Anda di halaman 1dari 11

1

SINOPSIS

UIN SUSKA RIAU


Oleh
FEBY LIZA RINDHANI
NIM: 11719202661

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS NEGERI SULTAN SYARIF QASIM RIAU
PEKANBARU
2020
2

A. JUDUL
“HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN
MOTORIK ANAK USIA 3-5 TAHUN DI TK AL-RASYID
KECAMATAN MARPOYAN DAMAI”.

B. LATAR BELAKANG
Gizi berasal dari bahasa arab “ghidza” artinya adalah makanan. Gizi
dalam bahasa inggris disebu nutrition. Gizi merupakan rangkaian proses
secara organic makanan yang dicerna oleh tubuh untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhan dan fungsi normal organ, serta mempertahankan kehidupan
seseorang. Gizi di Indonesia berkaitan erat dengan pangan, yaitu segala bahan
yang dapat digunakan sebagai makanan (Ida,2017).
Status gizi merupakan keadaan kesehatan individu atau kelompok
yang ditentukan dengan derajat kebutuhan fisik (energi dan zat gizi lain)
diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya dapat diukur secara
antropometri. Keadaan status gizi pada anak dapat mempengaruhi
penampilan, kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan. Anak dengan gizi
kurang terutama pada tingkat berat (gizi buruk) yang dikarenakan tidak
terpenuhinya zat gizi secara maksimal dapat mengalami hambatan atau
gangguan dalam perkembangan. Salah satu aspek penting pada proses
perkembangan adalah perkembangan motorik kasar yaitu gerak tubuh
menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar dari seluruh anggota tubuh
yang dipengaruhi oleh kematangan anak sebagai awal dari kecerdasan dan
emosi sosial anak khususnya anak toddler (Soedjiningsih, 2012).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses
dideferensi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing sel dapat memenuhi
3

fungsinya. Termasuk perkembangan emosi intelektual dan tingkah laku


sebagai hasil interaksi dengan lingkungan (Rizky, 2015).
Menurut data dari Riskesdas tahun 2013 jumlah status gizi balita
menurut indikator BB/U (berat badan/umur) untuk prevalensi berat-kurang
ada 19,6% yang terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Serta
status gizi balita dengan indikator TB/U (tinggi badan/umur) di Indonesia ada
37,2% dan status gizi berdasarkan indikator BB/TB (berat badan/tinggi badan)
untuk keseluruhan prevalensi anak balita kurus dan sangat kurus ada 12,1%.
Banyaknya negara yang mengalami berbagai masalah perkembangan anak
seperti keterlambatan motorik, bahasa, perilaku, autisme, dan hiperaktif.
Angka kejadian di Amerika Serikat bekisar 12-16%, Thailand 24%, Argentina
22%, dan Indonesia 13-18%. Perkembangan motorik kasar anak yang tidak
optimal bisa menyebabkan menurunnya kreatifitas anak dalam beradaptasi
(Soedjiningsih, 2012). Di Indonesia sendiri menyatakan bahwa 11,5% balita
mengalami gangguan perkembangan serta data yang diperoleh dari dinas
kesehatan provinsi Riau tahun 2013 sejumlah 75,46% dan di Riau tercatat
64,03% atau setara dengan 2.321.542 anak dari 3.657.353 anak mengalami
masalah perkembangan.
Di Kecamatan Marpoyan Damai sendiri pada tahun 2015 dengan
jumlah balita 2.449, terdapat 906 anak balita mengalami masalah
perkembangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Feby tahun 2019
mendapatkan hasil yang signifikan antara perkembangan motorik dengan
status gizi. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Desmika tahun
2012 yang memperoleh hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
status gizi dengan perkembangan motorik anak usia dini. Hal ini didukung
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nina tahun 2013 yang juga
mendapatkan hasil yang tidak signifikan antara status gizi dengan
perkembangan anak. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan peneliti pada 10
siswa dan siswi TK AL-Rasyid Kecamatan Marpoyan Damai tercatat 2 (20%)
siswa gemuk (abnormal) dengan kategori normal atau tidak ada masalah
4

