Anda di halaman 1dari 82

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah
penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah)
yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Diabetes mellitus
merupakan keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik
akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop electron.Jumlah penduduk dunia yang sakit
diabetes mellitus cenderung meningkat dari tahun ke tahun.Hal ini berkaitan
dengan jumlah populasi meningkat, pola hidup, prevalensi obesitas meningkat
dan kegiatan fisik kurang.
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis
atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan
volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah
penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau
penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai
lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron
(Mansjoer dkk, 2011).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat

1
(Brunner & Suddart, 2002).Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau insensitifitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2001).
Diabetes Mellitus(DM)adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya
insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolism lemak dan protein
(Askandar, 2009).
Ulkusaadalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman
saprofit.Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus
diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM
dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010).
Ulkus kaki diabetik (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan
morbiditas akibat Diabetes Melitus.(Andyagreeni, 2010).
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Mellitus
sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita
Diabetes.Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya
Ulkus Uiabetik untuk terjadinya Ulkus Diabetik melalui pembentukan plak
atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah 2005).
Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu jenis penyakit degenerative yang
mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Menurut
Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat prevalensi global
penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari keseluruhan penduduk di dunia
dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 387 juta kasus. Indonesia
merupakan negara menempati urutan ke 7 dengan penderita DM sejumlah 8,5
juta penderita setelah Cina, India dan Amerika Serikat, Brazil, Rusia, Mexico.
Angka kejadian DM menurut data Riskesdas (2013) terjadi peningkatan dari 1,1

2
% di tahun 2007 meningkat menjadi 2,1 % di tahun 2013 dari keseluruhan
penduduk sebanyak 250 juta jiwa.
Menurut laporan profil kesehatan CJR tahun 2014, kasus Diabetes mellitus
termasuk 10 penyakit yang sering terjadi pada usia lansia dengan jumlah kasus
3.780 kasus. Dengan demikian kasus Diabetes melitus merupakan kasus yang
dianggap serius yang sering terjadi pada lansia, sehingga perlu penanganan dan
pembinaan khusus agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
Berdasarkan data yang diterima dari rekam medik RS Umum BGR mulai
dari buln November 2020 sampai dengan januari 2021 didapatkan hasil bahwa
pada tahun 2020 jumlah penderita penyakit DM tipe II adalah 839 orang. Dalam
hal ini, permasalahan yang terjadi di RS Umum BGR sama seperti yang di
kemukakan oleh WHO bahwa peningkatan penderita DM disebabkn karena
penderita yang kurang menyadari dengan penyakit tersebut.
Seiring dengan semakin banyaknya pasien yang terkena DM khususnya
di ruang rawat inap lantai 3A maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus
mengenai asuhan keperawatan pada penderita DM di Ruang Rawat Inap Lantai
3A Rumah Sakit Umum BGR.
B. Tujuan Penulisan
More information : In technical terms, the inflammatory response directs
components to the site of injury or infection and is manifest by increased blood
supply and permeability which, in technical terms, allows chemotactic peptides,
neutrophils, and mononuclear cells to leave the intravascular
compartment.Tujuan penyusun dalam makalah ini adalah :
1aass1.1. Tujuan Umum
Tujuan umumnya yaitu penulis mampu memahami konsep penyakit diabetes
melitus dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diabetes melitus.
2. Tujuan Khusus

3
Adapun tujuan khususnya mampu menggambarkan, mengetahui, menentukan,
memahami, menjelaskan dan mendiskripsikan:
a) Memberikan Asuhan keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus Type II
b) Melakukan pada pasitttuyuen dengan diabetes mellitus
c) Penentuan diagnosa atau masalah keperawatan yang muncul pada pasien
dengan diabetes mellitus
d) Penyusunan intervensi keperawatan secara tepat pada pasien dengan
diabetes millitus
e) Implementasi keperawatan pada pasien dengan diabetes millitus
f) Evaluasi keperawatan pada pasien dengan diabetes melituspenulis pe

111121
C. Ruang LingkupKeperawatan
Penulisan makalah ini merupakan pembahasan pemberian Asuhan Keperawatan
pada Tn.I dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di ruang perawatan IRNA 3A di RS
Umum BGR selama 3 hari dari tanggal 25 september 2021 s/d 27 september
2021.

D. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode Deskriptif yaitu dengan
mengelola satu kasus yang dilaksanakan dengan pendekatan pemecahan masalah
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
tindakan dan evaluasi. Sedangkan tehnik pengambilan data yang di gunakan
dalam penulisan makalah ini adalah observasi, interview, pemeriksaan fisik,
studi dokumenter. Slanjutnnya dalam penulisan makalah ini menggunakan studi
kepustakaan yaitu menggunakan beberapa buku sumber yang menjelaskan
mengenai kasus Diabetes melitus terutama type II dan Ulkus Diabetikum.

4
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dari penulisan makalah ini terdiri dari 5 bab yaitu Bab 1
terdiri dari Pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan,
Penulisan,Ruang Lingkup, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan. Bab 2
Tinjauan Teori, yang terdiri dari Anatomi dan Fisiologi, Pengertian, Etiologi,
Patofisiologi, Gejala Klinis, Pemeriksaan Diagnostik, Komplikasi,
Penatalaksanaan Medis, Pencegahan, Asuhan Keperawatan.Bab 3Tinjauan
Kasus, yang terdiri dari Pengkajian, Data Fokus, Analisa Data, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Bab 4 Pembahasan, yang
terdiri dari Pengkajian, Data Fokus, AnalisaData,DiagnosaKeperawatan,
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Dan Bab 5 Kesimpulan dan Saran.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin


1. Pankreas
Bagian eksokrin pankreas (bagian terbesar prankeas)  mengahasilkan
enzim-enzim pencernaan, bagian endokrinnya, berupa pulau-pulau
langerhans ( sekitar satu juta pulau) , mengahsilkan hormon. Pulau
langerhans terdiri atas sel-sel alfa, yang menghasilkan glukogaon sel-sel
beta yang menghasilkan insulin. Glukoagon dan Insulin mengatur kadar
gula darah : Insulin adalah hormon hipoglikemik (menurunkan gula darah)
sedangkan glukoagon bersifat hiperglikemik (meningkatkan gula darah).
Selain ini ada sel delta yang menghasilkan somatostatin, yang
menghambat pelepasan insulin dan glukagon ;sel f mengahasilkan
polipeptida pangkreatik, yang berperan mengatur fungsi eksokrin pankreas
(Jan Tambayong, 2010).

6
2. Glukagon
Sasaran utama Glukoagon adalah hati, dengan (a) merombak glikogen
menjadi glukosa (glikogenolisis) ; (b) sintesis glukosa dari asam laktat dan
dar molekul non karbohidrat seperti asam lemak dan asam amino
(glukoneogenesis) ; dan (c) pembebasan glukosa ke darah oleh sel-sel hati
sehingga gula darah naik. Sekresi glucagon dirangsang turunya kadar gula
darah, jug anaiknya kadar asam aminao darah (setelah makan banyak).
Sebaliknya dihambat oleh kadar gula darah yang tinggi dan oleh
somatostatin. (Jan Tambayong,2010)

3. Insulin
Insulin adalah hormon  yang dihasilkan dalam sel beta pulau sel intra
alveolar. Hormon ini terdiri dari dari asam amino. Produksinya oleh sel

7
beta dirangsang oleh peningkatan gula darah, sepeti yang terjadi setelah
makan makanan yang mengandung karbohidrat ; insulin bersirkulasi
dalam darah dan akhirnya dihancurkan oleh ginjal dan hati.fungsinya
adalah merangsang transfer glukosa melalui dinding sel dan mencegah
peningkatan gula darah diatas batas normal. Glukagon adalah hormon
yang dihasilkan oleh sel alfa pulau sel hepar menjadi glukosa.Kerja ini
menghasilkan efek berlawanan dengan kerja insulin.Produksi hormon ini
dirangsang oleh penurunan gula darah, yang dapat diakibatkan oleh puasa
atau melakukan latihan sedang sampai berat. (Jhon Gibson, 2012)

8
B. Pengertian
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes
melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan
absolute insulin atau penurunan relatif insensitivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi
pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron
(Mansjoer dkk, 2007).
Diabetes mellitus Tipe 2 atau dikenal dengan istilah Non-insulin Dependent
Millitus (NIDDM) adalah keadaan dimana hormon insulin dalam tubuh tidak
dapat berfungsi dengan semestinya, hal ini dikarenakan berbagai
kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi  insulin atau berkurangnya
sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai
dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah (Nurul Wahdah, 2011)

Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender.
Ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman
saprofit.adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus
diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit
DM dengan neuropati perifer,(andyageni, 2010).
Ulkus diabetik merupakan komplikasi kronik dari diabetus mellitus
sebagai sebab utama morbilitas, mortalitas serta kecacatan penderita diabetes.
Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya ulkus

9
diabetik melalui pembentukan plak atherosklerosis pada didinding pembuluh
dara, (zaidah 2005).

C. Etiologi
1. Penurunan fungsi cell β pancreas
Penurunan fungsi cell β disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Glukotoksisitas
Kadar glukosa darah yang berlangsung lama akan menyebabkan
peningkatan stress oksidatif, IL-1b DAN NF-kB dengan akibat
peningkatan apoptosis sel beta
b. Lipotoksisitas
Peningkatan asam lemak bebas yang berasal dari jaringan adiposa
dalam proses lipolisis akan mengalami metabolism non oksidatif
menjadi ceramide yang toksik terhadap sel beta sehingga terjadi
apoptosis

10
c. Penumpukan amyloid
Pada keadaan resistensi insulin, kerja insulin dihambat sehingga kadar
glukosa darah akan meningkat, karena itu sel beta akan berusaha
mengkompensasinya dengan meningkatkan sekresi insulin hingga
terjadi hiperinsulinemia. Peningkatan sekresi insulin juga diikuti
dengan sekresi amylin dari  sel beta yang akan ditumpuk disekitar sel
beta hingga menjadi jaringan amiloid dan akan mendesak sel beta itu
sendiri sehingga akirnya jumlah sel beta dalam pulau Langerhans
menjadi berkurang. Pada DM Tipe II jumlah sel beta berkurang sampai
50-60%.
d. Efek inkretin
Inkretin memiliki efek langsung terhadap sel beta dengan cara
meningkatkan proliferasi sel beta, meningkatkan sekresi insulin dan
mengurangi apoptosis sel beta.
e. Umur
Diabetes Tipe II biasanya terjadi setelah  usia 30 tahun dan semakin
sering terjadi setelah usia 40 tahun, selanjutnya terus meningkat pada
usia lanjut. Usia lanjut yang mengalami gangguan toleransi glukosa
mencapai 50 – 92%. Proses menua yang berlangsung setelah usia 30
tahun mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia.
Perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan
ahirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi fungsi
homeostasis. Komponen tubuh yang mengalami perubahan adalah sel
beta pankreas yang mengahasilkan hormon insulin, sel-sel jaringan
terget yang menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan hormon lain yang
mempengaruhi kadar glukosa.
f. Genetik
2. Retensi insulin

11
Penyebab retensi insulin pada DM Tipe II sebenarnya tidak begitu jelas,
tapi faktor-faktor berikut ini banyak berperan:
a. Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)
Obesitas menyebabkan respon sel beta pankreas terhadap glukosa darah
berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel diseluruh tubuh termasuk
di otot berkurang jumlah dan keaktifannya kurang sensitif.
b. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
c. Kurang gerak badan
d. Faktor keturunan (herediter)
e. Stress
Reaksi pertama dari respon stress adalah terjadinya sekresi sistem saraf
simpatis yang diikuti oleh sekresi simpatis adrenal medular dan bila
stress menetap maka sistem hipotalamus pituitari akan diaktifkan.
Hipotalamus mensekresi corticotropin releasing faktor yang
menstimulasi pituitari anterior memproduksi kortisol, yang akan
mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah (FKUI, 2011)

12
D. Patofisiologi

http;//donload-my-ebook.blogspot.com Nurul Wahdah, 2011

13
Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena
sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa
terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati.Di samping itu glukosa
yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam
urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa
haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori.Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun
pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan
lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat
kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis.

