sel-sel pada janin yang ada dalam
kandungannya pula. Untuk itu kita harus bisa mencukupi akan hal ini.
Sumber asam folat dapat kita temui pada sumber makanan seperti halnya
beras merah, sayuran hijau dan buah-buahan. Kalori Kebutuhan kalori ini
pada ibu hamil akan juga semakin meningkat dalam trimester
kehamilannya. Pada trimester kedua dan ketiga kehamilan akan banyak
membutuhkan kalori lebih banyak dibandingkan pada awal-awal
kehamilannya.
2. Zat Besi
Kebutuhan akan zat besi harus bisa dicukupi dengan baik. Karena
hal ini berkaitan erat dengan proses pembentukan darah. Karena bila
seorang ibu hamil yang kekurangan akan zat besi ini akan bisa berdampak
anemia yang tentunya anemia pada ibu hamil ini akan bisa berpengaruh
banyak pada kesehatan ibu sendiri dan juga janin yang ada dalam
kandungannya.
3. Protein
Kebutuhan ibu hamil akan protein ini karena protein membantu
dalam hal proses pembentukan sel-sel darah selain dari zat besi yang di
atas tadi. Selain itu protein sendiri fungsinya dalam tubuh manusia adalah
sebagai sumber kalori pula dan juga sebagai zat pembangun dalam
berbagai hal dalam tubuh.
Protein juga merupakan salah satu nutrisi yang paling dibutuhkan
oleh ibu hamil. Protein memiliki peran yang sangat besar dalam
memproduksi sel-sel darah. Selain protein, karbohidrat adalah salah satu
nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh ibu hamil untuk kebutuhan energi
sehari-hari.
Sumber makanan untuk protein antara lain bisa diperoleh dari susu,
keju, daging, biji-bijian, kacang-kacangan.
4. Kalsium
Keluhan ibu hamil yang umum adalah rasa pegal-pegal dan
kebutuhan akan kalsium ini harus terpenuhi dengan baik selain untuk hal
tersebut adalah fungsi dan peranan penting lainnya kalsium ini adalah
untuk pembentukan serta menjaga pertumbuhan tulang dan gigi, kontraksi
otot dan sistem syaraf pada janin yang berada dalam kandungannya.
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah berkisar 1000 mg/hari. Ibu hamil juga
sangat membutuhkan kalsium karena kalsium sangat penting untuk
mendukung pertumbuhan bayi.
5. Vitamin Ibu Hamil
Selain itu kebutuhan vitamin ibu hamil juga perlu mendapatkan
perhatian yang serius. Berikut ini beberapa jenis macam vitamin yang
dibutuhkan ibu hamil dan manfaatnya antara lain adalah sebagai berikut :
a. Vitamin A memberikan manfaat untuk pemeliharaan kulit dan juga
pertumbuhan tulang, meskipun demikian penggunaanya tidak berlebihan
karena akan berakibat pada gangguan pada embrio.
b. Vitamin B. Manfaat vitamin B pada ibu hamil dan janin antara lain
adalah meminimalisir morning sickness bagi ibu hamil selain itu
melancarkan pencernaan. dalam perkembagan janin di minggu pertama
dan membantu dalam mengurai makanan menjadi sari makanan yang
dibutuhkan oleh janin selama masa kandungan
c. Vitamin C. Dalam hal ini manfaat vitamin C bagi ibu hamil diantaranya
adalah membantu memudahkan penyerapan zat besi itu sendiri.
d. Vitamin D bermanfaat untuk pembentukan tulang karena membantu
proses penyerapan kalsium. Selain itu Vitamin D memiliki manfaat
dalam mengurangi resiko hipertensi dan diabetes. Selain itu dapat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan kesulitan bernafas pada bayi.
Bantuan sinar matahari memiliki peran dalam memberikan vitamin D
pada tubuh
e. Vitamin E sangat bagus untuk kesuburan, kelembaban kulit dan penguat
rahim.
f. Vitamin K berperan penting dalam proses pembekuan darah dan
kesehatan tulang.
Kandungan vitamin sangat dibutuhkan mengingat tubuh tidak dapat
menghasilkan vitamin. Sedangkan vitamin memiliki fungsi yang besar
dalam membantu anda dalam proses metabolisme.
Begitu pula pemenuhan kebutuhan vitamin mineral zat gizi pada ibu
hamil yang tentunya lebih membutuhkan vitamin yang tidak sekedar dalam
metabolisme tubuh akan tetapi yang bermanfaat dalam membantu
perkembangan janin dalam kandungan pula.

Oleh

Sindi Khumaeida
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

Pokok Bahasan : Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi

(P4K)

Sub Pokok Bahasan : Persiapan persalinan

Sasaran : Ibu Hamil

Hari/Tanggal : Senin, 03 April 2023

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Puskesmas Kaliwadas Ruang KIA

A. TUJUAN

1. Tujuan umum

setelah mengikuti pendidikan kesehatan pada ibu hamil diharapkan dapat

menambah pengetahuan tentang Program Perencanaan Persalinan Dan

Pencegahan Komplikasi (P4K)

