Anda di halaman 1dari 13

“ PENYAKIT ANEMIA “

Diajukan Sebagai Tugas Matakuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Dosen Pengampu : Febria Listina, SKM., M.Kes

Disusun Oleh :

1. Rayi Iqbal Faturrahman 215130064


2. Vincetius Raldo Andrian 215130065
3. Muhammad Ali Satria 215130060

FAKULTAS KESEHATAN

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada ALLAH SWT, yang telah memberikan
nikmat yang tidak terhingga dan diberikan kesehatan juga kesempatan untuk
penulis, dan salawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Sehingga kami dapat menyusun, mampu menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, tentang “Penyakit
Anemia“.

Pembahasan untuk pembuatan makalah ini bukan sekedar dari pembuatan


makalah tetapi untuk memahami apa yang telah kami pelajari tentang
Makalah Penyakit Anemia ini secara langsung. Sebagai penyusun, pastinya tidak
pernah terlepas dari kesalahan ataupun kekurangan. Oleh karena itu, penyusun
mohon maaf atas segala kekurangannya. Selain itu, penyusun juga mengucapkan
terima kasih banyak kepada pihak-pihak, sehingga makalah ini selesai tepat pada
waktunya.

Bandar Lampung, 19 Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan...........................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
2.1 Anemia.........................................................................................................4
2.2 Gejala Anemia.............................................................................................4
2.3 Penyebab Anemia........................................................................................5
2.4 Pengobatan Anemia....................................................................................6
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP...............................................................................................................9
3.1 Simpulan.......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia terutama
bagi kelompok wanita usia reproduksi. Anemia gizi adalah keadaan dengan kadar
hemoglobin, hematokrit dan sel darah merah yang lebih rendah dari nilai normal,
sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan esensial
yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut (Arisman, 2010:173).
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat (2011:214), anemia pada umumnya
paling banyak terjadi di negara berkembang seperti negara indonesia. Secara
nasional berdasarkan hasil riskesdas 2013 prevalensi anemia mencapai 21,7%,
dimana 18,4% terjadi pada laki-laki dan 23,9% terjadi pada perempuan. Pada
kelompok usia 15-24 tahun prevalensi anemia 18,4% (Riskesdas, 2013:256).
Salah satu kelompok yang rentan terhadap anemia adalah Siswi SMA. Remaja
membutuhkan lebih banyak zat besi terutama wanita, karena setiap bulannya telah
mengalami haid yang berdampak kurangnya asupan zat besi dalam darah sebagai
pemicu anemia (Istiany dan Rusilanti, 2013:169). Dalam beberapa hal, masalah
gizi remaja serupa dengan (merupakan kelanjutan dari) masalah gizi pada anak,
yaitu anemia 2 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta defisiensi zat besi, kelebihan dan
kekurangan berat badan. Masalah ini berpangkal pada (a) kegemaran yang tidak
lazim, (b) “lupa makan”, dan (c) hamil (Arisman, 2010: 79). Prevalensi anemia
gizi besi yang terjadi di Provinsi DIY meningkat sebanyak 36% pada remaja putri
(Dinkes DIY, 2014). Di Kabupaten Sleman memiliki prevalensi anemia mencapai
18,4% yang termasuk dalam masalah yang cukup serius. Dilihat dari siklus
kehidupan, masa remaja merupakan masa yang paling sulit untuk dilalui oleh
individu. Masa ini dapat dikatakan sebagai masa yang paling kritis bagi
perkembangan pada tahap-tahap kehidupan selanjutnya. Ini dikarenakan pada
masa ini terjadi begitu banyak perubahan dalam diri individu baik itu perubahan
fisik maupun psikologis (Proverawati dan Erna, 2010:81). Kebutuhan zat gizi besi
meningkat selama remaja untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan dan kehilangan

