Anda di halaman 1dari 58

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II

STRATEGI PELAKSAAN

Disusun oleh :

Nama : Meiyona S. Hadi Putri

Npm : 19230026p

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN (FIKES)

UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU

TAHUN 2021
1. STRATEGI PELAKSANAAN PERILAKU KEKERASAN

Masalah Utama : Perilaku kekerasan/Amuk/Marah

A. PROSES KEPERAWATAN

1) Pengkajian :

a) Data Subyektif :

Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika


sedang kesal atau marah.

Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

b) Data Obyektif :

Mata merah, wajah agak merah.

Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.

Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

Merusak dan melempar barang-barang.

2) Diagnosa keperawatan : Perilaku kekerasan/ngamuk

B. STRTEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Tindakan keperawatan untuk pasien

1) Tujuan

a) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

b) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

c) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya


d) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya

e) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya

f) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,


spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.

2) Tindakan

a) Bina hubungan saling percaya

Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar


pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan
yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya
adalah:

a. Mengucapkan salam terapeutik

b. Berjabat tangan

c. Menjelaskan tujuan interaksi

d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

b) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang
lalu

c) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan

d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik

e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis

f) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara social Diskusikan


tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual Diskusikan tanda dan
gejala perilaku kekerasan secara intelektual
g) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah secara:

a. Verbal

b. terhadap orang lain

c. terhadap diri sendiri

d. terhadap lingkungan

h) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya

i) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:

a. Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam

b. Obat

c. Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya

d. Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien

e. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab


perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I

ORIENTASI:

“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya nurhakim yudhi wibowo, panggil
saya yudi, saya perawat yang dinas di ruangan 9 ini, Nama bapak siapa, senangnya
dipanggil apa?”

“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”

“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?


“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di
ruang tamu?”

KERJA:

“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah


marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, apakah ada
penyebab lain yang membuat bapak marah”

“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak stress karena pekerjaan atau
masalah uang(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan?” (tunggu
respons pasien)

“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata


melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”

“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak marah-marah,
membanting pintu dan memecahkan barang-barang, apakah dengan cara ini stress bapak
hilang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi takut
barang-barang pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak
belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”

”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalahlah
dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”

”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”

”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan
melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus..,
tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?”

“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan


bapak?”

”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak
rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya .........
(sebutkan)

”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu,
apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan
napas dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari
bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”

”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain
untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak, Selamat pagi”

SP 2 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2

a. Evaluasi latihan nafas dalam

b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal

c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua

ORIENTASI

“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya tiga jam yang lalu sekarang saya
datang lagi”

“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak
marah?”

“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan
kegiatan fisik untuk cara yang kedua”
“sesuai janji kita tadi kita akan berbincang-bincang sekitar 20 menit dan
tempatnya disini di ruang tamu,bagaimana bapak setuju?”

KERJA

“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal,
berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur
dan bantal”.

“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi
kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan
tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan
bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.

“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”

“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian
jangan lupa merapikan tempat tidurnya

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”

“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”

“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur
bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi.
dan jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua
cara tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak
latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”

“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan
belajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai
jumpa&istirahat y pak”
SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:

a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik

b. L atihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta
dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.

c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

ORIENTASI

“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”

“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur
bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”

“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”

“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya
mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan.
Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

KERJA

“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega,
maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:

1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya larena minta
uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang
untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan
lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”

2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’.
Coba bapak praktekkan. Bagus pak”

3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba
praktekkan. Bagus”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol


marah dengan bicara yang baik?”

“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”

“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari
bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”

Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang,
dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!”

“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”

“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu
dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya”

SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual

a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik

dan sosial/verbal

b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadual latihan sholat/berdoa

ORIENTASI

“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya
datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”

“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya”

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah
yaitu dengan ibadah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

KERJA

“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang
mana mau dicoba?

“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas
dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga,
ambil air wudhu kemudian sholat”.

“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”

“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan
caranya (untuk yang muslim).”

TERMINASI

Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga
ini?”

“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa
kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)

“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak
merasa marah”

“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi”

“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol
rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja,
jam 10 ya?”

“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah bapak, setuju pak?”
2. STRATEGI PELAKSANAAN RISIKO BUNUH DIRI

Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Dea berusia 17 tahun. Tinggal daerah perbukitan. Ia selalu tampak murung


dan sedih. Setiap orang yang ingin mendekatinya akan selalu dijauhi. Dea sering
sekali mengatakan “segala sesuatu akan lebih baik jika tanpa saya. Saya adalah
orang yang selalu membawa musibah sudah sepantasnya saya pergi jauh dari
sini”. Kondisi ini mulai terjadi sejak tujuh hari yang lalu. Sahabatnya Nina jatuh
dari tebing yang curam ketika sedang bermain berdua sehingga sahabatnya Nina
meninggal dunia 7 hari yang lalu. Ibu dan ayahnya sangat cemas melihat kondisi
Dea sekarang.

2. Tujuan Khusus

a. Klien dapat meningkatkan harga dirinya

b. Klien dapat melakukan kegiatan sehari-hari

c. Klien mendapat perlindungan dari lingkungannya.

3. Tindakan keperawatan: Melindungi pasien

Tindakan yang dilakukan perawat saat melindungi pasien dengan risiko bunuh
diri ialah

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya


f. Perawat harus menemani pasien terus-menerus sampai pasien dapat
dipindahkan ke tempat yang lebih aman.

g. Perawat menjauhkan semua benda berbahaya (misalnya gnting, garpu,


pisau, silet, tali pinggang, dan gelas)

h. Perawat memastikan pasien telah meminum obatnya.

i. Perawat menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien


sampai tidak ada keinginan untuk bunuh diri.

SP 1 Percakapan untuk melindungi pasien dari isyarat bunuh diri

ORIENTASI

Salam terapeutik : Selamat pagi mbak, Apakah benar ini Dea Anggraini.
Ohh, senang dipanggil apa ? Ohh Dea. Baiklah Dea, perkenalkan nama saya
adalah Indrayani, saya biasa dipanggil Suster Iin, saya bertugas pada shift pagi
mulai pukul 08.00-14.00.

Evaluasi dan validasi : Bagaimana perasaan Dea hari ini? Saya akan selalu
menemani Dea disini mulai dari pukul 08.00-14.00, nanti akan ada perawat yang
menggantikan saya untuk menemani Dea selama dirawat di rumah sakit ini.

Kontrak : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang


mbak rasakan selama ini, saya siap mendengarkan sesuatu yang ingin mbak
sampaikan. Bagaimana kalau kita lakukan disini saja? Jam berapa kita akan
berbincang – bincang? Bagaimana kalau jam 13.00 setelah makan siang mbak?

KERJA

Bagaimana perasaan Dea setelah bencana itu terjadi? Apakah dengan bencana
tersebut Dea merasa paling menderita di dunia ini? Apakah Dea kehilangan
kepercayaan diri? Apakah Dea merasa tidak berharga dan lebih rendah dari pada
orang lain? Apakah Dea sering mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi?
Apakah Dea berniat untuk menyakiti diri sendiri seperti ingin bunuh diri atau
berharap Dea mati? Apakah Dea mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya?

Jika klien telah menyampaikan ide bunuh diri, segera memberikan tindakan untuk
melindungi klien.

Baiklah tampaknya Dea memerlukan bantuan untuk menghilangkan keinginan


untuk bunuh diri. Saya perlu memeriksa seluruh kamar Yuki untuk memastikan
tidak ada benda-benda yang membahayakan Dea.

Nah, karena Dea tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup Dea, maka saya tidak akan membiarkan Dea sendiri.

Apakah yang akan Dea lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Ya, saya
setuju. Dea harus memaggil perawat yang bertugas di tempat ini untuk membantu
Dea. Saya percaya Dea dapat melakukannya.

TERMINASI

Bagaimana perasaan Dea setelah kita bincang – bincang selama ini ?

Coba ibu sebutkan cara tersebut ?

Dea, untuk pertemuan selanjutnya kita membicarakan tentang meningkatkan


harga diri pasien isyarat bunuh diri. Jam berapa Dea bersedia bercakap-cakap
lagi? mau berapa lama?

Dea, mau dimana tempatnya?

SP 2 Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri

ORIENTASI

Selamat pagi Dea, masih ingat dengan saya? Ya betul sekali. Bagaimana perasaan
Dea saat ini? Masih adakah dorongan mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji
kita kemarin sekarang kita akan membahas tentang rasa syukur atas pemberian
Tuhan yang masih Dea miliki. Mau berapa lama? Dimana?

KERJA

Apa saja dalam hidup Dea yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih
dan rugi kalau Dea meninggal. Coba Dea ceritakan hal-hal yang baik dalam
kehidupan Dea. Keadaan yang bagaimana yang membuat Dea merasa puas?
Bagus. Ternyata kehidupan Dea masih ada yang baik yang patut Dea syukuri.
Coba Dea sebutkan kegiatan apa yang masih dapat Dea lakukan selama ini.
Bagaimana kalau Dea mencoba melakukan kegiatan tersebut, Mari kita latih.

TERMINASI

Bagaimana perasaan Dea setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali


apa-apa saja yang Dea patut syukuri dalam hidup Dea? Ingat dan ucapkan hal-hal
yang baik dalam kehidupan Dea jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan.
Bagus Dea. Coba Dea ingat lagi hal-hal lain yang masih Dea miliki dan perlu di
syukuri! Nanti jam 2 siang kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan
baik. Tempatnya dimana? Baiklah, tetapi kalau ada perasaan-perasaan yang tidak
terkendali segera hubungi saya ya!

SP 3 Percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan


masalah pada pasien isyarat bunuh diri

ORIENTASI

Selamat pagi Yuki.

Bagaimana perasaan Yuki hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh diri?

Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus!


Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah Yuki
selama ini. Mau berapa lama Yuki? Mau disini saja?

KERJA

Coba ceritakan situasi yang membuat Yuki ingin bunuh diri. Selain bunuh diri
apalagi kira-kira jalan keluarnya. Wow, banyak juga ya Yuki. Nah, sekarang coba
kita diskusikan tindakan yang menguntungan dan merugikan dari seluruh cara
tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan!
Menurut Yuki cara yang mana? Ya saya juga setuju dengan pilihan Yuki.
Sekarang kita buat rencana kegiatan untuk mengatasi perasaan Yuki ketika mau
bunuh diri dengan cara tersebut.

TERMINASI

Evaluasi subjektif: Bagaimana perasaan Yuki, setelah kita bercakap-cakap?

Evaluasi objektif: Apa cara mengatasi masalah yang Yuki gunakan. Coba Yuki
melatih cara yang Yuki pilih tadi.

Kontrak yang akan datang: Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi untuk
membahas pengalaman Yuki menggunakan cara yang Yuki pilih.

SP I Keluarga: Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh Diri

ORIENTASI

Assalamu’alaikum. Selamat pagi Bapak/Ibu. Benar kalian adalah orang tua dari
Yuki? Kenalkan saya perawat Sopi yang merawat putri Anda selama disini.”

Sekarang kita akan mendiskusikan tentang tanda dan gejala bunuh diri dan cara
melindungi dari bunuh diri.

Dimana kita akan mendiskusikannya? Berapa lama bapak dan ibu ingin
mendiskusikannya?
KERJA

Apa yang bapak/ibu lihat dari perilaku Yuki selama ini?

Bapak/Ibu sebaiknya lebih sering memperhatikan tanda dan gejala bunuh diri.
Pada umumnya orang yang akan melakukan tindakan bunuh diri menunjukkan
tanda melalui percakapannya seperti “ saya tidak ingin hidup lagi”. Apakah Yuki
sering mengatakannya pak?

Kalau bapak/ibu mendengarkan Yuki berbicara seperti itu, maka sebaiknya bapak
mendengarkan secara serius. Pengawasan terhadap kondisi Yuki perlu
ditingkatkan, jangan biarkan Yuki mengunci diri di kamar. Bapak perlu
menjauhkan benda berbahaya seperti gunting, silet, gelas dan lain-lain. Hal ini
sebaiknya perlu dilakukan untuk melindungi Yuki dari bahaya dan memberi
dukungan untuk tidak melakukan tindakan tersebut.

Usahakan 5 hari sekali bapak dan ibu memuji dengan tulus.

Tetapi kalau sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya bapak dan ibu mencari
bantuan orang lain. Apabila tidak dapat diatasi segeralah ke rumah sakit terdekat
untuk mendapatkan perawatan yang lebih serius. Setelah kembali ke rumah,
bapak/ ibu perlu membantu Yuki terus berobat untuk mengatasi keinginan bunuh
diri

TERMINASI

Evaluasi Subjektif: Bagaimana bapak/ibu ada yang mau ditanyakan?

Evaluasi objektif: Bapak/ibu dapat mengulangi lagi cara-cara merawat anggota


keluarga yang ingin bunuh diri? Ya, Bagus. Jangan lupa untuk selalu mengawasi
Yuki ya pak jika ada tanda-tanda keinginan bunuh diri segera menghubungi kami.
Terima kasih Bapak/Ibu. Selamat Siang.
3. STRATEGI PELAKSANAAN (SP) ISOLASI SOSIAL

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Respons perilaku individu terhadap stressor bervariasi sesuai dengan kondisi masing-
masing. Salah satu respons perilaku yang muncul adalah isolasi sosial yang merupakan
salah satu gejala negatif pasien dengan psikotik.

Modul ini berisi panduan dalam merawat pasien dan keluarga pasien dengan masalah
keperawatan isolasi sosial, dengan menggunakan pendekatan baik secara individual
maupun kelompok. Saudara dapat mempelajari isi modul ini, mengerjakan latihan sesuai
dengan panduan yang diberikan, sehingga Saudara siap menangani pasien dan keluarga
pasien gangguan jiwa dengan gejala isolasi sosial yang ada. Selamat mempelajari modul
ini.

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini diharapkan Saudara mampu:

Melakukan pengkajian pada pasien isolasi sosial

Menetapkan diagnosa keperawatan pasien isolasi sosial

Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan isolasi sosial

Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien isolasi sosial

Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien isolasi sosial

Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan isolasi sosial

B. Pengkajian

Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain.

Untuk mengkaji pasien isolasi sosial Saudara dapat menggunakan wawancara dan
observasi kepada pasien dan keluarga.

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah:

Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain

Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain

Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain

Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

Pasien merasa tidak berguna

Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat Saudara tanyakan pada waktu wawancara untuk
mendapatkan data subyektif:

Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang di sekitarnya (keluarga atau tetangga)?

Apakah pasien mempunyai teman dekat? Bila punya siapa teman dekat itu?

Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya?

Apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?

Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?


Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dengan orang sekitarnya?

Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?

Apakah pernah ada perasaan ragu untuk bisa melanjutkan kehidupan?

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat diobservasi:

Tidak memiliki teman dekat

Menarik diri

Tidak komunikatif

Tindakan berulang dan tidak bermakna

Asyik dengan pikirannya sendiri

Tak ada kontak mata

Tampak sedih, afek tumpul

D. Tindakan Keperawatan

1.Tindakan keperawatan untuk pasien.

a. Tujuan: Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu

1) Membina hubungan saling percaya

2) Menyadari penyebab isolasi sosial

3) Berinteraksi dengan orang lain

b. Tindakan

1) Membina Hubungan Saling Percaya


Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya, adalah :

Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien

Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang


Saudara sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien

Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini

Buat kontrak asuhan: apa yang Saudara akan lakukan bersama pasien, berapa lama
akan dikerjakan, dan tempatnya di mana

Jelaskan bahwa Saudara akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk


kepentingan terapi

Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien

Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan

Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien isolasi sosial kadang-kadang perlu
waktu yang lama dan interaksi yang singkat dan sering, karena tidak mudah bagi pasien
untuk percaya pada orang lain. Untuk itu Saudara sebagai perawat harus konsisten
bersikap terapeutik kepada pasien. Selalu penuhi janji adalah salah satu upaya yang bisa
dilakukan. Pendekatan yang konsisten akan membuahkan hasil. Bila pasien sudah
percaya dengan Saudara program asuhan keperawatan lebih mungkin dilaksanakan.

2) Membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial

Langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan ini adalah sebagai berikut :

· Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain


· Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang
lain

3) Membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang lain

Dilakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki

banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka

4) Membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan

Dilakukan dengan cara:

Mendiskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan
orang lain

Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien

5). Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap

Saudara tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan pasien dalam berinteraksi
dengan orang lain, karena kebiasaan tersebut telah terbentuk dalam jangka waktu yang
lama. Untuk itu Saudara dapat melatih pasien berinteraksi secara bertahap. Mungkin
pasien hanya akan akrab dengan Saudara pada awalnya, tetapi setelah itu Saudara harus
membiasakan pasien untuk bisa berinteraksi secara bertahap dengan orang-orang di
sekitarnya.

Secara rinci tahapan melatih pasien berinteraksi dapat Saudara lakukan sebagai berikut:

· Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain


yang dilakukan di hadapan Saudara
· Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang (pasien, perawat atau
keluarga)

· Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan


dua, tiga, empat orang dan seterusnya.

· Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.

· Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang


lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri
dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.

SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal

penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan

berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain,

dan mengajarkan pasien berkenalan

ORIENTASI (Perkenalan):

“Assalammu’alaikum ”

“Saya H ……….., Saya senang dipanggil Ibu Her …………, Saya perawat di Ruang
Mawar ini… yang akan merawat Ibu.”

“Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?”

“Apa keluhan S hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman S? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau
berapa lama, S? Bagaimana kalau 15 menit”

KERJA

(Jika pasien baru)


”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan S? Siapa yang jarang
bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S jarang bercakap-cakap dengannya?”

(Jika pasien sudah lama dirawat)

”Apa yang S rasakan selama S dirawat disini? O.. S merasa sendirian? Siapa saja yang S
kenal di ruangan ini”

“Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?”

“Apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang
lain?”

”Menurut S apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah
kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya S ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien

dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau
begitu inginkah S belajar bergaul dengan orang lain ?

« Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”

“Begini lho S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya S, senang
dipanggil Si. Asal saya dari Bireun, hobi memasak”

“Selanjutnya S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini:


Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”

“Ayo S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan S. Coba berkenalan dengan saya!”

“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”

“Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan percakapan tentang hal-
hal yang menyenangkan S bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang
keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

TERMINASI
”Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan?”

”S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”

”Selanjutnya S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada.
Sehingga S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau praktekkan ke pasien
lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”

”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak S berkenalan dengan teman
saya, perawat N. Bagaimana, S mau kan?”

”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaiku

SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap

(berkenalan dengan orang pertama -seorang perawat-)

ORIENTASI

“Assalammualaikum S! ”

“Bagaimana perasaan S hari ini?

« Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan »Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan Suster ! »

« Bagus sekali, S masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak S mencoba
berkenalan dengan teman saya perawat N. Tidak lama kok, sekitar 10 menit »

« Ayo kita temui perawat N disana »

KERJA

( Bersama-sama S saudara mendekati perawat N)

« Selamat pagi perawat N, ini ingin berkenalan dengan N »

« Baiklah S, S bisa berkenalan dengan perawat N seperti yang kita praktekkan kemarin «
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat N : memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)

« Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada perawat N . coba tanyakan tentang keluarga
perawat N »

« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa
buat janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1 siang nanti »

« Baiklah perawat N, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali ke
ruangan S. Selamat pagi »

(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat N untuk melakukan terminasi


dengan S di tempat lain)

TERMINASI

“Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan perawat N”

”S tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”

”Pertahankan terus apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik
lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan
sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari kita masukkan pada
jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti S coba sendiri.
Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai besok.”

SP 3 Pasien : Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan


orang kedua-seorang pasien)

ORIENTASI

“Assalammu’alaikum S! Bagaimana perasaan hari ini?

”Apakah S bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang”


(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain

”Bagaimana perasaan S setelah bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang”

”Bagus sekali S menjadi senang karena punya teman lagi”

”Kalau begitu S ingin punya banyak teman lagi?”

”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien
O””seperti biasa kira-kira 10 menit”

”Mari kita temui dia di ruang makan”

KERJA

( Bersama-sama S saudara mendekati pasien )

« Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. »

« Baiklah S, S sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah S lakukan


sebelumnya. »

(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama, nama


panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama). »

« Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada O»

« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa
buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti »

(S membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)

« Baiklah O, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali ke ruangan S.
Selamat pagi »

(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat O untuk melakukan terminasi


dengan S di tempat lain)
TERMINASI

“Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan O”

”Dibandingkan kemarin pagi, N tampak lebih baik saat berkenalan dengan O”


”pertahankan apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali dengan
O jam 4 sore nanti”

”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang lain
kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari S dapat berbincang-bincang dengan
orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, S bisa bertemu
dengan N, dan tambah dengan pasien yang baru dikenal. Selanjutnya S bisa berkenalan
dengan orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana S, setuju kan?”

”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman S. Pada jam yang
sama dan tempat yang sama ya. Sampai besok.. Assalamu’alaikum”
4. STRATEGI PELAKSANAAN HALUSINASI

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

Masalah Utama : Halusinasi pendengaran

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien:

- Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar

- Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri

- Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya tidak
jelas serta melihat setan-setan.

2. Diagnosa keperawatan:

Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien

Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:

1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya

2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya

3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara


mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama: menghardik halusinasi

ORIENTASI:
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan UNDIP yang akan merawat bapak
Nama Saya nurhakim yudhi wibowo, senang dipanggil yudi. Nama bapak siapa?Bapak
Senang dipanggil apa”

”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”

”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak
dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama?
Bagaimana kalau 30 menit”

KERJA:

”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”

” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D


dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah pada waktu sendiri?”

” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”

”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara
itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu
muncul?

” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat
dengan teratur.”

”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.

”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya
tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang
sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba
lagi! Ya bagus bapak D sudah bisa”

TERMINASI:
”Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul
lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam
berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar
dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa D?
Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”

”Baiklah, sampai jumpa.”

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:

bercakap-cakap dengan orang lain

ORIENTASI

“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya
Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di
mana? Di sini saja?

KERJA

“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja
cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya
begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau
ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak
sedang dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan.
Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian
bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta
sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau
kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:

melaksanakan aktivitas terjadwal

ORIENTASI

“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ?
Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah
halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk
di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”

KERJA

“Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya
(terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali
kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali
bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut
muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada
kegiatan.

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk
mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian
bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada
pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam)
Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang
baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan
ya! Sampai jumpa.”

SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

ORIENTASI

“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal
kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita
akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20
menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”

KERJA

“bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar
dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ?
(Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi,
jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih
(THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang
merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau
suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan
dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke
keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat
lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar,
artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan
keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum
pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya
bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum
10 gelas per hari”
TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa
cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban
benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan
lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah
makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah
suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai
jumpa.”
5. STRATEGI PELAKSANAAN WAHAM

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN WAHAM

SP 1 P : Membina hubungan saling percaya ; mengidentifikasi kebutuhan yang


tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan ; mempraktekkan pemenuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi.

ORIENTASI :

“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Citto, saya perawat yang dinas pagi ini di
Ruang melati. Saya dinas dari jam 07.00–14.00, saya yang akan membantu perawatan
bapak hari ini. Nama bapak siapa? senangnya dipanggil apa?”

“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R rasakan sekarang?”

“Berapa lama bapak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?”

KERJA :

“Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang Nabi, tapi sulit bagi saya
untuk mempercayainya, karena setahu saya semua Nabi tidak hidup didunia ini, bisa kita
lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus pak?”

“Tampaknya pak R gelisa sekali, bias pak R ceritakan kepada saya apa yang pak R
rasakan?”

“Oooo, jadi pak R merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak
untuk mengatur diri pak R sendiri?”

“Siapa menurut pak R yang sering mengatur-atur diri pak R?”


“Jadi teman pak R yang terlalu mengatur-atur ya pak, juga adik pak R yang lain?”

“Kalau pak R sendiri inginnya seperti apa?”

“Ooo, Bagus pak R sudah punya rencana dan jadwal unutk diri sendiri.”

“Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut pak R.”

“Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya pak R ingin ada kegiatan di luar rumah sakit
karena bosan kalau dirumah sakit terus ya?”

TERMINASI :

“Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?”

“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”

“Bagaimana kalau jadwal ini pak R coba lakukan, setuju pak?”

“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”

“Saya akan datang kembali dua jam lagi.”

“Kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah pak R miliki?”

“Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja pak R?”

SP 2 P : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu


mempraktekannya.

ORIENTASI :

“Assalamualaikum pak R, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus”

“Apakah pak R sudah mengingat-ngingat apa saja hobi atau kegemaran pak R?”

“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”


“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi pak R tersebut?”

“Berapa lama pak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”

KERJA :

“Apa saja hobi pak R? Saya catat ya pak, terus apa lagi?”

“Wah, rupanya pak R pandai main suling ya.”

“Bisa pak R ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main Suling, siapa yang
dulu mengajarkannya kepada pak R, dimana?”

“Bisa pak R peragakan kepada saya bagaiman bermain suling yang baik itu.”

“Wah, bagus sekali pak. Bagaimana kalau kita buat jadwal untuk kemampuan pak R ini.
Berapa kali sehari/seminggu pak R mau bermain suling?”

“Apa yang pak R harapkan dari kemampuan bermain suling ini?”

“Ada tidak hobi atau kemampuan pak R yang lain selain bermain suling?”

TERMINASI :

“Bagaimana perasaan pak R setelah kita berbincang-bincang tentang hobi dan


kemampuan pak R?”

“Setelah ini coba pak R lakukan latihan bermain suling sesuai denga jadwal yang telah
kita buat ya?”

“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”

“Bagaiman kalau nanti sebelum makan siang? Nanti kita ketemuan di taman saja, setuju
pak?”

“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus pak R minimum, setuju?
SP 3 P : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.

ORIENTASI :

“Assalamualaikum pak R.”

“Bagaimana pak, sudah dicoba latihan main sulingnya? Bagus sekali.”

“Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan membicarakan tentang obat yang harus pak R
minum, Bagaimana kalau kita mulai sekarang pak?”

“Berapa lama pak R mau kita membicarakannya? Bagaimana kalau 20 atau 30 menit
saja?”

KERJA:

“Pak R berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat yang diminum?”

“Pak R perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang.”

“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini
namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari,
jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam.”

“Bila nanti setelah minum obat mulut pak R terasa kering, untuk membantu
mengatasinya pak R bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu.”

“Sebelum minum obat ini pak R mengecek dulu label dikotak obat apakah benar nama
pak R tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar!”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum
dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya pak R tidak menghentikan
sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.”

TERMINASI :

“Bagaiman perasaan pak R setelah kita becakap-cakap tentang obat yang pak R minum?
Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”

“Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan! Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat
makan minta sendiri obatnya pada perawat!”

“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya pak!”

“Pak besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.

“Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat sama?”

“Sampai besok ya pak.”


6. STRATEGI PELAKSANAAN HDR /HARGA DIRI RENDAH

Masalah Utama : Harga Diri Rendah

Proses Keperawatan

A. Kondisi klien

· Mengkritik diri sendiri.

· Perasaan tidak mampu.

· Pandangan hidup yang pesimis

· Penurunan produktifitas

· Penolakan terhadap kemampuan diri

· terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri

· Berpakaian tidak rapih.

· Selera makan kurang

· tidak berani menatap lawan bicara.

· Lebih banyak menunduk.

B. Diagnosa perawatan: Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah

C. tindakan Keperawatan

1. tindakan keperawatan pada pasien :

tujuan :

a) Melakukan pengkajian terhadap hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya harga


diri rendah pada klien (factor predisposisi, factor presipitasi, penilaian terhadap
stressor,sumber koping,dan mekanisme koping klien)
b) Klien dapat meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri
dan pemecahan masalah yang efektif.

c) Klien dapat melakukan iddentifikasi terhadap kemampuan positif yang


dimilikinya.

tindakan keperawatan :

a) Menggali hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya harga diri rendah pada klien
(factor predisposisi, factor presipitasi, penilaian terhadap stressor,sumber koping,dan
mekanisme koping klien)

b) tingkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri dan pemecahan
masalah yang efektif dengan cara :

1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan perasaan diri.

2) Bantu pasien dalam menggambarkan dengan jelas keadaan evaluasi diri yang
positif yang terdahulu.

3) Eksplorasi bersama pasien lingkungan organisasi pekerjaan (kestabilan organisasi,


konflik interpersonal, ancaman terhadap pekerjaan saat ini)

4) Ikutsertakan pasien dalam pemecahan masalah (mengidentifikasi tujuan yang


meningkat dan mengembangkan rencana tindakan untuk memenuhi tujuan).

c) Berikan dorongan pada keterampilan perawatan diri untuk harga diri dengan cara :

1) Bersama pasien mengidentifikasi aspek positif yang masih dimiliki oleh klien

2) Latih klien untuk bisa mengoptimalkan aspek positif yang masih dimilikinya

3) Masukkan ke dalam jadwal, kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan


aspek positif yang dimilikinya

Strategi tindakan Pelaksanaan


SP 1 Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu
pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan
yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah
dilatih dalam rencana harian

ORIENTASI :

“Selamat pagi, Perkenalkan nama saya nurhakim yudhi wibowo, dari PSIK UNDIP.
Bagaimana keadaan bapak hari ini ? bapak terlihat segar“.

”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah
bapak lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat bapak
dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”

”Dimana kita duduk ? Bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau
20 menit ?

KERJA :

” bapak, apa saja kemampuan yang bapak miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya
ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa bapak lakukan? Bagaimana dengan
merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali
ada lima kemampuan dan kegiatan yang bapak miliki “.

” bapak dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di
rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya
ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa
dikerjakan di rumah sakit ini.

”Sekarang, coba bapak pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur bapak”. Mari kita lihat tempat tidur bapak
Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah,
sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah
kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal,
rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan
sebelah bawah/kaki. Bagus !”

” bapak sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah
dengan sebelum dirapikan? Bagus ”

“ Coba bapak lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau bapak
lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan bapak bapak
(tidak) melakukan.

TERMINASI :

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat
tidur ? Yach, t ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah
sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah bapak praktekkan dengan
baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”

”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. Bapak Mau berapa kali sehari
merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis
istirahat, jam 16.00”

”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak masih ingat kegiatan apa
lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci
piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan
ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya”

SP 2 Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan

kemampuan pasien.

ORIENTASI :
“Selamat pagi, bagaimana perasaan Bapak pagi ini ? Wah, tampak cerah ”

”Bagaimana Bapak, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ tadi pagi? Bagus
(kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan
kedua. Masih ingat apa kegiatan itu t?”

”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur”

”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”

KERJA :

“ Bapak sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air
untuk membilas., Bapak bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan
lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.

“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”

“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, Bapak ambil satu piring kotor, lalu buang dulu
sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian Bapak bersihkan
piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci
piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun
sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu Bapak bisa mengeringkan piring yang sudah
bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai…

“Sekarang coba Bapak yang melakukan…”

“Bagus sekali, Bapak dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya

TERMINASI :

”Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan cuci piring ?”

“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
Bapak Mau berapa kali t mencuci piring? Bagus sekali Bapak mencuci piring tiga kali
setelah makan.”

”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan
cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”

”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”

Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih.
Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah harga diri pasien.
7. STRATEGI PELAKSANAAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Proses keperawatan

1) Kondisi klien

Klien mengatakan malas mandi dan lebih enak tidak ganti baju.

Klien terlihat kotor, rambut tidak disisr, baju agak kotor, bau dan menolak diajak
mandi.

2) Diagnose keperawatan

Deficit perawatan diri

3) Tujuan tindakan keperawatan

a. Klien dapat mebina hubungan saling percaya

b. Klien dapat menjelaskan pentingnya kebersihan diri

c. Klien dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan diri

d. Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat

e. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri

4) Tindakan keperawatan

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien

b. Menjelaskan kebersihan yang baik

c. Membantu klien mempraktekkan cara kebersihan yang baik

d. Menganjurkan klien memasukkan dalam kegiatan jadwal harian

B. STRATEGI PELAKSANNAN TINDAKAN KEPERAWATAN

a. Orientasi
1) Salam Terapeutik

Selamat pagi bapak atau ibu, perkenalkan nama saya naina fitri. saya biasanya
dipanggil fitri. Nama bapak atau ibu siapa? Biasanya dipanggil siapa ? Saya
mahasiswa Akes Rustida yang akan merawat bapak hari ini dari jam 7 sampai jam 2
siang. Dari tadi saya lihat Bapak atau ibu menggaruk – garuk badannya, apakah
gatal ?

2) Evaluasi

Bagaimana keadaan bapak atau ibu hari ini ? bapak atau ibu apakah sudah mandi ?
Sudah berganti baju ?

3) Kontrak

Topik : Bapak atau ibu saya ingin berbincang – bincang

TentangPentingnya Kebersihan

Waktu : Bapak atau ibu kita akan berbincang – bincang jam berapa ? berapa lama ?
bagaimana jika jam 09.30-

09.45 ?

Tempat : Bapak atau ibu dimana kita akan berbincang – bincang? Bagaimana kalau
ditaman ?

b. Kerja

Bapak atau ibu mengapa anda garuk – garuk badan ? Apakah Bapak atau ibu sudah
mandi ? Apa alasan Bapak atau ibu tidak merawat diri ? Kalau kita tidak teratur
menaga kebersihan diri masalah apa menurut Bapak atau ibu yang bisa muncul ? Ya
betul, selain Bau badan , masalah yang dapat timbul yaitu kudis, panu, kutu , gatal –
gatal, dan lain – lain.
Menurut Bapak atau ibu kita mandi harus bagaimana ? sebelum mandi apa yang perlu
kita siapkan ? benar sekali, Bapak atau ibu perlu menyiapkan handuk, sikat gigi dan
pasta gigi, sabun, shampoo, dan sisir. Bagaimana kalau sekarang kita kekamar
mandi , saya akan membimbing Bapak atau ibu melakukannya. Sekarang,buka
pakaian dan siram seluruh tubuh Bapak atau ibu termasuk rambut lalu ambil shampoo
gosokan pada kepala Bapak atau ibu sampai berbusa, lalu bilas sampai bersih. Bagus
sekali! Selanjutnya ambil sabun, gosokan diseluruh tubuh secara merata, lalu disiram
dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai pasta gigi, giginya disikat
mulai dari atas sampai bawah. Gosok seluruh gigi bapak atau ibu mulai dari depan
sampai belakang. Bagus, lalu kumur – kumur sampai bersih. Terakhir, siram lagi
seluruh badan Bapak atau ibu sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Bapak
atau ibu bagus sekali melakukannya.

c. Terminasi

1) Evaluasi Subyektif

Bagaimana perasaan Bapak atau ibu setelah belajar cara menjaga kebersihan diri
(mandi) yang benar.

2) Evaluasi Obyektif

Coba Bapak atau ibu sebutkan lagi apa saja cara – cara mandi yang baik yang sudah
Bapak atau ibu lakukan. 3) Kontra

- Topik

Bagaimana kalau besok kite bertemu lagi dan berbincang – bincang lagi tentang cara
makan yang baik.

- Tempat

Bapak atau ibu mau berbincang – bincang dimana?

Bagaimana kalau diruang makan ?


- Waktu

Bagaimana kalau kita berbincang – bincang kembali besok jam 08.00 – 08.15 ?,
apakah bapak atau ibu setuju ?

4) Rencana tindak lanjut

Saya harap Bapak atau ibu melakukan cara menjaga kebersihan diri dan jangan lupa
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian (Aprilianti, dkk, 20145-7).

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) SP2


MAKAN

1. Proses Keperawatan

a. Kondisi pasien:

Klien mengatakan malas makan sendiri dn tidak mampu untuk makan sendiri.
Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makanan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.

b. Diagnosa keperawatan

Defisit perawatan diri makan

c. Tujuan khusus

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya

2) Klien dapat mengetahui cara dan alat makan yang benar.

3) Klien dapat melakuakan kegiatan makan

4) Klien dapat memasukkan kegiatan makan dalam jadwal kegiatan harian.

d. Tindakan keperawatan

1) Bina hubungan saling percaya


2) Jelaskan cara dan alat makan yang benar.

3) Latih kegiatan makan

4) Anjurkan pasien memasukkan kegiatan makan dalam jadwal kegiatan harian.

2. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

a. Orientasi

1) Salam Terapeutik

Selamat siang Bapak atau ibu, tampak rapi hari ini. Siang ini kita akan latihan
bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan langsung di ruang makan ya!
Mari.....itu sudah datang makanan.

2) Evaluasi

a) Bagaiman Bapak atau ibu sudah mandi hari ini ?

b) Alat apa saja yang dibutuhkan ketika mau mandi ?

3) Kontrak

Topik : Bapak atau ibu saya ingin berbincang – bincang tentangcara dan alat makan
yang benar.

Waktu : Bapak atau ibu kita akan berbincang – bincang jam berapa ? Dan berapa
lama ? Bagaimana jika jam 08.00 – 08-15. Tempat :dimana kita berbincang – bincang
? Bagaimana kalau kita berbincang diruan makan ?

b. Kerja

“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Dimana Bapak atau
Ibu makan?”

“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktikkan!”
“ Bagus, setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa
dulu. Silakan Bapak atau Ibu yang pimpin! Bagus.”

“Mari kita makan! Saat makan kita harus menyuap makanan satu persatu dengan
pelan-pelan. Ya, ayo......sayurnya dimakan ya. Setelah makan kita bereskan piring
dan gelas yang kotor. Ya betul ......dan kita akhiri dengan cuci tangan.”

“Ya bagus ! itu suster sedang membagikan obat, coba Bapak atau

Ibu minta sendiri obatnya.’’

c. Terminasi

1) Evaluasi Subyektif

Bagaimana perasaan bapak atau ibu setelah berbincang – bincang dengan saya dan
setelah kita makan bersama.

2) Evaluasi Obyektif

Coba bapak atau ibu sebutkan kembali apa saja yang harus kita lakukan pada saat
makan. 3) Kontrak

- Topik

Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang – bincang lagi tentang cara
toileting yang baik.

- Tempat

Besok kita akan berbincang – bincang dimana ? Bagaimana kalau ditaman ?

- Waktu
Bagaimana kalau kita berbincang – bincang kembali besok jam 08.00 – 08.15 ?
Apakah Bapak atau ibu setuju ?

5) Rencana tindak lanjut

Saya harap Bapak atau ibu melakukan makan secara mandiri dan jangan lupa
masukkan dalam jadwal kegiatan harian

(Kelliat, 2007:173).

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) SP3


TOILETING

1. Proses Keperawatan

a. Kondisi pasien

Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK atau BAB.
Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandai BAB atau BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB atau BAK.

b. Diagnosa keperawatan

Defisit Perawatan Diri Toileting

c. Tujuan khusus

1) Klien dapat membina hubungan salingan percaya

2) Klien dapat melakukan BAB dan BAK yang baik

3) Klien dapat menjelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai

4) Klien dapat menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAK dan BAB

d. Tindakan keperawatan

1) Bina hubungan saling percaya


2) Latihan cara BAB dan BAK dengan baik

3) Jelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai

4) Jelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK

2. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

a. Orientasi

1) Salam Terapeutik

Selamat pagi bapak atau ibu, bagaimana perasaan hari ini ? baik.
Sudah dijalankan jadwal kegiatannya ?. . kita akan membicarakan tentang cara
BAB dan BAK yang baik ya. Kira – kira 30 menit yah .. ? dimana kita
duduk ?

2) Evaluasi

a) Bagaimana bapak atau ibu makannya sudah habis 1 porsi ?

b) Bapak atau ibu ketika makan apa saja yang harus dilakukan ?

3) Kontrak

Topik

: Bapak atau ibu saya ingin berbincang – bincang tentangmelakukan BAB dan BAK
secar mandiri

Waktu

:Bapak atau ibu kita akan berbincang – bincang jam berapa ? Dan berapa ? Dan
berapa lama ?

