Anda di halaman 1dari 61

PERANCANGAN DAN PROSEDUR PENGGUNAAN

TRACER DI PUSKESMAS BATARAGURU


TAHUN 2022

MAULINA
NIM. PBB190006

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA


REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK BAUBAU
2022

i
PERANCANGAN DAN PROSEDUR PENGGUNAAN
TRACER DI PUSKESMAS BATARAGURU
TAHUN 2022

MAULINA

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
di Program Studi Diploma 3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
dan memperoleh gelar Ahli Madya Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA


REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK BAUBAU
2022

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Perancangan dan Prosedur Penggunaan Tracer di Puskesmas Bataraguru


Tahun 2022

Oleh:
MAULINA
PBB190006

Proposal penelitian ini diterima dan disetujui


untuk diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji
Program Studi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Jurusan Kesehatan Politeknik Baubau

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dian Budi Santoso, SKM., M.P.H. Asri Alkadri, ST., M.Si


NIDN. 0020118802 NIDN. 0925068702

Diketahui oleh

Direktur Ketua Program Studi


Politeknik Baubau D3 Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan

Asriadi, S.KM., M.Kes Niska Salsiani Sinta, SKM., M.Kes


NIDN. 09150338501 NIK. 199900626 2016 0002

HALAMAN PENGESAHAN

iii
Perancangan dan Prosedur Penggunaan Tracer di Puskesmas Bataraguru
Tahun 2022

Oleh:

MAULINA
PBB190006

Telah dipertahankan di Hadapan Tim Penguji pada

Hari/tanggal :
Waktu :
Tempat :

Telah diperbaiki dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Pembimbing

1. ………………………………………………( )

2. ………………………………………………( )

Mengetahui,
Program Studi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Politeknik Baubau
Direktur,

Asriadi, SKM., M.Kes


NIDN. 09150338501
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

iv
Yang bertanda tangan di bawa ini adalah mahasiswa Program Studi D3
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Jurusan Kesehatan Politeknik Baubau:

Nama : Maulina
NIM : PBB190006
Alamat : BTN Ceceria

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Perancangan dan Prosedur Penggunaan Tracer di Puskesmas Bataraguru Tahun
2022” ini adalah benar hasil karya saya sendiri dengan arahan dari komisi
pembimbing dan penguji, belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinga mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah
ini, dan telah saya nyatakan dengan mengikuti sisematika dan etika penulisan
karya ilmiah yang benar. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa seagian atau
seluruh dari KTI ini tidak asli/plagiat, maka Karya Tulis Ilmiah ini akan
dinyatakan batal dan gelar yang telah saya sandang bersedia untuk dicabut.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis ilmiah saya kepada
Politeknik Baubau.

Baubau, Juli 2022


Penulis,

Materai 10.000

Maulina
PBB190006

ABSTRAK

v
MAULINA. “Perancangan dan Prosedur Penggunaan Tracer di Puskesmas
Bataraguru Tahun 2022” (Dibimbing oleh Dian Budi Santoso dan Asri Alkadri)

Hilangnya berkas rekam medis pasien memiliki dampak yang sangat serius oleh
karena itu setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus memperhatikan sistem
penyimpan rekam medis nya mulai dari SOP yang dapat dijadikan acuan, SDM
yang berkualifikasi sesuai dengan bidangnya dan fasilitas yang memadai, seperti
salah satu diantaranya adalah dengan menerapkan tracer (penunjuk berkas keluar)
sebagai cara mudah untuk mengetahui kemana keluarnya berkas rekam medis .
Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang tracer dan prosedur
penggunanaanya di Puskesmas Bataraguru. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan rancangan studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah 1
orang kepala Ruangan Rekam Medis dan 2 orang Staff rekam medis. Objek dalam
penelitian ini adalah ruang penyimpanan unit rekam medis Puskesmas Bataraguru.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan cara wawancara, observasi
dan studi dokumentasi. Rancangan tracer dalam penelitian ini terdiri dari dua
alternative yakni yang pertama berukuran 27 x 10 cm, dengan warna kuning
menyala dan dua garis berwarna biru dan merah pada ujungnya yakni pada bagian
luar tracer. Bahan dasar tracer ini adalah Kertas Carton Board Yellow dengan
ketebalan 2,0 mm kemudian dilapisi kembali dengan kertas cover jilid buffalo 250
gr. Rancangan alternatif dua berukuran 21 x 33 cm dan tidak menggunakan
kantong plastik untuk menyimpan Bon Rekam Medis, melainkan langsung di
print/cetak begitu saja pada kertas cover jilid buffalo 250 gram. Warna dari tracer
ini adalah biru gelap dengan kotak kolom penulisan keterangan peminjaman
rekam medis berwarna putih. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah Puskesmas
Bataragru memilh untuk menggunakan rancangan tracer alernatif satu.

Kata kunci: Perancangan, tracer, prosedur

ABSTRACT

vi
MAULINA. “Design and Procedure for Using Tracer at Bataraguru Health Center
in 2022” (Supervised by Dian Budi Santoso and Asri Alkadri)

The loss of patient medical record files has a very serious impact, therefore every
health care facility must pay attention to its medical record storage system starting
from SOPs that can be used as references, qualified human resources in
accordance with their fields and adequate facilities, such as by implementing
tracer (exit file pointer) as an easy way to find out where the medical record file
went. The purpose of this study was to design a tracer and the procedure for its
use at the Bataraguru Health Center. This type of research is a qualitative research
with a case study design. The subjects in this study were 1 head of the Medical
Record Room and 2 medical record staff. The object of this research is the storage
room for the medical record unit at the Bataraguru Health Center. Collecting data
in this study using interviews, observation and documentation studies. The tracer
design in this study consisted of two alternatives, the first measuring 27 x 10 cm,
with a bright yellow color and two blue and red lines at the ends, namely on the
outside of the tracer. The basic material for this tracer is Yellow Carton Board
Paper with a thickness of 2.0 mm then re-coated with 250 gr buffalo volume cover
paper. The second alternative design measures 21 x 33 cm and does not use a
plastic bag to store the Medical Record Certificate, but is printed directly on the
250 gram buffalo volume cover paper. The color of this tracer is dark blue with a
white box for writing a medical record loan information column. The conclusion
that can be drawn is that the Bataragru Health Center chose to use an alternative
tracer design.

Keywords: Design, tracer, procedure

KATA PENGANTAR

vii
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah yang berjudul “Perancangan dan Prosedur Penggunaan Tracer di
Puskesmas Bataraguru Tahun 2022”. Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Jurusan Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan.

Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih


dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada semua pihak yang telah memberi
bantuan dan dorongan sehingga selesainya karya tulis ini. Terutama kepada :

1. Bapak Muhammad Risal Tawil, SKM., M.Kes selaku Ketua Yayasan


Kesehatan Nasional.
2. Bapak Asriadi, SKM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Baubau.
3. Bapak Dr. Ruslan Salifu, S.KM., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Politeknik Baubau.
4. Ibu Niska Salsiani Sinta, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi DIII
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Politeknik Baubau.
5. Bapak Dian Budi Santoso, SKM., M.P.H selaku pembimbing I yang dalam
sela-sela kesibukannya dengan tulus ikhlas meluangkan waktu dan pikirannya
dalam memberikan masukan-masukan, bimbingan, nasehat, dorongan dan
semangat sehingga KTI ini dapat terselesaikan.
6. Bapak Asri Alkadri, ST., M.Si selaku pembimbing II yang saya hormati
dengan rendah hati telah menyediakan waktu dan pikiran untuk membimbing
saya dalam penyusunan KTI ini.
7. Bapak Dr. Nur Rochman, S.Si M.Kom selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan kritikan yang membangun dalam penulisan karya tulis
ilmiah ini.
8. Para tenaga pendidik dan kependidikan pada umumnya dan dosen dosen
rekam medis pada khususnya yang telah banyak membantu dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.

viii
9. Para responden yang telah menyediakan waktunya dalam membantu
kelancaran penelitian.
10. Teristimewa ucapan terima kasih kepada kedua Orang tua serta saudara-
saudaraku yang tak henti-hentinya memberikan dukungan moral, materil dan
spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Pihak lain yang tidak bisa disebut satu persatu atas bantuannya secara
langsung maupun tidak langsung sehingga penelitian ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Akhir kata penulis mengarapkan adanya koreksi serta saran-saran dari semua
pihak yang sifatnya membangun guna perbaikan kearah yang benar dan sempurna
pada masa yang akan datang. Semoga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini berguna
dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Allahumma Shalli’ala Sayyidina
Muhammad Wa’ala Ali Sayyidina Muhammad.

