Anda di halaman 1dari 5

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien :
Tanggal :
Interaksi ke :1

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien
Data Subjektif : -

Data Objektif : -
2. Diagnosa Keperawatan : -
3. Tujuan Khusus
Pasien mampu membina hubungan saling percaya
4. Rencana Tindakan Keperawatan
Bina hubungan saling percaya :
• Memperkenalkan diri
• Berjabat tangan
• Menanyakan nama pasien dan nama panggilan
• Bersikap empati
• Menempati janji

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“ Assalamualaikum bapak , perkenalkan nama saya Raden Nadya ,
senang dipanggil Nadya, saya adalah mahasiswa DIII keperawatan
dari Stikes Siti Khodijah yang akan merawat bapak selama 2
minggu, Nama bapak siapa? Senang dipanggil siapa?”

b. Evaluasi/validasi
“ Apa keluhan bapak? Ada apa sampai bapak datang kemari?
Apa yang terjadi dirumah?”
c. Kontrak
Topik
“ Bapak, bagaimana kalau kita ngobrol biar kita lebih dekat”.
Waktu
“ Bapak, mau berapa lama ngobrolnya, bagaimana kalau 10
Menit”.
Tempat
“ Bapak mau ngobrol dimana, bagaimana kalau disini saja”.

2. Fase Kerja
“ Bapak kalau boleh tahu berasal dari daerah mana?, bapak anaknya
berapa?, rumahnya dimana, bapak ada kejadian apa dirumah sehingga
bapak dibawa ke rumah sakit?, oh karena bapak marah-marah.”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“ Bapak bagaimana perasaannya setelah kita ngobrol tadi”
b. Evaluasi objektif
“ Bapak, tadi kan kita sudah berkenalan coba bapak sebutkan lagi siapa
nama suster, bagus bapak masih ingat nama saya”.
c. Rencana tindak lanjut
“bapak nanti kalau ada permasalahan bapak bisa panggil saya suster
Nadya”
d. Kontrak yang akan datang
Topik
“ Bapak besok kita ngobrol lagi yah, tentang penyebab bapak marah”.
Waktu
“Bapak mau ngobrolnya jam berapa?”
Tempat
“Bapak mau ngobrolnya dimana? Bagaimana jika diteras depan”.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien :
Tanggal :
Interaksi ke :2

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien
Data Subjektif
▪ Pasien mengatakan namanya Tn “A”, senang dipanggil Tn “A”,
▪ Pasien mengatakan dibawa ke rumah sakit karena marah-marah.
Data Objektif
▪ Pasien cukup kooperatif
▪ Pasien mau menjawab apa yang ditanyakan
▪ Pasien mau menatap lawan bicara
▪ Tatapan mata pasien tajam
▪ Emosi labil
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
▪ Pasien mampu mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
▪ Pasien mampu mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
▪ Pasien mampu mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
▪ Pasien mampu mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
▪ Pasien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik I : nafas
dalam
▪ Pasien mampu memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

4. Rencana Tindakan Keperawatan SP 1p :


▪ Identifikasi penyebab perilaku kekerasan
▪ Identifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
▪ Identifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
▪ Identifikasi akibat perilaku kekerasan
▪ Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik I : nafas dalam
▪ Anjurkan memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum bapak, apakah masih ingat dengan saya? Bagus
sekali bapak masih ingat dengan saya”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?masih ada perasaan kesal atau
marah?”
c. Kontrak
Topik
“Baik bapak sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan
berbicara tentang perasaan marah bapak dan belajar cara
mengatasinya”
Waktu
“Waktunya selama 30 menit dari sekarang ya pak”
Tempat
“Kita ngobrolnya diteras depan ya pak”

2. Fase Kerja
“Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak
pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang
sekarang ? O….ya, jadi ada dua penyebab bapak marah”
“Pada saat penyebab marah itu ada, misalnya bapak pulang kerja dan
istri belum meyediakan makanan, apa yang bapak rasakan?”
“Apakah merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O…..iya, jadi bapak memukul istri
bapak dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan
terhidangkan? Betul istri bapak jadi sakit dan takut, piring-piring pecah.
Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar
cara mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, salah satunya
dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan dengan marah.”
“Begini pak, kalau tanda marah-marah tadi sudah bapak rasakan maka
bapak berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar. Lalu
keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tari nafas dari hidung, bagus…., tahan dan
tiup melalui mulut. Nah lakukan sebanyak 5 kali. Bagus sekali, bapak
sudah bisa melakukanya. Bagaimana perasaanya?”
“Nah sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul, bapak sudah terbiasa
melakukannya”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaiamana perasaan bapak setelah kita latihan cara untuk
mengontrol marah tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Coba sebutkan lagi bagaimana cara mengontrol perilaku
kekerasan?”
“Coba bapak praktikkan kembali caratarik nafas dalam”
c. Rencana tindak lanjut
“sekarang kita buat jadwal latihanya ya pak, berapa kali sehari bapak
mau latihan nafas dalam?”
d. Kontrak yang akan datang
Topik
“Baiklah bapak bagaimana kalau besok kita latihan cara fisik ke dua
yaitu pukul kasur/bantal.
Waktu
“Besok bapak mau latihannya jam berapa? Bagaimana kalau pagi
jam 09.00.
Tempat
“Mau dimana kita latihannya pak? Oo...mau disini lagi, baiklah pak”.

Anda mungkin juga menyukai