Anda di halaman 1dari 47

PENGARUH KESADARAN PRODUK RAMAH LINGKUNGAN, GAYA HIDUP

SEHAT, DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

PADA BALI BUDA CAFÉ & FOOD SHOPS UBUD

OLEH :

NAMA : NI LUH PUTU INTAN KASTURI DEWI

NIM : 1902612010024

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerusakan lingkungan merupakan masalah yang saat ini mendapat perhatian

masyarakat luas khususnya masyarakat Indonesia, mulai dari masalah pencemaran

udara, pencemaran air serta yang paling fenomenal adalah masalah sampah.

Kerusakan lingkungan menjadi masalah besar ketika jumlah sampah terus

meningkat dan dan sulit untuk didaur ulang. Meningkatnya jumlah sampah

dikarenakan banyaknya sampah yang dihasilkan industri rumah tangga per harinya.

Di Indonesia menurut data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

menyebutkan bahwa jumlah sampah mencapai 17,2 juta ton pertahun (Pikiran

rakyat, 2018). Kerusakan lingkungan disebabkan oleh banyak factor salah satunya

adalah faktor alam yaitu perubahan cuaca yang luar biasa dan faktor manusia sperti

eksplorasi sumber daya yang berlebihan.

Pandangan dan pola hidup manusia pun mulai bergeser seiring dengan

meningkatnya kepedulian dan kesadaran terhadap lingkungan. Hal tersebut

dibuktikan dengan adanya tuntutan bagi para pelaku bisnis untuk melakukan

tanggung jawab lingkungan, sehingga timbul pola pendekatan bisnis yang berbasis

kelestaria lingkungan (Muslim,2014). Fakta ini didukung dengan mulai banyaknya

aktifis-aktifis peduli lingkungan dan kegiatan demo lingkungan seperti say no to

plastic dan thanks to nature.

Meningkatnya kesadaran akan masalah lingkungan telah menyebabkan

perubahan cara berprilaku konsumen dalam aktivitas kehidupannya. Fenomena


tersebut berdampak pada prilaku konsumen yang kemudian memberikan tantangan

pada perusahaan untuk mencoba menciptakan produk yang memiliki dampak positif

bagi lingkungan.

Banyak perusahaan yang telah menggunakan strategi pemasaran terkait

pemanfaatan masalah lingkungan sebagai faktor utaman memperoleh simpati

konsumen. Konsumen yang memiliki kesadaran ramah lingkungan akan lebih

mudah menerima produk yang ditampilkan oleh perusahaan atas dasar tindakan

pencegahan dimasa yang akan datang. Produk ramah lingkungan tersebut akan

mendorong keyakinan pelanggan bahwa mereka dapat memberikan sumbangan

kecil dalam menjaga lingkungan.

Keterlibatan konsumen dibentuk melalui kegiatan pemasaran hijau yang

dilakukan oleh perusahaan. Pemasaran hijau merupakan kegiatan perusahaan yang

mencakup berbagai kegiatan hijau yang diharapkan dapat menarik konsumen

sekaligus memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan. Strategi

pemasaran hijau memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang

lebih kompetitif serta menjelajahi pasar baru untuk meningkatkan pangsa pasar.

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap produk yang aman bagi

Kesehatan menjadikan masyarakat lebih selektif dalam memilih produk untuk

dikonsumsi. Apalagi dengan adanya Pandemi Covid-19 yang terjadi di seluruh

dunia termasuk di Indonesia sendiri, menyebabkan masyarakat lebih

memperhatikan kesehataanya agar terjauhi dari Virus tersebut. Cara yang dilakukan

masyarakat untuk menjaga kesahatannya yaitu dengan berolahraga dan memakan

makanan sehat.
Maraknya tren hidup sehat di kalangan masyarakat saat ini sangat mempengaruhi

pola makan. Mengkonsumsi makanan organic sejalan dengangaya hidup sehat,

karena Sebagian masyarakat menganggap makanan konvensianal atau makanan

cepat saji kurang baik bagi Kesehatan serta lingkungan untuk jangka panjang.

Gaya hidup sehat dapat dilakukan dengan hidup yang seimbang, berolahraga,

dan mengkonsumsi makanan organic. Gaya hidup menggambarkan bagaimana

seseorang mengalokasikan uang dan waktu. Keputusan mengkonsumsi makan

organic menjadi salah satu pilihan gaya hidup sehat yang paling mudah untuk

diterapkan. Kebanyakan masyarakat berasumsi bahwa makanan organik lebih aman

dikonsumsi karena dalam proses pembudidayaanya tanpa menggunakan bahan

kimia dan mengkonsumsi makanan organik merupakan investasi pada kesehatan

setiap individu. Seperti yang kita ketahui menggunakan bahan kimia dapat

menimbulkan efek negative terhadap lingkungan dan juga terhadap tubuh kita.

Semenjak adanya pandemic covid-19 ini pola konsumsi masyarakat juga telah

bergeser dari yang awalnya hanya terfokus pada kuantitas makanan , tetapi kini

lebih mementigkan kualitas makanan.

Memperhatikan kualitas makanan merupakan suatu hal yang sangat penting,

karena tubuh membutuhkan karbohidrat, protein, lemak serta zat makanan lainnya

yang seimbang. Di beberapa masyarakat modern gaya hidup sehat menjadi salah

satu standar kualitas. Tingkat kualitas produk ialah salah satu dari beberapa strategi

pemasaran yang sangat krusial untuk diperhatikan (Erma wita, 2020). Hasil

penelitian menjabarkan terhadap pengaruh positif antara kualitas produk terhadap

keputusan pembelian (Dewi et al. 2014).


Sikap konsumen dalam mengkonsumsi makanan organik cenderung tidak

memperhatikan harga pada produk yang dibayar, tetapi lebih memperhatikan

manfaat yang diterima Ketika membuat keputusan membeli produk makanan yang

aman dan sehat.

Penelitian tentang pengaruh kesadaran produk ramah lingkungan, gaya hidup

sehat dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian akan diteliti di Bali Buda

Café & Health Shops Ubud. Bali Buda Café & Health Shops Ubud merupakan

suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi makanan dan minuman

organik, dan barang-barang rumah tangga ramah lingkungan. Perusahaan ini

didirikan oleh PT. Mitra Kencana Amanah Jaya, Bali Buda Café & Health Shops

Ubud terletak di Ubud tepatnya di Jl. Jembawan #1, Kecamatan Ubud, Kabupaten

Gianyar, Bali 80571 (di depan kantor pos Ubud). Di Bali Buda Café & Health

Shops Ubud ini para pengunjungbisa menemukan keberadaan sajian menu

makannan organik serta menu makanan vegetarian.

Awalnya sang pemilik Bali Buda Café & Health Shops Ubud yang bernama

Brenda Ricthmond menginginkan menyajikan menu makanan sehat berkualitas

tetapi memiliki cita rasa yang nikmat untuk keluarganya, namun kemudian beliau

bekerjasama dengan Bali Organic Assosiatio (BOA) untuk membangun market

untuk para petani organik. Beliau juga terfokus pada cara penanaman organik serta

cara pengolahan Kembali atau recycling. Sehingga bahan yang dipakai benar-benar

fresh dan organik.