Baubau, 2022

MAULINA

DAFTAR ISI

ix
Hal.
Halaman Sampul Depan......................................................................................i
Halaman Judul Karya Tulis Ilmiah.....................................................................ii
Halaman Persetujuan Karya Tulis Ilmiah...........................................................iii
Halaman Pengesahan..........................................................................................iv
Halaman Pernyataan Keaslian Penelitian............................................................v
Abstrak................................................................................................................vii
Abstract...............................................................................................................vii
Kata Pengantar....................................................................................................viii
Daftar Isi..............................................................................................................x
Daftar Tabel........................................................................................................xii
Daftar Gambar.....................................................................................................xiii
Daftar Lambang dan Singkatan...........................................................................xiv
Daftar Lampiran..................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................3
C. Tujuan Penelitian................................................................................4
1. Tujuan Umum................................................................................4
2. Tujuan Khusus...............................................................................4
D. Manfaat Penelitian..............................................................................4
1. Manfaat Ilmiah...............................................................................4
2. Manfaat Institusi............................................................................4
3. Manfaat Praktis..............................................................................4
BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................5
A. Tinjuan Pustaka..................................................................................5
B. Kerangka Teori...................................................................................14
C. Kerangka konsep................................................................................15
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................16
A. Jenis dan Rancangan Penelitian..........................................................16
B. Subjek dan Objek Penelitian...............................................................16
C. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................17
D. Definisi Operasional...........................................................................17
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................18
F. Instrumen Penelitian ..........................................................................19
G. Analisis Data ......................................................................................20
H. Rencana Penelitian.............................................................................21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................22
A. Deskripsi Umum Tempat Penelitian...................................................22
B. Hasil Penelitian ..................................................................................27
C. Pembahasan........................................................................................39
BAB V PENUTUP.............................................................................................42
A. Kesimpulan.........................................................................................42
B. Saran ..................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................43
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1. Rencana Penelitian..................................................................................20


Tabel 2. Pembagian Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru.................................21
Tabel 3. Daftar SDM Puskesmas Bataraguru........................................................26

xi
DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 1. Kerangka Teori...................................................................................13


Gambar 2. Kerangka Konsep...............................................................................14
Gambar 3. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru.........................................22
Gambar 4. Tampak Depan Puskesmas Bataraguru...............................................23
Gambar 5. Struktur Organisasi Puskesmas Bataraguru.........................................24
Gambar 6. Tampak Depan Rancangan tracer Alternatif 1....................................30
Gambar 7. Tampak Belakang Rancangan tracer Alternatif 2...............................30
Gambar 8. Desain BON Peminjaman tracer Alternatif 1.....................................31
Gambar 9. Rancangan tracer Alternatif 2.............................................................33
Gambar 10. Penerapan Rancangan tracer Alternatif 1 di Rak Penyimpanan
Rekam Medis Puskesmas Bataraguru................................................33

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

xii
Lambang/Singkatan Arti dan Keterangan
dkk. dan kawan-kawan
Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan
RI Republik Indonesia
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
SDM Sumber Daya Manusia
SOP Standar Operasional Prosedur
SPO Standar Prosedur Operasional
UGD Unit Gawat Darurat
UU Undang Undang
% Persen
- Sampai
/ Atau
& Dan

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 01. Lembar Checklist Observasi...........................................................23


Lampiran 02. Pedoman Wawancara.....................................................................24

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Permenkes nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan

Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif

dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya. Selain itu Puskesmas juga perlu melakukan

pengelolaan rekam medis agar menghasilkan sebuah informasi yang

berkualitas dan bermutu bagi berkembangnya pembangunan kesehatan di

wilayah Kecamatannya.

Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang

identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain

kepada pasien pada fasilitas pelayanan kesehatan (Permenkes RI No. 55

Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis, 2013).

Rekam medis harus mencerminkan fakta tentang semua pelayanan terhadap

pasien. Pengelolaan rekam medis merupakan salah satu bentuk dari pelayanan

penunjang medis yang meliputi assembling, indexing, coding, analising, dan

filing. Salah satu sub unit rekam medis yang membantu terlaksananya sistem

rekam medis adalah sub unit filing (Penyimpanan). Pengelolaan sistem

penyimpanan yang tidak sesuai akan menyebabkan missfile karena

1
dipengaruhi oleh faktor sumber daya manusia, serta sarana dan prasarana yang

ada (Uma, 2016).

Simanjuntak dan Sirait (2018) mengartikan misfile adalah kesalahan

dalam penempatan dokumen rekam medis saat proses penyimpanan berkas

rekam medis atau tidak ditemukannya berkas rekam medis ditempat

penyimpanan saat dibutuhkan. Hal tersebut disbeabkan karena tidak adanya

tracer pada rak penyimpanan berkas rekam medis. Tracer merupakan

petunjuk keluar atau pengganti rekam medis yang akan keluar dari tempat

penyimpanan untuk tujuan apapun (IFHRO dalam Agustina, 2011). Dengan

tidak digunakannya tracer maka akan menyebabkan kendala dalam sistem

penyimpanan, diantaranya rekam medis sering terselip atau tidak pada

tempatnya dan hilang sehingga menyebabkan penghambatan dalam pelayanan

penyediaan rekam medis.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Afrika Selatan pada Tahun 2013

oleh Liezel Ennion dan Anthea Rhoda menjelaskan bahwa, menjaga kualitas

rekam medis yang baik adalah bagian penting namun sering diabaikan dari

beban kerja praktisi perawatan kesehatan. Di Afrika Selatan, menurut hukum,

semua fasilitas perawatan kesehatan diharuskan menyimpan rekam medis

selama minimal enam tahun setelah penghentian perawatan pasien. Dalam

survei arsip yang dicoba di komunitas pedesaan di Afrika Selatan, hanya 39%

dari rekam medis yang diminta ditemukan dari jumlah total empat rumah sakit

yang disurvei. Fenomena ini memiliki implikasi serius tidak hanya untuk

kualitas layanan kesehatan, tetapi juga kejadian cedera iatrogenik dan masa

2
depan karir praktisi kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa hilangnya berkas

rekam medis pasien memiliki dampak yang sangat serius oleh karena itu setiap

fasilitas pelayanan kesehatan harus memperhatikan sistem penyimpan rekam

medis nya mulai dari SOP yang dapat dijadikan acuan, SDM yang

berkualifikasi sesuai dengan bidangnya dan fasilitas yang memadai, seperti

salah satu diantaranya adalah dengan menerapkan tracer (penunjuk berkas

keluar) sebagai cara mudah untuk mengetahui kemana keluarnya berkas rekam

medis. Lebih lanjut dalam penelitian yang dilakukan oleh Asmono (2014),

bahwa dampak tidak menggunakan tracer di bagian penyimpanan berkas

rekam medis di Rumah Sakit Mata “Dr. Yap” Yogyakarta yaitu misfile dan

berkas rekam medis sulit terlacak. Selain itu, berdasarkan hasil penelitiannya

Mahendra (2011), saat petugas penyimpanan di UPT Puskesmas Wonosari 1

sebelum menggunakan tracer mengalami banyak kendala, antara lain: berkas

tidak ditemukan, banyak misfile. Setelah menggunakan tracer masalah-

masalah tersebut teratasi.

Berdasarkan survei awal di Puskesmas Bataraguru diketahui bahwa pada

Rak Penyimpanan rekam medis puskesmas tersebut pernah terjadi misfile

sehingga proses pelayanan kesehatan yang ada menjadi terhambat. Hal ini

disebabkan karena Puskesmas Bataraguru belum menggunakan tracer sebagai

penunjuk keluarnya berkas rekam medis untuk itu peneliti tertarik untuk

meneliti “Perancangan dan Prosedur Penggunaan Tracer di Puskesmas

Bataraguru”.