gangguan perkembangan, 4 (40%) siswa kurus di dapatkan memiliki masalah


keterlambatan perkembangan, 3 (30%) siswa normal didapatkan tidak ada
masalah perkembangan dan 1 (10%) siswa gemuk mengalami keterlambatan
perkembangan. Dengan demikian status gizi pada anak usia 3-5 tahun layak
untuk diteliti. Adapun faktor yang mempengaruhi dalam status gizi meliputi
pendapatan keluarga, pengetahuan orang tua terlebih ibu dan kesulitan makan
pada anak. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
sendiri ada faktor keturunan, gizi, lingkungan, emosi, jenis kelamin, status
sosial ekonomi, dan kesehatan. Dengan demikian, status gizi memiliki peran
penting dalam perkembangan anak, hal ini dikarenakan anak dengan gizi
cukup atau tepat akan memiliki perkembangan yang optimal serta cepat dalam
mencapai taraf kematangan dibandingkan dengan anak dengan status gizi
kurang (Nurul, 2015).
Di sinilah pemenuhan gizi pada anak sangat dibutuhkan dan menjadi
hal yang penting dikarenakan gizi yang sesuai dan seimbang dapat
memberikan dampak yang baik dalam perkembangan motorik anak. Sehingga
status gizi dapat dijadikan untuk meminimalkan atau mencegah masalah
dalam proses perkembangan motorik pada anak. Tahapan perkembangan pada
anak sendiri dapat digunakan sebagai sarana untuk mendeteksi atau
memprediksi secara dini gangguan masalah perkembangan atau gagal dalam
perkembangan motorik sesuai umurnya (Susanto, 2011).
Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap
keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu
penelitian bisa diterapkan (Nursalam, 2013). Pada penelitian ini peneliti
menggunakan metode penelitian dengan observasi analitik korelasi yang
bertujuan untuk mendapatkan hubungan antara variabel penelitian. Dan desain
penelitian yang digunakan yaitu cross-sectional. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik anak
usia 3-5 serta membuktikan hubungan antar variabel yang diteliti yang
dilakukan secara bersamaan atau serentak pada subjek yang telah ditentukan
5

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengidentifikasi hubungan status gizi


dengan perkembangan motorik pada anak usia 3-5 tahun. Dalam penelitian
terdapat dua variabelyang akan diteliti yaitu status gizi sebagai variabel bebas
(independent variable) yang merupakan stimulus atau intervensi keperawatan
yang diberikan kepada klien (anak) dan perkembangan motorik anak sebagai
variabel terikat (dependent variable) Pada penelitian ini populasi yang
digunakan yaitu siswa dan siswi PAUD usia 3-5 tahun di TK Al-Rasyid
Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru yang banyaknya 75 orang.
Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Anak Tabel 5
Ditribusi Frekuensi Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Anak di TK
Al-Rasyid Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru.
Status gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan motorik kasar anak, berikut adalah hasil penelitian hubungan
antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar ballita dengan
ditampilkan dalam tabel 5.

Perkembangan
Status Gizi Motorik
Normal Abnorma Total
F F
% % F %
51 0
Normal 79,7 0 51 79,7
11
Abnorma
2 3,1 17,2 13 20,3
53 11
Jumlah 82,8 17,2 64 100
P Value = 0,000 α = 0,05

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil sebanyak 51 anak


(79,7%) dengan status gizi kurang dan 2 (3,1 %) anak dengan status gizi baik
yang tergolong dalam status perkembangan motorik abnormal dan sebanyak 9
anak (64%) dengan status gizi baik yang mengalami status perkembangan
motorik normal. Berdasarkan uji Fisher Exact diperoleh hasil nilai sebesar
6

