Anda di halaman 1dari 53

TEORI BARIS DAN DERET

1. PENGERTIAN BARIS
2. B A R I S & D E R E T A R I T M AT I K A
3. BARIS & DERET GEOMETRI
4. A P L I K A S I D E R E T DA L A M E KO N O M I
PENDAHULUAN
• Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya kita tidak
akan pernah terlepas dari kegiatan ekonomi.
• Beberapa istilah-istilah dalam perekonomian
keuangan perlu dipahami diantaranya bunga
tunggal, diskonto tunggal, bunga majemuk, sistem
kredit-cicilan, dan anuitas.
• Sebelum membicarakan tentang bahasan bunga
tunggal, bunga majemuk dan seterusnya akan
diberikan pembahasan tentang prinsip-prinsip
matematika yang dignakan dalam ekonomi dan
bisnis
PRINSIP-PRINSIP MATEMATIKA YANG
DIGUNAKAN DALAM EKONOMI DAN
BISNIS
• Dalam ilmu matematika, dikenal konsep
barisan dan deret aritmatika dan geometri
• Konsep dari barisan dan deret tersebut
dalam bidang ekonomi antara lain digunakan
dalam membahas tentang : model
perkembangan usaha, model pertumbuhan
penduduk, bunga majemuk, nilai masa datang
dari anuitas, dana cadangan, dan penyisihan
pinjaman
CONT’D…

• Jika perkembangan variabel-variabel tertentu dalam


kegiatan usaha (misalnya : produksi, biaya,
pendapatan, penggunaan tenaga kerja, penanaman
modal) berpola seperti barisan aritmatika, maka
prinsip-prinsip barisan aritmatika dapat digunakan
untuk menganalisa perkembangan variabel tersebut.
• Penerapan deret ukur yang paling konvensional di
bidang ekonomi adalah dalam hal perhitungan
pertumbuhan penduduk, karena penduduk dunia
tumbuh mengikuti pola deret ukur.
ANUITAS (RENTE)
• Adalah barisan modal yang sama besarnya
dan dibayarkan (diterima) dalam periode
waktu yang sama pula, besarnya dinamakan
angsuran.
• Contohnya : santunan yang diterima rutin dari
sebuah asuransi, bunga yang diterima dari
obligasi
CICILAN (ANGSURAN)
• Seseorang dapat meminjam sejumlah uang atau
membeli suatu barang dengan membayarnya
kembali dalam jangka waktu tertentu dengan bunga
tertentu atas dasar kesepakatan.
• Pembayaran dengan cara ini disebut kredit. Besar
uang yang dibayarkan setiap periode pembayaran
disebut angsuran.
• Cara pembayaran dan besar bunga maupun suku
bunganya disepakati antara pemberi pinjaman dan
peminjam
BERDASARKAN CARA PERHITUNGAN
BUNGANYA, TERDAPAT BEBERAPA CARA
PEMBAYARAN DENGAN CARA KREDIT,
YAITU :
• Sistem bunga flat (Flat Rate) : besar bunga
merata dan angsuran tetap
• Sistem bunga efekktif (Effective Rate/ Sliding
Rate) : Angsuran pokok tetap, bungamenurun.
• Sistem angsuran merata dengan bunga menurun
HUBUNGAN FUNGSIONAL
• Suatu bentuk hubungan matematis yang
menyatakan hubungan ketergantungan
(hubungan fungsional) antara satu variabel
dengan variabel lain.
• Sebuah fungsi dibentuk oleh beberapa unsur
yaitu : variabel, keofisien, dan konstanta
• Ariabel dan koefisien senantiasa terdapat
dalam setiap fungsi.
CONT’D…

• Variabel adalah unsur pembentuk fungsi yang


mencerminkan atau mewakili faktor (data) tertentu,
dilambangkan dengan huruf-huruf latin
• Berdasarkan kedudukan atau sifatnya, di dalam
setiap fungsi terdapat dua macam variabel yaitu
variabel bebas (independent variable) dan variabel
terikat (dependent variable). Variabel bebas adalah
varabel yang nilainya tidak tergantungpada variabel
alin, sedangkan
• Variabel terikat adalah variabel yang nilainya
tergantung pada variabel lain.
PENGERTIAN BARIS

