Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH TEKNOLOGI

PENDIDIKAN
Konsep dan Jenis jenis Belajar

Dosen Pengampuh:

Ahmad Chumaidi, M.Pd.I.

Disusun oleh :

Julizar Thoriq Primadhany ( PGMI ) Semester 2

Muchamad Nur Rahman (PAI) Semester 2

Siti Maesaroh (PAI) Smester 2

FAKULTAS TARBIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM GROBOGAN

Tahun 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya sehingga makalah ini dapat disusun dengan selesai. Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Pendidikan yang membahas
mengenai Konsep dan Jenis jenis Belajar.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis meminta masukan demi perbaikan pembuatan makalah untuk yang
akan datanng. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata
penulis ucapkan terima kasih.

Grobogan, 28 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang..........................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis Jenis Belajar................................................................................................2

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan..............................................................................................................10

i
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan
untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Dalam belajar pun kita harus
mengetahui jenis jenis belajar.

Dengan demikian, seorang guru harus mempelajari terlebih dahulu apa itu jenis jenis belajar
yang apat mempermudah proses mengajar. Karena tanpa adanya jenis jenis belajar seorang guru
akan sulit untuk menyampaikan materi sesui ranvangan yang telah ditentukan.

Berkaitan dengan ini, kami membuat suatu makalah yang berisikan tentang jenis jenis belajar.
Dimana disana kami telah menguraikan beberapa konsep yang mungkin dapat dipahami dan
dapat menyelesaikan suatu permasalahan dari seorang guru yang telah mengajar tanpa ada
hambatan apapun. Kami akan menguraikan jenis jenis belajar tentang belajar arti kata, belajar
kognitif, belajar menghapal, belajar teoritis, belajar konsep, belajar berpikir, belajar kaidah,
keterampilan motorik, dan belajar estetis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Jenis Jenis Belajar?


2. Komponen apa sajakah yang terdapat dalam jenis jenis belajar?

C. Tujuan

1. Dapat mengetahui serta memahami Jenis Jenis Belajar


2. Dapat mengetahui serta memahami komponen dari Jenis Jenis Belajar

i
PEMBAHASAN

A. Jenis Jenis Belajar

Walaupun belajar dikatakan berubah, namun untuk mendapatkan perubahan itu


bermacam-macam caranya. Setiap perbuatan belajar mempunyai cirri-ciri masing-masing. Para
ahli dengan melihat ciri-ciri yang ada di dalamnya, mencoba membagi jenis-jenis belajar ini.
Oleh karena itu, sampai saat ini belum ada kesepakatan atau keragaman dalam merumuskannya.
A. De Block misalnya berbeda dengan C. Van Parreren dalam merumuskan sistematika jenis-jnis
belajar. Demikian juga antara rumusan sistematika jenis-jenis belajar yang dikemukakan oleh C.
Van Parreren dengan Robert M. Gagne.

Oleh karena itu, jenis-jenis belajar yang diuraikan berikut ini menyangkut masalah
belajar arti kata-kata, belajar kognitif, belajar menghafal, belajar teoritis, belajar kaedah, belajar
konsef/pengertian, belajar keterampilan motorik, dan belajar estetik. Untuk jelasnya ikutilah
uraian berikut :

1. Belajar arti kata-kata

Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung
dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah dikenal, tetapi belum tahu
artinya. Misalnya, pada anak kecil, dia sudah mengetahui kata “kucing” atau “anjing”, tetapi dia
belum mengetahui bendanya, yaitu binatang yang disebutkan dengan kata itu. Namun lama
kelamaan dia mengetahui juga apa arti kata “kucing” atau “anjing”,. Dia sudah tahu bahwa kedua
binatang itu berkaki empat dan dapat berlari. Suatu ketika melihat seekor anjing dan anak tadi
menyebutnya “kucing”. Koreksi dilakukan bahwa itu bukan kucing, tetapi anjing. Anak itu pun
tahu bahwa anjing bertubuh besar dengan telinga yang cukup panjang, dan kucing itu bertubuh
kecil dengan telinga yang kecil dari pada anjing.

Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang belum diketahui.
Tanpa hal ini, maka sukar menggunakannya. Kalau pun dapat menggunakannya, tidak urung
ditemukan kesalahan penggunaan. Mengerti arti kata-kata merupakan dasar-dasar terpenting.
Orang yang membaca akan mengalami kesukaran untuk memahami isi bacaan. Karena ide-ide
yang terpatri dalam setiap kata. Dengan kata-kata itulah, para penulis atau pengarang melukiskan
ide-idenya kepada siding pembaca. Oleh karena itu, penguasaan arti kata-kata adalah penting
dalam belajar.