2. Tujuan khusus

a. Ibu hamil dapat memahami tentang pengertian P4K

b. Ibu hamil dapat memahami tujuan P4K

c. Ibu hamil dapat memahami Macam – macam Program Perencanaan persalinan

dan pencegahan komplikasi

d. Ibu hamil dapat memahami faktor yang mempengaruhi P4K

e. Ibu hamil dapat mengetahui persiapan menghadapi persalinan

B. MATERI

1. Pengertian P4K

2. Tujuan P4K

3. Macam-macam Program Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi


4. Faktor yang mempengaruhi P4K

5. persiapan menghadapi persalinan

C. METODE

1. Ceramah

2. Tanya jawab

D. MEDIA DAN ALAT

Leaflet

E. KEGIATAN PENYULUHAN

Kegiatan
No. Kegiatan Waktu Media
Penyuluhan Peserta
1. Pembukaan  Mengucapkan salam  Menjawab salam 3
 Memperkenalkan  Memperhatikan menit
diri
 memperhatikan
 Menjelaskan maksud
dan tujuan
2. Isi  menjelaskan tentang  memperhatikan dan 10 Leaflet
program mendengarkan menit
perencanaan
persalinan dan
pencegahan
 mengajukan
komplikasi
pertanyaan yang
 meminta ibu hamil
belum dimengerti
untuk mengulangi
kembali apa yang  mengulangi
informasi yang telah
telah disampaikan
didapat
 membuat
kesimpulan
3. Penutup  menyampaikan  menjawab salam 2
salam penutup menit

F. EVALUASI

1. Ibu hamil dapat menjelaskan kembali hal – hal yang telah diterangkan oleh

penyuluh, berupa :

a. pengertian program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)

b. tujuan P4K

c. Macam – macam Program Perencanaan persalinan dan pencegahan

komplikasi

d. faktor yang mempengaruhi P4K

e. persiapan menghadapi persalinan

2. Ibu hamil mampu menjelaskan dengan jelas

3. Ibu hamil mampu menjawab pertanyaan dengan benar dan jelas

4. Jenis pertanyaan

a. Apa yang dimaksud dengan P4K ?

b. Persiapan apa saja dalam menghadapi persalinan ?


MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian P4K

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) adalah

suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka peningkatan peran

aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan

persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan penggunaan

kontrasepsi pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi

sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu

dan bayi baru lahir (Depkes, 2009).

B. Tujuan P4K

1. Umum

Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil

dan bayi baru lahir

2. khusus

a. dipahami setiap persalinan beresiko oleh masyarakat luas

b. terdatanya sasaran dan terpasangnya stiker P4K

c. memantau kemitraan antara bidan, dukun bayi, dan kader dll.

C. Macam-macam Program Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi

Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), persiapan persalinan dan

pencegahan komplikasi meliputi :

1. Tempat persalinan yaitu tempat yang dipilih oleh ibu dan keluarga untuk

membantu proses persalinan, seperti di rumah sakit, klinik bersalin dan praktik

mandiri bidan.
2. Pendamping yaitu orang yang dipercaya mendampingi ibu saat persalinan yaitu

suami atau keluarga maupun kerabat dekat yang bersedia mendampingi dan

mendukung ibu selama menghadapi proses persalinannya

3. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin) yaitu dana atau barang yang disimpan oleh

keluarga atau pengelola tabulin secara bertahap sesuai dengan kemampuannya,

yang pengelolaanya sesuai dengan kesepakatan serta penggunaannya untuk

segala bentuk pembiayaan serta antenatal, persalinan dan kegawatdaruratan pada

ibu.

4. Persalinan oleh tenaga kesehatan yaitu persalinan ibu ditolong oleh tenaga

kesehatan trampil sesuai standar seperti dokter spesialis kandungan atau bidan

yang telah memiliki surat ijin praktik.

5. Transportasi yaitu alat transportasi yang dapat digunakan untuk mengantar calon

ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk rujukan dan siap setiap saat agar tidak

terjadi keterlambatan mencapai tempat bersalin ibu. Transortasi bisa berupa

ambulan desa, mobil pribadi maupun kendaraan roda dua atau sepeda motor.

6. Calon pendonor darah yaitu orang-orang yang disiapkan oleh ibu, suami,

keluarga dan masyarakat yang sewaktu-waktu bersedia menyumbangkan

darahnya untuk keselamatan ibu melahirkan sehingga bila terjadi sesuatu yang

memerlukan darah segera bisa teratasi. Calon donor yang disiapkan harus

memenuhi syarat sebagai pendonor darah untuk ibu seperti salah satunya calon

pendonor tidak menderita penyakit infeksi seperti malaria, hepatitis dan

HIV/AIDS.

7. Pemilihan kontrasepsi yaitu dimana kontrasepsi penting direncanakan saat

kehamilan sehingga pada saat 42 hari ibu telah memiliki pilihan kontrasepsi yang

tepat. Metode yang akan digunakan sebagai pedoman keluarga dalam memilih
kontrasepsi dapat mengacu pada kriteria penggunaan kontrasepsi yang rasional.

Kontrasepsi yang dapat dipilih oleh ibu dan suami seperti kontrasepsi IUD

pascasalin, implan, suntik, pil, kondom, tubektommi serta pasektomi, dimana

sebelumnya ibu dan suamisudah berkonsultasi kepada petugas kesehatan (dokter

atau bidan).

