Anda di halaman 1dari 12

DIET PENYAKIT PADA SALURAN

PENCERNAAN

Dosen Pembimbing : Jenti Sitorus, S.ST.,S.Kep., M.K.M

Disusun oleh:
1. Lusi Situmeang
2. Nova Septiani Siritoitet
3. Recinda Pasaribu
4. Elwinda Sigalingging
5. Bunga Lumbantobing
6. Frans Silaen

AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE


T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya hinga

saat ini kita beroleh kesehatan, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang telah kami

kerjakan yang berjudul DIET PENYAKIT PADA SALURAN PENCERNAAN.

Dan kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami Ibu Jenti

Sitorus, S.ST.,S.Kep., M.K.M yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.

Semoga setiap mahasiswa/i bisa lebih mudah untuk mempelajari dan memahaminya.
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

.Sistem saluran pencernaan adalah saluran yang bergfungsi untuk mencerna makanan mengabsorpsi
zat-zat gizi, mengekresikan sisa-sisa pencernaan. Saluran cerna terdiri atas mulut, kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar dan anus.
Gangguan pencernaan dan absorbsi dapat terjadi pada proses menelan, mengosongkan
lambung, absorbsi zat-zat gizi dan proses buang air besar (defekasi). Gangguan ini antara lain terjadi
karena infeksi atau peradangan, gangguan motilitas, perdarahan atau hematemesis melena , kondisi ini
pasca bedah , dan tumor atau kanker. Penyakit saluran cerna yang terjadi antara lain stenosis esofagus,
gastritis akut atau kronik , hematemesis melena, uluks peptikum, sindroma dumping, hemoroid diare
dan kostipsi.

2. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Diet Saluran Pada Pencernaan


Diet saluran pencernaan adalah diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada saluran
pencernaan. Terjadinya gangguan Gangguan pencernaan dan absorpsi dapat terjadi pada proses
menelan, mengosongkan lambung, absorpsi zat-zat gizi, dan proses buang air besar (defekasi).
Gangguan ini terjadi karena infeksi atau peradangan, gangguan motilitas, perdarahan atau hematemesis
– melena, kondisi saluran cerna pasca bedah, dan tumor atau kanker.

B. Gangguan Saluran Pencernaan

1. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome)


Gangguan pencernaan bagian atas yang secara umum dikenal sebagai penyakit “maag”
merupakan gangguan saluran cerna yang cukup sering dikeluhkan. Selain disebabkan oleh faktor
organik seperti adanyaluka/peradangan pada saluran cerna bagian atas (lambung), gangguan ini juga
dihubungkan dengan faktor psikologis mendasarinya. Gangguan ini ditandai antara lain oleh adanya
rasa sakit dan atau rasa penuh di daerah epigastrium(ulu hati), kanan atau kiri di bawah lengkung iga.
Rasa sakit bersifat membakar atau samar-samar, tidak jarang menjalar,intensitasnya sedang, menghebat
karena makanan atau langsung setelah makan, tidak ada hubungannya dengan kejadian tertentu. Gejala-
gejala lainyang timbul antara lain gangguan menelan, eruktasi (bersendawa), pirosis(merasa terbakar
dan rasa asam atau pahit), mual dan muntah, kembung(meteorismus), dan lain-lain.Penderita gastritis
biasanya menunjukkan perubahan yang cukup mencolok yaitu sikap depresi. Seringkali penderita
menyalahkan lingkungan atau makanannya, tetapi ternyata dengan diet (makanan) juga tidak
mengurangi rasa sakitnya. Keseimbangan yang rapuh yang mudah menjadi runtuh dapat terlihat ketika
penderita mengalami keluhan pada saluran cernanya dan jelas terlihatadanya ketergantungan pada
objek yang memanjakannya.

2. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower abdominal syndrom) .