14
Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan
komponen terapi yang penting.

Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam
sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel
ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan
dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya.Karena itu
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.Meskipun demikian, diabetes
tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).

Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari
30 tahun dan obesitas.Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi.Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan
dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama

15
sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya
sangat tinggi).

E. Gejala Klinis

1. Diabetes Tipe I
a. hiperglikemia berpuasa
b. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. keletihan dan kelemahan
d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,
nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur
c. komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer)
3. Ulkus Diabetikum
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses
mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara
akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh).

16
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola
dari fontaine:
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
e. Smeltzer dan Bare (2001: 1220).
F. Pemeriksaan Diagnostik

Jenis pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk pemeriksaan laboratorium


DM adalah urin dan darah.Mekipun dengan menggunakan urin dapat dilakukan,
namun hasil yang didapat kurang efektif.Darah vena adalah spesimen pilihan
yang tepat dianjurkan untuk pemeriksaan gula darah.Apabila sampel yang
digunakan adalah darah vena maka yang diperiksa adalah plasma atau serum,
sedangkan bila yang digunakan darah kapiler maka yang diperiksa adalah darah
utuh. Pada pengambilan darah kapiler, insisi yang dilakukan tidak boleh lebih dari
2,5 mm karena dapat mengenai tulang. Pada pengambilan darah kapiler juga tidak
boleh memeras jari dan tetesan pertama sebaiknya dibuang.

Jenis-jenis pemeriksaan laboratorium untuk Diabetes Melitus adalah sebagai


berikut :

1. Gula darah puasa


Pada pemeriksaan ini pasien harus berpuasa 8-10 jam sebelum pemeriksaan
dilakukan.Spesimen darah yang digunakan dapat berupa serum atau plasma
vena atau juga darah kapiler.Pemeriksaan gula darah puasa dapat digunakan
untuk pemeriksaan penyaringan, memastikan diagnostik atau memantau
pengendalian DM. Nilai normal 70-110 mg/dl.

17
2. Gula darah sewaktu
Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada pasien tanpa perlu diperhatikan
waktu terakhir pasien pasien.Spesimen darah dapat berupa serum atau plasma
yang berasal dari darah vena.Pemeriksaan gula darah sewaktu plasma vena
dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaringan dan memastikan diagnosa
Diabetes Melitus.Nilai normal <200 mg/dl.
3. Gula darah 2 jam PP (Post Prandial)
Pemeriksaan ini sukar di standarisasi, karena makanan yang dimakan baik
jenis maupun jumlah yang sukar disamakan dan juga sukar diawasi pasien
selama 2 jam untuk tidak makan dan minum lagi,  juga selama menunggu
pasien perlu duduk, istirahat yang tenang, dan tidak melakukan kegiatan
jasmani yang berat serta tidak merokok. Untuk pasien yang sama,
pemeriksaan ini bermanfaat untuk memantau DM. Nilai normal <140 mg/dl.
4. Glukosa jam ke-2 TTGO
TTGO tidak diperlukan lagi bagi pasien yang menunjukan gejala klinis khas
DM dengan kadar gula darah atau glukosa sewaktu yang tinggi melampaui
nilai batas sehinggasudah memenuhi kriteria diagnosa DM. (Gandasoebrata,
2007 : 90-92).
Nilai normal   :
a. Puasa : 70 – 110 mg/dl
b. ½ jam : 110 – 170 mg/dl
c. 1 jam : 120 – 170 mg/dl
d. 1½ jam : 100 – 140 mg/dl
e. 2 jam : 70 – 120 mg/dl
5. Pemeriksaan HbA1c
HbA1c atau A1c merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antar glukosa
dan hemoglobin (glycohemoglobin). Jumlah  HbA1c yang terbentuk,
tergantung pada kadar gula darah. Ikatan A1c stabil dan dapat bertahan hingga
2-3 bulan (sesuai dengan usai sel darah merah), kadar HbA1c mencerminkan

18
kadar gula darah rata-rata 1 sampai 3 bulan. Uji digunakan terutama sebagai
alat ukur keefektifan terapi diabetik. Kadar gula darah puasa mencerminkan
kadar gula darah saat pertama puasa, sedangkn glikohemoglobin atau HbA1c
merupakan indikator yang lebih baik untuk pengendalian Diabetes
Melitus.Berdasarkan nilai normal kadar HbA1c pengendalian Diabetes
Melitus dapt dikelompokan menjadi 3 kriteria yaitu :
a. DM terkontrol baik / kriteria baik            : <6,5%
b. DM cukup terkontrol / kriteria sedang     :6,5 % - 8,0 %
c. DM tidak terkontrol / kriteria buruk         : > 8,0 %
G. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan sebagai akut
dan kronik :
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek dari glukosa darah.
a. Hipoglikemia.
b. Ketoasidosis diabetic (DKA)
c. sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HONK).
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi
koroner, vaskular perifer dan vaskular selebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk
memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular
maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi
serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Ulkus/gangren

19
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain
1) Grade 0 : tidak ada luka
2) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4) Grade III : terjadi abses
5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai
3. Komplikasi jangka panjang dari diabetes

Organ/jaringan
Yang terjadi Komplikasi
yang terkena
Pembuluh darah Plak aterosklerotik terbentuk Sirkulasi yg jelek
& menyumbat arteri menyebabkan
berukuran besar atau sedang penyembuhan luka yg
di jantung, otak, tungkai & jelek & bisa menyebabkan
penis. penyakit jantung, stroke,
Dinding pembuluh darah kecil gangren kaki & tangan,
mengalami kerusakan impoten & infeksi
sehingga pembuluh tidak
dapat mentransfer oksigen
secara normal & mengalami
kebocoran
Mata Terjadi kerusakan pada Gangguan penglihatan &
pembuluh darah kecil retina pada akhirnya bisa terjadi
kebutaan
Ginjal a. Penebalan pembuluh Fungsi ginjal yg buruk
darah ginjal Gagal ginjal
b. Protein bocor ke dalam
air kemih

20
c. Darah tidak disaring
secara normal
Saraf Kerusakan saraf karena 1. Kelemahan tungkai
glukosa tidak dimetabolisir yg terjadi secara tiba-
secara normal & karena aliran tiba atau secara
darah berkurang perlahan
2. Berkurangnya rasa,
kesemutan & nyeri di
tangan & kaki
3. Kerusakan saraf
menahun
Sistem saraf Kerusakan pada saraf yg 1. Tekanan darah yg
otonom mengendalikan tekanan darah naik-turun
& saluran pencernaan 2. Kesulitan menelan &
perubahan fungsi
pencernaan disertai
serangan diare
Kulit Berkurangnya aliran darah ke 3. Luka, infeksi dalam
kulit & hilangnya rasa yg (ulkus diabetikum)
menyebabkan cedera berulang 4. Penyembuhan luka yg
jelek
Darah Gangguan fungsi sel darah Mudah terkena infeksi,
putih terutama infeksi saluran
kemih & kulit

H. Penatalaksanaan Medis
1. Diet

21
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan
diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk
mencapai tujuan berikut :
a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan
mineral)
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energy
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara
yang aman dan praktis
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
Perencanaan makan pada penderita diabetes mellitus terdiri dari :
1) Perencanaan makan unsur karbohidrat: Tujuan diet ini adalah
meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks khususnya yang berserat
tinggi seperti : roti gandung utuh, nasi beras tumbuk, sereal dan pasta/ mie
yang berasal dari gandum. Disamping itu, penggunaan sukrosa dengan
jumlah yang sedang kini lebih banyak diterima sepanjang pasien masih
dapat mempertahankan kadar glukosa serta lemak (mencakup kolesterol
dan trigliserida) yang adekuat dan mampu mengendalikan berat badannya.
2) Perencanaan makan unsur protein: Rencana makan dapat mencakup
penggunaan beberapa makanan sumber protein nabati untuk membantu
mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh.
3) Perencanaan makan unsur lemak: Perencanaan makan yang mempunyai
kandungan lemak dalam diet diabetes mencakup penurunan persentase total
kalorinya yang berasal dari sumber lemak hingga kurang 30 % total kalori
dan pembatasan jumlah lemak jenuh hingga 10 % total kalori. Selain itu
juga pembatasan asupan kolesterol hingga kurang dari 300 mg/ hari sangat
dianjurkan.

22
4) Perencanaan makan unsur serat: Tipe diet ini berperan dalam penurunan
kadar total kolesterol dan LDL (Low Density Lipoprotein) kolesterol dalam
darah. Peningkatan kandungan serat dalam diet dapat pula memperbaiki
kadar glukosa darah sehingga kebutuhan insulin dari luar dapat dikurangi
2. Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor risiko
kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga.
Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat
meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju
metabolisme istirahat (resting metabolic rate). Semua efek ini sangat
bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat badan, mengurangi
rasa stress dan mempertahankan kesegaran tubuh. Latihan juga akan
mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar HDL kolesterol dan
menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida. Semua manfaat ini sangat
penting bagi penyandang diabetes mengingat adanya peningkatan risiko untuk
terkena penyakit kardiovaskuler pada diabetes.
Meskipun demikian, penderita diabetes dengan kadar glukosadarah lebih dari
250 mg/ dl (14 mmol/ L) dan menunjukkan adanya keton dalam urin tidak
boleh melakukan latihan sebelum pemeriksaan keton urin menjadi negatif dan
kadar glukosa darah telah mendekati normal. Latihan dengan kadar glukosa
darah yang tinggi akan meningkatkan sekresi glukagon, growth hormone dan
katekolamin. Peningkatan hormon ini membuat hati melepas lebih banyak
glukosa sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa darah.Pedoman umum
latihan pada diabetes :
a. Gunakan alas kaki yang tepat, dan bila perlu alat pelindung kaki lainnya
b. Hindari latihan dalam udara yang sangat panas atau dingin

