Anda di halaman 1dari 27

RESUME KEPERAWATAN JIWA

TENTANG
“ASKEP GANGGUAN KONSEP DIRI DAN
KONSEP TENTANG KEPATUHAN MINUM OBAT PADA
PASIEN SKIZORFRENIA”

DI SUSUN OLEH:
Kelompok 3
1. Andi Kurniawan 6. Nopras Juliantara
2. Ilham Matadinata 7. Realdy Chandra
3. Mardiana DM 8. Risvi Aprillia
4. Melpina Leo Lukman 9. Trisna Juansyah
5. M Thufeil A 10. Widia Sari

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHTAN

CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan resume keperawatan jiwa tentang askep
gangguan konsep diri dan konsep tentang kepatuhan minum obat pada pasien skizorfrenia.

Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan dari banyak pihak.
Dan untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dosen pembimbing.
2. Teman teman Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Citra Delima Bangka
Belitung yang telah membantu ketika ada kesulitan dalam penulisan makalah ini.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, penulis meminta kritik dan
saran dari pembaca sekalian untuk menyempurnakan.

Pergam, 21 Juni 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….............. 1

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….…… 2

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………......…… 3

A. Latar Belakang ……………………………………………………......……………… 3

B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………… 4

C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………..……………… 4

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………...… 5

A. Gangguan konsep diri .………………………………………...……………………... 5

a. Definisi konsep diri……………………………………………………….……… 5

b. Rentang respon konsep diri………………………………………………………. 6

c. Dimensi konsep diri…………………………………………………….…………7

d. Komponen konsep diri………………………………………………….…………7

e. Asuhan keperawatan……………………………………………………….……. 11

B. Kepatuhan minum obat pada penderita skizofrenia………………………………… 18

a. Definisi halusinasi……………………………………………………….………18

b. Proses terjadinya halusinasi………………………………………….…………19

c. Rentang respon halusinasi…………………………………………….…………20

d. Jenis-jenis halusinasi………………………………………………….…………22

e. Konsep asuhan keperawatan………………………………………….…………22

3
C. BAB III PENUTUP……………………………………………………….………… 24

A. Kesimpulan ……………………………………………………...……………….. 24

B. Saran ……………………………………………...……………………………… 24

DAFTAR PUSTAKA………………………………………...…………………………...… 25

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya juga
didasarkan bagaimana orang lain memandangnya. Konsep diri sebagai cara memandang
individu terhadap diri secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual.
Penting diingat bahwa konsep diri ini bukan pandangan orang lain pada kita melainkan
pandangan kita sendiri atas diri kita yang diukur dengan standar penilaian orang lain.
(Muhith, 2015).
Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan
tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984), mendefisikan konsep
diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki seseorang
tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang
unik dari individu tersebut.
Stuart dan Sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan
dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri (mis; “Saya kuat dalam
matematika”). Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang
kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri
memerikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi
dan hubungan kita dengan orang lain. (Potter & Perry, 2005).
Skizofrenia merupakan kondisi psikotik yang berpengaruh terhadap area fungsi
individu termasuk berpikir, berkomunikasi, menerima, menafsirkan kenyataan,
merasakan dan menunjukkan emosi serta penyakit kronis yag ditandai dengan pikiran
kacau, delusi, halusinasi, dan perilaku aneh (Rhoads, 2011).

5
Gejala skizofrenia dapat mengalami perubahan semakin membaik atau semakin
memburuk dalam kurun waktu tertentu, hal tersebut berdampak dengan hubungan pasien
dengan diirnya sendiri serta orang yang dekat dengan penderita (Pardede, Keliat &
Wardani, 2015).
Skizofrenia merupakan gangguan mental berat dan kronis yang menyerang 20
juta orang diseluruh dunia (WHO,2019), sedangkan di Indonesia prevalensi skizofrenia
yaitu 1,7 per mil penduduk atau sekitar 400 ribu orang (riskesdes,2013), sedangkan hasil
Riskesdes (2018) didapatkan estimasi prevalensi orang yang pernah menderita
skizofrenia di Indonesia sebesar 1,8 per 1000 penduduk.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apa itu ganggaun konsep diri?
2. Apa itu skizofrenia?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah ;
1. Untuk mengetahui apa itu bencana
2. Untuk mengetahui apa itu skizofrenia
A.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. GANGUAN KONSEP DIRI