Gangguan pencernaan yang mengenai saluran cerna bagian bawah ini juga dikenal
sebagai spastic colon, irritable colon ,colitis nervosa dan obstipasi spastic. penderita penyakit
ini akan mengeluhkan rasa sakit pada perut. Biasanyadi bawah pusat diare atau obstipasi
(sembelit). Bila terjadi obstipasi, feses penderita dapat keluar berbentuk seperti Potlot atau
tahi kambing (obstipasi spastik). Faktor Psikologis yang berperan pada penderitanya yaitu
adanya harapan untuk meminta lebih banyak lagi dari orang lain karena mereka telah
memberi banyak pada orang tersebut.
3. Aerofagi

Gejala yang timbul dari gangguan saluran cerna ini adalah berupa rasasakit perut dan
perut dirasakan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikandengan bersendawa (belching)
yang keras bertubi-tubi. Simtom ini terutamaditemukan pada meraka yang bergantian
menelan dan mengeluarkan udara.Bila tidak dapat bersendawa, maka perut akan terasa
kembung (meteorismus)dan kentut (flatus) yang tidak berbau.Karena penyebab yang
mendasari gangguan ini adalah faktor psikologis(setelah hasil pemeriksaan tidak ditemukan
adanya penyebab organik yangmendasari nya) dari penderitanya maka selain memberikan
pengobatan yangdapat mengurangi gejala yang dialami penderitanya maka psikoterapi
jugadibutuhkan untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi gangguan ini.

4. Mencret (Diare)

Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosausus sehingga
gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserapsecara sempurna. Diare termasuk
gangguan perncernaan yang paling seringmuncul terutama pada anak-anak.Diare akut kalau
anak mencret lebih dari 4 kali sehari. Penyebabnya bisainfeksi, bisa juga hanya karena salah
makan, sebagai contoh makanan yangtidak sesuai dengan usia anak, misalnya sudah
diberikan makan padat sebelum waktunya. Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare
yang disebabkan bakteriatau salah makan adalah penyebab utama gangguan pencernaan pada
anak dibawah 5 tahun (Balita). Selain itu, ada juga diare akibat cacingan.

5. Heartburn

Heartburn adalah nyeri akut yang dirasakan di daerah epigastrium, yangdirasakan


dapat menyebar ke bagian lain dari dada atau lengan. Heartburn ini biasanya timbul setelah
makan dan disebabkan oleh refluks isi lambung ke esofagus.

6. Esofagitis

Esofagitis adalah peradangan kronik esofagus. Kelainan ini sering terjadiakibat


refluks kronik isi lambung ke dalam esofagus. Apabila hal ini terjadi,lapisan mukosa
esofagus dapat mengalami tukak oleh asam. Kerusakan lapisanmukosa dapat menyebabkan
peradangan kronik, spasme otot, danpembentukan jaringan parut di esofagus, yang dapat
menyebankanterhambatnya makanan. Gejala klinis:
*Nyeri seperti terbakar di epigastrium
*Muntah
*Disfagia (kesulitan menelan)
7. Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisirongga


abdomen. Perionitis biasnya terjadi akibat masuknya bakteri dari salurancerna atau organ-
organ abdomen ke dalam ruang peritoneum melalui perforasiusus atau rupturnya suatu
organ.
Gejala klinis:
*Nyeri, terutama di atas daerah yang meradang
*Peningkatan kecepatan denyut jantung akibat hipovolemia karena perpindahan cairan ke
dalam perinium
*Mual dan muntah
* Abdomen yang kaku.

C. Diet Pada Penyakit Saluran Pencernaan

1. Diet Saluran Cerna Atasan

a. Diet Disfagia
Disfagia adalah kesulitan menelan karena adanyagangguan aliran makanan pada
saluran cerna. Hal ini dapat terjadi karenakelainan sistem saraf menelan, pascastoke dan
adanya massa atau tomoryang menetupi saluran cerna.

Tujuan diet disfagia adalah :

1) Menurunkan risiko aspirasi akibat masuknya makanan ke dalam saluranpernapasan.


2) Mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan.

Syarat-syarat diet disfagia adalah:

1) Cukup energi, protein dan zat gizi lainnya.


