Disusun Oleh :
FAKULTAS KESEHATAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada ALLAH SWT, yang telah memberikan
nikmat yang tidak terhingga dan diberikan kesehatan juga kesempatan untuk
penulis, dan salawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Sehingga kami dapat menyusun, mampu menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, tentang “Penyakit
Anemia“.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan...........................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
2.1 Anemia.........................................................................................................4
2.2 Gejala Anemia.............................................................................................4
2.3 Penyebab Anemia........................................................................................5
2.4 Pengobatan Anemia....................................................................................6
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP...............................................................................................................9
3.1 Simpulan.......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
zat besi tidak dapat dihindari. Zat besi akan hilang dari saluran pencernaan, kulit
dan urine serta darah menstruasi pada perempuan ( Sharlin dan Sari, 2014:16).
Pada perempuan, kebutuhan zat besi yang tinggi terutama disebabkan kehilangan
zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan
terhadap anemia gizi besi dibanding laki-laki (Susilowati dan Kuspriyanti, 2016:
207-208). Menurut Johnsons, dkk, (1994), kebiasaan makan saat remaja dapat
mempengaruhi kesehatan pada masa kehidupan berikutnya (setelah 3 Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta dewasa dan berusia lanjut). Kekurangan zat gizi
menyebabkan mereka mengalami anemia yang menyebabkan keletihan, sulit
konsentrasi sehingga remaja pada usia bekerja menjadi kurang produktif. Remaja
membutuhkan lebih banyak zat besi terutama para wanita, karena setiap bulannya
telah mengalami haid yang berdampak kurangnya asupan zat besi dalam darah
sebagai pemicu anemia. Masalah gizi yang utama dialami oleh remaja diantaranya
yaitu anemia defisiensi zat besi, kelebihan berat badan/ obesitas, dan kekurangan
zat besi (Istiany dan Rusilanti, 2013:166-167) Dalam upaya pencegahan anemia
pemerintah memberikan bantuan tablet Fe di puskesmas-puskesmas dengan
sasaran ibu hamil dan wanita usia subur (WUS). Tetapi, pada saat dilakukan studi
pendahuluan dengan 10 remaja putri, mereka belum memahami cara mencegah
anemia dan belum pernah mendapat tablet tambah darah. Menurut Blum (1974)
dalam Notoatmodjo (2014:17) perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah
faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau
masyarakat. Penyuluhan pada hakikatnya adalah upaya intervensi yang ditujukan
pada faktor perilaku. Menurut Wood (1926), Pendidikan kesehatan sebagai
sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang
berhubungan dengan kesatuan individu, masyarakat, dan ras. (Mubarak Dkk,
2007:6) 4 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Salah satu bentuk pendidikan
kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan remaja terhadap anemia dengan
melakukan penyuluhan. Dalam proses penyuluhan perlu adanyanya metode dan
media penyuluhan. Penggunaan metode dan media penyuluhan anemia pada
penelitian ini bertujuan untuk mempermudah penyampaian pesan mengenai
anemia yang ditujukan untuk remaja putri usia 15-18 tahun. Menurut Brown
(1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam
2
kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran
(Kholid, 2014:125). Menurut Chaiken dan Eagly (1983) dalam Kholid, (2014:57)
menyatakan jika pesannya sederhana kemungkinan video lebih besar dari pada
audio dan dari pada tulisan, pengaruh pesan yang disampaikan kepada pendengar
melalui video, audio, dan tulisan. Menurut Maulana (2009:172) menunjukan
semakin banyak panca indera yang di gunakan semakin banyak dan semakin jelas
juga pengertian dan pengetahuan yang diperoleh. Selanjutnya menurut Maulana
(2009:172) mengarahkan indera sebanyak mungkin pada suatu obyek sehingga
memudahkan pemahaman, pancaindera yang paling banyak menyalurkan
pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75% sampai 87%), sedangkan
13% sampai 25% pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui indera
lainnya..
1.3 Tujuan
Tujuan tulisan ini adalah sebagai berikut.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anemia
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel
darah merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik.
Akibatnya, organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen sehingga membuat
penderita anemia pucat dan mudah lelah.