• Baris yang dimaksud adalah bilangan yang


tersusun secara teratur dengan suatu pola
perubahan tertentu dari satu suku ke suku
berikutnya.
• Penggolongan baris dapat didasarkn pada :
- Jumlah suku yang membentuknya, dibedakan
menjadi Baris berhingga dan baris tak berhingga
- Pola perubahannya, sehingga dibedaan menjadi
baris hitung, baris ukur, dan baris harmoni.
BARIS DAN DERET ARITMATIKA
BARIS ARITMATIKA
• Barisan Aritmatika (Deret Hitung) adalah barisan
yang selisih antar dua suku yang berurutan tetap (
konstan).
• Contoh :
1) 2, 5, 8, 11, … (selisih/ beda = 3)
2) 20, 18, 16, 14, … (selisih/ beda = -2)

Bilangan yang membedakan suku-suku dari deret


hitung ini dinamakan pembeda, yang tak lain
merupakan selisih antara nilai-nilai dua suku yang
berurutan.
RUMUS SUKU KE-N BARISAN ARITMATIKA

Keterangan :
Un = suku ke-n barisan aritmatika
a = suku pertama barisan aritmatika
b = beda
CONTOH BARISAN ARITMATIKA

Contoh

Carilah suku ke-50 dari barisan 2, 7, 12, 17, …


CONT’D…

Solution :
Oleh karena selisih antar suku selalu tetap, maka :
2, 7, 12, 17, … merupakan barisan aritmatika dengan
a = 2, b = 5, n = 50, maka :
Un = a + (n – 1) b
U50 = 2 + (50 – 1) 5
= 2 + 49 . 5
= 2 + 245
= 247
DERET ARITMATIKA

• Pengertian
Jika pada barisan aritmatika tiap-tiap
sukunya dijumlahkan, maka akan diperoleh
yang disebut Deret Aritmatika
• Contoh
1). 2 + 7 + 12 + 18 + … adalah deret aritmatika
dengan beda 5
2). 3 + 6 + 9 + 12 + … adalah deret aritmatika
dengan beda 3
RUMUS DERET ARITMATIKA

Theorm
Jumlah n suku pertama deret aritmatika adalah :
𝑛
𝑆𝑛 = (2𝑎 + 𝑛 − 1 b)
2

Sn : suku tertentu
a : suku pertama barisan aritmatika
b : beda
n : indeks suku
CONTOH

Contoh
Carilah jumlah 25 suku pertama dari deret aritmatika
50 + 46 + 42 + 38 + …
CONT’D…

Solution :
Deret aritmatika 50 + 46 + 42 + 38 + …,
maka a = 50, b = - 4
𝑛
𝑆𝑛 = 2𝑎 + 𝑛 − 1 𝑏
2
25
𝑆25 = 2 50 + 25 − 1 −4
2
25
= 100 − 96
2
= 50
BARIS DAN DERET GEOMETRI
BARISAN GOMETRI (DERET UKUR)
• Pengertian :
Barisan yang perbandingan/ rasio antar dua
suku yang berurutan selalu konstan (tetap)
• Contoh :

1) 2, 4, 8, 16,… (rasio = 2)
2) 512, 256, 128, 64, … (rasio = 0,5)
RUMUS SUKU KE-N BARISAN
GEOMETRI
Theorem
Suku ke-n dari barisan geometri dirumuskan dengan
𝑈𝑛 = 𝑎𝑟 𝑛−1
Keterangan :
Un = suku ke-n barisan geometri
a = suku pertama barisan geometri
r = rasio
CONTOH

Contoh
Carilah suku ke 10 dari deret geometri :
1, 2, 4, 8, …
Solution :
Deret geometri 1, 2, 4, 8, …
maka a = 1, r = 2
𝑆𝑛 = 𝑎𝑟 𝑛−1
𝑆10 = 1.210−1 = 512
JUMLAH N SUKU DARI DERET UKUR (GEOMETRI)

