Anda di halaman 1dari 19

A.

PENGERTIAN
Kolostomi adalah membuat ostomi di kolon, dibentuk bila usus tersumbat oleh tumor
(Mansjoer, 2010). Kolostomi adalah Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli
bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (Bare & Suzanne,
2008). Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara
colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara
atau menetap selamanya (Sjamsuhidayat dan Jong, 2012).
Kolostomi merupakan suatu membuatan lubang di dinding perut dengan tujuan untuk
mengeluarkan faces dapat bersifat sementara ataupun permanen. Kolostomi merupakan
Suatu tindakan membuat lubang pada kolon tranversum kanan maupun kiri Atau
kolonutaneustomi yang disebut juga anus prenaturalis yang dibuat sementara atau
menetap. Kolostomy pada bayi dan anak hampir selalu merupakan tindakan gawat
darurat, sedang pada orang dewasa merupakan keadaan yang pathologis. Kolostomy pada
bayi dan anak biasanya bersifat sementara. Kolostomi dapat menimbulkan komplikasi
dan perubahan konsep diri pasien. Colostomy adalah pembuatan lubang (stoma) pada
kolon secara bedah. (Bare & Suzanne, 2008). Colostomy adalah prosedur pembedahan
dimana sebagian dari usus besar dibawa keluar melewati dinding abdomen untuk
mengeluarkan feses atau kotoran dari tubuh. Colostomy adalah pengalihan isi kolon yang
dapat permanen atau sementara (Mansjoer, 2010).

Laporan Pendahuluan Colostomy 1


B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi

Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan. Sebagaimana kita ketahui sistem
pencernaan dimulai dari mulut, lalu kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus
(duodenum, yeyunum,ileum), usus besar (kolon), rektum dan berakhir di dubur. (Adil
Pasaribu, 2008). Usus besar merupakan bagian akhir dari proses pencernaan, karena
sebagai tempat pembuangan, maka di usus besar sebagian nutrien telah dicerna dan di
absorbsi dan hanya menyisakan zat-zat yang tidak tercerna (Mansjoer, 2010).
Kolon adalah bagian usus besar antara usus buntu dan poros usus, yang terdiri dari
kolon ascending, tranversum, descending, dan sigmoid. Rectum adalah ujung usus besar
sebagai kelanjutan usus besar sigmoid sampai ke dubur Sjamsuhidayat dan Jong, (2012).
Anatomi usus besar manusia dimulai dari katup ileocecal ke anus dan rata-rata
panjangnya 1,5 m dan lebarnya 5-6 cm.Usus besar terbagi kedalam cecum, colon, dan
rectum. Vermiform appendix berada pada bagian distal dari cecum. Colon terbagi
menjadi colon ascending, colon transversal, colon descending, dan bagian sigmoid.
Bagian akhir dari usus besar adalah rectum dan anus. Sphincter internal dan eksternal
pada anus berfungsi untuk mengontrol pembukaan anus (Mansjoer, 2010).
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki
(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalisani. Diameter usus besar sudah
pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi
makin dekat anus diameternya semakin kecil.23 Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke

Laporan Pendahuluan Colostomy 2


luar adalah selaput lendir, lapisan otot yang memanjang, dan jaringan ikat. Ukurannya
lebih besar daripada usus halus, mukosanya lebih halus daripada usus halus dan tidak
memiliki vili. Serabut otot longitudinal dalam muskulus ekterna membentuk tiga pita,
taenia coli yang menarik kolon menjadi kantong-kantong besar yang disebut dengan
haustra (Sjamsuhidayat dan Jong, 2012).
Dibagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu katup antara usus halus dan usus besar.
Katup ini tertutup dan akan terbuka untuk merespon gelombang peristaltik sehingga
memungkinkan kimus mengalir 15 ml masuk dan total aliran sebanyak 500 ml/hari
(Mansjoer, 2010).

