Anda di halaman 1dari 15

BAB

KONTROL ENAM
11 BULAN SEKALI
Nuraisya, S.Tr.Kes.,M.Tr.TGM

Nuraisya, S.Tr.Kes.,M.Tr.TGM

A. Pendahuluan
kesehatan merupakan hal yang sangat penting dijaga
baik pada kalangan anak-anak maupun orang dewasa, sesuai
dengan tujuan pembangunan menuju indonesia sehat 2025
yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud,
bangsa dan negara indonesia yang ditandai oleh penduduknya
yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya bagi seluruh wilayah
republik indonesia.(rahmiza muzana dkk., 2022)
Banyak dari masyarakat yang mengabaikan ajakan
pemerintah untuk hidup sehat, terutama pada kesehatan gigi
dan mulut, kesehatan yang seringkali diabaikan oleh sebagian
masyarakat terutama di daerah pedesaan yaitu kesehatan
mulut dan gigi, namun kesehatan ini memiliki efek yang
sangat penting bagi tubuh terutama di bagian gigi dan mulut,
gangguan yang biasanya terjadi bila tidak menjaga kesehatan
gigi dan mulut antara lain yaitu gigi berlubang, gusi
berdarah,karang gigi,radang gusi infeksi gusi,dan sariawan.
yang bisa diderita oleh orang dewasa dan dominan anak-anak.
Penyakit mulut yang umumnya diderita pada anakanak yaitu
penyakit pada jaringan keras gigi atau lebih dikenal dengan
karies gigi, sedikitnya 89% anak-anak menderita penyakit

1
karies gigi sampai sekarang baik itu di negara maju ataupun
negara berkembang seperti di Indonesia. (Rahmiza Muzana
dkk., 2022)
Word Health Organization menyetujui Resolusi tentang
kesehatan mulut pada tahun 2021 di majelis kesehatan Dunia
ke-74, yang merekomendasikan pergeseran dari pendekatan
kuratif tradisional ke pendekatan preventif yang mencakup
promosi kesehatan mulut dalam keluarga, sekolah dan tempat
kerja, dan mencakup perawatan yang tepat waktu,
komprehensif dan inklusif dalam sistem perawatan kesehatan
primer. Resolusi tersebut menegaskan bahwa kesehatan mulut
harus tertanam kuat dalam agenda penyakit tidak menular
dan bahwa intervensi perawatan kesehatan mulut harus
dimasukkan dalam program cakupan kesehatan universal
(WHO, 2022).
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan, menjelaskan bahwa pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajad kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan, sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan
adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajad kesehatan masyarakat
dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh
pemerintah dan masyarakat (Depkes, RI. 2009)
Pelayanan gigi dan mulut menjadi tugas utama perawat
gigi yang memiliki sasaran yaitu meningkatkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan masyarakat untuk berperilaku sehat di
bidang kesehatan gigi dan mulut, yang meliputi kemampuan
memelihara gigi, perawatan kesehatan gigi dan mulut,
melaksanakan tindakan pencegahan penyakit gigi dan mulut,
meningkatnya pengetahuan tentang kelainan gigi dan mulut,
dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
mengatasinya, dapat menggunakan pelayanan gigi yang ada

2
secara wajar, dan dapat memajukan kesehatan gigi (Budi et al.,
2020)