Tak hanya makanan saja yang dijual, Bali Buda Café & Health Shops Ubud juga

menjual-produk-produk serta bakery di area shops-nya. Peluang tersebut didapatkan


karena banyaknya pelanggan yang ingin membeli bahan-bahan organik yang baru

dikonsumsinya. Juga beragam makanan dan minimuan di Bali Buda Café & Health

Shops Ubud sangat mengutamakan kualitas serta kesederhanaan.

Bagi Brenda Ricthmond pendiri Bali Buda Café & Health Shops Ubud, melalui

kekayaan alam nusantara Indonesia mereka mempunyai tekad tinggi untuk

mengambil peran dalam membuat bumi sebagai tempat yang baik bagi generasi

penerus.

Bali Buda Café & Health Shops Ubud berdiri pertama kali pada tahun 1994,

pemilik berusaha untuk terus menghadirkan produk-produk berkualitas yang aman

dikonsumsi semua orang, termasuk mereka dengan kondisi kesehatan tertentu.

Semua ini dilakukan sejalan dengan komitmen dari pemilik untuk terus menjaga

potensi agrikultur Indonesia.

Berbeda dengan restoran lainnya Bali Buda Café & Health Shops Ubud

menerapkan Free Of Wifi yang artinya tidak ada fasilitas jaringan internet gratis.

Alasan Bali Buda Café & Health Shops Ubud menerapkan system tersebut agar

para pelanggan bisa lepas dari gadget dan menikmati hidangan dengan nikmat.

Selain itu Bali Buda Café & Health Shops Ubud memeberikan aroma bunga-bunga

tradisional bali ditambah dengan alunan music yang menenangkan yang akan

menambah rasa nyaman saat berkunjung ke Bali Buda Café & Health Shops Ubud.

Tidak hanya restoran, Bali Buda Café & Health Shops Ubud juga menjual

barang-barang buatan tangan , barang barang recycle untuk keperluan rumah

tangga, dan health store. Health store yang terdapat di Bali Buda Café & Health
Shops Ubud menawarkan suasana yang unik dan berbeda dari supermarket pada

umumnya

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh kesadaran produk ramah lingkungan terhadap keputusan

pembelian pada Bali Buda Café & Health Shops Ubud?

2. Bagaimana pengaruh gaya hidup sehat terhadap keputusan pembelian pada Bali

Buda Café & Health Shops Ubud?

3. Bagaimana pengaruh kualitas produk terhada keputusan pembelian pada Bali

Buda Café & Health Shops Ubud?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kesadaran produk ramah lingkungan

terhadap keputusan pembelian pada Bali Buda Café & Health Shops Ubud.

2 Untuk mengetahui bagaimana pengaruh gaya hidup sehat terhadap keputusan

pembelian pada Bali Buda Café & Health Shops Ubud.

3 Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kualitas produk terhada keputusan

pembelian pada Bali Buda Café & Health Shops Ubud.

3.1 Manfaat

1. Secara Teoristis

Secara teoristis diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan

tentang pentingnya kualitas produk dengan tetap memperhatikan lingkungan

atau sadar akan produk ramah lingkungan namun sekaligus memperhatikan

kesehatan dengan pola gaya hidup sehat, dengan mengkonsumsi makanan

organik dan menggunakan produk daur ulang yang ramah lingkungan.


2. Secara Praktis

 Bagi Instansi Terkait

Menjadi bahan masukan dan bahan evaluasi bagi instansi terkait, untuk

meningkatkan kesadaran lingkungan, sikap ramah lingkungan, pola gaya

hidup sehat, dan memperhatikan kualitas produk warga sekitar dan

konsumen.

 Bagi Masyarakat

Memberikan pemahaman bagi masyarakat mengenai pentingnya akan

kesadaran produk ramah lingkungan, lebih memperhatikan pola gaya hidup

sehat apalagi ditengah adanya pandemic covid19, dan pastinya lebih

memperhatikan kualitas produk dalam mengkonsumsi makanan ataupun

minuman.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Produk Ramah Lingkungan

1) Pengertian Produk Ramah Lingkungan

Produk ramah lingkungan atau green product (produk hijau) adalah

produk yang tidak berbahaya bagi manusia atau lingkungannya, tidak

boros sumber daya, tidak menghasilkan sampah berlebihan, dan tidak

melibatkan kekejaman pada binatang, Produk ramah lingkungan harus

mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan dalam siklus hidup produk

sehingga dapat meminimalkan dampak negatif terhadap alam. Pada sector

produksi, berbagai macam cara dapat dilakukan untuk menghasilkan

suatu produk ramah lingkungan yaitu salah satunya dengan menggunakan

konsep Green produk yang berkelanjutan. Dalam buku “The Green

Consumer” menerangkan bahwa terdapat kriteria yang dapat digunakan

untuk menentukan apakah suatu produk ramah atau tidak terhadap

lingkungan, yaitu:

a. Tingkat bahaya produk bagi kesehatan manusia atau binatang.

b. Seberapa jauh produk dapat menyebabkan kerusakan lingkungan

selama di pabrik, digunakan atau dibuang.

c. Tingkat penggunaan jumlah energi dan sumberdaya yang tidak

proporsional selama dipabrik, digunakan atau dibuang.


d. Seberapa banyak produk menyebabkan limbah yang tidak

berguna ketika kemasannya berlebihan atau untuk suatu

penggunaan yang singkat.

e. Seberapa jauh produk melibatkan penggunaan yang tidak ada

gunanya atau kejam terhadap binatang.

f. Penggunaan material yang berasal dari spesies atau lingkungan

yang terancam.

Berkaitan dengan hal ini, pemasar perlu memberikan penjelasan berupa

kalimat ataupun symbol-simol ramah lingkungan (green brand attribute),

misalnya dalam cetakan kemasan produk, dalam kandungan produk,

bahkan dalam proses produksi yang tercetak pada label produknya.

Strategi atribut merek hijau berdasarkan fungsi utama merek hijau

bertujuan untuk membangun asosiasi merek dengan menyampaikan

informasi atribut produk bertema lingkungan. Strategi ini tergantung

seberapa relevan keuntungan produk ramah lingkungan tersebut bila

dibandingkan dengan produk konvensional lainnya ditinjau dari proses

produksi, manfaat produk dan/atau eliminasi produk.

Pengetahuan tentang lingkungan, green pro- duct, maupun eco-label

merupakan pendahuluan dari sikap percaya konsumen terhadap produk

ramah lingkungan. Hal ini telah dibuktikan Taufique, Siwar, Chamhuri,

danSarah (2016) dalam risetnya di Malaysia yaitumakin tinggi

pengetahuan konsumenmengenai lingkungan dan eco-label akan

meningkatkan sikap positif terhadap lingkungan, sehingga mendorong


perilaku pembelian produk ramah lingkungan. Cahyani dan Wardana

(2017) dalam penelitiannya di Denpasar menyatakan persepsi positif

terhadap green produk mengakibatkan sikap percaya ter- hadap produk

hijau dan selanjutnya me- ningkatkan minat pembelian produk hijau

ulang.

2.1.2 Gaya Hidup Sehat

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap produk yang aman bagi

Kesehatan menjadikan masyarakat lebih selektif dalam memilih produk

untuk dikonsumsi. Apalagi dengan adanya Pandemi Covid-19 yang terjadi

di seluruh dunia termasuk di Indonesia sendiri, menyebabkan masyarakat

lebih memperhatikan kesehataanya agar terjauhi dari Virus tersebut. Cara

yang dilakukan masyarakat untuk menjaga kesahatannya yaitu dengan

berolahraga dan memakan makanan sehat.

