Kerja sama sekolah dengan orangtua dalam pendidikan karakter akan lebih terlihat
bila orangtua dan guru turut melibatkan komunitas yang lebih luas, seperti lembaga
keagamaan, komunitas bisnis, organisasi pemuda, organisasi non-ptofit, bahkan
media massa.
Berikut sejumlah langkah yang perlu dilakukan pihak sekolah dan orangtua agar
saling bersinergi, menurut Sahabat Keluarga Kemendikbud:
1. Guru dan orang tua melakukan pertemuan di awal tahun ajaran atau bahkan
sebelum tahun ajaran berlangsung. Dalam pertemuan tersebut, tanamkan kesadaran
pentingnya peran guru dan orangtua dalam penumbuhan karakter anak.
2. Orangtua perlu memahami bahwa karakter anak terbentuk melalui apa yang
dilihat, didengar dan dilakukan secara berulang-ulang oleh anak setiap harinya.
Terutama di rumah di mana anak menghabiskan banyak waktunya.
3. Untuk memperkuat pemahaman orangtua, guru bisa memaparkan beberapa
penelitian tentang pengaruh kuat orangtua dalam menumbuhkan karakter anak.
4. Selain dalam pertemuan tahunan, sekolah juga bisa mengadakan kelas parenting.
Berbagi ide dan masukan dari orangtua mengenai topik parenting yang menarik.
6. Guru perlu melakukan komunikasi langsung secara pribadi dengan orang tua.
Dalam pertemuan pribadi itu, guru bisa menanyakan mengenai karakter, kebiasaan
sehari-hari anak dan perilaku anak yang bisa dijadikan pertimbangan guru dalam
mendidik anak di kelas.
7. Sekolah perlu mengajak orangtua dan anak didik untuk mengunjungi ruang
kelas sebelum hari pertama sekolah sebagai ruang bersosialisasi.
9. Guru perlu mengomunikasikan dengan jelas inti kebijakan sekolah dan rencana
pendidikan karakter kepada semua orang tua. Dalam membuat kebijakan itu,
sekolah bisa melakukan survei kepada para orangtua dan mempertimbangkan
komentar, pandangan, masukan dan kritikan.
11. Orangtua dan guru berpartisipasi langsung dalam pendidikan karakter anak
melalui aktivitas berbasis sekolah, seperti nonton bareng film keluarga, family
gathering, dan sebagainya.
13. Guru perlu membantu orang tua mengurangi efek negatif dari gadget, TV, film,
video game, dan media lain pada pertumbuhan moral anak-anak.
14. Sekolah bisa membangun pusat sumber daya keluarga, yang di dalamnya ada
kegiatan konseling.
15. Bagi sekolah jenjang SMP dan SMA, penting mengadakan konseling atau
diskusi umum terkait bagaimana menjadi orangtua yang memiliki anak remaja,
komitmen tentang pernikahan, bagaimana menjadi keluarga yang harmonis, serta
pola pengasuhan anak remaja.
Jika orangtua sudah berusaha dengan baik untuk membantu guru dalam
mengoptimalkan pembelajaran anak di sekolah maka langkah selanjutnya adalah
memberikan kesempatan pada guru untuk menerapkan metode yang sudah
disepakati bersama untuk diterapkan di dalam kelas. Sebaliknya, guru juga perlu
memberikan kesempatan pada orangtua untuk melanjutkan dan melengkapi proses
pembelajaran anak di dalam rumah. Dengan kata lain, orangtua dan guru dapat
bekerja sama semaksimal mungkin untuk mencapai yang terbaik untuk anak tanpa
melanggar kebijakan sekolah atau melanggar hal-hal privacy dari orangtua dan
anak.
Keluarga dan gereja harus bekerja sama dalam menanamkan konsep nilai yang
harus diajarkan kepada anak supaya anak bersemangat dan akhirnya tahu
membedakan mana yang benar dan yang salah. Di Amerika Serikat banyak gereja
menjemput anak-anak dari keluarga yang belum percaya untuk datang ke Sekolah
Minggu, kemudian mendidik anak-anak itu dengan konsep nilai yang diajarkan
Alkitab, akhirnya terjadi perkembangan yang sangat lambat.Namun, kadang
perubahan anak tidak banyak dan tidak mencapai sasaran. Penyebab utamanya
adalah ketidaksamaan antara keluarga dan gereja. Dengan adanya kendala ini tidak
berarti penginjilan terhadap anak dihentikan. Malahan sebaliknya untuk
memperoleh hasil yang baik, harus ada kerja sama dengan orangtua anak itu, yaitu
dengan mengusahakan pelbagai cara untuk membawa orangtua mereka datang ke
gereja dan perlahan-lahan mempelajari firman Allah, sehingga nilai-nilai Kristiani
yang ditanamkan melalui gereja dapat pula disesuaikan dengan peraturan dan
pendidikan di rumah.
Dari eksperimen Elizabeth Hurlock disimpulkan bahwa jika ada dua orang yang
mengumumkan beberapa peraturan yang isinya sama, maka anak akan lebih mudah
menaatinya; akan tetapi jika peraturan yang diberikan berbeda -- dalam kasus ini
berbeda antara gereja dan keluarga -- anak akan ragu dalam memberikan respon
serta bingung harus menaati yang mana. Pengaruh yang lebih berbahaya ialah bagi
kelas Tunas Remaja atau Remaja, yaitu bukan saja mereka bingung harus menaati
yang mana, tetapi mereka malah tidak mau menaati dan menghiraukan nilai-nilai
yang sudah ditanamkan dari kedua belah pihak tersebut.
Perolehan hasil yang sama diperoleh dari penyelidikan Dr. Meier. Dalam satu
keluarga yang ketat, bila ada kerja sama antara kedua orangtua, anak masih dapat
bertumbuh dengan sehat. Bahkan dalam suatu keluarga yang tidak memiliki
disiplin dengan ketat, tetapi ada kerja sama antara kedua orangtua, anak masih
dapat menjadi warga yang baik. Hal ini juga berlaku untuk menanamkan nilai-nilai
kristiani dalam kehidupan anak. Jika gereja dan keluarga dapat bekerja sama dalam
menerapkan nilai-nilai tersebut, maka anak-anak pun dapat dengan cepat mengerti
dan tidak bingung dalam menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya.
Sikap dan tindakan keluarga maupun gereja yang konsisten merupakan dasar
keberhasilan dalam menanamkan nilai-nilai kristiani kepada anak-anak. Penerapan
nilai-nilai yang tidak seragam, tidak akan dapat mengembangkan fungsi hati nurani
anak dan mereka tidak akan dapat belajar hal yang benar dan yang salah atau baik
dan buruk.
Ketiga lingkungan ini memiliki tugas mendidik, yaitu keluarga mendidik moral
dan dasar-dasar agama, sekolah mendidik dalam hal ilmu pengetahuan serta
keterampilan, dan gereja membantu mendidik untuk menanamkan nilai-nilai
kristiani serta berinteraksi dalam komunitas gereja. Sinergi antara keluarga,
sekolah, dan gereja dalam menjalankan fungsi pendidikan harus dapat membangun
komunikasi dan kerja sama yang baik agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
Peran penting antara keluarga, sekolah, dan gereja harus benar-benar dipahami
untuk menghasilkan seseorang yang bukan hanya berintelektual, tetapi juga
bermoral, berkarakter, dan beriman.
Artikel oleh :
Nama : DISY ULINA
Kelas : XI MIPA 4