Anda di halaman 1dari 20

Tugas Kelompok

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN

KASUS HARGA DIRI RENDAH KRONIS

DOSEN PEMBIMBING :

MUH. SYAHWAL., S. Kep., Ns., M., Kes

DISUSUN OLEH : KELOMPOK V

NAMA NIM
Fitriani Badudin D.0020.P.005
Rika Anggrila D.0020.P.019
Riski Ananda D.0020.P.020
Yeni D.0020.P.023
Muh. Aksan

PROGRAM STUDI III KEPERAWATAN

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat – Nya Kami dapat menyelesaikan makalah dan ini dengan judul “ Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Kasus Harga Diri Rendah“ dengan baik dan tepat waktu.
Adapun pembuatan tugas Laporan dan Asuhan Keperawatan. Pembuatan tugas ini
dilakukan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak, selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Jiwa yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan sesuai denga bidan studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan kepada semua pihak yang terlibat dan membantu dalam
pembuatan tugas ini, sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.Selain
itu, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap
kekurangan dalam pembuatan makalah ini agar selanjutnya kami dapat memberikan karya
yang lebih baik sempurna. Semoga Laporan dan Asuhan Keperawatan ini dapat
bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. MANFAAT

BAB II KONSEP DASAR

A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
C. PATOFISOLOGI
D. MANIFESTASI KLINIS
E. RENTANG RESPON KONSEP DIRI
F. TERAPI SOMATIK
G. PENTALAKSANAAN MEDIS
H. KOMPLIKASI

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Harga diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat yang dimiliki
seseorang terhadap diri mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu ukuran yang berharga
bahwa mereka memiliki sesuatu dalam bentuk kemampuan dan patut dipertimbangkan
( Townsend, 2005 ).

Harga diri rendah adalah suatu masalah utama untuk kebanyakan orang dan dapat
diekspresikan dalam tingkat kecemasan yang tinggi. Harga diri rendah kronik merupakan
suatu keadaan yang maladaptif dari konsep diri, dimana perasaan tentang diri atau
evaluasi diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang cukup lama. Termasuk
didalam harga diri rendah ini evaluasi diri yang negativ dan dihubungkan dengan perasaan
lemah, tidak tertolong, tidak ada harapan, ketakutan, merasa sedih, sensitif, tidak
sempurna, rasa bersalah, dan tidak adekuat. Harga diri rendah kronik merupakan suatu
komponen utama dari depresi yang ditunjukkan dengan perilaku sebagai hukum dan tidak
mempunyai rasa ( Stuart & Laraia, 2001 ).

Beberapa penelitian menunjukan depresi yang mengakibatkan karena harga diri


rendah, yang salah satunya mempunyai hasil 15.600 siswa disekolah Amerika, tingkat 6-
10 menunjukan harga diri rendah yang diakibatkan karena sering dilakukan
pengintimidasian / pengejekan berakibat menimbulkan resiko depresi pada usia dewasa.

Pemerintah hanya mengalokasikan anggaran dibawah 1% untuk penyakit jiwa ( mental


health ) dari total anggaran kesehatan di Indonesia. Jika dibandingkan dengan Thailand
yang mengalokasikan dana untuk penyakit jiwa sebesar 3%, Australia 8%, dan Negara
Maju diatas 10%, persentase anggaran kesehatan jiwa di Indonesia sangat kecil, bahkan
yang terkenal di Asia.

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan umum di Negara-
Negara Maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
menyebabkan kematian secara langsung. Namun gangguan tersebut dapat menimbulkan
ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidaktepatan individu dalam berperilaku
yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat
pembangunan karena mereka tidak produktif ( Hawari, 2001 ).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Teori Harga Diri Rendah Kronis
2. Bagaiman Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Harga Diri Rendah

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep medis dari Harga Diri Rendah Kronis
2. Mahasiswa dapat menguasai konsep keperawatan dari Harga Diri Rendah
BAB II

KONSEP DASAR

A. Definisi

Harga diri rendah adalah perasaan bahwa dirinya tidak diterima dilingkungan dan
gambaran-gambaran negatif tentang dirinya ( barry & fitria, 2009 ).

Harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai keberadaan dirinya lebih
rendah dibandingkan orang lain yang berpikir adalah hal negatif diri sendiri sebagai
individu yang gagal, tidak mampu, dan tidak berprestasi ( keliat, 2010 ).

Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan. Selain itu,
gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri, kemampuan,
yang diekspresikan secara langsung atau tidak langsung ( Rasmun, 2015 ).

Berdasarkan tiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan harga diri
rendah adalah gangguan konsep diri dimana harga diri merasa gagal mencapai keinginan,
perasaan tentang diri yang negatif, dan merasa dirinya lebih rendah dibandingkna orang
lain.

B. Etiologi

Menurut Stuart Sunden ( 2015 ), etiologi dari harga diri rendah meliputi stressor dari
faktor predisposisi dan prespitasi, yaitu :

1. Faktor Predisposisi

Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya harga diri rendah, meliputi :

a. Faktor Biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa,riwayat penyakit atau trauma kepala.
b. Faktor Psikologis
Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan adanya
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan harapan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, penilaian negatif pasien terhadap
gambaran diri, krisis identitas, peran yang terganggu, ideal iri yang tidak realistis,
pengaruh penilaian internal individu.
c. Faktor Sosial Budaya
Pengaruh soaial budaya meliputi penilaian negatif dari lingkungan terhadap pasien
yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi rendah, riwayat penolakan
lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak, dan tingkat pendidikan rendah.
2. Faktor Presipitasi
Faktor predisposisi harga diri rendah, yaitu :
a. Trauma : penganiyaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan
b. Ketegangan Peran : berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapakn dan
individu mengalami sebagai frustasi.
Ada tiga jenis transisi peran, yaitu :
 Transisi Peran Perkembangan : meliputi perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan
 Transisi Peran Situasi : terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
kelurga melalui kelahiran atau kematian
 Transisi Peran Sehat-Sakit : sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat dan
sakit. Transisi ini dapat dicetuskan sebagai kehilangan sebagai tubuh,
perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur medis dan
keperawatan.
C. Patofisiologi

Harga diri rendah kronis merupakan proses kelanjutan dari harga rendah diri krisis
situsional yang tidak selesaikan, atau dapat juga terjadi karena individu tidak pernah
mendapat feel back dari lingkungan tentang perilaku sebelumnya atau bahkan mungkin
kecenderungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif untuk mendorong individu
menjadi harga diri rendah.

Harga diri rendah kronis disebabkan oleh banyak faktor. Awalnya individu berada
pada situasi yang penuh dengan situasi stressor ( krisis ). Individu berusaha menyelesaikan
krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa
gagal menjalan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situsional, jika
lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi
secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.

D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang biasa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri
rendah, ( Fitria, 2009 ), yaitu :

1. Mengkritik diri sendiri


2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi selera makan berkurang dan tidak berani menatap lawan
bicara
9. Lebih banyak menunduk
10. Bicara lambat dengan nada suara lemah

E. Rentang Respon Konsep Diri

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Aktualisasi diri Konsep Harga kkkeracunan Depersonalisasi
Diri diri identitas
positif Rendah

Keterangan :

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman
yang sukses diterima
2. Kosep diri positif adalah individu mepunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisai diri
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif
4. Keracunan identittas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan, serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.