1
zat besi tidak dapat dihindari. Zat besi akan hilang dari saluran pencernaan, kulit
dan urine serta darah menstruasi pada perempuan ( Sharlin dan Sari, 2014:16).
Pada perempuan, kebutuhan zat besi yang tinggi terutama disebabkan kehilangan
zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan
terhadap anemia gizi besi dibanding laki-laki (Susilowati dan Kuspriyanti, 2016:
207-208). Menurut Johnsons, dkk, (1994), kebiasaan makan saat remaja dapat
mempengaruhi kesehatan pada masa kehidupan berikutnya (setelah 3 Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta dewasa dan berusia lanjut). Kekurangan zat gizi
menyebabkan mereka mengalami anemia yang menyebabkan keletihan, sulit
konsentrasi sehingga remaja pada usia bekerja menjadi kurang produktif. Remaja
membutuhkan lebih banyak zat besi terutama para wanita, karena setiap bulannya
telah mengalami haid yang berdampak kurangnya asupan zat besi dalam darah
sebagai pemicu anemia. Masalah gizi yang utama dialami oleh remaja diantaranya
yaitu anemia defisiensi zat besi, kelebihan berat badan/ obesitas, dan kekurangan
zat besi (Istiany dan Rusilanti, 2013:166-167) Dalam upaya pencegahan anemia
pemerintah memberikan bantuan tablet Fe di puskesmas-puskesmas dengan
sasaran ibu hamil dan wanita usia subur (WUS). Tetapi, pada saat dilakukan studi
pendahuluan dengan 10 remaja putri, mereka belum memahami cara mencegah
anemia dan belum pernah mendapat tablet tambah darah. Menurut Blum (1974)
dalam Notoatmodjo (2014:17) perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah
faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau
masyarakat. Penyuluhan pada hakikatnya adalah upaya intervensi yang ditujukan
pada faktor perilaku. Menurut Wood (1926), Pendidikan kesehatan sebagai
sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang
berhubungan dengan kesatuan individu, masyarakat, dan ras. (Mubarak Dkk,
2007:6) 4 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Salah satu bentuk pendidikan
kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan remaja terhadap anemia dengan
melakukan penyuluhan. Dalam proses penyuluhan perlu adanyanya metode dan
media penyuluhan. Penggunaan metode dan media penyuluhan anemia pada
penelitian ini bertujuan untuk mempermudah penyampaian pesan mengenai
anemia yang ditujukan untuk remaja putri usia 15-18 tahun. Menurut Brown
(1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam

2
kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran
(Kholid, 2014:125). Menurut Chaiken dan Eagly (1983) dalam Kholid, (2014:57)
menyatakan jika pesannya sederhana kemungkinan video lebih besar dari pada
audio dan dari pada tulisan, pengaruh pesan yang disampaikan kepada pendengar
melalui video, audio, dan tulisan. Menurut Maulana (2009:172) menunjukan
semakin banyak panca indera yang di gunakan semakin banyak dan semakin jelas
juga pengertian dan pengetahuan yang diperoleh. Selanjutnya menurut Maulana
(2009:172) mengarahkan indera sebanyak mungkin pada suatu obyek sehingga
memudahkan pemahaman, pancaindera yang paling banyak menyalurkan
pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75% sampai 87%), sedangkan
13% sampai 25% pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui indera
lainnya..

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit anemia?


2. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit anemia?
3. Penyebab apa yang dapat menimbulkan penyakit anemia?

1.3 Tujuan
Tujuan tulisan ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui tentang penjelasan dari penyakit anemia


2. Dapat mengetahui cara apa saja yang bisa kita lakukan untuk mencegah
penyakit anemia
3. Mengetahui sumber penyebab kenapa orang dapat terkena penyakit
anemia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anemia
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel
darah merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik.
Akibatnya, organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen sehingga membuat
penderita anemia pucat dan mudah lelah.

Anemia bisa terjadi sementara atau dalam jangka panjang dengan tingkat
keparahan ringan sampai berat. Anemia merupakan gangguan darah atau kelainan
hematologi yang terjadi ketika kadar hemoglobin (bagian utama dari sel darah
merah yang mengikat oksigen) berada di bawah normal.