Maraknya tren hidup sehat di kalangan masyarakat saat ini sangat

mempengaruhi pola makan. Mengkonsumsi makanan organic sejalan

dengangaya hidup sehat, karena Sebagian masyarakat menganggap makanan

konvensianal atau makanan cepat saji kurang baik bagi Kesehatan serta

lingkungan untuk jangka panjang. Kotler dan Keller (2009) menyebutkan

bahwa gaya hidup adalah pola seseorang di dunia yang tercermin dalam

kegiatan, minat, dan pendapat. Gaya hidup manusia terus berubah, termasuk

gaya hidup sehat yang saat ini sedang trend, bahkan menjadi kebutuhan

yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Gaya hidup sehat dapat
dilakukan dengan hidup yang seimbang, berolahraga, dan mengkonsumsi

makanan organic.

Gaya hidup menggambarkan bagaimana seseorang mengalokasikan uang

dan waktu. Keputusan mengkonsumsi makan organic menjadi salah satu

pilihan gaya hidup sehat yang paling mudah untuk diterapkan. Kebanyakan

masyarakat berasumsi bahwa makanan organik lebih aman dikonsumsi

karena dalam proses pembudidayaanya tanpa menggunakan bahan kimia

dan mengkonsumsi makanan organik merupakan investasi pada kesehatan

setiap individu. Seperti yang kita ketahui menggunakan bahan kimia dapat

menimbulkan efek negative terhadap lingkungan dan juga terhadap tubuh

kita. Semenjak adanya pandemic covid-19 ini pola konsumsi masyarakat

juga telah bergeser dari yang awalnya hanya terfokus pada kuantitas

makanan , tetapi kini lebih mementigkan kualitas makanan. Menurut Chen

(Syaifulloh dan Iriani, 2013), gaya hidup sehat merupakan perilaku individu

yang berhubungan dengan kesehatan, yang diukur menggunakan indikator

konsumsi makanan organik, perawatan kesehatan, dan keseimbangan

kehidupan. Hal ini juga dikuatkan dengan hasil penelitian tersebut bahwa

kesadaran kesehatan dan sikap lingkungan mempengaruhi sikap konsumen

terhadap makanan organik melalui gaya hidup sehatnya. Selanjutnya, Chen

(Syaifulloh dan Iriani, 2013), Sufa, dkk. (2017) menyebutkan pada dasarnya

menerapkan gaya hidup sehat dalam kehidupan sehar-hari adalah mencakup

beberapa hal, yakni makanan, minuman, nutrisi, dan olahraga yang

diperlukan dalam keseharian hidup.


Dengan adanya gaya hidup sehat dan mengkonsumsi makanan sehat,

membuat konsumen lebih berhati-hati dalam melakukan proses pengambilan

keputusan pembeliannya (Chaterina, 2016). Menurut Sangadji dan Sopiah

(2013) keputusan pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan

keputusan pembelian sampai konsumen benar-benar membeli produk.

Kotler dan Armstrong (2017) menyebutkan gaya hidup menangkap

sesuatu yang lebih dari sekadar kelas sosial atau kepribadian seseorang.

Gaya hidup menampilkan profil seluruh pola tindakan dan interaksi

seseorang di dunia. Jika digunakan secara cermat, konsep gaya hidup dapat

membantu pemasar memahami nilai konsumen yang berubah dan

bagaimana gaya hidup mempengaruhi perilaku pembelian. Penelitian yang

dilakukan oleh Chaterina (2016) mengenai gaya hidup menunjukkan bahwa

adanya pengaruh positif dan signifikan antara variabel gaya hidup dengan

variabel keputusan pembelian.

2.1.3 Kualitas Produk

Memperhatikan kualitas makanan merupakan suatu hal yang sangat

penting, karena tubuh membutuhkan karbohidrat, protein, lemak serta zat

makanan lainnya yang seimbang. Di beberapa masyarakat modern gaya

hidup sehat menjadi salah satu standar kualitas. Tingkat kualitas produk

ialah salah satu dari beberapa strategi pemasaran yang sangat krusial untuk

diperhatikan (Erma wita, 2020). Hasil penelitian menjabarkan terhadap

pengaruh positif antara kualitas produk terhadap keputusan pembelian (Dewi

et al. 2014). Sikap konsumen dalam mengkonsumsi makanan organik


cenderung tidak memperhatikan harga pada produk yang dibayar, tetapi

lebih memperhatikan manfaat yang diterima Ketika membuat keputusan

membeli produk makanan yang aman dan sehat. Kotler dan Keller (2009)

menyebutkan kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa

yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang

dinyatakan atau tersirat. Kotler dan Armstrong (2017) menyebutkan kualitas

produk adalah salah satu sarana positioning utama pemasar. Kualitas

mempunyai dampak langsung pada kinerja produk atau jasa; oleh karena itu

kualitas berhubungan erat dengan nilai dan kepuasan pelanggan. Penelitian

yang dilakukan oleh Widyastuti (2018) mengenai kualitas produk

menunjukkan bahwa kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian.

Perspektif kualitas produk merupakan persepsi seorang konsumen

terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa

dengan maksud yang diharapkan atau diinginkan oleh konsumen. Menurut

David Garvin dalam Tjiptono (2016:117), perspektif kualitas dapat

diklasifikasikan dalam lima kelompok sebagai berikut:

1. Transcendental approach

Kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan atau diketahui tetapi sulit

didefinisikan dan dioperasionalkan. Sudut pandang ini biasanya

diterapkan dalam seni musik, drama, seni tari, dan seni rupa.

2. Product-based approach
Pendekatan ini menganggap bahwa kualitas sebagai karakterisktik atau

atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur. Perbedaan dalam

kualitas mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau

atribut yang dimiliki produk. Karena pandangan ini sangat objektif,

maka tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera, kebutuhan, dan

preferensi individual.

3. User-based approach

Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung

pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan

referensi seseorang (misalnya perceived quality) merupakan produk

yang berkualitas yang paling tinggi.

4. Manufacturing-based approach

Perspektif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan

praktikpraktik perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan

kualitas sebagai sama dengan persyaratannya. Dalam sektor jasa, dapat

dikatakan kualitas bersifat operation-driven. Pendekatan ini berfokus

pada penyesuaian spesifikasi yang dikembangkan secara internal, yang

sering kali di dorong oleh tujuan peningkatan produktivitas dan

penekanan biaya. Jadi yang menentukan kualitas adalah standarstandar

yang ditetapkan perusahaan, bukan konsumen yang menggunakannya.

5. Value-based approach

Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga dengan

mempertimbangkan trade-off antara kinerja dan harga, kualitas


didefinisikan sebagai “affordable excellence”. Kualitas dalam perspektif

ini bernilai relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi

belum tentu produk yang paling bernilai. Akan tetapi yang paling

bernilai adalah produk atau jasa yang paling tepat dibeli.

Kualitas produk memiliki dimensi yang dapat digunakan untuk

menganalisis karakteristik dari suatu produk. Menurut David Garvin dalam

Tjiptono (2016:134), kualitas produk memiliki delapan dimensi sebagai

berikut:

1) Performance (kinerja), merupakan karakteristik operasi pokok dari

produk inti (core product) yang dibeli.

