Anda di halaman 1dari 4

STRATEGI PELAKSANAAN PERILAKU KEKERASAN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
a. Data Subjektif :
 Klien mengatakan pernah melakukan tindak kekerasan
 Klien mengatakan merasa orang lain mengancam
 Klien mengatakan orang lain jahat
b. Data objektif :
 Klien tampak tegang saat bercerita
 Pembicaraan klien kasar jika dia menceritakan marahnya
 Mata melotot, pandangan tajam
 Mengancam secara verbal dan fisik
 Nada suara tinggi
 Tangan mengepal
 Berteriak/menjerit
 Memukul jika marah
2. Diagnosa         : Risiko tinggi perilaku kekerasan
3. Tujuan              :
a. Tujuan umum
Klien dapat mengontrol atau mencegah perilaku kekerasan baik secara
fisik, sosial atau verbal, spiritual, dan terapi psikoformatika.
b. Tujuan khusus
 Klien dapat membina hubungan saling percaya
 Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan
 Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
 Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dapat dilakukan
 Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
 Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
 Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan
 Klien dapat memasukkan latihan ke dalam jadwal kegiatan harian.
4. Tindakan :
 Bina hubungan saling percaya
 Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan marahnya
 Bantu klien mengungkapkan penyebab perilaku kekerasan
 Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang
dialaminya
 Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukan selama ini
 Diskusikan dengan klien akibat negative (kerugian) cara yang
dilakukan pada diri sendiri, orang lain/keluarga, dan lingkungan
 Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik : teknik napas dalam
 Anjurkan klien untuk memasukkan kegiatan didalam jadwal kegiatan
harian

B. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Orientasi :
 Salam Teraupetik
“Selamat pagi Mas. Perkenalkan nama saya Agus Purnomo, panggil saja
Agus.
Saya adalah mahasiswa STIK Muhammadiyah Pontianak. Nama Mas siapa
dan suka dipanggil apa? Baiklah mulai sekarang saya akan pangil Mas
Recki saja, ya”
 Evaluasi/validasi
 “kalau boleh tahu, sudah berapa lama Mas Recki di sini ? Apakah Mas
Recki masih ingat siapa yang membawa kesini ? bagaimana perasaan Mas
saat ini? Saya lihat Mas sering tampak marah dan kesal, sekarang Mas
masih merasa kesal atau marah ?”
 Kontrak
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang membuat Mas
Recki marah dan bagaimana cara mengontrolnya? Ok. Mas?”
“ Tidak lama kok, 15 menit saja”.
“Mas senangnya kita berbicaranya dimana?. Dimana saja boleh kok, asal
Mas merasa nyaman. Baiklah, berarti kita berbicara disini saja ya, Mas”
2. Kerja :
“Nah, sekarang coba Mas ceritakan Apa yang membuat Mas Recki merasa
marah? ”
Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah
dengan yang sekarang?”
“Lalu saat Mas sedang marah apa yang akan Mas rasakan? Apakah Mas
merasa sangat kesal, dada Mas  berdebar-debar lebih kencang, mata melotot,
rahang terkatup rapat dan ingin mengamuk? ”
“Setelah itu apa yang Mas Recki lakukan? ”
“Apakah dengnan cara itu marah/kesal Mas dapat terselesaikan? ” Ya tentu
tidak, apa kerugian yang Mas Recki alami?”
“Menurut Mas adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Mas belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Jadi, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Mas. Salah satunya
adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu? Namanya
teknik napas dalam”
”Begini Mas, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Mas rasakan, maka Mas
berdiri atau duduk dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar,
lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut”
“Ayo Mas coba lakukan, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui
mulut. Nah, lakukan 5 kali. “
“Bagus sekali, Mas  sudah bisa melakukannya”
“ Nah..Mas Recki tadi telah melakukan latiahan teknik relaksasi napas dalam,
sebaiknya latihan ini Mas lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul Mas sudah terbiasa melakukannya”
3. Terminasi :
a. Evaluasi
Evaluasi subjektif:
“Bagaiman perasaan Mas setelah kita berbincang-bincang dan melakukan
latihan teknik relaksasi napas dalam tadi? Ya...betul, dan kelihatannya Mas
terlihat sudah lebih rileks”.
Evaluasi objektif
”Coba Mas sebutkan lagi apa yang membuat Mas marah, lalu apa yang
Mas rasakan saat itu dan apa yang akan Mas lakukan. Kemudian apa
akibatnya...”
“Wah...bagus, Mas masih ingat semua...”
b. Tindak Lanjut
“Bagaimana kalau latihan ini kita masukkan dalam jadwal kegiatan sehari-
hari Mas?”
“Kapan waktu yang Mas inginkan untuk melakukan latihan ini? Bagaimana
kalau setiap jam 11pagi?”
c. Kontrak Yang Akan Datang
“ Nah, Mas. Cara yang kita praktikkan tadi baru salah satu dari teknik saja.
Masih ada cara yang bisa digunakan untuk mengatasi marah Mas. Cara
yang kedua yaitu dengan teknik memukul bantal atau kasur.
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok, Mas maunya kita
bertemu besok jam berapa?”“Kita latihannya dimana, Mas? Disini saja lagi
, Mas” “ok, Mas. Kalau begitu saya pamit dulu ya, Mas....
Assalamualaikum”

Anda mungkin juga menyukai