B. KESEHATAN GIGI Dan Mulut

Kebersihan mulut yang baik dapat diwujudkan melalui


pengetahuan dan perilaku yang baik dan benar dalam
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Pengetahuan adalah
faktor yang membentuk perilaku seseorang. Pengetahuan
yang kurang akan mengakibatkan perilaku dan sikap yang
buruk terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
(Louisa dkk 2021)
Kebersihan gigi dan mulut yang buruk dapat
mengakibatkan berbagai masalah seperti karies dan penyakit
periodontal. Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2013)
menyebutkan bahwa angka permasalahan gigi dan mulut di
Indonesia mencapai 25,9 % atau mengalami peningkatan 2,5 %
dari Riskesdas tahun 2007. Terjadi peningkatan prevalensi
karies yang cukup tinggi di masyarakat Indonesia,
diantaranya pada anak yang sangat rentan karena masih
memerlukan bantuan dari orang tua untuk membimbing
dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya. (Louisa dkk
2021)
Kesehatan mulut adalah multi-faceted dan meliputi
kekuatan untuk berbicara, tersenyum, mencium, merasakan,
menyentuh, mengunyah, menelan dan menyampaikan
berbagai emosi melalui ekspresi wajah dengan percaya diri
dan tanpa rasa sakit, ketidaknyamanan, dan penyakit,
kompleks kraniofasial (kepala, wajah, dan rongga mulut. (FDI,
2020).
Cara Merawat Kesehatan Gigi dan Mulut Rumah Sakit
MH Thamrin Purwakarta (2016) menuliskan bahwa ada
beberapa cara untuk merawat kesehatan gigi dan mulut anak:
a) Sikat Gigi yang Tepat
Gunakan sikat gigi anak yann memiliki bulu sikat yang
lembut. Hal ini untuk melindungi gusi dan berfokus pada
daerah-daerah kecil sehingga mereka dapat membersihkan

3
dengan benar. Selain itu karakter kartun yang lucu pada
sikat gigi dapat membuat anak menyukai menyikat.
b) Cara Menyikat gig
Pastikan untuk mengajari anak anda cara menyikat yang
benar. Gerakan perlahan dan memutar pada seluruh
bagian permukaan gigi. Jangan terlalu keras dalam
menyikat, karena dapat melukai gusi anak yang masih
lemah.
c) Pasta Gigi
Gunakan pasta gigi khusus untuk anak yang memiliki rasa
yang mereka sukai. Biarkan mereka memilih sendiri rasa
yang menjadi favorit mereka seperti coklat, es krim,
strawberry, dan buah lainnya. Rasa pasta gigi yang yang
enak baik dalam memotivasi anak untuk terus menyikat
giginya.
d) Kunjungi dokter gigi minimal 6 bulan sekali
Kunjungi dokter gigi minimal 6 bulan sekali untuk
memastikan gigi anak tetap sehat dan kuat. Hal inisangat
penting untuk tetap memastikan kesehatan mulut dan gigi
anak bila terdapat masalah kesehatan mulut dan gigi.

Kesehatan gigi dan mulut seseorang dipengaruhi oleh


banyak faktor, antara lain; faktor perilaku, faktor lingkungan,
faktor keturunan dan faktor akses dan pemanfaatan fasilitas
Kesehatan. Adapun ciri-ciri gigi dan mulut yang sehat adalah:
a) Gigi tidak ada penyakit, tidak goyang dan kokoh, tidak
ada kecacatan dan menempati lengkung gigi sesuai
tempatnya.
b) Gingiva berwarna merah muda, tekstur kencang
menempel erat dengan gigi, permukaan seperti kulit
jeruk (stippling), tidak ada saku gusi yang dalam (pocket),
tidak ada pembengkaan maupun kelainan lainnya
c) Pipi dan bibir bagian dalam, dan langit-langit normal,
tidak ada kelainan misalnya kelainan karena iritasi,
bercak merah (erythroplakia), bercak putih ke abu-abuan
(leukoplakia) dan kelainan lainnya.

4
d) Lidah berwarna merah muda, lembab dan tidak ada
kelainan. Lidah yang sehat juga merupakan tanda gigi
yang sehat; Jika lidah berwarna putih, berbau atau
berubah warna, maka itu menandakan masalah yang
mendasarinya.
e) Tidak ada kelainan kelenjar ludah. Kelenjar ini berfungsi
membuat air liur agar kelembapan mulut terjaga
disamping juga menghasilkan enzim yang membentu
pencernaan. Ditemukan pada berbagai area di sekitar
mulut, termasuk pipi bagian dalam. (Argentina Callista,
2022)
f) Mulut tidak menimbulkan bau busuk.