0.000 hal ini berarti terdapat hubungan antara status gizi berdasarkan
pengukuran BB/U dengan perkembangan motorik.
Menurut Mariana (2016), hal di atas dapat berpengaruh terhadap
kesehatan anak. Selain pada kesehatan anak, hal ini juga dapat berpengaruh
pada perkembangan fisik dan otak anak. Apabila makanan tidak cukup
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama
akan dapat menyebabkan perubahan metabolism dalam otak yang berakibat
terjadi ketidakmampuan berfungsi secara normal. Pada keadaan yang lebih
berat dan kronis kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan
terganggu, badan kecil diikuti dengan ukuran otak juga kecil.
Hal ini didukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Coirunnisa
dkk (2013) tentang hubungan status gizi dengan perkembangan motorik anak
balita di TK Al-Rasyid Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru sejumlah 34
anak (68%) memiliki status gizi normal dan 16 anak (32%) memiliki status
gizi abnormal yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi
dengan perkembangan motorik anak di TK Al-Rasyid Kecamatan Marpoyan
Damai Pekanbaru.
Berdasarkan hasil pemaparan di atas, peneliti menilai bahwa status
gizi siswa dan siswi TK Al-Rasyid Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru
tergolong baik dengan didapatkannya hasil yang anak dengan status gizi
normal sejumlah 51 anak (79,7%) dan anak dengan status gizi abnormal
sejumlah 13 anak (20,3%). Di sini peneliti berharap adanya peran baik dari
pihak pendidik (guru) maupun orang tua siswa dalam mempertahankan serta
meningkatkan status gizi anak-anak di TK Al-Rasyid Kecamatan Marpoyan
Damai Pekanbaru.
Menurut Soetjiningsih (1995) pendidikan orang tua sangat penting
dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka
orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara
pengasuhan anak yang baik. Data yang diperoleh saat penelitian masih banyak
orang tua balita yang pendidikannya hanya sampai dijenjang sekolah
7

menengah atas (SMA) saja, hal ini termasuk salah satu faktor yang
berpengaruh pada hasil penelitan perkembangan motorik kasar balita.
Penelitian oleh Wulandari (2009) yang meneliti mengenai hubungan
status gizi dengan perkembangan motorik kasar dan motorik halus anak usia
3-5 tahun di TK Al-Rasyid Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru. Hasil
penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara hubungan status gizi
dengan perkembangan motorik kasar dan motorik halus anak usia 3-5 tahun di
TK Al-Rasyid Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Fitriana
dan Maria (2006) dengan hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang
bermakna antara pertumbuhan dan perkembangan motorik anak
Menurut Tedjasaputra (2003), faktor kebutuhan stimulasi atau
rangsangan terhadap anak untuk memperkenalkan suatu pengetahuan ataupun
keterampilan baru ternyata sangat penting dalam peningkatan kecerdasan
anak. Stimulasi pada anak dapat dimulai sejak calon bayii berwujud janin,
sebab janin bukan merupakan makhluk yang pasif. Berdasarkan dari bentuk
kecerdasan yang perlu dikembangkan, mengharuskan stimulasi yang beragam
pula. Salah satu yang utama stimulasi motorik, alasannya perkembangan
motorik anak usia balita sangat pesat, terutama motorik kasar. Perkembangan
motorik kasar diusia balita terkait erat dengan perkembangan fisik dan rasa
percaya diri. Apabila pada usia tertentu anak belum bisa melakukan motorik
kasar, maka anak telah mengalami keterlambatan.
Faktor stimulasi memegang peranan penting dalam tumbuh kembang
anak. Anak yang mendapat stimulasi terarah dan teratur akan lebih cepat
berkembang dibandingkan dengan anak yang tidak/kurang mendapatkan
stimulasi. (Soetjingsih, 1995).
Penelitian yang dilakukan oleh Brown dan pollit (1996) bahwa
kekurangan gizi di awal kehidupan manusia tidak memberikan dampak
langsung terhadap perkembangan manusia dikemudian hari karena ada
8