Anemia bisa terjadi sementara atau dalam jangka panjang dengan tingkat
keparahan ringan sampai berat. Anemia merupakan gangguan darah atau kelainan
hematologi yang terjadi ketika kadar hemoglobin (bagian utama dari sel darah
merah yang mengikat oksigen) berada di bawah normal.
• Napas pendek.
4
• Nyeri dada.
5
karena perdarahan juga bisa jadi merupakan gejala cacingan akibat infeksi
cacing tambang yang menghisap darah dari dinding usus.
4. Anemia aplastik
Anemia aplastik terjadi ketika kerusakan pada sumsum tulang
membuat tubuh tidak mampu lagi menghasilkan sel darah merah dengan
optimal. Kondisi ini diduga dipicu oleh infeksi, penyakit autoimun,
paparan zat kimia beracun, serta efek samping obat antibiotik dan obat
untuk mengatasi rheumatoid arthritis.
5. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi ketika penghancuran sel darah merah
lebih cepat daripada pembentukannya. Kondisi ini dapat diturunkan dari
orang tua, atau didapat setelah lahir akibat kanker darah, infeksi bakteri
atau virus, penyakit autoimun, serta efek samping obat-obatan, seperti
paracetamol, penisilin, dan obat antimalaria.
6. Anemia akibat penyakit kronis
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses pembentukan sel
darah merah, terutama bila berlangsung dalam jangka panjang. Beberapa
di antaranya adalah penyakit Crohn, penyakit ginjal, kanker, rheumatoid
arthritis, dan HIV/AIDS.
7. Anemia sel sabit (sickle cell anemia)
Anemia sel sabit disebabkan oleh mutasi (perubahan) genetik pada
hemoglobin. Akibatnya, hemoglobin menjadi lengket dan berbentuk tidak
normal, yaitu seperti bulan sabit. Seseorang bisa terserang anemia sel sabit
jika kedua orang tuanya sama-sama mengalami mutasi genetik tersebut.
8. Thalasemia
Thalasemia disebabkan oleh mutasi gen yang memengaruhi
produksi hemoglobin. Seseorang dapat menderita thalasemia jika satu atau
kedua orang tuanya memiliki kondisi yang sama.
6
anemia jenis yang lain. Oleh karena itu, dokter tidak akan memulai pengobatan
sebelum mengetahui penyebabnya dengan pasti.
Kondisi ini diatasi dengan mengonsumsi makanan dan suplemen zat besi. Pada
kasus yang parah, diperlukan transfusi darah.
Kondisi ini ditangani dengan pemberian suplemen zat besi, asam folat, dan
vitamin B12, yang dosisnya ditentukan oleh dokter.
Kondisi ini diobati dengan menghentikan perdarahan. Bila diperlukan, dokter juga
akan memberikan suplemen zat besi atau transfusi darah.
• Anemia aplastik
• Anemia hemolitik
Kondisi ini diatasi dengan mengobati penyakit yang mendasarinya. Pada kondisi
tertentu, diperlukan transfusi darah dan suntik hormon eritropoietin untuk
meningkatkan produksi sel darah merah.
7
Kondisi ini ditangani dengan suplemen zat besi dan asam folat, cangkok sumsum
tulang, dan pemberian kemoterapi, seperti hydroxyurea. Dalam kondisi tertentu,
dokter akan memberikan obat pereda nyeri dan antibiotik.
• Thalassemia
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia
terutama bagi kelompok wanita usia reproduksi. Anemia gizi adalah keadaan
dengan kadar hemoglobin, hematokrit dan sel darah merah yang lebih rendah dari
nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur
makanan esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut
(Arisman, 2010:173).
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel
darah merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik.
Akibatnya, organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen sehingga membuat
penderita anemia pucat dan mudah lelah.
Anemia bisa terjadi sementara atau dalam jangka panjang dengan tingkat
keparahan ringan sampai berat. Anemia merupakan gangguan darah atau kelainan
hematologi yang terjadi ketika kadar hemoglobin (bagian utama dari sel darah
merah yang mengikat oksigen) berada di bawah normal.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/anemia
10