Ramanata Dirsurya dan Suryati, Tinjauan Hukum Atas Penyalahgunaan Data Bantuan Sosial di Masa
Pademi Covid-19, Halaman 321-329
Abstract
Social assistance in the form of money, goods or services is very valuable in the midst of
disasters, especially in the Covid-19 pandemic. It becomes highly anticipated by the affected
communities as well as tempting things to be abused for irresponsible people. This study aims
to find out how the legal review of the misuse of social assistance data during the Covid-19
pandemic. The research method used in this study is the normative method of law. The results
of this study are , (1) all forms of misappropriation of social assistance funds are punishable
under Article 43 paragraph (1) of Law No. 13 of 2011, (2) concerning the hoarding of social
assistance with the purpose of benefiting themselves punished according to Article 3 of Law
No. 31 of 1999 concerning the Eradication of Corruption crimes jo Constitutional Court
Decision Number 25/PUU-XIV/2016.
Keywords: Abuse; Social Assistance
Abstrak
Bantuan sosial baik berupa uang, barang ataupun jasa merupakan hal yang sangat berharga
ditengah bencana khususnya ditengah pandemi Covid-19 seperti saat ini. Tentu bantuan sosial
seperti ini menjadi sangat dinanti oleh masyarakat yang terdampak sekaligus hal yang
menggiurkan untuk disalahgunakan bagi oknum yang tidak bertanggung jawab. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum atas penyalahgunaan data bantuan
sosial di masa pandemi Covid-19. Metode penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah
metode hukum normatif. Hasil dari penelitian ini adalah, (1) segala bentuk penyelewengan
dana bantuan sosial dijatuhi hukuman berdasarkan Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2011, (2) mengenai penimbunan bantuan sosial dengan tujuan menguntungkan diri
sendiri dihukum menurut Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 25/PUU-
XIV/2016.
Kata Kunci: Penyalahgunaan; Bantuan Sosial
321
Ramanata Dirsurya dan Suryati, Tinjauan Hukum Atas Penyalahgunaan Data Bantuan Sosial di Masa
Pademi Covid-19, Halaman 321-329
Ramanata Dirsurya dan Suryati, Tinjauan Hukum Atas Penyalahgunaan Data Bantuan Sosial di Masa
Pademi Covid-19, Halaman 321-329
Ramanata Dirsurya dan Suryati, Tinjauan Hukum Atas Penyalahgunaan Data Bantuan Sosial di Masa
Pademi Covid-19, Halaman 321-329
8
Peraturan Dalam Negeri Nomor 39 Tahun Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32
2012 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan
Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD, Peraturan Dalam Negeri Nomor 39 Tahun
Pasal 22 ayat 1. 2012 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan
7
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD,
Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 26 ayat 2.
9
Peraturan Dalam Negeri Nomor 39 Tahun Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32
2012 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan
Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD, Peraturan Dalam Negeri Nomor 39 Tahun
Pasal 26 ayat 1. 2012 tentang, Pasal 34 ayat 1.
324
Ramanata Dirsurya dan Suryati, Tinjauan Hukum Atas Penyalahgunaan Data Bantuan Sosial di Masa
Pademi Covid-19, Halaman 321-329
jasa dalam program kegiatan dan berupa barang yang belum diserahkan
kegiata pada Satuan Kerja Perangkat kepada penerima bantuan sosial sampai
Daerah (SKPD).10 dengan akhir tahun anggaran
Pertanggungjawaban pemerintah berkenaan dilaporkan sebagai
daerah atas pemberian bantuan sosial persediaan dalam neraca. Realisasi
meliputi: bantuan sosial berupa barang
a. Usulan/permintaan tertulis dari dikonversikan sesuai standar akuntansi
calon penerima bantuan sosial atau pemerintahan pada laporan realisasi
surat keterangan dari pejabat yang anggaran dan diungkapkan pada
berwenang kepada pekala daerah; catatan atas laporan keuangan dalam
b. Keputusan kepala daerah tentang penyusunan laporan keuangan
penetapan daftar penerima bantuan pemerintah daerah.
sosial;
c. Fakta integritas dari penerima PEMBAHASAN
bantuan sosial yang menyatakan A. Bantuan Sosial
Sebelum dilanjutkan pada
bahwa bantuan sosial yang
pembahasan mengenai bagaimana
diterima akan digunakan sesuai
tinjauan dan dampak hukum terkait
dengan ususlan;
penyalahgunaan data bantuan sosial
d. Bukti transfer atau penyerahan
khususnya di masa pandemi covid-19
uang atas pemberian bantuan
seperti saat ini, perlu kiranya kita
sosial berupa uang atau bukti serah
menyamakan persepsi mengenai apa
terima barang atas pemberian
saja yang termasuk kategori bantuan
bantuan sosial berupa barang.
sosial menurut peraturan yang berlaku.
Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa
Realisasi bantuan sosial
terdapat 3 bentuk bantuan sosial
dicantumkan pada laporan keuangan
menurut Pasal 6 Peraturan Menteri
pemerintah daerah dalam tahun
Sosial Nomor 1 Tahun 2019 tentang
anggaran berkenaan. Bantuan sosial
Penyaluran Belanja Bantuan Sosial di
10
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Lingkungan Kementerian Sosial :
Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Dalam Negeri Nomor 39 Tahun Adapun yang termasuk bantuan
2012 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan
Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD,
sosial sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 ayat 2
325
Ramanata Dirsurya dan Suryati, Tinjauan Hukum Atas Penyalahgunaan Data Bantuan Sosial di Masa
Pademi Covid-19, Halaman 321-329
Pasal 5 ayat (1) diberikan dalam ayat (1) Peraturan Menteri Sosial
bentuk:11 Nomor 1 Tahun 2019 menyebutkan
a. Uang; bahwa:
b. Barang; dan/atau Penerima Bantuan Sosial
c. Jasa. sebagaimana dimaksud dalam
Penerima bantuan sosial yang Pasal 12 yang memiliki
meliputi perorangan, keluarga, kategori miskin dan tidak
kelompok, dan/atau masyarakat mampu sumber datanya
memiliki kriteria masalah sosial yang mengacu kepada DT PFM dan
meliputi:12 OTM Kementerian Sosial.
1. Kemiskinan; Merujuk pada peraturan tersebut,
2. Keterlantaran; penjelasan mengenai yang dimaksud
3. Kedisabilitasan; dengan DT PFM dan OTM adalah
4. Keterpencilan; akronim dari Data Terpadu
5. Ketunaan sosial atau penyimpangan Penanganan Fakir Miskin dan Orang
perilaku; Tidak Mampu yaitu basis data berisi
6. Korban bencana; dan/atau nama dan alamat serta informasi sosial,
7. Korban tindak kekerasan, ekonomi, dan demografi dari rumah
eksploitasi, diskriminasi, korban tangga dengan status kesejahteraan
penyalahgunaan narkotika, terendah di Indonesia dan data
psikotropika, dan zat adiktif lainnya. penyandang masalah kesejahteraan
sosial lainnya yang telah diverifikasi
Hal ini sehubungan dengan dan divalidasi oleh Kementerian Sosial
kriteria fakir miskin yang ditetapkan yang berkoordinasi dengan pemerintah
oleh Menteri Sosial sebagai dasar daerah.14
untuk melaksanakan penanganan fakir Adapun upaya yang dilakukan
miskin. 13 Selanjutnya, pada pasal 17 merupakan bentuk penghormatan,
pemenuhan hak atas kebutuhan dasar
11
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Penyaluran untuk mensejahterakan fakir miskin,
Belanja Bantuan Sosial di Lingkungan
Kementerian Sosial
serta memberikan perlindungan
12
Pasal 11 dan 12 Peraturan Menteri Sosial
Nomor 1 Tahun 2019
13 14
Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri Sosial
Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin Nomor 1 Tahun 2019
326
Ramanata Dirsurya dan Suryati, Tinjauan Hukum Atas Penyalahgunaan Data Bantuan Sosial di Masa
Pademi Covid-19, Halaman 321-329
15
terhadap fakir miskin dari tindakan puluh juta rupiah) . Selain itu,
oknum yang menyalahgunakan bantuan terhadap segala bentuk penyelewengan
sosial. dana bantuan sosial dijatuhi hukuman
berdasarkan Pasal 43 ayat (1) Undang-
B. Sanksi Pidana Manipulasi Data
Undang Nomor 13 Tahun 2011 yang
Bantuan Sosial
berbunyi:
Perbuatan manipulasi yang
Setiap orang yang
dimaksud jika merujuk dalam Kamus menyalahgunakan dana
penanganan fakir miskin
Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagaimana dimaksud dalam
sebagai penggelapan; penyelewengan. Pasal 33, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5
Sehingga memanipulasi data yang yang
tahun atau denda paling
dimaksud dalam tulisan ini dapat banyak Rp. 500.000.000 (lima
ratus juta rupiah).
artikan sebagai perbuatan
menyelewengkan data yang Apabila yang menyalahgunakan
sesungguhnya. dana tersebut dilakukan oleh korporasi,
Untuk dapat menjawab dijatuhi pidana dengan denda maksimal
pertanyaan berkaitan dengan Rp. 750.000.000 (tujuh ratus lima
manipulasi data demi mendapatkan puluh juta rupiah). Kemudian terkait
bantuan sosial, Pasal 11 ayat (3) permasalahan mengenai penimbunan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun bantuan sosial dengan tujuan
2011 tentang Penanganan Fakir Miskin menguntungkan diri sendiri dihukum
telah menegaskan: menurut Pasal 3 Undang-Undang
Setiap orang dilarang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
memalsukan data fakir miskin
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
baik yang sudah diverifikasi
dan divalidasi maupun yang jo. Putusan Mahkamah Konstitusi
telah ditetapkan oleh Menteri.
Nomor 25/PUU-XIV/2016 yang
Adapun jika masih terdapat berbunyi:
pelaku yang memalsukan data Setiap orang yang dengan
tujuan menguntungkan diri
verifikasi dan validasi tersebut
sendiri atau orang lain atau
dipidana penjara maksimal 2 tahun atau suatu korporasi,
menyalahgunakan
denda maksimal Rp. 50.000.000 (lima
15
Pasal 42 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2011 tentang Penanganan Fakir Miskin
327
Ramanata Dirsurya dan Suryati, Tinjauan Hukum Atas Penyalahgunaan Data Bantuan Sosial di Masa
Pademi Covid-19, Halaman 321-329
Ramanata Dirsurya dan Suryati, Tinjauan Hukum Atas Penyalahgunaan Data Bantuan Sosial di Masa
Pademi Covid-19, Halaman 321-329
329