2) Features (fitur atau ciri-ciri tambahan), yaitu karaktersitik sekunder atau

pelengkap.

3) Reliability (keandalan), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami

kerusakan atau gagal dipakai.

4) Confermance to Specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu

sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar

yang telah ditetapkan sebelumnya.

5) Durability (daya tahan), yaitu berkaitan dengan berapa lama produk

tersebut dapat digunakan.

6) Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan,

kemudahan direparasi; serta penanganan keluhan secara memuaskan.

7) Esthetics (Estetika), yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.


8) Perceived Quality (kualitas yang dipersepsikan), yaitu citra dan reputasi

produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.

Dari beberapa dimensi tersebut, penulis menggunakan beberapa dimensi

yang relevan dengan penelitian ini yaitu antara lain: performance (kinerja),

features (fitur), reliability (keandalan), confermance to specifications

(kesesuaian dengan spesifikasi), durability (daya tahan), dan perceived

quality (kualitas yang dipersepsikan).

2.1.4 Keputusan Pembelian

Schiffman dan Kanuk dalam Sangadji (2013:120), mendefinisikan

keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua pilihan alternatif atau

lebih. Seorang konsumen yang hendak memilih harus memiliki pilihan

alternatif. Suatu keputusan tanpa pilihan disebut “Pilihan Hobson”.

Sedangkan Kotler dan Keller (2016:240) berpendapat bahwa dalam tahap

evaluasi para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada

di dalam kumpulan pilihan. Dalam beberapa kasus, konsumen bisa

mengambil keputusan untuk tidak secara formal mengevaluasi setiap merek.

Menurut Swastha dan Handoko (2011:102-104), setiap keputusan

pembelian mempunyai struktur sebanyak tujuh komponen. Komponen-

komponen tersebut antara lain:

1. Keputusan tentang jenis produk.

Konsumen dapat mengambil keputusan pembelian suatu produk atau

menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini, perusahaan


harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat

membeli suatu produk serta alternatif lain yang mereka pertimbangkan.

2. Keputusan tentang bentuk produk.

Konsumen dapat mengambil keputusan pembelian dalam suatu bentuk

produk. Keputusan tersebut menyangkut pula ukuran, mutu, corak, dan

sebagainya. Dalam hal ini, perusahaan harus melakukan riset pemasaran

untuk mengetahui kesukaan konsumen tentang produk yang

bersangkutan agar dapat memaksimalkan daya tarik mereknya.

3. Keputusan tentang merek.

Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan

dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam

hal ini, perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen harus

memilih sebuah merek dalam melakukan pembeliannya, merek yang

sudah dikenal memiliki nama akan memudahkan konsumen dalam

mengambil keputusannya.

4. Keputusan tentang penjual.

Konsumen harus mengambil keputusan dimana produk tersebut akan

dibeli. Dalam hal ini produsen, pedagang besar, dan pengecer harus

mengetahui bagaimana konsumen menyukai barang tersebut.

5. Keputusan tentang jumlah produk.

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk

yang akan dibelinya pada suatu saat. Dalam hal ini, perusahaan harus
mempersiapkan banyaknya produk sesuai dengan keinginan yang

berbeda-beda dari para pembeli.

6. Keputusan tentang waktu pembelian.

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus

melakukan pembelian. Masalah ini menyangkut tersedianya uang untuk

membeli produk. Oleh karena itu perusahaan harus dapat mengukur

waktu produksi dan kegiatan pemasaran.

7. Keputusan tentang cara pembayaran.

Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara

pembayaran produk yang akan dibeli, secara tunai atau kredit.

Keputusan tersebut akan mempengaruhi keputusan tentang penjual dan

jumlah pembelinya. Dalam hal ini, perusahaan harus mengetahui

keinginan pembeli terhadap cara pembayarannya.

Menurut Kotler dan Armstrong (2013:179), proses keputusan pembeli

terdiri dari lima tahap: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi

alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Proses

pembelian dimulai jauh sebelum pembelian sesungguhnya dan berlanjut

dalam waktu yang lama setelah pembelian sehingga bukan hanya pada

keputusan pembelian.

1. Pengenalan Kebutuhan

Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan (need

recognition), pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan.

Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal sehingga menjadi


dorongan. Kebutuhan juga bisa dipicu oleh rangsangan eksternal seperti,

iklan atau diskusi dengan teman.

2. Pencarian Informasi

Konsumen yang tertarik mungkin mencari lebih banyak informasi atau

mungkin tidak. Jika dorongan konsumen itu kuat dan produk yang

memuaskan ada di dekat konsumen itu, konsumen mungkin akan

membelinya kemudian. Jika tidak, konsumen bisa menyimpan

kebutuhan itu dalam ingatannya atau melakukan pencarian informasi

(information research) yang berhubungan dengan kebutuhan.

3. Evaluasi alternatif

Konsumen sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda melalui

beberapa prosedur evaluasi. Bagaimana cara konsumen mengevaluasi

bergantung pada konsumen pribadi dan situasi pembelian tertentu.

Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat

dan pemikiran logis. Pada waktu yang lain, konsumen yang sama hanya

sedikit melakukan evaluasi atau bakan tidak mengevaluasi.

4. Keputusan pembelian

Pada umumnya, keputusan pembelian (Purchase Decision) konsumen

adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada

antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah

sikap orang lain. Jika seseorang mempunyai arti penting bagi anda

berpikir bahwa anda seharusnya membeli mobil yang paling murah,

maka peluang anda untuk membeli mobil yang lebih mahal berkurang.
Faktor kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan. Konsumen

mungkin membentuk niat pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti

pendapatan, harga dan manfaat produk yang diharapkan.

5. Perilaku setelah pembelian

Semakin besar kesenjangan antara ekspektasi dan kinerja, semakin besar

pula ketidakpuasan konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa penjual

hanya boleh menjanjikan apa yang dapat diberikan mereknya sehingga

pembeli terpuaskan.

2.2 Penelitian Terdahulu

1. Hanim Nur Hanifah, Nurul Hidayati, Rita Mutiarni (2019), dengan judul

“Pengaruh Produk Ramah Lingkungan/Green Product Dan Harga Terhadap

Keputusan Pembelian Produk Tupperware”. Hasil penelitiannya menunjukan

Hasil pengujian untuk pengaruh produk ramah lingkungan/green product

terhadap keputusan pembelian memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana

< 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan

bahwa “Semakin baik produk ramah lingkungan/green product maka semakin

tinggi keputusan pembelian produk Tupperware”.

2. Sukmawati dan Ekasasi (2020), dengan judul “Pengaruh Gaya Hidup, Kualitas

Produk, Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Soyjoy. Hasil penelitian

menunjukan bahwa Variabel gaya hidup memiliki nilai t hitung sebesar 2,712

dengan tingkat signifikansi 0,008 < 0,05, artinya variabel gaya hidup

berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk Soyjoy di

Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, koefisien regresi


gaya hidup sebesar + 0,235 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,008, maka

hipotesis1 (H1) yang menyatakan “gaya hidup berpengaruh positif dan

signifikan terhadap keputusan pembelian produk Soyjoy di Yogyakarta”

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa dengan indikator gaya hidup sehat

masyarakat Yogyakarta yang diatas rata-rata indeks nasional ternyata juga

mempengaruhi pilihan mereka terhadap makanan ringan (snak) yang sehat pula.