3
B. Rumusan Masalah

Bagaimana perancangan dan prosedur penggunaan tracer di Puskesmas

Bataraguru Tahun 2021?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Merancang tracer dan prosedur penggunanaanya di Puskesmas

Bataraguru.

2. Tujuan Khusus

a. Merancang tracer sesuai dengan kebutuhan di Puskesmas Bataraguru.

b. Menyusun standar prosedur operasional penggunaan tracer di

Puskesmas Bataraguru.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

a. Sebagai pertimbangan atau solusi untuk perancangan tracer

(outguide).

b. Sebagai bahan untuk meminimalisir terjadinya berkas rekam medis

terselip dan salah letak (misfile).

2. Manfaat Institusi

a. Sebagai bahan evaluasi institusi pendidikan dalam memberikan bahan

ajar kepada mahasiswa.

4
b. Sebagai salah satu cara untuk menciptakan hubungan kerjasama antara

institusi pendidikan dengan puskesmas.

3. Manfaat Praktis

a. Sebagai sarana latihan dan penerapan ilmu pengetahuan perkuliahan.

b. Meningkatkan kemampuan dalam perancangan dan prosedur

penggunaan tracer pada penyimpanan berkas rekam medis.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Umum tentang Rekam Medis

a. Pengertian Rekam Medis

Menurut Permenkes No. 269 Tahun 2008 Rekam medis adalah

berkas yang berisikan catatan dokumen tentang identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah

diberikan kepada pasien. Rekam medis merupakan keterangan baik

yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnese

penentuan fisik laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan

medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang

dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat

darurat.

Sesuai dengan penjelasan pasal 46 ayat (1) UU No. 29 tahun

2004 tentang praktik kedokteran disebutkan bahwa, yang dimaksud

“Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien” dan yang

6
dimaksud dengan “petugas” adalah dokter atau dokter gigi atau tenaga

kesehatan lain yang memberikan pelayanan kesehatan langsung

kepada pasien.

b. Peminjaman berkas rekam medis

Seseorang yang menerima atau meminjam rekam medis,

berkewajiban untuk mengembalikan dalam keadaan baik dan tepat

waktu. Harus dibuat ketentuan berapa lama jangka waktu satu rekam

medis diperbolehkan tidak berada dirak penyimpanan. Seharusnya

setiap rekam medis kembali lagi ke Ketentuan pokok yang harus

ditaati ditempat penyimpanan adalah (Depkes RI, 1997) antara lain

sebagai berikut :

1) Tidak satu pun rekam medis boleh keluar dari ruang rekam medis,

tanpa tanda atau kartu peminjaman. Peraturan ini tidak hanya

berlaku bagi orang-orang diluar ruang rekam medis, tetapi juga

bagi petugas-petugas rekam medis sendiri.

2) raknya pada setiap akhir hari kerja, sehingga dalam keadaan

darurat staf pelayanan kesehatan dapat mencari informasi yang

diperlukan.

3) Rekam medis tidak dibenarkan diambil dari rumah sakit, kecuali

atas perintah pengadilan.

7
4) Dokter-dokter atau pegawai pelayanan kesehatan yang

berkepentingan dapat meminjam rekam medis, untuk dibawa ke

ruang kerjanya selama jam kerja, tetapi semua rekam medis harus

harus dikembalikan ke ruang rekam medis pada akhir jam kerja.

5) Jika beberapa rekam medis akan digunakan selama beberapa hari,

rekam medis tersebut disimpan dalam tempat sementara diruang

rekam medis. Kemungkinan rekam medis dipergunakan oleh

beberapa orang perpindahan dari orang satu ke lain orang, harus

dilakukan dengan mengisi “kartu pindah tangan”, karena dengan

cara ini rekam medis tidak perlu bolak balik dikirim ke bagian

rekam medis. Untuk diletakkan sebagai petunjuk keluarnya rekam

medis. Kartu pindah tangan tersebut berisi : tanggal, pindah

tangan dari siapa, kepada siapa, untuk keperluan apa dan

digunakan oleh dokter siapa.

c. Pengambilan Kembali Rekam Medis (Retrieval)

Permintaan-permintaan rutin terhadap rekam medis yang datang

dari poliklinik, dari dokter yang melakukan riset, harus diajukan ke

bagian rekam medis, setiap hari pada jam yang telah ditentukan.

Poliklinik yang meminta rekam medis untuk melayani pasien

perjanjian yang datang pada hari tertentu bertugas membuat (mengisi)

“kartu permintaan”. Petugas harus menulis dengan benar dan jelas

nama penderita dan nomor rekam medisnya. Untuk permintaan-

permintaan langsung dari dokter dan bagian administrasi, suatu

8
permintaan dapat berisi langsung oleh petugas bagian rekam medis

sendiri.

Permintaan-permintaan rekam medis yang tidak rutin, seperti

untuk pertolongan gawat darurat, harus dipenuhi segera mungkin.

Permintaan lewat telpon dapat juga dilayani dan petugas bagian rekam

medis harus mengisi surat permintaan. Petugas dari bagian dapat

diambil dari laporan, penelitian atau sumber catatan medis (Hatta,

2009).

Petugas dari bagian lain yang meminta, harus datang sendiri

untuk mengambil berbentuk satu formulir yang berisi nama penderita

dan nomor rekam medisnya, nama poliklinik atau nama orang yang

meminta, tanggal rekam medis itu diperlukan (Depkes RI, 1997).

2. Tinjauan tentang Perancangan Tracer atau Outguide pada Unit


Penyimpanan Rekam Medis

Petunjuk keluar ini diletakkan sebagai pengganti pada tempat rekam

medis yang diambil dari rak penyimpanan (Depkes, 1997). Petunjuk keluar

ini tetap berada di rak penyimpanan sampai berkas rekam medis yang

dipinjam dikembalikan dan disimpan kembali (Huffman, 1994).

Petunjuk keluar merupakan sarana penting dalam mengontrol

penggunaan rekam medis. Biasanya digunakan untuk menggantikan rekam

medis yang keluar dari penyimpanan. Petunjuk keluar ini tetap berada di

penyimpanan sampai rekam medis yang dipinjam dikembalikan dan

disimpan kembali. Petunjuk keluar yang baik dilengkapi dengan kantong

untuk menyimpan lembar lepas atau bon peminjaman. Petunjuk keluar

9
berwarna sangat membantu petugas dalam menandai lokasi yang benar

untuk penyimpanan kembali rekam medis. Petunjuk keluar dengan kantong

plastik dapat digunakan untuk menjaga bon peminjaman agar tidak hilang

atau mengetahui keterlambatan laporan sampai rekam medis dikembalikan

ke penyimpanan. Karena petunjuk keluar digunakan berulang-ulang, maka

bahan yang kuat merupakan hal yang penting (Huffman, 1994).

Tracer atau outguide umumnya terbuat dari karton atau plastik tebal yang

awet, tidak mudah kusut atau robek dengan warna terang, dilengkapi dengan

kantong plastik tebal berfungsi untuk meletakkan bon peminjaman rekam

medis, sedangkan bon peminjaman dicatat di kertas tebal dan dicantumkan

nomor rekam medis, nama pasien, tanggal peminjaman, nama peminjam,

keperluan peminjaman, petugas yang meminjamkan. serta tanda tangan

petugas yang meminjamkan dan peminjam. Setelah lembaran bon

peminjaman di atas dicatat di dalam kertas, kemudian diselipkan di kantung

plastik tracer atau outguide agar tidak tercecer.

Menurut WHO (2002) ukuran tracer atau outguide biasanya

ukurannya sama atau sedikit lebih besar dari berkas rekam medis,

sedangkan ukuran dokumen rekam medis umumnya memiliki panjang 37,5

cm dan lebar 26 cm. Menurut International Federation Health

Organization (IFHRO), petunjuk keluar yaitu pengganti rekam medis yang

akan dikeluarkan dari penyimpanan untuk tujuan apapun. Harus terbuat dari

bahan yang kuat dan berwarna. Ada berbagai jenis petunjuk keluar yang

tersedia. Beberapa termasuk kantong untuk menyimpan permintaan slip dan

10
laporan. Menunjukkan dimana rekam medis ketika tidak ada dalam

penyimpanan. Petunjuk keluar juga meningkatkan efisien dan keakuratan

dalam peminjaman dengan menunjukkan dimana sebuah rekam medis untuk

disimpan saat kembali. Ketika penyimpanan kembali, slip permintaan akan

dihapus dan tersedia, kosong dari slip peminjaman pada catatan.

Menurut (WHO, 2002) jenis petunjuk keluar atau tracer yang baik

adalah dalam bentuk kartu, biasanya ukurannya sama atau sedikit lebih

besar dari rekam medis, dan harus tercantum :

1) Nama pasien.

2) Nomor rekam medis.

3) Tujuan rekam medis atau peminjam.

4) Tanggal keluar.

Petunjuk keluar (Outguide/tracer) adalah folder plastik yang

digunakan ditempat rekam medis ketika rekam medis telah

dipindahkan dari penyimpanan. Hal ini dapat dianggap sebagai

pengganti. Petunjuk keluar biasanya terdiri dari dua petunjuk kantong

terpisah, satu untuk menyimpan slip permintaan dan satu lagi untuk

menyimpan lembar-lembaran yang akan disimpan dalam rekam medis

yang menumpuk saat pencatatan di luar penyimpanan (Abdelhak,

2001).

3. Tinjauan tentang SOP (Standar operasional prosedur)

a. Pengertian SOP

11
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu perangkat

atau instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan

proses kerja rutin tertentu dengan memberikan langkah yang benar dan

terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai

kegiatan dan fungsi pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi

(Undang-Undang RI No. 36 Tenaga Kesehatan tahun 2014).

Dalam Permenkes RI No. 1438 Tahun 2010 tentang Standar

Pelayanan Kedokteran dijelaskan bahwa SPO harus dijadikan panduan

bagi seluruh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan Standar Operasional Prosedur

(SOP) dikatakan baik jika semua yang tertulis di dalamnya dapat dibaca

dan dimengerti oleh setiap orang yang menggunakannya. Oleh sebab itu

SOP harus disusun secara jelas dan rinci.

Salah satu prinsip dalam pembuatan Standar Operasional

Prosedur adalah mudah dimengerti dan jelas. Di dalam SOP juga harus

tertulis perincian suatu kegiatan. Selain itu, Standar Operasional

Prosedur (SOP) harus sering diperbaharui. Hal ini dijelaskan dalam

Permendagri No. 52 Tahun 2011, SPO harus diitinjau kembali dan

diperbaharui sekurangnya 2 (dua) tahun sekali sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran atau

kedokteran gigi.

Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun

2009 tentang Rumah Sakit pasal 13 ayat 3 menjelaskan bahwa standar

12
operasional prosedur adalah suatu perangkat instruksi atau langkah-

langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan proses kerja tertentu

dengan mengetahui setiap unit / petugas yang terlibat dalam suatu

proses kegiatan tersebut.

b. Tujuan SOP

Tujuan disusunnya Pedoman Penyusunan SOP ini adalah

memberikan pedoman bagi lingkungan unit kerja dalam

mengidentifikasi, merumuskan, menyusun, mengembangkan,

memonitor, dan mengevaluasi SOP sesuai dengan tugas dan fungsi

masing-masing. Dengan adanya SOP diharapkan memberikan manfaat

(Depkumham, 2012) antara lain:

1) Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam

menyelesaikan pekerjaan sehingga memberikan kepastian dan

keseragaman dalam proses pelaksanaan suatu tugas.

2) Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin

dilakukan pegawai dalam melaksanakan tugas.

3) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab individu dan organisasi secara keseluruhan.

4) Membantu pegawai menjadi lebih mandiri.

5) Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas.

6) Menciptakan ukuran standar kinerja yang merupakan cara konkrit

untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi kegiatan

yang telah dilakukan.

13
7) Menjamin konsistensi pelayanan baik dari sisi kualitas, waktu, dan

prosedur.

8) Sebagai instrumen yang dapat melindungi pegawai dari

kemungkinan tuntutan hukum karena tuduhan melakukan

penyimpangan.

9) Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas.

10) Membantu penelusuran terhadap kesalahan prosedural dalam

memberikan pelayanan.

11) Meningkatkan daya guna dan hasil guna secara berkelanjutan

dalam melaksanakan pelayanan di bidang hukum dan hak asasi

manusia dan tugas umum pemerintahan.

12) Memberikan kejelasan dan transparansi kepada pihak-pihak terkait

mengenai hak dan kewajibannya dalam suatu uraian prosedur.

13) Menekan angka korupsi, kolusi dan nepotisme.

B. Kerangka Teori

Berikut adalah kerangka teori berdasarkan hasil modifikasi dari teori

Budi (2011).

Perancangan Tracer atau


Outguide Rekam Medis

Pengelolaan Rekam Medis Sistem Penyimpanan


(Proses Retrieval) Rekam Medis

SOP Penggunaan Tracer


Rekam Medis

14
Gambar 1.
Kerangka Teori
Berdasarkan Modifikasi Teori Budi (2011)

C. Kerangka Konsep

Pengambilan Kembali
Rekam Medis

Perancangan Tracer Perancangan SOP Tracer

Gambar 2
Kerangka Konsep

15
BAB III

METODE PERANCANGAN

A. Jenis dan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data

bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

pada generalisasi. Rancangan penelitian ini adalah studi kasus. Menurut

Nawawi (2003), data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang

bersangkutan, dengan kata lain data dalam studi ini dikumpulkan dari

berbagai sumber. Rancangan studi kasus dalam penelitian adalah perancangan

dan prosedur penggunaan tracer pada ruang filing di Puskesmas Bataraguru.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

16
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah:

a. Kepala Ruangan Rekam Medis 1 Orang.

b. Staff rekam medis 2 Orang.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah ruang penyimpanan unit rekam

medis Puskesmas Bataraguru.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di bagian ruangan filing Rekam Medis

Puskesmas Bataraguru.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2022.

D. Definisi Operasional

1. Pengambilan Kembali Rekam Medis

Pengambilan kembali Rekam Medis yang dimaksud di sini adalah

permintaan berkas rekam dari ruang penyimpanan untuk digunakan oleh

petugas kesehatan terkait pada ruang perawatan di Puskesmas Bataraguru

2. Perancangan Tracer

17
Perancangan tracer yang dimaksud di sini adalah rencana pembuatan

sketsa petunjuk keluar rekam medis yang digunakan untuk mengetahui

lokasi berkas rekam medis jika tidak terdapat pada rak/lemari

penyimpanan.

3. Perancangan SOP Tracer

Perancangan SOP tracer yang dimaksud disini adalah pembuatan

prosedur atau langkah-langkah penggunaan tracer sebagai bentuk tindak

lanjut dari perancangan tracer yang oleh Puskesmas Bataraguru ke

depannya dapat dijadikan referensi.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang

menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subjek atau

responden (Riyanto, 2010). Wawancara pada penelitian ini dilakukan

kepada 2 orang petugas rekam medis dengan triangulasi sumbernya

seorang kepala ruangan rekam medis.

2. Observasi

Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan

pengamatan langsung adalah merupakan teknik pengumpulan data, dimana

peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk

melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduan, 2004). Observasi

pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati pengambilan dan

18
pengembalian kembali berkas rekam medis dari ruang filing, latar

belakang pendidikan staff rekam medis di ruang filing, tingkat kebutuhan

petugas rekam medis terhadap penggunaan tracer dan regulasi yang

ditetapkan oleh puskesmas dalam penggunaan tracer.

3. Studi Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2012) dalam Burhanuddin (2013),

mengemukakan pendapatnya mengenai dokumen, dokumen merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumentasi

dalam penelitian ini meliputi tracer yang dirancang oleh puskesmas (jika

ada), regulasi yang ditetapkan oleh puskesmas terkait rencana penggunaan

tracer dan dokumen dokumen yang di dalamnya menyertakan anggaran

yang direncanakan untuk pembuatan tracer rancangan puskesmas.

F. Instrumen Penelitian

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

oleh peneliti kepada responden guna menemukan data real dari lapangan

yang diharapkan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang

ditemukan oleh peneliti saat melakukan pengambilan data awal. Meskipun

demikian, pedoman wawancara dapat direvisi setelah melakukan

wawancara karena ide yang baru muncul. Adapun pedoman wawancara

19
yang digunakan oleh peneliti disesuaikan dengan kejanggalan yang ada

kaitannya dengan pedoman observasi.

2. Checklist Lembar Observasi

Lembar observasi adalah alat yang digunakan untuk membantu

peneliti dalam memfokuskan perhatian terhadap suatu objek yang diamati.

Lembar observasi ini ditujukan untuk mengetahui apakah pada Puskesmas

Bataraguru telah terdapat petugas RM dengan kualifikasi rekam medis,

apakah terjadi misfile di bagian filing, apakah tracer di bagian filing

diperlukan, apakah sudah ada rancangan tracer yang dimiliki puskesmas,

apakah perancangan tracer telah masuk anggaran tahun 2022 dan apakah

sudah ada kebijakan/ pedoman/ Surat Keputusan Kepala Puskesmas/ SOP

terkait penggunaan tracer.

3. Alat Rekam Suara

Alat perekam suara dalam penelitian ini menggunakan handphone

yakni untuk menyimpan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti.

G. Analisis Data

Pada tahap ini, data yang diperlukan melalui penelitian diolah sesuai

susunan kebutuhan penelitian dari informasi yang telah dikumpulkan. Setelah

itu, dilakukan analisis data untuk mencari kebenaran dalam menjawab fokus

masalah.

1. Reduksi Data

20
Reduksi data dalam Sugiyono (2012), berarti merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya. Sehingga data yang telah dirangkum akan memberikan

gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data.

2. Penyajian Data

Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya dalam analisis

data ini adalah display data atau penyajian data. Dalam Sugiyono (2012),

menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data

dalam penelitian kualitatf adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan

penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi

dan dapat merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti kuat yang mendukung ditahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel

(Sugiyono, 2012).

H. Jalannya Penelitian
Tabel 1.
Rencana Penelitian

21
Januari Februari Maret April Mei
No. Jenis Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penentuan Topik
Penelitian
2. Studi
Pendahuluan
3. Pembuatan
Proposal
4. Seminar
Proposal
5. Melakukan
Wawancara,
Observasi, studi
dokumentasi
6. Pengolahan Data
7. Finalisasi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Tempat Penelitian

Berdasarkan Profil Puskesmas Bataraguru diketahui bahwa Puskesmas

berlokasi di Jl. M.H Thamrin, Kel. Bataraguru Kec. Wolio kota Baubau

Sulawesi Tenggara. Luas Wilayah kerja Puskesmas Bataraguru adalah 54 ha,

dengan batas-batas administrasi sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Berbatasan Dengan Selat Buton

2. Sebelah Timur : Berbatasan Dengan Kelurahan Wangkanapi

3. Sebelah Selatan : Berbatasan Dengan Kelurahan Batulo

4. Sebelah Barat : Berbatasan Dengan Kelurahan Tomba

Wilayah kerja Puskesmas Bataraguru terdiri atas 3 kelurahan yaitu:

Tabel 2

22
Pembagian Wilayah Kerja
Puskesmas Bataraguru
Tahun 2021
Nama Wilayah Ukuran Wilayah

Kelurahan Bataraguru 21km


KelurahanTomba
19km
Kelurahan Wale
0,2km
Sumber: Profil Puskesmas Bataraguru 2021

Wilayah kerja puskesmas Bataraguru meliputi daerah perkotaan yang

merupakan pusat perdagangan dengan sarana transportasi yang mudah

dijangkau. Puskesmas Bataguru melakukan upaya kesehatan yang bersifat

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitave dalam mewujudkan ketiga fungsi

pokok pelayanan. Untuk meningkatkan kinerja Puskesmas Bataraguru telah

ditetapkan visi dan misi untuk mendukung rencana strategis Depkes.

1. Visi

Tempat pelayanan bermutu dan professional

2. Misi

a. Memberikan pelayanan yang bermutu secara efektif dan efisien

b. Membina masyarakat untuk hidup sehat

c. Meningkatkan SDM, sarana dan prasarana Puskesmas

d. Memotivasi masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat

e. Membantu sistem informasi dan manajemen puskesmas

23
Gambar 3
Peta wilayah kerja puskesmas Bataraguru

Gambar 4
Tampak depan puskesmas Bataraguru

3. Organisasi dan Manajemen

Puskesmas Bataraguru dipimpin oleh seorang kepala puskesmas yakni

Ajaluddin, Amk. Dalam pelaksanaannya, pimpinan puskesmas dibantu

24
oleh unit tata usaha yang bertanggung jawab dalam pengolahan data dan

informasi, perencanaan dan penilaian, keuangan, serta pengolahan umum

dan kepegawaian. Lebih lengkapnya struktur organisasi puskesmas

Bataraguru dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5
Struktur Organisasi puskesmas Bataraguru

4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas kesehatan di wilayah kerja puskesmas Bataraguru terdiri atas

satu puskesmas dan 14 posyandu yang tersebar di tiga kelurahan

diantaranya kelurahan Bataraguru, tomba, wale. Puskesmas Bataraguru

25
berlokasi di Jl. M.H. Thamrin, Kel. Bataraguru, Kec. Wolio, Kota Baubau,

Sulawesi Tenggara, terbagi atas ruang rawat jalan, dengan luas bangunan

470m.

a. Ruang Rawat Jalan

1) Ruang Kepala Puskesmas

2) Ruang Tata Usaha

3) Ruang Rekam Medis

4) Rung Poli Umum

5) Ruang Poli Gigi & Mulut

6) Ruang Tindakan

7) Ruang Persalinan

8) Ruang KIA/KB

9) Ruang Konseling

10) Ruang Pojok Asi

11) Ruang Apotik dan Ruang Gudang Obat

12) Ruang Program UKM

13) Ruang Pertemuan

14) Gudang

15) Kamar Mandi/ wc 2

b. Tiga Unit Poskedes

1) Poskedes kenangan berlokasi diwilyah kelurahan tomba

2) Poskedes Bataraguru berlokasi dikantor kelurahan batarguru

3) Poskedes wale berlokasi dikantor kelurahan wale

26
c. Empat Belas Posyandu

1) Sembilan posyandu di kelurahan Bataraguru (kaliwu-liu, longaria,

kuala, rawa, pemadam, delta, tanah kuning, liwanda, manggopa)

2) Tiga posyandu di kelurahan tomba (lapas, mekar, kenangan).

3) Dua posyandu dikelurahan (adipura dan kamali)

5. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang tersedia di puskesmas Bataraguru adalah

sebagai berikut:

Tabel 3
Daftar SDM Puskesmas Bataraguru 2021

No Sumber Daya Manusia di Puskesmas Bataraguru L P Total (L+P)


1 Dokter Umum 0 1 1
2 Dokter Gigi 0 1 1
3 Bidan 0 5 5
4 Perawat 0 9 9
5 Tenaga Penunjang Pendukung Pejabat Struktural 0 2 2
Kesehatan
6 Tenaga Dukungan Manajemen 0 3 3
7 Tenaga Kefarmasian 0 1 1
8 Tenaga Kesehatan Masyarakat 0 2 2
9 Tenaga Kesehatan Lingkungan 0 4 4
10 Tenaga Ahli Laboratorium Medik 0 1 1
11 Tenaga Gizi 0 3 3
Sumber: Profil Puskesmas Bataraguru 2021

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diketahui dibutuhkannya

tracer sebagai penunjuk berkas rekam medis keluar agar dapat mengurangi

resiko terjadinya kehilangan berkas rekam medis

27
1. Alur Perancangan Tracer

Tahapan dalam pembuatan tracer ini adalah pertama, membuat desain

tracer dengan menggunkan Software Komputer yakni Microsoft Office

Word 2019 lalu kedua, menentukan kombinasi warna kemudian ketiga,

menentukan bentuk & ukuran dan keempat menentukan bahan.

a. Analisis Kebutuhan

Rancangan tracer saat ini dibuat dalam dua alternatif dengan bahan

yang kuat dan jenis yang berbeda-beda. Adapun warna, bentuk,

ukuran dan bahannya adalah sebagai berikut:

1) Warna

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan petugas

rekam medis non PMIK di Puskesmas Bataraguru mengenai

penggunaan warna pada rancangan tracer ini adalah sebaiknya

warna yang digunakan warna mencolok agar tampak jelas jika

berada diantara map-map rekam medis yang ada, karena setiap

Kelurahan yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas

Bataraguru memiliki warna map rekam medis yang berbeda-beda,

hal ini sebagaimana pernyataan petugas rekam medis non-PMIK

berikut ini:

“Jadikan di sini sudah ditetapkan untuk warna map rekam


medisnya, yakni merah, biru dan hijau jadi, sebaiknya untuk
warna dari rancangan tracer ini bisa tampak lebih mencolok
supaya jelas dilihat”
(Responden A)
Pernyataan tersebut juga didukung oleh petugas rekam medis

dengan kompetensi PMIK bahwa warna dari tracer yang sedang

28
dirancang ini sebaiknya berwarna terang dan tidak menyatu dengan

warna map rekam medis yang ada, yaitu sebagai berikut:

“yaa, harus warna terang selain dari 3 warna map yang ada itu”
(Responden B)
Penggunaan warna yang kontras pada tracer ini adalah

merupakan elemen utama dalam pembuatan tracer karena dapat

mempengaruhi fungsi tracer sebagai petunjuk keluar rekam medis.

OBSERVASI YA TIDAK KET.


Terdapat warna pada Map Rekam Medis  (Biru, Kuning dan Hijau)

2) Bentuk & Ukuran

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas rekam medis

dengan kompetensi non-PMIK diketahui bahwa ukuran yang

sebaiknya digunalam rancangan tracer ini adalah harus bisa

menyesuaikan dengan ukuran map rekam medis yang

menggunakan ukuran Kertas F4 yaitu sebagai berikut:

“bagaimanapun bentuk atau ukurannya yang penting kalau


diletakkan diantara map rekam medis da tidak tenggelam di
dalam map/folder”
(Responden A)
Pernyataan tersebut juga didukung oleh petugas rekam medis

dengan kompetensi PMIK bahwa ukuran yang sebaiknya

digunakan adalah persegi panjang dengan ukuran yang melebihi

map/folder rekam medis, yaitu sebagai berikut:

“sebaiknya ukurannya persegi panjang portait atau lanscape


dengan ukuran yang harus melebihi panjang/lebar map rekam
medis supaya tampak mecolok sehungga gampang untuk
ditemukan”

29
(Responden B)
Maksud dari pernyataan kedua petugas di atas adalah ukuran

tracer yang sebaiknya digunakan dalam rancangan ini adalah harus

lebih besar dari map rekam medis seingga jika diletakkan di antara

map rekam medis tracer tersebut tidak akan tenggelam ke dalam

folder dan akan tampak lebih jelas.

OBSERVASI YA TIDAK KET.


Ukuran Map Rekam Medis dapat dijadikan acuan  (Berapa X
dalam Pembuatan Tracer Berapa)

3) Bahan

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas rekam medis

dengan kompetensi non-PMIK diketahui bahwa bahan yang

sebaiknya digunakan dalam rancangan tracer ini adalah bahan yang

kuat serta ringan agar tidak mudah rusak dan gampang digunakan,

yaitu sebagai berikut:

“bahannya itu harus kuat dan ringan supaya kalau digunakan


kita rasa nyaman”
(Responden A)
Pernyataan tersebut juga didukung oleh petugas rekam medis

dengan kompetensi PMIK bahwa bahan yang sebaiknya digunakan

adalah bahan yang memiliki dampak efektif-efisien yaitu sebagai

berikut:

“yang jelas bahannya itu mudah didapat serta ramah anggaran”


(Responden B)

30
Maksud dari pernyataan kedua petugas di atas adalah bahan

yang sebaiknya digunakan dalam rancangan ini adalah bahan yang

kuat serta dapat diperoleh dengan mudah yakni bisa dibuat sendiri

atau dipesan dipercetakan di daerah (tidak pesan online), selain itu

bahanya juga harus aman dari bahaya kerusakan seperti terbakar,

basah, dan kerusakan lainnya.

OBSERVASI YA TIDAK KET.


Bahan Map Rekam Medis tahan terhadap (Bahan  (Bahan apa)
yang dirasa cocok oleh petugas RM untuk diterapkan
pada Tracer)

b. Alternatif Rancangan

Rancangan tracer ini dibuat dalam 2 alternatif dengan macam-

macam kelebihan dan kekurangan. Adapun 2 laternatif tracer tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Tracer Alternatif 1 27 cm

10 cm

KANTONG PLASTIK
10 cm

BERISI B0N KETERANGAN


7 cm

PEMINJAMAN REKAM
MEDIS
PUSKESMAS
BATARAGURU

Gambar 6.
Tampak Depan Tracer Alternatif 1

TRACER
SISIPKAN SEBAGAI PENGGANTI
31
BERKAS REKAM MEDIS KELUAR
Gambar 7.
Tampak Belakang Tracer Alternatif 1

BON PEMINJAMAN RM

No. RM : ........................................................
Nama KK : .........................................................
R. Peminjaman : .........................................................
Tgl. Pinjam : ................................ Jam: ................
Tgl. Kembali : ................................ Jam: ................
Nama Peminjam : ................................ Ttd: ..................
Keterangan : ..........................................................

Gambar 8
Desain BON Tracer Alternatif 1

Rancangan tracer (petunjuk keluar) alternatif 1 berbentuk

persegi panjang horizontal dengan ukuran yaitu panjang 27 cm dengan

lebar 10 cm dan terdapat kantong tracer untuk tempat bon

peminjaman rekam medis agar bon tersebut tidak mudah hilang atau

tercecer, kantong tersebut berbentuk persegi panjang dengan ukuran

panjang 10 cm dan lebar 7 cm. Warna dari tracer ini adalah kuning

menyala dengan dua garis berwarna biru dan merah pada ujungnya

yakni pada bagian luar tracer. Bahan dasar tracer ini adalah Kertas

Carton Board Yellow dengan ketebalan 2,0 mm kemudian dilapisi

kembali dengan kertas cover jilid buffalo 250 gr yang sudah didesain

sesuai rancangan tracer yang ada kemudian dilapisi plastik

laminating. Kelebihan dari tracer alternatif 1 ini adalah ukurannya

yang panjang akan menonjol saat diletakkan diantara map rekam

medis lainnya ketika map rekam medis akan dikeluarkan dari folder,

32
hal ini memudahkan petugas untuk mengambil kembali tracer tersebut

dan tidak akan membuat tracer tenggelam/masuk ke dalam kotak

folder.

Selain itu juga warnanya yang menonjol (kuning terang) akan

lebih membantu petugas rekam medis mengenali tracer tersebut

ketika berada di antara map rekam medis berwarna Biru, sedangkan

dua garis berwarna merah dan birunya berfungsi seagai tanda khusus

pada tracer ketika diletakkan diantara map rekam medis berwarna

Kuning atau Hijau. Tracer ini tidak mudah rusak bila terkena air

karena sudah terbungkus oleh plastik laminating dan bahannya yang

keras tidak akan memuat tracer ini mudah terlipat. Kekurangan dari

tracer ini adalah kemungkinan biaya yang dikeluarkan lebih besar

daripada Rancangan tracer alternatif 2 karena bahan-bahan yang

digunakan lebih banyak dan lebih rumit dibanding Rancangan tracer

alternatif 2. Adapun biaya yang digunakan untuk pembuatan tracer

alternativ 1 ini adalah; 1) Kertas Carton Board Yellow dengan

ketebalan 2,0 mm 1 lembar senilai Rp. 8.000,00, 2) Kertas cover jilid

Buffalo 250 gr 1 lembar senilai Rp. 7.500,00, 3) Kertas HVS 1 lembar

senilai Rp. 200,00 dan 3) Plastik Laminating senilai Rp. 3000,00,

33
(KOP) PUSKESMAS
BATARAGURU

33 cm
2) Tracer Alternatif 2

TRACER
REKAM MEDIS

SISIPKAN SEBAGAI PENGGANTI BERKAS REKAM MEDIS KELUAR

21 cm

34
Gambar 9
Rancangan Tracer Alternatif 2

Tracer Alternatif 2 ini dirancang berukuran sesuai dengan

ukuran map snalhecter yang digunakan oleh Puskesmas Bataraguru

sebagai Map Dokumen Rekam Medis. Map ini tidak menggunakan

kantong plastik untuk menyimpan Bon Rekam Medis, melainkan

langsung di print/cetak begitu saja pada kertas cover jilid buffalo 250

gram dan berisikan beberapa kolom untuk mengisi keterangan-

keterangan peminjaman rekam medis sebagaimana yang terlihat pada

gambar di atas. Warna dari tracer ini adalah biru gelap dengan kotak

kolom penulisan keterangan peminjaman rekam medis berwarna

putih.