23
c. Periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan
d. Hindari latihan pada saat pengendalian metabolik buruk
e. Pemantauan Kadar Glukosa Darah
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri (SMBG;
Self-monitoring of blood glucose), penderita diabetes kini dapat mengatur
terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. Cara ini
memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta hiperglikemiadan
berperan dalam menentukan kadar glukosa darah normal yang kemungkinan
aka mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang.
3. Terapi
a. Obat hipoglikemik oral (OHO) seperti sulfonylurea, biguanid, inhibitor alfa
glukosidase dan insulin sensitizing agen
b. Pada diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka
panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat
hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya. Disamping itu, sebagian
pasien diabetes tipe II yang biasanya mengendalikan kadar glukosa darah
dengan diet atau dengan obat oral kadang membutuhkan insulin secara
temporer selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan atau
beberapa kejadian stress lainnya. Penyuntikan insulin sering dilakukan dua
kali per hari (atau bahkan lebih sering lagi) untuk mengendalikan kenaikan
kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari. Karena dosis
insulin yang diperlukan masing-masing pasien ditentukan oleh kadar
glukosa darah yang akurat sangat penting.
4. Pendidikan Kesehatan
Diabetes mellitus merupakan sakit kronis yang memerlukan perilaku
penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Pasien bukan hanya belajar
keterampilan untuk merawat diri sendiri guna menghindari penurunan atau
kenaikan kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki

24
perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi jangka
panjang yang dapat ditimbulkan dari penyakit diabetes mellitus.
Apabila terjadi luka maka Penatalaksanaan adalah :
a. Debridemen
Debridemen merupakan eksisi pada kulit yang terdapat luka dengan jaringan
yang telah rusak. Hal tersebut dikerjakan dengan tujuan untuk mempercepat
proses penyembuhan luka dan mempercepat pembentukan jaringan baru pada
luka. Pembedahan debridemen diindikasikan untuk klien dengan ulkus yang
sangat luas dan dalam yang disertai dengan adanya jaringan mati pada luka,
serta pada klien yang mempunyai risiko terjadinya syock
septicemia.Pembedahan debridemen dilakukan tergantung dari luas dan
kedalaman ulkus serta dengan mempertimbangkan kemungkinan banyaknya
kehilangan darah saat pembedahan.Dokter bedah dapat melakukan
debridemen diruang tindakan ataupun diruang operasi. Pembedahan
debridemen terdiri dari :
1) Mechanical Debridement
Mechanical debridement dapat dilakukan secara berulang untuk
mengangkat dan membersihkan jaringan luka yang telah mati. Pada
mechanical debridement proses perawatan luka merupakan hal yang efektif
dan dapat dilakukan dengan penggantian balutan dari balutan lembab ke
balutan kering atau juga dari balutan kering ke balutan lembab pula.
2) Enzymatic Debridement
Enzymatic debridement meliputi penyediaan enzim proteolitik dan
fibrinolitik sintesis.Produk ini khusus digunakan untuk jaringan nekrotik
saluran pencernaan dan memfasilitasi pembersihan jaringan luka yang telah
mati. Enzim proteolitik dan fibrinolitik menyediakan lingkungan yang
lembab untuk keefektifan proses penyembuhan luka dan pembentukan
jaringan baru serta digunakan secara langsung pada luka. Nyeri dan
perdarahan merupakan masalah utama dari penatalaksaan ini dan harus

25
dilakukan secara terus-menerus.Enzymatic debridement merupakan
kontraindikasi untuk luka yang sangat luas dan dalam pada tubuh terutama
luka yang membentuk suatu lubang atau rongga, pembedahan jaringan
saraf dan ulkus akibat neoplasma.
3) Surgical Debridement
Surgical debridement meliputi eksisi jaringan mati.Terdapat dua teknik
yang biasa digunakan untuk surgical debridement pada saat sekarang yaitu
eksisi tangensial dan eksisi fasial.Eksisi tangensial dilakukan dengan
mengangkat banyak lapisan yang tipis sampai jaringan pada luka tumbuh
kembali.Eksisi fasial dilakukan dengan pembersihan inti jaringan lemak
sampai ke fasia.Teknik ini sering digunakan untuk luka yang sangat dalam.
b. Grafting
Grafting merupakan pencakokan atau penanaman jaringan kulit kepada
jaringan kulit lain dengan tujuan untuk menumbuhkan jaringan kulit yang
baru sehingga luka dapat menutup secara signifikan. Indikasi untuk
dilakukannya autografting adalah sebagai berikut :
1) Ulkus yang sangat luas dan dalam serta tidak dapat ditutp dengan grafting
karena keluasan dari luka atau hal lain yang menghambat terhadap proses
grafting pada luka ulkus.
2) Penyembuhan alami yang menyebabkan kehilangan fungsi dari system
musculoskeletal seperti adanya deformitas pada persendian, tulang ataupun
yang lainnya.
Keberhasilan proses pencangkokan atau penanaman kulit dipengaruhi oleh
keadaan daerah sekitar luka yang mendukung terjadinya proses granulasi
jaringan. Pencangkokan atau penanaman jaringan kulit dapat diperoleh dari
donor, kemudian dipindahkan pada luka ulkus yang selanjutnya dijahit pada
daerah luka ulkus tersebut.Pengcangkokan keseluruhan jaringan kulit dan
penutupan myocutaneus digunakan untuk penutupan luka yang dalam, luka
yang luas atau pada organ yang vital.

26
c. Terapi Pengobatan
Agen antibakterial topikal sering diindikasikan untuk mengontrol
pertumbuhan bakteri pada luka dengan nekrosis yang sangat luka atau pada
keadaan daya immunitas jaringan luka yang terganggu.Untuk menghindari
infeksi pada jaringan luka, penggunaan antibiotic profilaksis biasanya
dihindari karena bahaya dari perkembangan strain bacterial yang resisten.
I. Pencegahan
1. Berhenti Merokok
Jika Anda memiliki kebiasaan merokok maka sebaiknya berhenti mulai
sekarang. Rokok meninggalkan nikotin dalam saluran pernafasan kemudian
akan diambil oleh darah. Darah yang mengandung nikotin akan merusak
sistem insulin pada pankreas sehingga resiko diabetes menjadi semakin
tinggi. Bahaya merokok selain menjadi penyebab diabetes juga dapat
menimbulkan ratusan penyakit paling mematikan di dunia lainnya.
2. Berhenti Minum Alkohol
Alkohol adalah salah satu pemicu beberapa jenis penyakit dalam tubuh seperti
jantung, stroke, kanker hati dan beberapa jenis penyakit lain. Jantung menjadi
salah satu potensi besar untuk merusak kemampuan tubuh dalam menghasilkan
insulin.Karena itulah bahaya alkohol bisa meningkatkan potensi diabetes.
3. Hindari Kebiasaan Tidak Melakukan Aktivitas Apapun
Terlalu banyak duduk akan memicu timbunan lemak dalam tubuh sehingga
Anda bisa menjadi lebih gemuk. Jadi, membuat tubuh selalu bergerak paling
tidak hanya berjalan-jalan akan membuat simpanan kalori dalam tubuh bisa
dibakar menjadi tenaga.
4. Turunkan Berat Badan
Obesitas adalah salah penyebab diabetes yang paling tinggi. Memiliki berat
badan yang berlebih akan memicu beberapa penyakit seperti jantung. Ketika
tubuh beresiko memiliki penyakit jantung maka potensi diabetes juga akan

27
semakin tinggi. Jika kondisi ini terjadi maka Anda bisa menurunkan berat
badan dengan melakukan olahraga secara teratur dan diet.
5. Ganti Sumber Karbohidrat dengan Biji-Bijian
Sumber karbohidrat yang berasal dari tanaman gandum dan biji-bijian bisa
membuat enzim pencernaan sulit merubah pati menjadi glukosa. Proses ini
akan membuat tubuh mendapatkan kadar gula dalam darah dengan proses yang
lebih lama. Jika hal ini terjadi maka tubuh akan memproses insulin sesuai
dengan kebutuhan. Dengan cara ini maka resiko diabetes bisa dikurangi dan
untuk mencegah terjadinya diabetes. beberapa jenis makanan yang bisa
digunakan untuk menggantikan karbohidrat lembut seperti nasi adalah
gandum, sereal, jagung dan ubi.
6. Hindari Terlalu Sering Konsumsi Minuman Manis
Minuman manis yang mengandung gula dan bahan pemanis lain telah
meningkatkan resiko diabetes. Minuman manis memang dibutuhkan oleh
tubuh sebagai sumber tenaga tapi dalam jumlah yang kecil. Selain minuman
manis maka minuman yang mengandung soda dan berbagai bahan pengawet
juga harus dihindari. Minuman manis akan meningkatkan kadar glikemik
dalam tubuh sehingga bisa meningkatkan resiko obesitas dan diabetes.
7. Konsumsi Lemak Tak Jenuh Ganda
Lemak tak jenuh ganda adalah jenis lemak yang ditemukan pada beberapa
jenis kacang-kacanga, biji-bijian, ikan salmon, ikan sarden dan beberapa jenis
ikan lain .Lemak ini dapat membantu tubuh dalam mencegah diabetes.
Sementara jenis minyak trans seperti minyak sawit dan margarin akan
meningkatkan resiko penyakit jantung dan meningkatkan resiko diabetes.
8. Batasi Konsumsi Daging Merah
Daging merah yang berasal dari domba, sapi , dan babi ternyata bisa
meningkatkan resiko diabetes. Daging merah tidak mudah diterima oleh tubuh
termasuk dalam proses metabolisme. Untuk menghindari resiko ini maka
sebaiknya ganti daging merah dengan daging unggas.

28
9. Lakukan Berbagai Macam Aktifitas Fisik
Berbagai macam gerakan dan latihan fisik bisa menghindari tubuh dari
penumpulan lemak, resiko obesitas dan membuat jantung menjadi lebih sehat.
Dengan gaya hidup seperti ini maka tubuh akan meningkatkan produksi insulin
dan digunakan untuk membantu menormalkan kadar gula dalam darah. Anda
bisa memilih beberapa aktifitas fisik seperti berenang, senam dan lari.Latihan
fisik 20 menit setiap hari sudah bisa menurunkan resiko terkena diabetes.
10. Konsumsi Makanan Berserat
Makanan yang mengandung serat akan membuat sistem metabolisme dalam
tubuh berjalan lebih lancar. Organ pencernaan bisa bekerja secara maksimal
dan zat-zat penting yang berasal dari makanan bisa digunakan oleh tubuh
dengan cepat.Makanan berserat juga bisa menurunkan resiko penyakit jantung
dan menjaga organ pencernaan. Dengan cara ini maka resiko diabetes akan
menjadi lebih rendah. beberapa makanan berserat antara lain adalah sayuran
hijau, kacang-kacangan, buah-buahan, dan biji-bijian.
11. Atur Porsi Makan
Konsumsi makanan yang seimbang dengan kebutuhan nutrisi tubuh adalah
langkah yang sangat bijak.Pada dasarnya dalam setiap satu piring makan harus
terdapat sekitar seperempat bagian protein, sayuran, buah, dan karbohidrat.Ini
adalah salah satu pengaturan porsi makan yang paling sehat.Namun kita sering
lupa bahwa makan hanya untuk membuat perut menjadi kenyang namun
ternyata bukan hal itu yang dibutuhkan oleh tubuh.Mengatur porsi makanan
dengan jumlah yang kecil dan sesuai dengan kebutuhan nutrisi bisa
mengurangi resiko diabetes.