a. Definisi konsep diri


Konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya juga
didasarkan bagaimana orang lain memandangnya. Konsep diri sebagai cara memandang
individu terhadap diri secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual.
Penting diingat bahwa konsep diri ini bukan pandangan orang lain pada kita melainkan
pandangan kita sendiri atas diri kita yang diukur dengan standar penilaian orang lain.
(Muhith, 2015).
Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan
tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984), mendefisikan konsep
diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki seseorang
tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang
unik dari individu tersebut.
Stuart dan Sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan
dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri (mis; “Saya kuat dalam
matematika”). Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang
kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri
memerikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi
dan hubungan kita dengan orang lain. (Potter & Perry, 2005).
Secara keseluruhan konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan,
kepercayaan, serta pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan memengaruhi
individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri belum muncul saat bayi,
tetapi mulai berkembang secara bertahap. Bayi mampu mengenal dan membedakan
dirinya dengan orang lain serta mempunyai pengalaman dalam berhubungan dengan
orang lain. Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap individu, hubungan
dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia di luar dirinya. Memahami konsep diri

7
penting bagi perawat karena asuhan keperawatan diberikan secara utuh bukan hanya
penyakit tetapi menghadapi individu yang mempunyai pandangan, nilai dan pendapat
tertentu tentang dirinya.

b. Rentang respon konsep diri


Konsep diri seseorang terletak pada suatu rentang respons antara ujung adaptif
dan ujung maladaptif, yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah,
kekacauan identitas, dan depersonalisasi.

Rentang respons konsep diri yang paling adaptif adalah aktualisasi diri. Menurut
Maslow karakteristik aktualisasi diri meliputi:
1. Realistik
2. Cepat menyesuaikan diri dengan orang lain,
3. Persepsi yang akurat dan tegas,
4. Dugaan yang benar terhadap kebenaran/kesalahan,
5. Akurat dalam memperbaiki masa yang akan datang,
6. Mengerti seni, musik, politik, filosofi,
7. Rendah hati, 8. mempunyai dedikasi untuk bekerja,
8. Kreatif, fleksibel, spontan, dan mengakui kesalahan,
9. Terbuka dengan ide-ide baru,
10. Percaya diri dan menghargai diri,
11. Kepribadian yang dewasa,
12. Dapat mengambil keputusan,
13. berfokus pada masalah,
14. menerima diri seperti apa adanya,
15. memiliki etika yang kuat,
16. mampu memperbaiki kegagalan.

8
c. Dimensi konsep diri
Secara umum menurut pendapat para ahli ada 3 dimensi konsep diri, Calhom dan
Acocella (1995) misalnya menyebutkan ke 3 dimensi tersebut, yakni:
1. Dimensi pengetahuan (kognitif) mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan
tentang diri kita sendiri sebagai pribadi, seperti saya pintar, saya cantik, saya
anak baika dan seterusnya
2. Dimensi pengharapan yakni pengharapan bagi diri kita sendiri. Pengharapan ini
merupakan self-ideal atau diri yang dicita-citakan. Cita-cita diri meliputi
dambaan, aspirasi, harapan, keinginan bagi diri kita, atau menjadi manusia
seperti apa yang kita inginkan
3. Dimensi penilaian yakni penilaian kita terhadap diri sendiri. Penilaian diri
sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai
pribadi.

d. Komponen konsep diri


Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian Konsep diri tersebut di
kemukakan oleh Stuart and Sundeen (2006), yang terdiri dari :
1. Citra Tubuh ( Body Image )
Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu baik yang disadari maupun
tidak terhadap tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu atau sekarang mengenai
ukuran, fungsi, keterbatasan, makna, dan objek yang kontak secara terus-
menerus (anting, make up, pakaian, kursi roda, dan sebagainya) baik masa lalu
maupun sekarang. Citra tubuh merupakan hal pokok dalam konsep diri. Citra
tubuh harus realistis karena semakin seseorang dapat menerima dan menyukai
tubuhnya ia akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan sehingga harga
dirinya akan meningkat. Sikap individu terhadap tubuhnya mencerminkan
aspek penting dalam dirinya misalnya perasaan menarik atau tidak, gemuk atau
tidak, dan sebagainya.
Gambaran diri ( Body Image ) berhubungan dengan kepribadian. Cara
individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek

9
psikologinya. Citra tubuh adalah sikap, presepsi keyakinan, dan pengetahuan
individu terhadap tubuhnya baik sadar maupun tak sadar. Pandangan yang
realistis terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih
rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri
(Keliat, 2005). Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran
dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang
akan memacu sukses dalam kehidupan. Banyak faktor dapat yang
mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti, munculnya Stresor yang dapat
menggangu integrasi gambaran diri.
Stresor-stresor tersebut dapat berupa:
a. Operasi. Contohnya mastektomi, amputsi, luka operasi yang semuanya
mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti
operasi plastik, protesa dan lain-lain.
b. Kegagalan fungsi tubuh. Contohnya hemiplegi, buta, tuli dapat
mengakibatkan depersonlisasi yaitu tadak mengkui atau asing dengan
bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf.
c. Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh. Seperti sering
terjadi pada klien gangguan jiwa, klien mempersiapkan penampilan dan
pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.
d. Tergantung pada mesin. Contohnya klien intensif care yang
memandang imobilisasi sebagai tantangan, akibatnya sukar
mendapatkan informasi umpan balik engan penggunaan lntensif care
dipandang sebagai gangguan.
e. Perubahan tubuh. Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana
seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan
bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan
respon negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika
didapati perubahan tubuh yang tidak ideal.
f. Umpan balik interpersonal yang negatif. Umpan balik ini adanya
tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian sehingga dapat
membuat seseorang menarik diri.

10
g. Standard sosial budaya. Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya
yang berbeda-setiap pada setiap orang dan keterbatasannya serta
keterbelakangan dari budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada
gambaran diri individu, seperti adanya perasaan minder.

2. Ideal Diri
Persepsi individu tentang seharusnya berperilaku berdasarkan standar,
aspirasi, tujuan, atau nilai yang diyakininya. Penetapan ideal diri dipengaruhi
oleh kebudayaan, keluarga, ambisi, keinginan, dan kemampuan individu dalam
menyesuaikan diri dengan norma serta prestasi masyarakat setempat. Individu
cenderung menyusun tujuan yang sesuai dengan kemampuannya, kultur,
realita, menghindari kegagalan dan rasa cemas, serta inferiority. Ideal diri
harus cukup tinggi supaya mendukung respek terhadap diri tetapi tidak terlalu
tinggi, terlalu menuntut, serta samar-samar atau kabur. Ideal diri akan
melahirkan harapan individu terhadap dirinya saat berada di tengah masyarakat
dengan norma tertentu. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan
membantu individu mempertahankan kemampuannya menghadapi konflik atau
kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan
kesehatan dan keseimbangan mental.

3. Harga Diri
Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dan menganalisis seberapa
jauh perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan
orang lain. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami
keberhasilan. Sebaliknya, individu akan merasa harga dirinya rendah bila
sering mengalami kegagalan, tidak dicintai, atau tidak diterima lingkungan.
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga
diri akan meningkat sesuai meningkatnya usia dan sangat terancam pada masa
pubertas. Coopersmith dalam buku Stuart dan Sundeen (2002) menyatakan
bahwa ada empat hal yang dapat meningkatkan harga diri anak, yaitu:
a. memberi kesempatan untuk berhasil,

11
b. menanamkan idealisme
c. mendukung aspirasi/ide
d. membantu membentuk koping

4. Peran
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Keliat, 2005). Peran yang
ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan
peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.
Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang
tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok
dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stresor terhadap
peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta
posisi yang tidak mungkin dilaksanakan (Keliat, 2005). Stress peran terdiri
dari konflik peran yang tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran
yang terlalu banyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
menyesuaikan diri dengan peran yang harus di lakukan menurut Stuart and
sundeen, 2006 adalah :
a. Kejelasan prilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran
b. Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan
c. Kesesuain dan keseimbangan antara peran yang di emban
d. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
e. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuain perilaku peran
f.
5. Identitas Diri
Identitas adalah kesadaran tentang “diri sendiri” yang dapat diperoleh
individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya, serta menyadari
individu bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Pengertian identitas
adalah organisasi, sintesis dari semua gambaran utuh dirinya, serta tidak
dipengaruhi oleh pencapaian tujuan, atribut/jabatan, dan peran. Dalam