Sedangkan menurut Ibar Maulana (2011) ada beberapa cara untuk


merawat atau mencegah kerusakan gigi pada anak, yaitu:

a) Membersihkan gigi anak sejak gigi pertama tumbuh,


biasanya pada umur 6 bulan. Pembersihan dilakukan
setiap malam sebelum tidur.
b) Pemeriksaan rutin ke dokter gigi, setidaknya 6 bulan
sekali. Pemeriksaan rutin membantu menjaga kesehatan
mulut anak. Biarkan anak menjadi akrab dengan dokter
gigi dan jangan menanamkan rasa takut.
c) Pastikan anak menyikat gigi secara teratur dua kali
sehari. Mulailah mengajarkan menyikat gigi ketika anak
sudah cukup besar, biasanya pada usia 2 tahun. Lebih
baik dari orang tua dalam mencontohkan cara menyikat
gigi kepada anak.
d) Siapkan makanan bergizi seperti buah-buahan, sayuran
dan keju yang mengandung banyak kalsium dan rendah
asam dan gula. Hindari makanan manis yang lengket.
e) Jangan memasukkan sendok dan garpu ke mulut anak
jika sendoh tersebut sudah pakai, agar bakteri penyebab
kerusakan gigi tidak menular.
f) Mengganti sikat gigi setiap tiga bulan sekali. Pilih sikat
gigi yang lembut khusus untuk anak-anak.

5
g) Cobalah untuk tidak menggunakan pasta gigi fluoride
ketika anak masih kecil karena mereka mungkin menelan
pasta gigi itu tanpa sengaja.
h) Ganti gula dengan madu karena madu tidak kariogenik
(menyebabkan karies gigi).
i) Tidak memberikan susu, jus atau minuman manis saat
anak akan tidur. Cairan itu akan terperangkap di bawah
bibir atas anak dan dapat menyebabkan gigi depan atas
mereka ]membusuk.

C. Penyakit Gigi Dan Mulut


Masalah kesehatan gigi yang ditemukan selama masa
pandemi COVID-19 antara lain adalah adanya halitosis, mulut
kering, saat menggosok gigi terdapat perdarahan pada gingiva,
gigi sakit dan adanya karies gigi baru yang terbentuk. Berdasarkan
survei yang dilakukan di Indonesia, terdapat penurunan kebiasaan
menggosok gigi selama masa pandemi COVID-19. Ditemukan 11%
anak-anak tidak melakukan gosok gigi sehari dua kali. Kunjungan
ke dokter (Kementerian Kesehatan RI, 2021).

Penyakit gigi dan mulut yang paling umum ditemukan


pada masyarakat adalah karies gigi (kerusakan gigi), infeksi pada
gusi (gingivitis) infeksi pada jaringan periodontal (periodontitis),
kehilangan gigi, serta kanker bibir dan rongga mulut. Penyakit
tersebut meskipun tergolong penyakit tidak menular namun dapat
berdampak pada kesehatan, sosial dan ekonomi yang signifikan.
Orang-orang yang mengalami akan terpengaruh sepanjang
perjalanan hidup mereka, dari masa kanak-kanak hingga remaja,
dewasa, dan kehidupan selanjutnya (WHO, 2020).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa


57,6% penduduk Indonesia mempunyai masalah kesehatan gigi
dan mulut dengan proporsiterbesar adalah karies gigi
(Kementerian Kesehatan RI, 2019). Kondisi memprihatinkan ini
juga terjadi pada anak-anak dimana sebanyak 93% anak usia dini
di Indonesia mengalami karies gigi (Sari et al., 2021). Pandemi
COVID-19 memberikan dampak yang luar biasa dalam dunia

6
kesehatan tidak terkecuali kesehatan gigi dan mulut. Tercatat
bahwa selama pandemi COVID-19 terjadi penurunan kebiasaan
menyikat gigi di masyarakat jika dibandingkan dengan hasil
survei di tahun 2018 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2020). Perawatan gigi menjadi hal yang sulit dilakukan pada masa
pandemi COVID-19 dikarenakan ke khawatiran masyarakat
dan dokter gigi akan risiko penularan yang terjadi melalui rongga
mulut (Kalash, 2020). Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) juga
menghimbau agar dokter gigi menunda segala bentuk tindakan
kecuali tindakan darurat untuk mencegah penularan COVID-
19 (Hervina et al., 2021; Rachim et al., 2021).