beberapa faktor lain yang berperan seperti keadaan lingkungan, sosial


ekonomi, keadaan kesehatan, dan yang terpenting stimulasi.
Hasil hipotesis menunjukan bahwa terdapat hubungan antara status
gizi dengan fisik motorik anak TK FKIP Unsyiah Darussalam Banda Aceh
(Lampiran 3). Hal ini sesuai dengan penelitian Prasetya (2013:548)
kemampuan gerak (fisik motorik) individu dipengaruhi oleh status gizi
individu itu sendiri. Dimana jika pertumbuhan dan perkembangan itu tidak
dibarengi oleh asupan gizi yang cukup, maka akan berpengaruh juga pada
fisik motorik anak. Apabila individu dengan status gizi kurang atau buruk
salah satunya akan mengalami hambatan pertumbuhan fisik yang secara
langsung mempengaruhi tingkat kemampuan gerak umum individu tersebut.
Almatsier (2009:34) juga berpendapat bahwa status gizi yang baik atau
optimal akan berpengaruh terhadap perkembangan fisik, otak, kemampuan
kerja dan kesehatan. Status gizi kurang dapat menyebabkan kekurangan
tenaga untuk bergerak dan melakukan aktifitas, sehingga anak menjadi malas
dan lemah karena kekurangan gizi.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana hubungan status gizi dengan perkembangan motorik anak


usia 3-5 tahun di TK Al-Rasyid Kecamatan Marpoyan Damai
Pekanbaru?
2. Apa faktor penghambat dari hubungan status gizi dengan
perkembangan motorik anak usia 3-5 tahun di TK Al-Rasyid
Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru?
9

D. METODE PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai
November, Penelitian ini berlokasi di TK Al- Rasyid Kecamatan
Marpoyan Damai Pekanbaru. Pemilihan lokasi ini berdasarkan
permasalahan-permasalahan yang telah ditemukan ketika melakukan
observasi awal di TK Al-Rasyid Kecamatan Marpoyan Damai
Pekanbaru.

2. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah peserta didik usia 3-5 tahun TK Al-
Rasyid Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru. Sedangkan Objek
penelitian ini adalah Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan
Motorik Anak Usia 3-5 Tahun di Tk Al-Rasyid Kecamatan Marpoyan
Damai Pekanbaru.

3. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti
dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang sudah ditentukan. Dalam
penelitian ini ditentukan subjek dari sumber data yang relevan dengan
masalah yang diteliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Sampel merupakan populasi atau subjek yang dipilih dan ditetapkan
sebagai sumber data atau sumber informasi dari penelitian.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling
yang artinya adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. penelitian ini berjumlah 10 orang anak di TK Al-Rasyid
Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru, karena populasi terjangkau
maka peneliti tidak menggunakan sampel.
10

4. Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan metode:
a. Observasi
Yaitu proses turun langsung ke lapangan dengan melengkapi
data-data.
b. Wawancara
Yaitu sebuah cara untuk memperoleh data dengan cara dialog
antara pewawancara dan terwawancara.
c. Dokumentasi
Yaitu suatu teknik pengumpulam data dengan cara melakukan
pencatatan dan pengambilan gambar maupun rekaman
terhadap objek yang diteliti.

5. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
analisis uji-t. Untuk melihat apakah ada Hubungan Status Gizi dengan
Perkembangan Motorik Anak Usia 3-5 Tahun TK Al-Rasyid
Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru. Anak sebelum dan sesudah
diberi perlakuan.
11

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi: Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Brown, J., Larry & Pollit, Erresto, 1996, Malnutrition,Proverty, And Intellectual
Developmet, British Journal of Nutrition.
Ida. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Gizi Dalam Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press
Mariana. 2016. Dampaknya Apabila Anak Kurang Gizi. Mariana.
My.id/kesehatan/dampak-kurang-gizi-pada-ana. Di akses: 1 Mei 2020.
Nurul. 2015. Panduan Terlengkap Tumbuh Kembang Anak Usia 0-5 Tahun.
Surakarta: Cinta
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Ed. 3. Jakarta: Salemba
Medika
Prasetya, 2013. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kemampuan Gerak Umum
Siswa Putra Kelas XI Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan Olahraga
Dan Kesehatan. Vol.1(3):547-552
Rizky.2015.Teori dan konsep Tumbuh Kembang Bayi, Toddler, Anak dan Usia
Remaja. Yogyakarta : Nuha Medika
Soedjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Susanto. 2011.Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai
Aspeknya.Jakarta : Kencana Prenada Media Groub
Tedjasaputra, M., 2003, Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai