Anda di halaman 1dari 4

BAB II

STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KOMUNIKASI KEPERAWATAN

A. Proses keperawatan
1. Kondisi pasien
Tn. M memiliki emosi yang labil, ekspresi mudah berganti. Pasien selalu
menutupi atau tidak mau mengungkapkan masalah yang dia alami pada orang lain.
Tn. M mengatakan saat mengamuk tidak membanting barang-barang hanya berteriak-
teriak karena apa yang diingin tidak diperbolehkan. Tn. M mengatakan ia berteriak
karena ingin meluapkan emosinya.
2. Diagnose keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan (RPK)
3. Tujuan khusus
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
b. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab marah
c. Pasien dapat mengidentifikasi perilaku marah yang biasa dilakukan
d. Pasien dapat mengidentifikasi akibat marah
e. Pasien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon tehadap
kemarahan: cara fisik 1
f. Pasien dapat mendemonstrasikan perilaku terkontrol: cara fisik 1
4. Tindakan keperawatan
SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, panggil pasien dengan nama
panggilan yang di sukai, identifikasi perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan,
perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta mengontrol secara fisik I, bicara
dengan sikap tenang, rileks, dan tidak menantang

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum pak, masih ingat dengan saya pak?, nama saya Bani
mahasiswi keperawatan yang selama satu minggu ini dinas diruangan ini
ya pak. Hari ini saya dinas pagi dari pukul 07.30-14.00. dengan bapak
mustofa ya?”
b. Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan bapak saat ini”
c. Kontrak:
1) Topik: “Baik bapak, sesuai kesepakatan kita hari ini kita akan
berbincang-bincang tentang apa yang bapak rasakan selama 15 menit
di ruangan ini ya pak?”

2. Kerja (Langkah – langkah dalam tindakan keperawatan)


“Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? O....iya,
jadi ada dua penyebab bapak marah”
“Pada saat penyebab marah itu ada, apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons
pasien)
“Apakah ketika bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar,
mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? Apakah dengan cara tersebut masalah
tersebut dapat terselesaikan bapak? Iya, tentu tidak.”
“Menurut bapak, apa kerugian dari cara yang bapak lakukan? Betul, orang di
sekitar takut dan juga bisa berisiko bapak menjadi sakit.”
“Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
“Jadi bapak, cara mengontrol kemarahan ini tujuannya supaya bapak menjadi
lebih tenang. Nah, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan bapak
yaitu dengan cara fisik, cara verbal, dan spiritual pak. Pertama, itu ada cara
fisik. Cara fisik ini ada beberapa, yang pertama dengan berlatih napas dalam,
memukul bantal dan guling, berolah raga dan melakukan kegiatan yang
memerlukan tenaga contohnya membereskan rumah. Cara yang kedua yaitu
dengan cara verbal diantaranya dengan mengungkapkan, meminta dan
menolak dengan cara yang baik, kemudian yang ketiga dengan spiritual dan
doa dan yang terakhir yaitu dengan minum obat secara rutin ya pak.”
“nah sekarang kita belajar cara fisik 1 terlebih dahulu ya pak. Kemarin bapak
sudah bisa melakukan teknik relaksasi nafas dalam ya pak ya? Bisa diulang
bagaimana caranya?”
“Begini pak, kalau tanda marah-marah tadi sudah bapak rasakan, lalu tarik
nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui
mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik nafas dari
hidung, bagus..., tahan dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus
sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“kalau dirumah sukanya melakukan kegiatan apa pak”
“Selain itu bapak bisa memukul barang-barang yang lunak, menyusun
kegiatan aktivitas sehari-hari pak, yaitu dengan cara melakukan hal-hal yang
bapak suka tadi dan melakukan kegiatan yang memerlukan tenaga misalnya
membersihkan rumah, olah raga, senam berkebun dll, bisa juga dengan cara
menggambar, menulis atau bermain musik Pak.”
“nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul, bapak sudah terbiasa melakukannya. Sehingga
bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul, bapak sudah terbiasa
melakukannya. Yang terpenting bapak harus patuh dan rajin minum obatnya
ya pak jangan sampai berhenti minum obat”

3. Terminasi
a. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi subyektif:
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang
barusan?”
2) Evaluasi obyektif:
“Apakah bapak masih ingat tadi kita sudah berdiskusi tentang
apa saja?”
“Bapak masih ingat bagaimana cara mengontrol kemarahan
tadi? Coba bapak sebutkan”
b. Tindak lanjut pasien (apa yang perlu di latih pasien sesuai dengan hasil
tindakan)
“Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab bapak marah
yang lalu, apa yang bapak lakukan kalau bapak marah yang belum kita
bahas dan jangan lupa latihan nafas dalamnya ya bapak”
c. Kontrak yang akan datang
1) Topic : “baik bapak, kita bertemu lagi ya pak untuk belajar
mengenai cara mengontrol kemarahan bapak dengan cara
verbal ”
2) Waktu : “Bapak mau kapan kita bertemu lagi? Baik, bagaimana
kalau besok pagi pukul 09.00 pagi saya datang dan kita latihan
cara yang lain untuk mencegah/mengontrol marah ya pak,
Apakah bapak bersedia?”
3) Tempat: Tempatnya mau dimana pak? Baik ”

Anda mungkin juga menyukai