Struktur usus besar terbagi atas 6 daerah yaitu :

a. Sekum.
Merupakan kantong yang terletak di bawah muara ileum pada usus besar. Panjang dan
lebarnya kurang lebih 6 cm dan 7,5 cm. Saekum terletak pada fossa iliaka kanan di
atas setengah bagian lateralis ligamentum inguinale. Biasanya saekum seluruhnya
dibungkus oleh peritoneum sehingga dapat bergerak bebas, tetapi tidak mempunyai
mesenterium. Terdapat perlekatan ke fossa iliaka di sebelah medial dan lateral melalui
lipatan peritoneum yaitu plika caecalis, menghasilkan suatu kantong peritoneum kecil,
recessus retrocaecalis.
b. Kolon asenden.
Bagian ini memanjang dari saekum ke fossa iliaka kanan sampai ke sebelah kanan
abdomen.Panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan dan di hati
membelok ke kiri.Lengkungan ini disebut fleksura hepatika (fleksura coli dextra) dan
dilanjutkan dengan kolon transversum.
c. Kolon transversum.
Terletak tepat di bagian bawah perut dan menjalar dari kanan ke arah kiri. Kolon
transversum melekat pada perut akibat adanya kerja dari sekelompok jaringan yang
disebut sebagai omentum.
d. Kolon desenden.
Terletak di bagian kiri perut dan berakhir pada kolon sigmoid.
e. Kolon sigmoid
Sering disebut juga kolon pelvinum. Panjangnya kurang lebih 40 cm dan berbentuk
lengkungan huruf S. Terbentang mulai dari apertura pelvis superior (pelvic brim)
sampai peralihan menjadi rektum di depan vertebra S-3. Tempat peralihan ini ditandai

Laporan Pendahuluan Colostomy 3


dengan berakhirnya ketiga teniae coli dan terletak + 15 cm di atas anus.Kolon sigmoid
tergantung oleh mesokolon sigmoideum pada dinding belakang pelvis sehingga dapat
sedikit bergerak bebas (mobile).
f. Rektum.
Bagian ini merupakan lanjutan dari usus besar, yaitu kolon sigmoid dengan panjang
sekitar 15 cm. Rektum memiliki tiga kurva lateral serta kurva dorsoventral.Mukosa
rektum lebih halus dibandingkan dengan usus besar. Rektum memiliki 3 buah valvula:
superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 2/3 bagian distal rektum terletak di
rongga pelvik dan terfiksir, sedangkan 1/3 bagian proksimal terletak dirongga
abdomen dan relatif mobile (Sjamsuhidayat dan Jong, 2012).
Kedua bagian ini dipisahkan oleh peritoneum reflektum dimana bagian
anterior lebih panjang dibanding bagian posterior. Saluran anal (anal canal) adalah
bagian terakhir dari usus, berfungsi sebagai pintu masuk ke bagian usus yang lebih
proksimal, dikelilingi oleh spinkter ani (eksternal dan internal) serta otot-otot yang
mengatur pasase isi rektum kedunia luar. Spinkter ani eksterna terdiri dari 3 sling :
atas, medial dan depan (Mansjoer, 2010).
Usus besar terdiri atas membrane mukosa tanpa adanya lipatan kecuali pada
bagian distalnya (rektum).Vili usus tidak dijumpai pada usus ini.Kelenjar usus yang
berukuran panjang ditandai dengan banyaknya sel goblet, sel absorptif dan sedikit sel
enteroendokrin. Di dalam lamina propria, banyak dijumpai sel limfoid dan nodul yang
sering kali menyebar sampai ke dalam submukosa.Banyaknya jaringan limfoid ini
berkaitan dengan banyaknya bakteri di dalam usus besar.Muskularis terdiri atas
berkas-berkas longitudinal luarnya mengelompok dalam 3 pita longitudinal yang
disebut taenia coli. (Mansjoer, 2010).
Pada kolon bagian intraperitoneal, lapisan/ tunika serosa ditandai dengan
tonjolan kecil yang terdiri atas jaringan lemak, yaitu apendiks epiploika. Di daerah
anus, membran mukosa membentuk sederetan lipatan memanjang, yaitu kolumna
rektalis Morgagni (Sjamsuhidayat dan Jong, 2012).
Dalam usus besar juga terdapat cecum (usus buntu), yaitu bagian awal usus
besar yang berbentuk kantong. Cecum juga berperan dalam penyerapan nutrisi dan air
walaupun tidak signifikan. Pada cecum terdapat appendix (umbai cacing),
kemungkinan merupakan sisa-sisa organ tubuh yang dimiliki nenek moyang manusia
(organ vestigial). Fungsi umbai cacing belum diketahui dengan jelas saat ini
(Tambayong, 2009).