2. Belajar Kognitif

Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-
objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang
yang merupakan sesuatu bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan hasil perjalanannya
berupa pengalamannya kepada temuannya. Ketika dia menceritakan pengalamannya selama
dalam perjalanan, dia tidak tidak dapat menghadirrkan objek-objek yang pernah dilihatnya
selama dalam perjalanan itu di hadapan temannya itu, dia hanya dapat menggambarkan semua
objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat. iGagasan atau tanggapan tentang objek-objek yang
dilihat itu dituangkan dalam kata-kata atau kalimat yang disampaikan kepada orang yang
mendengarkan ceritanya.
Bila tanggapan berupa objek-objek materiil dan tidak materiil telah dimiliki, maka seseorang
telah mempunyai alam pikiran kognitif. Itu berarti semakin banyak pikiran dan gagasan yang
dimiliki seseorang, semakin luaslah alam pikiran kognitif orang itu.

Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa melepaskan diri
dari kegiatan belajar kognitif. Mana bisa kegiatan mental tidak berproses ketika memberikan
tanggapan terhadap ojek-objek yang diamati. Sedangkan belajar itu sendiri adalah proses mental
yang bergerak kearah perubahan.

3. Belajar Menghafal

Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan, sehingga
nantinya dapat diproduksikan {diingat} kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli,
dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali
kealam dasar.

Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai tujuan,
pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal dipengaruhi oleh syarat-
syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak terarah, menghafal tanpa pengertian
menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian adalah kacau, dan menghafal tanpa ingatan adalah sia-
sia.

4. Belajar Teoritis

Bentuk belajar ini bertujuan menempatkan semua data dan fakta {pengetahuan} dalam suatu
kerangka organisasi mental, sehingga dapat difahami dan digunakan untuk memecahkan
problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah. Maka, diciptakan konsep dan relasi di
antara konsep-konsep dan struktur-struktur hubungan. Missalnya, “bujur sangkar” mencakup
semua persegi empat; iklim dan cuaca berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman; tumbuh-
tumbuhan dibagi dalam genus dan species. Sekaligus dikembangkan dalam metode-metode
untuk memecahkan problem-problem secara efektif dan efesien, misalnya dalam penelitian
fisika.

5. Belajar Konsep

Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai
ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-
objek yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek
dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk repressentasi mental tak berperaga. Konsep
sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata {lambang bahasa}.

Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep konkret
adalah pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep ini mewakili
benda tertentu, seperti meja, kursi, tumbuhan, rumah, mobil, sepeda motor dan sebagainya.
Konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung
menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan. Hanya
dirasakan adanya melalui proses mental. Misalnya, saudara sepupu, saudara kandung, paman,
bibi, belajar, perkawinan, dan sebagainya, adalah kata-kata yang tidak dapat dilihat dengan mata
biasa, bahkan dengan mikroskop sekalipun. Untuk memberikan pengertian pada semua kata itu
diperlukan konsep yang didefinisikan dengan menggunakan
i
lambang bahasa.
Ahmad adalah saudara sepupu Mahmud; merupakan kenyataan {realitas}, tetapi tidak dapat
diketahui dengan mengamati Ahmad dan Mahmud. Kenyataan itu dapat diketahui dengan
menggunakan lambang bahasa. Kata “saudara sepupu” dijelaskan. Penjelasan atas kata “saudara
sepupu” itulah yang dimaksudkan disini dengan konsep yang didefinisikan. Berdasarkan konsep
yang didefinisikan, didapatkan pengertian, sauadara sepupu adalah anak dari paman atau bibi.

Akhirnya, belajar konsep adalah berfikir dalam konsep dan belajar pengertian. Taraf ini
adalah taraf konprehensif. Taraf kedua dalam taraf berfikir. Taraf pertamanya adalah taraf
pengetahuan, yaitu belajar reseptif atau menerima.

6. Belajar Kaidah

Belajar kaidah termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual yang dikemukakan oleh
Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk
suatu ketentuan yang mereprensikan suatu keteraturan. Orang yang telah mempelajari suatu
kaidah, mampu menghubungkan beberapa konsep. Misalnya, seseorang berkata, “besi
dipanaskan memuai”, karena seseorang telah menguasai konsep dasar mengenai “besi”,
“dipanaskan” dan “memuai”, dan dapat menentukan adanya suatu relasi yang tetap antara ketiga
konsep dasar itu {besi, dipanaskan, dan memuai}, maka dia dengan yakin mengatakan bahwa
“besi dipanaskan memuai”.

Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah merupakan suatu
representasi {gambaran} mental dari kenyataan hidup dan sangat berguna dalam mengatur
kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah merupakan suatu keteraturan yang berlaku
sepanjang masa. Oleh karena itu, belajar kaidah sangat penting bagi seseorang sebagai salah
salah satu upaya penguasaan ilmu selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi
{universitas}.

7. Belajar Berpikir

Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi tanpa
melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan.masalah harus dipecahkan melalui
operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja
tertentu.

Dalam konteks ini ada istilah berpikir konvergen dan berpikir divergen. Berpikir konvergen
adalah berpikir menuju satu arah yang benar atau satu jawaban yang paling tepat atau satu
pemecahan dari suatu masalah.berpikir divergen adalah berpikir dalam arah yang berbeda-beda,
akan diperoleh jawaban-jawaban unit yang berbeda-beda tetapi benar.

Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah sebagai
berikut:

a. Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah.

b. Masalah itu diperjelas dan dibatasi.

c. Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.

d. Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis, kemudian hipotesis-


hipotesis itu dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak.
i
e. Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sabagai
pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada kesimpulan.
Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut:

a. Kesadaran akan adanya masalah.

b. Merumuskan masalah.

c. Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis.

d. Menguji hipotesis-hipotesis itu.

e. Menerima hipotesis yang benar.

8. Keterampilan Motorik

Semua kegiatan manusia bergantung pada aspek motoriknya dalam melaksanakan


aktifitasnya mulai dari berjalan, berlari, bernapas. Sehingga David Gallahue menyatakan bahwa
motorik adalah factor dasar yang mempengaruhi gerakan. Hal ini dikarenakan tanpa adanya
motorik maka tdak akan ada gerakan dan tidak ada aktifitas bila tidak ada gerakan. Sedangkan
keterampilan motorik menurut Gagne adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan kordinasi, sehingga terwujud gerak otomatisasi. Keterampilan motorik yang
dimaksud adalah keterampilan dalam melakukan gerakan-gerakan fisik yang memerlukan
koordinasi antara otot dengan saraf untuk menghasilkan gerakan yang terotomatisasi.

Ketika seseorang melakukan sebuh keterampilan motorik berupa tindakan maka bagian tubuh
tersebut mendapat control gerakan yang alami dan sukarela dari bagian tubuh yang meliputi
tindakan tadi. Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik adalah tindakan yang berupa
serangkaian gerakan sukarela hasil control bagian-bagian tubuh yang melatari tindakan tersebut.

Penguasaan suatu keterampilan motorik merupakan suatu proses dimana seseorang


mengembangkan seperangkat respon kedalam suatu pola gerak yang terkoordinasi, terorganisasi,
dan terpadu. Tiap keterampilan motorik memerlukan pengorganisasian berupa gerakan otot, baik
dalam aspek tempat maupun waktu.

Keterampilan motorik dibagi menjadi keteranpilan motorik kasar dan keterampilan motorik
halus. Keterampilan motorik kasar merupakan keterampilan yang meliputi aktifitas otot besar,
seperti menggerakkan lengan dan berjalan. Jadi keterampilan motorik kasar lebih kepada
kegiatan yang melibatkan control tubuh dan koordinasi yang baik dan aktifitas yang bersifat
bergerak.

Sedangkan keterampilan motorik halus melibatkan kegiatan yang diatur secara halus seperti
menggenggam mainan, mengancing baju, atau melakukan apapun yang memerlukan
keterampilan tangan menunjukkan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik halus
melibatkan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jari, tangan, lengan dan membutuhkan
kecermatan dan koordinasi mata-tangan. Seperti makan, menggambar, menulis, mengetik dan
menjahit.

9. Belajar Estetis

Bentuk belajar ini bertujuan untuk membentuk kemampuan menghayati keindahan, bahkan
menciptakan keindahan dalam berbagai segi kehidupan. Yang mana keindahan itu terdapat
dimana-mana. Seperti pelukis menuangkan imajinasinya dalam lukisan, sastrawan dalam bentuk
sajak, dan komponis dalam bentuk lagu. Dalami diri manusia terdapat jiwa estetis yang perlu
dikembangkan melalui belajar, yaitu belajar estetis. Yang mana belajar ini mencakup fakta,
seperti nama Mozart sebagai pengubah music klasik, konsep seperti ritme, tema dan komposisi
relasi seperti hubungan antara bantuk dan isi; struktur seperti sistematika warna dan aliran seni
dalam seni lukis; dan metode seperti nilai motto dan orgnilitas karya seni.

PENUTUP

D. Kesimpulan

Belajar itu sendiri memiliki beberapa jenis jenis belajar yang mana diantaranya ialah, belajar arti
kata, belajar kognitif, belajar menghafal,belajar teoritis, belajar konsep, belajar kaidah belajar
berpikir, keterampilan motorik, dan belajar estetis.

Anda mungkin juga menyukai