1.Definisi
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai
reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai
ancaman, pengungkapan marah yang konstruktif dapat membuat
perasaan lega. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis (Riyadi & Purwanto, 2009). Perilaku kekerasan menurut
Kusumawati dan Hartono (2011) adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik,
baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan
aduh, gelisah yang tidak terkontrol.
.
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa perilaku
kekerasan adalah suatu tindakan dengan tenaga yang dapat membahyakan
diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan yang bertujuan untuk melukai yang
disebabkan karena adanya konflik dan permasalahan pada seseorang baik
secara fisik maupun psikologis
Etiologi
Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang mendasari
atau mempermudah terjadinya perilaku yang
terwujud dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai
kepercayaan maupun keyakinan berbagai
pengalaman yang dialami setiap orang merupakan
faktor predisposisi artinya mungkin terjadi
mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan (Direja,
2011).
Patofisiologi
Stres, cemas, harga diri rendah, dan bermasalah dapat menimbulkan marah.
Respon terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal.
Secara eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku konstruktif maupun
destruktif. Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan
kata-kata yang dapat di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati otrang lain.
Selain akan memberikan rasa lega, ketegangan pun akan menurun dan akhirnya
perasaan marah dpat teratasi. Ras marah diekspresikan secara destruktif,
mislanya dengan perilaku agresif, menantang biasanya cara tersebut justru
menjadikan masalah berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang di
tunjukan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Yosep, 2011)
4. Manifestasi Klinis
a.Fisik Mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wjah merah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
Verbal Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kasar, bicara dengan
nada keras, kasar, dan ketus.
b.Perilaku Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
Emosi Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,
dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
c.menyalahkan, dan menuntut.
Intelektual Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dn
jarang mengeluarkan katakata bernada sarkasme.
Penatakalsanaan
Penatalaksanaan umum CONTENTS
Terapi farmakologi untuk pasien jiwa menurut Kusumawati &
Hartono (2010) adalah sebagai berikut :
Anti Psikotik
jenis : Clorpromazin (CPZ), Haloperidol (HLP) mekanisme kerja :
Menahan kerja reseptor dopamin dalam otak sebagai penenang,
menurunkan aktifitas motorik, mengurangi insomnia, sangat
efektif untuk mengatasi : delusi, halusinasi, ilusi, dan gangguan
proses berfikir.
.
-. Anti Ansietas CONTENTS
Jenis : Atarax, Diazepam (chlordiazepoxide) Mekanisme kerja : meredakan ansietas atau
ketegangan yang berhubungan dengan situasi tertentu.
Efek samping :
Pelambatan menral, mengantuk, vertigo, bingung, tremor, letih, depresi, sakit kepala,
ansietas, insomnia, kejang delirium, kaki lema, ataksia, bicara tidak jelas.
Hipotensi, takikardia, perubahan elektro kardio gram, pandangan kabur. c. Anoreksia, mual,
mulut kering, muntah, diare, konstipasi, kemerahan dermatitis, gatal-gatal. Kontraindikasi :
Penyakit hati, klien lansia, penyakit ginjal, glaukoma, kehamilan, menyusui, penyakit
parnafasan.
CONTENTS
-.Sistem pencernaan
terganggu karena ruang di perut terdesak tulang,
sehingga kerja peristaltic usus kian menurun5.
-. System neuromuskuler
Berdampak tidak baik pada struktur disekitarnya,
salah satunya adalah menekansaraf yang
berseliweran di tulang belakang, gejalanya dapat
berupa pegal,kesemutan, sulit bernafas (karena
fungsi paru-paru dan jantung terganggu),
cepatmerasa lelah, susah untuk fokus, dan lain
sebagainya
7. Pemeriksaan penunjang CONTENTS
a. Skoliometer
merupakan sebuah alat untuk mengukur sudut kurvatura.
Pengukuran ini dilakukan dengan cara memberi pasien posisi
membungkuk, lalu atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah
tergantung pada lokasi kurvatura.Sebagai contoh, kurva di bawah vertebra
lumbal akan membutuhkan posisimembungkuk lebih jauh disbanding kurva
pada thorakal. Kemudia, skoliometerdiletakkan pada apeks kurva, dan
biarkan skoliometer tanpa ditekanm kemudian baca angka derajat kurva
b. Rontgen tulang belakangX-Ray
Proyeksi dimana foto polos harus diambil dengan posterior
dan lateral penuh terhadap tulang belakang dan keista iliaka
dengan posisi tegak, untukmenilai derajat kurva dengan
metode Cobb dan menilai maturitas skeletal denganmetode
Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi
vertebra, pada proyeksi posterior-anterior. Vertebra yang
mengarah ke puncak prosessusssupineus menyimpang ke
garis tengah, ujung atas dan bawah kurva
diidentifikasisewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh
kembaliPemeriksaan dasar yang penting adalah foro polos
tulang punggung yang meliputi:a.
a.Foto AP dan Lateral pada posisi berdiri : bertujuan untuk
menentukan derajat pembengkokan scoliosis.
b. Foto AP telungkup
c.. Foto Force bendin R dan L: bertujuan untuk menentukan
derajat pembengkokan setelah dilakukan bending.
d.Foto pelvik AP3.
A.Pengkajian Keperawatan
Berdasarkan dari Nurhalimah, 2016 konsep asuhan keperawatan
sebagai berikut :
Identitas Klien Identitas klien
yang perlu ditulis adalah nama klien, jenis kelamin, umur (biasanya
pada usia produktif), pendidikan (segala jenis/tingkat pendidikan
berisiko perilaku kekerasan), pekerjaan (tingkat keseriusan/tuntutan
dalam perkerjaannya dapat menimbulkan masalah), status (belum
menikah, menikah atau bercerai), alamat, kemudian nama perawat.
Alasan masuk rumah sakit dan faktor prespitasi
Faktor yang membuat klien melakukan perilaku kekerasan.
Faktor Predisposisi
Hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku kekerasan klien, baik
dari pasien, keluarga, maupun lingkungan (Nurhalimah, 2016).
4:Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : klien dengan resiko
perilaku kekerasan biasanya muka
merah, pandangan tajam, sakit fisik,
napas pendek, yang menyebabkan
perubahan memori, kognitif, alam
perasaan dan kesadaran.
Tanda-tanda vital Tekanan darah :
hipertensi/normal Nadi :normal atau
tidak Suhu : meningkat/normal
Pernapasan : napas pendek Berat
badan : mengalami penurunan akibat
nafsu makan menurun Keluhan fisik :
muka merah, pandangan tajam.
Psikososial
Genogram
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Edukasi
- Jelaskan Tujuan dan prosedur
Pemantauan
- Infotmasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Thank you