Laporan Pendahuluan Colostomy 4


Usus besar manusia dihuni berbagai macam jens bakteri yang menguntungkan
tubuh (flora normal). Bakteri-bakteri ini akan mencerna sisa-sisa makanan yang tidak
dapat dicerna sistem pencernaan manusia dan menghasilkan vitamin B dan vitamin K
yang berguna bagi tubuh. Bakteri menguntungkan tersebut juga dapat mencegah
berkembangnya bakteri patogen di usus besar manusia dengan cara menghambat
penempelan bakteri patogen di dinding usus besar. Bakteri ini juga akan menjadi
bagian dari feses sehingga menjadikan struktur feses lebih padat dan mudah
dikeluarkan (Tambayong, 2009).

2. Fisiologi
Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan perkecualian
sfingter eksterna yang berada di bawah kontrol volunter. Perangsangan simpatis
menyebabkan penghambatan sekresi dan kontraksi, serta perangsangan sfingter
rektum, sedangkan perangsangan parasimpatis mempunyai efek yang berlawanan.
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir
isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorbsi air dan elektrolit,
yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi
sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi
berlangsung. Kolon mengabsorpsi sekitar 600 ml air per hari, bandingkan dengan
usus halus yang mengabsorpsi sekitar 8.000 ml. Kapasitas absorpsi usus besar adalah
sekitar 2.000 ml/hari. Sedikitnya pencernaan yang terjadi di usus besar terutama
diakibatkan oleh bakteri dan bukan karena kerja enzim (Bare & Suzanne, 2008).
Fungsi usus besar ialah menyerap air, vitamin, dan elektrolit, ekskresi mukus,
serta menyimpan feses, dan kemudian mendorongnya keluar. Dari 700-1000 ml cairan
usus halus yang diterima oleh kolon. 150-200 ml sehari dikeluarkan sebagai feses.
Udara ditelan sewaktu makan, minum, atau menelan ludah. Oksigen dan
karbondioksida didalamnya diserap diusus sedangkan nitrogen bersama dengan gas
hasil pencernaan dan peragian dikeluarkan sebagai flatus. Jumlah gas didalam usus
mencapai 500 ml sehari. Pada infeksi usus produksi gas meningkat dan bila mendapat
obstruksi usus gas tertimbun dijalan cerna yang menimbulkan flatulensi (Bare &
Suzanne, 2008).

Laporan Pendahuluan Colostomy 5


C. ETIOLOGI
Penyebab pasti masih belum diketahui, tetapi beberapa kondisi yang dikenal sebagai
sindrom poliposis adenomatosa memiliki predisposisi lebih besar menjadi resiko kanker
kolon (Mansjoer, 2010).
Sebagian besar kanker kolon muncul dari polip adenomatosa yang menutupi dinding
sebelah dalam usus besar. seiring waktu, pertumbuhan abnormal ini memperbesar dan
akhirnya berkembang menjadi adenokarsinoma. Dalam kondisi ini, banyak adenomatosa
mengembangkan polip dikolon, yang pada akhirnya menyebabkan kanker usus besar.
kanker biasanya terjadi sebelum usia 40 tahun. sindrom adenomatosa poliposis cenderung
berjalan dalam keluarga. Faktor lain yang beresiko tinggi mengembangkan kanker kolon,
meliputi hal-hal berikut :
a. Kolitis useratif atau penyakit chron
b. Kanker payudara, kanker rahim atau ovarium sekarang atau di masa lalu.
c. Obesistas telah diidentifikasi sebagai faktor resiko kanker usus besar
d. Merokok telah jelas dikaitkan dengan resiko yang lebih tinggi untuk kanker usus
besar (Mansjoer, 2010).