3. Sukmawati dan Ekasasi (2020), dengan judul “Pengaruh Gaya Hidup, Kualitas

Produk, Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Soyjoy. Hasil penelitian

menunjukan bahwa Variabel kualitas produk memiliki nilai t hitung sebesar

2,267 dengan tingkat signifikansi 0,026 < 0,05, artinya variabel kualitas produk

berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk Soyjoy di

Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, koefisien regresi

kualitas produk sebesar +0,225 dengan signifikansi sebesar 0,026, maka

hipotesis2 (H2) yang menyatakan “kualitas produk berpengaruh positif dan

signifikan terhadap keputusan pembelian produk Soyjoy di Yogyakarta”

diterima. Hal ini membuktikan reputasi PT. Amerta Indah Otsuka sebagai

produsen makanan ringan yang sehat, terutama merek Soyjoy dapat diandalkan

dan mampu mempengaruhi keputusan beli konsumen.

4. Ade Nia Suryani (2019) dengan judul penelitian “Pengaruh kualitas produk

Herbalife Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Club Sehat Sky

Town” bahwa hasil uji hipotesis menyatakan ada pengaruh signifikan antara

kualitas produk (X) terhadap keputusan pembelian (Y). Berdasarkan hasil

analisis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar 24.437 lebih besar dari t tabel
yaitu 1,973 dan nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05. Maka dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya kualitas produk

Herbalife berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen pada

Club Sehat Sky Town. Karena t hitung nilainya positif berarti kualitas produk

memiliki hubungan yang signifikan terhadap keputusan pembelian.


BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Pemikiran

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap produk yang aman bagi

Kesehatan menjadikan masyarakat lebih selektif dalam memilih produk untuk

dikonsumsi. Apalagi dengan adanya Pandemi Covid-19 yang terjadi di seluruh

dunia termasuk di Indonesia sendiri, menyebabkan masyarakat lebih

memperhatikan kesehataanya agar terjauhi dari Virus tersebut. Cara yang dilakukan

masyarakat untuk menjaga kesahatannya yaitu dengan berolahraga dan memakan

makanan sehat. Maraknya tren hidup sehat di kalangan masyarakat saat ini sangat

mempengaruhi pola makan. Mengkonsumsi makanan organic sejalan dengan gaya

hidup sehat, karena Sebagian masyarakat menganggap makanan konvensianal atau

makanan cepat saji kurang baik bagi kesehatan serta lingkungan untuk jangka

panjang. Meningkatnya kesadaran akan masalah lingkungan telah menyebabkan

perubahan cara berprilaku konsumen dalam aktivitas kehidupannya. Konsumen

yang memiliki kesadaran ramah lingkungan akan lebih mudah menerima produk

yang ditampilkan oleh perusahaan atas dasar tindakan pencegahan dimasa yang

akan datang. Produk ramah lingkungan tersebut akan mendorong keyakinan

pelanggan bahwa mereka dapat memberikan sumbangan kecil dalam menjaga

lingkungan.

Gaya hidup sehat juga dapat mempengaruhi keputusan pembelian sat ini.

Sukmawati dan Ekasasi (2020) juga menyebutkan gaya hidup berpengaruh positif

dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk. Gaya hidup menggambarkan


bagaimana seseorang mengalokasikan uang dan waktu. Keputusan mengkonsumsi

makan organic menjadi salah satu pilihan gaya hidup sehat yang paling mudah

untuk diterapkan. Kebanyakan masyarakat berasumsi bahwa makanan organik lebih

aman dikonsumsi karena dalam proses pembudidayaanya tanpa menggunakan

bahan kimia dan mengkonsumsi makanan organik merupakan investasi pada

kesehatan setiap individu. Seperti yang kita ketahui menggunakan bahan kimia

dapat menimbulkan efek negative terhadap lingkungan dan juga terhadap tubuh

kita. Semenjak adanya pandemic covid-19 ini pola konsumsi masyarakat juga telah

bergeser dari yang awalnya hanya terfokus pada kuantitas makanan , tetapi kini

lebih mementigkan kualitas makanan.

Memperhatikan kualitas makanan merupakan suatu hal yang sangat penting,

karena tubuh membutuhkan karbohidrat, protein, lemak serta zat makanan lainnya

yang seimbang. Di beberapa masyarakat modern gaya hidup sehat menjadi salah

satu standar kualitas. Tingkat kualitas produk ialah salah satu dari beberapa strategi

pemasaran yang sangat krusial untuk diperhatikan (Erma wita, 2020). Hasil

penelitian menjabarkan terhadap pengaruh positif antara kualitas produk terhadap

keputusan pembelian (Dewi et al. 2014).

Sikap konsumen dalam mengkonsumsi makanan organik cenderung tidak

memperhatikan harga pada produk yang dibayar, tetapi lebih memperhatikan

manfaat yang diterima Ketika membuat keputusan membeli produk makanan yang

aman dan sehat. Sukmawati dan Ekasasi (2020) menyebutkan bahwa kualitas

produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk.


Tabel Kerangka Berpikir
Pengaruh Produk Ramah Lingkungan, Gaya Hidup Sehap, Dan Kualitas Produk
Terhadap Pembelian

Fenomena
Bali Buda Café & Food Shops Ubud ini, merupakan salah satu healty shops dan restaurant yang
ada di ubud. Bali Buda menjual produk-produk ramah lingkungan, melalui kekayaan alam nusantara
Indonesia mereka mempunyai tekad tinggi untuk menghasilkan produk-produk ramah lingkungan,
yang dapat dikonsumsi oleh semua orang, bahkan orang yang memiliki keterbatasan tertentu. Untuk
masa pandemi Covid-19 ini mulai banyak masyarakat yang merubah pola hidup dengan pola hidup
sehat, karena banyak yang sadar akan pentingnya kesehatan di masa saat ini. Selain memperhatikan
gaya hidup yang sehat, di masa pandemi ini banyak orang juga mulai lebih memperhatikan kualitas
produk dibandingan kuantitas.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh kesadaran produk ramah lingkungan terhadap keputusan pembelian pada
Bali Buda Café & Health Shops Ubud?
2. Bagaimana pengaruh gaya hidup sehat terhadap keputusan pembelian pada Bali Buda Café &
Health Shops Ubud?
3. Bagaimana pengaruh kualitas produk terhada keputusan pembelian pada Bali Buda Café & Health
Shops Ubud?

