Anda di halaman 1dari 17

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN I ( SP 1) PADA 7

DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA

Stase Keperawatan Jiwa

DISUSUN OLEH

PITRA SURIANI SINAGA

NPM: 18200100133

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU (STIKIM)

JAKARTA

TA. 2021
1. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PERILAKU
KEKERASAN

Pertemuan Ke :1
Hari/Tanggal :
Nama Klien:

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Ungkapan kekesalan, ketidakpuasan, kemarahan, memaki-maki
Ungkapan mendominasi orang lain, argumentasi keras
Bicara kasar
Suara tinggi, menjerit atau berteriak
Mengancam secara verbal
DO : Jalan mondar-mandir, gelisah
Ekspresi wajah: pandangan mata tajam, tegang, muka merah, mengatupkan rahang dengan
kuat
Tangan mengepal sewaktu menceritakan marahnya
Riwayat emosi labil, berusaha melakukan perilaku destruksi pada diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan, melempar atau memukul benda/orang lain

2. Diagnosa Keperawatan:Risiko Perilaku Kekerasan


3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
d. Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
f. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan
g. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan

4. Tindakan Keperawatan:
a. Identifikasi penyebab PK
b. Identifikasi tanda dan gejala PK
c. Identifikasi PK yang dilakukan
d. Identifikasi akibat PK
e. Jelaskan cara mengontrol PK
f. Bantu klien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I
g. Anjurkan klien memasukkan dalam kegiatan harian

B. Strategi Pelaksanaan
1. ORIENTASI:
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya A, panggil saya A, saya perawat yang dinas di
ruangan ini. Hari ini saya dinas pagi dari pk. 07.00-14.00. Saya yang akan merawat bapak selama
bapak di rumah sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”

c. Kontrak
Topik : “Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan
marah bapak”
Waktu : “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau
10 menit?
Tempat : “Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak?
Bagaimana kalau di ruang tamu?”
Tujuan : “ Supaya Bapak bisa mengatasi rasa marah Bapak”

2. KERJA:
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus, penyebabnya
apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, jadi ada 2 penyebab marah bapak”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan istri belum menyediakan
makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons pasien)
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup
rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak memukul istri bapak dan memecahkan piring,
apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan?
Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik?
Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”

”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi
melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu tarik napas dari
hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali.
Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu
muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”

3. TERMINASI
a. Evaluasi
Subyektif : “Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan bapak?”
Obyektif : ”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak
rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan .......
(sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
b. Rencana Tindak Lanjut
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang bapak
lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak.
‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam?,
jam berapa saja pak?”
c. Kontrak
Topik : ”Baik, bagaimana kalau selanjutnya kita latihan cara yang lain untuk
mencegah/mengontrol marah
Waktu : ”Bagaimana jika 2 jam lagi?”
Tempat : ”Tempatnya disini saja ya pak, assalamualaikum”

2. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN HALUSINASI

Pertemuan Ke :1
Hari/Tanggal :
Nama Klien :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :
- ungkapan tentang isi, frekuensi, waktu, yang dilakukan, dan perasaan saat terjadi
halusinasi
DO :
- Perilaku halusinasi: mendengarkan sesuatu, berbicara sendiri, pandangan tajam ke suatu
tempat, merasakan sesuatu di kulit, pengecapan, menghidu sesuatu tanpa ada objeknya
- Tingkat konsentrasi rendah, tidak mampu fokus pada lingkungan
- Perilaku melamun, sampai dengan teror, melukai karena kendali halusinasi
2. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Persepsi Sensorik: Halusinasi
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenal halusinasinya
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan:
a. Identifikasi jenis halusinasi klien
b. Identifikasi isi halusinasi klien
c. Identifikasi waktu halusinasiklien
d. Identifikasi frekuensi halusinasi klien
e. Identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
f. Identifikasi respons klien terhadap halusinasi
g. Ajarkan klien menghardik halusinasi
h. Anjurkan klien memasukkan cara menghardik dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
”Assalamualaikum D. Saya perawat yang akan merawat D. Nama Saya SS, senang dipanggil
S. Nama D siapa? Senang dipanggil apa”
b. Evaluasi/Validasi
”Bagaimana perasaan D hari ini? Apa keluhan D saat ini”
c. Kontrak
Topik : ”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang
selama ini D dengar tetapi tak tampak wujudnya?
Waktu : ”Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit?”
Tempat : ”Di mana kita duduk? Di ruang tamu?”
Tujuan : ”Supaya D dapat mengendalikan suara-suara yang D dengar”
2. Kerja
”Apakah D mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D dengar
suara? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu
sendiri?”
”Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang?
Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?
”D, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara
tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan
yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi saya tidak mau
dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak
terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus D sudah bisa”