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi kolostomy yaitu sebagai berikut:
a. Jenis Kolostomi Berdasarkan Bentuk Kolostomi
1. Loop Colostomy
Biasanya dilakukan dalam kondisi kedaruratan medis yang nantinya kolostomi
tersebut akan ditutup. Jenis kolostomi ini biasanya mempunyai stoma yang
berukuran besar, dibentuk di kolon transversal, dan bersifat sementara.
Colostomy ini dibuat dengan membawa lengkungan usus besar (loop of
bowel) melalui sebuah sayatan di dinding perut. Lengkungan usus ditahan dengan
diluar dinding perut dengan sebuah batang plastik yang diselipkan dibawahnya.
Sebuah sayatan dibuat di usus sehingga memungkinkan aliran kotoran melewati
colostomy. Tangkai penahan diangkat (diambil) setelah kira-kira 7-10 hari setelah
pembedahan, bila telah sembuh maka usus tidak akan tertarik kedalam perut.
Loop colostomy paling sering adalah untuk stoma yang temporer yang
berguna untuk diversi kotoran agar tidak melewati daerah usus yang obstruksi
atau adanya sepsis pelvis karena kanker usus, diverticulitis, trauma kolorektal,
trauma radiasi atau komplikasi penyakit peradangan usus besar. Dapat pula

Laporan Pendahuluan Colostomy 6


digunakan untuk proteksi sambungan koloanal atau adanya fistula (Tambayong,
2009).

2. End Colostomy
Terdiri dari satu stoma, yang dibentuk dari ujung proksimal usus dengan
bagian distal saluran GI dapat dibuang atau dijahit tertutup (disebut Kantong
Hartman) dan dibiarkan didalam rongga abdomen, end colostomy merupakan
hasil terapi bedah pada kanker kolorektal.
Fungsi ujung akhir dari usus dibawa keluar ke permukaan perut, pembuatan
stoma dilakukan dengan membalik usus dan dijahitkan kekulit, permukaan stoma
biasanya tampak lembab dan berwarna merah muda. Bagian distal dari usus besar
diangkat atau ditutup dengan dijahit dan ditinggalkan didalam perut. End
colostomy biasanya adalah stoma yang permanen, ini biasanya disebabkan oleh
karena trauma, kanker atau penyakit yang lain (Tambayong, 2009).

3. Double-Barrel Colostomy
Terdiri dari dua stoma yang berbeda yaitu stoma proksimal yang berfungsi dan
stoma distal yang tidak berfungsi. Colostomy ini termasuk pembuatan dua stoma
yang terpisah di dinding perut. Stoma yang proksimal adalah stoma yang
berfungsi mengeluarkan kotoran dan berhubungan dengan saluran pencernaan
bagian atas. Stoma yang distal berhubungan dengan rectum dan disebut mucous
fistula, mengalirkan sedikit material lendir. Stoma ini sering merupakan stoma
yang temporer yang dibuat untuk mengistirahatkan sebagian dari usus dan
nantinya ditutup (Tambayong, 2009).

b. Jenis Kolostomi berdasarkan sifat kolostomi


1. Kolostomi sementara dibuat misalnya pada penderita gawat perut dengan
peritoritis yang telah dilakukan reseksi sebagian kolon.
2. Kolostomi tetap dibuat pada reseksi rektoanal abdominoperineal menurut
quenu-milles berupa anus preternaturalis (Ganong W. F., 2011).

Laporan Pendahuluan Colostomy 7


Pada dasarnya Kolostomi terbagi menjadi 2 macam yaitu sebagai berikut:
a. Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk
mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula
dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang
yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel. Lubang
kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang
disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya masih terjadi
pembengkakan sehingga stoma tampak membesar. Pasien dengan pemasangan
kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparotomi (pembukaan dinding
abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya
bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses
yang dapat mengkontaminasi luka laparotomi, perawat harus selalu memonitor
kondisi luka dan segera merawat luka dan mengganti balutan jika balutan
terkontaminasi feses. Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong
kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan feses cair
mengotori abdomen. Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar stoma
tetap kering, hal ini penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk
kenyamanan pasien. Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi
zink salep atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong
kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk
memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi (Ganong W. F.,
2011).

b. Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak
memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan,
atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses
melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan
satu ujung lubang) (Ganong W. F., 2011).