Orang dewasa dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya di


bawah 14 gram per desiliter untuk laki-laki dan kurang dari 12 gram per desiliter
untuk wanita. Anemia dengan kadar hemoglobin di bawah 8 gram per desiliter
sudah tergolong berat. Kondisi ini disebut dengan anemia gravis. Pengobatan
anemia tergantung kepada penyebab yang mendasarinya, mulai dari konsumsi
suplemen zat besi, transfusi darah, sampai dengan operasi.

2.2 Gejala Anemia


Penderita penyakit anemia biasanya memiliki sejumlah gejala yang timbul
yang menandakan dimana orang tersebut mengalami penyakit anemia, antara lain
seperti:

• Lemas dan cepat lelah.

• Sakit kepala dan pusing.

• Sering mengantuk, misalnya mengantuk setelah makan.

• Kulit terlihat pucat atau kekuningan.

• Detak jantung tidak teratur.

• Napas pendek.

4
• Nyeri dada.

• Dingin di tangan dan kaki.

2.3 Penyebab Anemia


Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau
hemoglobin. Akibatnya, sel-sel dalam tubuh tidak mendapat cukup oksigen dan
tidak berfungsi secara normal (hipoksemia). Secara garis besar, anemia terjadi
akibat tiga kondisi berikut ini:

• Produksi sel darah merah yang kurang

• Kehilangan darah secara berlebihan

• Hancurnya sel darah merah yang terlalu cepat

Berikut ini adalah jenis-jenis anemia yang umum terjadi berdasarkan


penyebabnya;

1. Anemia akibat kekurangan zat besi


Kekurangan zat besi membuat tubuh tidak mampu menghasilkan
hemoglobin (Hb). Kondisi ini bisa terjadi akibat kurangnya asupan zat besi
dalam makanan, atau karena tubuh tidak mampu menyerap zat besi,
misalnya akibat penyakit celiac.
2. Anemia pada masa kehamilan
Ibu hamil memiliki nilai hemoglobin yang lebih rendah, tetapi hal
ini normal. Meski demikian, kebutuhan hemoglobin meningkat saat hamil
sehingga dibutuhkan lebih banyak zat pembentuk hemoglobin, yaitu zat
besi, vitamin B12, dan asam folat. Bila asupan ketiga nutrisi tersebut
kurang, maka dapat terjadi anemia yang bisa membahayakan ibu hamil
maupun janin.
3. Anemia akibat perdarahan
Anemia dapat disebabkan oleh perdarahan berat yang terjadi secara
perlahan dalam waktu lama atau terjadi seketika. Penyebabnya bisa cedera,
gangguan menstruasi, wasir, peradangan pada lambung, kanker usus, atau
efek samping obat, seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Anemia

5
karena perdarahan juga bisa jadi merupakan gejala cacingan akibat infeksi
cacing tambang yang menghisap darah dari dinding usus.
4. Anemia aplastik
Anemia aplastik terjadi ketika kerusakan pada sumsum tulang
membuat tubuh tidak mampu lagi menghasilkan sel darah merah dengan
optimal. Kondisi ini diduga dipicu oleh infeksi, penyakit autoimun,
paparan zat kimia beracun, serta efek samping obat antibiotik dan obat
untuk mengatasi rheumatoid arthritis.
5. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi ketika penghancuran sel darah merah
lebih cepat daripada pembentukannya. Kondisi ini dapat diturunkan dari
orang tua, atau didapat setelah lahir akibat kanker darah, infeksi bakteri
atau virus, penyakit autoimun, serta efek samping obat-obatan, seperti
paracetamol, penisilin, dan obat antimalaria.
6. Anemia akibat penyakit kronis
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses pembentukan sel
darah merah, terutama bila berlangsung dalam jangka panjang. Beberapa
di antaranya adalah penyakit Crohn, penyakit ginjal, kanker, rheumatoid
arthritis, dan HIV/AIDS.
7. Anemia sel sabit (sickle cell anemia)
Anemia sel sabit disebabkan oleh mutasi (perubahan) genetik pada
hemoglobin. Akibatnya, hemoglobin menjadi lengket dan berbentuk tidak
normal, yaitu seperti bulan sabit. Seseorang bisa terserang anemia sel sabit
jika kedua orang tuanya sama-sama mengalami mutasi genetik tersebut.
8. Thalasemia
Thalasemia disebabkan oleh mutasi gen yang memengaruhi
produksi hemoglobin. Seseorang dapat menderita thalasemia jika satu atau
kedua orang tuanya memiliki kondisi yang sama.