F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Keliat ( 2010 ), menguraikan 4 cara untuk meningkatkan harga diri rendah, yaitu :
a. Memberi kesempatan untuk berhasil
b. Menanamkan gagasan
c. Mendorong aspirasi
d. Membantu membentuk koping
2. Penatalaksanaan Medis
a. Clorpromazine ( CPZ )
 Indikasi untuk psikosis yang berat dalam kemampuan menilai realitas,
kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan perasaan dan
perilaku aneh, tidak bekerja, hubungan sosial dan melakukan aktivitas
rutin
 Efek samping : sedasi, gangguan otonomik, serta endokrin
b. Haloperidol ( HPL )
 Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas dalam fungsi
netral serta fungsi kehidupan sehari-hari
 Efek samping : sedasi, gangguan otonomik, serta endokrin
c. Trihexyphenidyl ( THP )
 Segala jenis penyakit prankinson, termasuk pasca enchepalitis dan
idiopatik
 Efek samping : hypersensitiv terhadap trihexyhenidyl, psikosis berat,
psikoneurosis dan obstruksi saluran cerna.
d. Terapi Okupasi / Rehabilitasi
Terapi yang terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan menggunakan
aktivitas terpilih sehingga media aktivitas tersebut berupa kegiatan yang
direncanakan sesuai tujuan ( Seraqualel, 2010 ).
e. Psikoterapi
Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan
individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk
mengembalikan penderita ke masyarakat ( Seraquel, 2010 ).

G. Komplikasi

Komplikasi yang muncul pada pasien dengan harga diri rendah, yaitu :

1. Isolasi sosial
2. Perilaku kekerasan
3. Halusiansi pendengaran dan halusinasi penglihatan
4. Waham
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, alamat, agama, dan dari penanggung jawab
2. Keluhan Utama :
3. Faktor Predisposisi : Meliputi faktor yang mempengaruhi harga diri, penampilan
peran, dan identitas diri
4. Faktor Predispitasi : Meliputi faktor internal dan eksternal, misalnya trauma dan
ketegangan peran ( transisi peran : perkembangan, situasi, sehat-sakit ).
5. Pemeriksaan Fisik : Mengukur dan mengobservasi TTV, ukur TB, dan BB,
aktivitas sehari-hari, pola tidur, pola istrahat, rekreasi, dan kaji fungsi organ tubuh
bila ada keluhan.
6. Faktor Psikososial : Yang terdiri Genogram, konsep diri, hubungan sosial dan
spritual
7. Faktor Spritual : Mengenai nilai dan keyakinan serta kegiatan beribadah.
8. Status Mental : Yang terdiri dari penampilan klian rapi atau tidak, amati
pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien ( sedih, takut,
khawatir ), afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir,
isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung,
kemampuan penilaian, dan daya tarik diri.
9. Mekanisme Koping : Koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptif

B. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar situasi traumatis ( D.0086)
2. Koping tidak efektif berhubungan ketidakcukupan persiapan untuk menghadapi
stresor ( D.0096 )
3. Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan fisik dan status mental ( D.0121 )
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Standar Luaran Intervensi Keperawatan


