Anda di halaman 1dari 2

Nama : Mitha Ramadhani S

NIM : 30800121037
Kelas : HI-1
Mata kuliah : Filsafat Ilmu

Respon Paper Pertemuan 2

Berdasarkan apa yang telah dibahas pada pertemuan ke 2 tadi yaitu mengenai hakikat
Ilmu yang sebenarnya, dimana dikatakan bahwa Ilmu itu tidak memiliki batas.
Kenapa bisa demikian? pertanyaan ini kemudian dijawab dengan jawaban yang cukup
deskriptif yang membuat saya sedikit bingung dengan pembahasan tentang ilmu yang
tidak memiliki batasan. Yang saya tangkap dari penjelasan pada pertemuan ke 2 tadi
yaitu, ilmu itu tidak memiliki batasan sampai ada sesuatu yang membatasinya. Yakni
bagaimana sebuah ilmu itu dibatasi dengan ilmu itu sendiri. Yang artinya dimana Ilmu
itu akan terus bertambah dan berkembang.
Banyak pernyataan yang dikeluarkan oleh dosen pengajar mengenai hal mendasar
yang dijelaskan cukup rumit sehingga membuat hakikat dari sebuah ilmu itu menjadi
sangat kompleks. Ilmu merupakan sebuah hasil dari berpikir. Saya sendiri
mendefinisikan berpikir sebagai sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan
pengetahuan. Sebagai manusia, saya sendiri juga tidak lepas dari yang namanya
berpikir tentang bagaimana saya akan menjalani hari saya besok, saya akan
berpakaian seperti apa, saya akan kemana, bagaimana cara efektif agar saya bisa
menulis paper dengan baik dan sebagainya.

Kegiatan berpikir sendiri tidak akan pernah lepas dari manusia, seperti apa yang
sudah dikatakan oleh Aguste Rodin bahwa "kita adalah homo sapiens, yang berarti
makhluk yang berpikir" Aguste Rodin (1840-1917). Mungkin sudut pandang saya
masih terlalu sempit dalam memandang bahwa segala sesuatu itu pasti menghasilkan
sebuah pengetahuan, dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dari hasil inilah kita bisa
mengetahui batasan diri kita terhadap sebuah pengetahuan dalam mengukur diri kita
sendiri seberapa jauh kita memahami pengetahuan itu. Menurut saya sendiri
pengetahuan bukan hanya didapatkan dari pelajaran umum saja, melainkan segala
objek yang ada di dunia ini merupakan sebuah hal yang menghasilkan sebuah
pengetahuan. Saya sedikit mengingat contoh yang diberikan kepada dosen saya
mengenai batasan ilmu yang diartikan sebagai kebodohan. Kebodohan yang di artikan
sebagai ketiadaan ilmu, yang dimana dosen saya berkata ketiadaan ilmu itu adalah
tidak ada. Saya masih terlalu ambigu dalam memahami contoh yang seperti itu. Hal
ini membuktikan bagaimana kegiatan berpikir itu akan terus berjalan sampai kita
mendapatkan sebuah pengetahuan yang baru. Contoh lainnya yang diberikan oleh
dosen saya yaitu dimana dia memegang sebuah spidol dan menjelaskan bahwa apa
yang kita lihat itu adalah sebuah pantulan cahaya, kita hanya bisa merasakan,
mengetahui warna dan itu yang kita namakan sebagai spidol. Pada dasarnya benda
yang ada di muka bumi ini merupakan sebuah pantulan cahaya, dimana kita hanya
bisa merasakan, mengetahui warna dan kemudia diberikan sebuah nama dan
bagaimana kita menyebut sekumpulan material itu dengan sebutan seperti sebuah
spidol.

Kemudian apa yang bisa saya simpulkan dari penjelasan yang cukup membuat saya
bingung sekaligus berpikir berulang kali mengenai hakikat ilmu yaitu, ilmu memang
tidak memiliki batasan sampai ada ilmu yang membatasinya. Sebagai subjektif dalam
kehidupan, kita sebagai manusia akan terus memperbarui pengetahuan kita. Saya
masih sedikit ambigu dalam memahami bagaimana hakikat dari ilmu itu sebenarnya.
Yang pasti hakikat dari ilmu itu sendiri yakni adalah ilmu yang sebenarnya. Akhir
kata saya memiliki sedikit quotes yang mungkin bisa menginspirasi teman-teman,
"Jadikan setiap tempat itu adalah sekolah dan jadikan semua orang adalah guru".
Karena ilmu tidak memiliki batasan.

Anda mungkin juga menyukai