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan

29
a. Identitas pasien
b. Identitas penanggung jawab pasien
c. Keluhan utama
d. Riwayat kesehatan keluarga. Adakah keluarga yang menderita penyakit
seperti klien
e. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya. Berapa lama klien
menderita DM, bagaimana penanganannya,mendapat terapi insulin jenis
apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja
yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : - Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan
- Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur
Tanda : - Takikardia dan takipnea pada keadaan isitrahat
atau dengan aktivitas
- Letargi / disorientasi, koma
- Penurunan kekuatan otot
2) Sirkulasi
Gejala : - Adanya riwayat hipertensi
- Klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
- Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
Tanda : - Takikardia
- Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
- Nadi yang menurun / tidak ada
- Disritmia
- Krekels
- Kulit panas, kering, kemerahan, bola mata cekung

3) Integritas Ego

30
Gejala : - Stress, tergantung pada orang lain
- Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : - Ansietas, peka rangsang
1) Eliminasi
Gejala : -Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia
- Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
- Nyeri tekan abdomen
- Diare
Tanda : - Urine encer, pucat, kuning : poliuri
2) Makanan / cairan
Gejala : -  Hilang nafsu makan
- Mual / muntah
- Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa /
karbohidrat.
- Penurunan BB lebih dari periode beberapa hari / minggu
- Haus
- Penggunaan diuretic (tiazid)
6) Nyeri / kenyamanan
Gejala : - Abdomen yang tegang / nyeri (sedang/berat)
Tanda : - Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati
7) Pernafasan
Gejala : - Merasa kekurangan oksigen : batuk dengan / tanpa sputum
purulent
(tergantung ada tidaknya infeksi
Tanda : - Lapar udara
- Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi)
- Frekuensi pernafasan
8) Keamanan
Gejala : -  Kulit kering, gatal; ulkus kulit

31
Tanda  : -  Demam, diaphoresis
- Kulit rusak, lesi / ilserasi
- Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan
b. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan metabolisme
karbohidrat akibat defisiansi insulin, intake tidak adekuat akibat adanya
mual muntah
c. Resiko defisit volume cairan dean elektrolit b/d diuresis osmotic dan
polyuria
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat penurunan
produksi energi
e. Gangguan integritas kulit b/d penurunan sensasi sensori, gangguan
sirkulasi, penurunan aktifitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan tentang
perawatan kulit.
f. Gangguan citra tubuh b/d ekstremitas gangrene
g. Resiko cedera b/d penurunan fungsi penglihatan, pelisutan otot.
h. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi leukosit.
3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam


Tujuan : diharapkan rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria Pasien secara verbal dapat mengatakan rasa nyeri
hasil : berkurang/hilang, skala nyeri berkurang

Intervensi :
1) Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.

32
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2) Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan
mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak
bekerjasama dalam melakukan tindakan.
3) Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan
memperberat rasa nyeri.
4) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan pasien.
5) Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
6) Lakukan massage dan perawatan luka dengan cairan nacl9% saat rawat
luka.
Rasional :  massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran
pus sedangkan cairan nacl sebagai pembersih luka.
7) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.
Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri
pasien.
b. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan metabolisme
karbohidrat akibat defisiansi insulin, intake tidak adekuat akibat adanya
mual muntah

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam


Tujuan : diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang
: tepat, BB stabil, nilai lab normal

33
Intervensi :
1) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan pasien
Rasional   :    Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan terapeutik
2) Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrient) dan
elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya
melalui pemberian cairan melalui oral
Rasional   :    Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien
sadar dan fungsi gastroisntetinal baik
3) Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah,
Rasional   :    Gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian
cairan dan terapi insulin terkontrol.
4) Kolaborasi dengan ahli diet
Rasional   :    Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian
diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
c. Devisit volume cairan dan elektorlit b/d diuresis osmotic dan poliuria
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
Tujuan :
diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh
tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit
Kriteria hasil
dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara
:
individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD orotstatik

34
Rasional : Hipovelemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan
takikardia.
2) Ukur berat badan setiap hari
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik di status cairan
yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam
memberikan cairan pengganti.
3) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
Rasional :Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume
sirkulasi yang adekuat
4) Pantau pemeriksaan lab seperti : Hematoksit (Ht), BUN (kreatinin) dan
Osmulalitas darah, Natrium, kalium
Rasional   :   
- Ht :Mengkaji tingkat hidrasi dan sering kali meningkat akibat
homokonsentrasi yang terjadi setelah dieresis osmotic
- BUN : Peningkatan nilai dapat mencerminkan kerusakan sel karena
dehidrasi atau tanda awitan kegagalan ginjal.
- Osmolalitas darah : Meningkat sehubungan dengan adanya
hiperglikemia dan dehidrasi
- Natrium : Mungkin menurun yang dapat mencerminkan perpindahan
cairan dari intra sel (dieresis osmotik)
- Kalium : Awalnya akan terjadi hiperkalemia dalam berespons pada
asidosis
d. Intoleransi aktivitas b.d penurunan simpanan energy

Tujuan : Pada pasien tidak terjadi kelelahan dengan penurunan


produksi energy
- Mengungkapkan peningkatan tingkat energy
Kriteria
- Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi
hasil :
dalam aktivitas yang diinginkan
          

35
Intervensi :
1) Diskusi dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Membuat jadwal
perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang
menimbulkan kelelahan.
Rasional   :    Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk
meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien
mungkin sangat lemah.
2) Beri aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup / tanpa
diganggu.
Rasional   :    Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3) Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan TD sebelum / sesudah
melakukan aktivitas
Rasional   :    Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi
secara fisiologi.
4) Mendiskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah
tempat.
Rasional   :    Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan
dengan penurunan kegiatan akan pada energi pada
setiap kegiatan.
5) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
Rasional   :    Meningkatkan kepercayan diri / harga diri positif sesuai
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.
e. Gangguan integritas kulit b/d gangrene
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
Tujuan :
diharapkan integritas kulit dapat membaik.
-   Mempertahankan integritas kulit
Kriteria hasil
-   Mendemonstrasikan perilaku / teknik mencegah
:
kerusakan kulit.

36
Intervensi :
1) Lihat kulit, area sirkulasinya terganggu / pigmentasi atau kegemukan /
kurus
Rasional   :    Kulit beresiko karena gangguan sirkulasinya perifer,
imobilitas fisik dan gangguan status nutrisi.
2) Dapatkan kultur dari drainase luka saat masuk
Rasional   :    Mengidentifikasi pathogen dan terapi pilihan
3) Rendam kaki dalam air steril pada suhu kamar dengan larutan betadine
tiga kali sehari selama 15 menit
Rasional   :    Germisidal lokal efektif untuk luka permukaan
4) Balut luka dengan kasa kering steril. Gunakan plester kertas
Rasional :  Menjaga kebersihan luka / meminimalkan kontaminasi
silang. Plester adesif dapat membuat abrasi terhadap
jaringan mudah rusak.
5) Berikan dikloksasi 500 mg per oral setiap 6 jam, mulai jam 10 malam
amati tanda-tanda hipersensitivitas, seperti : pruritus, urtikaria, ruam
Rasional :Pengobatan infeksi / pencegahan komplikasi. Makanan yang
mengganggu absorbsi obat memerlukan penjadwalan
sekitar jam makan. Meskipun tidak ada riwayat reaksi
penicilin tetapi dapat terjadi kapan saja.
f. Gangguan citra diri b/d ekstremitas gangrene
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
Tujuan :
jam pasien dapat menerima keadaannya yang sekarang.
-   Pasien menerima keadaannya yang sekarang
Kriteria hasil
-   Menunjukkan pandangan yang realistis dan
:
pemahaman diri dalam situasi.

Intervensi :

37
1) Dengarkan dengan aktif masalah dan ketakutan pasien
Rasional   :    Menyampaikan perhatian dan dapat lebih efektif
mengidentifikasi kebutuhan dan masalah dan juga
strategi koping pasien dan seberapa efektif.
2) Dorong pengungkapan perasaan, penerima apa yang dikatakannya
Rasional :Membantu pasien / orang terdekat untuk memulai menerima
perubahan dan mengurangi ansietas mengenai perubahan
fungsi atau gaya hidup.
3) Diskusikan pandangan klien terhadap citra diri dan efek yang
ditimbulkan dari penyakit
Rasional :   Persepsi pasien mengenai pada perubahan citra diri
mungkin terjadi secara tiba-tiba atau kemudian atau
menjadi proses halus yang secara terus menerus.
4) Bantu pasien atau orang terdekat dengan menjelaskan hal-hal yang
diharapkan dan hal-hal tersebut mungkin diperkukan untuk dilepaskan
atau diubah.
Rasional  :   Memberi kesempatan untuk mengidentifikasi kesalahan
konsep dan mulai melihat pilihan-pilihan, meningkatkan
orientasi realita.
5) Rujuk pada dukungan psikiatri atau group terapi, pelayanan sosial
sesuai petunjuk
Rasional  :   Mungkin dibutuhkan untuk membantu pasien / orang
terdekat untuk mencapai kesembuhan optimal.
g. Resiko injuri b/d gangguan penglihatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
Tujuan :
diharapkan tidak terjadi injuri pada pasien
Kriteria -   Mengidentifikasi faktor-faktor resiko injuri
hasil : -   Memodifikasi lingkungan sesuai petunjuk untuk
meningkatkan keamanan dan penggunaan sumber-sumber

38
secara tepat.

Intervensi :
1) Hindarkan alat-alat yang dapat menghalangi aktivitas pasien
Rasional   :    Untuk meminimalisir terjadinya cedera
2) Gunakan bed yang rendah
Rasional   :    Meminimalkan resiko cedera
3) Orientasikan untuk pemakaian alat bantu penglihatan ex. Kacamata
Rasional   :    Membantu dalam penglihatan klien
4) Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi
Rasional   :    Agar tidak terjadi injuri
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang
Evaluasi pada klien dengan DM yaitu :
a. Nyeri teratasi
b. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
c. Kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
d. Gangguan integritas kulit dapat berkurang atau
menunjukkan penyembuhan.
e. Pasien tidak kelelahan.
f. Pasien tidak mengalami injury
g. Tidak terjadi infeksi

39
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama                          : Tn. I
Umur                          : 42 tahun

40
Jenis kelamin              : Laki-laki
Agama                        : Islam
Status perkawinan      : Menikah
Pendidikan                 : SMP/SLTP
Pekerjaan                    : Wiraswasta
Alamat                        :Kp. Sukaharja, RT 02/RW 07 Warungkiara
Tanggal masuk            : 24 September 2021 (POLI)
No. Register               : 113088
Dx. Medis                   : Diabetes Mellitus type II
2. Identitas penanggung jawab
Nama                          : Ny. E
Umur                          : 40 tahun
Jenis kelamin              : Perempuan
Pendidikan                 : SMA
Pekerjaan                   : IRT
Hubungan dengan pasien : Istri
Tanggal pengkajian : 25-09- 2021 jam 10.30
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri luka DM di kaki sebelah kanan

41
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada luka ulkus di daerah kaki kanan seperti di
tusuk-tusuk, skala nyeri 5. Nyeri bertambah ketika banyak bergerak
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan sudah mempunyai riwayat DM sejak 3 bulan yang lalu
d. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada dari keluarga yang menderita penakit DM seperti klien
4. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : Compos Mentis
2. TTV : TD: 120/70 Suhu: 36,7, Nadi:80, RR:19, BB 60kg, TB 165cm
3. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
1) Kepala : Bentuk mesochepalu, warna Rambut hitam keputihan
2) Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,
pengelihatan jelas tidak menggunakan alat bantu lihat
3) Telinga: Simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
4) Hidung : Tidak ada perdarahan hidung, tidak ada septum pelasiosi
5) Mulut: Mukosa mulut lembab, bibir lembab, tidak ada perdarahan
pada rongga mulut
6) Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kekakuan leher tidak ada
7) Dada : Simetris, tidak ada kelainan bentuk
8) Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, tidak asites, tidak ada luka memar
9) Integumen : Akral hangat, turgor kulit <1 dtk
10) Ekstremitas : Tangan kiri terpasang infus,kaki kanan terdapat luka
ulkus diabetikum, diameter ±12cm, terdapat pus dan berbau.
11) Genetalia : Bersih tidak ada kelainan.