Kelebihan tracer alternatif 2 ini adalah praktis alias tidak

menggunakan banyak bahan dan langsung bisa digunakan. Warna

yang digunakan pada tracer alternatif 2 ini adalah biru gelap (biru tua)

sehingga dapat memberikan perbedaan yang jelas ketika diletakkan

diantara dokumen rekam medis berwarna biru (biru muda/biru terang),

hal ini semakin didukung dengan kotak putih berisi kolom keterangan

peminjaman rekam medis, dengan begitu dapat memperjelas

perbedaan antara map rekam medis dengan lembar tracer ini. Warna

tracer ini juga akan memudahkan petugas ketika tracer ini berada

diantara map rekam medis warna kuning ataupun hijau.

35
Selain itu kelebihan dari tracer alternatif 2 ini adalah kolom

penulisan keterangan peminjaman tracer yang menyediakan lebih dari

satu keterangan peminjaman rekam medis yang artinya kita dapat

mengetahui history peminjaman rekam medis yang lain. Kekurangan

dari tracer ini adalah terdapat potensi kerusakan yang cukup besar

akibat kertas yang tidak sengaja terlipat dan terkena air atau masalah-

masalah teknis lainnya. Selain itu meskipun memiliki warna yang

jelas perbedaannya dengan warna map rekam medis di Puskesmas

Bataraguru tetap saja tracer alternatif 2 ini memiliki potensi terselip di

dalam berkas rekam medis karena ketipisannya. Adapun biaya

pembuatan tracer alternatif 2 ini adalah; 1) Kertas cover jilid Buffalo

250 gr 1 lembar senilai Rp. 7.500,00 dan 2) Plastik Laminating senilai

Rp. 3000,00.

c. Rancangan Terpilih

Setelah dilakukan perwujudan terhadap kedua rancangan tracer

tersebut, perancang kemudian melakukan wawancara kembali

terhadap para responden untuk memilih dan mengetahui tanggapan

mereka mengenai kedua alternatif rancangan tracer tersebut. Adapun

alternatife rancangan tracer yang terpilih adalah rancangan tracer

alternative 1 dengan tanpa koreksi ataupun masukkan apa-apa.

36
Gambar 10
Penerapan Rancangan Tracer Alternatif 1
di Rak Penyimpanan Rekam Medis Puskesmas Bungi

2. Rancangan Prosedur (SOP) Penggunaan Tracer

a. Analisis Kebutuhan

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas Puskesmas

Bataraguru diharapkan tracer ini dapat digunakan dengan mudah dan

bersifat praktis yaitu sebagai berikut:

“yah kalau bisa ketika tracer itu diaplikasikan di Puskesmas


prosedurnya itu bisa langsung dipahami dalam sekali-dua kali
baca dan praktik, bukan berkali-kali, supaya kemudian
penggunaan tracer itu tidak dianggap menyulitkan atau
memberatkan petugas”
(Responden A)
Sejalan dengan pernyataan petugas rekam medis non-PMIK di

atas hal yang sama juga disampaikan oleh petugas rekam medis

37
dengan kompetensi PMIK yaitu mengenai langkah-langkah

penggunaan tracer yaitu sebagai berikut:

“Mungkin supaya mudah dimengerti salah satu contoh langkah-


langkah penggunaan rancangan tracer ini adalah pertama,
mengisi bon peminjaman dan memasukkan ke dalam plastik
tracer, kemudian kedua ambil berkas rekam medis yang ingin
dipinjam, lalu letakkan tracer yang sudah diisi bon
peminjamannya ke tempat berkas rekam medis yang baru di
ambil”
(Responden B)
Lebih lanjut dalam wawancara yang dilakukan dengan petugas

rekam medis dengan kompetensi PMIK mengenai komponen apa saja

yang harus masuk dalam rancangan SOP adalah sebagai berikut:

“kemudian untuk format SOP kalau bisa nanti tolong


diperhatikan, di dalam SOP itu harus memuat kop atau kepala
SOP yang menjelaskan identitas Puskesmas, lalu menjelaskan
apa yang dimaksud dengan SOP beserta tujuannya, dasar hukum
pelaksanaanya,serta langkah-langkah penggunaanya dan unit
apa yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tracer
tersebut.”
(Responden B)
Maksud dari pernyataan kedua responden di atas adalah dalam

pengaplikasiannya diharapkan tracer ini bisa digunakan dengan

mudah sehinggga setiap petugas dapat menggunakan tracer ini dengan

baik, lalu SOP yang sedang dalam tahap perancangan harus memnuhi

elemen-elemen dasar penulisan SOP.

b. Draft SOP

Setelah melakukan perancangan prosedur penggunaan tracer,

kemudian perancang melakukan wawancara kepada para petugas

untuk meminta tanggapan dan masukkan mengenai rancangan SOP

38
tersebut, adapun draft SOP yang telah disepakati oleh para petugas

Puskesmas Bataraguru yaitu sebagai berikut:

PENGGUNAAN TRACER
No.
Dokumen LOGO
LOGO
No. Revisi 00 DINAS
KAB/KOTA
Tanggal KESEHATAN
SOP
Terbit
Halaman 1/1
PUSKESMAS Nama Kepala
BATARAGURU Puskesmas
1. Pengertian Tracer adalah suatu alat yang berfungsi sebagai
petunjuk keluar atau outguide untuk melacak rekam
medis yang keluar dari rak penyimpanan rekam medis
2. Tujuan a. Untuk memudahkan pengembalian rekam medis yang
telah selesai dari pelayanan dan dikembalikan ke rak
penyimpanan
b. Sebagai pelacak rekam medis yang keluar dari rak
penyimpanan dan belum kembali
3. Kebijakan

39
4. Referensi Permenkes RI No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam
Medis.
UU RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal
13 ayat 3.
5. Prosedur/Langkah a. Petugas menuliskan nomor rekam medis, nama KK,
Langkah Ruang Peminjam, Tanggal & Jam Pinjaman, Tanggal
& Jam Kembali, Nama Peminjam dan Keterangan
pada lembar bon peminjaman rekam medis lalu
masukkan ke dalam kantong plastik tracer
b. Berkas rekam medis diambil dari rak penyimpanan
lalu digantikan dengan tracer yang sudah diisi oleh
bon peminjaman rekam medis
c. Tracer diambil dari rak penyimpanan apabila berkas
rekam medis yang dipakai sudah selesai digunakan
d. Tracer dapat dipakai berulang-ulang
6. Unit Terkait Loket Pendaftaran, Unit Rekam Medis
7. Dokumen Terkait Berkas Rekam Medis

C. Pembahasan

1. Perancangan Tracer

Perancangan tracer dilengkapi dengan kantong untuk menyimpan slip

permintaan. Penggunaan tracer berwarna sangat membantu petugas dalam

menandai lokasi yang benar untuk penyimpanan kembali rekam medis.

Tracer (outguide) dengan kantong plastik dapat digunakan untuk menjaga

slip penyimpanan agar tidak hilang atau mengetahui keterlambatan laporan

sampai rekam medis dikembalikan ke penyimpanan (Budi, 2011).

Berdasarkan hasil penenlitian di Puskesmas Bataraguru diketahui

belum terdapat tracer yang digunakan untuk mengetahui keberadaan

(jejak) rekam medis. Oleh sebab itu, peneliti telah merancang tracer

dengan 2 alternatif, dan rancangan tracer alternatif 1 yang dipilih oleh

Puskesmas Bataraguru. Sejalan dengan penelitian di atas rancangan tracer

40
tersebut memiliki warna yang mencolok yang dapat membantu petugas

dalam menandai lokasi rekam medis dan juga terdapat bon peminjaman

pada rancangan tracer tersebut.

