Anda di halaman 1dari 9

STRATEGI PELAKSANAAN

Pada Klien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan

Sesi 1

Oleh :

Wulan Mei Mustika Dewi

201511084

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH

YOGYAKARTA

2017
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

PADA KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Proses Keperawatan
1. DESKRIPSI PASIEN
Seorang wanita bernama Nn.Rika usia 20 tahun. Keluarga pasien mengatakan 2
minggu terakhir klien sering berbicara kasar dan kadang menangis, serta mudah
tersinggung, seringkali membanting pintu, mengobrak-abrik barang yang ada
disekitarnya. Keluarga tidak mampu mencegah dan mengontrol marahnya. Keluarga
pasien mengatakan bahwa klien mengalami sakit hati karena diputus pacarnya,
ditambah saat ini klien harus putus kuliah karena ibunya gagal panen dan ayahnya
sudah meninggal. Data dari klien sendiri menyatakan tidak betah saat dirumah karena
ibunya sering marah-marah karena kakaknya dipecat dari pekerjaan, dan adiknya tidak
naik kelas dan klien terpaksa harus putus kuliah. Klien mengatakan benci pada semua
orang, Kondisi saat ini klien masih terlihat sering marah-marah sendiri, wajah dan
mata klien tampak merah saat menceritakan kejadian yang dialaminya, pandangan
tajam, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul benda yang ada disekitarnya
dengan sulak. Pasien sudah menjalani perawatan selama 4 hari di rumah sakit jiwa

a. Data Subyektif
1) Keluarga klien mengatakan 2 minggu terakhir klien sering berbicara kasar
kadang menangis dan mudah tersinggung, sering membanting pintu dan
mengobrak abrik barang disekitarnya
2) Klien mengatakan tidak betah dirumah karena ibunya sering marah-marah
3) Klien mengatakan benci pada semua orang

b. Data Obyektif
1) Wajah dan mata pasien tampak merah saat menceritakan keadaan yang
dialaminya
2) Pandangan tajam
3) Bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul benda yang ada
disekitarnya dengan sulak
4) Kadang masih terlihat marah-marah sendiri
5) Klien sudah menjalani perawatan di RSJ selama 4 hari

2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko mencederai diri sendiri , orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perilaku kekerasan
b. Koping yang tidak efektif agresif atau amuk
c. Kurang pengetahuan dalam mengungkapkan marah yang konstruktif

3. Tujuan Interaksi
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
e. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasan

4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan sekarang dan yang lalu
c. Diskusikan perasaan, tanda, dan gejala yang dirasakan klien jika terjadi penyebab
perilaku kekerasan
d. Diskusikan bersama klien tentang perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada
saat marah
e. Diskusikan akibat (negatif) yang ditimbulkan dari perilaku kekerasan dan
bagaiman cara mengendalikannya.
f. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: tarik
nafas dalam
B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
P : “Selamat pagi mbak?
K : “Pagi Sus”
P : “Perkenalkan nama saya Wulan Mei Mustika Dewi panggil saja saya
suster Dewi, saya mahasiswi Stikes Panti Rapih. Disini Saya yang akan
bertugas merawat mbak dari pukul 07.00 sampai 14.00 siang nanti. Kalau
boleh tahu Nama mbak siapa?
K : ” Rika Wati !”
P : “ mbak senangnya dipanggil siapa?”
K : “Rika saja”
P : “Baik mbak, mulai saat ini saya akan panggil mbak Rika ya..”

b. Evaluasi / Validasi
P : “bagaimana perasaan mbak Rika saat ini?”
K : “Saya biasa aja sus”
P : “ Masih adakah perasaan kesal atau marah? “
K : “masih sus, semua orang jahat suster” (sambil menghentakkan kaki)
P : “ Apa yang membuat mbak Rika berkata seperti itu, bisakah mbak rika
ceritakan?”
K : “pacar saya tega sama saya sus, sahabat saya juga, ibu saya juga
semuanya jahatttttt‼‼! Saya sudah gak punya siapa-siapa lagi” (menangis)
P : “baik mbak Rika tenang dulu, disini kan ada suster, mbak Rika tidak
sendiri ?”

c. Kontrak :
1) Topic
P :”mbak Rika saya melihat di rekam medis, mbak rika sudah di
Rumah Sakit sejak 4 hari yang lalu ya? Apa yang membuat mbak
Rika masuk Rumah Sakit?”
K :” Saya gak betah dirumah, saya benci sama semua orang suster.
Kenapa sahabat saya merebut pacar saya? kenapa dirumah saya
sering dimarahiii…..Salah saya apa susster???? “
P :“Baik mbak, jika perasaan mbak seperti itu. Mari kita berbincang-
bincang tentang perasaan marah mbak Rika. Tentang penyebab
marah, tanda-tanda yang mbak rasakan saat marah Apakah mbak
bersedia?”.
K :”Ya sus”
P :”Baik mbak Rika sebelum kita membahas lebih jauh, saya
jelaskan dulu tujuan dari tindakan ini. Jadi hal ini bertujuan untuk
mengetahui penyebab dan tanda gejala marah sehingga harapannya
mbak Rika dapat mengontrol marah dengan kegiatan yang positif?
Begitu?”
K : “Iya suster”

2) Waktu
P : “ Nah, mbak Rika mau berapa lama kita berbincang-bincang?”
K : “manut suster”
P : “bagaimana kalau 10-15 menit ? “
K : “ baik sus“

3) Tempat
P : “Mbak Rika senangnya kita berbicara dimana, yang menurut
mbak Rika nyaman?
K :”disini saja sus “