D. Faktor yang mempengaruhi P4K

Menurut Dwijayanti (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi P4K meliputi

faktor internal dan eksternal, yaitu :

1. Faktor internal yaitu pengetahuan, sikap, dukungan keluarga dan nilai atau norma

yang berlaku pada ibu hamil. Ibu hamil yang memiliki pengetahuan dan

informasi yang cukup tentang tujuan dan manfaat P4K akan mempengaruhi

kesadaran dan sikap ibu hamil akan pentingnya program P4K, kemudian

dukungan keluarga mempunyai peran penting untuk keberhasilan tujuan program

P4K karena keluarga terdekat dapat memantau secara aktif kesehatan ibu hamil

dan nilai atau norma juga memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan

cakupan P4K, dalam hal ini tokoh masyarakat sangat berpengaruh terhadap nilai

atau norma yang ada agar dapat mendukung pelaksanaan P4K.

2. Faktor eksternal yaitu sikap dan prilaku petugas kesehatan dan ketersediaan

fasilitas kesehatan, faktor eksternal juga sangat berpengaruh baik dari keaktifan

petugas kesehatan untuk pemantauan kesehatan ibu hamil dengan stiker P4K,

serta ketersediaan fasilitas kesehatan yang mendukung yang dapat mempengaruhi

cakupan P4K pada seluruh ibu hamil.

E. Persiapan menghadapi persalinan meliputi :

1. Persiapan Fisik

Merupakan kesiapan fisik ibu yang dipersiapkan dalam menghadapi


proses persalinan dan kesiapan apabila mengalami kejadian komplikasi

persalinan. Kesiapan fisik yang dapat dilakukan oleh ibu hamil dalam

menghadapi persalinannya yaitu mempersiapkan dan menjaga nutrisi, menjaga

pola istirahat yang cukup, menjaga kebersihan diri, menjaga kebersihan payudara

untuk persiapan laktasi dan melakukan aktifitas yang ringan.

2. Persiapan Psikis

Suatu keadaan mempersiapkan psikis ibu hamil menjelang persalinan

dimana ibu menerima kondisi kehamilannya serta ibu siap menerima peran dan

tanggung jawab yang lebih besar sebagai seorang ibu dalam merawat anak dan

keluarganya serta mempersiapkan mental menjelang proses persalinan penting

dilakukan agar pencapaian peran ibu dapat terwujud secara maksimal dalam

persalinan menghadapi komplikasi persalinan (Murya, 2007). Pengetahuan juga

termasuk di dalam persiapan psikis, Pengetahuan yang perlu dipersiapkan oleh

ibu hamil menjelang proses persalinannya seperti pengetahuan mengenai tanda-

tanda persalinan yakni sakit perut hilang timbul, keluar lendir bercampur darah,

dan keluar air ketuban. Ibu juga mengetahui bahwa persalinan merupakan proses

fisiologis namun sewaktu-waktu dapat menjadi patologis dan terjadi komplikasi

pada proses persalinan tersebut sehingga dengan ibu mengetahui hal tersebut ibu

menjadi lebih siap dan tidak merasa cemas saat persalinan berlangsung

(Manuaba, 2012).

3. Persiapan penolong dan tempat bersalin

Merencanakan tempat persalinan yang sesuai dengan keinginan dan

kemampuan pasutri perlu dilakukan sedini mungkin sehingga dapat diketahui

sebelumnya informasi mengenai biaya, fasilitas yang tersedia, dan penolong

persalinan (Depkes RI, 2009).


4. Persiapan pendamping persalinan

Peran pendamping dalam persalinan adalah untuk memberikan dukungan

kepada ibu berupa dukungan fisik, dukungan psikis, dukungan instrumen, serta

dukungan informasi. Sehingga ibu dalam keadaan siap menjelang persalinannya

dalam menentukan orang yang akan mendampinginya selama proses

persalinannya nanti.

5. Persiapan dana

Mempersiapkan suatu rencana persalinan merupakan hal yang penting,

termasuk rencana bila terjadi komplikasi, persiapannya adalah dana untuk

persalinan serta dana cadangan untuk kejadian komplikasi (Depkes RI, 2009).

Sehingga ibu beserta keluarganya dalam keadaan siap dana untuk bersalin serta

dana untuk cadangan apabila terjadi kegawatdaruratan baik berupa tabungan

pribadi maupun jaminan kesehatan ibu.

6. Persiapan transportasi

Transportasi perlu dipersiapkan untuk mencegah terjadinya

keterlambatan menuju tempat persalinan bila terjadi komplikasi persalinan.

Pemilihan jenis transportasi yang akan digunakan berdasarkan pertimbangan

jarak tempat bersalin dari rumah (Indiarti, 2007).

7. Persiapan calon donor darah

Persiapan donor darah perlu dilakukan oleh setiap ibu hamil karena setiap

saat proses persalinan yang fisiologis dapat menjadi patologis. Bila sewaktu-

waktu terjadi komplikasi maka sudah tersedia calon donor dengan golongan

darah yang sesuai untuk mendonorkan darahnya kepada ibu dan tidak terjadi

keterlambatan (Depkes RI, 2009).