Berdasarkan survei penelitian yang dilakukan oleh Wei


Lyu, kesehatan gigi anak – anak pada tahun 2020 selama masa
pandemi COVID-19 relatif lebih rendah jika dibandingkan pada
tahun 2019 dan 2018. Tujuh puluh lima persen (75%) anak – anak
pada tahun 2020 memiliki kesehatan gigi yang lebih buruh
dibandingkan tahun 2019. Rasio inflamasi gingiva juga lebih besar
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perawatan dan
kunjungan ke dokter gigi pada tahun ini juga menurun, dimana
selama 12 bulan terakhir hanya 27% lebih rendah dibandingkan
tahun sebelumnya (Lyu & Wehby, 2022).

Untuk mencegah penyakit gigi dan mulut yang utama


adalah dengan memelihara kebersihan dan kesehatan gigi dan
mulut yang maksimal. Berikut jenis penyakit gigi dan mulut yang
dapat terjadi (Frank, 2019) :
1) Gigi berlubang (karies gigi)
Gigi berlubang disebut juga karies atau karies gigi, adalah area
gigi yang telah rusak dan mengakibatkan gigi berlubang secara
permanen. Karies terjadi ketika ada akumulasi plak dan sisa
makanan pada gigi. Proses aktifitas bakteri plak dan sisa
makanan ini dalam waktu tertentu menyebabkan terjadinya
penurunan pH kritis pada saliva yakni berkisar 5,5 yang
mengakibatkan terjadi demineralisasi pada lapisan keras gigi.
Akibat demineralisasi ini terjadi kerusakan atau pengikisan
lapisan dinding gigi yang permanen dimulai dari lapisan email

7
perlahan-lahan ke lapisan dentin, dapat sampai meluas pada
jaringan dibawahnya.
2) Penyakit gusi (gingivitis)
Penyakit gusi disebut “gingivitis”, adalah peradangan pada
gusi (gingiva). Penyebabnya umumnya hasil dari penumpukan
plak pada gigi karena kebiasaan menggosok gigi dan flossing
yang buruk. Tanda/ gejala gingivitis dapat berupa gusi
membengkak, gusi berwarna merah terang, berdarah saat
menggosokatau menggunakan benang gigi, bila parah akan
menimbulkan rasa sakit. Gingivitis juga dijumpai pada orang
yang menderita penyakit sistemik seperti diabetes mellitus,
penyakit kelainan darah, penderita AIDS, dan penyakit
sistemik lainnya. Gingivitis yang tidak diobati dapat
mengakibatkan periodontitis, dan berlanjut pada infeksi yang
lebih serius (O’Brien, Leonard, 2020)
3) Periodontitis
Periodontitis adalah infeksi pada gusi yang meluas sampai
merusak jaringan penyangga gigi. Bila periodontitis ini tidak
segera ditanggulangi, maka infeksi dapat berkembang
menyebar kerahang dan tulang. Hal ini dapat mengakibatkan
respons peradangan di seluruh tubuh. Didalam mulut penyakit
diabetes mellitus dpt meningkatkan jumlah bakteri yang
menginfeksi jaringan periodontal hingga menyebabkan
hilangnya perlekatan pd jaringan periodontal. Periodontitis
yang parah akan menyebabkan kegoyangan gigi.
4) Gigi retak atau patah
Gigi retak atau patah dapat terjadi akibat mengunyah atau
mencerna makanan yang keras, menggemeretakkan gigi
dengan kuat, tambalan yang terlalu luas sehingga dinding gigi
tipis, gigi terbentur karena kecelakaan dan penyakit lainnya.
Gigi yang patah/retak dapat menyebabkan kesakitan dan
kematian gigi (nekrosis pulpa), jika tidak segera diatasi atau
dirawat.
5) Gigi sensitive
Sensitivitas gigi juga disebut sebagai "hipersensitivitas
dentin". Seseorang yang memiliki gigi sensitif akan
merasakan ngilu bahkan sampai nyeri setelah makan dan