2.4 Pengobatan Anemia


Metode pengobatan anemia tergantung pada jenis anemia yang diderita
pasien. Perlu diketahui, pengobatan bagi satu jenis anemia bisa berbahaya bagi

6
anemia jenis yang lain. Oleh karena itu, dokter tidak akan memulai pengobatan
sebelum mengetahui penyebabnya dengan pasti.

Beberapa contoh pengobatan anemia atau obat kurang darah berdasarkan


jenisnya adalah:

• Anemia akibat kekurangan zat besi

Kondisi ini diatasi dengan mengonsumsi makanan dan suplemen zat besi. Pada
kasus yang parah, diperlukan transfusi darah.

• Anemia pada masa kehamilan

Kondisi ini ditangani dengan pemberian suplemen zat besi, asam folat, dan
vitamin B12, yang dosisnya ditentukan oleh dokter.

•Anemia akibat perdarahan

Kondisi ini diobati dengan menghentikan perdarahan. Bila diperlukan, dokter juga
akan memberikan suplemen zat besi atau transfusi darah.

• Anemia aplastik

Pengobatannya adalah dengan transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel


darah merah, atau transplantasi (cangkok) sumsum tulang bila sumsum tulang
pasien tidak bisa lagi menghasilkan sel darah merah yang sehat.

• Anemia hemolitik

Pengobatannya dengan menghentikan konsumsi obat yang memicu anemia


hemolitik, mengobati infeksi, mengonsumsi obat-obatan imunosupresan, atau
pengangkatan limpa.

• Anemia akibat penyakit kronis

Kondisi ini diatasi dengan mengobati penyakit yang mendasarinya. Pada kondisi
tertentu, diperlukan transfusi darah dan suntik hormon eritropoietin untuk
meningkatkan produksi sel darah merah.

• Anemia sel sabit

7
Kondisi ini ditangani dengan suplemen zat besi dan asam folat, cangkok sumsum
tulang, dan pemberian kemoterapi, seperti hydroxyurea. Dalam kondisi tertentu,
dokter akan memberikan obat pereda nyeri dan antibiotik.

• Thalassemia

Dalam menangani thalassemia, dokter dapat melakukan transfusi darah,


pemberian suplemen asam folat, pengangkatan limpa, dan cangkok sumsum
tulang.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia
terutama bagi kelompok wanita usia reproduksi. Anemia gizi adalah keadaan
dengan kadar hemoglobin, hematokrit dan sel darah merah yang lebih rendah dari
nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur
makanan esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut
(Arisman, 2010:173).

Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel
darah merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik.
Akibatnya, organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen sehingga membuat
penderita anemia pucat dan mudah lelah.

Anemia bisa terjadi sementara atau dalam jangka panjang dengan tingkat
keparahan ringan sampai berat. Anemia merupakan gangguan darah atau kelainan
hematologi yang terjadi ketika kadar hemoglobin (bagian utama dari sel darah
merah yang mengikat oksigen) berada di bawah normal.

Orang dewasa dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya di


bawah 14 gram per desiliter untuk laki-laki dan kurang dari 12 gram per desiliter
untuk wanita. Anemia dengan kadar hemoglobin di bawah 8 gram per desiliter
sudah tergolong berat. Kondisi ini disebut dengan anemia gravis. Pengobatan
anemia tergantung kepada penyebab yang mendasarinya, mulai dari konsumsi
suplemen zat besi, transfusi darah, sampai dengan operasi.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/anemia

10

Anda mungkin juga menyukai