42
Data Biologis

No Pola Kebiasaan Sebelum Sakit Saat Sakit Keluhan


1 Nutrisi Kurang nafsu
Makan makan
Frekuensi 3x1 3x1
Jenis Nasi + Laukpauk Bubur + Sayur
Jumlah 1 porsi 1/2 porsi
Minum
Frekuensi 5 – 6 gelas 5 – 6 gelas
Jenis Air putih Air putih
Jumlah 1200 1200
2. Eliminasi
BAK
Frekuensi 5 – 6 x /hari 4 – 5 x / hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Jumlah 1500 1000
BAB
Frekuensi 1x/ hari 1 x/hari
Warna Kuning Kuning
Konsistensi Padat Padat

3 Personal Hygiene
` Mandi 1x/hari 1 x/hari
Gosok Gigi 1x/hari -
Keramas 2hari sekali -
4 Istirahat dan Tidur
Siang 2 – 3 jam 1 – 2 jam
Malam 5 – 6 jam 5 – 6 jam

43
5.. PolaAktivitas
Mobilisasi Bersih – bersih Bedrest
rumah, jalan – jalan

Rumus menghitung balance cairan


Input cairan = air(minum) :1200cc/hari
Therapy injeksi : 140cc/hari
Air metabolisme:.....cc (hitung AM=5cc/kgbb/hari
Output cairan = urine: 1000cc
Feses:......cc (kondisi normal 1 bab feses=100cc
Input cairan = 1200cc
140cc
225cc(5ccx45kg +
1.565 cc
Output cairan = 1000cc
100cc
675cc (15ccx45kg)+
1.775 cc
Jika balance Cairan Ny.M dalam 24 jam = intake cairan-output cairan
1.565cc-1.775cc= -210cc/hari
1. Pengkajian Psikologis , Sosiologis dan Spritual
1. Psikologis
Pasien mengatakan ingin segera sembuh dari penyakit yang sedang
dideritanya
2. Sosiologis
Pasien mengatakan tinggal di rumah bersama ketiga anak nya dan suami.
Pasien mengatakan hubungan antar anggota keluarga dan lingkungan
sekitar baik – baik saja.
3. Spritual

44
Pasien mengatakan bahwa dirinya dan seluruh keluarganya beragama
Islam dan selalu berdoa untuk kesembuhan penyakit yang sedang diderita
nya
a. Pola persepsi kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan sangat penting bagi dirinya, jika pasien sakit
pasien selalu membeli obat di apotik dan periksa langsung ke dokter.
b. Pola Nutrisi & metabolisme
Sebelum sakit pasien makan3x sehari, pasien minum 6-7 gelas. Selama
sakit pasien mengatakan setiap kali makan habis 1 porsi.Pasien minum 3-5
gelas.
c. Pola Eliminasi 
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAB 1x sehari dengan
BAK 4-7 x sehari selama sakit BAB 1x dengan konsistensi padat, BAK 5-
8x perhari.
d. Pola aktivitas dan latihan 
Sebelum sakit pasien mengatakan dapat beraktifitas dengan normal.Saat
sakit semua aktivitas di RS dibantu oleh keluarganya dan perawat.
e. Pola istirahat 
Sebelum sakit pasien tidur 7-8 jam pada malam hari & kadang tidur siang
selama 2 jam.Selama sakit pasien hanya tidur 4-5 jam karena tidak
nyaman dengan nyeri yang sering terasa dan jarang tidur siang.
f. Pola persepsi dan kognitif
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik & lancar.
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien selama dirawat di RS tidak dapat melakukan aktifitas, tetapi pasien
dapat menerima dirinya yang saat ini apa adanya karena sakit, pasien

45
sebagai nenek bagi cucunya. Pasien berharap dapat sembuh dan dapat
menjalankan aktifitasnya seperti biasa
h. Pola peran & hubungan
Pasien berperan sebagai nenek dari ke-2 cucunya selama di RS selalu
ditunggui anaknya dan suaminya, hubungan keluarga sangat baik.
i. Pola seksualitas
Pasien berjenis kelamin wanita / perempuan & sudah menikah mempunyai
2anak
j. Pola koping dan toleransi terhadap stress terhadap penyakitnya
Pasien mengatan pasien menerima dengan penyakitnya yang diderita
sekarang, dan pasien selalu berdoa agar penyakitnya segera disembuhkan
oleh Allah swt
k. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien beragama Islam.Pasien sering sholat berdoa &bertawakal pada
Tuhan YME.
5. Pemeriksaan Penunjang  Tgl 24-09-2021 (15.21)
a.Laboratorium
H ematologi Hasil Normal Satuan
-        Hemoglobin 11,2 14-17,5 g/dl
-        Leukosit 32.200 4.500-11.500 /mm3
-        Trombosit 558.000 150.000-350.000 /mm3
-        Hematokrit 30,2 33-40 %
GDS 283 70-180 mg/dl

46
Tgl Waktu Hematologi Hasil Normal Satuan
25- 06.30 Glukosa puasa 243 70-180 mg/dl
09- 09.00 Glukosa pp 2 jam 299 70-180 mg/dl
2021
26- 06.30 Glukosa puasa 116 70-180 mg/dl
09- 09.00 Glukosa pp 2 jam 171
2021
27- 06.30 Glukosa puasa 79 70-180 mg/dl
09- 09.00 Glukosa pp 2 jam 99 70-180 mg/dl
2021
28- 06.30 Glukosa puasa 62 70-180 mg/dl
09- 09.00 Glukosa pp 2 jam 158 70-180 mg/dl
2021
29- 06.30 Glukosa puasa 100 70-180 mg/dl
09- 09.00 Glukosa pp 2 jam 117 70-180 mg/dl
2021
30- 05.53 Hemoglobin 10,4 14.0-17.5 g/dl
09- Hematokrit 29,2 33-40 %
2021 Lekosit 15,300 4.500-11.500 Mm
Trombosit 709.000 150.000-350.000 Mm
Glukosa sewaktu 206 70-180 Mg/dl
b. Diit DM 1700 kalori perhari
c. Therapy :
1) Meropenem 3x1gr
2) Omeprazole 1x40mg
3) Mecobalamin 1x1tab
4) Paracetamol 3x2tab
5) Sansulin 1x10ui
6) Novorapid 3x4ui

47
Data Fokus
1. Data Subjektif
- Pasien mengeluh nyeri di kaki kanannya, nyeri seperti ditusuk – tusuk, nyeri
bertambah ketika banyak bergerak, dan pasien mengatakan badanya terasa
lemas
- Pasien mengatakan waktu istirahat sering terganggu karena nyeri yang
sering terasa
- Pasien mengatakan selama sakit aktivitas dibantu oleh keluarga
2. Data Objektif
- Terdapat luka ulkus diabetik di kaki kanan, tampak kehitaman, diameter ± 12
cm berbau dan terdapat pus
- Pasien tampak meringis kesakitan menahan nyeri
- Skala nyeri 5
- Nadi :80x/mnt , R : 19x/mnt, TD : 120/70 mmHg, S : 36,8 0C
- Berkeringat dingin
- Pasien tampak lemas
- GDS 283 mg/dl
-Leukosit:32.200

48
6. Analisa Data

No Pengelompokan Data Etiologi Problem


1 DS : pasien mengatakan nyeri pada daerah Defisiensi insulin Nyeri akut
kaki sebelah kanannya.
P: nyeri terasa ketika banyak bergerak Hiperglikemia
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
Anabolisme protein
R : bagian kaki kanan
S : skala nyeri 5 ( 0-10 ) Pelepasan O2
T : nyeri hilang timbul
DO : pasien terlihat meringis menahan nyeri Hipoksia periver
- skala nyeri 5
- TD : 120/70Mmhg N : 80x/menit S : Kerusakan
0
36,8 C RR : 19x/menit integritas jaringan

Agen cedera
biologis

Nyeri

DS : pasien mengatakan badan terasa lemas


2 DO : pasien tampak lemas dan bedrest di Gangguan neuro Intoleransi aktivitas
tempat tidur muscular
-aktivits terlihat dibantu oleh perawat
- TD : 120/70 Mmhg N : 80x/menit
S: 36,80C RR : 19x/menit Nyeri

Penurunan
kekuatan

Kelemahan fisik

Tirah baring

49
DS : Pasien mengatakan nyeri pada daerah Antibody merusak Gangguan integritas
3 luka jaringan kulit
DO : - Terdapat luka ulkus diabetikum
tampak kehitaman, diameter ± 12 cm
berbau dan ada pus Terjadi peradangan
atau inlamasi

Perubahan fungsi
barier kulit

Gangguan integritas
kulit

penurunan sensasi
sensori

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring
3. Gangguan integritas kulit b/d penurunan sensasi sensori, gangguan sirkulasi,
penurunan aktifitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan tentang perawatan
kulit.

C. Intervensi keperawatan
1. Perencanaan
Diagnosa Perencanaan
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelahdilakukan 1. Kaji nyeri secara 1. Indikator
b.d agen tindakan komprehensif kondisi nyeri

cedera keperawatan selama ( lokasi, durasi, 2. Mengurangi

biologis 3x24 jam, nyeri frekuensi,kualitas) rasa nyeri

50
berkurang 2. Posisikan klien 3. Menaikkan
Dengan kriteria hasil senyaman suplai oksigen
: mungkin (semi sehingga nyeri
- Menggunakan fowler) dan berkurang
ciptakan
tindakan
lingkungan yang 4. Pasien terlihat
pengurangan nyeri nyaman
nyaman di sekitar ditunggu satu
dengan analgetik pasien keluarganya
Dipertahankan 3. Ajarkan teknik
pada skala 3 relaksasi dan
ditingkatkan skala nafas dalam

5 4. Ciptakan
- Melaporkan nyeri lingkungan aman
dan nyaman
terkontrol
dipertahankan pada 5. Melaksanakan
advis dokter
skala 2 dalam pemberian
ditingkatkan 5 therapy
- Ekspersi nyeri
wajah dipertaankan
pada skala 3
ditinkatkan 5
- Skala nyeri 1 (0-5)

- TTV dalam batas


normal

2. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Diskusi dengan 1. Pendidikan


aktivitas b.d tindakan pasien kebutuhan dapat
akan aktivitas. memberikan
tirah baring keperawatan 3x24
Buat jadwal motivasi untuk
jam, masalah perencanaan meningkatkan
teratasidengan dengan pasien dan tingkat aktivitas
identifikasi meskipun
criteria hasil :