8
minum dingin atau panas. Kondisi ini dapat bersifat
sementara. Gigi sensitive akan kembali normal setelah
mendapatkan perawatan. Penyebab gigi sensitive
dikarenakan lapisan dentin yang terbuka, hal ini dikarenakan
seseorang mengalami penipisan pada lapisan gigi akibat
menggosok gigi terlalu keras, penyakit gusi, gusi turun, gigi
retak atau tambalan yang sudah usang/ bocor Sebagian orang
secara alami memiliki gigi sensitive dikarenakan mempunyai
lapisan gigi yang lebih tipis. Untuk mengatasi gigi sensitive
ini dapat menggunakan pasta gigi khusus.
6) Kanker mulut
Kanker mulut termasuk kanker pada gusi, lidah, bibir, pipi
bagian dalam, dasar mulut, dan langit-langit keras dan lunak.
Beberapa riset menunjukkan bahwa bahwa pada orang-orang
yang jarang menggosok gigi, tidak rutin memeriksakan
kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi, menggunakan gigi
palsu, memiliki gigi patah atau rusak yang tidak ditangani,
serta sering terkena radang gusi lebih berisiko untuk terkena
kanker mulut (alodokter, 2002).
Seorang dokter gigi biasanya adalah orang pertama yang
mengenali kanker mulut. Penggunaan tembakau seperti
merokok dan mengunyah tembakau merupakan faktor risiko
terbesar untuk kanker mulut.

9
D. Kontrol Enam Bulan Sekali
kampanye untuk menyikat gigi pada pagi dan malam hari
dan memeriksakan gigi minimal setiap enam bulan sekali
sudah merupakan anjuran umum dokter gigi pada pasien. fakta
terbalik menunjukan bahwa kebiasaan masyarakat indonesia
dalam merawat kesehatan gigi dan mulut masih perlu
dibenahi. hasil data riskesdas 2018 memperlihatkan bahwa dari
94,7% masyarakat yang menyikat gigi setiap hari, hanya 2,8%
yang melakukannya di waktu yang tepat, yaitudua kali sehari,
setelah sarapan dan sebelum tidur. yang tak kalah
memprihatinkan, ternyata 95,5% masyarakat indonesia tidak
pernah berkunjung ke tenaga medis gigi. (fkg unpad, 2019)
diperkuat dengan hasil penelitian pepsodent menunjukan
bahwa 79 % orang tua memberikan keterangan bahwa mereka
baru mengajak anak mereka mengunjungi dokter gigi pada saat
masalah sudah timbul dan bukan sebagai kunjungan rutin.
kondisi ini menyebabkan anak-anak menjadi lebih rentan
untuk mengalami sakit gigi (rahmansyah, f 2020)
sebanyak 31.4 % responden memeriksakan gigi anak ke
dokter gigi tiap 6 bulan sekali penelitian sebelumnya yang
dilakukan (laraswati et al 2021) menunjukkan angka yang lebih
besar (48%), tetapi masih dalam kategori kurang. faktor lain
yang mempengaruhi rendahnya kunjungan ke dokter gigi
adalah tingkat pengetahuan, ekonomi dan waktu yang dimiliki
orang tua yang terbatas. terkadang orang tua menganggap
bahwa permasalahan menjaga gigi dan mulut adalah hal yang
remeh, sehingga mereka baru akan memeriksakan gigi anaknya
apabila keluhan sudah dirasa cukup berat. pemeriksaan gigi
anak ke dokter gigi sejak dini adalah hal yang seharusnya
dilakukan oleh setiap orang tua kepada anaknya yang bermula
dari usia 2 tahun. pemeriksaan gigi rutin sebaiknya dilakukan 1
tahun sebanyak 2 kali kunjungan yang bertujuan sebagai
pendeteksi dini serta merawat perkembangan dan
pertumbuhan gigi anak. (mutiara h, eddy fne 2015)