E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada pasien dengan Colostomy yaitu sebagai berikut:
a. Nyeri abdomen

Laporan Pendahuluan Colostomy 8


b. Muntah
c. Obstipasi/diare
d. Perut kembung
e. Kejang hilang timbul (Mansjoer, 2010).

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan Colostomy adalah sebagai berikut:
a. Prolaps
Merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit
Prolaps dapat dibagi 3 tingkatan yaitu:
1. Penonjolan seluruh dinding colon termasuk peritonium kadang-kadang sampat
loop ilium.
2. Adanya strangulasi dan nekrosis pada usus yang mengalami penonjolan.
3. Prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor peristaltik usus meningkat, fixasi
usus tidak sempurna, mesocolon yang panjang, tekanan intra abdominal tinggi,
dinding abdomen tipis dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan omentum
yang pendek dan tipis.
b. Iritasi Kulit
Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena feces yang keluar mengandung
enzim pencernaan yang bersifat iritatif. Juga terjadi karena cara membersihkan kulit
yang kasar, salah memasang kantong dan tidak tahan akan plaster.
c. Diare
Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang keluar. Pada sigmoid
biasanya normal.
d. Stenosis Stoma
Kontraktur lumen terjadi penyempitan dari celahnya yang akan mengganggu pasase
normal feses.
e. Eviserasi
Dinding stoma terlepas dari dinding abdomen sehingga organ intra abdomen keluar
melalui celah.
f. Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya
pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan,
pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi

Laporan Pendahuluan Colostomy 9


permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri
di kamar mandi.
g. Infeksi
Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya
infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus
sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong
kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.
h. Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan juga
karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami
pengkerutan.
i. Prolaps pada stoma
Prolaps merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit.
Stenosis Penyempitan dari lumen stoma.
j. Perdarahan stoma
k. Hernia Paracolostomy
l. Pendarahan Stoma
m. lnfeksi luka operasi
n. Retraksi : karena fixasi yang kurang sempurna
o. Sepsis dan kematian
Untuk mencegah komplikasi, diperlukan colostomi dengan teknik benar serta
perawatan pasca bedah yang baik, selain itu pre-operatif yang memadai
(Sjamsuhidayat dan Jong, 2012).

G. PATOFISIOLOGI
Proses perjalanan penyakit klien yang mengalami kelainan pada usus seperti:
obstruksi usus, kanker kolon,kolitis ulceratif, penyakit Divertikuler akan dilakukan
pembedahan yang disebut dengan kolostomi yaitu lubang dibuat dari segmen kolon
(asecenden, tranversum dan sigmoid). Lubang tersebut ada yang bersifat sementara dan
permanen. Kolostomi asenden dan transversum bersifat sementara, sedangkan kolostomi
sigmoid bersifat permanen. Kolostomi yang bersifat sementara akan dilakukan penutupan
(Ganong W. F., 2011).

Laporan Pendahuluan Colostomy 10


H. PATHWAY

Kanker Obstruksi Peradangan Divertikulasi Iskemia Usus


Kronis atau Trauma

Nekrosis
Feses tidak dapat pada Nekrosis
dikeluarkan jaringan Struktur Abses jaringan
usus Perikolik

Peningkatan Obstruksi
Obstruksi usus
tekanan Intra
Abdomen

Pre Operasi Colostomy Intra Operasi Colostomy Post Operasi Colostomy

Tidak tahu Adanya Colostomy


Pembatasan Ada kantong
tentang cara Luka Transversal
Diet stoma di
perawatan, Operasi
komplikasi daerah
abdomen
Colostomy Feses lunak
Resiko dan berlendir
Kekurangan
Resiko
Nutrisi
perdarahan Gangguan
Kurang Mengiritasi
informasi Konsep diri: kulit
Citra tubuh

Kerusakan
Anxietas Kurang Nyeri Intoleransi Integritas
Pengetahuan Aktivitas Kulit