Seperti halnya dalam deret hitung, jumlah deret ukur


sampai dengan suku tertentu adalah jumlah nilai suku-
sukunya sejak suku pertama sampai dengan suku ke-n
yang bersangkutan.
Rumus jumlah deret ukur sampai dengan suku ke-n,
adalah :
Jika p < 1 Atau Jika p > 1
𝑎 (1− 𝑝𝑛 ) 𝑎 (𝑝𝑛 −1)
𝑆𝑛 = 𝑆𝑛 =
1−𝑝 𝑝 −1
CONTOH
1) 5, 10, 20, 40, 80, 160,…
2) 512, 256, 128, 64, 32, 16, …

Carilah jumlah suku ke 10 dari soal di atas!


Solution :
5 (210 −1) 5 (1023)
1) 𝑆10 = 2 −1
=
1
= 5115
512 (1−0,510 )
2) 𝑆10 = 1−0,5
= 1023
SOAL

1. Hitunglah U4, U15, dan S10 dari deret yang suku


pertamanya 1000 dan pembeda antar sukunya
-50.
2. Jika U3 dan U7 dari sebuah deret hitung masing-
masing adalah 50 dan 70, berapa : a) U1, b) U10,
c) S5, d) S178?
3. Suku ke-3 deret ukur adalah 800. Suku ke-7
adalah 204.800. cari a, r, dan jumlah nilai deret
suku ke-5 !
APLIKASI DERET DALAM EKONOMI

1. Model Perkembangan Usaha


2. Model Bunga Majemuk
3. Model Pertumbuhan Penduduk
MODEL PERKEMBANGAN USAHA

Jika perkembangan variabel-variabel tertentu dalam


kegiatan usaha – misalnya produksi, biaya,
pendapatan, penggunaan tenaga kerja, atau
penanaman modal – berpola seperti deret hitung,
maka prinsip-prinsip deret hitung dapat digunakan
untuk menganalisis perkembangan variabel tersebut.
Berpola seperti deret hitung maksudnya di sini adalah
bahwa variabel yang bersangkutan bertambah secara
konstan dari satu periode ke periode berikutnya.
CONTOH KASUS 1 :

Perusahaan genteng “Sokajaya” menghaslkan 3.000


buah genteng pada bulan pertama produksinya.
Dengan penambahan tenaga kerja dan peningkatan
produktivitas, perusahaan mampu menambah
produksinya sebanyak 500 buah setiap bulan. Jika
perkembangan produksinya konstan, berapa buah
genteng yang dihasilkannya pada bulan kelima?
Berapa buah yang telah dihasilkan sampai dengan
bulan tersebut?
JAWAB

a = 3.000
b = 500
n=5
𝑆5 = 3.000 + (5 - 1) 500 = 5.000
5
𝐽5 = (3.000 + 5.000) = 20.000
2
Jumlah produksi pada bulan kelima adalah 5.000
buah, sedangkan jumlah seluruh genteng yang
dihasilkan sampai dengan bulan tersebut 20.000
buah
CONTOH KASUS 2 :

Besarnya penerimaan PT Cemerlang dari hasil


penjualan barangnya Rp 720 juta pada tahun
kelima dan Rp 980 juta pada tahun ke tujuh.
Apabila perkembangan penerimaan penjualan
tersebut berpola seperti deret hitung, berapakah
perkembangan penerimaannya per tahun? Berapa
besar penerimaan pada tahun pertama dan pada
tahun keberapa penerimaannya sebesar Rp 460
juta?
JAWAB
(Dalam jutaan)
𝑆7 = 980  a + 6b = 980
𝑆5 = 720  a + 4b = 720
2b = 260  b = 130
Perkembangan penerimaan per tahun sebesar Rp 130 juta.
A + 4b = 720  a = 720 – 4b = 720 – 4 (130) = 200
Penerimaan pada tahun pertama sebesar Rp 200 juta.
𝑆𝑛 = a + (n - 1) b  460 = 200 + (n - 1) 130
460 = 200 + 130 n – 130
390 = 130 n  n = 3
Penerimaan sebesar Rp 460 juta diterima pada tahun ketiga
MODEL BUNGA MAJEMUK