3. Terminasi
a. Evaluasi
Subyektif: ”Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?”
Obyektif : ”Bisa D ulangi sekali lagi cara yang baru kita latih?”
b. Rencana Tindak Lanjut:
”Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat
jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (masukkan kegiatan latihan menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian klien)
c. Kontrak
Topik : ”Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua?
Waktu : ”Jam berapa D? Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita
akan berlatih?
Tempat : ”Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum”
3.STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN DEFISIT
PERAWATAN DIRI

Pertemuan Ke :1
Hari/Tanggal :
Nama Klien :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan malas mandi
Klien mengatakan tidak punya sabun
DO: Rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor
Rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak
berdandan
Ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak
pada tempatnya
BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah
BAB/BAK
2. Diagnosa Keperawatan:
Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenal tentang pentingnya perawatan diri
c. Klien dapat melakukan perawatan diri: kebersihan diri
4. Tindakan Keperawatan:
a. Jelaskan pentingnya perawatan diri
b. Jelaskan cara menjaga kebersihan diri
c. Bantu klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
d. Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, kenalkan saya suster R”
”Namanya siapa, senang dipanggil siapa?”
”Saya dinas pagi di ruangan ini pk. 07.00-14.00. Selama di rumah sakit ini saya yang
akan merawat T?”
b. Evaluasi/Validasi
“Dari tadi suster lihat T menggaruk-garuk badannya, gatal ya?”
c. Kontrak
Topik : ”Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ? ”
Waktu : ”Berapa lama kita berbicara ?. 20 menit ya...?”
Tempat : “Mau dimana...?. disini aja ya. ”

2. Kerja
“Berapa kali T mandi dalam sehari? Apakah T sudah mandi hari ini? Menurut T apa
kegunaannya mandi ?Apa alasan T sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut T apa
manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak
merawat diri dengan baik seperti apa ya...?, badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau
kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut T yang bisa muncul ?”
Betul ada kudis, kutu...dsb.
“Apa yang T lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja T menyisir rambut?
Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan sisiran dan berdandan?”
“Berapa kali T makan sehari?
”Apa pula yang dilakukan setelah makan?” Betul, kita harus sikat gigi setelah makan.”
“Di mana biasanya T berak/kencing? Bagaimana membersihkannya?”. Iya... kita
kencing dan berak harus di WC, Nach... itu WC di ruangan ini, lalu jangan lupa
membersihkan pakai air dan sabun”.
“Menurut T kalau mandi itu kita harus bagaimana ? Sebelum mandi apa yang perlu kita
persiapkan? Benar sekali..T perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi, shampo
dan sabun serta sisir”.
”Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan membimbing T
melakukannya. Sekarang T siram seluruh tubuh T termasuk rambut lalu ambil shampoo
gosokkan pada kepala T sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.. bagus sekali..
Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air
sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.. giginya disikat mulai dari arah atas ke
bawah. Gosok seluruh gigi T mulai dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-
kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh T sampai bersih lalu keringkan
dengan handuk. T bagus sekali melakukannya. Selanjutnya T pakai baju dan sisir
rambutnya dengan baik.”
3. Terminasi
a. Evaluasi
Subyektif: “Bagaimana perasaan T setelah mandi dan mengganti pakaian ?
Obyektif : “Sekarang coba T ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi”
”Coba T sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah T
lakukan tadi ?”
b. Rencana Tindak Lanjut
”Bagus sekali mau berapa kali T mandi dan sikat gigi...?dua kali pagi dan sore,
Mari...kita masukkan dalam jadual aktivitas harian. Nach... lakukan ya T..., dan beri
tanda kalau sudah dilakukan Spt M ( mandiri ) kalau dilakukan tanpa disuruh, B
( bantuan ) kalau diingatkan baru dilakukan dan T ( tidak ) tidak melakukan?”
c. Kontrak
Topik : “Baik besok lagi kita latihan berdandan. Oke?”
Waktu : ”Pagi-pagi sehabis makan”
Tempat : “Bagaimana kalau di kamar T saja?”

4. STRATEGI PELAKSANAAN HARGA DIRI RENDAH

1. SP-1 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1: Mendiskusikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat
digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih
kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah
dilatih dalam rencana harian.
A. Orientasi

“Selamat pagi, Perkenalkan saya perawat Sinta. Saya Mahasiswa Keperawtan UPH. Saya
yang akan merawat bapak dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore nanti ya pak”

“Bagaimana keadaan  Ibu T hari ini?  Ibu T terlihat segar“

”Bagaimana, kalau kita berbincang-bincang tentang kemampuan dan kegiatan yang


pernah   Ibu T lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat   Ibu
T dilakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita
latih. Bagaimana menurut Ibu T?”

”Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu saja bu?Berapa
lama kira-kira kita akan ngobrol bu? Apakah cukup 20 menit? Oke cukup ya bu 20
menit”

B. Kerja

“Ibu T, apa saja kemampuan Ibu T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya
bu.Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Ibu T lakukan? Bagaimana dengan
merapihkan kamar? Menyapu ?Mencuci piring? Wah, bagus sekali. Cukup banyak
kemampuan dan kegiatan yang  Ibu T miliki “.

”   Ibu T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di
rumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah?yang kedua? sampai 5 (misalnya
ada 3 yang masih bisa dilakukan).Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa
dikerjakan di rumah sakit ini”
”Sekarang, coba Ibu T pilih satu kegiatan  yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini”.

” Ok, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur Ibu T?Mari kita lihat tempat tidur IbuT.
Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”

“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus sekali bu. Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita
balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus bu T.
Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang
ambil bantal, rapihkan dan letakkan di sebelah atas/kepala.Mari kita lipat selimut, nah
letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus, ibu bisa melakukannya”

”Ibu T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali.Coba perhatikan bedakah
dengan sebelum dirapikan?Bagus ”

“ CobaIbuT lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau IbuT lakukan
tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan untuk melakukan dan T (tidak) tidak
melakukan”

C. Terminasi

“Bagaimana perasaan  Ibu T setelah berbincang-bincang dan latihan merapihkan tempat


tidur? Iya benar bu. Ibu  T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di
rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur yang sudah Ibu T praktekkan
dengan baik sekali.  Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang
ya bu.”

”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu T mau berapa kali sehari
merapihkan tempat tidur?Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis
istirahat jamberapa?”

”Besok pagi  kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu T masih ingat kegiatan apa
lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus,
cuci piring. Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur
ruangan ini sehabis makan pagi selama 20 menit, menurut ibu bagaimana? Oke ibu,
Sampai jumpa ya”
5. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN RESIKO BUNUH DIRI

Pertemuan Ke :1

Hari/Tanggal :

Nama Klien :

A. Proses Keperawatan
2. Kondisi Klien
DS :

 Klien mengatakan secara tersirat ide bunuh diri


 Klien mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah / putus asa/
tidak berdaya.
 Klien mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan
harga diri rendah
 Klien mengungkapkan keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk
mengakhiri kehidupan
DO:

 Klien mempersiapkan alat untuk melaksanakan rencana bunuh diri


 Klien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya
 Klien mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat
nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.