Laporan Pendahuluan Colostomy 11


I. PENATALAKSANAAN
Pengobatan terpilih adalah operasi. Pemilihan jenis operasi tergantung stadium klinis,
lokasi tumor, resktabilitas, dan keadaan umum pasien. Colok dubur sangat penting untuk
menentukan lokasi dan resktabilitas tumor. Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum
adalah :
1. Low anterior resection / anterior resection. Insisi lewat abdomen. kolon kiri atau
sigmoid dibuat anastomosis dengan rektum.
2. Prosedur paliatif, dibuat stoma saja.
3. Reseksi abdomino perineal / amputasi rekti (Milles Procedure). Bagian Distal
sigmoid, rektosigmoid, dan rektum direseksi, kemudian dibuat end kolostomi.
4. Pull through operation. Teknik ini sulit, bila tidak cermat dapat menyebabkan
komplikasi antara lain inkontinensia alvie.
5. Fulgurasi (elektrokogulasi) untuk tumor yang keluar dari anus dan unresektabel
(Ganong W. F., 2011).

Pengobatan medis untuk karsinoma kolorektal paling sering dalam bentuk


pendukung/terapi ajufan yang mencakup kemoterapi, radiasi dan atau imunoterapi
(Ganong W. F., 2011).

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto sinar X Pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini akan
tampak filling defect biasanya sepanjang 5 – 6 cm berbentuk anular atau apple core.
Dinding usus tampak rigid dan gambaran mukosa rusak.
2. Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA)Pemeriksaan CEA dapat dilakukan,
meskipun antigen CEA mungkin bukan indikator yang dapat dipercaya dalam
mendiagnosa kanker karena tidak semua lesi menyekresi CEA.
3. Tes-tes Khusus
a. Proktosigmoidoskopi Dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai menderita
karsinoma usus besar. Jika tumor terletak di bawah, bisa terlihat langsung.
Karsinoma kolon di bagian proksimal sering berhubungan dengan adanya polip
pada daerah rektosigmoid.
b. Koloskopi Diperiksa dengan alat yang sekaligus dapat digunakan untuk biopsi
tumor.

Laporan Pendahuluan Colostomy 12


c. Sistoskopi Indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau pemeriksaan yang
mencurigai invasi keganasan ke kandung kencing (Ganong W. F., 2011).

K. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
a. Keadaan stoma :
1) Warna stoma (normal warna kemerahan).
2) Tanda-tanda perdarahan (perdarahan luka operasi).
3) Tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi laese).
4) Posisi stoma.
b. Apakah ada perubahan eliminasi tinja :
1) Konsistensi, bau, warna feces.
2) Apakah ada konstipasi / diare ?
3) Apakah feces tertampung dengan baik ?
4) Apakah pasien/ keluarga dapat mengurus feces sendiri ?
c. Apakah ada gangguan rasa nyeri :
1) Keluhan nyeri ada/ tidak.
2) Hal-hal yang menyebabkan nyeri.
3) Kualitas nyeri.
4) Kapan nyeri timbul (terus menerus / berulang).
5) Apakah pasien gelisah atau tidak.
d. Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi
1) Tidur nyenyak/ tidak.
2) Apakah stoma mengganggu tidur/tidak.
3) Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur.
4) Adakah faktor psikologis mempersulit tidur ?
e. Bagaimana konsep diri pasien ?
1) Bagaimana persepsi pasien terhadap: identitas diri, harga diri, ideal diri,
gambaran diri, & peran.
f. Apakah ada gangguan nutrisi :
1) Bagaimana nafsu makan klien.
2) BB normal atau tidak.
3) Bagaimana kebiasaan makan pasien.
4) Makanan yang menyebabkan diare.

Laporan Pendahuluan Colostomy 13


5) Makanan yang menyebabkan konstipasi.
g. Apakah pasien seorang yang terbuka ?
1) Maukah pasien mengungkapkan masalahnya.
2) Dapatkah pasien beradaptasi dgn lingkungan setelah tahu bagian tubuhnya
diangkat.