2. Rancangan Prosedur Penggunaan Rekam Medis

Prosedur Penggunaan Tracer (petunjuk keluar) untuk penyimpanan

rekam medis, yang dibuat oleh peneliti adalah petugas pendaftaran

mencatat sesuai bon peminjaman. Jenis petunjuk keluar atau tracer harus

tercantum nama pasien, nomor rekam medis, tanggal keluar dan tujuan

peminjaman rekam medis (WHO, 2002 dalam Anhar 2018), lebih lanjut

dalam Anhar (2018), menurut Dirjen YanMed (2006), Bon Peminjaman

biasanya berbentuk formulir yang berisi nomor rekam medis, nama pasien,

nama peminjam, tanggal peminjaman, tanggal pengembalian, keperluan,

tanda tangan peminjam/petugas. Formulir tersebut biasanya dibuat

rangkap tiga, satu diletakkan pada rekam medisnya, satu disimpan sebagai

tanda bukti keluarnya rekam medis dan satu lagi ditinggal di

Poliklinik/bagian/orang yang meminjam rekam medis tersebut. Saat rekam

medis dikembalikkan bon peminjaman rekam medis tersebut dikembalikan

dan bon rekam medis yang ada pada petugas serta yang sudah menjadi

tanda bukti tadi dibuang. Bahan bon peminjaman rekam medis biasanya

terbuat dari kertas biasa dengan ukuran 10,5 cm x 7 cm.

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Bataraguru diketahui

bahwa puskesmas tersebut belum memiliki standar operasional prosedur

penggunaan tracer karena berbagai faktor, salahsatunya adalah kurangnya

41
tenaga rekam medis dengan kompetensi PMIK sehingga belum diusulkan

penggunaan tracer sebagai petunjuk keluar berkas rekam medis.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Penggunaan rancangan tracer alternatif 1 dilakukan dengan cara pengisian

lengkap bon peminjaman rekam medis, lalu masukkan ke dalam plastik

bon di tracer, kemudian letakkan tracer ke tempat berkas rekam medis

yang akan diambil. Setelah selesai menggunakan berkas rekam medis

tracer tersebut diambil kembali.

42
2. Puskesmas Bataraguru memilih menggunakan tracer alternatif 1 dimana

rancangan alternatif 1 ini berbentuk persegi panjang (27 x 10 cm) dan

terdapat kantong tracer untuk tempat bon peminjaman rekam medis

dengan berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 10 cm dan lebar

7 cm. Warna dari tracer ini adalah kuning menyala dengan dua garis

berwarna biru dan merah pada ujungnya. Bahan dasar tracer ini adalah

Kertas Carton Board Yellow dengan ketebalan 2,0 mm kemudian dilapisi

kembali dengan kertas cover jilid buffalo 250 gr dan dilapisi plastik

laminating.

B. Saran

1. Sebaiknya Puskesmas Bataraguru segera mengkaji prosedur penggunaan

tracer agar dapat menerbitkan regulasinya (SOP)

2. Sebaiknya Puskesmas Bataraguru segera memproduksi masal tracer

tersebut untuk kemudian bisa digunakan di unit rekam medis Puskesmas

DAFTAR PUSTAKA

Agustina. 2011. Perancangan dan Prosedur Penggunaan Petunjuk Keluar


(outgide) Untuk Penyimpanan Rekam Medis Rawat Jalan di BLUD
Rumah Sakit Ratu Zalecha Martapura. KTI. Tidak dipublikasikan.
Martapura.

Asmono, D. M., 2014. Faktor-Faktor Penyebab dan Dampak Tidak Menggunakan


Tracer di Bagian Penyimpanan Dokumen Rekam Medis Rumah Sakit
Mata DR. Yap Yogyakarta. UGM Repository.
http://etd.repository.ugm.ac.id/ [08 Maret 2022].

Budi, S. C. 2015. Pentingnya Tracer Sebagai Kartu Pelacak Berkas Rekam Medis
Keluar Dari Rak Penyimpanan. Indonesian Jurnal of Community
Engagement, Volume 1, Halaman 121-132. https://jurnal.ugm.ac.id/
[diakses 11 Maret 2022].

43
Burhanuddin, Afid., 2013. Pengumpulan Data dan instrumen Penelitian.

Huffman, E. K. (1994). Health Information Management. Illionis: Physican


Company.

Nawawi, & Hadari, 2000. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang
Pemerintahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Notoatmojo, S., 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam


Medis.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 55 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Rekam Medis.
Permenkes RI No. 75/MENKES/PER/I/2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 46 Tahun 2015 Tentang Akreditasi


Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi. http://dikes.sumbawakab.go.id/ [diakses 07
Maret 2022].
Riduan, 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Riyanto, Y., 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC.

Simanjuntak, E. dan Sirait, L.W.O. 2018. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya


Missfile Di Bagian Penyimpanan Berkas Rekam Medis Rumah Sakit Mitra
Medika Medan Tahun 2017. Jurnal ilmiah perekam dan informasi
kesehatan IMELDA vol 3, No.1.
http://ojs.stikes-imelda.ac.id/index.php/jipdik/article/view/48. [diakses 27
Februari 2022].

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Uma, G. S. 2016. Evaluasi Pengelolaan Filing Dalam Rangka Meningkatkan


Mutu Pelayanan di Rumah Sakit Islam Kendal Tahun 2016. Kendal.
http://mahasiswa.dinus.ac.id/docs/skripsi/jurnal/18513.pdf [diakses 11
Maret 2022].

44
UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.


http://gajiroum.kemkes.go.id/ [diakses 10 Maret 2022]
Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
http://kesmas.kemkes.go.id/ [diakses 10 Maret 2022].
WHO. 2002. Medical Records Manual: A Guide for Developing Countries.
Geneva.

Lampiran 01 Lembar Checklist Observasi

LEMBAR CHECKLIST OBSERVASI


NO OBSERVASI YA TIDAK KET.
1 Terdapat warna pada Map Rekam Medis  (Biru,
Kuning dan
Hijau)
2 Ukuran Map Rekam Medis dapat dijadikan acuan  (Berapa X
dalam Pembuatan Tracer Berapa)
3 Bahan Map Rekam Medis tahan terhadap (Bahan  (Bahan apa)
yang dirasa cocok oleh petugas RM untuk diterapkan
pada Tracer)

45
4 Rak dan Folder (Tempat) Penyimpanan Rekam Medis  (Alasan)
tidak memberi kemudahan dalam pengaplikasian
Tracer jika memiliki ukuran seperti yang dijelaskan
oleh WHO
5 Item-item memo yang disebutkan oleh petugas RM (Alasan)
dapat memudahkan dalam melacak Rekam Medis
Keluar

Lampiran 02 Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

1. Jika ditinjau dari warna Map Rekam Medis saat ini. Menurut anda, apakah
warna yang cocok untuk diterapkan pada rancangan Tracer?
2. Menurut (WHO, 2002) Tracer yang baik biasanya ukurannya sama atau
sedikit lebih besar dari map rekam medis. Jika ditinjau dari ukuran Map

46
Rekam Medis saat ini. Menurut anda, bagamanakah ukuran yang cocok untuk
diterapkan pada rancangan Tracer?
3. Jika ditinjau dari bahan Map Rekam Medis saat ini. Menurut anda,
bagaimanakah bahan yang cocok untuk diterapkan pada Rancangan Tracer
sehingga tidak akan merusak Map Rekam Medis yang ada?
4. Jika ditinjau dari Rak dan Folder (Tempat) Penyimpanan Rekam Medis
Puskesmas saat ini. Menurut anda bagaimanakah bentuk Tracer yang cocok
yang dapat memudahkan petugas dalam pengaplikasian Tracer?
5. Menurut anda, sebaiknya apa saja kah item-item yang dimasukkan ke dalam
memo supaya dapat memudahkan petugas dalam melacak Rekam Medis?

47

Anda mungkin juga menyukai