8. Persiapan perlengkapan ibu dan bayi

Persiapan perlengkapan ibu dan bayi bertujuan untuk tetap menjaga

kenyamanan ibu dan bayi setelah proses persalinan. Ibu bersalin beserta

keluarganya tidak akan kebingungan atau berkemas-kemas lagi untuk mencari

perlengkapan ibu dan bayi yang harus segera dibawa ke tempat bersalin (Subakti

dan Anggarani, 2007). persiapan perlengkapan ibu dan bayi seperti baju ibu yang

longgar berisi kancing di depan, handuk, waslap, sabun, celana dalam, kain

panjang, peralatan mandi, perlengkapan rambut, serta bra khusus untuk menyusui

dan perlengkapan bayi seperti handuk, selimut tebal, penghalas kain, baju bayi,

popok, kaos kaki, sarung tangan, topi serta perawatan sehari-harinya, serta

seluruh perlengkapan sudah siap dipakai, dicuci dan disetrika untuk menjaga

kebersihannya.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TANDA-TANDA PERSALINAN

Pokok pembahasan : Tanda-tanda pesalinan

Sasaran : Ny. Y dan keluarga

Hari/tanggal : Rabu, 05 April 2023

Tempat : Rumah Ny.Y

Waktu : 30 menit

Penyaji : Sindi Khumaeida

A. Tujuan Instruksi Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit diharapkan

sasaran mengerti dan memahami tentang Tanda-tanda pesalinan.

B. Tujuan Insruksi Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan

sasaran akan dapat :

D. Menjelaskan mengenai tanda bahaya persalian

E. Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan

F. Menjelaskan proses melahirkan

C. Materi

1. Tanda bahaya persalian

2. Tanda-tanda persalinan

3. Proses melahirkan
D. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

E. Media

Liflet

F. Kegiatan penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ibu

1 Pembukaan - Pendahuluan - Menjawab salam

( 5 menit ) - Menyampaikan salam - Mendengarkan

- Perkenalan - Memberi respon

- Menjelaskan tujuan

- Kontak waktu

2 Inti (15 menit) - Mahasiswa menjelaskan : - Mendengarkan

a. Tanda bahaya persalian

b. Tanda-tanda persalinan

c. Proses melahirkan

3 Penutup - Penutup - Menanyakan yang

(10 menit) - Tanya jawab belum jelas

- Tes akhir - Aktif bersama

- Menyimpulkan hasil dari dalam

penyuluhan menyimpulkan

- Memberi salam penutup - Menjawab salam


Materi Penyuluhan

TANDA-TANDA PERSALINAN

A. Tanda Bahaya Pada Persalinan

1. Perdarahan lewat jalan lahir

2. Ibu mengalami kejang

3. Air ketuban hijau dan berbau

4. Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir

5. Ibu gelisah mengalami kesakitan yang hebat

6. Ibu tidak kuat mengejan

B. Tanda-Tanda Persalinan

1. Perut mules-mules yang teratur, timbulnya semakin sering dan semakin

lama

2. Keluar lendir bercampur darah

3. Jika muncul salah satu tanda diatas segera bawa ibu hamil ke fasilitas

kesehatan

C. Proses Melahirkan

1. Tanda-tanda akan bersalin didahului dengan mules teratur’ semakin lama

semakin kuat

2. Kehamilan pertama, biasanya bayi baru lahir setelah 12 jam sejak mules-

mules. Kehamilan kedua dan berikutnya biasanya bayi lahir cepat

dibandingkan anak pertama

3. Ibu berhak memilih didampingi atau tidak, dan berhak memilih siapa

pendampingnya
4. Ibu berhak memilih posisi persalinan yang diinginkan, diskusikan dengan

petugas posisi yang aman

5. Jika terasa ingin buang air besar, segera beritahu petugas

6. Untuk mengurangi rasa sakit ketika bersalin, tarik nafas melalui hidung

dan keluarkan lewat mulut

7. Segera setelah bayi baru lahir, dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD)

dengan cara kontak kulit antara bayi dan ibunya segera dalam waktu 1 jam

setelah kelahiran dan berlangsung selama 1 jam


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Asi Eksklusif

Pokok Bahasan : Asi Eksklusif

Sub Pokok Bahasan : Keuntungan asi ekslusif

Sasaran : Ny. Y

Hari/Tanggal : Kamis, 13 April 2023

Waktu : 10.00 WIB

Tempat : RSU Allam Medica

A. TUJUAN

1. Tujuan umum

Setelah mengikuti pendidikan kesehatan pada ibu diharapkan dapat menambah


pengetahuan tentangASI Eksklusif
2. Tujuan khusus

a. Ibu dapat mengerti pengertian dari ASI Eksklusif

b. Ibu dapat mengerti macam-macam ASI

c. Ibu dapat mengerti komposisi ASI

d. Ibu dapat mengerti keunggulan ASI

e. Ibu dapat mengerti keuntungan ASI

f. Ibu dapat mengerti upaya memperbanyak ASI

B. MATERI

1. Pengertian ASI Eksklusif

2. Macam-macam ASI

3. Komposisi ASI

4. Keunggulan ASI

5. Keuntungan ASI

6. Upaya-upaya memperbanyak ASI


C. METODE

1. Ceramah

2. Tanya jawab

D. MEDIA DAN ALAT

Leaflet

E. KEGIATAN PENYULUHAN

Kegiatan
No. Kegiatan Waktu Media
Penyuluhan Peserta
1. Pembukaan  Mengucapkan salam  Menjawab salam 3
 Memperkenalkan  Memperhatikan menit
diri
 memperhatikan
 Menjelaskan maksud
dan tujuan
2. Isi  menjelaskan tentang  memperhatikan dan 10 Leaflet
Asi Eksklusif mendengarkan menit
 meminta ibu untuk
mengulangi kembali
apa yang telah
 mengajukan
disampaikan
pertanyaan yang
 membuat
belum dimengerti
kesimpulan
 mengulangi
informasi yang telah
didapat
3. Penutup  menyampaikan  menjawab salam 2
salam penutup menit
F. EVALUASI