Hipotesis
1. Pengaruh produk ramah lingkungan terhadap
pembelian. Penelitian Terdahulu
2. Pengaruh gaya hidup sehat terhadap pembelian. 1. Hanim Nur
3. Pengaruh kualitas produk terhadap pembelian. Hanifah, dkk
(2019)
2. Sukmawati dan
Teknis Analisis Ekasasi (2020)
1. Uji Instrumen 3. Ade Nia Suryani
2. Uji Asumsi Klasik (2019)
3. Uji Regresi Linier Berganda 4.
4. Determinasi
5. Uji t

Pembahasan Hasil Penelitian

Kesimpulan Keterbatasan dan Saran


Pengaruh Produk Ramah Lingkungan, Gaya Hidup Sehat, dan Kualitas Produk

Terhadap Pembelian

Produk Ramah
Lingkungan
X1 H1

Gaya Hidup Keputusan


Sehat H2 Pembelian
X2 Y

Kualitas
Produk H3
X3

3.1 Hipotesis

Berdasarkan pokok permasalahan dan tinjauan Pustaka yang telah diuraikan,

maka dapat dirumuskan hipotesis yang akan diuji yaitu :

1. Pengaruh produk ramah lingkungan terhadap keputusan pembelian

Menurut Pankaj dan Vishal (2014), green product menawarkan alternatif produk

yang menggunakan bahan organik, menghemat penggunaan energi,

menghilangkan produk beracun dan mengurangi polusi serta limbah. Dari

penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa produk ramah lingkungan (Green


Product), adalah produk yang baik bagi pengguna juga tidak mencemari

lingkungan. Semakin baik produk ramah lingkungan/green product maka

semakin tinggi keputusan pembelian produk, Hanim Nur Hanifah, Nurul

Hidayati, Rita Mutiarni (2019). Berdasarkan Uraian diatas maka hipotesis yang

dilakukan yaitu :

H1 : Produk Ramah Lingkungan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap keputusan pembelian produk di Bali Buda Café & Health Shops

Ubud .

2. Pengaruh gaya hidup sehat terhadap keputusan pembelian

Gaya hidup sehat juga dapat mempengaruhi keputusan pembelian sat ini.

Sukmawati dan Ekasasi (2020) juga menyebutkan gaya hidup berpengaruh

positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk. Gaya hidup

menggambarkan bagaimana seseorang mengalokasikan uang dan waktu.

Keputusan mengkonsumsi makan organic menjadi salah satu pilihan gaya hidup

sehat yang paling mudah untuk diterapkan. Gaya hidup berpengaruh positif dan

signifikan terhadap keputusan pembelian produk, Sukmawati dan Ekasasi

(2020). Berdasarkan Uraian diatas maka hipotesis yang dilakukan yaitu :

H2 : Gaya hidup sehat berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian produk di Bali Buda Café & Health Shops Ubud.

3. Pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian.

Kotler dan Keller (2009) menyebutkan kualitas adalah totalitas fitur dan

karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk

memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Kotler dan Armstrong


(2017) menyebutkan kualitas produk adalah salah satu sarana positioning utama

pemasar. Kualitas mempunyai dampak langsung pada kinerja produk atau jasa;

oleh karena itu kualitas berhubungan erat dengan nilai dan kepuasan pelanggan.

Penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2018) mengenai kualitas produk

menunjukkan bahwa kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian.

H3 : Kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian produk di Bali Buda Café & Health Shops Ubud.
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis melakukan penelitian di Bali Buda

Café & Health Shops Ubud terletak di Ubud tepatnya di Jl. Jembawan #1,

Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali 80571 (di depan kantor pos Ubud).

4.2 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah suatu tujuan ilmiah untuk memperoleh data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu tentang suatu tujuan yang valid dan reliabel tentang

suatu variabel tertentu (Sugiyono, 2017). Objek dari penelitian ini adalah konsumen

yang membeli produk ramah lingkungan dan produk healthy food yang terkait

dengan produk ramah lingkungan, gaya hidup sehat, dan kualitas produk terhadap

keputusan pembelian.

4.3 Identifikasi Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berupa apa saja yang

ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang, benda atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variable yang diteliti yaitu :

1. Variabel bebas (X) adalah variable yang memepengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat). DAlam


penellitian ini yang termasuk variable bebas adalah produk ramah

lingkungan(X1), gaya hidup sehat(X2), dan kualitas produk(X3).

2. Variabel Terikat (Y) adalah variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variable bebas. Dalam penelitian ini yang termasuk variable

terikat adalah keputusan pembelian (Y).

4.4 Definisi Operasional Variabel

Sugiono (2015:38) menyatakan bahwa definisi operasional variable adalah suatu

atribut atau sifat atau nilai dari suatu objek atau kegiatan yang memiliki variasi

tertentu yang telah diciptakan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Definisi variable-variabel penelitian harus dirumuskan untuk

menghindari kesulitan dalam mengumpulkan data.

Adapun definisi operasional variable dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Produk ramah lingkungan (X1)

Green product menawarkan alternatif produk yang menggunakan bahan

organik, menghemat penggunaan energi, menghilangkan produk beracun

dan mengurangi polusi serta limbah. Dari penjelasan diatas dapat

disimpulkan bahwa produk ramah lingkungan (Green Product), adalah

produk yang baik bagi pengguna juga tidak mencemari lingkungan. Menurut

Pankaj dan Vishal (2014), indikator green product dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Green product bermanfaat bagi lingkungan. Produk yang baik merupakan

produk yang tidak mencemari lingkungan.


2. Kinerja green product sesuai harapan konsumen. Produk yang

mempunyai kinerja tinggi menjadi incaran konsumen untuk memenuhi

kebutuhannya.

3. Bahan baku green product terbuat dari bahan-bahan yang tidak

berbahaya.

Konsumen membeli suatu produk hijau dengan pertimbangan bahwa

produk tersebut terbuat dari bahan baku yang aman bagi mereka. Sedangkan

menurut Rath (2013) merujuk pendapat dari Elkington et al. (1993), indicator

green product dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Tingkat bahaya produk.

Konsumen melihat green product sebagai produk yang tidak berbahaya

bagi manusia dan lingkungan.

2. Kemasan yang ditimbulkan produk.

Kemasan yang ditimbulkan tidak berdambak buruk bagi lingkungan

sekitar.

3. Material bahan baku.

Pernyataan mengenai bahan baku green product yang tidak berbahaya

bagi manusia dan lingkungan.

4. Sertifikat eco label/sertifikat ramah lingkungan.

Logo atau pernyataan yang menunjukkan aspek lingkungan dalam suatu

produk atau jasa.

2. Gaya hidup sehat (X2)


Gaya hidup sehat adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga

agar sadar, mau, serta mampu melakukan perilaku hidup sehat. Gaya hidup

sehat dapat dilakukan dengan hidup yang seimbang, berolahraga, dan

mengkonsumsi makanan organic. Indikator gaya hidup sehat merujuk pada

pendapat dari Suratno dan Rismiati (2001) :

1. Aktivitas hidup sehat

Memperhatikan semua aspek kesehatan seseorang baik dari makanan,

olahraga, dan juga menjalani gaya hidup sehat.

2. Minat hidup sehat

Pernyataan mengenai keinginan seseorang untuk menjalani gaya hidup

sehat.

3. Menjaga kesehatan

Pernyataan mengenai pentingnya kesehatan tubuh yang perlu kita jaga

agar terhindar dari penyakit maupun virus.

4. Memberikan manfaat bagi kesehatan

Pernyataan mengenai pentingnya gaya hidup sehat yang bisa memberi

manfaat bagi kesahatan seseorang.

3. Kualitas Produk

Kualitas produk adalah kemampuan suatu barang untuk memberikan hasil

atau kinerja yang sesuai bahkan melebihi dari apa yang diinginkan pelanggan

(Kotler dan Keller, 2016:164). Indikator kualitas produk merujuk pada Ade

Nia Suryani (2019) ;

1. Kinerja
Pernyataan mengenai Kinerja ini adalah tentang tingkat rasa dan juga

tingkat kegunaan dari produk.

2. Fitur

Fitur ini mengenai tingkat keaneka ragaman produk dan dan tingkat

ketertarikan kemasan.

