Anda di halaman 1dari 48

Tatalaksana Balita Gizi Buruk

dan Stunting Terintegrasi


Dr. Dewi MD Herawati, drg, MSi
Tujuan Tatalaksana

 Dampak jangka pendek gizi buruk dan stunting adalah adanya


gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak, ggn massa
otot dan komposisi tubuh, ggn metabolism KH, lemak dan
protein serta ggn hormonal dan system tubuh yg lain
 Dampak jangka panjang adalah rendahnya kecerdasan dan
prestasi akademik, kekebalan tubuh dan produktifitas kerja.
Selain itu juga meningkatkan risiko PTM: diabetes, obesitas,
penyakit jantung coroner, hipertensi, kanker, stroke dan penuaan
dini
Pada anak sakit tujuan tatalaksana untuk tetap
memelihara tumbuh kembang, pemenuhan
kebutuhan nutrisi sangat bermanfaat untuk
mempercepat proses penyembuhan,
memperpendek masa perawatan, mengurangi
terjadinya komplikasi, menurunkan morbiditas dan
mortalitas.
Pemeriksaan BB, TB atau PB, LiLA
Pemeriksaan klinis
di pustu/puskesmas

Bayi <6 bulan dengan satu atau Balita usia 6 – bulan dengan satu Balita usia 6 – bulan dengan Balita usia 6 – bulan dengan
lebih tanda berikut: atau lebih tanda berikut: satu atau lebih tanda berikut: satu atau lebih tanda berikut:
 Terlihat sangat kurus  Terlihat sangat kurus  Terlihat sangat kurus  Skor Z BB/PB atau BB/TB < -2
 Skor Z BB/PB < -3 SD (jika  Edema pada seluruh tubuh  Edema minimal, pada kedua SD s.d -3 SD)
panjang > 45 cm) (edema derajat +3) punggung kaki/tangan (derajat  Bila LiLA antara 11,5-12,4 cm
 terlihat gizi buruk  Skor Z BB/PB atau BB/TB <-3 SD +1 atau +2)
 ada edema  LiLA<11.5 cm  Skor Z BB/PB atau BB/TB <-3 Dan TANPA edema dan komplikasi
 terlalu lemah untuk menyusu SD medis
 berat badan tidak naik salah satu atau lebih tanda-tanda  LiLA<11.5 cm
komplikasi medis berikut:
 Penurunan kesadaran (letargi) Dan TANPA komplikasi medis
 Dehidrasi berat
 Hipotermia
 Demam tinggi
 Anoreksia
 Pneumonia berat
 Anemia berat
 Lesi kulit berat
 Muntah terus menerus
 Sulit bernafas atau bernafas
cepat

BALITA (6-59 BULAN) GIZI BALITA (6-59 BULAN) GIZI


GIZI BURUK BAYI <6 BULAN GIZI KURANG
BURUK DENGAN KOMPLIKASI BURUK TANPA KOMPLIKASI

LAYANAN RAWAT TATALAKSANA GIZI


LAYANAN RAWAT INAP
JALAN KURANG
5 Kegiatan tatalaksana balita gizi buruk dan stunting
1. Membuat diagnosis masalah nutrisi
2. Menentukan kebutuhan nutrisi
3. Memilih cara pemberian zat gizi
4. Memilih bentuk sediaan zat gizi yang tepat
5. Melakukan pemantuan dan evaluasi/pengkajian
respon
1. Assessment (penilaian)
- Untuk menentukan status gizi, masalah yg berhubungan dg
proses pemberian makan dan diagnosis klinis pasien
- Anamnesis meliputi asupan makan, pola makan,
perkembangan motorik, perubahan BB, PB/TB, factor social
budaya, agama
- Penentuan status gizi berdasarkan BB/PB atau BB/TB, dg
menggunakan grafik pertumbuhan WHO 2006 (utk anak<5
tahun) dan grafik CDC 2000 utk anak >5 Tahun
2. Penentuan Kebutuhan kalori
Ditentukan berdasar berat badan ideal sesuai
AKG
Pemberian kalori awal sebesar 50-75% dari
target untuk menghidari sindrom feeding
3. Penentuan cara pemberian makan
 Dilakukan melalui oral atau enteral

