Kanker leher rahim atau karsinoma serviks adalah penyakit akibat tumor pada daerah
mulut rahim akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal disekitarnya ( Andi, 2011)
Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim yaitu daerah
pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara
rahim (uterus) dengan liang senggama wanita ( Wijaya,2010)
Kanker serviks adalah satu penyakit yang ganas dibidang kebidanan dan penyakit
kandungan yang masih menempati posisi tertinggi sebagai kanker yang menyerang kaum
perempuan (Manuaba,2010)
2.2 PENYEBAB KANKER SERVIKS
Menurut Kumalasari & Iwan,2012 Beberapa faktor resiko dan predisposisi yang
menyebabkan wanita terpapar HPV (Human Papiloma Virus) diantaranya adalah :
1. Menikah atau memulai aktifitas seksual pada usia muda (<20 tahun).
2. Jumlah kehamilan dan partus (bersalin terlalu banyak dan jarak persalinan terlalu dekat).
3. Perilaku seksual. Resiko meningkat pada perempuan yang memiliki partner seks lebih dari
satu, atau berhubungan seksual dengan laki-laki beresiko tinggi (laki-laki yang memiliki
banyak partner seks atau terdapat kandiloma pada penis).
4. Riwayat infeksi di daerah kelamin dan radang panggul.
5. Sosial ekonomi rendah. Faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas, dan
personal hygine. Pada golongan ini umumnya kuantitas (jumlah) dan kualitas (mutu)
makanan kurang dan mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Pasangan/suami yang tidak di sunat.
7. Merokok dan pemakaian AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim).
8. Defisiensi zat gizi. Kekurangan asam folat, beta karoten dan vitamin (A, C, dan E).
Menurut Ida Bagus Gede Manuaba, Ida Ayu Chandranita Manuaba, Ida Bagus Gede
Fajar Manuaba, 2010, kanker serviks dapat juga dapat
pappilomavirus (HPV) pada 70,00 % 80,00 % kasus. Pada HPV tipe tertentu dapat
menyebabkan kanker serviks (leher rahim) yaitu HPV tipe 16 dan 18 yang DNAnya
berkaitan dengan genom protein, menimbulkan protein E6 dan E7 yang bersifat tumorigenic
protein. Penularan virus HPV bisa terjadi melalui hubungan seksual, terutama yang
dilakukan dengan berganti-ganti pasangan, pasangan yang menderita gonnorea dan sifilis.
2.3 TANDA DAN GEJALA
yang dilakukan, disesuaikan dengan stadium pada kanker serviks yaitu sebagai berikut :
Stadium prakanker dapat dilakukan dengan cara seperti krioterapi, vaporisasi leser,
elektrokoagulasi diatermi, dan konisasi.
2.
Stadium 0 (karsinoma in-situ) dilakukan terapi operasi berupa konisasi (jika pasien masih
muda dan menginginkan anak) yaitu dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput
lendir serviks, epitel gepeng dan kelenjarnya atau operasi histerektomi sederhana.
3. Stadium IA-IIA dilakukan dengan operasi histerektomi sederhana atau radiasi.
4. Stadium IIB-IIIB dilakukan radiasi atau kemoradiasi.
5. Stasium IV : Terapi paliatif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup.
1. Sudah menikah
2. Pernah melakukan hubungan seksual
3. Tidak sedang datang bulan/haid
4. Tidak sedang hamil
4) Lidi berkapas
5) Asam asetat 3-6 % (Asam cuka)
6) Ember plastik berisi larutan klorin 0,5%
7) Tempat sampah
8) Bengkok
3. Persiapan Penolong : 1) Melakukan cuci tangan di bawah air mengalir
2) Memakai handscoen
4. Persiapan Lingkungan : 1) Jendela ditutup
2.11.2 CARA KERJA
Cara kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Pasien diminta menandatangani informed consent
2. Pasien dijelaskan mengenai prosedur yang akan dijalankan
3. Cuci tangan dibawah air mengalir
4. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (Posisi terlentang dengan mengangkat
kedua kaki dan ditarik ke atas perut)
5. Memperhatikan vulva apakah ada tanda-tanda infeksi dan kelainan.
6. Memasukan speculum kedalam vagina pasien secara perlahan-lahan, lalu dibuka
untuk melihat serviks uteri.
7. Serviks uteri dilihat apakah ada tanda-tanda infeksi dan kelainan lainnya.
8. Dengan menggunakan lidi berkapas, larutan asam asetat 3-6% dioleskan ke leher
rahim.
9. Hasil dilihat:
Bila luka atau lesi pada leher rahim berubah menjadi keputihan, maka hasilnya positif (+).
Hasil positif menunjukkan bahwa klien positif kanker.
Bila warna tidak berubah menjadi putih, maka hasilnya negatif (-). Hasil negatif
menunjukkan bahwa klien tidak menderita kanker.
10. Speculum dikeluarkan dari vagina secara perlahan-lahan.
11. Ibu diberitahu bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan.
12. Ibu dirapikan, alat-alat dibuka dan direndam dalam ember plastik berisi larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
13. Handscoen dilepas dalam air klorin
14. Cuci tangan dibawah air mengalir
15. Menyelesaikan dokumentasi
2.11.3 HASIL PEMERIKSAAN IVA
Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) hasil pemeriksaan IVA dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. IVA negatif (-) artinya menunjukkan leher rahim normal.
2. IVA positif (+) artinya ditemukan bercak putih Bila luka atau lesi pada leher rahim
berubah menjadi keputihan, maka hasilnya positif (+). Hasil positif menunjukkan
bahwa klien positif kanker.
3. Jika masih tahap lesi atau lecet, pengobatan cukup mudah, bisa langsung diobati
dengan metode krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas karbondioksida
atau nitrogen ke leher rahim.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gede., Ida Ayu Chandranita Manuaba., Ida Bagus Gede Fajar Manuaba. 2010.
Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta : Trans Info Media.
Manuaba, Ida Ayu Sri Kusuma Dewi Suryasaputra., Ida Ayu Chandranita Manuaba., Ida Bagus Gede
Fajar Manuaba., Ida Bagus Gede Manuaba. 2009. Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta: EGC.
Melianti Mira. 2011. Skining Kanker Serviks dengan Metode Inspeksi Visual deang Asam Asetat
(IVA) test. (http://stikesdhb.ac.id/kebidanan/91-skrining-kanker-serviks.html. Diakses 2
November 2014 jam 20.27 wib)
Novel S.Sinta dkk. 2010. Kanker Serviks dan Infeksi Human Pappilomavirus (HPV). Jakarta :
Javamedia Network
Sukaca E. Bertiani. 2009. Cara Cerdas Menghadapi KANKER SERVIK (Leher Rahim). Yogyakarta:
Genius Printika
Wijaya Delia. 2010. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Servik. Yogyakarta : Sinar Kejora
SCREENING
Screening atau penyaringan kasus adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang
belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat
dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan
orang yang mungkin tidak menderita.
TUJUAN SCREENING :
1. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap orangorang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit, yaitu orang yang
mempunyai resiko tinggi terkena penyakit (Population at risk).
2. Dengan ditemukan penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas
sehingga tidak membahayakan dirinya atau lingkungan dan tidak menjadi sumber
penularan penyakit.