3. Kehandalan

Pernyataan tentang daya tahan ini adalah tingkat kondisi fisik produk dan

tingkat kemungkinan kerusakan produk.

4. Percieved Quality

Percieved Quality ini adalah tingkat kepercayaan terhadap produk dan

tingkat pengenaln produk.

4. Keputusan pembelian

Keputusan pembelian konsumen adalah sebuah proses dimana konsumen

mengenal masalahnya, mencari informasi mengenai produk atau merek

tertentu dan mengevaluasi seberapa baik masingmasing alternatif tersebut

dapat memecahkan masalahnya, yang kemudian mengarah kepada keputusan

pembelian (Tjiptono, 2014:21). Indikator keputusan pembelian ini Suprapti

(2010) ;

1. Kemantapan membeli dari konsumen.

2. Pertimbangan dalam membeli Produk.

3. Kecepatan memutuskan memilih merek.

4. Kemudahan mendapatkan produk

4.5 Jenis dan Sumber Data


1. Jenis Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat digolongkanmenjadi

dua yaitu sebagai berikut :

a. Data kuantitatif yaitu data yang dapat dinyatakan dengan angka-angka

dan dapat dihitung seperti jumlah karyawan ataupun jumlah konsumen.

b. Data kualitatif yaitu data-data yang tidak dapat dinyatakan dengan angka-

angka, seperti sejarah singkat perusahaan dan stuktur organisasi.

2. Sumber data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat digolongkan

menjadi dua yaitu :

a. Data Primer

Sugiyono (2018), Menyatakan bahwa data primer merupakan data yang

didapatkan secara langsung dari pengumpulan data. Sumber data primer

dalam penelitian ini diperoleh dengan metode survei melalui teknik

kuesioner dengan menyebarkan daftar pertanyaan yang nantinya diisi

oleh responden. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam

penelitian ini adalah hasil data dari konsumen Bali Buda Café & Health

Shops Ubud.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang tidak diberikan secara langsung

kepada pengumpul data, biasanya dalam bentuk file dokumen atau orang

lain. Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui

berbagai sumber mulai dari buku, jurnal ilmiah, gambaran perusahaan


serta penelitian terdahulu yang masih memiliki relevansi sebagai

penunjang data.

4.6 Populasi dan Sampel

1. Popilasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sedangkan

ukuran populasi adalah banyaknya objek psikologi yang menjadi anggota

sebuah populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat

ubud maupun di luar Ubud yang pernah melakukan pembelian di Bali Buda

Café & Health Shops Ubud.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasinya besar dan penelitiannya tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan

data, tenaga, dan waktu maka penelitian dapat mengambil sampel yang

diambil dari populasi tersebut. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

dilakukan dengan teknik non probability sampling. Teknik non probability

sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan

peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel. Teknik non probability sampling yang dipilih dalam

penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan


penentuan sampel yang dipertimbangkan tertentu. Kriteria pemilihan sampel

dalam penelitian ini adalah :

a. Berusia minimal 17 tahun syarat ini diambil karena pada usia tersebut

dinilai sudah dapat menentukan pilihannya sendiri dalam melakukan

pembelian.

b. Pernah bertransaksi dan melakukan pembelian di Bali Buda Café &

Health Shops Ubud.

Dalam penelitian ini jumlah populasi tidak diketahui, oleh karena itu

menggunakan teknik pengambilan sampel yang representative dengan ukuran

sampel bergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh

variabel bentukan. Jumlah sampel adalah jumlah indicator variable bentukan,

yang dikali 5 sampai 10. Penelitian ini menggunakan 16 indikator sehingga

jumlah responden yang digunakan sebagai sampel dalal penelitian ini

adalah :

Jumlah sampel = Jumlah indicator x 5

= 16 x 5

= 80 responden

4.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Kuisioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk di jawabnya. Penyebaran dan hasil pengisian kuesioner


dalam penelitian ini dilakukan dengan Google form melalui media sosial.

Penyebaran dilakukan melalui media sosial. Agar responden cukup mengklik

Link yang tersedia sehingga langsung dapat mengisi kuesioner, dalam

kuesioner terdapat sistem skala likert untuk menilai jawaban sesuai dengan

pertanyaan. Skor yang digunakan dalam penelitian adalah berskala 5, yaitu :

a. Skor 5 diberikan untuk jawaban sangat setuju.

b. Skor 4 diberikan untuk jawaban setuju.

c. Skor 3 diberikan untuk jawaban kurang setuju

d. Skor 2 diberikan untuk jawaban tidak setuju.

e. Skor 1 diberikan untuk jawaban sangat tidak setuju.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang berbentuk gambar foto

sketsa dan lain-lain metode ini dilakukan dengan mencari dokumen ataupun

data-data yang dianggap penting melalui internet, buku-buku literatur

maupun artikel yang memiliki korelasi dengan penelitian ini.

4.8 Teknis Analisi Data

1. Uji Instrumen Penelitian

Pengujian instrument penelitian dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui

kesungguhan responden dalam mengisi kuesioner. Validitas suatu hasil

penelitian sangat ditentukan oleh alat pengukur instrumen yang digunakan

dan data yang diperoleh. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini

dilakukan pengujian apakah instrumen dan data penelitian berupa jawaban


responden kepada kuesioner telah dijawab dengan benar atau tidak benar.

Pengujian tersebut meliputi uji validitas dan uji reliabilitas.

a. Uji Validitas

Hasil penelitian yang valid Bila terdapat kesamaan antara data yang

terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang

diteliti. Validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu

kuisioner suatu visioner dapat dinyatakan valid jika Pertanyaan pada

kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur

oleh kuesioner tersebut. Menurut Sugiyono (2018), uji validitas

digunakan untuk menguji apakah kuesioner tersebut valid atau tidak.

Instrumen dapat dinyatakan valid apabila hasil perhitungan koefisien

korelasi menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,3 atau lebih. Untuk

menguji validitas Dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan

program SPSS for Windows.

b. Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali (2018), reliabilitas merupakan alat untuk mengukur

kuesioner yang merupakan indikator dari variabel tersebut. Suatu

indikator dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu

instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut mampu

mengungkapkan data yang bisa dipercaya dan sesuai dengan kenyataan

sebenarnya. Menurut Arikunto (2013), reliabilitas menunjukkan pada

satu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan


sebagai alat pengumpulan data karena instrumen sudah baik. Uji

reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus cronbach Alpha.

Suatu konstruk atau variable dikatakan reliabel jika memberikan nilai

Cronbach Alpha ≥0,06 dan dinyatakan tidak reliabel jika Cronbach Alpha

≤ 0,60. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan bantuan program SPSS

for windows.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah data penelitian

memiliki distribusi normal atau tidak. Data penelitian yang baik adalah

yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Metode yang

digunakan adalah dengan menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov.

Kriteria yang digunakan dalam teks ini adalah dengan bandingkan antara

tingkat signifikansi yang didapat dengan tingkat alpha yang digunakan di

mana data tersebut dikatakan sebagai distribusi normal bila signifikansi >

0,05 (Ghozali, 2018:161).

