Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN KEUANGAN

KEBIJAKAN DIVIDEN

Dosen Pengampu:
Dr. Gregorius Paulus Tahu, SE., MM.

Disusun oleh:

KELOMPOK 3

Anak Agung Dewi Widya Saraswati (1902612010007/(07)

Anak Agung Inten Sari Saraswati (1902612010008)/(08)

Gusti Ngurah Sariadi (1902612010021)/(21)

Ni Luh Putu Intan Kasturi Dewi (1902612010024)/(24)

Ni LuhPutu Anggi Riliantika (1902612010025)/(25)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

DENPASAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Manajemen Keuangan yang memuat
materi tentang Kebijakan Dividen ini selesai tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari tugas ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dr.
Gregorius Paulus Tahu, SE,. MM. pada mata kuliah Manajemen Keuangan selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kebijakan Dividen.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Gregorius Paulus Tahu, SE,. MM. yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Denpasar, 26 Oktober 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah, maka kami membuat makalah ini
dengan judul KEBIJAKAN DIVIDEN. Dalam makalah ini kami membahas mengenai
pengertian kebijakan dividen, teori-teori kebijakan dividen, jenis-jenis kebijakan dividen,
bentuk-bentuk kebijakan dividen, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
dividen.
Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan
dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang.
Kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan dalam perusahaan yang harus
diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama. Dalam kebijakan dividen ditentukan
jumlah alokasi laba yang dapat dibagikan kepada para pemegang saham (deviden) dan
alokasi laba yang dapat ditahan perusahaan. Semakin besar laba yang ditahan, semakin
kecil laba yang akan dibagikan pada para pemegang saham. Dalam pengalokasian laba
tersebut timbulah berbagai masalah yang dihadapi.
Keuntungan perusahaan merupakan faktor pertama yang biasanya menjadi
pertimbangan direksi. Walaupun untuk membayar deviden perusahaan rugipun dapat
melaksanakannya, karena adanya cadangan dalam bentuk laba ditahan. Namun demikian
hubungan antara keuntungan perseroan dengan keputusan deviden masih merupakan
suatu hubungan yang vital (Robert, 1997). Perusahaan selalu berusaha meningkatkan
citranya dengan cara setiap peningkatan laba akan diikuti dengan peningkatan porsi laba
yang dibagi sebagai dividen dan juga dapat mendorong peningkatan nilai saham
perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu dividen?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan kebijakan dividen?
1.2.3 Apa saja teori-teori kebijakan dividen?
1.2.4 Apa saja jenis-jenis dividen?
1.2.5 Apa saja bentuk-bentuk kebijakan dividen?
1.2.6 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai kebijakan dividen.
1.3.2 Untuk mengetahui teori-teori kebijakan dividen.
1.3.3 Untuk mengetahui jenis-jenis dividen.
1.3.4 Untuk mengetahui bentuk-bentuk kebijakn dividen.
1.3.5 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dividen
Dividen berasal dari bahasa Latin yaitu divendium yang artinya sesuatu untuk dibagi.
Berikut ini beberapa pemaparan mengenai pengertian dividen:
1. Berdasarkan KBBI, dividen diartikan sejumlah uang sebagai hasil keuntungan yang
dibayarkan kepada pemegang saham (dalam suatu Perseroan).
2. Dalam dunia ekonomi, dividen adalah seluruh laba bersih setelah dikurangi
penyisihan untuk cadangan pajak yang dibagikan kepada pemegang saham (pemilik
modal sendiri).
3. Menurut Bapepam, dividen adalah porsi keuntungan perusahaan yang dibayarkan
kepada para pemegang saham.

2.2 Pengertian Kebijakan Dividen


Dalam melakukan perdagangan saham perusahaan akan memperoleh laba bersih. Laba
bersih (net earnings) ini sering disebut sebagai “Laba yang tersedia bagi pemegang saham
biasa” (earnings available to common stockholders) disingkat EAC. Laba bersih tersebut
akan dikenakan pajak sehingga menjadi laba bersih sesudah pajak (earinings after tax
atau EAT). Manajemen mempunyai dua alternatif perlakuan terhadap EAT ini yaitu:
1. Dibagikan kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen.
2. Diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan (retained eraning) untuk
membiayai operasi selanjutnya.
Apabila manajemen memilih alternatif pertama artinya manajemen harus membuat
keputusan tentang besarnya EAT yang dibagikan sebagai dividen. Pembuatan keputusan
tentang dividen ini disebut kebijakan dividen.
Kebijakan dividen merupakan keputusan untuk menentukan besarnya bagian pendapatan
(earning) yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan bagian yang akan
ditahan di perusahaan. Tujuan pembagian dividen adalah untuk memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham. Selain itu tujuan pembagian deviden juga untuk
menunjukkan likuiditas perusahaan, untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham
akan pendapatn riil, serta sebagai alat komunikasi antar manajer dan pemegang saham.
2.3 Teori-teori Kebijakan Deviden
2.3.1 Teori Dividen Tidak Relevan dari Modigliani dan Miller :
Modigliani dan Miller (MM) berpendapat , nilai suatu perusahaan tidak ditentukan
oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio, tapi ditentukan oleh laba bersih
sebelum pajak (EBIT) dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut MM, dividen
adalah tidak relevan untuk diperhitungkan karena tidak akan meningkatkan
kesejahteraan pemegang saham. Menurut MM kenaikan nilai perusahaan
dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau
earning power dari asset perusahaan.
Pernyataan MM ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang lemah seperti :

a. Pasar modal sempurna dimana para investor rasional.

b. Tida ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru.
c. Tidak ada pajak baik perorangan maupun pajak penghasilan perusahaan.
d. Informasi tentang investasi tersedia untuk setiap individu.