Model bunga majemuk merupakan penerapan


deret ukur dalam kasus simpan-pinjam dan
kasus investasi. Dengan model ini dapat
dihitung, misalnya, besarnya pengembalian
kredit di masa datang berdasarkn bunganya.
Atau sebaliknya, untuk mengukur nilai
sekarang dari suatu jumlah hasil investasi yang
akan diterima di masa datang.
MODEL BUNGA MAJEMUK CONT’D…

Jika misalnya modal pokok sebesar P


dibungakan secara majemukdengan suku
bunga per tahun setingkat I, maka jumlah
akumulatif modal tersebut di masa datang
setelah n tahun (Fn) dapat dihitung sebagai
berikut :
MODEL BUNGA MAJEMUK CONT’D…

Setelah 1 tahun : F1 = P + P.i = P(1+i)


Setelah 2 tahun : F2 = P (1+i) + P (1+i)i
=P(1 + 𝑖)2
Setelah 3 tahun : F3 = P(1 + 𝑖)2 + P(1 + 𝑖)2 i =
P(1 + 𝑖)3
Setelah n tahun : Fn = (…..) + (…..)i = P(1 + 𝑖)3
MODEL BUNGA MAJEMUK CONT’D…

Dengan demikian, jumlah di masa datang dari


suatu jumlah sekarang adalah :

Fn=P(1 + 𝑖)𝑛
P =jumlah sekarang
i = tingkat bunga per tahun
n = jumlah tahun
MODEL BUNGA MAJEMUK CONT’D…

Rumus di atas mengandung anggpan tersirat bahwa


bunga diperhitungkan dibayarkan satu kali dalam
setahun. Apabil bunga diperhitungkan dibayarkan
lebih dari satu kali (misalnya m kali, masing-masing
i/m per termin) dalam setahun, maka jumlah di masa
datang menjadi :
𝑖 𝑚𝑛
Fn = 𝑃 (1 + )
𝑚

m : frekuensi pembayaran bunga dalam setahun


MODEL BUNGA MAJEMUK CONT’D…

𝑖
Suku (1 + i) dan (1 + ) dalam dunia bisnis
𝑚
dinamakan “faktor bunga majemuk” (compounding
interest factor), yaitu : suatu bilangan lebih besar dari
1 yang dapat dipakai untuk menghitung jumlah di
masa datang dari suatu jumlah sekarang.
Dari rumus di atas, dengan sedikit manipulasi
matematis, dapat pula dihitung besarnya nilai
sekarang apabila yang diketahui jumlahnya di masa
datang. Nilai sekarang (present value) dari suatu
jumlah uang tertentu di masa datang adalah :
MODEL BUNGA MAJEMUK CONT’D…

1 1
P= .F P= .F
(1+𝑖)𝑛 atau (1+𝑖/𝑚)𝑚𝑛

Suku 1/(1 + 𝑖)𝑛 dan 1 /(1 + 𝑖/𝑚)𝑚𝑛 dinamakan


“faktor diskonto” (discount factor), yaitu suatu
bilangan lebih kecil dari 1 yang dapat dipakai untuk
menghitung nilai sekarang dari suatu jumlah di masa
datang.
CONTOH KASUS 3

Seorang nasabah meminjam uang di bank


sebanya Rp 5 juta untuk jangka waktu 3 tahun,
dengan tingkat bunga 2% per tahun. Berapa
jumlah seluruh uang yang harus
dikembalikannya pada saat pelunasan?
Seandainya perhitungan pembayaran bunga
bukan tiap tahun, melainkan tiap semester,
berapa jumlah yng harus ia kembalikan?
JAWAB

𝐹𝑛 =P(1 + 𝑖)𝑛
𝐹3 = 5.000.000(1 + 0,02)3
= 5.000.000 (1,061208) = 5.306.040
Jadi pada saat pelunasan, setelah tiga tahun,
nasabah tadi secara keseluruhan harus
mengembalikan sebanyak Rp 5.306.040,00.
JAWAB