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas menurut Ghozali (2018:107) yaitu digunakan untuk

melihat pembentukan korelasi yang tinggi atau sempurna di antara

variabel bebas atau tidak. Jika terjadi generasi yang tinggi dapat

dikatakan terjadi multikolinieritas. Uji multikolinieritas dapat dilihat dari

nilai tolerance atau variance inflation factor (VIF). Multikolinieritas


dapat dideteksi dengan nilai cut off yang menunjukkan nilai tolerance >

0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10.

c. Uji Heterokedastisitas

Ghozali (2018:137) menyatakan uji heteroskedastisitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari

residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedasitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Uji untuk

mendeteksi ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas dilakukan dengan

uji Glejser. Uji ini akan melihat pengaruh nilai absolute residual dengan

variabel bebasnya, ketentuan sebagai berikut :

 Jika nilai signifikan variabel bebas < 0,05 terhadap nilai absolut

residualnya (berpengaruh signifikan), maka dapat dikatakan data

mengandung heteroskedastisitas.

 Jika nilai signifikan variabel bebas > 0,05 terhadap nilai absolut

residualnya (tidak berpengaruh signifikan), maka dapat dikatakan

data tidak mengandung heterokedastisitas.

3. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda bertujuan untuk mengetahui arah hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen, apakah masing-masing

variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi

nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami

kenaikan atau penurunan (Ghozali, 2016:166). Persamaan regresi dalam


penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel

independen yaitu Produk Ramah Lingkungan (X1), Gaya Hidup Sehat (X2)

dan Kualitas Produk (X3) terhadap variabel dependen yaitu Keputusan

Pembelian (Y). Adapun rumus persamaan regresi linier berganda sebagai

berikut :

Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ϵ.....................................................................(1)

Keterangan :

Y = Keputusan Pembelian

a = Konstanta

β1,β2,β3 = Koefisien regresi

X1 = Produk Ramah Lingkungan

X2 = Gaya Hidup Sehat

X3 = Kualitas Produk

ϵ = Eror

4. Uji F

Menurut Wirawan (2009), analisis uji F ini digunakan untuk menguji antara

variabel bebas secara bersamaan mempunyai pengaruh yang nyata atau

signifikan terhadap Variabel terikat. Untuk memudahkan perhitungan nya

digunakan bantuan alat analisis statistik SPSS for Windows. Menurut

Rafiudin (2009), Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut :

a. Menentukan formalitas hipotesis

Hipotesis yang diuji adalah variabel produk ramah lingkungan, gaya

hidup sehat dan kualitas produk secara simultan berpengaruh signifikan


terhadap keputusan pembelian di Bali Buda Café & Health Shops Ubud.

Sesuai dengan hipotesis tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis

kerjanya sebagai berikut :

 Ho : b1,2,3 = 0, berarti secara simultan tidak ada pengaruh yang

signifikan antara produk ramah lingkungan (X1), gaya hidup sehat

(X2), dan kualitas produk (X3) terhadap keputusan pembelian(Y)

pada pembelian di Bali Buda Café & Health Shops Ubud.

 Ha : b1,2,3 > 0, berarti secara simultan ada pengaruh yang signifikan

antara produk ramah lingkungan (X1), gaya hidup sehat (X2), dan

kualitas produk (X3) terhadap keputusan pembelian(Y) pada

pembelian di Bali Buda Café & Health Shops Ubud.

b. Pengujian hipotesis atau taraf nyata yang digunakan level of signifikan

yaitu α = 5% (0,05).

c. Kriteria pengujian

 Ho diterima apabila sig F ≥ α (0,05)

 Ho ditolak bila sig F < α (0,05)

d. Penarikan kesimpulan :

 Jika signifikan F < α (0,05) secara simultan ada pengaruh yang

signifikan antara produk ramah lingkungan (X1), gaya hidup sehat

(X2), dan kualitas produk (X3) terhadap keputusan pembelian(Y)

pada pembelian di Bali Buda Café & Health Shops Ubud.

 Jika signifikan F ≥ α (0,05) secara simultan tidak ada pengaruh yang

signifikan antara produk ramah lingkungan (X1), gaya hidup sehat


(X2), dan kualitas produk (X3) terhadap keputusan pembelian(Y)

pada pembelian di Bali Buda Café & Health Shops Ubud.

5. Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2016), koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Berikut merupakan nilai dari

koefisien determinasi, hasil perhitungan R2 dapat dilihat pada output model

summary dengan bantuan program SPSS. Nilai mulai dari 0 sampai 1,

semakin tinggi nilai R2 maka semakin baik model tersebut. Berdasarkan nilai

R2 dapat diketahui berapa persen variabel dependen dapat dijelaskan oleh

variable-variabel independent, sedangkan sisanya dipengaruhi atau

dijelaskan oleh variable-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model

penelitian.

6. Uji t (t-test)

Menurut Sarwono (2007), t-tes dilakukan untuk mengetahui pengaruh

masing-masing koefisien regresi dari variabel data secara parsial terhadap

Variabel terikat. Adapun langkah-langkah pengujian dari uji t-test, yaitu :

a. Formulasi Hipotesis

Hipotesis yang diuji adalah variabel Produk Ramah Lingkungan (X1),

Gaya Hidup Sehat (X2) dan Kualitas Produk (X3) terhadap variabel

dependen yaitu Keputusan Pembelian (Y) di Bali Buda Café & Health

Shops Ubud. Sesuai dengan hipotesis tersebut, maka dapat dirumuskan

hipotesis kerjanya sebagai berikut :


 Ho : b1,2,3 = 0, berarti secara simultan tidak ada pengaruh yang

signifikan antara produk ramah lingkungan (X1), gaya hidup sehat

(X2), dan kualitas produk (X3) terhadap keputusan pembelian(Y)

pada pembelian di Bali Buda Café & Health Shops Ubud.

 Ha : b1,2,3 ≠ 0, berarti secara simultan ada pengaruh yang signifikan

antara produk ramah lingkungan (X1), gaya hidup sehat (X2), dan

kualitas produk (X3) terhadap keputusan pembelian(Y) pada

pembelian di Bali Buda Café & Health Shops Ubud.

b. Menentukan Taraf Nyata

Taraf nyata adalah besarnya batas toleransi dalam menerima kesalahan

hasil hipotesis terhadap nilai parameter populasinya. Semakin tinggi taraf

nyata yang digunakan, semakin tinggi pula penolakan hipotesis nol atau

hipotesis yang diuji. Besarnya nilai α bergantung pada keberanian

pembuat keputusan yang dalam hal ini berapa besarnya kesalahan (yang

menyebabkan risiko) yang akan ditolerir. Besarnya kesalahan tersebut

disebut sebagai daerah kritis pengujian (critical region of a test) atau

daerah penolakan (region of rejection) taraf nyata yang digunakan adalah

α = 5% (0,05).

c. Kriteria Pengujian

 Ho diterima apabila sig t ≥ α (0,05)

 Ho ditolak bila sig t < α (0,05)

d. Penarikan Kesimpulan
 Jika signifikan t < α (0,05) secara parsial ada pengaruh yang signifikan

antara produk ramah lingkungan (X1), gaya hidup sehat (X2), dan

kualitas produk (X3) terhadap keputusan pembelian(Y) pada

pembelian di Bali Buda Café & Health Shops Ubud.

 Jika signifikan t ≥ α (0,05) secara parsial tidak ada pengaruh yang

signifikan antara produk ramah lingkungan (X1), gaya hidup sehat

(X2), dan k ualitas produk (X3) terhadap keputusan pembelian(Y) pada

pembelian di Bali Buda Café & Health Shops Ubud.

Anda mungkin juga menyukai