Beberapa ahli menentang pendapatan MM tentang dividen tidak relevan


dengan menunjukkan adanya biaya emisi saham baru yang akan
mempengaruhi nilai perusahaan. Modal sendiri dapat berasal dari laba ditahan
dan menerbitkan saham biasa baru. Jika modal sendiri berasal dari laba
ditahan, biaya modal sendiri sebesar Ks (Biaya modal sendiri dari laba
ditahan). Tapi bila berasal dari saham biasa baru, biaya modal sendiri adalah
Ke (biaya modal sendiri dari saham biasa baru).
Jika ada pajak maka penghasilan investor dari dividen dan dari capital
gains (kenaikan harga saham) akan dikenai pajak. Seandainya tingkat pajak
untuk dividen dan capital gains adalah sama, investor cenderung lebih suka
menerima capital gains dari pada dividen karena pajak pada capital gains baru
dibayar saat saham dijual dan keuntungan diakui.
2.3.2 Teori The Bird in The Hand
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan
naik jika Dividend Payout rendah karena investor lebih suka menerima
dividen dari pada capital gains. Menurut mereka, investor memandang dividend
yield lebih pasti dari pada capital gains yield. Perlu diingat bahwa dilihat dari
sisi investor, biaya modal sendiri dari laba ditahan (Ks) adalah tingkat
keuntungan yang disyaratkan investor pada saham. Ks adalah keuntungan dari
dividen (dividend yield) ditambah keuntungan dari capital gains (capital
gains yield).
2.3.3 Teori Perbedaan Pajak
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Menyatakan bahwa karena
adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih
menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu
investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham
yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada
saham dengan dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas
dividend lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin
terasa.
2.3.4 Teori Signaling Hipothesis
Terdapat bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan
kenaikan harga saham. Sebaliknya pernurunan deviden pada umumnya
menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti
bahwa para investor lebih menyukai dividen dari pada capital gains. Tapi MM
berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas biasanya merupakan
suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu
penghasilan yang baik diveden masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan
dividen atau keanikan dividen yang dibawah keanaikan normal (biasanya) diyakini
investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diveden
waktu mendatang. Seperti teori dividen yang lain , teori Signaling Hypotesis
ini juga sulit dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa perubahan dividen
mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan
penurunan harga setelah adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata
2.3.5 Teori Clientele Effect
Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda
akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen
perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada
saat ini lebih menyukai suatu Dividend payout Ratio yang tinggi. Sebaliknya
kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih
senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada
perbedaan pajak bagi individu (misalnya orang lanut usia dikenai pajak lebih
ringan) maka pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih menyukai capital
gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika
perusahaan membagi dividen yang kecil. Sebalinya kelompok pemegang saham
yang dikenai pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen yang besar.
Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari Clientele ini ada. Tapi menurut
MM hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dari dividen kecil, demikian
s ebaliknya. Efek Clientele ini hanya mengatakan bahwa bagi sekelompok
pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih menguntungkan mereka.

2.4 Jenis-jenis Kebijakan Deviden


2.4.1 Dividen tunai
Jenis dividen tunai adalah yang paling umum dibagikan kepada pemegang saham.
Cara pembayarannya adalah secara tunai. Sehingga, hal ini lebih disenangi oleh
para pemegang saham. Terkadang perusahaan public membayarkan dividen ini
secara berkala. Antara dua sampai empat kali dalam 1 tahun. Selain itu, dividen ini
biasanya akan dikenai pajak sesuai dengan hukum yang berlaku pada tahun
pengeluaran.
2.4.2 Dividen saham
Sesuai dengan namanya, dividen saham ini dibayarkan dalam bentuk saham.
Dividen ini sering di manfaatkan oleh perusahaan jika perusahaannya kekurangan
uang kas. Pembagian dividen jenis stock biasanya diberikan secara merata bagi
semua pemegang saham. Dengan demikian, para pemegang saham akan menerima
saham lebih banyak setelah mendapatkan dividen saham ini.
2.4.3 Dividen properti
Dividen properti ini dibagikan dalam bentuk aset/barang. Tidak dengan tunai
ataupun saham. Jenis pembagian dividen ini jarang dilakukan oleh prusahaan.
Karena akan lebih sulit perhitungannya. Biasanya perusahaan melakukannya
karena uang tunai yang ada di perusahaan sudah terlanjur tertanam dalam investasi
perusahaan lain.
2.4.4 Dividen skrip
Dividen Skrip dibayarkan dalam bentuk surat janji hutang. Perusahaan akan
membayarkan pada waktu dan jumlah tertentu sesuai dengan surat janji hutang.
Dan biasanya surat ini akan dikenakan bunga sampai dengan uang tersebut
dibayarkan kepada pemilik saham. Pembayaran dengan jenis ini bisa saja terjadi
karena kurangangnya persediaan uang tunai dalam perusahaan. Sehingga, akan
menyebabkan perseroan mempunyai hutang jangka pendek kepada pemegang
surat.
2.4.5 Dividen likuidasi
Dividen likuidasi bisa diartikan sebagai pengembalian modal. Hal ini bisa saja
terjadi karena perusahaan mengalami kebangkrutan. Namun, hal ini hanya berlaku
jika perusahaan tersebut masih memiliki sedikit sisa kekayaannya. Jika tidak ada
yang tersisa, maka pemegang saham tidak akan mendapat apa-apa.

Anda mungkin juga menyukai