Seandainya bunga diperhitungkan dibayarkan tiap


semester, m = 2, maka :
𝑖 𝑚𝑛
𝐹𝑛 = 𝑃 (1 + )  𝐹3 = 5.000.000(1 + 0,01)6
𝑚
= 5.000.000 (1,06152)
= 5.307.600,00
CONTOH KASUS 4 :

Tabungan seorang mahasiswa akan menjadi


sebesar Rp 532.400,00 tiga tahun yang akan
datang. Jika tingkat bunga bank yang berlaku
10% per tahun, berapa tabungan mahasiswa
tersebut pada saat sekarang ini?
JAWAB
F = 532.400
n=3
i = 10% = 0,1
1
P= .F
(1+𝑖)𝑛
1
= 3 . 532.400
(1+0,1)
= 400.000
Jadi besarnya tabungan sekarang adalah Rp 400.000,00
MODEL PERTUMBUHAN PENDUDUK
Penerapan deret ukur yang paling konvensional di
bidang ekonomi adalah dalam hal penaksiran jumlah
penduduk. Sebagaimana pernah dinyatakan oleh
Malthus, penduduk dunia tumbuh mengikuti pola
deret ukur. Secara matematik, hal ini dapat
dirumuskan sebagai :

𝑃𝑡 = 𝑃1 𝑅𝑡−1 di mana R = 1 + r

𝑃1 : jumlah tahun pertama (basis)


𝑃𝑡 : jumlah pada tahun ke-t
R : presentase pertumbuhan per tahun
T : indeks waktu (tahun)
CONTOH KASUS 5

Penduduk suatu kota berjumlah 1 juta jiwa


pada tahun 1991, tingkat pertumbuhannya 4
persen per tahun. Hitunglah jumlah penduduk
kotatersebut pada tahun 2006. Jika mulai
tahun 2006 pertumbuhannya menurun
menjadi 2,5%, berapa jumlahnya 11 tahun
kemudian?
JAWAB
𝑃1 = 1 juta r = 0,04 R = 1,04
P tahun 2006 ≡ 𝑃16 = 1 juta (1,04)15
= 1 juta (1,800943)
= 1.800.943 jiwa

𝑃1 = 1.800.943 r = 0,025 R = 1,025


P 11 tahun kemudian ≡ 𝑃11
𝑃11 = 1.800.943 (1,025)10
= 2.305.359 jiwa
JAWAB
Atau dengan memanfaatkan kaidah logaritma :
𝑃11 = 1.800.943 (1,025)10
Log 𝑃11 = log 1.800.943 (1,025)10
Log 𝑃11 = log 1.800.943 + 10 log 1,025
Log 𝑃11 = 6,255499 + 0,107239
Log 𝑃11 = 6,362738  𝑃11 = 2.305.359
SOAL 1

Perusahaan keramik menghasilkan 5.000 buah


keramik pada bulan pertama produksinya. Dengan
adanya penambahan tenaga kerja, maka jumlah produk
yang dihasilkan juga ditingkatkan. Akibatnya,
perusahaan tersebut mampu menambah produksinya
sebanyak 300 buah setiap bulannya. Jika
perkembangan produksinya konstan setiap bulan,
berapa jumlah keramik yang dihasilkannya pada bulan
ke 12 ? Berapa buah jumlah keramik yang
dihasilkannya selama tahun pertama produksinya ?
SOAL 2

Jika Bapak James mendepositokan uangnya di


Bank sebesar Rp. 5.000.000 dengan tingkat
bunga yang belaku 12 presen per tahun
dimajemukkan, berapa nilai total deposito
Bapak James pada akhir tahun ketiga? Berapa
banyak pula pendapatan bunganya
SOAL 3

Penduduk suatu kota berjumlah 1 juta jiwa


pada tahun 1991, tingkat pertumbuhannya 4
persen pertahun. Hitunglah jumlah penduduk
kota tersebut pada tahun
2006,pertumbuhannya menurun menjadi
2,5%, berapa jumlahnya 11 tahun kemudian?

Anda mungkin juga menyukai