2) Mudah dicerna, porsi makanan kecil dan sering diberikan.
3) Cukup cairan.
4) Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan,. Diberikan secara
bertahap,dimulai dari makanan cair penuh atau cair kental,makanan saring dan makanan
lunak.
5) Makanan cair jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan tersedak atau aspirasi. 6
cara pemberian makanan dapat per oral atau melalui pipa atau (selang) atau sonde.

Disfagia dapat terjadi pada lansia, adanya gangguan saraf menelan,tumor esofagus
dan pascastoke. Bentuk makanan bergantung pada carapemberian. Bila diberikan melalui
pipa, makanan diberikan dalam bentuk makanan cair penuh, bila diberikan per oral maka
makanan diberikandalam bentuk makanan cair kental, saring, atau lunak.
b. Diet Pasca-Hematemesis-Melena:

Hematemesis-melena adalahkeadaan muntah dan buang air besar berupa darah akibat
luka ataukerusakan pada saluran cerna.

Tujuan diet pasca-hematomesis-melena adalah:

1) Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat padasaluran cerna,


mengurangi risiko perdarahan tulang dan mencegahaspirai.
2) Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin.

Syarat diet :

a. Tidak merangsang saluran cerna.


b. Tidak meninggalkan sisa
c. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk
memberikan istirahat pada lambungd.
d. Diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau duodenum sudahtidak ada. Diet pasca-
hematemesis-melena diberikan dalam bentuk makanan cair jernih, tiap 2-3 jam pasca
perdarahan. Nilai gizi makanan ini sangatrendah, sehingga diberikan selama 1-2 hari saja.

c. Diet Penyakit Lambung :

Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputigastritis akut dan kronis, ulkus


peptikum, pasca-operasi lambung yang
sering diikuti dengan “dumping syndrome” dan kanker lambung.
Gangguan gastrointestinal sering d hubungkan dengan emosi atau psikoneurosis dan makan
terlalau cepat karena kurang di kunyah sertaterlalu banyak merokok.Gangguan pada lambung
umumnya berupasindroma distepsia, yaitu kumpulan gejaa yang terdiri dari mual,
muntah,nyeri efigastrium, kembung, nafsu makan berkurang dan rasa cepatkenyang.

Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makan dan


cairansecukupnya yang tidak meberatkan lambung serta mencegah danmenetralakn sekresi
asm lambung yang berlebihan.

Syarat Diet :
1. Mudah cerna, porsi kecil dan sering di berikan.
2. Energy dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untukmenerimanya.
3. Lemak rendah, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energy total yang ditingkatkan secara
bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
4. Rendah serat, terutama serat tidak arut air yang di tingkatkan secarabertahap.
5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secaratermis, mekanis,
maupun kimia ( disesuaikan daya terima perorangan).
7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak dianjurkan minum susu
terlalu banyak.
8. Makan secara perlahan di lingkunan yang tenang.
2. Diet Penyakit Saluran Cerna Bawah.

a. Diet Penyakit Usus Inflamatorik (Inflammatory Bowel Disease)

Penyakit usus inflamatorik adalah peradangan terutama pada ileum danusus besar
dengan gejala diare, disertai darah, lendir, nyeri abdomen, beratbadan berkurang, demam dan
kemungkinan terjadi streatorea (adanya lemak dalam feses). Penyakit ini dapat berupa Kolitis
Ulseratif dan Chron’s Disease.

Tujuan diet penyakit inflamatorik adalah:

1. Memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.


2. Mengganti kehilangan zat gizi dan memperbaiki status gizi kurang.
3. Mencegah iritasi dan inflamasi lebih lanjut.
4. Mengistirahatkan usus pada masa akut.