51
- Lemas tidak terjadi aktivitas yang pasien mungkin
menimbulkan sangat lemah
- Menunjukkan kelelahan
perbaikan 2. Mencegah
kemampuan untuk 2. Ajarkan pasien kelelahan yang
berpartisipasi mobilisasi ringan berlebihan
dalam aktivitas dengan periode
yang diinginkan istirahat yang 3.Mengidentifikasi
cukup/ tanpa tingkat aktivitas
diganggu yang dapat
ditoleransi
3. Pantau nadi, secara fisiologi
frekuensi
pernapasan dan 4. Pasien akan
TD dapat
sebelum/sesudah melakukan lebih
melakukan banyak kegiatan
aktivitas dengan
penurunan
4. Mendiskusikan kegiatan akan
cara menghemat ada energi pada
kalori selama setiap kegiatan
mandi, berpindah
tempat 5. Meningkatkan
kepercayaan diri
5. Tingkatkan / harga diri
partisipasi pasien positif sesuai
dalam melakukan tingkat aktivitas
aktivitas sehari- yang dapat
hari sesuai dengan ditoleransi
yang dapat pasien
ditoleransi

3. Gangguan Setelah dilakukan 1. Lihat kulit, area 1. Kulit beresiko


integritas tindakan sirkulasinya karena
terganggu/pigmen gangguan
kulit b.d keperawatan selama
tasi atau sirkulasinya
adanya luka 3x24 jam, masalah kegemukan/kurus perifer,
ulkus teatasi dengan imobilitas fisik

52
criteria hasil : 2. Cuci luka dan gangguan
- Pasien bisa menggunakan status nutrisi
mengidentifikasi NACL
2. Untuk
faktor-faktor 3. Balut luka dengan membersihkan
penyebab luka kasa kering steril kotoran pada
Gunakan plester area luka
- Pasien dapat
kertas
mengidentifikasi 3. Menjaga
tindakan kebersihan
pencegahan luka /
meminimalkan
- Pasien dapat
kontaminasi
berpartisipasi
silang. Plester
dalam
adesif dapat
perawatan/pengoba
membuat abrasi
tan untuk
terhadap
mempercepat
jaringan mudah
penyembuhan
rusak
- Menunjukan
penyembuhan
ulkus yang
progresif

53
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Problem Implementasi Respon


Nyeri akut Sabtu ,25 september 2021
b.d agen Pukul 10.30 WIB
cedera 1. Mengkaji lokasi dan intensitas nyeri 1. Skala nyeri 5 (0-5)
biologis di area kaki kanan
Perawat
Pukul 10.42 WIB
2. Menganjurkan klien posisi semi
fowler 2. Klien tampak
meringis kesakitan
Perawat menahan nyeri
Pukul 10.45 WIB
3. Mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam

Perawat 3. Klien mengatakan


Pukul 10.50 WIB nyeri sedikit
4. Melanjutkan intervensi berkurang, skala
nyeri 4
Perawat

4. -

Intoleransi Sabtu , 25 september 2021


Aktivitas b.d Pukul 12.00 WIB
kelemahan 1. Memonitor TTV 2. TD : 110/80
mmHg, N :
80x/mnt, R :
Perawat 20x/mnt, S :
Pukul 12.10 WIB 36,5ºC

5. Mengidentifikasi aktivitas yang


dapat menimbulkan kelelahan

54
Perawat 3. Pasien mengatakan
saat akan ke kamar
mandi pasien
Pukul 12.15 WIB
kelelahan
6. Menganjurkan pasien istirahat dan
bedrest ditempat tidur

Perawat 4. Pasien beristirahat

Gangguan Sabtu , 25 september 2021


integritas Pukul 12.20 WIB
kulit b.d 1. Mengkaji keadaan luka 1. Luka bau terdapat
adanya luka pus

ulkus Perawat
Pukul 12.22 WIB
2. Membersihkan luka dengan
menggunakan NACL 2. Klien mengatakan
terasa nyeri
Perawat
Pukul 12.55 WIB
3. Membalut luka menggunakan kassa
steril

Perawat 3. Klien kooperatif

Problem Implementasi Respon


Nyeri akut Minggu ,26 september 2021
b.d agen Pukul 06.00 WIB

55
cedera 1. Mengkaji lokasi dan intensitas 1. Skala nyeri 5 (0-5)
biologis nyeri di area kaki kanan

Perawat
Pukul 06.02 WIB
2. Menganjurkan klien posisi semi 2.Klien tampak
fowler meringis kesakitan
menahan nyeri
Perawat
Pukul 06.05 WIB
3. Mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam
3.Klien
Perawat mengatakan nyeri
Pukul 06.08 WIB sedikit berkurang,
4. Melanjutkan intervensi skala nyeri 4

Perawat

Intoleransi Minggu , 26 september 2021


Aktivitas b.d Pukul 06.10 WIB
kelemahan 1. Memonitor TTV 5. TD : 110/80
mmHg, N :
80x/mnt, R :
Perawat 20x/mnt, S :
Pukul 06.12 WIB 36,5ºC

5. Mengidentifikasi aktivitas yang


dapat menimbulkan kelelahan
6. Pasien mengatakan
Perawat
saat akan ke kamar
mandi pasien
Pukul 06.15 WIB kelelahan
6. Menganjurkan pasien istirahat dan

56
bedrest ditempat tidur

Perawat
7. Pasien beristirahat

Gangguan Minggu, 26 september 2021


integritas Pukul 06.20 WIB
kulit b.d 7. Mengkaji keadaan luka 4. Luka bau terdapat
adanya luka pus

ulkus Perawat
Pukul 06.22 WIB
8. Membersihkan luka dengan
menggunakan NACL 5. Klien mengatakan
terasa nyeri
Perawat
Pukul 06.55 WIB
9. Membalut luka menggunakan kassa
steril

Perawat 6. Klien kooperatif

Problem Implementasi Respon


Nyeri akut Sabtu ,25 september 2021
b.d agen Pukul 10.30 WIB
cedera 7. Mengkaji lokasi dan intensitas nyeri 5. Skala nyeri 5 (0-5)
biologis di area kaki kanan
Perawat
Pukul 10.42 WIB
8. Menganjurkan klien posisi semi
fowler 6. Klien tampak

57
Perawat meringis kesakitan
Pukul 10.45 WIB menahan nyeri

9. Mengajarkan teknik relaksasi nafas


dalam

Perawat
7. Klien mengatakan
Pukul 10.50 WIB
nyeri sedikit
10. Melanjutkan intervensi berkurang, skala
Perawat nyeri 4

8. -

Intoleransi Sabtu , 25 september 2021


Aktivitas b.d Pukul 12.00 WIB
kelemahan 1. Memonitor TTV 8. TD : 110/80
mmHg, N :
80x/mnt, R :
Perawat 20x/mnt, S :
Pukul 12.10 WIB 36,5ºC

11. Mengidentifikasi aktivitas yang


dapat menimbulkan kelelahan
9. Pasien mengatakan
Perawat
saat akan ke kamar
mandi pasien
Pukul 12.15 WIB kelelahan
12. Menganjurkan pasien istirahat
dan bedrest ditempat tidur

Perawat 10. Pasien


beristirahat

58
Gangguan Sabtu , 25 september 2021
integritas Pukul 12.20 WIB
kulit b.d 10. Mengkaji keadaan luka 7. Luka bau terdapat
adanya luka pus

ulkus Perawat
Pukul 12.22 WIB
11. Membersihkan luka dengan
menggunakan NACL 8. Klien mengatakan
terasa nyeri
Perawat
Pukul 12.55 WIB
12. Membalut luka menggunakan
kassa steril

Perawat 9. Klien kooperatif

Problem Implementasi Respon


Nyeri akut Senin ,27september 2021
b.d agen Pukul 06.00 WIB
cedera 1. Mengkaji lokasi dan intensitas 1. Skala nyeri 5 (0-5)
biologis nyeri di area kaki kanan

Perawat
Pukul 06.02 WIB
2. Menganjurkan klien posisi semi 2.Klien tampak
fowler meringis kesakitan

59
Perawat menahan nyeri
Pukul 06.05 WIB
3. Mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam

Perawat 3.Klien
mengatakan nyeri
Pukul 06.08 WIB
sedikit berkurang,
13. Melanjutkan intervensi skala nyeri 4
Perawat

Intoleransi Senin , 27 september 2021


Aktivitas b.d Pukul 06.10 WIB
kelemahan 1. Memonitor TTV 11. TD : 110/80
mmHg, N :
80x/mnt, R :
Perawat 20x/mnt, S :
Pukul 06.12 WIB 36,5ºC

14. Mengidentifikasi aktivitas yang


dapat menimbulkan kelelahan
12. Pasien
Perawat
mengatakan saat
akan ke kamar
Pukul 06.15 WIB mandi pasien
kelelahan
15. Menganjurkan pasien istirahat
dan bedrest ditempat tidur

Perawat
13. Pasien
beristirahat

60
Gangguan Senin , 27 september 2021
integritas Pukul 06.20 WIB
kulit b.d 16. Mengkaji keadaan luka 10. Luka bau
adanya luka terdapat pus

ulkus Perawat
Pukul 06.22 WIB
17. Membersihkan luka dengan
menggunakan NACL 11. Klien
mengatakan terasa
Perawat nyeri
Pukul 06.55 WIB
18. Membalut luka menggunakan
kassa steril

Perawat
12. Klien
kooperatif

E. Evaluasi
Sabtu , 25 september 2021(15.00)
Dx 1 :
S : - Klien mengeluh nyeri pada kaki sebelah kanan
O : - Skala nyeri 5
- Klien tampak meringis menahan nyeri
- N : 80x/mnt
A : Nyeri akut b.d agen cedera biologis
P : 1. Kaji lokasi dan intensitas nyeri

61
2. Posisikan klien senyaman mungkin (semi fowler)
3. Ajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam
4. Melaksanakan anjuran dokter dalam pemberian analgetik
I : 1. Mengkaji lokasi dan intensitas nyeri
2. Memposisikan klien semi fowler
3. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
4. Memberikan anlgetik
E : Pasien tampak tenang, skala nyeri 4, N : 80x/mnt
R : 1. Kaji lokasi dan intensitas nyeri
2. Posisikan klien senyaman mungkin (semi fowler)
3. Ajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik ketorolac 2x30 mg
Dx 2 :
S : - Klien mengatakan lemes dan aktivitas dibantu oleh keluarganya
O : - Pasien tampak lemas
- Terdapat luka ulkus di kaki kanan
A : Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
P : 1. Diskusi dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal perencanaan
dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan

2. Beri aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/ tanpa diganggu

3. Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan TD sebelum/sesudah melakukan


aktivitas

4. Mendiskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat

5. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai


dengan yang dapat ditoleransi

I : 1. Memonitor TTV

2. Mengidentifikasi aktivitas yang dapat menimbulkan kelelahan

62
3. Menganjurkan pasien istirahat

E : Pasien tampak istirahat dengan tenang

R : 1. Diskusi dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal perencanaan


dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan

2. Beri aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/ tanpa diganggu

3. Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan TD sebelum/sesudah melakukan


aktivitas

4. Mendiskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat

5. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai


dengan yang dapat ditoleransi

Dx 3 :
S : - Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka
O : - Terdapat luka ulkus diabetikum luka tampak kehitaman, diameter ± 12 cm
berbau dan terdapat pus
A : Gangguan integritas kulit b.d adanya luka ulkus
P : 1. Lihat kulit, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus

2. Bersikan luka menggunakan NACL

3. Balut luka dengan kasa kering steril Gunakan plester kertas

I: 1. Mengkaji keadaan luka

2. Membersikan luka menggunakan NACL

3. Membalut luka menggunakan kassa steril

E : Pasien tampak nyaman

R : 1. Lihat kulit, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus

2. bersihkan luka dengan cairan nacl dan pijat tekan untuk mengeluarkan pus

3. Balut luka dengan kasa kering steril Gunakan plester kertas

63
Minggu , 26 september 2021(15.00)
Dx 1 :
S : - Klien mengeluh nyeri pada kaki sebelah kanan
O : - Skala nyeri 4
- Klien tampak meringis menahan nyeri
- N : 80x/mnt
A : Nyeri akut b.d agen cedera biologis
P : 1. Kaji lokasi dan intensitas nyeri
2. Posisikan klien senyaman mungkin (semi fowler)
3. Ajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam
4. Melaksanakan anjuran dokter dalam pemberian analgetik
I : 1. Mengkaji lokasi dan intensitas nyeri
2. Memposisikan klien semi fowler
3. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
4. Memberikan anlgetik
E : Pasien tampak tenang, skala nyeri 4, N : 80x/mnt
R : 1. Kaji lokasi dan intensitas nyeri
2. Posisikan klien senyaman mungkin (semi fowler)
3. Ajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik ketorolac 2x30 mg
Dx 2 :
S : - Klien mengatakan lemes dan aktivitas dibantu oleh keluarganya
O : - Pasien tampak lemas
- Terdapat luka ulkus di kaki kanan
A : Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
P : 1. Diskusi dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal perencanaan
dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan

2. Beri aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/ tanpa diganggu

64
3. Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan TD sebelum/sesudah melakukan
aktivitas

4. Mendiskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat

5. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai


dengan yang dapat ditoleransi

I : 1. Memonitor TTV

2. Mengidentifikasi aktivitas yang dapat menimbulkan kelelahan

3. Menganjurkan pasien istirahat

E : Pasien tampak istirahat dengan tenang

R : 1. Diskusi dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal perencanaan


dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan

2. Beri aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/ tanpa diganggu

3. Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan TD sebelum/sesudah melakukan


aktivitas

4. Mendiskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat

5. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai


dengan yang dapat ditoleransi

Dx 3 :
S : - Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka
O : - Terdapat luka ulkus diabetikum luka tampak kehitaman, diameter ± 12 cm
berbau dan terdapat pus
A : Gangguan integritas kulit b.d adanya luka ulkus
P : 1. Lihat kulit, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus

2. Bersikan luka menggunakan NACL

3. Balut luka dengan kasa kering steril Gunakan plester kertas

I: 1. Mengkaji keadaan luka

65
2. Membersikan luka menggunakan NACL

3. Membalut luka menggunakan kassa steril

E : Pasien tampak nyaman

R : 1. Lihat kulit, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus

2. bersihkan luka dengan cairan nacl dan pijat tekan untuk mengeluarkan pus

3. Balut luka dengan kasa kering steril Gunakan plester kertas

Senin , 27 september 2021(15.00)


Dx 1 :
S : - Klien mengeluh nyeri pada kaki sebelah kanan
O : - Skala nyeri 4
- Klien tampak meringis menahan nyeri
- N : 80x/mnt
A : Nyeri akut b.d agen cedera biologis
P : 1. Kaji lokasi dan intensitas nyeri
2. Posisikan klien senyaman mungkin (semi fowler)
3. Ajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam
4. Melaksanakan anjuran dokter dalam pemberian analgetik
I : 1. Mengkaji lokasi dan intensitas nyeri
2. Memposisikan klien semi fowler
3. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
4. Memberikan anlgetik
E : Pasien tampak tenang, skala nyeri 4, N : 80x/mnt
R : 1. Kaji lokasi dan intensitas nyeri
2. Posisikan klien senyaman mungkin (semi fowler)
3. Ajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik ketorolac 2x30 mg
Dx 2 :

66
S : - Klien mengatakan lemes dan aktivitas dibantu oleh keluarganya
O : - Pasien tampak lemas
- Terdapat luka ulkus di kaki kanan
A : Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
P : 1. Diskusi dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal perencanaan
dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan

2. Beri aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/ tanpa diganggu

3. Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan TD sebelum/sesudah melakukan


aktivitas

4. Mendiskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat

5. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai


dengan yang dapat ditoleransi

I : 1. Memonitor TTV

2. Mengidentifikasi aktivitas yang dapat menimbulkan kelelahan

3. Menganjurkan pasien istirahat

E : Pasien tampak istirahat dengan tenang

R : 1. Diskusi dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal perencanaan


dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan

2. Beri aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/ tanpa diganggu

3. Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan TD sebelum/sesudah melakukan


aktivitas

4. Mendiskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat

5. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai


dengan yang dapat ditoleransi

Dx 3 :
S : - Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka

67
O : - Terdapat luka ulkus diabetikum luka tampak kehitaman, diameter ± 12 cm
berbau dan terdapat pus
A : Gangguan integritas kulit b.d adanya luka ulkus
P : 1. Lihat kulit, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus

2. Bersikan luka menggunakan NACL

3. Balut luka dengan kasa kering steril Gunakan plester kertas

I: 1. Mengkaji keadaan luka

2. Membersikan luka menggunakan NACL

3. Membalut luka menggunakan kassa steril

E : Pasien tampak nyaman

R : 1. Lihat kulit, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus

2. bersihkan luka dengan cairan nacl dan pijat tekan untuk mengeluarkan pus

3. Balut luka dengan kasa kering steril Gunakan plester kertas

Problem Implementasi Respon

68
Nyeri akut b.d agen Minggu, 28 februari 2021
cedera biologis Pukul 09.30 WIB
1. Mengkaji lokasi dan intensitas 1. Skala nyeri 4 di
nyeri area kaki kanan

Perawat
Pukul 09.35 WIB
2. Memposisikan klien semi 2. Klien tampak
fowler meringis

Perawat
Pukul 10.00 WIB
3. Mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam 3. Klien mengatakan
nyeri sedikit
Perawat berkurang, skala
Pukul 13.00 WIB nyeri 2
4. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgetik

Perawat 4. Ketorolac via IV 30


mg

Intoleransi Minggu, 28 februari 2021


Aktivitas b.d tirah Pukul 06.00WIB
baring 1. Memonitor TTV 1. TD : 120/80
mmHg, N :
96x/mnt, R :
Perawat 20x/mnt, S : 36,4
Pukul 11.30 WIB ºC

2. Mengidentifikasi aktivitas
yang dapat menimbulkan

69
kelelahan 2. Pasien mengatakan
saat akan ke kamar
Perawat mandi pasien masih
Pukul 11.35 WIB kelelahan
3. Menganjurkan pasien istirahat

Perawat
3. Pasien beristirahat

Gangguan Minggu, 28 februari 2021


integritas kulit b.d Pukul 06.00 WIB
adanya luka ulkus 1. Mengkaji keadaan luka 1. Luka tampak
kemerahan

Perawat
Pukul 06.10 WIB
2. Membersihkan luka 2. Klien mengatakan
menggunakan NACL terasa perih
Perawat
Pukul 06.20 WIB
3. Membalut luka menggunakan
kassa steril
3. Klien kooperatif
Perawat

Evaluasi
Minggu, 28 februari 2021

70
Dx 1 :
S : - Klien mengeluh nyeri
O : - Skala nyeri 4
- Klien tampak meringis
- N : 98x/mnt
A : Nyeri akut b.d agen cedera biologis
P : 1. Kaji lokasi dan intensitas nyeri
2. Posisikan klien senyaman mungkin (semi fowler)
3. Ajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam
4. Melaksanakan anjuran dokter dalam pemberian analgetik ketorolac 2x30 mg
I : 1. Mengkaji lokasi dan intensitas nyeri
2. Memposisikan klien semi fowler
3. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
4. Memberikan anlgetik ketorolac
E : Pasien tampak tenang, skala nyeri 3, N : 86x/mnt
R : 1. Kaji lokasi dan intensitas nyeri
2. Posisikan klien senyaman mungkin (semi fowler)
3. Ajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik ketorolac 2x30 mg

Dx 2 :
S : - Klien mengatakan lemes aktivitas dibantu oleh keluarga
O : - Pasien tampak lemas
- Terdapat luka ulkus di kaki kanan
A : Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
P : 1. Diskusi dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal perencanaan
dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan

2. Beri aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/ tanpa diganggu

71
3. Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan TD sebelum/sesudah melakukan
aktivitas

4. Mendiskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat

5. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai


dengan yang dapat ditoleransi

I : 1. Memonitor TTV

2. Mengidentifikasi aktivitas yang dapat menimbulkan kelelahan

3. Menganjurkan pasien istirahat

E : Pasien tampak istirahat dengan tenang

R : 1. Diskusi dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal perencanaan


dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan

2. Beri aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/ tanpa diganggu

3. Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan TD sebelum/sesudah melakukan


aktivitas

4. Mendiskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat

5. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai


dengan yang dapat ditoleransi

Dx 3 :
S : - Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka
O : - Terdapat luka ulkus diabetikum luka berbentuk bulat, tampak kemerahan,
diameter ± 1,5 cm tidak berbau
A : Gangguan integritas kulit b.d adanya luka ulkus
P : 1. Lihat kulit, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus

2. Bersihkan luka menggunkan NACL

3. Balut luka dengan kasa kering steril Gunakan plester kertas

I: 1. Mengkaji keadaan luka

72
2. Membersihkan luka menggunkan NACL

3. Membalut luka menggunakan kassa steril

E : Pasien tampak nyaman

R : 1. Lihat kulit, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus

2. Rendam kaki dalam air steril pada suhu kamar dengan larutan betadin tiga kali
sehari selama 15 menit

3. Balut luka dengan kasa kering steril Gunakan plester kertas

BAB IV

73
PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap pertama yang penulis lakukan di dalam proses


perawatan. Pengkajian ini melalui pengkajian pola fungsional menurut Gordon,
pemeriksaan fisik dengan metode head to toe, dan pengumpulan informasi atau
data – data ini diperoleh dari wawancara dengan pasien, keluarga pasien,
melakukan observasi, catatan keperawatan, dan pemeriksaan fisik. Menurut
NANDA (2012 - 2014) tanda gejala yang dapat muncul pada pasien Diabetes
Melitus yaitu pola eliminasi terutama pada pola BAK malam hari lebih sering,
gula darah di atas normal dengan rentan normal (80 – 100 g/ dL), terdapat
perlukaan, terjadi infeksi atau tidak.
Pengkajian yang dilakukan oleh perawat menunjukkan pasien mengeluh
nyeri di daerah kaki kanan nya, terdapat luka ulkus diabetik di kaki kananGDS
saat masuk 163 mg/dl.
Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan pengkajian tidak berbeda jauh jika
dibandingkan dengan tinjauan teori yang ada.Hanya saja saat dilakukan
pengkajian pola BAK pasien sudah mulai normal dan maksimal hanya satu kali
terbangun untuk BAK pada malam hari.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu keputusan klinik yang diberikan kepada
pasien mengenai respon individu untuk menjaga peningkatan kesehatan, status,
dan mencegah serta merubah.(NANDA, 2011). Menurut NANDA, diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan diabetes melitus yaitu
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan,
Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan metabolisme
karbohidrat akibat defisiansi insulin, intake tidak adekuat akibat adanya mual
muntah, Resiko defisit volume cairan dean elektrolit b/d diuresis osmotic dan
polyuria, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat penurunan

