Anda di halaman 1dari 8

STRATEGI PELAKSANAAN: RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Syafinna Rahmadhita_2110711098_Kelas C

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1) RISIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif
1) Mengatakan benci/kesal dengan orang lain
2) Mengatakan ingin memukul orang lain
3) Mengatakan tidak mampu mengontrol perilaku kekerasan
4) Mengungkapkan keinginan untuk menyakiti diri sendiri, orang lain, dan
merusak lingkungan.
5) Mengatakan tidak senang
6) Menyalahkan orang lain

b. Data Objektif
1) Melotot
2) Pandangan tajam
3) Tangan mengepal, rahang mengatup
4) Gelisah dan mondar-mandir
5) Tekanan darah meningkat
6) Mudah tersinggung
7) Pernapasan meningkat
8) Merusak lingkungan
9) Nada suara tinggi dan bicara kasar
10) Sinis
11) Menarik diri
12) Bermusuhan
13) Postur tubuh kaku
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan
a. Kognitif, klien mampu:
1) Menyebutkan penyebab risiko perilaku kekerasan
2) Menyebutkan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan.
3) Menyebutkan akibat yang ditimbulkan dari risiko perilaku kekerasan.
4) Menyebutkan cara mengatasi risiko perilaku kekerasan
b. Psikomotor, klien mampu:
1) Mengendalikan risiko perilaku kekerasan dengan relaksasi: Tarik napas dalam,
pukul kasur dan bantal, senam, dan jalan-jalan.
2) Berbicara dengan baik: Mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan baik.
3) Melakukan deeskalasi yaitu mengungkapkan perasaan marah secara verval atau
tertulis.
4) Melakukan kegiatan ibadah seperti sholat, berdoa, kegiatan ibadah lain.
5) Patuh minum obat dengan 8 benar (benar nama klien, benar obat, benar dosis,
benar cara, benar waktu, benar manfaat, benar tanggal kedaluarsa dan benar
dokumentasi)
c. Afektif, klien mampu:
1) Merasakan manfaat dari latihan yang dilakukan
2) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan.

4. Tindakan Keperawatan
a. Latih klien untuk melakukan relaksasi: Tarik napas dalam, pukul kasur dan bantal,
senam, dan jalan-jalan.
b. Latih klien untuk bicara dengan baik: Mengungkapkan, meminta, dan menolak
dengan baik.
c. Latih deeskalasi yaitu mengungkapkan perasaan marah secara verval atau tertulis.
d. Latih klien untuk melakukan kegiatan ibadah seperti sholat, berdoa, kegiatan ibadah
lain.
e. Latih klien untuk patuh minum obat dengan 8 benar (benar nama klien, benar obat,
benar dosis, benar cara, benar waktu, benar manfaat, benar tanggal kedaluarsa dan
benar dokumentasi)
f. Bantu klien dalam mengendalikan risiko perilaku kekerasan jika klien mengalami
kesulitan.
g. Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan latihan
mengendalikan risiko perilaku kekerasan
h. Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikkan latihan mengendalikan
risiko perilaku kekerasan.
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Preorientasi
Perawat telah menyiapkan kesiapan diri dan hal-hal yang dibutuhkan seperti jadwal
harian, alat tulis, dan telah membaca rekam medis pasien. Sebelum masuk ke ruangan,
perawat telah mencuci tangan terlebih dahulu dan siap melakukan intervensi.

2. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat siang, mbak. Perkenalkan saya dengan Ners Syafinna, biasa dipanggil
Ners Fina. Hari ini ners bertugas dari jam 14:00 sampai jam 20.00 malam. Boleh
saya tahu nama lengkap mbak dan tanggal lahirnya?”

b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan hari ini mbak?”
“Jadi mbak merasa kesal dan marah, ya? Sudah berapa lama merasa seperti itu? Apa
yang mbak rasakan saat mengingat hal tersebut?”

c. Validasi
“Apa yang sudah mbak lakukan untuk mengatasinya? Bagaimana hasilnya?”
“Apakah menurut mbak hal tersebut baik dilakukan?”

d. Kontrak
1) Tujuan
“Baik, mbak. Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang apa yang
sedang mbak rasakan dan belajar cara mengatasinya? Tujuannya agar mbak
merasa lebih tenang dan dapat mengendalikan emosinya.”
2) Waktu
“Kita akan berbincang – bincang sekitar 15 menit saja. Apakah mbak bersedia?”
3) Tempat
Mbak mau berbincang-bincang dimana? Disini atau di tempat lain?”

3. Fase Kerja
a. Pengkajian
1) Penyebab
“Apa yang menyebabkan mbak marah? Apakah disertai rasa kesal dan rasa ingin
memukul?”
2) Tanda/Gejala
“Apakah yang dirasakan saat marah? Apakah merasa tegang, tangan terkepal,
mengatupkan rahang dengan kuat?”
“Apakah bicara kasar, suara tinggi, menjerit atau berteriak?”
3) Akibat
“Apakah cara tersebut baik dilakukan? Apakah dengan cara tersebut marahnya
bisa hilang?”

b. Diagnosis
“Mbak Intan sering kesal dengan berteriak sambil memukul dan merusak barang, ya.
Jadi mbak masih sulit untuk mengendalikan marahnya?”
“Kalau begitu apakah mbak ingin belajar cara mengendalikannya?”

c. Tindakan
“Baik mbak. Saya akan mencontohkannya terlebih dahulu setelah itu boleh mbak
praktikkan lagi ya.”
“Caranya tarik napas dalam sambil membayangkan orang/sesuatu yang membuat mbak
kesal, tahan sebentar lalu keluarkan perlahan. Atau bisa juga dengan mengeluarkan
suara yang berisi kekesalan mbak.”
“Coba mbak peragakan! Nah begitu………….. bagus! Mbak sudah bisa.”

4. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita latihan tadi?”

b. Evaluasi Objektif
“Wah, bagus kalau begitu. Perasaan kesal yang mengganjalnya sudah agak
berkurang ya. Coba boleh ulang apa saja latihan yang telah kita lakukan tadi?”
“Benar sekali! Mbak hebat sudah bisa melakukannya.”

c. Rencana Tindak Lanjut


“Baiklah, kita masukkan di jadwal kegiatan harian setelah kita melakukan kegiatan
hari ini ya.”
“Kira-kira, mbak ingin melakukan latihan mandiri untuk tarik napas dalam di jam
berapa?”

d. Kontrak yang Akan Datang


1) Topik
“Besok, ners akan kembali lagi untuk latihan lagi cara yang kedua yaitu latihan
pukul bantal/kasur.”
2) Waktu
“Besok mbak mau bertemu ners jam berapa?”
3) Tempat
“Mbak mau berbincang-bincang dimana besok?”

e. Salam Penutup
“Baiklah mbak, sesuai kontrak tadi ners akan datang di jam 4 sore. Tempatnya disini
lagi seperti tadi, ya. Kalau begitu saya pamit dan mbak bisa lanjutkan aktivitasnya
lagi. Saya permisi, selamat siang mbak.”
STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2) RISIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Proses Pelaksanaan
1. Fase Preorientasi
Perawat telah menyiapkan kesiapan diri dan hal-hal yang dibutuhkan seperti jadwal
harian, alat tulis, dan telah membaca rekam medis pasien. Sebelum masuk ke ruangan,
perawat telah mencuci tangan terlebih dahulu dan siap melakukan intervensi.

2. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat siang, mbak. Apakah mbak masih ingat dengan saya?”
“Wah, ternyata masih ingat, ya. Perkenalkan lagi saya dengan Ners Syafinna, biasa
dipanggil Ners Fina. Hari ini ners bertugas dari jam 14:00 sampai jam 20.00 malam.
Boleh saya tahu nama lengkap mbak dan tanggal lahirnya?”

b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan hari ini mbak?”
“Oo masih merasa kesal ya, mengapa mbak merasa kesal?”
“Apa yang mbak lakukan untuk mengatasi perasaan kesalnya?

c. Validasi
d. “Apa yang mbak telah lakukan untuk mengatasi perasaan kesalnya?
“Baik, berarti mbak sudah melakukan latihan napas dalam untuk mengatasi
kesalnya namun masih merasa kesal, ya.”

e. Kontrak
4) Tujuan
“Baik, mbak. Bagaimana kalau kita latihan kembali cara yang kedua selain tarik
napas dalam yaitu latihan pukul bantal/kasur? Tujuannya agar mbak tahu
bagaimana cara lain untuk mengendalikan emosinya.”
5) Waktu
“Kita akan berbincang – bincang sekitar 15 menit saja. Apakah mbak bersedia?”
6) Tempat
Mbak mau berbincang-bincang dimana? Disini atau di tempat lain?”
3. Fase Kerja
“Untuk latihan pukul bantal/kasur ini dapat dilakukan saat mbak merasa sudah tidak
bisa lagi menahan emosinya walaupun sudah melakukan tarik napas dalam. Selain
menggunakan bantal atau kasur, boleh juga menggunakan benda lain dengan
permukaan yang empuk. Lalu ingat ya, pukul benda bukan orang.”
“Ners akan mencontohkannya terlebih dahulu setelah itu boleh mbak praktikkan lagi
ya.”
“Saat marah pastinya tenaganya akan terasa kuat,jadi kita coba salurkan ke bantal yang
sudah ners bawa. Caranya tarik napas dalam sambil membayangkan orang/sesuatu yang
membuat mbak kesal, tahan sebentar lalu pukul bantalnya berulang kali sambil bilang
‘Saya kesal saya kesal saya kesal!’”
“Coba mbak peragakan! Nah begitu………….. bagus! Mbak sudah bisa.”

4. Fase Terminasi
f. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita latihan tadi?”

g. Evaluasi Objektif
“Wah, bagus kalau begitu. Perasaan kesal yang mengganjalnya sudah agak
berkurang ya. Coba boleh ulang apa saja latihan yang telah kita lakukan tadi?”
“Benar sekali! Mbak hebat sudah bisa melakukannya. Jangan lupa untuk tidak
memukul tembok lagi saat marah ya, agar mbak tidak terluka.”

h. Rencana Tindak Lanjut


“Baiklah, kita masukkan di jadwal kegiatan harian setelah kita melakukan kegiatan
hari ini ya.”
“Kira-kira, mbak ingin melakukan latihan mandiri untuk pukul bantal/kasur di jam
berapa?”

i. Kontrak yang Akan Datang


4) Topik
“Besok, ners akan kembali lagi untuk latihan lagi cara yang ketiga yaitu latihan
minum obat.”
5) Waktu
“Besok mbak mau bertemu ners jam berapa?”
6) Tempat
“Mbak mau berbincang-bincang dimana besok?”

j. Salam Penutup
“Baiklah mbak, sesuai kontrak tadi ners akan datang di jam 4 sore. Tempatnya disini
lagi seperti tadi, ya. Kalau begitu saya pamit dan mbak bisa lanjutkan aktivitasnya
lagi. Saya permisi, selamat siang mbak.”

Anda mungkin juga menyukai