10
Gambar 11.1 Pentingnya Pemeriksaan Gigi dan mulut 6 bulan
sekli

(Sumber RSKIASawojajar )

Dengan adanya berbagai dampak yang ditimbulkan maka


perlu memeriksakan gigi minimal 6 bulan sekali. Membuat jadwal
kunjungan ke dokter gigi untuk cek kesehatan gigi adalah agenda
penting,  inilah perlunya Anda rutin memeriksakan gigi minimal 6
bulan sekali:

a) Cek gigi secara rutin memungkinkan pendeteksian


masalah gigi dan gusi dalam tahap awal. Artinya, jika
terindikasi – misalnya – gigi muncul lubang kecil, dokter
gigi bisa segera melakukan penambalan agar gigi tidak
sampai keropos. Penanganan dini justru akan menghemat
biaya pengobatan dibanding pada saat kondisi gigi sudah
parah.
b) Pemeriksaan rutin ke dokter gigi juga berfungsi sebagai
deteksi dini untuk mengamati kemungkinan munculnya
penyakit serius lain pada rongga mulut, termasuk kanker.
Dokter gigi bisa memberikan saran pada pasien untuk
menemui dokter spesialis lain jika diperlukan
pemeriksaan lanjutan.

11
c) Melatih diri untuk tidak trauma dengan penanganan
masalah gigi. Saat ini teknologi dalam kedokteran gigi
berkembang pesat. Salah satunya yaitu efek trauma yang
dialami oleh pasien bisa dikurangi. Pasien tidak lagi
merasakan rasa sakit berlebihan pada saat – misalnya –
penanganan saluran akar gigi maupun perawatan gigi
secara keseluruhan. Semua bisa dilakukan dengan
nyaman.
d) Kunjungi dokter gigi minimal 6 bulan sekali
Kunjungi dokter gigi minimal 6 bulan sekali untuk
memastikan gigi anak tetap sehat dan kuat. Hal inisangat
penting untuk tetap memastikan kesehatan mulut dan gigi
anak bila terdapat masalah kesehatan mulut dan gig

12
DAFTAR PUSTAKA

Argentina Callista. (2022). Kenali Fungsi Penting Mulut dan


Bagian-bagiannya. Klik Dokter.
https://www.klikdokter.com/info-sehat/gigi-mulut/kenali-
fungsi-penting-mulut-dan-bagian-bagiannya. Diakses 31
Januari 2022
Budi, I. M., Nyoman, N., Supariani, D., Wirata, I. N., & Agung, A.
A. G. (2020). Mengoptimalkan Tugas Pokok Perawat Gigi di
Puskesmas. 7(2), 69–76.
Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman Pelaksanaan Program
Rumah SakitSayang Ibu dan Bayi (RSSIB). Jakarta: Depkes RI.
FDI. (2020). About Oral Health. Https://fdiworlddental.org.
https://fdiwor
Frank, C. (2019). Everything You Need to Know About Dental and Oral
Health. Https://www.healthline.com.
https://www.healthline.com/health/dental-and-oral-
health#surgery
Hervina, Nasutianto, H., & Astuti, N. K. A. (2021). Konsultasi dan
Edukasi Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut serta Protokol
Kesehatan selama Masa Pandemi COVID-19 secara Online
melalui Teledentistry. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada
Masyarakat (PKM), 4, 6.
https://doi.org/10.33024/jkpm.v4i2.3727