3. Diagnosa Keperawatan: Risiko bunuh diri


4. Tujuan Khusus :
a. Klien dapat mengungkapkan perasaan
b. Klien mendapat perlindungan dr lingkungan
5. Tindakan Keperawatan:
a. Identifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
b. Amankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
c. Lakukan kontrak treatment
d. Ajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
e. Latih cara mengendalikan dorongan bunuh diri

B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik ”Assalamu’alaikum A kenalkan saya adalah perawat P yang
bertugas di ruang Mawar ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi sampai 2 siang.”
b. Evaluasi/Validasi”Bagaimana perasaan A hari ini?”
c. Kontrak
Topik : “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang A rasakan
selama ini

Waktu : dan berapa lama kita bicara?”

Tempat : Dimana

2. Kerja
“Bagaimana perasaan A setelah kejadian itu terjadi? Apakah dengan dengan
kehilangan IBU A, A merasa paling menderita di dunia ini? Apakah A kehilangan
kepercayaan diri? Apakah A merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah daripada
orang lain? Apakah A merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah A
sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah A berniat untuk menyakiti diri
sendiri, ingin bunuh diri atau berharap bahwa A mati? Apakah A pernah mencoba untuk
bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang A rasakan?” Jika pasien
telah menyampaikan ide bunuh dirinya, segera dilanjutkan dengan tindakan
keperawatan untuk melindungi pasien, misalnya dengan mengatakan: “Baiklah,
tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk
mengakhiri hidup”. ”Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar A ini untuk memastikan
tidak ada benda-benda yang membahayakan A.”

”Nah A, Karena A tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri
hidup A, maka saya tidak akan membiarkan A sendiri.”

”Apa yang A lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? Kalau keinginan itu muncul,
maka untuk mengatasinya A harus langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan
ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi A jangan sendirian ya,
katakan pada perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri
kehidupan”.

”Saya percaya A dapat mengatasi masalah, Bagaimana A?”

3. Terminasi
a. Evaluasi
Subyektif: ”Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara
mengatasi perasaan ingin bunuh diri?”

Obyektif : ”Coba A sebutkan lagi cara tersebut”

b. Rencana Tindak Lanjut


”Saya akan menemani A terus sampai keinginan bunuh diri hilang”(jangan
meninggalkan pasien)
c. Kontrak
Topik : “Bagaimana jika A sudah mulai dapat mengatasi perasaan bunuh diri
tersebut, kita bicarakan tentang perasaan A dan bagaimana A bisa mengganti
perasaan tersebut dengan berpikir yang baik-baik bagi A?

Waktu : Kita bincang-bincang lagi besok ya A, bagaimana jam 9?

Tempat : Tempatnya di sini lagi.

6. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL

Pertemuan Ke :1
Hari/Tanggal :
Nama Klien:

C. Proses Keperawatan
7. Kondisi Klien
DS :
- Ungkapan tentang ketidaknyamanan situasi social, cepat bosan, lambat
- Ekspresi perasaan berbeda dari orang lain, kesepian, merasa ditolak oleh orang lain,
tidak berarti
DO :
- Disfungsi interaksi, nonkomunikatif, tidak ada kontak mata
- Asyik dengan pemikirannya sendiri, sulit berkonsentrasi
- Iritabel, tidak sabar dengan interaksi
- Sedih, afek datar sampai tumpul
- Perilaku menyendiri, aktivitas menurun, lesu, tidur posisi janin

8. Diagnosa Keperawatan:
Isolasi Sosial
9. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenal perasaan penyebab isolasi sosial
c. Klien dapat mengidentifikasi keuntungan berhubungan dengan orang lain
d. Klien dapat mengembangkan hubungan sosial secara bertahap
10. Tindakan Keperawatan:
a. Identifikasi penyebab isolasi sosial
b. Diskusikan dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
c. Diskusikan dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
d. Ajarkan klien tentang cara berkenalan dengan satu orang
e. Anjurkan klien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam
kegiatan harian