Keperawatan Keperawatan ( SLKI )
( SDKI ) ( SLKI )
Harga diri rendah kronis Setelah dilakukan Manajemen Perilaku
tindakan asuhan Tindakan
keperawatan diharapkan a. Observasi
harga diri menigkat, maka  Identifikasi harapan
Kriteria Hasil : untuk
 Penilaian diri mengendalikan
positif meningkat perilaku
 Perasaan memiliki b. Terapeutik
kelebihan atau  Diskusikan tanggung
kemampuan jawab terhadap
positif terhadap perilaku
diri sendiri  Jadwalkan kegiatan
meningkat terstruktur
 Minat mencoba  Ciptakan dan
hal baru pertahankan
meningkat lingkungan dak
 Berjalan kegiatan perawatan
menampakan  Tingkatkan aktivits
wajah menigkat fisik sesuai
kemampuan
 Batasi jumlah
pengunjung
 Bicara dengan nada
rendah dan tenang
c. Edukasi
 Informasikan
keluarga bahwa
keluarga sebagai
dasar pembentukan
kognitif
Koping Tidak Efektif Setelah dilakukan Dukungan Pengambilan
tindakan asuhan Keputusan
keperawatan diharapkan Tindakan:
stasus koping membaik, a. Observasi
maka  Identifikasi persepsi
Kriteria hasil : mengenai masalah
 Kemampuan dan inforamsi yang
memenuhi peran memicuh konflik
sesuai usia b. Terapiutik
meningkat  Motivasi
 Perilaku koping meningkatkan tujuan
adaktif meningkat perawatan yang
 Verbalisasi diharapkan
kemampuan  Menghormati hak
mengatasi masalah pasien untuk
meningkat menerima dan
 Verbalisasi menolak informasi
menyalakan orang c. Edukasi
lain menurun  Informasi
alternatifsolusi
secara jelas
 Berikan informasi
yangdiminta pasien
d. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain
dalam menfasilitasi
pengambilan
keputusan
Isolasi Sosial Setelah dilakukan Promosi Sosialisasi (I.13498)
tindakan asuhan Tindakan
keperawatan diharapkan a. Observasi
keterlibatan sosial  Identifikasi
meningkat, maka kriteria kemampuan
hasil : melakukan
 Minat interaksi interaksi dengan
meningkat orang lain
verbalisasi isolasi  Identifikasi
meningkat hambatan
 Verbalisasi melakukan
ketidakmampuan interaksi dengan
didepan umum orang lain
menurun b. Terapeutik
 Perilaku menarik  Motivasi
diri menurun meningkatkan
keterlibatan
dalam suatu
hubungan
 Motivasi
mengembangkan
kesabaran dalam
membangun
hubungan
 Motivasi
berpartisipasi
dalam aktivitas
baru dan kegiatan
berkelompok
 Anjurkan
berinteraksi diluar
lingkungan
( misal, jalan-
jalan ke toko
buku )
c. Edukasi
 Anjurkan
berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
 Anjurkan ikut
serta dalam
kegiatan sosial
dan
kemasyarakatan
d. Kolaborasi
 Anjurkan berbagi
pengalaman
dengan orang lain
BAB IV

STRATEGI PELAKSANAAN ( SP )

A. SP Ke-1 Pasien : Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1 : Mendiskusikan


kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah
dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam
rencana harian.
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik :

“ Assalamualaikum Bu, perkenalkan saya perawat Yeni. Saya Mahasiswa dari


kampus Stikes Karya Kesehatan Kendari. Saya sedang praktik disini dan akan
merawat Ibu dari jam 08-00 pagi – 14.00 siang nanti ya Bu. Kalau boleh tahu
nama Ibu siapa ?

b. Evaluasi / Validasi :
“ Bagaimana kabarnya Bu Fitri hari ini ?
c. Kontrak, Topik, Waktu, Tempat :
Perawat : Ibu Fitri, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan
dan kemampuan yang Ibu miliki ? setelah itu kita akan nilai kegiatan mana
yang masih dapat Ibu Fitri lakukan di Rumah Sakit. . Setelah kita nilai, kita
akan pilih beberapa kegiatan untuk kita latih. Apakah Bu Fitri bersedia ?
Pasien : Baik. Saya bersedia Suster
Perawat : Berapa lama Bu Fitri mau berbincang-bincang ? Bagaimana kalau
20 menit ?
Pasien : Iya Suster
Perawat : Dimana tempat kita mau berbincang-bincang Bu ? Bagaimana kalau
di ruangan ini saja ?
Pasien : Iya diruangan ini saja Suster
2. Tahap Kerja

“Sebelumnya saya ingin menanyakan tentang penilaian Ibu terhadap diri Ibu,
mengatakan merasa tidak berguna kalau dirumah. . Apa yang menyebabkan Ibu
merasa demikian ? Jadi Ibu merasa telah gagal memenuhi keinginan orang tua
Ibu, apakah ada hal lain yang tidak menyenangkan yang Ibu rasakan.

“Bagaimana hubungan Ibu dengan keluarga dan teman-teman setelah Ibu


merasakan hidup Ibu yang tidak berarti dan tidak berguna ? Oh, Ibu menjadi
malu, ada lagi Bu ? tadi Ibu mengatakan gagal dalam memenuhi keinginan orang
tua. Sebenarnya apa harapan dan cita-cita Ibu ? Yang mana saja harapan Ibu yang
sudah tercapai ? Bagaimana usaha Ibu untuk mencapai harapan yang belum
terpenuhi.