Kementerian Kesehatan R.I. (2021). Survey Menunjukkan


Kebiasaan Gosok Gigi Menurun Saat Pandemi COVID-19.
Www.Kemkes.Go.Id.https://www.kemkes.go.id/article/vi
ew/21031900002/survey-menunjukkan-kebiasaan-
gosok-gigi-menurun-saat-pandemi-covid-19.html

Kementerian Kesehatan RI. (2019). InfoDATIN Kesehatan Gigi


Nasional September 2019. Pusdatin Kemenkes RI, 1–6.
https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-
gigi.pdf

Laraswati N, Mahirawatie IC, (2021) Marjianto A. Peran ibu dalam


menjaga kesehatan gigi anak prasekolah dengan angka
karies di TK Islam Al-Kautsar Surabaya. J Ilm Keper Gi.;
2(1):9-24. DOI: 10.37160/jikg.v2i1.602
Louisa, M., Budiman, J. A., Suwandi, T., & Arifin, S. P. A. (2021).
Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di masa pandemi

13
covid-19 pada orang tua anak berkebutuhan khusus. Jurnal
AKAL: Abdimas dan Kearifan Lokal, 2(1).

Lyu, W., & Wehby, G. L. (2022). Effects of the COVID-19 pandemic


on children’s oral health
and oral health care use. Journal of the American Dental
Association. https://doi.org/10.1016/j.adaj.2022.02.008

Mutiara H, Eddy FNE. Peranan ibu dalam pemeliharaan kesehatan


gigi anak dengan status karies anak usia sekolah dasar. Med
J Lampung Univ. 2015;4(8):1-6.
Rahmiza Muzana, S., Puspa Widya Lubis, S., Nizar, M., Fadli, M.,
Arahim, Z. A., Diah Rizka, I., Elektromedik, T.,
Muhammadiyah Aceh, Stik., Aceh, B., Kedokteran, F.,
Abulyatama, U., & Besar, A. (2022). SOSIALISASI
PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN GIGI DAN
MULUT TERHADAP ANAK-ANAK DI KABUPATEN
ACEH BESAR.

Sari, A., Muqsith, F. S., Avichiena, A. M., & Swarnawati, A. (2021).


Edukasi Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Anak Di
Kampung Poncol Kecamatan Karang Tengah Tangerang.
PROSIDING SEMNASKAT LPPM UMJ 2021, 2–8.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaskat/article/vie
w/11251

Rachim, A. F., Wibowo, A., & Martiraz, Y. (2021). Teledentistry


Pada Pelayanan Gigi Dan Mulut Dimasa Pandemi COVID-
19 Tahun 2020-2021. PREPOTIF Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 5. https://doi.org/10.31004/prepotif.v5i2.2330

Rahmansyah, F., & Pamungkas, I. N. A. (2020). KOMUNIKASI


ANTARPERSONAL ANTARA DOKTER GIGI DAN
PASIEN ANAK DI RSGM UNPAD. eProceedings of
Management, 7(2).

WHO. (2022). Oral Health. Https://www.who.int/news-


Room.https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/oral-
health

14
BIODATA PENULIS

Nuraisya S.Tr.Kes.,M.Tr.TGM
Dosen Program Studi DIII kesehatan gigi
Politeknik Bina Husada Kendari

Penulis lahir di sinjai tanggal 26 november 1996. Bertempat


tinggal di BTN Tapalosa Residen jln tunggala blok F/4 Penulis
adalah dosen tetap pada Program Studi DIII kesehatan gigi di
politeknik bina husada kendari. Menyelesaikan pendidikan S1
pada Jurusan terapis gigi dan mulut di poltekkes makassar dan
melanjutkan S2 pada Jurusan terapis gigi dan mulut di poltekkes
semarang. Penulis menekuni bidang Menulis sejak menjadi
mahasiswa megister di poltekkes semarang.

15

Anda mungkin juga menyukai