4. Penentuan jenis makanan


 Disesuaikan dengan usia dan kemampuan oromotor pasien yaitu:
- Usia 0-6 bulan : cukup ASI dan/formula
- Usia 6 bln – 1 tahun : ASI dan/formula + MP-ASI
- Usia 1 – 2 tahun : makanan keluarga + ASI dan/atau susu sapi segar
- > 2 tahun: makanan keluarga
 Tahapan Pemberian Makanan
No Usia Pemberian Jumlah Kandunagn

1 < 6 bulan 2-3 x/hari 125 ml


2 6-8 bulan 3-4x/hari 125 ml KH, lemak,
Protein, Fe
3 9-11 bulan 3-4x/hari 125 ml Lengkap
4 12-23 bulan 3-4x/hari 175-250 ml Lengkap
5 24-59 bulan 3x/hari Sesuai Lengkap
kebutuhan
Rekomendasi pemberian makanan pada bayi
sampai umur 6 bulan

 Berikan ASI saja sampai usia 6 bulan (180 hari)


 Berikan ASI kapanpun bayi mau, baik siang atau malam paling
tidak 8 kali selama 24 jam
 Berikan ASI kapanpun bayi menunjukkan tanda lapar : mulai
rewel, menghisap jari, menggerakkan bibir
 Saat memberikan ASI, biarkan bayi mengosongkan isi payudara
anda kemudian pindah ke payudara lainnya
 Jangan berikan makanan atau minuman lain.
ASI memberikan kepuasan pada bayi yang haus dan rasa
kenyang
MP-ASI bayi 6 - 8 bulan

Terlalu
encer

Cukup
kental

Bubur harus cukup kental


untuk bertahan di sendok
 Secara bertahap diberikan bubur halus 2-3 kali/hari,
yang ditingkatkan menjadi bubur saring sampai kasar.
Jumlah yang diberikan untuk setiap kali makan sekitar
125 ml (setengah gelas sebagai target, tapi tidak boleh
dipaksakan dan disesuaikan dengan keinginan bayi).
ASI diteruskan.
 Jenis makanan yang diberikan mengandung
karbohidrat, lemak dan protein, serta zat besi.
 Buah yang dihaluskan atau makanan selingan lainnya
dapat diberikan 1-2 kali/hari.
• Pada usia 6-8 bulan, mulai dengan pemberian 2-3 sendok makan
bubur atau makanan yang sudah dihancurkan sampai halus
sebanyak 2-3 kali sehari
• Tingkatkan bertahap sampai ½ mangkuk. Saat usia 8 bulan beri dia
makanan yang bisa digenggam. Biarkan bayi untuk mencoba makan
sendiri tapi tetap awasi. Hindari makanan yang mempunyai risiko
untuk tersedak (seperti kacang, anggur, wortel kecil)
• Beri 1-2 makanan selingan diantara makanan utama tergantung
selera
• Pada usia 9-11 bulan, berikan makanan yang telah dicincang atau
dihancurkan dan makanan yang dapat dipegang oleh bayi, sebanyak
½ mangkuk berikan 3 -4 kali sehari ditambah 1-2 kali pemberian
makanan selingan tergantung selera
• Berikan bayi makan dari piring atau mangkuknya sendiri

• Bantu bayi untuk makan dengan sabar. Ajak mereka berkomunikasi


dengan cinta, tatap matanya dan berikan dorongan untuk makan,
tetapi jangan memaksanya

• Bila bayi kehilangan ketertarikannya terhadap makanan, singkirkan


semua hal yang dapat mengganggu proses makan dan bantu bayi
untuk tetap tertarik terhadap makanannya

• Setelah usia 6 bulan, bayi memerlukan air walaupun minuman utama


yang disarankan adalah susu. Untuk mengetahui apakah bayi anda
masih merasa haus setelah makan, tawarkan mereka sedikit air (air
tersebut harus sudah dimasak kemudian didinginkan)
Rekomendasi pemberian makanan pada bayi
umur 6 bulan sampai 1 tahun

 Berikan ASI sesering mungkin, saat bayi anda menginginkannya


 Untuk memulai pemberian makanan tambahan, berikan mulai
dalam jumlah kecil makanan saat usia 6 bulan (180 hari).
Perkenalkan satu makanan baru pada satu waktu, tunggu
sampai 3-4 hari pastikan makanan tersebut dapat ditoleransi
baru kemudian perkenalkan makanan lainnya
 Berikan bayi makanan pokok dan variasi sumber hewani serta
nutrisi makanan lainnya
 Tingkatkan jumlah makanan sesuai dengan pertambahan usia
bayi sambil tetap memberikan ASI secara rutin
MP-ASI bayi 9-11 bulan
 Diberikan secara ber-tahap mulai tim saring sampai nasi
tim 3-4 kali/hari. Jumlah yang diberikan sekitar 125 ml
(setengah gelas sebagai target, tapi tidak boleh
dipaksakan dan disesuaikan dengan keinginan bayi).
 Jenis makanan yang diberikan lebih bervariasi.
 Dapat diberi buah atau makanan selingan lainya yang
dihaluskan 1-2 kali/hari. ASI diteruskan.
Rekomendasi pemberian makanan pada bayi
umur 1 tahun sampai 2 tahun

 Berikan ASI semaunya sampai usia 2 tahun atau lebih


 Teruskan pemberian makanan bergizi sebanyak 3-4 kali sehari,
cincang atau hancurkan jika diperlukan sebanyak ¾ sampai 1
mangkuk tiap kali makan
 Tetap berikan 1-2 kali makanan selingan di antara jadwal
makanan utama tergantung selera bayi
 Setiap pemberian makan, berikan anak anda makanan yang
bergizi dan bervariasi
 Biarkan anak anda makan dari piring dan mangkuknya sendiri.
Tetap bantu mereka untuk makan
MP-ASI bayi 12 -23 bulan
 Diberikan bertahap mulai nasi tim saring sampai
makanan keluarga 3-4 kali/hari. Jumlah yang diberikan
sekitar 175-250 ml (3/4-1 gelas) sebagai target, tapi tidak
boleh dipaksakan dan disesuaikan dengan keinginan
anak.
 Jenis makanan yang diberikan lebih bervariasi.
 Dapat diberi buah/makanan selingan 1-2 kali/hari. ASI
diteruskan.
Balita berusia 6-59 bulan: diberi 4 atau lebih dari 7 kelompok
makanan berikut.
 Umbi-umbian atau serealia.
 Kacang-kacangan dan biji-bijian.
 Produk susu (susu, keju, yogurt).
 Produk daging (unggas, ikan, daging merah, hati/organ
dalam).
 Telur.
 Buah dan sayur sumber vitamin A.
 Buah dan sayur lainnya.
Jenis makanan enteral disesuaikan dengan fungsi
gastrointestinal seperti:
Polimerik: terbuat dari makronutrient intak yg ditujukan
utk fungsi gastrointestinal yg normal, terbagi menjadi
formula standar dan formula makanan padat kalori
Oligomerik: terbuat dari glukosa polimer, protein
terhidrolisat, trigliserid rantai sedang
Modular terbuat dari makronutrien tunggal
Pemantauan dan evaluasi
Pemantauan thd penerimaan makanan dan toleransi
(reaksi simpang makanan).
Pada pasien rawat inap sebaiknya dilakukan tiap hari
Pasien rawat jalan dilakukan sesuai kebutuhan
Rawat Jalan pada Balita Usia 6-59 Bulan dengan
Gizi Buruk
Balita gizi buruk usia 6-59 bulan, dengan nafsu makan yang baik dan tanpa
komplikasi dapat menjalani rawat jalan, dengan kontrol seminggu sekali ke fasilitas
kesehatan untuk memantau/menilai perkembangannya. Langkah layanannya
sebagai berikut.
1. Konfirmasi status gizi
 Penjelasan kepada keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan untuk
menentukan status gizi balita, menjawab pertanyaan atau kekhawatiran yang
mungkin timbul serta penatalaksanaan rawat jalan.
 Pengukuran BB, PB atau TB, dan LiLA. Pengukuran ini untuk menentukan status
gizinya berdasarkan BB/PB atau BB/TB, LiLA dan TB/U. Selain itu, dilakukan juga
pengukuran lingkar kepala. Semua hasil pengukuran harus dicatat di Buku KIA.
 Periksa apakah ada edema bilateral dan tentukan derajatnya (+1, +2 atau +3).
 Pengelompokan (triase) kasus.
Pelayanan rawat jalan
 Setiap balita yang berobat ke tenaga medis atau berkunjung di fasilitas
kesehatan diperiksa dengan pendekatan MTBS, agar balita terlayani
secara komprehensif.
 Diberikan penjelasan kepada keluarga tentang kondisi balita dan
prosedur yang akan dilakukan:
- Anamnesis mengenai riwayat kesehatan balita: riwayat kelahiran,
imunisasi, menyusui dan makan (termasuk nafsu makan), penyakit dan
riwayat keluarga.
- Pemeriksaan fisik:
a. Pemeriksaan fisik umum: kesadaran, suhu tubuh, pernafasan, nadi.
b. Pemeriksaan fisik khusus: tanda-tanda dehidrasi, sesak nafas,
anemia dan penyakit infeksi lainnya (gunakan formulir MTBS).
- Pemeriksaan penunjang sesuai dengan kebutuhan.
Pemberian obat sesuai hasil pemeriksaan:
 Antibiotika berspektrum luas diberikan saat pertama kali balita masuk rawat
jalan, walaupun tidak ada gejala klinis infeksi. Antibiotika yang diberikan
pada balita gizi buruk tanpa komplikasi adalah Amoksisilin (25 mg/kg per oral
setiap 12 jam) selama 5 hari.
 Berhati-hati dalam menggunakan Parasetamol pada balita gizi buruk:
Parasetamol hanya diberikan pada demam lebih dari 38°C sebagai dosis
tunggal dan dilakukan di tempat layanan/faskes primer. Suhu tubuh balita
dipantau dan bila demam > 39°C, rujuk balita ke rawat inap. Parasetamol
tidak boleh dibawa pulang. Pengasuh harus mendapatkan penjelasan cara
mendinginkan suhu tubuh anak di rumah.
 Kebutuhan gizi untuk balita gizi buruk tanpa komplikasi:
 Energi: 150-220 kkal/kgBB/hari
 Protein: 4-6 g/kgBB/hari
 Cairan: 150-200 ml/kgBB/hari
 Terapi gizi dapat dilakukan dengan pemberian RUTF atau
F-100.
Bila menggunakan RUTF, maka dilakukan tes nafsu
makan dengan menggunakan RUTF). Jumlah RUTF yang
diberikan sesuai dengan berat badan balita dan
diberikan untuk periode 7 hari.
Contoh RUTF adalah Plumpy’Nut yang mengandung
500 kkal/bungkus (92 g) atau 545 Kcal/100 g.
Informasikan kepada orangtua atau pengasuh cara
pemberian dan penyimpan RUTF di rumah, baik yang
belum dibuka kemasannya atau yang telah dibuka.
 Tes nafsu makan sebaiknya dilakukan pada setiap
kunjungan
 Balita yang hasil tes nafsu makannya buruk harus dirujuk ke
rawat inap.
F-100 Formula makanan cair terbuat dari
susu, gula, minyak dan mineral mix,
yang mengandung 100 Kal (kilo
kalori) setiap 100 ml, diberikan
kepada balita gizi buruk.
F-75 Formula makanan cair terbuat dari
susu, gula, minyak dan mineral mix,
yang mengandung 75 Kal (kilo kalori)
setiap 100 ml, diberikan kepada
balita gizi buruk pada awal rawat
inap.
Tes nafsu makan dilakukan bagi semua balita yang dirujuk ke Layanan Rawat
Jalan saat penerimaan. Tes dilakukan untuk menilai apakah anak memiliki
nafsu makan yang baik dan memenuhi syarat untuk masuk ke Layanan Rawat
Jalan. Jika seorang anak memiliki nafsu makan yang buruk ia mungkin
memiliki komplikasi medis yang memerlukan rawat inap. Tes bisa dilakukan
bagi satu anak atau untuk satu kelompok anak secara bersama-sama
dengan cara sebagai berikut:
 Minta pengasuh untuk mencuci tangannya, memotong kuku tangan anak
serta mencuci tangan dan wajah anak, dan kemasan RUTF dengan air
dan sabun sebelum memulai tes nafsu makan
 Berikan RUTF pada balita secara perlahan
 Selalu sediakan air minum yang bersih bagi anak selama tes nafsu makan

Hasil tes sebagai berikut


Baik Anak bisa menghabiskan jumlah RUTF yang ditentukan untuk lulus tes,
anak makan RUTF dengan lahap dan terlihat ingin makan terus

Buruk Anak mengkonsumsi RUTF dengan bujukan terus menerus dari pengasuh
(lakukan penilaian PMBA jika nafsu makan buruk). Keputusan harus
dibuat dengan hati-hati ketika menentukan “nafsu makan buruk”.
Tanyakan pada ibu atau pengasuh apakah anak baru saja makan,
yang mungkin menjelaskan mengapa nafsu makannya buruk.

Tidak ada Anak tidak mau mengkonsumsi RUTF bahkan dengan bujukan terus
menerus dari pengasuh
Jumlah RUTF yang harus dikonsumsi anak ketika tes nafsu makan

Berat anak Jumlah minimum (bungkus) RUTF yang harus dikonsumsi selama tes nafsu
makan
4 - 6.9 kg ¼
7 - 9.9 kg 1/3
10 - 14.9 kg ½
Contoh RUTF
Berat badan Paket per Paket per Kkal per
balita (kg) hari minggu hari
750
4.0-4.9 1½ 10
1000
5.0-6.9 2 15
1.500
7.0-9.9 3 20
2.000
10.0-14.9 4 30
Bahan makanan Per 1000 F-100 F-100
ml dengan dengan
susu skim susu full
bubuk cream
Susu skim bubuk G 85 -
Susu full cream bubuk G - 110
Gula pasir G 50 50
Minyak sayur G 60 30
Larutan elektrolit Ml 20 20
Air ditambahkan hingga Ml 1000 1000
Nilai Gizi
Energi Kkal 1000
Protein G 29
Laktosa G 42
Kalium mmol 59
Natrium mmol 19
Penyebab terkait dengan balita dan lingkungan Penyebab terkait dengan kualitas
rumah layanan kesehatan
1. Balita melewatkan satu kunjungan atau drop out 1. Tenaga kesehatan tidak
(absen pada dua kunjungan berturut-turut) menasehati ibu dengan benar
2. Ada kesulitan makan (misalnya karena kelainan tentang cara memberikan RUTF
bawaan) atau F-100
3. Pengasuh tidak mempraktekkan pemberian makan 2. Jumlah RUTF atau F-100 yang
responsif diberikan tidak tepat
4. Nafsu makan buruk/tidak ada, karena ada 3. Tenaga kesehatan gagal mene-
komplikasi mukan komplikasi yang ada
5. Ada masalah kesehatan (misalnya diare, HIV, TB dll) 4. Tes nafsu makan dengan RUTF
6. Balita tidak menghabiskan dosis RUTF atau F-100 tidak dilaksanakan dengan
7. Pengasuh memberi makanan lain pada anak sebe- benar
lum anak menghabiskan semua RUTF atau F-100 5. Protokol untuk pemberian obat-
8. RUTF atau F-100 dimakan bersama anggota obatan rutin tidak diikuti
keluarga lain
Jika menggunakan F-100 yang dibuat sendiri, maka suplementasi zat gizi mikro
harus diberikan sesuai dengan cara di bawah ini.
 Vitamin A:
 Bila tidak ditemukan tanda defisiensi vitamin A atau tidak ada riwayat
campak 3 bulan terakhir, maka vitamin A dosis tinggi diberikan di hari ke-1
sesuai umur.
 Bila ditemukan tanda defisiensi vitamin A, seperti ulkus pada kornea, atau ada
riwayat campak dalam 3 bulan terakhir, maka vitamin A diberikan dalam
dosis tinggi sesuai umur, seperti di atas, pada hari ke-1, hari ke-2 dan hari ke-
14.
 Suplemen zat gizi mikro di bawah ini diberikan setiap hari selama paling sedikit 2
minggu):
Asam folat (5 mg pada hari pertama, dan selanjutnya 1 mg/hari).
Multivitamin (Vitamin C dan Vitamin B kompleks).
Zat besi (3 mg/kgBB/hari) setelah mendapatkan formula F-100 selama 2
hari. Suplementasi zat besi tidak diberikan pada balita yang diberi RUTF.
Tatalaksana anak diatas 2 tahun
Prinsip:
1. Membuat surplus energi
2. Porsi kecil frekuensi sering
3. Asupan makanan diawali dengan makanan yang tidak
tinggal di lambung terlalu lama serta mudah diserap
4. Peningkatan BB membutuhkan waktu, untuk itu target
harus realistik.
Konsultasi dilakukan 2 minggu sekali.
Program menaikkan nafsu makan dapat berhenti
apabila nafsu makan pasien tetap baik walaupun
makan pagi diganti dengan jenis makanan kaya protein
dan lemak.
Apabila BB telah mencapai ideal, pasien dianjurkan
untuk menjaga pola makan seimbang dengan frekuensi
3 x makan utama dan 2 x cemilan diantaranya
Konsumsi makanan dari tepung dan gula, karena
cepat menimbulkan rasa lapar (1–2 jam pp):
Waktu tinggal di lambung singkat
Cepat menaikkan kadar glukosa darah yg
merangsang insulin  dalam 2 jam kadar glukosa
darah turun  timbul rasa lapar
Konsep dasar tetap mempertahankan pola makan
seimbang, namun dapat bervariasi tergantung kebutuhan
pasien.
Modifikasi dapat berupa:
Perubahan tekstur
Perubahan asupan energi
Penambahan atau pembatasan jenis makanan
Eliminasi makanan spesifik
Perubahan komposisi BMS energi
Perubahan frekuensi makanan
Perubahan rute masuknya makanan dalam tubuh.
Contoh Pola Makan Menaikkan BB:
Jam BMS Contoh makanan
07.00 KH sederhana Roti + selai + meises, teh manis
09.00 Protein + lemak Nasi goreng/bubur/dll, Susu
10.00 KH sederhana Permen/Coklat
12.00 Makan Utama Menu seimbang
13.00 KH sumber serat + AO Jus buah/ Sop buah/dll
15.00 Protein BMS Protein digoreng
16.00 KH sederhana Jajanan Pasar/ puding/dll
18.00 Makan Utama Menu seimbang
19.00 KH sederhana Permen/coklat/dll
21.00 Protein Susu
Kesimpulan : pemberian makanan secara
selang-seling antara makanan dr tepung
+ gula dgn makanan dr protein, hingga
anak tertidur
Therapeutic Tempat pemulihan/rehabilitasi gizi (di rumah
Feeding sakit atau puskesmas rawat inap dengan
Centre (TFC) petugas gizi terlatih) untuk memperbaiki status
gizi balita dengan gizi buruk melalui pemberian
makanan khusus padat gizi selama periode
waktu tertentu.

Community Atau Pos Pemulihan Gizi (PPG) adalah pos yang


Feeding melakukan rangkaian kegiatan pemulihan balita
Centre gizi buruk dengan cara rawat jalan, dilakukan
(CFC) oleh masyarakat dengan bantuan petugas dan
kader kesehatan.
Biskuit Anguilla untuk Meningkatkan Status Gizi

Nutritional Fact: per 100 gram


-Nutritional
Energi Fact: per 100 gram
: 446 kal - Bahan Dasar: tepung tulang ikan sidat
Energi
- Lemak : 446
20,6kal
g dan tepung ubi cilembu
- Lemak
Protein : 16,5 g: 20,6 g - Intervensi dilakukan selama 3 bulan
Protein
- Karbohidrat 16,5 g
: 50,8 - Kelompok kontrol diberi biskuit Kemenkes
Karbohidrat : 4333,93
- L-Arginine 50,8 g mg
- Jumlah sampel 27 org/kelompok
- L-Arginine
L-Lysine : 4490,13
4333,93 mg
L-Lysine A 4490,13mcgmg - Lokasi: di Desa Pangadegan dan
- Vitamin : 116,95
Cibungur Kecamatan Rancakalong
Vitamin A
- Zink : 116,95
29,85 mgmcg Kabupaten Sumedang
Zink
- Fe 29,85mg
: 38,1 mg
Fe
- Kalsium 38,1 mg
: 921,86 mg
- Kalsium : 921,86 mg
Perubahan Berat Badan (BB/U) Pada Kelompok Kasus dan
Kontrol Setelah Intervensi 3 Bulan

13.4
13.2
13.2
13 12.83
12.8 12.72
Berat (Kg)

12.6
12.35 12.33 12.38
12.4 12.23 perlakuan
12.2 12.1
Kontrol
12
11.8
11.6
11.4
0 1 2 3
Bulan
Peningkatan Z Score Berat Badan (BB/U)
Pada Kelompok Kasus dan Kontrol Setelah 3 Bulan
Intervensi
Perubahan Tinggi badan ( TB/U) Pada Kelompok Kasus
dan Kontrol Setelah Intervensi 3 Bulan
95
94.25
94
92.89 94
Tinggi Badan

93
93.21
92.99
92
91.99
91 90.51 perlakuan
Kontrol
90
88.97
89

88
0 1 2 3
Bulan
Simpulan

 Perawakan pendek merupakan gejala, bukan suatu penyakit


 Perawakan pendek menyebabkan berbagai dampak terhadap anak,
keluarga dan lingkungan
 Tatalaksana ditujukan terhadap penyebabnya
 Berbagai program telah dilakukan untuk tatalaksana perawakan pendek
Menghitung Asupan Energi:
- 24 h recall: simple, multiple, repeated
- Food record
- Food weighing
- Dietary history
- Food Frequency Questionnaire (FFQ)

Anda mungkin juga menyukai