D. Strategi Pelaksanaan
4. Orientasi
d. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum” “Saya P ……….., Saya senang dipanggil Ibu Pit …………, Saya
perawat di Ruang Mawar ini… yang akan merawat Ibu.”
“Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?”
e. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan S saat ini?” “Apa keluhan S hari ini?”
f. Kontrak
Topik : “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman S?”
Waktu : “Mau berapa lama, S? Bagaimana kalau 15 menit”
Tempat : “Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu?”
5. Kerja
(Jika pasien baru)

”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan S? Siapa yang jarang
bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S jarang bercakap-cakap dengannya?”
(Jika pasien sudah lama dirawat)
”Apa yang S rasakan selama S dirawat disini? O.. S merasa sendirian? Siapa saja yang S kenal di
ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?”
“Apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang lain?”
”Menurut S apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada teman
bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya
tidak mampunyai teman apa ya S ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah S belajar bergaul dengan
orang lain ? Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama
panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya S, senang dipanggil Si. Asal
saya dari Jakarta, hobi memasak”
“Selanjutnya S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama
Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?” “Ayo S dicoba!
Misalnya saya belum kenal dengan S. Coba berkenalan dengan saya!” “Ya bagus sekali! Coba
sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal
yang menyenangkan S bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga,
pekerjaan dan sebagainya.”

6. Terminasi
a. Evaluasi
Subyektif: ”Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan?”
Obyektif : ”S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali, bisa S
mengulangi?”
b. Rencana Tindak Lanjut
”Selanjutnya S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada.
Sehingga S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau praktekkan ke pasien lain.
Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”
c. Kontrak
Topik : Besok saya akan mengajak S berkenalan dengan teman saya,
perawat N. Bagaimana, S mau kan?”
Waktu : ”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini”
Tempat : “Tempatnya di ruang ini saja ya? Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum

7. STRATEGI PELAKSANAAN DAN TIDAKAN

KEPERAWATAN WAHAM

KLIEN DENGAN : PERUBAHAN ISI PIKIR WAHAM KEBESARAN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
 Klien tampak curiga
 Ekspresi wajah tegang
 Klien mengatakan hal yang diyakininya
 Klien tampak memandang perawat dengan serius
2. Diagnosa Keperawatan
 Perubahan isi pikir : waham b.d harga diri rendah
3. Tujuan Khusus
TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya.
4. Tindakan Keperawatan
 Bina hubungan saling percaya, salam terapeutik perkenalan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungna yang tenang, buat kontrak yang jelas.
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkap perasaannya.
 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menoong dirinya sendiri.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
1. SP 1 P : Membina hubungan saling percaya ; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan ; mempraktekkan pemenuhan kebutuhan
yang tidak terpenuhi.
a. ORIENTASI :
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Citto, saya perawat yang dinas
pagi ini di Ruang melati. Saya dinas dari jam 07.00-14.00, saya yang akan
membantu perawatan bapak hari ini. Nama bapak siapa? senangnya dipanggil
apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R rasakan
sekarang?” “Berapa lama bapak R mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 15 menit?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?”


b. KERJA :
“Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang Nabi, tapi
sulit bagi saya untuk mempercayainya, karena setahu saya semua Nabi
tidak hidup didunia ini, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus
pak?”

“Tampaknya pak R gelisa sekali, bias pak R ceritakan kepada saya apa
yang pak R rasakan?”

“Oooo, jadi pak R merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan
tidak punya hak untuk mengatur diri pak R sendiri?”

“Siapa menurut pak R yang sering mengatur-atur diri pak R?”


“Jadi teman pak R yang terlalu mengatur-atur ya pak, juga adik pak R
yang lain?” “Kalau pak R sendiri inginnya seperti apa?”

“Ooo, Bagus pak R sudah punya rencana dan jadwal unutk diri sendiri.”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut pak R.”

“Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya pak R ingin ada kegiatan di luar
rumah sakit karena bosan kalau dirumah sakit terus ya?”

c. TERMINASI :
“Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”

“Bagaimana kalau jadwal ini pak R coba lakukan, setuju pak?”


“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”
“Saya akan datang kembali dua jam lagi.”

“Kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah pak R


miliki?” “Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau
disini saja pak R?”

Anda mungkin juga menyukai