74
produksi energy, Gangguan integritas kulit b/d penurunan sensasi sensori,
gangguan sirkulasi, penurunan aktifitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan
tentang perawatan kulit, Gangguan citra tubuh b/d ekstremitas gangrene, Resiko
cedera b/d penurunan fungsi penglihatan, pelisutan otot, Resiko terhadap infeksi
berhubungan dengan invasi mikroorganisme di dalam tubuh .
Pada temuan kasus, penulis menemukan 3 diagnosa keperawatan yang
sesuai dengan teori diantaranya, nyeri b.d agen cedera biologis, intoleransi
aktivitas b.d kelemahan/tirah baring , gangguan integritas kulit b.d adanya luka
ulkus, dan resiko tinggi infeksi b.d invasi mikroorganisme di dalam tubuh.
Berdasarkan hal tersebut penulis dalam kasus asuhan keperawatan pada pasien
dengan diabetes melitus menegakkan sebanyak tiga diagnosa dan ada tiga
diagnosa yang tidak penulis tegakkan karena disesuaikan dengan kondisi pasien
saat ini dan pengkajian yang dilakukan oleh tim keperawatan.
C. Intervensi
Menurut UU perawat No. 38 Th. 2014, perencanaan merupakan semua rencana
tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang diberikan
kepada pasien.Perencanaan menurut Nanda (2013) pada kasus asuhan
debridement ulkus diabetes melitus dilakukan perdiagnosa.
Diagnosa yang pertama yaitu Nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan/aagen
cedera biologis. Perencanaan yang dilakukan untuk diagnosa pertama ini yaitu
mempertahankan tirah baring dan posisi nyaman, mengkaji nyeri dengan metode
PQRST, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri,
memonitor tanda – tanda vital untuk mengetahui perkembangan kesehatan
pasien, melakukan kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri.
Berdasarkan perencanaan tersebut penulis juga melakukan perencanaan yang
tidak jauh berbeda dengan tinjauan teori yang tersebut.
Untuk diagnosa yang kedua perencanaan yang dilakukan menurut Nanda
(2013) yaitu Diskusi dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal
perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan

75
kelelahan, Ajarkan pasien mobilisasi ringan dengan periode istirahat yang cukup/
tanpa diganggu, Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan TD sebelum/sesudah
melakukan aktivitas, Mendiskusikan cara menghemat kalori selama mandi,
berpindah tempat, Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan perencanaan dalam diagnosa ini
juga sesuai karena untuk memaksimalkan asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien.
Untuk diagnosa yang ketiga perencanaan yang dilakukan menurut Nanda
(2013) yaitu Lihat kulit, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau
kegemukan/kurus, bersihkan luka menggunakan cairan NACL agar tidak terjadi
inffeksi pada luka, Balut luka dengan kasa kering steril Gunakan plester kertas.
Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan perencanaan dalam diagnosa ini
juga sesuai karena untuk memaksimalkan asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien.
Dari ketiga perencanaan keperawatan untuk tiga diagnosa yang ditegakkan,
penulis melakukan perencanaan yang tidak jauh beda dari masing – masing
diagnosa. Dimana dari masing diagnosa mempunyai kriteria hasil yang berbeda –
beda.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan suatu perwujudan dari perencanaan yang sudah
disusun pada tahap perencanaan sebelumnya (Nanda 2012).Berdasarkan hal
tersebut penulis mengelola pasien dan melakukan implementasi dengan masing –
masing diagnosa.
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis.
Pada diagnosa ini penulis selama 3 kali 24 jam melakukan pengkajian
nyeri menggunakan metode PQRST, dan respon pasien secara subyektif yaitu
pasien mengatakan nyeri pada kaki kanannya karena memiliki luka ulkus P :
luka ulkus diabetik, Q : seperti ditusuk – tusuk, R : kaki kanan bawah, S :

76
skala 5 ( 0 – 10 ),T : hilang timbul, respon obyektifnya adalah ekpresi pasien
tampak menahan nyeri. Tujuan dilakukannya pengkajian nyeri yaitu untuk
mengetahui tindakan perawatan selanjutnya untuk pasien. Dan untuk
mengurangi nyeri penulis memberikan terapi ketorolak 1 ampul karena dalam
1 ml ketorolak mengandung 30 mg ketorolak tromethamine yang berfungsi
untuk meringankan rasa sakit. Durasi pemberian ketorolak kurang lebih tiga
hari dan dimasukkan dengan cara intravena melalui jalur selang infus secara
pelan – pelan serta dioplos dulu menggunakan aquabidest untuk mengurangi
nyeri obat saat dimasukkan (Dexa Medica, 2009), pemberian larutan infuse
ringer laktat (RL) yang berfungsi untuk suplai air karena mengandung 400 48
kcal/ liter, dimasukkan dengan cara intravena lewat selang infuse 20 tetes per
menit. Untuk diagnosa pertama penulis juga mengajarkan kepada pasien cara
relaksasi napas dalam dengan respon subyektif pasien mengatakan lebih
nyaman setelah melakukan latihan napas dalam, dan data obyektifnya
diperoleh data pasien tampak lebih rileks, pasien antusias saat dilatih teknik
relaksasi napas dalam. Pelaksanaan teknik relaksasi napas dalam bertujuan
untuk merelaksasikan pasien dalam kondisi yang lebih nyaman dan
mengalihkan pikiran pasien dari nyeri untuk fokus terhadap napas dalamnya
(Nanda, 2012 - 2014).
Monitoring tanda – tanda vital pada pasien untuk implementasi diagnosa
pertama , tujuan dilakukannya monitoring tanda – tanda vital ini yaitu untuk
mengetahui tingkat kesehatan dari pasien dan mengetahui perkembangan
kesehatan pasien. Dari tindakan implementasi ini diperoleh data tanda – tanda
vital sebagai berikut TD : 100/ 70 mmHg , Nadi 80 kali / menit, suhu 36, 7
derajat C, pernapasan 19 kali / menit.
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan/tirah baring

Pada diagnosa ini penulis melakukan asuhan keperawatan juga selama 3


kali 24 jam untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas. Hal yang penulis

77
lakukan yaitu memonitor TTV, mengidentifikasi aktivitas yang dapat
menimbulkan kelelahan, dan menganjurkan pasien istirahat.
3. Gangguan integritas kulit b.d adanya luka ulkus
Pada diagnosa ini penulis melakukan asuhan keperawatan juga selama 3 kali
24 jam untuk mengatasi masalah gangguan integritas kulit. Hal yang pertama
penulis lakukan yaitu mengkaji keadaan luka kemudian merendam kaki klien
dalam larutan betadin selama 15 menit kemudian membalut luka
menggunakan kassa steril.

E. Evaluasi
Menurut Mareelli, 2007 evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari
tahap – tahap proses keperawatan untuk mengetahui apakan masalah-masalah
keperawatan yang muncul pada kasus asuhan keperawatan pada pasien
dengan diabetes mellitus dan luka ulkus teratasi atau tidak dan untuk
membandingkan antara yang sistematik dengan yang terencana berkaitan
dengan fasilitas yang tersedia. Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan
evaluasi keperawatan pada kasus ini antara lain :

1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis


Pada diagnosa ini penulis sudah melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan tinjauan teori yang ada dan dilakukan semaksimal mungkin
dengan tujuan masalah nyeri akut dapat teratasi. Pada proses keperawatan
sebelumnya yaitu implementasi keperawatan sudah dijabarkan bagaimana
penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien. Dan evaluasi
keperawatan yang diperoleh penulis dari asuhan keperawatan yang
dilakukan selama 3 kali 24 jam yaitu masalah nyeri akut teratasi karena
pasien mengatakan merasakan nyeri berkurang hingga skala 1. Dalam hal
ini sudah sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan oleh penulis dimana

78
pasien terlihat relaks, nyeri hilang atau berkurang dengan implementasi –
implementasi yang dilakukan oleh penulis.

2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan/tirah baring


Evaluasi yang didapatkan dari masalah ini yaitu intervensi dihentikan
dikarenakan kriteria hasil dalam tujuan intervensi keperawatan yang di
targetkan oleh tim perawat sudah teratasi/terpenuhi. Terlihat dari respon
pasien yang sudah tidak Nampak lemas dan dapat melakukan aktivitas
minimal secara mandiri.
3. Gangguan integritas kulit b.d adanya luka ulkus
Evaluasi yang didapatkan dari masalah ini yaitu intervensi dilanjutkan
dikarenakan kriteria hasil dalam tujuan intervensi keperawatan yang di
targetkan oleh tim perawat belum teratasi/terpenuhi.

79
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan teori, tinjauan kasus, dan pembahasan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengkajian Tn.I didapatkan data yang menunjang untuk mengarah
pada diagnosa diabetes mellitus tipe II dengan data diperoleh dari pengkajian
dilakukan dengan pasien maupun keluarga pasien, pengamatan langsung,
membaca catatan medik dan catatan keperawatan serta kerjasama dengan tim
kesehatan lain yang bersangkutan dalam pengelolaan.
2. Intervensi yang muncul tidak sepenuhnya dijadikan intervensi oleh penulis
pada pengelolaan klien karena situasi dan kondisi klien serta situasi dan
kondisi kebijakan dari instansi rumah sakit.
3. Terdapat beberapa implemetasi yang belum bisa penulis lakukan secara
langsung pada pasien. Dalam melakukan implementasi selama 3x 24 jam
penulis bekerjasama dengan melibatkan keluarga dan perawat ruang IRNA
3A.
4. Dalam evaluasi asuhan keperawatan didapatkan tiga masalah keperawatan
sudah dapat teratasi.
B. Saran
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. I di
ruang IRNA 3A RS Umum BGR dan kesimpulan yang telah penulis susun
seperti diatas, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Dalam pemberian asuhan keperawatan perlu adanya keikutsertaan
keluarga karena keluarga merupakan orang terdekat pasien yang tahu akan
perkembangan dan kebiasaan pasien.

80
2. Dalam memberikan implementasi tidak harus sesuai dengan apa yang
terdapat pada teori, akan tetapi harus disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan pasien serta menyesuaikan dengan kebijakan dari rumah sakit.
3. Perawat sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan
pasien sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar
mampu merawat pasien secara komprehensif dan optimal. Dan perawat
juga harus bekerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi,
psikiatri dan pekerja sosial) dalam melakukan perawatan atau penanganan
pasien dengan diabetes mellitus

81
DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C.2007.Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.Jakarta:PT Gramedia


Pustaka Utama
Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern.2012.Diagnosis Keperawatan.Jakarta : EGC.
Sumarwati, Made.2012.Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014/Nanda Internasional.Jakarta: EGC.
Baradero, Mary.2009.Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan
Keperawatan.Jakarta:EGC.
http://bidhuan.id/obat/43718/obat-novorapid-obat-insulin-untuk-diabetes-melitus-
atau-kencing-manis/ diakses pada tanggal 17Agustus 2019 pada pukul 20.30 WIB
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-diabetes-mellitus/ diakses pada
tanggal 17 Agustus 2019 pada pukul 20.45
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/diabetes-melitus/ diakses pada tanggal 17
Agustus 2019 pada pukul 21.00

82

Anda mungkin juga menyukai