Bagaiman jika jam 08.00 – 08.00?

Tempat

: Dimana kita akan berbincang – bincang ?


bagaimana jika kita berbincang – bincang di taman ?

b. Kerja

Untuk pasien laki-laki:

Dimana biasanya bapak buang air besar dan buang air kecil? Benar bapak buang air
besar atau kecilyang bail itu di WC, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan
ada saluran pembuangan kotoran. Jadi kita tidak boleh buang air besar atau kecil di
sembarang tempat. Sekarang, apakah bapak tau bagaimana cara cebok? Yang perlu
diingat saat mencebok adalah bapak membersihkan bokong atau kemaluan dengan air
yang bersih dan pastikan tidak ada tinja atau air kencing yang di tubuh bapak. Setelah
bapak selesai cebok, jangan lupa tinja atau air kencing yang ada di WC di bersihkan.
Caranya siram tinja atau air kencing yang ada di WC secukupnya sampai tinja atau air
kencing itu tidak tersisa di WC. Setelah itu cuci tangan dengan menggunakan sabun.

Untuk perempuan:

Cara membilas yang bersih setelah ibu buang air besar yaitu dengan menyiram air
kea rah depan ke belakang. Jangan terbalik yah.. cara seperti ini berguna untuk
mencegah masuknya kotoran/tinja yang ada di bokong ke bagian kemaluan kita.
Setelah ibu selesai cebok, jangan lupa tinja atau air kecingyang ada di WC di
bersihkan. Caranya siram tinja atau air kencing tersebut dengan air secukupnya
sampai air kencing atau tinja tidak tersisa di WC. Lalu cuci dengan menggunakan
sabun.

c. Terminasi

1) Evaluasi Subyektif

Bagaiman perasaan Bapak atau ibu setelah berbincang – bincang lagi tentang Buang
air besar atau kecil yang baik.

2) Evaluasi Obyektif

Coba bapak atau ibu jelaskan ulang tentang cara BAB/BAK yang baik. 3) Kontrak
- Topik

Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang – bincang lagi tentang cra
berhias/berdandan.

- Tempat

Besok kita akan berbincang – bincang dimana ? Bagaimana kalau di ruangan ?

- Waktu

Besok jam berapa Bapak atau ibu ? Berapa lama ?

Bagaimana kalau jam 08.00 – 08.15 seperti biasa.

6) Rencana tindak lanjut

Saya harap Bapak atau ibu melakukan toileting yang baik dan jangan lupa masukkan
dalam jadwal kegiatan harian(Aprilianti, dkk, 20145-7)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) SP4


BERDANDAN/BERHIAS

1. Proses Keperawatan

a. Kondisi pasien

Klien mengatakan dirinya malas berdandan. Ketidakmampuan berpakaian


atau berhias ditandai dengan rambut acak – acakan, pakaian kotor dan tidak rapi,
pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki – laki) atau tidak berdandan (wanita).

b. Diagnosa keperawatan

Defisit perawatan diri Berhias/berdandan

c. Tujuan khusus

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya

2) Klien dapat menjelaskan pentingnya berhias/berdandan


3) Latihan cara berhias/ berdandan

4) Masukkan dalam jadwal kegiatan harian

d. Tindakan keperawatan

1) Bina hubungan saling percaya

2) Jelaskan pentingnya berhias/berdandan

3) Latihan cara berhias/ berdandan

4) Masukkan dalam jadwal kegiatan harian

2. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

a. Orientasi

1) Salam Terapeutik

Selamat pagi Bapak atau ibu, bagaimana perasaan hari ini ? Baik.
Sudah dijalankan jadwal kegiatannya ?., Hari ini kita akan latihan
berhias/berdandan, mau dimana latihannya? Bagaimana kalau diruang
tamu ? bagaimana kalau kita melakukannya selama 30 menit?

2) Evaluasi

a) Bagaimana Bapak atau ibu hari ini sudah BAB/BAK ?

b) Bapak atau ibu ketika BAB/BAK apa saja yang harus


dilakukan.?

3) Kontrak

Topik : Bapak atau ibu saya ingin berbincang – bincang tentang


melakukan berhias/berdandan.

Waktu : Bapak atau ibu kita akan berbincang – bincang jam


berapa ? Dan berapa lama ? Bagaimana jika jam 08.00 – 08.15 ?
Tempat : Dimana kita akan berbincang – bincang ?

Bagaimana kalau kita berbincang – bincang di ruangan?

b. Kerja

“apa yang bapak lakukan setelah selesai mandi? Apa Bapak sudah ganti
baju?”

“untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang
bersih 2 kali sehari. Sekarang coba bapak ganti baju. Ya, bagus seperti itu.”

“apakah bapak menyisir rambut? Bagaimana cara bersisir? Coba kita praktikkan, lihat
ke cermin, bagus sekali

“apakah bapak suka bercukur? Berapa hari sekali bercukur? Betul 2 kali seminggu

“tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari pak dirapikan!ya, bagus!”
(catatan : janggut dirapikan jika pasien tidak memelihara janggut).

c. Terminasi

1) Evaluasi Subyektif

Bagaimana perasaan bapak setelah berhias/berdandan?

2) Evaluasi Obyektif

Coba Bapak, sebutkan cara berhias diri yang baik sekali lagi 3) Kontrak

- Topik

Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang – bincang


lagi tentang kondisi bapak/ibu yang lain.

- Tempat
Besok kita akan berbincang – bincang dimana ? bagaimana kalau di taman
?

- Waktu

Bagaimana kalau kita berbincang – bincang kembali hari ini jam 08.00
selama 30 , apakah bapak atau ibu setuju ?

4) Rencana tindak lanjut

Saya harap Bapak atau ibu melakukan berhias atau berdandan yang baik dan
jangan lupa masukkan dalam jadwal kegiatan harian. (Kelliat, 2007:171).

Anda mungkin juga menyukai