“Agar dapat mencapai harapan-harapan Ibu, mari kita sama-sama menilai


kemampuan yang Ibu miliki ? Bagus, apalagi Bu ? Kegiatan rumah tangga yang
biasa Ibu lakukan ? Bagus, apa lagi ?.

“ Wah bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan yang ibu miliki. Nah
sekarang dari 5 kemampuan yang Ibu miliki, mana yang masih dapat
dilakukan di Rumah Sakit ? Coba yang kita lihat bisa Bu ? yang kedua Bu
sampai kegiatan yang kelima. Bagus sekali, ternyata ada empat kegiatan yang
masih dapat Ibu lakukan di Rumah Sakit.”

“ Nah dari keempat kegiatan yang telah dipilih untuk dikerjakan di Rumah Sakit,
mana yang dilatih hari ini ? Baik mari kita merapikan tempat tidur, tujuannya
agar Ibu dapat meningkatkan kemampuan merapikan tempat tidur dan
merasakan manfaatnya. Bagaimana menurut Ibu ?

“Nah kalau kita akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya, kemudian kita angkat sepreinya, dan kasurnya kita balik. Nah
sekarang lagi kita pasang sepreinya. Kita mulai dari arah atas ya Bu. Kemudia
bagian kakinya, tarik dan masukkan, lalu bagian pinggir dimasukkan,
sekarang ambil bantal, rapikan dan letakkan dibagian atas kepala. Mari kita
lipat selimut. Nah letakkan dibagian bawah. Bagus menurut Ibu, bagaimana
perbedaan tempat tidur setelah dibersihkan dibandingkan sebelum
dibersihkan.
a. aEvaluasi Data Subjektif
3. tahap Terminasi
a. Evaluasi Data Subjektif
“ Bagaimana kabarnya ini hari Bu Fitri ?
b.Evaluasi Data Objektif
“Nah coba Ibu sebutkan lagi lagi langkah-langkah merapikan tempat tidur ?
c. Tindakan Lanjutan
“ Baiklah sekarang mari kita masukkan pada jadwal harian. Bu Fitri mau
berapa kali melakukannya ? Bagus, 2 kali dalam sehari, yaitu pada jam 08.00
Pagi dan 4jam setelah istrahat makan siang. Jika Bu Fitri melakukannya secara
mandiri, maka Bu Fitri tulis dikolom M ( Mandiri ), jika Bu Fitri melakukanya
dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman, maka tulis dikolom B
( Bantuan ), jika Bu Fitri tidak melakukan, maka tulis dikolom T ( Tidak ).
Apakah Ibu Fitri mengerti ?
d.Kontrak Yang Akan Datang, Topik, Waktu, Tempat :
Perawat : Baiklah Bu Fitri, Bagaimana kalau besok pagi kita latihan lagi
kemampuan yang kedua.
Pasien : Baik Suster ( Sambil menggangguk )
Perawat : Ibu Fitri mau jam berapa latihan besok ?
Pasieng : Jam 08.30 Pagi Suster
Perawat : Tempatnya dimana Bu ? Bagaimana kalau disini saja, jadi besok kita
ketemu disini pada jam 08.30 Pagi ya Bu.
Pasien : Baik Suster

B. SP Ke-2 Pasien : Harga diri rendah Pertemuan Ke-2 :


1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Assalamualaikum Bu, apakah Ibu Fitri masih ingat dengan saya ?
b.Evaluasi / Validasi

“Bagaiman perasaan Ibu pagi ini ? bagaiman dengan perasaan negatif yang Ibu
rasakan ? Bagus sekali berarti perasaan tidak berguan yang Ibu rasakan sudah
berkurang. Bagaimana dengan kegiatan merapikan tempat tidur ? boleh saya lihat
tempat tidurnya ? Tempat tidurnya rapi sekali.

“Sekarang mari kita lihat jadwalnya, wah ternyata Ibu telah melakukan kegiatan
merapikan tempat tidur sesuai jadwal, lalu manfaat apa yang Ibu rasakan dengan
melakukan kegiatan merapikan tempat tidur secara terjadwal ?
c. Kontrak, Topik,Waktu, Tempat :
Perawat : Baiklah Bu Fitri, sesuai dengan janji kita kemarin bahwa hari ini
kita akan latihan kedua yaitu mencuci piring. Apakah Ibu bersedia ?
Pasien : Iya. Saya bersedia Suster
Perawat : kita akan melakukan latihan mencuci piring selama 30 menit ya Bu
Perawat : Dimana Tempat Ibu mau cuci piring ?Bagaimana kalau diruangan
dapur saja
Pasien : Baik Suster
2. Tahap Kerja :
Baik sebelum mencuci piring, kita persiapkan dulu perlengkapan untuk mencuci
piring. Menurut Ibu apa saja yang perlu kita persiapkan saat mencuci piring ? Ya
bagus, jadi sebelum kita mencuci piring kita perlu menyiapkan alatnya yaitu sabun
cuci piring dan spoons untuk membersihkan piring. Selain itu, juga tersedia air
bersih untuk membilas piring yang telah kita sabuni.

“ Nah sekarang bagaimana langkah-langkah atau cara mencuci piring yang biasa
Ibu lakukan ? Benar sekali, tapi sebaiknya sebelum kita mencuci piring pertama
kita bersihkan piring dari sisa-sisa makanan dan kita kumpulkan disatu tempat atau
tempat sampah. Kemudian kita basahi piring dengan air lalu sabuni seluruh
permukaan piring, dan kemudian dibilas hingga bersih sampai piringnya tidak
terasa licin lagi. Kemudia kita letakkan pada rak piring yang tersedia.

3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Data Subjektif
“ Bagaiman perasaan Ibu setelah kita cuci piring ?
b. Evaluasi Data Objektif
“ Nah coba Ibu sebutkan kembali langkah-langkah cuci piring yang baik ?
Bagus Bu.
c. Tindakan Lanjutan
“ Bagaiman jika kegiatan cuci piring dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
Ibu Fitri ? Mau berapa kali Ibu mencuci piring ? Bagus sekali Ibu, mencuci
piring tiga kali setelah sarapan, makan siang dan makan malam. Coba Ibu
lakukan dan jagan lupa memberi tanda M ( Mandiri ), jika Ibu Fitri dilakukan
tanpa disuruh tulis dikolom B ( Bantuan ), dan jika diingatkan untuk
melakukan dan T ( Tidak ) tidak dilakukan.
d. Kontrak Yang Akan Datang, Topik, Waktu, Tempat :
Perawat : Baiklah Bu, besok saya akan kembali lagi untuk meelatih
kemampuan yang ketiga yaitu menyapu. Bagaimana menurut Bu Fitri ?
Pasien : Baik Suster
Perawat : Ibu mau jam berapa besok latihan ?
Pasien : Jam 09.00 Pagi Suster
Perawat : Baik jam 09.00 Pagi ya Bu.
Perawat : Dimana tempat kita akan latihan besok Bu ? Bagaimana kalau
dikamar Ibu Fitri, jadi besok kita akan ketemu di ruangan kamar Ibu pada jam
09.00 Pagi ya Bu. Oke. Sampai jumpa Bu.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Harga diri rendah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan. Selain itu,
gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri, kemampuan,
yang diekspresikan secara langsung atau tidak langsung ( Rasmun, 2015 ).

B. Saran

Dalam pembuatan tugas Asuhan keperawatan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kelompok kami meminta saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Stuart & Laraia ( 2001).Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakrta : EGC

Hawari ( 2001 ).Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC

Tounsned ( 2005).Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Keliat ( 2010 ). Gangguan Konsep Diri Pada Klien Gangguan Jiwa, Jakarta : EGC
Rasmun ( 2015 ). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga,
Jakarta : Fajar Interpretama
Struat & Sunden ( 2015 ). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Jiwa Psikiatri Terintegrasi
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai