PENCERNAAN
Disusun oleh:
1. Lusi Situmeang
2. Nova Septiani Siritoitet
3. Recinda Pasaribu
4. Elwinda Sigalingging
5. Bunga Lumbantobing
6. Frans Silaen
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya hinga
saat ini kita beroleh kesehatan, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang telah kami
Dan kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami Ibu Jenti
Sitorus, S.ST.,S.Kep., M.K.M yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Semoga setiap mahasiswa/i bisa lebih mudah untuk mempelajari dan memahaminya.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
.Sistem saluran pencernaan adalah saluran yang bergfungsi untuk mencerna makanan mengabsorpsi
zat-zat gizi, mengekresikan sisa-sisa pencernaan. Saluran cerna terdiri atas mulut, kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar dan anus.
Gangguan pencernaan dan absorbsi dapat terjadi pada proses menelan, mengosongkan
lambung, absorbsi zat-zat gizi dan proses buang air besar (defekasi). Gangguan ini antara lain terjadi
karena infeksi atau peradangan, gangguan motilitas, perdarahan atau hematemesis melena , kondisi ini
pasca bedah , dan tumor atau kanker. Penyakit saluran cerna yang terjadi antara lain stenosis esofagus,
gastritis akut atau kronik , hematemesis melena, uluks peptikum, sindroma dumping, hemoroid diare
dan kostipsi.
2. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Gangguan pencernaan yang mengenai saluran cerna bagian bawah ini juga dikenal
sebagai spastic colon, irritable colon ,colitis nervosa dan obstipasi spastic. penderita penyakit
ini akan mengeluhkan rasa sakit pada perut. Biasanyadi bawah pusat diare atau obstipasi
(sembelit). Bila terjadi obstipasi, feses penderita dapat keluar berbentuk seperti Potlot atau
tahi kambing (obstipasi spastik). Faktor Psikologis yang berperan pada penderitanya yaitu
adanya harapan untuk meminta lebih banyak lagi dari orang lain karena mereka telah
memberi banyak pada orang tersebut.
3. Aerofagi
Gejala yang timbul dari gangguan saluran cerna ini adalah berupa rasasakit perut dan
perut dirasakan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikandengan bersendawa (belching)
yang keras bertubi-tubi. Simtom ini terutamaditemukan pada meraka yang bergantian
menelan dan mengeluarkan udara.Bila tidak dapat bersendawa, maka perut akan terasa
kembung (meteorismus)dan kentut (flatus) yang tidak berbau.Karena penyebab yang
mendasari gangguan ini adalah faktor psikologis(setelah hasil pemeriksaan tidak ditemukan
adanya penyebab organik yangmendasari nya) dari penderitanya maka selain memberikan
pengobatan yangdapat mengurangi gejala yang dialami penderitanya maka psikoterapi
jugadibutuhkan untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi gangguan ini.
4. Mencret (Diare)
Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosausus sehingga
gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserapsecara sempurna. Diare termasuk
gangguan perncernaan yang paling seringmuncul terutama pada anak-anak.Diare akut kalau
anak mencret lebih dari 4 kali sehari. Penyebabnya bisainfeksi, bisa juga hanya karena salah
makan, sebagai contoh makanan yangtidak sesuai dengan usia anak, misalnya sudah
diberikan makan padat sebelum waktunya. Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare
yang disebabkan bakteriatau salah makan adalah penyebab utama gangguan pencernaan pada
anak dibawah 5 tahun (Balita). Selain itu, ada juga diare akibat cacingan.
5. Heartburn
6. Esofagitis
a. Diet Disfagia
Disfagia adalah kesulitan menelan karena adanyagangguan aliran makanan pada
saluran cerna. Hal ini dapat terjadi karenakelainan sistem saraf menelan, pascastoke dan
adanya massa atau tomoryang menetupi saluran cerna.
Disfagia dapat terjadi pada lansia, adanya gangguan saraf menelan,tumor esofagus
dan pascastoke. Bentuk makanan bergantung pada carapemberian. Bila diberikan melalui
pipa, makanan diberikan dalam bentuk makanan cair penuh, bila diberikan per oral maka
makanan diberikandalam bentuk makanan cair kental, saring, atau lunak.
b. Diet Pasca-Hematemesis-Melena:
Hematemesis-melena adalahkeadaan muntah dan buang air besar berupa darah akibat
luka ataukerusakan pada saluran cerna.
Syarat diet :
Syarat Diet :
1. Mudah cerna, porsi kecil dan sering di berikan.
2. Energy dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untukmenerimanya.
3. Lemak rendah, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energy total yang ditingkatkan secara
bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
4. Rendah serat, terutama serat tidak arut air yang di tingkatkan secarabertahap.
5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secaratermis, mekanis,
maupun kimia ( disesuaikan daya terima perorangan).
7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak dianjurkan minum susu
terlalu banyak.
8. Makan secara perlahan di lingkunan yang tenang.
2. Diet Penyakit Saluran Cerna Bawah.
Penyakit usus inflamatorik adalah peradangan terutama pada ileum danusus besar
dengan gejala diare, disertai darah, lendir, nyeri abdomen, beratbadan berkurang, demam dan
kemungkinan terjadi streatorea (adanya lemak dalam feses). Penyakit ini dapat berupa Kolitis
Ulseratif dan Chron’s Disease.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan padasaluran dan
mekanisme pencernaan dalam tubuh manusia. Gangguan atau kelainandalam system
pencernaan antara lain :a. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome)b. Sindrom Fungsional
Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom)c. Aerofagid. Mencret (Diare)e. Heartburnf.
Esofagitisg. Peritonitish. Sembelit (Konstipasi)i. Wasir atau hemoroid j. Kanker ususDiet
pada gangguan saluran cerna dibagi menjadi 2 yaitu : Diet pada saluran cernaatas dan diet
pada saluran cerna bawah. Diet pada saluran cerna atas meliputi dietdisfagia, diet pasca
hematemesis-melena dan diet penyakit lambung. Sedangkanpada saluran cerna bawah
meliputi diet penyakit usus inflamatorik dan dietdivertikular.
B.Saran
Beck, Mary E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya Dengan Penyakit – penyakit untuk
Perawat dan Dokter. Jakarta: Andi Publisher
Hartono, Andry dan Kristiani. 1995. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya denganPenyakit-
Penyakit untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta : Yayasan EssentiaMedica