12
identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, hormat terhadap
diri, mampu menguasai diri, mengatur diri, dan menerima diri.
Ciri individu dengan identitas diri yang positif adalah sebagai berikut:
a. Mengenal diri sebagai individu yang utuh terpisah dari orang lain
b. Mengakui jenis kelamin sendiri
c. Memandang berbagai aspek diri sebagai suatu keselarasan
d. Menilai diri sesuai penilaian masyarakat
e. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang
f. Mempunyai tujuan dan nilai yang disadari

Ciri individu yang berkepribadian sehat antara lain sebagai berikut:


a. Citra tubuh positif dan sesuai
b. Ideal diri realistis
c. Harga diri tinggi
d. Penampilan peran memuaskan
e. Identitas jelas

e. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
 Faktor Predisposisi
- Citra tubuh
a. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi).
b. Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh
kembang atau penyakit).
c. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh.
d. Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi.
- Harga diri
a. Penolakan.
b. Kurang penghargaan.
c. Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu
dituntut.

13
d. Persaingan antara keluarga
e. Kesalahan dan kegagalan berulang
f. Tidak mampu mencapai standar.
- Ideal diri
a. Cita-cita yang terlalu tinggi
b. Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan
c. Ideal diri samar atau tidak jelas.
- Peran
a. Stereotipe peran seks.
b. Tuntutan peran kerja.
c. Harapan peran kultural.
- Identitas diri
a. Ketidakpercayaan orang tua
b. Tekanan dari teman sebaya
c. Perubahan struktur sosial

 Faktor Prespitasi
1. Trauma
2. Ketegangan peran
3. Transisi peran perkembangan
4. Transisi peran situasi
5. Transisi peran sehat-sakit

 Perilaku
1. Citra tubuh
a. Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu
b. Menolak bercermin
c. Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh
d. Menolak usaha rehabilitasi
e. Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat
f. Menyangkal cacat tubuh.

14
2. Harga diri rendah
a. Mengkritik diri sendiri/orang lain
b. Produktivitas menurun
c. Gangguan berhubungan
d. Merasa diri paling penting
e. Destruktif pada orang lain
f. Merasa tidak mampu
g. Merasa bersalah dan khawatir
h. Mudah tersinggung/marah
i. Perasaan negatif terhadap tubuh
j. Ketegangan peran
k. Pesimis menghadapi hidup
l. Keluhan fisik
m. Penolakan kemampuan diri
n. Pandangan hidup bertentangan
o. Destruktif terhadap diri
p. Menarik diri secara sosial
q. Penyalahgunaan zat
r. Menarik diri dari realitas.
3. Keracunan identitas
a. tidak ada kode moral
b. Kepribadian yang bertentangan
c. Hubungan interpersonal yang eksploitatif
d. Perasaan hampa.
e. Perasaan mengambang tentang diri
f. Kerancuan gender
g. Tingkat ansietas tinggi
h. Tidak mampu empati terhadap orang lain
i. Masalah estimasi
4. Depersonalisasi
a. Afektif

15
- Kehilangan identitas
- Perasaan terpisah dari diri
- Perasaan tidak realistis
- Rasa terisolasi yang kuat
- Kurang rasa berkesinambungan
- Tidak mampu mencari kesenangan
b. Perseptual
- Halusinasi dengar dan lihat
- Bingung tentang seksualitas diri
- Sulit membedakan diri dari orang lain
- Gangguan citra tubuh
- Dunia seperti dalam mimpi.
c. Kognitif
- Bingung
- Disorientasi waktu
- Gangguan berpikir
- Gangguan daya ingat
- Gangguan penilaian
- Kepribadian ganda
d. Perilaku
- Pasif
- Komunikasi tidak sesuai
- Kurang spontanitas
- Kehilangan kendali terhadap impuls
- Tidak mampu memutuskan
- Menarik diri secara sosial

 Mekanisme Koping

1. Pertahanan jangka pendek

16
a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis, seperti
kerja keras, nonton, dan lain-lain.
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, seperti
ikut kegiatan sosial, politik, agama, dan lain-lain.
c. Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, seperti
kompetisi pencapaian akademik.
d. Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah
identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, seperti penyalahgunaan
obat.
2. Pertahanan jangka panjang
a. Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi
individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, dan potensi diri
individu.
b. Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai
harapan masyarakat
3. Mekanisme pertahanan ego
a. Fantasi
b. Disosiasi
c. Isolasi
d. Proyeksi
e. Displacement
f. Marah/amuk pada diri sendiri

2. Diagnosa
a. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
b. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
c. Gangguan konsep diri: citra tubuh berhubungan dengan koping keluarga
inefektif.