1. Ibu dapat penjelaskan kembali hal-hal yang telah diterapkan oleh penyuluh,
berupa :
a. Pengertian ASI Eksklusif
b. Macam-macam ASI
c. Komposisi ASI
d. Keunggulan ASI

e. Keuntungan ASI

f. Upaya-upaya memperbanyak ASI

2. Ibu mampu menjelaskan dengan jelas


3. Ibu mampu menjawab pertanyaan dengan benar dan jelas
4. Jenis pertanyaan
a. Apa pengertian dari tanda bahaya bayi baru lahir ?
b. Sebutkan macam-macam tanda bahaya bayi baru lahir ?
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian ASI Eksklusif

ASI adalah emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garam-garam

organis yang disekresi oleh kedua buah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan

utamaASI. ASI Eksklusif adalah bayi yang hanya di beri ASI saja selama 6 bulan

tanpa tambahan apapun seperti air gula, madu, air putih atau makanan tambahan

lainya. Kecuali obat.

B. Macam-macam ASI

Terdapat 3 jenis ASI, yaitu :

1. ASI kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama dikeluarkan oleh kelenjar payudara

pada hari pertama hingga hari ke 3 setelah persalinan, ASI kolostrum berwarna

kuning keemasan karena tingginya komposisi protein dan sel hidup.

2. ASI transisi

ASI transisi diproduksi pada hari ke 4 sampai hari ke 10 dengan komposisi yang

sedang berubah. Volume ASI semakin meningkat tetapi komposisi protein

semakin rendah, sedangkan lemak dan karbohidrat semakin tinggi.

3. ASI matang

ASI matang yaitu ASI yang keluar pada hari ke 10 hingga seterusnya. ASI

matang merupakan nutrisi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan

bayi sampai 6 bulan.

C. Komposisi ASI

ASI memiliki kandungan yang dibutuhkan oleh bayi seperti :

1. Protein
Mengandung asam amino esensial, taurin yang tinggi untuk kesehatan mata

2. Karbohidrat

3. Lemak

Lemak asi merupakan :

a. Sumber kalori

b. Sumber vitamin yang larut

c. Sumber asam lemak yang esensial

d. Mineral : ASI mengandung mineral yang lengkap sampai umur 6 bulan

4. Air

88 % dari ASI terdiri dari air yang berfungsi untuk meredakan rasa haus untuk

melarutkan zat-zat yang ada didalamnya.

5. Vitamin

Vitamin dalam ASI lengkap diantaranya vitamin A, D, C

6. Kalori

90% dari karbohidrat dan lemak. 10% dari protein.

D. Keunggulan ASI

ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena memiliki

keunggulan:

1. Memenuhi syarat yaitu mengandung semua zat gizi untuk membangun dan

menyediakan energi dalam susunan yang dibutuhkan

2. Tidak memberatkan fungsi saluran cerna dan ginjal

3. Memiliki zat anti infeksi dan antibody

4. Tidak akan pernah basi

5. Mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan saja dan dimana saja

6. Selalu aman dan bersih


E. Keuntungan ASI

1. Bagi bayi

a. Membantu bayi memulai kehidupan dengan baik

b. Kolostrum mengandung antibody yang kuat untuk mencegah infeksi

c. ASI mengandung campuran yang tepat berbagai bahan makanan untuk bayi

d. ASI mudah dicerna oleh bayi

e. ASI saja tanpa makanan tambahan adalah cara terbaik

f. Pemberian ASI disarankan sampai 1 tahun

2. Bagi ibu

a. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat rahim berkontraksi

dan cepat memperlambat perdarahan

b. Mempercepat penurunan berat badan

c. Ibu menyusui yang haidnya belum muncul kecik kemungkinan untuk hamil

kembali

d. Penting bagi ibu untuk mencurahkan kasih sayangnya kepada bayi

3. Bagi semua orang

a. ASI selalu bersih dan bebas hama yang menyebabkan infeksi

b. ASI selalu tersedia dan gratis

c. Tidak menuntut persiapan khusus

d. Tanpa memberi makanan tambahan kecil kemungkinan ibu menjadi halim

dalam 6 bulan pertama

F. Upaya-upaya memperbanyak ASI

ASI tidak mencukupi, biasanya disebabkan ibu/ bayi/ keduanya untuk

menambah kesediaan isi.

Hal-hal yang harus dilakukan ibu sebagai berikut :


1. Sarankan ibu untuk istirahat cukup

2. Pengaturan makanan yang baik

3. Perlu minum dalam jumlah lebih banyak kurang lebih 6 gelas dalam 1 hari akan

lebih bermanfaat bila ibu menyusui meminum cairan yang bergizi seperti susu,

air, kacang-kacangan, sari buah-buahan, air sayuran daun hijau.

4. Hindarilah makanan yang merangsang terlalu pedas, terlalu dingin, terlalu panas,

mengandung alkohol untuk menjaga alat-alat pencernaan.