2. Fase Kerja
P :”Baik jika begitu apakah ada yang ingin ditanyakan dulu mbak sebelum
kita mulai?”
K :”Tidak sus”
P : “Baik mbak jika tidak ada, sekarang coba mbak ceritakan. Apa yang
membuat mbak Rika sering marah-marah?“
K : “Saya keinget terus Sus saat pacar saya mutusin saya hanya karena dia
lebih milih sahabat saya, apalagi si sahabat saya tuh, dasar gak tau diri.
Bisa-bisanya ya? Pacar sahabatnya sendiri diembat! Ditambah lagi ibu
saya ngomel-ngomel mulu kerjaannya, ini salah itu salah semua serba
salah. Saya bener-bener udah eneg rasain suasana rumah.”
P : “Baik mbak saya mengerti, Lalu saat mbak sedang kesal dan marah, apa
yang mbak rasakan?”
K : “Saat saya marah, rasanya dongkol, pengen teriak nangis, maki-maki
pacar dan sahabat saya”.
P : “lalu saat merasa kesal apakah mbak merasa dadanya berdebar-debar,
rahang terkatup rapat, mata melotot dan tangan mengepal?”
K :”iya sih sus kadang-kadang”
P :”Oh begitu, Lalu setelah itu apa yang mbak lakukan?
K : “ ya saya langsung spontan marah-marah sambil melempar benda-benda
yang ada disekitar saya, semua saya obrak abrik. Biasanya kalau dikamar
ya kaya botol-botol make up, vas bunga ya macem-macem sus”.
P :”begitu yaa, lalu apakah dengan cara seperti itu masalah mbak dapat
terselesaikan?
K : “(sambil garuk-garuk kepala). Nggak juga sih sus”
P :”baik jika tidak, setelah apa yang mbak lakukan itu apakah menurut mbak
dapat merugikan diri mbak, orang lain atau mungkin lingkungan?”
K :”Iya mungkin sus, lingkungan jadi berantakan.
P : “lalu kerugian bagi mbak dan orang lain?”
K :” yang pasti saya nanti bakal dijauhi karena mereka takut sama saya,
orang lain bisa juga terluka karena saya”
P : “nah menurut mbak adakah cara lain yang lebih baik untuk mengatasi
marah mbak Rika?
K : “gak tau sus”
P :” kalau begitu kita bicarakan bersama-sama ya,? Suster punya beberapa
cara nanti mbak Rika silahkan memilih yang menurut mbak sesuai dengan
mbak Rika”
K :“apa suster?”
P :”ada beberapa cara, tetapi bagaimana kalau kita belajar 1 cara dulu?
Namanya teknik nafas dalam “
K : “gimana caranya sus”
P : “Begini mbak, kalau mbak Rika sudah merasakan tanda-tanda marah
tadi, silahkan mbak Rika berdiri atau duduk dengan rileks, kemudian tarik
napas dalam dari hidung, tahan sebentar, kemudian hembuskan melalui
mulut perlahan seperti mengeluarkan kemarahan. (sambil memberi
contoh), ayo kita coba bersama
K :”(mempraktekkan)
P :”iya bagus, ayo coba lagi tarik nafas dari hidung tahan,, baguss
hembuskan…lakukan sebanyak 5 kali ya mbak”
K :”iya sus”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi Subjektif
P :” bagus sekali mbak Rika sudah bisa melakukannnya, bagaimana
perasaannya?”
K :”agak lega sus, perasaanya agak enteng”
P :”nah sebaiknya mbak lakukan latihan ini secara rutin, sehingga
jika sewaktu-waktu marah muncul, mbak Rika dapat
menyalurkannya dengan teknik nafas dalam
2) Evaluasi Objektif
P : “baik mbak rika nampaknya juga sudah sedikit rileks. Coba yuk,
suster pengen tahu tadi apa saja yang membuat mbak Rika marah?,
K :”pacar saya direbut sama sahabat saya, ibu saya marah-marahin
saya terus”
P :” lalu apa yang mbak Rasakan dan tanda gejalanya?
K :” jengkel, mata melotot, rahang mengatup, rasanya pengen
melempar semua barang yang ada disekitar saya
P :” iyak, bagus sekarang coba sekali lagi tunjukkan bagaimana cara
mengontrol rasa marah dengan teknik nafas dalam yang benar
K :”tarik nafas dari hidung, tahan, hembuskan lewat mulut perlahan
sebanyak 5 kali
P :”Wah bagus sekali mbak Rika masih ingat semua

b. Rencana Tindak Lanjut


P :” Baik mbak, PR mbak Rika nanti mengingat dan mempraktekkan apa
yang baru kita pelajari tadi. Oh, iya bagaimana kalau kegiatan ini di tulis
dalam jadwal harian mbak? Nanti suster manut deh jamnya mau jam
berapa, mau berapa kali sehari.
K :”boleh suster, 3 kali sehari aja ya

c. Kontrak Yang Akan Datang


1) Topic
P : “ baik deh mbak 3 kali sehari ya? Kemudian nanti ada Bruder
Yosef yang akan bertemu mbak Rika untuk membicarakan teknik kedua
bagaimana cara menyalurkan marah yang sehat “ Begitu?
K : “baik suster”

2) Waktu
P : “Nanti waktunya kalau jam 16.00 bagaimana mbak?
K : “Ya gakpapa suster”
P : “Pertemuan nanti digantikan dengan Bruder Yosef tidak apa-apa
kan mbak?”
K :”Iya sus gakpapa”
3) Tempat
P : “Nanti pertemuannya mau dimana mbak?
K : “ Disini aja sus”
P :“baik kalau begitu, nanti jam 16.00 sore ditempat ini mbak Rika
bertemu dengan Bruder Yosef ya. Sekarang mbak Rika boleh
melanjutkan aktifitasnya kembali, sampai jumpa dipertemuan
berikutnya. Selamat pagi mbak”
K :”Pagi suster”

Anda mungkin juga menyukai