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecedera biologis.
2. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan pemasangan kolostomi
3. Gangguan konsep diri/citra diri berhubungan dengan perubahan anatomis
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya luka pasca bedah di abdomen
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

M. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No NIC
keperawatan Hasil (NOC)
1 Nyeri akut NOC: NIC:
berhubungan a. Pain level,
dengan agen b. Pain control, Pain Management
pecedera c. Comfort level a. Lakukan pengkajian nyeri secara
biologis. komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria Hasil :
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
a. Mampuu dan faktor presipitasi
mengontrol nyeri b. Observasi reaksi nonverbal dari
(tahu penyebab ketidaknyamanan
nyeri, mampu c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
menggunakan untuk mengetahui pengalaman nyeri
teknik pasien
nonfarmakologi d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon
untuk mengurangi nyeri
nyeri mencari e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
bantuan)
b. Melaporkan bahwa Analgesic Administration
nyeri berkuurang a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dengan dan derajat nyeri sebelum pemberian
menggunakan obat
menajemen nyeri b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
c. Mampu mngenali dosis, dan frekuensi

Laporan Pendahuluan Colostomy 14


nyeri (skala, c. Cek riwayat alergi
intensitas d. Pilih analgesik yang diperlukan atau
frekwensi dan kombinasi dari analgesik ketika
tanda nyeri) pemberian lebih dari satu
d. Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang.
2 Resiko NOC NIC
kekurangan 1. Tissue Integrity :Pressure Management
integritas julit Skin and Mucous a. Anjurkan pasien untuk
Membranes menggunakan pakaian yang
2. Hemodyalis akses longgar
b. Hindari kerutan pada tempat
Kriteria Hasil : tidur
1. Integritas kulit c. Jaga kebersihan kulit agar tetap
yang baik bisa bersih dan kering
dipertahankan d. Mobilisasi pasien (ubah posisi
(sensasi, pasien) setiap dua jam sekali
elastisitas, e. Monitor kulit akan adanya
temperatur, kemerahan
hidrasi, f. Oleskan lotion atau
pigmentasi) minyak/baby oil pada daerah
2. Tidak ada yang tertekan
luka/lesi pada g. Monitor aktivitas dan mobilisasi
kulit pasien
3. Perfusi jaringan h. Monitor status nutrisi pasien
baik i. Memandikan pasien dengan
4. Menunjukkan sabun dan air hangat
pemahaman dalam Insision site care
proses perbaikan a. Membersihkan, memantau dan
kulit dan meningkatkan proses
mencegah penyembuhan pada luka yang
terjadinya cedera ditutup dengan jahitan, klip atau
berulang straples
5. Mampu b. Monitor proses kesembuhan
melindungi kulit area insisi
dan c. Monitor tanda dan gejala infeksi
mempertahankan pada area insisi
kelembaban kulit d. Bersihkan area sekitar jahitan
dan perawatan atau staples, menggunakan lidi
alami kapas steril
e. Gunakan preparat antiseptic,
sesuai program
f. Ganti balutan pada interval
waktu yang sesuai atau biarkan
luka tetap terbuka (tidak dibalut)
sesuai program
Dialysis Acces Maintenance

Laporan Pendahuluan Colostomy 15


3 Gangguan NOC NIC
konsep a. Distorted Behavior Management : Self-Harm
diri/citra diri Throught Self- Dorong pasien untuk mengungkapkan
berhubungan Control secara verbal konsekuensi dari perubahan
dengan b. Identity fisik dan emosi yang mempengaruhi
perubahan c. Self-Mutilation konsep diri
anatomis Restraint Family Involvement Promotion :
Kriteria Hasil : a. Bina hubungan dengan pasien sejak
a. Mengungkapkan masuk kerumah sakit
secara verbal b. Fasilitasi pengambilan keputusan
tentang identitas kolaboratif
personal c. Menjadi penghubung antara pasien dan
b. Mengungkapkan keluarga
secara verbal
penguatan tentang Self-Awareness Enhancement
identitas personal a. Pantau pernytaan pasien tentang harga
c. Memperlihatkan dirinya
kesesuaian b. Nilai apakah pasien percaya diri
perilaku verbal terhadap penilaiannya
dan non verbal c. Pantau frekuensi ungkapan verbal yang
. negative terhadap diri sendiri
d. Dorong pasien untuk mengidentifikasi
kekuatan
e. Berikan pengalaman yang dapat
meningkatkan otonomi pasien , jika
perlu
f. Hindari memberi kritik negative
g. Dorong pasien untuk mengevaluasi
perilakunya sendiri

4 Intoleransi NOC NIC


aktivitas a. Anxiety reduction Sleep Enhancement
berhubungan b. Comfort level a. Determinasi efek-efek medikasi
dengan adanya c. Pain level terhadap pola tidur
luka pasca d. Rest : Extent and b. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
bedah di Pattern c. Fasilitas untuk mempertahankan
abdomen e. Sleep : Extent an aktivitas sebelum tidur (membaca)
Patter d. Ciptakan lingkungan yang nyaman
Kriteria Hasil : e. Kolaborasikan pemberian obat tidur
a. Jumlah jam tidur f. Diskusikan dengan pasien dan keluarga
dalam batas tentang teknik tidur pasien
normal 6-8 g. Instruksikan untuk memonitor tidur
jam/hari pasien
b. Pola tidur, kualitas h. Monitor waktu makan dan minum
dalam batas dengan waktu tidur
normal i. Monitor/catat kebutuhan tidur pasien
c. Perasaan segar setiap hari dan jam
sesudah tidur atau
istirahat

Laporan Pendahuluan Colostomy 16


d. Mampu
mengidentifikasika
n hal-hal yang
meningkatkan
tidur

5 Resiko NOC: NIC:


kekurangan Nutritional Status : Nutrition Management
nutrisi food and Fluid Intake a. Kaji adanya alergi makanan
(defisiensi zat) Kriteria Hasil: b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
berhubungan Adanya peningkatan menentukan jumlah kalori dan nutrisi
dengan berat badan sesuai yang dibutuhkan pasien.
pecahnya vena dengan tujuan c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
plexus Berat badan ideal intake Fe
hemmoroidalis sesuai dengan tinggi d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
ditandai dengan badan protein dan vitamin C
perdarahan yang Mampu e. Berikan substansi gula
terus - menerus mengidentifikasi f. Yakinkan diet yang dimakan
waktu BAB. kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat untuk
v Tidak ada tanda tanda mencegah konstipasi
malnutrisi g. Berikan makanan yang terpilih ( sudah
Tidak terjadi dikonsultasikan dengan ahli gizi)
penurunan berat h. Ajarkan pasien bagaimana membuat
badan yang berarti catatan makanan harian.
i. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
j. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
k. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam batas normal
b. Monitor adanya penurunan berat badan
c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
d. Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
e. Monitor lingkungan selama makan
f. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
g. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
j. Monitor mual dan muntah
k. Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
l. Monitor makanan kesukaan

Laporan Pendahuluan Colostomy 17


m. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
n. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
o. Monitor kalori dan intake nuntrisi
p. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
q. Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet
6 Kurang NOC : NIC :
pengetahuan v Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
mengenai process a. Berikan penilaian tentang tingkat
kondisi, vKowledge : health pengetahuan pasien tentang proses
prognosis dan Behavior penyakit yang spesifik
kebutuhanpengo Kriteria Hasil : b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
batan vPasien dan keluarga bagaimana hal ini berhubungan dengan
berhubungan menyatakan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
dengan tidak pemahaman tentang tepat.
mengenal penyakit, kondisi, c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
sumber prognosis dan muncul pada penyakit, dengan cara yang
informasi. program pengobatan tepat
vPasien dan keluarga d. Gambarkan proses penyakit, dengan cara
mampu melaksanakan yang tepat
prosedur yang e. Identifikasi kemungkinan penyebab,
dijelaskan secara dengna cara yang tepat
benar f. Sediakan informasi pada pasien tentang
v Pasien dan keluarga kondisi, dengan cara yang tepat
mampu menjelaskan g. Hindari harapan yang kosong
kembali apa yang h. Sediakan bagi keluarga informasi
dijelaskan perawat/tim tentang kemajuan pasien dengan cara
kesehatan lainnya yang tepat
i. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang
dan atau proses pengontrolan penyakit
j. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
k. Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
l. Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
m. Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang tepat
n. Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat

Laporan Pendahuluan Colostomy 18


Laporan Pendahuluan Colostomy 19

Anda mungkin juga menyukai