Syarat-syarat diet penyakit usus inflamatorik adalah:


1. Pada feses akut dipuasakan dan diberi makanan secara parenteral saja.
2. Bila fase akut teratasi, pasien diberi makanan secara bertahap, mulai daribentuk cair
(peroral maupun enteral), kemudian meningkat menjadi siet sisarendah dan serat rendah.
3. Bila gejal ahilang dapat diberikan makanan biasa.
4. Kebutuhan gizi, yaitu : Energi , protein tinggi, Suplemen vitamin, mineral antara lain
vitamin A, C, D asm folat,vitamin B12,kalsium, zat besi, magnesium dan seng.
5. Makanan enteral rendah atau bebas laktosa dan mengandung asam lemakrantai sedang
(medium chain trygliceride = MTC) dapat diberikan karenasering terjadi intoleransi laktosa
dan malabsorpsi lemak.
6. Cukup cairan dan elektrolit.7. Menghindari makanan yang mengandung gas.8. Sisa rendah
dan secara bertahap kembali ke makanan biasa.
b.Diet Penyakit Divertikular

Penyakit divertikular terdiri atas penyakit Divertikulosis dan Divertikulitis.Penyakit


Divertikulosis yaitu adanya kantong-kantong kecil yang terbentukpada dinding kolon yang
terjadi akibat tekanan intrakolon yang tinggi padakonstipasi kronik. Hal ini terutama terjadi
pada usia lanjut yang makanannya rendah serat. Penyakit Divertikulitis terjadi bila
penumpukan sisa makananpada divertikular menyebabkan peradangan.
Gejala-gjalanya antar alainkram pada bagian kiri bawah perut, mual, kembung,
muntah, konstipaseatau diare, menggigil dan demam.

Tujuan Diet Penyakit Divertikulosis :


1. Meningkatkan volume dan konsistensi fees.
2. Menurunkan tekanan intra luminal
.3. Mencegah infeksi.
4. Mengistirahatkan usus untuk mencegah perforasi.
5. Mencegah akibat laksatif dari makanan berserat tinggi

.Syarat-syarat Diet Penyakit Divertikulosis :


1. Kebutuhan energi dan zat-zat gizi normal.
2. Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter sehari.
3. Serat tinggi.
4. Mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai dengan batasandiet yang
ditetapkan.
5. Bila ada pendarahan, dimuali dengan makanan cair jernih.
6. Makanan diberikan secara bertahap, dimulai dari diet sisa rendah I kedietsisa rendah II
dengan konsistensi yang sesuai.
7. Hindari makanan yang banyak mengandung biji-biji kecil, seperti tomat, jambu biji dan
stroberi yang dapat menumpuk dalam divertikular.
8. Bila perlu diberi makanan enteral rendah atau bebas laktosa.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan padasaluran dan
mekanisme pencernaan dalam tubuh manusia. Gangguan atau kelainandalam system
pencernaan antara lain :a. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome)b. Sindrom Fungsional
Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom)c. Aerofagid. Mencret (Diare)e. Heartburnf.
Esofagitisg. Peritonitish. Sembelit (Konstipasi)i. Wasir atau hemoroid j. Kanker ususDiet
pada gangguan saluran cerna dibagi menjadi 2 yaitu : Diet pada saluran cernaatas dan diet
pada saluran cerna bawah. Diet pada saluran cerna atas meliputi dietdisfagia, diet pasca
hematemesis-melena dan diet penyakit lambung. Sedangkanpada saluran cerna bawah
meliputi diet penyakit usus inflamatorik dan dietdivertikular.

B.Saran

Dalam melakukan diet, hendaknya ditetapkan target waktu dan hasil;penyesuaian


gejala serta diseimbangkan dengan aktivitas olahraga sehingga dietakan tetap sehat.
Penyesuaian gejala utamanya dilakukan saat terjadi gangguan(seperti gangguan saluran
cerna) dan diharuskan melakukan diet, sehingga nantinyadiet akan lebih maksimal
memberikan hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Gizi RS Dr.Cipto Mangunkusumo. 1997. Penuntun Diit. Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Utama

Beck, Mary E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya Dengan Penyakit – penyakit untuk
Perawat dan Dokter. Jakarta: Andi Publisher

Hartono, Andry dan Kristiani. 1995. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya denganPenyakit-
Penyakit untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta : Yayasan EssentiaMedica

Anda mungkin juga menyukai