5. Tidak disarankan untuk minum jamu setelah melahirkan

6. Tidak ada pantangan makanan untuk ibu menyusui

hal-hal yang harus dilakukan bayi :


1. Menyusui bayinya setiap 2 jam sekali
2. Bangunkan bayi jika sudah waktunya untuk disusui
3. Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman
4. Tidurkan bayi disamping ibu
5. Berikan hanya ASI pada bayi bukan makanan tambahan lainnya.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Body mekanik


Hari / Tanggal : Jum’at/ 17-03-2023
Tempat : PKM Kaliwadas
Sasaran : Ny. Y
Waktu : 15 menit

A. Tujuan Utama
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit diharapkan sasaran
mengetahui Pengetian body mekanik, manfaat body mekanik, macam-macam
gerakan body mekanik, langkah-langkah gerakan body mekanik.

B. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit diharapkan sasaran
mengerti tentang:
1. Pengetian body mekanik
2. Manfaat body mekanik
3. Macam-macam gerakan body mekanik
4. Langkah-langkah gerakan body mekanik

C. Metode
Metode yang digunakan adalah konseling (penjelasan & tanya jawab)

D. Media penyuluhan
1. Leflet
E. Kegiatan
No Fase Kegiatan Kegiatan hadirin
1 Pembukaan 1. Mengucapkan salam 2. Menjawab salam
(2 menit) 2. Menyampaikan tujuan 3. Mendengarkan
Penyuluhan
2 Penjelasan 2. Pengetian body mekanik Mendengarkan
(6 menit) 3. Manfaat body mekanik dengan seksama
4. Macam-macam gerakan
body mekanik
5. Langkah-langkah
gerakan body mekanik
3 Diskusi dan Memberi kesempatan a. Mengajukan
tanya jawab kepada klien untuk bertanya pertanyaan
(5 menit) jika terdapat hal-hal yang b. Mengemukakan
belum jelas pendapat
4 Penutup 1. Menanyakan hal yang G. Aktif bersama
(2 menit) belum jelas menyimpulkan
2. Menyimpulkan hasil H. Menjawab salam
penyuluhan
3. Memberikan salam
penutup
MATERI PENYULUHAN
BODY MEKANIK

A. Definisi body mekanik


Pengertian body mekanik pada ibu hamil yaitu suatu sikap tubuh yang
baik untuk menyesuaikan perubahan tubuh pada ibu hamil terutama tulang
punggung yang lordosis.

B. Manfaat body mekanik


Manfaat body mekanik yaitu untuk membentuk aktifitas sehari–hari yang
aman dan nyaman selama kehamilan, untuk menghindari keluhan sakit
punggung.

C. Macam-macam gerakan body mekanik


Macam macam gerakan body mekanik pada ibu hamil yaitu: cara berdiri
yang benar, posisi saat duduk, bangun dari posisi tidur, dan posisi mengangkat
beban.

D. Langkah-langkah body mekanik


a. Berdiri dengan menegakkan bahu dan mengangkat pantat. Tegak lurus dari
telinga sampai ketumit kaki.
b. Duduk dengan posisi punggung tegak. Atur dagu ibu dan tarik bagian atas
kepala seperti ketika ibu berdiri.
c. Bangun dari posisi tidur, geser dulu tubuh ibu ketepi tempat tidur, kemudian
tekuk lutut. Angkat tubuh ibu perlahan dengan kedua tangan, putar tubuh
lalu perlahan turunkan kaki ibu. Anjurkan ibu untuk diam dalam posisi
duduk beberapa saat sebelum berdiri
d. Posisi mengangkat beban. Terlebih dahulu menekuk lutut (hindari posisi
membungkuk), sebelah tangan berpegangan atau bertumpu dan gunakan
otot kaki untuk tegak kembali.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok bahasan : Tablet tambah darah


Sasaran : Ny. Y
Waktu : 10 menit
Penyuluh : Sindi Khumaeida

A. Tujuan umum
Memberikan pengetahuan dan pemahaman pada ibu hamil mengenai tablet
tambah darah
B. Tujuan khusus
1. Pengertian tambah tambah darah
2. Manfaat tablet tambah darah
3. Kebutuhan tablet tambah darah pada ibu hamil
C. Metode
konseling
D. Media
Leaflet dan buku KIA
E. Strategi penatalaksanaan
1. Pembukaan : 1 menit
2. Penyampaian materi : 6 menit
3. Evaluasi : 2 menit
4. Penutup : 1 menit
MATERI

A. Pengertian tablet tambah darah


Tablet tambah darah adalah suplemen yang mengandung zat besi. Zat besi adalah
mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin).
B. Manfaat tablet tambah darah
Tablet tambah darah selama kehamilan sangat penting karena dapat membantu
proses pembentukan sel darah sehingga dapat mencegah terjadinya anemia
atau penyakit kekurangan darah.
C. Kebutuhan atau dosis tablet tambah drah pada ibu hamil
Tablet tambah darah diberikan sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut
selama 90 hari selama kehamilan
D. Cara mengkonsumsi tablet tambah darah
Bila mengonsumsi tablet tambah darah sebaiknya dengan air putih karena jika
dengan teh, kopi, susu dapa menurunkan absorbs besi. Meminum tablet
tambah darah sebaiknya pada malah hari menjelang tidur atau 3 jam setelah
makan, karena dapat mengurangi rasa mual yang berlebihan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TANDA BAHAYA PADA BAYI BARU LAHIR

Pokok pembahasan : Tanda bahaya bayi baru lahir

Sasaran : Ny. Y dan keluarga

Hari/tanggal : jumat, 07 April 2023

Tempat : RSU Allam Medica Bumiayu

Waktu : 30 menit

Penyaji : Sindi Khumaeida

A. Tujuan Instruksi Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit diharapkan

sasaran mengerti dan memahami tentang tanda bahaya bayi baru lahir.

B. Tujuan Insruksi Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan

sasaran akan dapat :

1. Menjelaskan tanda bahaya bayi baru lahir

2. Menjelaskan pada ibu cara menjaga bayi tetap hangat

3. Menjelaskan cara merawat tali pusat

C. Materi

1. Menjelaskan tanda bahaya bayi baru lahir

2. Menjelaskan pada ibu cara menjaga bayi tetap hangat

3. Menjelaskan cara merawat tali pusat


D. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

E. Media

Liflet

F. Kegiatan penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ibu

1 Pembukaan - Pendahuluan - Menjawab salam

( 5 menit ) - Menyampaikan salam - Mendengarkan

- Perkenalan - Memberi respon

- Menjelaskan tujuan

- Kontak waktu

2 Inti (15 menit) - Mahasiswa menjelaskan : - Mendengarkan

a. Menjelaskan tanda bahaya

bayi baru lahir

b. Menjelaskan pada ibu cara

menjaga bayi tetap hangat

c. Menjelaskan cara merawat

tali pusat

3 Penutup - Penutup - Menanyakan yang

(10 menit) - Tanya jawab belum jelas

- Tes akhir - Aktif bersama

- Menyimpulkan hasil dari dalam


penyuluhan menyimpulkan

- Memberi salam penutup - Menjawab salam


Materi Penyuluhan

TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR

A. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

1. Tali pusat kemerahan sampai dinding perut berbau atau bernanah

2. Tinja bayi saat buang air besar berwarna pucat

3. Tidak mau menyusi

4. Kejang

5. Sesak nafsa

6. Menangis atau merintih terus menerus

7. Dingin

8. Lemah

9. Kulit dan mata bayi kuning

10. Muntah-muntah

11. Diare

12. Demam/panas tinggi

B. Cara Menjaga Bayi Tetap Hangat

2. Mandikan bayi dengan air hangat 6 jam setelah lahir dengan syarat kondisi

stabil

3. Beri pakaian dan selimut setiap saat

4. pakaikan topi, kaos kaki, kaos tangan jika dirasakan cuaca dingin

5. segera ganti baju dan popok jika basah

6. Lakukan perawatan metode kanguru jika berat kurang dari 2.500 gram

7. Usahan bayi berada dalam lingkungan udara sejuk


C. Cara Merawat Tali Pusat

1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah

memegang bayi

2. Jangan membersihkan apapun pada tali pusat

3. Rawat tali pusat terbuka dan kering

4. jika kotor, basah cuci dengan air bersih dan sabunlalu keringkan
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TANDA BAHAYA PADA IBU NIFAS

Pokok pembahasan : Tanda bahaya pada ibu nifas

Sasaran : Ny. Y dan keluarga

Hari/tanggal : selasa, 11 April 2023

Tempat : Rumah Ny. Y

Waktu : 30 menit

Penyaji : Sindi Khumaeida

A. Tujuan Instruksi Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit diharapkan

sasaran mengerti dan memahami tentang tanda bahaya pada ibu nifas.

B. Tujuan Insruksi Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan

sasaran akan dapat :

1. Menjelaskan pengertian masa nifas

2. Menjelaskan tanda bahaya masa nifas

3. Menjelaskan prawatan masa nifas

C. Materi

4. Pengertian masa nifas

5. Tanda bahaya masa nifas

6. Prawatan masa nifas


D. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

E. Media

Liflet

F. Kegiatan penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ibu

1 Pembukaan - Pendahuluan - Menjawab salam

( 5 menit ) - Menyampaikan salam - Mendengarkan

- Perkenalan - Memberi respon

- Menjelaskan tujuan

- Kontak waktu

2 Inti (15 menit) - Mahasiswa menjelaskan : - Mendengarkan

e. pengertian masa nifas

f. tanda bahaya masa nifas

g. prawatan masa nifas

3 Penutup - Penutup - Menanyakan yang

(10 menit) - Tanya jawab belum jelas

- Tes akhir - Aktif bersama

- Menyimpulkan hasil dari dalam

penyuluhan menyimpulkan

- Memberi salam penutup - Menjawab salam


Materi Penyuluhan

TANDA BAHAYA MASA NIFAS

A. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas adalah masa yang dilalui oleh setiap orang wanita setelah

melahirkan. Pada masa tersebut dapat terjadi komplikasi persalinan baik

secara langsung maupun tidal langsung. Masa nifas berlangsung sejal

plasenta lahir sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan atau 42 hari

setelah kelahiran. Cakupan pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu dan

neonatal pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari paska persalinan sesuai

standar (atik, 2020).

B. Tanda Bahaya Masa Nifas

g. Demam lebih dari 2 hari

h. Perdarahan lewat jalan lahir

i. Ibu terlihat sedih murung dan menangis tanpa sebab

j. Bengkak diwajah tangan dan kaki atau sakit kepala dan kejang-kejang

k. Keluar cairan berbau dari jalan lahir

l. Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit

C. Perawatan Ibu Nifas

1. Perawatan ibu nifas mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga

kesehatan minimal 4 kali kunjungan nifas :

a. 6 jam-2 hari setelah persalinan

b. 3-7 hari setelah persalinan

c. 8-28 hari setelah persalinan


d. 29-42 hari setelah persalinan

2. Perawatan ibu nifas meliputi :

a. Menanyakan kondisi ibu nifas secara umum

b. Pengukuran tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan

c. Pemeriksaan lokhea dan perdarahan

d. Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi

e. Pemeriksaan kontraksi rahim dan anjurkan pemberian ASI Ekslusif

f. Pemberian kapsul vitamin A (2 kapsul)

g. Pelayanan kontrasepsi pasca persalinan

h. Konseling

i. Tatalaksanan pada ibu nifas sakit atau ibu nifas dengan komplikasi
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KONSELING KELUARGA BERENCANA (KB)

Pokok pembahasan : Konseling Keluarga Berencana

Sasaran : Ny. Y dan keluarga

Hari/tanggal : Kamis, 13 April 2023

Tempat : RSU Allam Medica Bumiayu

Waktu : 30 menit

Penyaji : Sindi Khumaeida

A. Tujuan Instruksi Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit diharapkan

sasaran mengerti dan memahami tentang konseling Keluarga Berencana.

B. Tujuan Insruksi Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan

sasaran akan dapat :

1. Menjelaskan pengertian kontrasepsi

2. Menjelaskan tujuan kontasepsi

3. Menjelaskan jenis-jenis kontrasepsi

C. Materi

1. pengertian kontrasepsi

2. Tujuan kontrasepsi

3. Jenis-jenis kontrasepsi
D. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

E. Media

Liflet

F. Kegiatan penyuluhan

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ibu

1 Pembukaan - Pendahuluan - Menjawab salam

( 5 menit ) - Menyampaikan salam - Mendengarkan

- Perkenalan - Memberi respon

- Menjelaskan tujuan

- Kontak waktu

2 Inti (15 menit) - Mahasiswa menjelaskan : - Mendengarkan

6. Menjelaskan pengertian

kontrasepsi

7. Menjelaskan tujuan

kontrasepsi

8. Menjelaskan jenis-jenis

kontrasepsi

3 Penutup - Penutup - Menanyakan yang

(10 menit) - Tanya jawab belum jelas

- Tes akhir - Aktif bersama

- Menyimpulkan hasil dari dalam


penyuluhan menyimpulkan

- Memberi salam penutup - Menjawab salam


Materi Penyuluhan

KONSELING KELUARGA BERENCANA (KB)

A. Pengeertian Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah alat atau obat yang salah satunya upaya untuk

mencegah kehamilan atau tidak ingin menambah keturunan. Cara kerja

kontrasepsi yaitu mencegah ovulasi, mengentalkan lender serviks dan

membuat rongga inding rahim yang tidak siap menerima pembuahan dan

menghalangi bertemunya sel telur dengan sel sperma

B. Tujuan Menggunakan Kontrasepsi

Tujuan menggunakan kontrasepsi adalah mengatur pendewasaan

perkawinan, mengatur kehamilan dan kelahiran, memelihara kesehatan ibu

dan anak, dan peningkatan ketahanan, kesejahteraan keluarga

C. Jenis-Jenis Kontrasepsi

 Kontrasepsi Sederhanna

1) Kondom Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang

dipasang pada penis sebagai tempat penampungan sperma yang

dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga tidak tercurah pada

vagina. Cara kerja kondom yaitu mencegah pertemuan ovum dan

sperma

2) Coitus Interuptus Coitus interuptus atau senggama terputus adalah

menghentikan senggama dengan mencabut penis dari vagina pada saat

suami menjelang ejakulasi. Kelebihan dari cara ini adalah tidak


memerlukan alat/obat sehingga relatif sehat untuk digunakan wanita

dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, risiko kegagalan dari

metode ini cukup tinggi.KB Alami KB alami berdasarkan pada siklus

masa subur dan tidak masa subur, dasar utamanya yaitu saat terjadinya

ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada 3 cara, yaitu : metode

kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.

3) KB Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet

yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron (Pil

Kombinasi) atau hanya terdiri dari hormon progesteron saja (Mini Pil).

Cara kerja pil KB menekan ovulasi untuk mencegah lepasnya sel telur

wanita dari indung telur, mengentalkan lendir mulut rahim sehingga

sperma sukar untuk masuk kedalam rahim, dan menipiskan lapisan

endometrium.

 Metode jangka panjang

a. Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak

permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga

sampai lima tahun. Kontrasepsi implant ini memiliki cara kerja

menghambat terjadinya ovulasi, menyebabkan selaput lendir

endometrium tidak siap untuk menerima pembuahan (nidasi),

mengentalkan lendir dan menipiskan lapisan endometrium dengan

efektivitas

b. IUD (Intra Uterin Device) atau nama lain adalah AKDR (Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim) adalah suatu benda kecil yang terbuat dari
plastic yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung

hormon dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan

mempunyai benang .

c. Kontrasepsi metode operasi wanita (MOW) atau tubektomi atau juga

dapat disebut sterilisasi adalah tindakan penutupan terhadap kedua

saluran telur sehingga sel telur tidak dapat melewati saluran telur

sehingga sel telur tidak bertemu dengan sperma laki-laki sehingga

tidak terjadi kehamilan

d. Metode operasi pria yang dikenal dengan nama vasektomi merupakan

operasi kecil yang lebih ringan dari pada sunat/khitanan pada pria.

Bekas operasi hanya berupa satu luka di tengah atau luka kecil di

kanan kiri kantong zakar (kantung buah pelir) atau scrotum.


Buku KIA
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai