TINJAUAN PUSTAKA
a. Penapisan atau skrining, adalah upaya pemeriksaan atau tes yang sederhana
yang mudah dilaksanakan pada populasi masyarakat sehat.
9
berdasarkan penelitian Dr. Laila N, dan Dr. Dwiyana O, tahun 2006, estimasi
lesi prakanker yang ditemukan dengan metode IVA sebesar 5-10 dari 100 perempuan.
Dari jumlah yang positif tersebut hanya 80-85% - nya yang membutuhkan
pengobatan kreoterapi (ACCP 2004). Berdasarkan estimasi insidens kanker leher
rahim dari WHO (16 per 100.000 perempuan), dapat diperkirakan jumlah
kanker leher rahim yang akan
ditemukan. (9,11)
Pemetaan Klien
Tujuan utama dari pemetaan adalah mempermudah perempuan untuk mencapai
akses penapisan kanker yang berkualitas dan pengobatannya. Banyak perempuan di
berbagai negara terutama di daerah pedesaan yang sulit mencapai tempat pelayanan
kesehatan dikarenakan jarak yang jauh dari tempat tinggalnya, biaya transportasi,
tanggungjawabnya akan keluarga atau pekerjaan yang tidak bisa ditinggal, dan
lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan strategi yang dapat mengurangi kunjungan
perempuan ke klinik dan jaminan untuk mendapatkan pelayanan yang mereka
butuhkan, dan meningkatkan
follow-up.(9,10)
Pelaksanaan Penapisan
Agar penapisan dapat dilaksanakan dengan baik dan mencapai tujuan yang
diinginkan, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : (8,11)
1. Persiapan tempat, bahan, peralatan, SDM, dan penentuan waktu
pelaksanaan
2. Penetapan jumlah target per hari dan wilayahnya
3. Penginformasian kegiatan kepada masyarakat melalui bidan desa, kader
kesehatan, dan perangkat desa dan penetapan teknis pelaksanaan
Standar pelaksanaan iva test(12, 13,14,15)
Pemeriksaan IVA pada WUS yaitu wanita yang berusia antara 15 sampai 49 tahun.
wanita yang sudah pernah melakukan senggama atau sudah menikah juga menjadi sasaran
pemeriksaan IVA. Penderita kanker servik berumur antara 30 – 60 tahun, terbanyak antara
10
45 – 50 tahun, frekwensinya masih meningkat sampai kira – kira golongan umur 60 tahun
dan selanjutnya frekwensi ini sedikit menurun kembali. Hal tersebut menjadikan alasan
WUS menjadi sasaran deteksi dini kanker serviks.
Keunggulan Test IVA
a. Hasil segera diketahui saat itu juga
b. Efektif karena tidak membutuhkan banyak waktu dalam pemeriksaan, aman karena
pemeriksaan IVA tidak memiliki efek samping bagi ibu yang memeriksa, dan praktis
c. Teknik pemeriksaan sederhana, karena hanya memerlukan alat-alat kesehatan yang
sederhana, dan dapat dilakukan dimana saja
d. Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
e. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
f. Dapat dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih
11
rumit, pendeteksian dini ini tidak memerlukan persiapan khusus dan juga tidak
menimbulkan rasa sakit bagi pasien. Letak kepraktisan penggunaan metode ini yakni dapat
dilakukan di mana saja, dan tidak memerlukan sarana khusus.
Serviks (epitel) abnormal jika diolesi dengan asam asetat 3-5 % akan berwarna
putih (epitel putih). Dalam waktu 1-2 menit setelah diolesi asam asetat efek akan
menghilang sehingga pada hasil ditemukan pada serviks normal tidak ada lesi putih.
Prosedur IVA
1) Memberi penjelasan pada ibu atas tindakan yang akan dilakukan.
2) Menjaga privasi pasien
3) Menyiapkan alat yang diperlukan
4) Menyiapkan ibu dengan posisi lithotomi pada tempat tidur ginekologi
5) Mengatur lampu sorot ke arah vagina ibu
6) Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dengan cuci tangan tujuh
langkah dan mengeringkan dengan handuk bersih
7) Menggunakan sarung tangan steril
8) Melakukan vulva hygiene dengan kapas DTT
9) Memasukkan spekulum ke dalam vagina
a. Tangan kiri membuka labia minora, spekulum dipegang dengan tangan kanan,
dalam keadaan tertutup kemudian masukkan ujungnya ke dalam introitus
b. Putar kembali spekulum 45º ke bawah sehingga menjadi melintang dalam vagina
kemudian didorong masuk lebih dalam ke arah forniks posterior sampai puncak
vagina
c. Buka spekulum pada tangkainya secara perlahan-lahan dan atur sampai porsio
terlihat dengan jelas
d. Kunci spekulum dengan mengencangkan bautnya kemudian ganti dengan tangan
kiri yang mmemegang spekulum
10) Memasukkan lidi kapas yang telah diberi asam asetat 3-5% ke dalam vagina sampai
menyentuh porsio.
11) Mengoleskan lidi kapas ke seluruh permukaan porsio, lihat hasilnya.
12) Membersihkan porsio dengan kasa steril menggunakan tampon tang.
12
13) Mengeluarkan spekulum dari vagina.
14) Merapikan ibu dan merendam alat dalam larutan klorin 0,5%
15) Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir
16) Beritahu hasilnya dan beritahu rencana selanjutnya dengan jelas dan lengkap.
17) Petugas dan penanggung jawab pemeriksaan iva test adalah bidan atau tenaga
medis terlatih
13
Peran tenaga medis di tahap pre, intra dan post dari masing – masing prosedur
tindakan
A. Pre
- Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai
prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam
pemeriksaan ini.
- Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan
- Inform consent
B. Intra
- Membantu memposisikan ibu dengan posisi lithotomi pada tempat tidur.
- Mengatur lampu sorot ke arah vagina ibu
C. Post
- Merapikan peralatan yang sudah digunakan
- Memberikan informasi hasilnya dan beritahu rencana selanjutnya dengan jelas
dan lengkap.
- Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan (respon klien, jenis sampel, hasil
dari pemeriksaan)
14
BENTUK PELAKSANAAN KEGIATAN(12,15)
A. Pasif
Deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara dilaksanakan di fasilitas kesehatan
yang telah mempunyai tenaga kesehatan terlatih seperti :
1. Puskesmas Dilaksanakan secara rutin oleh petugas kesehatan terlatih (dokter dan bidan)
2. Klinik Swasta Dilaksanakan secara mandiri oleh dokter dan bidan terlatih
3. Integrasi dengan program lain yaitu Infeksi Saluran Reproduksi/Infeksi Menular Seksual
(ISR/IMS), KB (BKKBN). Langkah-langkah deteksi dini sebagai berikut :
Persiapan tempat, bahan, peralatan, SDM, dan penentuan waktu pelaksanaan
Penetapan jumlah target per hari dan wilayahnya
Penginformasian kegiatan kepada masyarakat melalui bidan desa, kader kesehatan, dan
perangkat desa.
Penetapan teknis pelaksanaan :
1. Pendaftaran dengan pembagian nomor urut
2. Pembuatan kartu status
3. Pemanggilan klien dan suaminya
4. Pemberian konseling dan informed consent (meminta kesediaan klien dan suaminya untuk
dilakukan tindakan).
5. Pemeriksaan payudara dengan cara SADANIS oleh bidan dengan dikonfirmasi oleh dokter
puskesmas bila ditemukan benjolan.
6. Pelaksanaan IVA oleh Bidan dengan dikonfirmasi oleh dokter puskesmas.
7. Pelaksanaan Krioterapi oleh dokter/bidan puskesmas untuk IVA positif.
8. Penjelasan rencana tindak lanjut/follow-up baik pada kasus positif maupun negatif.
9. Pencatatan dan pelaporan pada form yang telah tersedia.
10.Pemulangan klien.
Kemitraan/Integrasi yang dapat dilaksanakan :
1. Integrasi Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)/Infeksi Menular Seksual (IMS), Deteksi Dini
Kanker Leher Rahim dengan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan Deteksi Dini Kanker
Payudara.
2. Integrasi dengan Keluarga Berencana (KB) Semua perempuan yang datang untuk melakukan
KB disarankan untuk pemeriksaan SADANIS dan IVA
15
B. Aktif
Deteksi dini dilaksanakan pada acara-acara tertentu dengan berkoordinasi dan bekerja
sama dengan lintas program dan lintas sektor seperti peringatan hari besar, percepatan deteksi dini
dan tempat pelaksanaan tidak hanya di fasilitas kesehatan namun bisa di kantor, pusat keramaian
yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan IVA dibawah koordinasi FKTP setempat.
Kader kesehatan dapat terdiri dari kader PKK, Dharma Wanita, Anggota Persit, Bhayangkari,
Organisasi wanita, organisasi keagamaan dan organisasi masyarakat lainnya yang mempunyai
peranan sebagai berikut :
1. Melakukan sosialisasi tentang deteksi dini
Pentingnya deteksi dini untuk pencegahan kanker
Manfaatmelakukan deteksi dini kanker
Kerugian akibat kanker yang harus ditanggung oleh pasien dan keluarganya baik secara
moril dan materiil
Meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah tersebut melalui pola hidup sehat bebas
dari kanker
Menyampaikan informasi fasilitas kesehatan yang dapat melakukan pelayanan deteksi dini.
2. Mendorong masyarakat untuk melakukan deteksi dini
Identifikasi sasaran yang akan dilakukan deteksi dini
Mengedukasi sasaran untuk bersedia melakukan deteksi dini
Peran pusat daerah(13,14)
1 Kementerian Kesehatan
Sebagai penanggungjawab dan koordinator pelaksanaan kegiatan deteksi dini
Melakukan sosialisasi program
Pembinaan dan pengawasan program
Koordinator data melalui surveilans
Monitoring dan evaluasi
2. Kementerian Dalam Negeri
Menggerakkan Pemerintah Daerah dan jajarannya
Menggerakkan peran serta aktif masyarakat
Advokasi program
3 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
16
Melakukan sosialisasi program deteksi dini
Berkoordinasi dengan kementerian lainnya
4. Kementerian Komunikasi dan Informatika
Menyebarluaskan informasi terkait program kepada masyarakat
Fasilitasi jaringan internet
5 Badan KependudukandanKeluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Melakukan sosialisasi program deteksi dini
Berkoordinasi dengan kementerian lainnya
6 Organisasi Profesi
Berpartisipasi dalam program pelatihan, pelayanan, pembinaan dan pelaporan.
7 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan)
Memfasilitasi kegiatan terkait pembiayaan DAERAH
8 Pemerintah Daerah
Mendorong pelaksanaan program deteksi dini
Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan
9. Dinas KesehatanProvinsi
Sosialisasi dan Advokasi
Meningkatkan kapasiatas SDM
Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana
Menerima, mengolah dan menganalisa data deteksi dini dan mengirimkan laporan ke pusat
Bimbiingan teknis
Melakukan monitoring dan evaluasi
10. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
17
11. Rumah Sakit
18
Daftar pustaka
1. Nadia. Inssiden Kejadian Ca Cerviks di Indonesia, Jurnal. Jakarta:FKUI, 2009
2. WHO. Prevention of Cervical Cancer Through Screening Using Visual Inspection
With Acetic Acid (VIA) and Treadment with Crytherapy. A Demonstration Project in
Six African Countries: Malawi, Madagascar, Nigeria, Uganda, The United Republic of
Tanzania, and Zambia. WHO Library,2010 Diakses 29 Nopember 2015
3. Depkes RI. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Dinkes RI,2013
4. Setiati, E.Waspadai 4 kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yogyakarta: ANDI,2009
5. Rahatgaonkar, Veena. VIA in cervical cancer screening. Assocoate Professor & In
Charge of cancer detection center. Bharati Vidyapeeth University Medical College,
Sangli. OSR Journal of Dental and Medical Sciences (IOSRJMDMS) ISSN,2012 :
2279-08961. Diakses 10 Januari 2016
6. World Health Organization. Comprehensive Cervical Cancer Control. A Guide to
Essential Practice. Geneva : WHO, 2006
7. Departemen Kesehatan RI, (2007) Pedoman Pengendalian Faktor Resiko Penyakit
Kanker, Jakarta.
8. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013.
9. Departemen Kesehatan RI,(2010)Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan
Kanker Leher Rahim, Jakarta
10. Dallimarta. S, 2004 Deteksi Dini Kanker. Jakarta : Penebar Swadaya Departemen
Kesehatan RI,(2000), Totak Quality Management
11. Departemen Kesehatan RI, (2007) Pedoman Pengendalian Faktor Resiko Penyakit
Kanker, Jakarta.
12. Desmiwarti, & Ermawati. (2012). Seri Keterampilan Anamnesis Dan Pemeriksaan
Obstetri. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang.
13. Rahayu, S. (2010). Peran Kader Paguyupan Perempuan Waspada Kanker (PPWK)
Dalam Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Untuk Deteksi Dini Knker Cerviks.
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
14. Suririnah. 2008. Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
15. Depkes RI 2015, Paduan Program Gerakan Pencegahan Dan Deteksi Dini Kanker
Leher Rahim Dan Kanker Payudara, Jakarta.
19
20