17
d. Gangguan konsep diri: identitas personal berhubungan dengan perubahan
penampilan peran.

3. Intervensi
Rencana intervensi keperawatan disesuaikan dengan diagnosis yang ditemukan. Pada
rencana intervensi berikut memberikan gambaran pada gangguan konsep diri, yaitu
harga diri rendah.
Tindakan Keperawatan pada Pasien :

 Tujuan

1. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


2. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3. Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
5. Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya

 Tindakan keperawatan

1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.


a. Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan
aspek positif seperti kegiatan pasien di rumah, serta adanya keluarga dan
lingkungan terdekat pasien.
b. Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan
pasien penilaian yang negatif.

2. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.


a. Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan
saatini setelah mengalami bencana.
b. Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
c. Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.

18
3. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan sesuai dengan
kemampuan.
a. Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan
dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
b. Bantu pasien menetapkan aktivitas yang dapat pasien lakukan secara
mandiri, aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga, dan
aktivitas yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan
terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat
dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar aktivitas atau
kegiatan sehari-hari pasien.
4. Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan
a. Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang
sudah dipilih pasien) yang akan dilatihkan.
b. Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang
akan dilakukan pasien.
c. Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang
diperlihatkan pasien.
5. Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya.
a. Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan. BAKKJ.indb 99 10/15/2014 8:53:49 AM100 Bagian I •
Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
b. Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap
hari.
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
aktivitas.
d. Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan
keluarga.
e. Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan
kegiatan.
f. Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan
pasien.

19
 Tindakan Keperawatan pada Keluarga

1. Tujuan
a. Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki.
b. Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai kemampuan.
c. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan
latihan yang dilakukan.
d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
2. Tindakan keperawatan
a. Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien.
b. Anjurkan memotivasi pasien agar menunjukkan kemampuan yang
dimiliki.
c. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan kegiatan
yang sudah dilatihkan pasien dengan perawat.
d. Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan perilaku
pasien.

4. Evaluasi

 Kemampuan yang diharapkan dari pasien

1. Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


pasien
2. Pasien dapat membuat rencana kegiatan harian
3. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki

 Kemampuan yang diharapkan dari keluarga

1. Keluarga membantu pasien dalam melakukan aktivitas


2. Keluarga memberikan pujian pada pasien terhadap kemampuannya
melakukan aktivitas

20
B. Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Skizofrenia

a. Definisi halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa.halusinasi identik dengan skizofrenia. Seluruh klien skizofrenia
diantaranya mengalami halusinasi.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang banyak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar.
Suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimulus eksternal ; persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami
persepsi pada halusinasi yang terjadi tanpa adanya stimulus yang terjadi. Stimulus
internal dipersepsikan sebagai suatu yang nyata ada oleh klien, (Muhith,2015).
Halusinasi merupakan keadaan seseorang mengalami perubahan dalam pola dan
jumlah stimulasi yang diprakarsai secara internal atau eksternal disekitar dengan
pengurangan, berlebihan, distorsi, atau kelainan berespon terhadap setiap stimulus
(Pardede, 2013).
Halusinasi hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata
(Kusumawati, 2012).
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai halusinasi
di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi
klien yang salah melalui panca indra terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau
rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah kondisi di mana
pasien mendengar suara, terutama suara-suara orang yang sedang membicarakan apa
yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

b. Proses Terjadinya Halusinasi


a) Biologis
Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor herediter
mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau

21
trauma kepala, dan riwayat penggunaan Napza. Abnormalitas perkembangan
sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif
baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian berikut:
1. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan
limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
2. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
3. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien
dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi
korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (postmortem).

b) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien adanya kegagalan yang berulang,
kurangnya kasih sayang, atau over protektif.

c) Sosial Budaya
Kondisi Sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.

c. Rentang Respon Halusinasi


a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal

22
jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut,
respon adaptif : 1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan. 2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan. 3)
Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman. 4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih
dalam batas kewajaran. 5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi
dengan orang lain dan lingkungan.

b. Respon Psikososial
Respon psikosial meliputi:
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
2) Ilusi adalah interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera
3) Emosi berlebihan atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindar interaksi dengan orang
lain

c. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun
respon maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakianan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertetangan dengan kenyataan
sosial
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur

23
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang
negatif mengancam

d. Jenis-Jenis Halusinasi
 Halusinasi Pendengaran. Mendengar suara atau kebisingan, paling sering
suara orang. suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata
yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap
antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana
klien mendengar perkataan bahwa 9 klien disuruh untuk melakuakn sesuatu
kadang dapat membahayakan. Halusinasi pendengaran adalah mendengar
suatu bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara
mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut.

 Halusinasi penglihatan. Stimulus visual dalam bentuk kelatan cahaya,


geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan
bisa yang menyenangkan dan menakiutkan seperti melihat monster.

 Halusinasi Penghirup. Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin,


dan feses umunya bau-bauan yang tidak menyenangkan.halusinasi penghirup
sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.

 Halusinasi Pengecap. Merasa seperti mengecap rasa darah, urin, dan feses.

 Halusinasi Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus


yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau
orang lain

 Chenestic. Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau


arter,pencernaan makan atau pembentukan urine.

 Kinistetik. Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

e. Konsep Asuhan Keperawatan

24
Untuk konsep asuhan keperawatannya tetap berpegang pada pengontrolan
halusinasi pasien. Untuk mengantur kepatuhan pasien terhadap minum obat,
makan pada perencanaan kita memsasukkan kriteria evaluasi klien dapat
mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mrncrgah halusinasi. Dengan
intervensi :
1. Klien dapat menyebutkan jenis, dosis dan waktu minum obat serta
manfaat dari obat tersebut dengan prinsip 5 benar
2. Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang diminum (nama, warna
dan besarnya) : waktuminum obat (jika 3x maka pukul 7.00, 13.00, dan
19.00) dosis dan cara.
3. Diskusikan proses minum obat :
a. Klien meminta obat kepada perawat atau kepada keluarga
b. Klien memeriksa obatnya sesuai dosis
c. Klien minum obat pada tepat waktu
4. Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter mengenai manfaat obat dan
efek sampingnya.

25
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya juga
didasarkan bagaimana orang lain memandangnya. Konsep diri sebagai cara memandang
individu terhadap diri secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual.
Penting diingat bahwa konsep diri ini bukan pandangan orang lain pada kita melainkan
pandangan kita sendiri atas diri kita yang diukur dengan standar penilaian orang lain.
(Muhith, 2015).
Skizofrenia merupakan gangguan mental berat dan kronis yang menyerang 20
juta orang diseluruh dunia (WHO,2019), sedangkan di Indonesia prevalensi skizofrenia
yaitu 1,7 per mil penduduk atau sekitar 400 ribu orang (riskesdes,2013), sedangkan hasil
Riskesdes (2018) didapatkan estimasi prevalensi orang yang pernah menderita
skizofrenia di Indonesia sebesar 1,8 per 1000 penduduk.

B. SARAN
Saya menyadari dan mengakui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu saya sangat berterima kasih dan berlapang dada serta mengharap kritik dan
saran dari pembaca guna untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang dalam
makalah ini.

26
DAFTAR PUSTAKA

Sutejo. (2018). Keperawatan Jiwa : Konsep dan Praktik asuhan keperawatan


kesehatan jiwa : gangguan jiwa psikososial. Yogyakarta. Pustaka Baru
Press
Santri, Trisna Widya. Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Gangguan
Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Pada Ny.S
https://www.who.int/newsroom/fact-sheets/
%20detail/schizophrenihttps://bpbd.banglikab.go.id/index.php/profil/74/Str
uktur-Organisasi.html
https://www.academia.edu/36672276/ASKEP_Jiwa_Pada_Gangguan_Konsep_D
iri
https://rsjiwajambi.com/wp-content/uploads/2019/09/buku-ajar-keperawatan-
kesehatan-jiwa-Ah.-Yusuf-Rizky-Fitriyasari-PK-Hanik-Endang-Nihayati-
1.pdf

27

Anda mungkin juga menyukai